Kearifan lokal dalam upaya ketahanan pangan di Kampung Adat Urug Bogor

KEARIFAN LOKAL DALAM UPAYA KETAHANAN PANGAN
DI KAMPUNG ADAT URUG BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
HALIMI
NIM: 109015000062

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

SURAT PERNYATAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama


: Halimi

NIM

: 109015000155

Jurusan

: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas

: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi yang berjudul “Kearifan Lokal Dalam Upaya Ketahanan
Pangan Di Kampung Adat Urug” merupakan hasil karya asli saya yang
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syaif Hidayatullah
Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.i
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Desember 2013

Penulis

Halimi
NIM.109015000155

ii

ABSTRAK
HALIMI. Kearifan Lokal Dalam Upaya Ketahanan Pangan Di Kampung
Adat Urug Bogor, Skripsi. Jakarta: Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN)
Hidayatullah. 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kearifan lokal dalam upaya
menjaga ketahananan pangan di Kampung Adat Urug. Penelitian telah
dilakasanakan pada bulan Agustus s/d Desember 2013 di Kampung Adat Urug,
Desa Urug. Sukajaya. Bogor. Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan emik. Teknik
pengumpulan data adalah wawancara mendalam, observasi partisipan dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal dalam
menjaga ketahanan pangan di Kampung Adat Urug yaitu dengan tetap
menjalankan konsep ajaran konsep Ngaji Diri, budaya Pamali dan budaya
Gotong-royong. konsep Ajaran Ngaji Diri adalah pandangan hidup Kampung
Adat Urug yang tertuang dalam ungkapan Mipit kudu amit, Ngala kudu menta,
Murah Bacot Murah concot, Ulah hareup teuing bisi tijongklok, ulah tukang
teuing besi tijengkang, Nafsu kasasarnya lampah badan anu katempuhan. Budaya
Pamali ialah beberapa aturan yang berkaitan dengan pertanian dan ketahanan
pangan, aturan tersebut ialah larangan untuk menjual beras dan padi, larangan
untuk memakai mesin dalam mengolah padi menjadi beras, Masa Tanam yang
dibolehkan hanya satu kali dalam satu tahun yang mana waktu tanamnya selama

6-7 bulan, yang dilaksanakan secara serempak.
Kata kunci: Kearifan Lokal, Kampung Adat Urug, Ketahanan Pangan

iii

ABSTRACT
Halimi, The Local Wisdom in an effort to Keep the Food Endurance in Urug
Village, Bogor, Thesis Jakarta: Social Science Department, Faculty of
Tarbiyah and Education State Islamic University Syarif Hidayatullah. 2014.
This research is aimed to describe local wisdom in an effort to keep the food
endurance in Urug Village, the research had been done since august until
December 2013 in Urug Vilage, Sukajaya, Bogor, West Java. The method used in
this research is qualitative Method with Emik approach, the collecting data
technique is in-depth interview, participant observation and documentation.
The result of the research indicates that one of the local wisdom action in an effort
to keep the food endurance in Urug Vilage is that by doing the concept of “ Ngaji
Diri”, “Pamali” Culture and “ gotong-royong” culture. The concept of “NgajiDiri” is the life view of Urug Village that is describe in expressions of the “Mipit
kudu amit, Ngala kudu menta, Murah Bacot Murah concot, Ulah hareup teuing
bisi tijongklok, ulah tukang teuing besi tijengkang, Nafsu kasasarnya lampah
badan anu katempuhan”. The “Pamali” culture is some of agricultural rules and

the food endurance those rules are The Prohibition to sell rice and paddy, the
prohibition to use machine in Processing Paddy into rice, the allowed Periode in
planting rice plant is only in a year in which the period is lasting for 6-7 monthat
is done synchronously.
Keyword: Local Wisdom, Urug Village, The Food Endurance

iv

KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur atas segala rahmat dan karunia Allah SWT, Tuhan
semesta alam, yang telah memberikan segala nikmat, kesabaran, dan kekuatan.
Alhamdulillah, karena atas ridho-Nya skripsi ini dapat menyelesaikan dengan
judul “Kearifan Lokal dalam upaya ketahanan pangan di Kampung Adat Urug”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Dalam penulisan skripsi ini tidak
telepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mencurahkan segenap pikiran,
memberikan dorongan, bantuan baik material maupun spiritual. Dengan ketulusan
dan kerendahan hati, mengucapkan terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.d, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua jurusan pendidikan IPS Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan
3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si., selaku sekretaris jurusan pendidikan IPS Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
4. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Pembimbing Akademik dan dosen yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan arahan,
bimbingan, motivasi
5. Dr. Ulfah Fajarini M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah
meluangkan waktu memberikan arahanan dan bimbingan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan
6. Cut Dhien Nourwahida. MA,. selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
meluangkan waktu memberikan arahanan dan bimbingan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan
7. Seluruh dosen FITK yang telah memberikan ilmunya selama penulis
menyelesaikan perkuliahan
8. Komunitas Kampung Adat Urug, sesepuh Abah Ukat Bapak Yayan, Tata
Sukandar, Ade Eka Komara, Aditia, asep aspar, ambu dan ibu enas dan
masyarakat Kampung Adat Urug, yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian serta memberi banyak informasi dan juga nasehatnya.

v


9. Keluarga tercinta, Ayahanda Mad Soleh, Ibunda Nyi Saiyah, Andi Lesmana,
Epah Syaripah, Whenih, M. Bibin Syahrudin. Nyi Selviyah. yang selalu
mencurahkan kasih sayang, memberi dukungan berupa moril maupun spirituil
dan mengajari penulis untuk selalu berusaha, berdoa, sabar dan tawakal
10. Rekan-rekan seperjuangan P.IPS angkatan 2009. Dengan tulus penulis
berdo’a semoga kita semua mendapatkan kesuksesan dan kebahagian duniaakherat, amien
11. Sahabat-sahabatku: Alumni Madrasah Mualimin Muhammadiyah Lewiliang
Bogor angkatan 2008 dengan tulus penulis berdo’a semoga kita mendapatkan
kesuksesan, kebahagian dunia-akhirat dan menjadi Sang Pencerah bagi
seluruh dunia. Amien
Dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan baik teknis maupun
isi materi penulisan karena keterbatasan ilmu. Untuk itu sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sehingga berguna bagi perbaikan
dan kemajuan dimasa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua,
khususnya dalam dunia pendidikan.

