Analisis Daya Dukung Analisis Kelembagaan Pengelolaan Ekowisata Mangrove

4. Analisis Daya Dukung

Analisis daya dukung ditujukan untuk pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari yang tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan DDK. DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut Yulianda, 2007. DDK = k x Lp Lt x Wt Wp Keterangan: DDK = Daya Dukung Kawasan orang K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area orang Lp = Panjang area yang dapat dimanfaatkan m Lt = Unit area untuk kategori tertentu m Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari jamliter Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu jamhari Waktu kegiatan pengunjung Wp dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata dengan waktu 2 jamhari. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan Wt. Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam. Panjang area Lp merupakan area yang digunakan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Unit area yang digunakan untuk kategori ekowisata mangrove ialah 50 meter dan pengunjung yang melakukan ekowisata ialah satu orang.

5. Analisis Kelembagaan Pengelolaan Ekowisata Mangrove

Pengembangan kelembagaan pengelolaan kawasan wisata mangrove di pantai Putra Deli mencakup perbaikan organisasi pengelolaan dan aturan main pengelolaan. Perbaikan organisasi pengelolaan dengan melihat kondisi organisasi pengelolaan eksisting dan melihat kesenjangan dengan kondisi yang seharusnya. Kemudian merumuskan organisasi untuk mengoptimalkan koordinasi dan komando antara pihak yang terkait. Untuk aturan main pengelolaan kawasan pesisir mengacu pada konsep pengelolaan yang dikembangkan oleh Ruddle 1998. Seperti halnya organisasi pengelolaan dengan melihat kondisi eksisting terhadap aturan main yang ada saat ini yang dibandingkan dengan kondisi yang seharusnya dilakukan. Pola pengelolaan dari Ruddle 1998 mengacu pada struktur kelembagaan yang terdiri dari : 1. Kewenangan authority hal ini akan terkait dengan wilayah kekuasaan dan bagaimana sistem pinjam dari pemerintah kepada masyarakat. 2. Tata aturan rules hal ini akan berkaitan dengan normaperaturan yang mengikat antara pemerintah dan masyarakat dalam kegiatan ekowisata mangrove 3. Hak right hal ini berkaitan dengan hak-hak dari kedua belah pihak yang berhubungan dengan perjanjian pemanfaatan kawasan wisata mangrove 4. Pemanfaatan dan kontrol monitoring hal ini berkaitan dengan bagaimana pemantauan dari pihak pemerintah terhadap pelaksanaan semua aturan, norma, perjanjian maupun sanksi yang di sepakati. Selain itu, keterlibatan masyarakat terhadap monitoring juga perlu di analisis apakah perlu dilibatkan ataupun tidak. 5. Sanksi sanctions hal ini berkaitan dengan sanksi yang ditetapkan dan bagaimana pelaksanaannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Monografi Desa Jumlah kepadatan penduduk Kecamatan Pantai Labu pada tahun 2013 mencapai sekitar 537 jiwakm 2 . Luas wilayah Kecamatan Pantai Labu adalah 81,85 km 2 dengan jarak dari Kota Medan ialah 10 km 2 . Jumlah penduduk Desa Denai Kuala pada tahun 2013 mencapai 2404 orang. Dengan kepadatan 302 jiwa km 2 . Jumlah penduduk laki-laki ialah 1226 orang dan perempuan 1178 orang. Penduduk Desa Denai Kuala terdiri atas agama Islam, Protestan dan Budha. Agama masyarakat di Desa Denai Kuala berdasarkan data primer yang diperoleh dari pihak kelurahan adalah Islam 82,61, Protestan 9,52 dan Budha 7,86. Ekosistem Mangrove 1. Potensi Sumberdaya Mangrove Dari hasil pengamatan mangrove di 3 stasiun diperoleh 7 jenis mangrove yang terdiri atas Avicennia alba, A. lanata, A. marina, Rhizophora mucronata, Bruguiera cylindrica, Acrostichum speciosum, Lumnitzera littorea,. Foto mangrove yang ditemukan di lokasi kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 3. Komposisi jenis mangrove yang diperoleh di lapangan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Jenis Mangrove No. Nama Spesies Stasiun I Stasiun II Stasiun III 1. Avicennia alba  - - 2. Avicennia lanata   - 3. Avicennia marina -   4. Lumnitzera littorea - -  5. Rhizophora mucronata  -  6. Bruguiera cylindrica   - 7. Acrostichum speciosum - -  Keterangan  = Terdapat komposisi jenis mangrove - = Tidak terdapat komposisi jenis mangrove Dari hasil pengamatan, diperoleh kisaran kerapatan jenis setiap stasiun, baik itu untuk tingkat pohon, pancang dan semai. Tabel hasil pengolahan data primer potensi mangrove dapat dilihat pada Lampiran 4. Stasiun I terdiri