Jakarta, 8 Desember 2013
Penulis


Halimi

vi

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................

i

HALAMAN PERNYATAAN............................................................................ ii
ABSTRAK .......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

BAB I

PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................... 5
D. Perumusan Masalah ................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

BAB II

KAJIAN TEORETIK
A. Kearifan Lokal ....................................................................... 8
1. Pengertian kearifan lokal ................................................... 8
2. Potensi keungulan kearifan lokal ..................................... 10
3. Kearifan lokal sebagai sumber hukum ............................. 12
B. Adat Istiadat ............................................................................ 12
1. Pengertian Adat Istiadat ...................................................... 13
C. Perubahan Sosial ..................................................................... 13
1. Pengertian Perubahan Sosial ............................................... 13
2. Faktor- Faktor Perubahan Sosial ......................................... 15
D. Hasil Penelitian Relevan ......................................................... 16
E. Kerangka Berpikir................................................................... 18


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
vii

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 18
B. Metode Penelitian ................................................................... 18
C. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ................ 20
D. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................ 22
E. Analisis Data .......................................................................... 23
F. Refleksi Penelitian .................................................................. 24

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Kampung Adat Urug.................................... 28
1. Letak Geograpis Kampung Adat Urug ............................... 28
2. Penduduk dan Mata Pencaharian ....................................... 30
3. Pendidikan di Kampung Adat Urug ................................... 31
4. Kondisi Sarana dan Prasarana ............................................ 32

5. Organisasi Kemasyarakatan ................................................ 33
B. Sejarah, Upacara Adat, Sumber Hukum Biograpi Tokoh Di
Kampung Adat Urug .............................................................. 34
1. Sejarah Kampung Adat Urug .............................................. 34
2. Upacara Adat Kampung Adat Urug .................................... 36
3. Sumber Hukum Kampung Adat Urug ................................ 38
4. Biograpi Tokoh Kampung Adat Urug ................................ 39
C. Kearifan Lokal Kampung Adat Urug ................................... 42
1. Konsep Ngaji Diri ............................................................... 42
2. Budaya Pamali ..................................................................... 47
3. Budaya Gotong royong........................................................ 51
D. Kearifan Dalam Lokal Dalam Upaya Ketahanan Pangan ....... 52
1. Sejarah Mitologi Dewi Sri ..................................................... 52
2. Tata Cara Pengelolaan Bahan Pangan.................................... 53
3.Kearifan Loka Upaya Ketahanan Pangan ............................... 56
4. Implikasi Kearifan Lokal ....................................................... 58
5. Dinamika Kearifan Lokal ....................................................... 60
E. Analisis dan Pembahasan ......................................................... 61
viii

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 66
B. Saran ....................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 68
LAMPIRAN ........................................................................................................ 72

ix

DAFTAR LAMPIRAN
Lampian 1

Daftar Wawancara dengan Abah Ukat Pimpinan Kampung Adat
Urug

Lampiran 2

Daftar Wawancara dengah Bapak Ade Eka Komara Tokoh
Kasepuhan Kampung Adat Urug

Lampiran 3

Daftar Wawancara dengan Bapak Yayan Pengurus Kasepuhan
Kampung Adat Urug

Lampiran 4

Daftar Wawancara dengan Bapak Wawan Aparat Desa Urug

Lampiran 5

Daftar Wawancara dengan Bapak Aditia Guru SDN 02
Kiarapandak

Lempiran 6

Daftar Wawancara dengan Bapak Suganda Petani Kampung Adat
Urug

Lampiran 7

Monografi Kampung Adat Urug

Lampiran 8

Poto Hasil Penelitian

x

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Program pasar bebas yang merupakan program sistem ekonomi kapitalis
memberikan kendala dalam upaya ketahanan pangan, karena sistem pasar
bebas akan menyebabkan hilangnya peranan negara, seperti hilangnya peranan
negara dalam mengatur ketersedian pangan, contohnya hilangnya peranan
Bulog yang selama ini mempunyai tugas pokok melaksanakan ketersedian
akan pangan melalui tugas pokok mengendalikan harga beras, gabah, gandum
dan bahan pokok lainnya guna menjaga kestabilan harga baik produsen dan
konsumen yang mempunyai tujuan ketahanan pangan.
Dahulu berdasarkan Keppres No.39/1978, “Bulog mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengendalian harga beras, gabah, gandum, dan bahan pokok
lainnya guan menjaga kestabilan harga pokok bagi produsen dan konsumen.”1
Dan disempurnakan lagi melalui Keppres RI NO.50/1999, “Bulog ditugaskan
mengendalikan harga dan mengelola persedian beras, gula, tepung terigu,
kedelai, pakan, dan bahan pangan lainnya.”2
Memasuki reformasi peranan bulig sebagai pengatur dan pengendali
keberadaan bahan pangan mulai dihilangkan akibat perjanjian dengan IMF
dalam bentuk perjanjian Letter of Intent (Lol) antara pemerintah dan IMF pada
21 Oktober 1997. Salah satu poin pentig dalam perjanjian Lol adalah kebijakan
dalam bidang pertanian, dimana Bulog harus menanggalkan, praktik monopoli
beras dan peranan pengawasan terhadap harga-harga produk pertanian atau
kebutuhan pokok seperti beras, gula, cengkih, kedelai, dan lain-lain,
Budi Sucahyo, “Bulog dari masa kemasa”, Media Komunikasi Petani, Tani Merdeka,
Jakarta, 1 Desember 2013, h.15.
2
Bulog,
Bulog
Sebelum
Menjadi
Perum,
2013.
10,
(tp://bulog.co.id/old_Website/sejarah.php).
1

1

2

“pemerintah tidak lagi mempunyai wewenang untuk melakukan kontrol
langsung atas komoditas-komoditas utama pangan yang sejak tahun 1998
diterapkan liberalisasi di sektor pertanian.”3
Akibat dari perjanjian tersebut harga bahan pokok yang diserahkan kepada
mekanisme pasar menyebabkan pemenuhan akan pangan mengalami gangguan
akibat harga bahan pangan dan pupuk yang tidak mampu terjangkau
masyarakat.
Pangan merupakan kebutuhan paling dasar yang pemenuhannya menjadi
hak bagi setiap bagi setia orang. Akan tetapi, memilki hak atas pangan pada
keyataanya masih banyak orang yang mengalami kelaparan dan kekurangan
pangan. Dibuktikan dengan data “FAO yang menyatakan populasi orang
kelaparan dan kekurangan pangan, Edisi kedua bulan april 2008 ada sekitar 35
negara yang mengalami rawan pangan terutama di benua afrika.”4
Pangan sangat penting bagi sebuah bangsa dan negara, sejarah mencatat
kelangsungan sebuah bangsa dan negara tergantung pada ketersedian
pangan.bahkan pangan juga menentukan kejayaan dan kekuasaan sebuah
bangsa. Seorang ekonom Syahrir, “pernah berujar, siapa (bangsa) yang
menguasai pangan makan akan menguasai dunia.5 Lebih dari itu, “ketahanan
pangan bagi pembangunan manusia yang merupakan tujuan akhir dari
pembangunan nasional.”6
Kesadaran akan pentingnya menjaga ketahanan pangan sangat diperlukan
tidak saja untuk kepentingan individu, Indonesia, melainkan untuk kepentingan
masyarakat dunia secara keseluruhan dan diarahkan untuk kepentingan jangka
panjang. Pengelolaan ketahanan pangan yang baik akan meningkatkan

Budi Sucahyo. “Bulog dari masa kemasa”, Media Komunikasi Petani, Tani Merdeka
Jakarta, 1 Desember 2013, h.15.
4
Detik Finace, Negara-Negara Rawan Pangan, 2013, (http Finace Detik.com).
5
Budi Sucahyo, “ Memperkuat Peranan Bulog”, Media Komunikasi Petani, Tani Merdeka
Jakarta, 1 Desember 2013, h.10.
6
Gatoet S. Hartono dkk, Libealisasi Perdagangan:Sisi Teori, Dampak Empiris dan
Prespektif Ketahanan Pangan, (Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, 2004), h. 75.
3

3

kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumber daya alam
yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan sumber daya alam yang baik agar menghasilkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dengan tidak
mengorbankan kelestarian sumberb daya alam dan lingkungan..
Sumber daya pangan merupakan salah satu unsur yang penting untuk
keberlanjutan kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Keberadaan pangan
mempunyai manpaat banyak salah satunya ialah dapat digunakan sebagai
sumber tenaga, lebih dari itu ketahanan pangan bagi pembangunan manusia
yang merupakan tujuan akhir dari pembangunan nasional. Maka diperlukan
adanya suatu pengelolaan terhadap sumber daya pangan yang baik agar
keberadaannya tetap terjaga dan berkelanjutan untuk kepentingan jangka
panjang.
Didasari oleh semangat otonomi daerah Di mana setiap daerah diberikan
kebebasan dalam pengelolaan bahan pangan seperti yang dikatakan oleh
Ginanjar Kartasasmita, “Desentraliasi dan otonomi daerah membuka peluang
manajemen pembanguan, termasuk program ketahanan pangan untuk dapat
tumbuh atas prakarsa dan inovasi daerah masing-masing dengan berbagai
kearifannya.”7
Pengelolaan sumber daya pangan harus disesuaikan dengan kondisi lokal
dan kearifan lokal pada setiap daerah, karena setiap daerah memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dalam memenuhi pangannya. Pada suatu
komunitas tertentu dapat ditemukan kearifan lokal yang baik yang
berhubungan dengan pengelolaan sumber daya pangan, sebagai tata pengaturan
lokal yang telah ada sejak masa lalu dengan sejarah dan adaptasi yang lama
dalam upaya ketahanan pangan.
Untuk itu Pengelolaan sumber daya pangan harus disesuaikan dengan
kondisi lokal dan kearifan lokal pada setiap daerah, karena setiap daerah
Ginanjar Kartasasmita, “Ketahanan Pangan dan ketahanan Bangsa,” Makalah
disampakan pada Seminar Pengembangan Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal, Universitas
Pasundaan, Bandung, 26 November 2005.
7

4

memiliki karakteristik yang berbeda dalam memenuhi pangannya. Pada suatu
komunitas tertentu dapat ditemukan kearifan lokal yang baik yang
berhubungan dengan pengelolaan sumber daya pangan, sebagai tata pengaturan
lokal yang telah ada sejak masa lalu dengan sejarah dan adaptasi yang lama
dalam upaya ketahanan pangan.
Salah satu kampung adat yang menarik untuk dikaji lebih dalam adalah
Kampung Adat Urug, terletak di Desa Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Kampung ini dikenal sangat menghormati warisan
leluhurnya. Adat dan tradisi menjadi salah satu peninggalan leluhur yang tidak
boleh dilanggar. “Kampung ini dikategorikan sebagai kampung adat karena
sudah di resmikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.”8 Mempunyai ketua
adat yaitu Abah kolot Ukat, Abah Amat dan Abah Sukardi dan adanya adat
istiadat yang mengikat masyarakatnya dan seperti kampung-kampung adat
yang masih mempunyai undang-undang atau peraturan. Kampung Adat Urug
memiliki aturan khusus dalam pengelolaan sumber daya pangan dan ketahanan
pangan.
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan kajian ilmiah
tentang

“KEARIFAN

LOKAL

DALAM

UPAYA

KETAHANAN

PANGAN DI KAMPUNG ADAT URUG BOGOR”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan ruang lingkup masalah yang ditentukan, maka masalah dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pengaruh globalisasi dalam bentuk program pasar bebas telah membawa
pengaruh terhadap ketahanan pangan daam sebuah negara.