dari 5 jenis mangrove, yaitu Avicennia alba, A. lanata, A. marina, Bruguiera cylindrica. Kerapatan jenis yang paling besar pada stasiun ini adalah pada jenis Bruguiera cylindrica. Nilai kerapatan total kategori pohon pada stasiun I adalah 39 ind100 m 2 . Kerpatan jenis untuk kategori pohon pada stasiun I dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun I kategori Pohon No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K indha 1. Avicennia alba 11 3 550 2. Avicennia lanata 4 2 200 3. Avicennia marina 4 2 200 4. Bruguiera cylindrica 20 2 1000 JUMLAH 39 9 1950 Keterangan: Jumlah Plot = 5 Plot Luas = 10m x 10m x 525.000 = 0,02 Ha Nilai kerapatan jenis mangrove kategori pancang pada stasiun I dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun I Kategori Pancang No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K indha 1. Avicennia alba 2 1 400 2. Avicennia lanata 6 1 1200 3. Avicennia marina 14 3 2800 4. Bruguiera cylindrica 12 3 2400 5. Rhizophora mucronata 11 3 2200 JUMLAH 45 11 9000 Keterangan: Jumlah Plot = 5 Plot Luas = 5m x 5m x 525.000 = 0,005 Ha Nilai kerapatan jenis mangrove kategori semai pada stasiun I dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun I Kategori Semai No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K indha 1. Avicennia lanata 6 2 7500 2. Bruguiera cylindrica 12 4 15000 3. Avicennia marina 14 3 17500 JUMLAH 32 9 40000 Keterangan: Jumlah Plot = 5 Plot Luas = 2m x 2m x 525.000 = 0,0008 Ha Stasiun II terdiri dari 3 jenis mangrove yaitu Avicennia lanata, A. marina, Bruguiera cylindrica. Kerapatan jenis yang paling besar pada stasiun ini adalah pada jenis Bruguiera cylindrical. Nilai kerapatan total kategori pohon pada stasiun II adalah 44 indm 2 . Kerapatan jenis untuk kategori pohon pada stasiun II dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun II Kategori Pohon No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K indha 1. Avicennia lanata 12 3 705,88 2. Bruguiera cylindrica 20 4 1176.47 3. Avicennia marina 12 2 705,88 JUMLAH 44 9 2588.23 Keterangan: Jumlah Plot = 5 Plot Luas = 10m x 10m x 530.000 = 0,017 Ha Nilai kerapatan jenis mangrove kategori pancang pada stasiun II dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun II Kategori Pancang No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K indha 1. Avicennia lanata 4 2 941,17 2. Bruguiera cylindrica 14 4 3294,11 3. Avicennia marina 5 2 1176,47 JUMLAH 23 8 5411,75 Keterangan: Jumlah Plot = 5 Plot Luas = 5m x 5m x 530.000 = 0,00425 Ha Nilai kerapatan jenis mangrove kategori semai pada stasiun II dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun II Kategori Semai No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K indha 1. Avicennia lanata 6 2 8823,52 2. Bruguiera cylindrica 13 4 19117,6 JUMLAH 19 6 27941,12 Keterangan: Jumlah Plot = 5 Plot Luas = 2m x 2m x 530.000 = 0,00068 Ha Stasiun III terdiri dari 5 jenis mangrove, yaitu Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Acrostichum speciosum, Lumnitzera littorea,. Kerapatan jenis yang paling besar pada stasiun ini adalah pada jenis Rhizophora mucronata. Nilai kerapatan total kategori pohon pada stasiun III adalah 51 indm 2 . Kerapatan jenis untuk kategori pohon pada stasiun III dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun III Kategori Pohon No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K indha 1. Acrostichum speciosum 10 2 400 2. Rhizophora mucronata 13 4 520 3. Avicennia marina 10 3 400 4. Lumnitzera littorea 7 1 280 JUMLAH 40 13 1600 Keterangan: Jumlah Plot = 5 Plot Luas = 10m x 10m x 520.000 = 0,025 Ha Nilai kerapatan jenis mangrove kategori pancang pada stasiun III dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun III Kategori Pancang No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K indha 1. Acrostichum speciosum 3 1 480 2. Rhizophora mucronata 6 2 960 3. Avicennia marina 6 3 960 4. Lumnitzera littorea 5 2 800 JUMLAH 20 8 3200 Keterangan: Jumlah Plot = 5 Plot Luas = 5m x 5m x 520.000 = 0,00625 Ha Nilai kerapatan jenis mangrove kategori semai pada stasiun III dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai Kerapatan Jenis mangrove Stasiun III Kategori Semai No. Nama Spesies Σ Ind Σ Plot K indha 1. Rhizophora mucronata 2 1 2000 2. Avicennia marina 9 2 9000 3. Lumnitzera littorea 2 1 2000 JUMLAH 13 4 13000 Keterangan: Jumlah Plot = 5 Plot Luas = 2m x 2m x 520.000 = 0,001 Ha

2. Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove di Pantai Putra Deli