8

Dinas kebudayaan Dan pariwisata Kabupaten Bogor, Situs Kampung Adat Urug, 2013.
(www.disparbudjabarprov.go.id

5

2. Ketahan pangan bagi pembangunan manusia yang merupakan tujuan
akhir dari pemangunan nasional.
3. Peranan penting ketahanan pangan untuk kehidupan salah satunya ialah
sebagai sumber energi.
4. Otonomi daerah yang telah digulirkan oleh pemerintah memberikan
kesempatan nilai-nilai kearifan local untuk kembali diperkenankan dalam
rangka membantu ketahanan nasional.
5. Pemenuhan akan pangan harus disesuaikan dengan kondisi local dan
kearifan lokal pada setiap daerah, karena setiap daerah memilki
karakteristik yang berbeda-beda
6. Kampung Adat Urug adalah kampung yang mempunyai adat-istiadat
tentang ketahanan pangan yang telah berlangsung lama dan berlaku
sampai sekarang.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang, maka penelitian
dibatasi sebagai berikut:
1. Kearifan lokal Kampung Adat Urug dalam upaya ketahan pangan
2. Implementasi kearifan lokal dalam upaya ketahanan pangan

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah utama penelitian ini adalah bagaimanakah kearifan
lokal Kampung Adat Urug dalam upaya ketahanan pangan? Berikut adalah
perumusan masalah yang ada kaitannya dengan perumusan masalah utama;
1. Bagaimana kearifan lokal Kampung Adat Urug?
2. Bagaimana implementasi kearifan lokal Kampung Adat Urug dalam
pengelolaan bahan pangan?
3. Bagaimana kearifan lokal dalam upaya ketahanan pangan kearifan lokal
Kampung Adat Urug?

6

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk:
1. Mengetahui kearifan lokal kampung Adat Urug.
2. Mengetahui implementasi kearifan lokal dalam pengelolaan bahan
pangan
3. Mengetahui kearifan dalam upaya ketahanan pangan lokal kampung
Adat Urug

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Manfaat penyusunan penelitian bagi peneliti, adalah:
1. Mengetahui kearifan local sebagai upaya ketahanan pangan yang
terdapat di Kampug Adat Urug
2. Untuk hasil temuannya supaya dikenal banyak pihak dan membuat
hasil penelitian lebih bermakna.
3. Penyusunan penelitian ini sebagai syarat gelar sarjana pendidikan
(S.Pd)
b. Bagi pembaca, dengan adanya informasi dari penelitiian ini diharapkan
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasannya.
c. Bagi peneliti lain diharapkan penelitian ini menjadi contoh dan lebih baik
lagi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi masyarakat khususnya komunitas Kampung Adat Urug, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang keraifan lokal
yang mereka miliki sehingga mereka senantiasa menjaga dan
melestarikan kearifan lokal tersebut.
2) Bagi peneliti, dapat menganalisis kearifan lokal yang terdapat di
Kampung Adat Urug yang berhubungan dengan pengeloalaan sumber
daya pangan.
3) Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

7

4) Bagi UIN JKT, diharapkan penelitian ini ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kearifan Lokal
1. Pengertian kearifan lokal
Istilah kearifan lokal mempunyai pengertian yang bermacam-macam
menurut pemahaman dan prespektip masing-masing orang dari sudut
pandang yang berbeda. diantara pengertian itu ada orang yang melihat
pengertian kearifan lokal sebagai sebuah gagasanya konseptual yang
mengandung nilai-nilai yang di miliki komunitas masyarakat tertentu. Ada
juga cenderung melihat pengertian dari pengertian filosofis dan juga dari
sudut bahasa. Berikut adalah pengertian mengenai kearifan lokal:
Kearifan lokal adalah terdiri dari dua kata yaitu kearifan dan lokal,
kearifan sepadan dengan kebijaksanaan, seperti halnya seorang filsuf
yang mencintai kebijaksanaan, sedangkan istilah lokal berarti
setempat, istilah menunjuk kepada kekhususan tempat atau
kewilayahan karena itu kearifan lokal dapat dipahami sebagai
kebijakan setempat dalam masyarakat multikultural, masing-masing
kelompok mempunyai kebenaran masing-masing karena itu, kita lihat
bahwa kearifan local itu akan bersipat relative terhadap keraifan lokal
lainnya.1
Pengertian kearifan lokal didefinisikan sebagai suatu budaya yang
diciptakan oleh aktor-aktor lokal melalui melalui proses yang berulang
ulang, melalui internalisasi dan interpretasi melalui ajaran agama dan
budaya yang sosialisasikan dalam bentuk norma-norma dan dijadikan
pedoman dalam kehidupan masyarakat.2

Mikka Wildha Nurochsyam, “ Tradisi Pasola antara Kekerasan dan Kearifan Lokal”.
Dalam Ade Makmur, (ed), Kearifan Lokal Di Tengah Modernisasi,, (Jakarta:Kementrian
Kebudayaan Dan Pariwisata Republik Indonesia, 2011), h.86.
2
Haidlor sebagai landasan pembangunan bangsa, jurnal multicultural dan multireligius,
Vol 9 2010, 5.Ali ahmad, kearifan lokal
1

8

9

Sedangkan menurut Caroline Nyamai-Kisia, “kearifan lokal adalah
sumber pengetahuan yang diselenggarakan dinamis, berkembang dan
diteruskan oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman
mereka terhadap alam dan budaya sekitarnya”.3
Dari beberapa paparan di atas mengenai kearifan lokal maka dapat di
pahami bahwa kearifan lokal adalah suatu budaya, yang di ciptakan melaui
internalisasi dan interpretasi melalui agama dan budaya. Kearifan lokal juga
adalah sumber pengetahuan ang dijadikan sebagai pedoman yang di
ciptakan oleh aktor-aktor melalui proses yang berulang..
Perbincangan mengenai kearifan lokal dimulai ketika pada tahun 1980an, ketika, “nilai-nilai budaya lokal yang terdapat dalam masyarakat
Indonesia sebagai warisan nenek moyang yang sudah hampir habis di gerus
oleh modernisasi yang menjadi kebijakan dasar dalam pembangunan yang
di laksanakan oleh Orde Baru.”4 Kearifan lokal juga adalah merupakan
warisan nenek moyang dalam tata nilai kehidupan yang menyatu dalam
bentuk religi, budaya dan adat istiadat. Kearifan lokal juga adalah proses
adaptif keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan yang ada
masyarakat yang diwariskan secara turun menurun dan menjadi pedoman
dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkunganya, yang diketahui
sebagai kearifan lokal, suatu masyarakat. Dan melalui, “keraifan lokal ini
masyarakat bisa mampu bertahan mampu menghadapi berbagai krisis yang
menimpanya.”5
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dipahami bahwa kearifan lokal
menjadi bahan perbincangan di mulai pada tahun 1980, dan kearifan lokal
3

Pasopati Media Group Bondowoso, Kearifan Lokal dan Pembangunan Indonesia, 2013,
(www.passopatifm.com).
4

Rosidi Ajip, kearifan lokal dalam perspektif budaya sunda, (Bandung: kiblat utama,
2011), h. 35-36.
5
Suhartini, “Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Penggelolan Sumber Alam dan
Lingkungan,” Makalah disampaikan pada Seminar, Pendidikan dan Penerapan MIPA, FMIPA
Universitas Negeri (Yogyakarta, Yogyakarta, 16 Mei 2009.

10

juga di sebut juga proses adaftip, terhadap lingkungan dan sekitarnya yang
diwariskan secara turun menurun dan kearifan local juga adalah sarana yang
bisa digunakan masyarkat dalam menghadapi berbagai tangtangan yang
dihadapi masyarakat .
2. Potensi keungulan Kearifan Lokal
Potensi keungulan kearifan lokal diinspirasi dari berbagai sumber potensi
yang dimiliki setiap kelompok-kelompok masyarakat tertentu, hal-hal
tersebutlah yang menjadi adanya sebauh keungulan yang dimiliki kelompok
tertentu sesuai dengan daerah masing-masing. Menurut, “Akhmad Sudrajat,
konsep pengembangan keunggulan lokal diinspirasi dari berbagai potensi,
“yaitu potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM),
geografis, budaya, dan historis.”6 Berikut adalah penjelasn potensi-potensi
tersebut:
a. Potensi Sumber daya alam, adalah potensi yang terkandung dalam
bumi, air, dan dirgantara yang dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan hidup, contohnya bidang pertanian ialah padi, jagung,
dan buah buahan, sayuran sayuran, dan lain sebagainya; bidang
perkebunan, seperti karet, tebu, tembakau, sawit, cokelat dan lain lain;
bidang perternakan misalnya unggas, kambing, sapi, dan lain
sebagainya. bidang perikanan, seperti ikan laut dan tawar, rumput laut,
tambak, dan lain-lain.
b. Potensi Sumber daya manusia. Sumber daya manusia, didefinsikan
sebagai manusia dengan segenap potensi yang dapat dimanfaatkan dan
di kembangkan menjadi mahluk sosial yang adaptif dan transformatif,
serta mampu mendayagunakan potensi alam sekitarnya secara
seimbangan dan berkesinambungan, pengertian adaptif artinya mampu
menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perubahan IPTEK, dan
perubahan sosial budaya, bangsa jepang, karena biasa di guncang
Jamal Ma’ mur Asmani, pendidikan Berbasis Keunggulan lokal, (Jakarta: DIVA Press,
2012), h. 32-39
6

11

gempa, sehigga cara hidup dan sistem arsitektur yang dipilih
diadaptasikan dari resiko menghadapi gempa, keraifan lokal
(indigenous wisdom) semacam ini juga dipunyai di berbagai daerah di
Indonesia. Sedangkan tranformatif artinya mampu memahami,
menerjemahkan, serta dari kontak sosialnya dan dengan fenomena
alam, bagi kemasalahatan dirinya di masa depan, sehingga yang
bersangkutan

menjadi

mahluk

sosial

yang

berkembang

berkesinambungan.
c. Potensi Geograpis. Tidak semua objek geografi menjadi dan
penomena geografis berkaitan dengan konsep keunggulan kearifan
lokal, sebab, keunggulan lokal dicirikan nilai guna penhomena
geografis bagi penghidupan dan kehidupan yang memiliki, dampak
ekonomis, dan pada giliranya berdampak pada kesejahteraan
masyarakat. Misalnya angin yang merupakan cuaca dan iklim sebagai
penomena geografis di atmosfer.
d. Potensi budaya. budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah
kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi

dengan sikap baik,

masyarakat perlu memadukan antara idealisme dengan realisme, yang
pada hakikatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri
khas budaya masing-masing daerah tertentu(yang berbeda dengan
daerah lain) merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah
sehingga menjadi keunggulan lokal.
e. Potensi Historis. Keunggulan lokal dalam konsep historis merupakan
potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala
maupun tradisi adat istiadat yang masih dilestarikan hingga saat ini.”7
Berdasarkan uraian tersebut kelima potensi tersebut menjadi sumber
utama dalam menentukan keunggulan lokal yang di miliki setiap komunitaskomunitas tertentu sesuai dengan di daerah masing-masing.

7

Ibid. h. 32-39.

12

3. Kearifan lokal sebagai sumber hukum
Sebelum adanya hukum negara dengan segala perangkatnya. Masyarakat
melewati beberapa fase yang merupakan juga sebuah fase berlakunya
hukum-hukum

sebelumnya,

baik

sebagai

sumber

hukum

dalam

bermasyarakat ataupun untuk pribadi. Menulusuri sejarah peradaban
manusia membawa kita kepada empat era, “yang pertama merupakan zaman
kebangkitan logos yang meninggalkan takhayul dan mistisme, Kedua zaman
medieval yang di dominasi oleh gereja, dimana akal dijadikan budak
perempuan keimanan, Ketiga era kebangkitan kembali rasionalisme dan
empirisme dan kombinasinya. Keempat, adalah era kesadaran dimana kita
merasa perlu untuk menggali kembali pemikiran-pemikiran filosofis yang di
harapkan akan memanusiakan manusia.”8 Sedangkan menurut auguste
comte,

“Membagi

perkembangan

masyarakat

dalam

arti

lembaga

kemasyarakatan disesuaikan dengan tahap perkembangan manusia sesuai
dengan tahap-tahap perkembangan pikiran manusia yaitu tahap teologis,
tahap metafisis, tahap positivistis.” 9
Jadi sebelum adanya hukum formal masyarakat desa atau adat memakai
hukum adat atau kebudayaan sebagai sumber hukum. keberadaan sumber
daya alam dimaksud di yakini telah lahir mendahului negara, demikian pula
masyarakat telah ada sebelum negara berdiri. Dengan demikian “potensi
penggelolan sumber daya alam berdasarkan budaya lokal telah di lakukan
oleh masyarakat sebelum negara berdiri.”10
B. Adat Istiadat
Berkaitan dengan pembahasan yang penulis jadikan bahan rujukan
penelitian, adat istiadat mempunyai keterkaitan dengan dengan pembahasan
8

A Mappadjantji Amien, Kemandirian Lokal konsepsi pembangunan, organisasi, dan
pendidikan dalam prespektif Sains Baru, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2005), h. 2-3.
9
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo persas 2005),
h. 349-350.
10
Ade Saptomo, Hukum dan Kearifan lokal Revatalisasi Hukum Adat Nusantara
,(Jakarta: Grasindo 2005), h. 2.

13

peneliti karena adat istiadat mempunyai keterkaitan dengan kearifan local yang
mana kearifan local dapat berupa adat istiadat. Berikut adalah pengertian adat
istiadat dari beberapa pandangan:
1. Pengertian Adat-Istiadat
Adat istiadat termasuk ke dalam wujud kebudayaan yang bersipat
abstrak, karena adat istiadat berisi gagasan, ide-ide atau peraturan yang
dituangkan melalui tulisa, adat berfungsi untuk mengatur mengendalikan
dan member arah kepad kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyaraka.
Berikut beberapa pengertian tentang adat-istiadat dari beberapa sumber:
Adat istiadat secara umum dapat di katakan bahwa kata adat itu
berarti keseluruhan bentuk kelakuan (behavior) yang diwarisi turunmenurun (tradiotion) oleh satu kumpulan. Kata istiadat dapat di
artikan sebagai kegunaan dan cara sesuatu adat itu dipakai. Jadi secara
singkat dapatlah kita simpulkan pengertian adat istiadat itu sebagai
bentuk keseluruhan bentuk kelakuan turun–menurun. cara dan
kegunaanya pada satu kumpulan.11
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, adat istiadat diartikan
sebagai aturan tentang perbuatan atau kelakuan yang lazim di ikuti
atau di lakukan sejak dahulu kala, yang sudah menjadi kebiasaan
turun menurun antar generasi sebagai warisan sehingga integrasinya
dengan pola perilaku masyarakat. Adat termasuk wujud gagasan
kebudayaan yang terdiri atas nilai nilai budaya, norma, hukum, dan
aturan yang satu dan yang lainya berkaitan menjadi satu sistem.12
Berdasarkan uraian di atas berkaitan dengan Adat istiadat adalah nilainilai yang abstrak yang didalamnya mengandung nilai-nilai yang merupakan
sumber hukum atau tata kelakuan yang di jalani seseorang dalam sebuah
kesatuan hidup dalam kelompok masyarakat sama seperti kearifan lokal
yang merupakan tata-cara perilaku dalam sebuah kesatuan kelompok
masyarkat.
C. Perubahan Sosial
1. Pengertian Perubahan Sosial
11

Ikhtisar budaya ( Bandar Sri Begawan: Dewan bahasa dan kebudayan kementian
kebudayaan, 1976), h. 7.
12
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed., kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), h. 7.

14

Hasil studi Ajip Rosidi “menyebutkan bahwa seiring dengan perubahan
zaman akan terjadi pergeseran atau pengikisan adat istiadat dan tradisi.”13
Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan,
perubahan dapat berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang
lambat dan ada perubahan yang berjalan dengan cepat. Perubahan dapat
mengenai nilai dan norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan
lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan-perubahan yang terjadi
pada masyarakat merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar
dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern.
Perubahan dalam masyarakat telah ada sejak zaman dahulu. Namun, sekarang
perubahan-perubahan

berjalan

dengan

sangat

cepat

sehingga

dapat

membingungkan manusia yang menghadapinya. Berikut adalah pengertian
mengenai perubahan sosial:
a. William F.Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahanperubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material
maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsurunsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
b. Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahanperubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
c. MacIver mengatakan perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai
perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau
sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan
sosial.
d. JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi
penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuanpenemuan baru dalam masyarakat.
e. Samuel Koenig mengatakan bahwa perubahan sosial menunjukkan pada
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.14
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses
pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola

13

Ajip Rosidi, Manusia Sunda, (Jakarta:Inti Idayu Press 1984), h.13.
Ibid, Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo persas
2005), h. 262-263.
14

15

pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan
penghidupan yang lebih bermartabat.”15
Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian perubahan sosial dapat di
simpulkan bahwa perubahan sosial akan di alami oleh setiap kelompok
masyarakat, perubahan itu akan terjadi secara perlahan-lahan ataupun secara
cepat. Perubahan itu akan meliputi perubahan unsur-unsur budaya baik yang
material maupun immaterial, struktur dan juga fungsi masyarakat, perubahan
dalam hubungan sosial dan juga perubahan dalam demografi yang terdiri dari,
jumlah penduduk, angka kelahiran, dan angka kematian, dan juga perubahan
idiologi maupun difusi dalam penemuan-penemuan baru.
2. Faktor-Faktor Perubahan Sosial
Masyarakat adat dengan segala adat-istiadatnya yang dimilikinya tentu
akan mengalami perkembangan baik secara cepat ataupun lambat.
“Masyarakat berkembang bukan merupakan satu mayat yang terbujur kaku,
melainkan sebagai satu organsime yang hidup.”16 Perubahan ini tentu saja
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut terbagi dalam dua
katagori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal ini berasal dari dalam masyarakat itu sendiri seperti:
1. Bertambah/berkurangnya penduduk
2. Penemuan-penemuan baru
3. Pertentangan (conflict)Masyarakat
4. Terjadinya pemberontakan atau Revolusi.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat
diantaranya adalah:
1. sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di
sekitar manusia.
2. Peperangan
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.17
Berdasarkan uraian di atas masyarakat akan menggalami perubahan dan
perubahan tersebut disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal

15

Hariyanto, pengertian perubahan sosial, 2013, 1, http://belajarpsikologi.com
Anthoni Giddent, dkk,. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikiranya,
(Yogyakart:Kreasi Wacana, 2004), h. 4.
17
Ibid Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),
h. 275-282.
16

16

perubahan. Faktor tersebut ada yang berasal dari masyarakat sendiri yang
terdiri dari Bertamabah/berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru,
pertentangan (conflict).
Masyarakat, dan terjadinya pemberontakan atau Revolusi, dan juga
perubahan yang berasal dari luar masyarakat yang terdiri dari sebab-sebab
yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,
peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
Untuk mendukung penelahaan yang lebih mendetail, penulis berusaha
melakukan kajian terhadap beberapa pustaka ataupun hasil penelitian yang
relevan dengan topik penulisan ini. Buku-buku dan karya ilmiah yang
sebelumnya pernah ditulis ditelusuri sebagai bahan perbandingan maupun
rujukan dalam penulisan karya lmiah ini, yakni:
1. Dalam buku yang berjudul Kearifan Tradisional Masyarakat Pedesaan
dalam upaya pemeliharaan lingkungan hidup karya Suharso dan tim
Penelitian ini berlangsung di baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi
Jawa Tengah, mendapat kesimpulan hubungan manusia dengan
lingkungan sangat bergantung dengan pola pikir manusia. Pada masa lalu
pola pikir yang irasional kiranya telah mendapat tempat yang layak.
Karena besarnya dominasi sistem pengetahuan tradisional maka
lingkungan mendapat perhatian yang begitu besar. Di masyarakat
Baturetno sistem pengetahuan tradisional yang di sosialisasikan secara
turun menurun masih mendapat tempat, sehingga perilaku pertanian
masyarakat masih banyak yang mengandalkan pada pengetahuan
tradisional

itu,

seperti

penggunaan

mangsa,

pengolahan

lahan,

pemanenan dan teknologi paska panen.18
2. Dalam buku yang berjudul kearifan tradisional masyarakat pedesaan
dalam upaya pemeliharaan lingkungan hidup di daeah riau

hasil

penelitian yang di lakukan Winoto dan tim di daerah kecamatan lingga,
18

Gatot Suharso dkk: Kearifan Tradisional dalam upaya pemeliharaan lingkungan hidup
di jawa tengah, (Jawa Tengah: Departemen Pendidikan dan kebudayaan), h. 94-95.

17

kabupaten lingga yang secara administratif termasuk wilayah kepulauan
riau mendapat kesimpulan hubungan manusia dengan lingkungan dapat
dilihat dari pandangan, pengetahuan, dan persepsi terhadap lingkungan.
Pengetahuan terhadap alam dijadikan panduan dalam bercocok tanam
dan juga pengetahuan terhadap lingkungan seperti metode melihat
bintang.19
3. Dari hasil penelitian yang di lakukan sumarna dan Dharmawan didaerah
Kampung Kuta yang secara administratip wilayah Kabupaten Ciamis
Propinsi Jawa barat dalam penelitian kearifan lokal dalam pengelolan
sumber air di kampung kuta ciamis, mendapat kesimpulan bahwa
terjaganya lingkungan dan sumber tidak terlepas dari budaya pamali
yang mana budaya ini menjadi aturan main dalam berprilaku kehidupan
sehari-hari sehingga keadaan lingkungan selalu terjaga rapih dan sumber
air terjamin, selain manfaat tersebut ada juga manfaat yang lebih baik
lagi yaitu terhindarnya dari permasalahan longsor dengan tidak di
bolehkannya membuat sumbur dan juga tidak bolehkannya membuat
makam atau kuburan.20
Persamaan dari tiga penelitian tersebut ialah membahas dan meneliti tentang
kearifan lokal yaitu tentang pandangan hidup mengenai lingkungan hidup dan
pertanian, sedangkan yang membedakan dari tiga penelitian tersebut ialah
objek kajian penelitian seperti penelitian yang dilakukan di baturetno
Wonogiri, Jawa Tengah oleh Suharso dan tim membah ialah membahas
tentang pertanian dengan sistem mangsa, pengeloalan paska panen dalam
melakukan pertanian demi menjaga lingkungan, sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh winoto yang melakukan penelitian di Lingga, Kabupaten
Lingga Kepulauan Riau membahas tata-cara pertanian dengan melihat gejala

19

Gatot Winoto dkk: Kearifan Tradisional masyarakat pedesaan dalam upaya
pemeliharaan lingkungan hidup di daerah riau, (Kepulauan Riau: Departemen Pendidikan dan
kebudayaan), h. 108-112.
20
Tia Oktaviani Sumarna dan Arya Hadi Dharmawan, Kearifan Lokal dalam Pengelolan
Sumber Daya Air Kampung Kuta, (Bogor: jurnal transdisiplin sosiologi, komunikasi dan ekolog
manusia, 2010), h. 345.

18

alam sebagai pegangan dalam melakukan proses pertanian dan menjaga
lingkungan hidup, gejala alam tersebut ialah melihat rasi bintang. Sedangkan
penelitian yang dilakukan di Kampung Kuta Ciamis, Jawa Barat, membahas
tentang kearifan lokal dalam menjaga lingkungan hidup dengan menjalankan
peraturan budaya Pamali, di dalam budaya pamali tersebut ada peraturan agar
lingkungan tetap terjaga seperti tidak di bolehkanya membuat sumbur dan
makam atau kuburan.
E. Kerangka Berpikir
Kearifan lokal dalam upaya ketahanan pangan Kampung Adat Urug Bogor.
kearifan lokal adalah suatu budaya, yang diciptakan melaui internalisasi dan
interpretasi melalui agama dan budaya, kearifan lokal adalah sumber
pengetahuan dan budaya turun-menurun dari sejumlah generasi ke generasi
lainya. Kearifan lokal yang terdiri dari pola-pikir tradisional pandangan,
persepsi dan pengetahuan bisa dijadikan sumber pengetahuan, dan dijadikan
panduan kaitanya dengan ketahanan pangan, dan kearifan lokal juga adalah
sumber hukum pada masa lalu dan juga menjadi pembahasan kembali ketika
sistem hukum atau sistem sekarang tak mampu menjawab kebutuhan
masyarakat dihubungkan dengan ketahanan pangan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung

pada bulan September-Desember 2013.

Penelitian lapangan berlangsung dari tanggal 6-15 tahun September 2013.
Sedangkan tempat yang dijadikan penelitian adalah Kampung Adat Urug. Desa
Urug, Kecamatan Sukajaya, kabupaten Bogor.
B. Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan “ilmu yang mempelajari tentang metodemetode penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam penelitian.1 Berkaitan dengan
hal itu, pada hakikatnya, “penelitian merupakan suatu upaya untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran”.2 Selain itu, Mahsun juga
mendefinisikan penelitian sebagai suatu ikhtiar yang dilakukan manusia dalam
upaya pemecahan masalah yang dihadapi.”3 Namun dalam praktiknya, upaya
untuk mencari kebenaran atau pemecahan masalah seperti yang disebutkan di
atas dalam dunia ilmiah tidak begitu saja bisa dikatakan sebagai penelitian. Hal
ini sangat bergantung pada jenis masalah yang ingin dicari jawabannya serta
prosedur atau cara apa yang digunakan dalam pemecahan masalah tersebut.”4
Dalam sebuah penelitian yang ditempuh tentu terdapat tujuan yang ingin
dicapai, untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan guna mempermudah
penelitian.

Pendekatan

yang

digunakan

oleh

seorang

peneliti

akan

menuntunnya pada metode apa yang harus digunakan, tetapi dalam
pemilihannya ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti jenis data yang

1

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),

h.4.
2

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 49.
3
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1.
4
Ibid

19

20

diteliti, serta paradigma yang menyertainya. Sehingga apa yang menjadi tujuan
penelitian dapat tercapai.
Dalam hal penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif
yaitu penelitian yang diarahkan untuk mengambil fakta berdasarkan fakta
subjek penelitian mengetengahkan hasil penelitian secara rinci. Pendekatan
yang digunakan disesuaikan dengan lapangan penelitian, maka pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan Emik dan alasaan digunakan pendekatan ini
objek dan subjek yang berhubungan dengan penomena kebudayaan tentang
keberadaan kearifan lokal dari kampung Adat Urug dan mengambarkan
kearifan lokal berdasarkan pada sudut pandang partisipan (informan
setempat).”5 Kerangka teori yang telah dibangun menjadi pengarah agar hasil
penelitian dapat memenuhi hasil penelitian.
Berdasarkan tujuan dalam memperoleh data, jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif adalah jenis yang tujuanya
memberikan gambaran yang jelas tentang karakteristik dari phenomena yang
sedang di teliti. Phenomena yang di teliti adalah kearifan lokal di kampung
Adat Urug, Desa Urug, Kecamatan Sukajaya, Jawa Barat. Sehingga akan
diperoleh gambaran yang jelas tentang kearifan lokal dan adaat istiadat
dikaitkan dalam hubunganya dengan ketahanan pangan.
Dalam penyusunan Skripsi ini, peneliti mengacu pada buku,”Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2013”.
C. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Teknik Observasi Partisipan
Menurut S. Margono

(1997:158), observasi

diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian. “Pengamatan dan pencatatan dilakukan
5

Suwardi Endraswara, Metode Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Idiologi,
Epistemologi, dan aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Widayatama, 2006). h. 56.

21

terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Selanjutnya penelitian ini juga termasuk ke dalam jenis teknik observasi
langsung yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada
bersama objek yang diselidiki.”6 Dalam penelitian kebudayaan
observasi yang digunakan adalah observasi partisipan. Observasi
partisipan adalah bagian dari kerja lapangan budaya, sepenuhnya
kegiatan ini dilakukan di lapangan budaya, disertai perangkat yang telah
dipersiapkan. Cara ini merupakan langkah penting dalam kajian budaya.
Observasi partisipan melibatkan keikutsertaan peneliti dengan individu
yang di observasi atau komunitas. “Peneliti budaya akan membuat
mereka merasa nyaman dengan kehadiran peneliti sehingga observasi
dan proses pencatatan informasi mengenai kehidupan mereka bisa
dilakukan lebih baik.”7 Obervasi partisipan dilakukan dengan cara
mengunjungi Kampung Adat Urug, kecamatan Sukajaya, bogor.
diantaranya pengamatan terhadap keadaan Lingkungan, Petani,
Masyarakat, dan insitusi-insitusi bersangkutan dan mengikuti beberapa
acara adat yang dilaksanakan. Observasi digunakan antara lain :
a. Untuk mendapatkan data yang lebih obyektif, jika dilakukan
pengamatan secara langsung.
b. Mengamati data secara langsung akan memudahkan dalam
menganalisis data-data tersebut.
2. Teknik Wawancara Mendalam
Teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu wawancara.Wawancara
adalah, “bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang
ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan,

berdasarkan

tujuan

tertentu.”8

Sedangkan

menurut pendapat lain wawancara, “adalah suatu proses memperoleh
6

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara,
2006), h.47
7
Suwardi Endraswara, Metode Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Idiologi,
Epistemologi, dan aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Widayatama, 2006), h. 140.
8
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2004), h. 180

22

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap
muka antara si penanya dengan si penjawab (responden) dengan
menggunakan

alat

ya