Alasan Pemilihan Judul PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Pada era globalisasi perindustrian di dunia terutama industri meubel kayu berkembang semakin pesat dan cepat. Di berbagai negara termasuk Indonesia, hampir setiap jenis industri ini menggunakan mesin-mesin yang mutlak penting bagi proses produksi. Proses didalam industri jelas memerlukan kegiatan tenaga kerja sebagai unsur dominan yang mengelola bahan baku atau material, mesin, peralatan dan proses lainnya yang dilakukan di tempat kerja guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Penggunaan teknologi dan peralatan canggih disamping memberi dampak positif, tidak jarang mengakibatkan pengaruh buruk terutama bila tidak dikelola dengan baik. Berbagai sumber bahaya di tempat kerja seperti faktor fisik, kimia, biologi, fisiologik, psikososial mesin, peralatan kerja dan perilaku serta kondisi manusia yang merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan begitu saja. A.M. Sugeng Budiono,1 981: 347. Suatu penelitian menerangkan bahwa bahaya tempat kerja banyak terjadi di industri kimia 5 , 2 ± , di industri kertas 4 ± ,dan hampir 11 ± di perusahaan kayu Cascio,Wayne F, 1981: 426. PT. Kota Jati Furindo Jepara merupakan perusahan swasta yang bergerak di industri meubel dan telah menggunakan teknologi dan peralatan canggih dalam proses produksinya. Pembuatan meubel ini melalui beberapa proses, diantaranya adalah proses penggergajian kayu. Proses penggergajian ini umumnya menimbulkan kebisingan karena banyak menggunakan mesin-mesin gergaji besar, baik secara manual mapupun mekanik, sehingga dapat menyebabkan gangguan pendengaran, konsentrasi dan aktivitas. Proses produksi yang ada di PT. Kota Jati Furindo II Jepara meliputi Saw Mill, Klin Dry, Pembahanan, Processing Divisi Mesin, Assembling, Sanding, dan Finishing. Kesemua tahapan proses produksi ini mempergunakan banyak mesin yang dapat menimbulkan suara bising. Yang terbising adalah tahapan processing Divisi Mesin karena paling banayak menggunakan mesin gergaji yaitu sekitar 48 buah. Dari survei awal yang telah dilakukan, kebisingan pada divisi mesin ini lebih dari 85 desibel melebihi nilai ambang batas, sehingga diperlukan upaya perlindungan terhadap tenaga kerja agar tidak menderita kebisingan. Salah satu upaya yang telah ditempuh oleh PT. Kota Jati Furindo Jepara adalah dengan penyediaan dan penggunaan alat pelindung telinga dan masker bagi para pekerja. Namun pada kenyataannya banyak para pekerja yang tidak mau atau enggan untuk menggunakan alat tersebut. Badan kesehatan dunia WHO melaporkan tahun 1988 terdapat 8-12 penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk. http:www.indomedia.comintisariindex,htm. Kebisingan dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan karena dapat mengganggu perhatian dan konsentrasi yang akan menyebabkan prestasi kerja juga akan terganggu Suma’mur, 1989: 99. Kerusakan pendengaran akibat bising sesungguhnya telah dikenal sejak zaman pra sejarah, khususnya pada saat manusia menggunakan logam untuk berbagai keperluan dalam kehidupan sehari-hari. Pada revolusi industri setelah perang dunia kedua, semakin banyaknya penggunaan tenaga mesin disertai suara bising yang keras, menimbulkan malapetaka kepada para pekerja. Di Amerika Serikat terdapat sekitar 5-6 juta orang terancam menderita tuli akibat bising. Di negeri Belanda jumlahnya mencapai 200.000-300.000 orang, di Inggris sekitar 0,2 di Kanada dan Swedia masing-masing sekitar 0,03 dari seluruh populasi. Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia yang sangat penting peranannya dalam proses produksi perlu memperoleh perlindungan terhadap kemungkinan bahaya kebisingan di tempat kerja. Ketulian akibat bising merupakan cacat yang bersifat menetap irreversibel, sehingga meskipun kelainan tersebut dikategorikan sebagai kecelakaan kerja yang berhak memperoleh kompensasi, upaya terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi kerusakan pendengaran. Sugeng Budiono. A.M, 2003: 295 Salah satu upaya untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya kebisingan diantaranya adalah dengan menggunakan alat pelindung telinga earplug dan alat pelindung ini harus disediakan secara cuma-cuma oleh pihak perusahaan Suma’mur, 1988: 35. Dalam pasal 5 ayat 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrsi No.01MEN1981 disebutkan bahwa “Tenaga kerja harus memakai alat pelindung diri untuk pencegahan penyakit akibat kerja”. Kesadaran akan manfaat penggunaan alat pelindung telinga earplug perlu ditanamkan pada setiap tenaga kerja. Peningkatan wawasan dan pengetahuan akan menyadarkan tentang pentingnya penggunaan alat pelindung telinga earplug secara efektif dan benar serta tercapai prestasi kerja sesuai dengan yang diharapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik penggunaan alat pelindung telinga APT adalah perasaan nyaman atau tidak nyaman saat menggunakan alat pelindung telinga APT, usia, masa kerja dan lamanya di tempat kerja. Tingkat resiko kerja yang tinggi juga berkaitan dengan praktik penggunaan alat pelindung telinga APT. Penggunaan alat pelindung telinga APT bagi tenaga kerja oleh perusahaan mampu meningkatkan produksi dan prestasi kerja. Prestasi kerja setiap orang tidaklah sama walaupun mereka bekerja pada mesin-mesin dan tempat kerja yang sama. Perbedaan prestasi kerja ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah bakat, intelegensi, bentuk badan, pendidikan, motivasi, kepribadian, pengetahuan mengenai pekerjaan dan lain-lain. Tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan tentang manfaat penggunaan alat pelindung telinga APT atau praktek penggunaan APTnya baik, jelas akan lebih baik dan akan lebih sedikit berbuat kesalahan dalam operasionalnya, sehingga dapat meningkatkan mutu kerja baik kuantitas maupun kualitas Moh.As’ad,1989:1 - 9. Bertambahnya tenaga kerja yang menderita tuli akibat bising di tempat kerja, khususnya di tempat penggergajian kayu dikarenakan keengganan pekerja menggunakan alat pelindung telinga ear plug. Hal ini mengakibatkan prestasi kerja kurang baik. Oleh karena itu penulis mengambil judul “Perbedaan Hasil Produksi Perajin Meubel Kayu antara yang Memakai Alat Pelindung Telinga Earplug dengan yang Tidak Memakai pada Bagian Processing Divisi Mesin Di PT. Kota Jati Furindo Jepara”.

1.2 Permasalahan

Dokumen yang terkait

Perbedaan Kualitas Hidup Lansia Dengan Edentulus Yang Memakai Dan Tidak Memakai Gigi Tiruan Penuh Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

0 35 93

Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di Departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2015

2 39 0

Bagi Sobat Yang Tidak Memakai Stick atau Joystick

0 2 1

PERBEDAAN STATUS KEBERSIHAN MULUT PADA ORANG YANG MEMAKAI ALAT ORTODONTIK CEKAT DAN TIDAK MEMAKAI ALAT ORTODONTIK

0 2 40

Jumlah Koloni Candida Spp Pada Lansia Yang Memakai Dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh Dari Akrilik Pada Maksila

0 8 75

Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada Pekerja Bagian Pengamplasan di Industri Meubel PT. Kota Jati Furindo di Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabopaten Jepara.

0 0 1

Perbedaan Hasil Produksi Perajin Meubel Kayu antara yang Memakai Alat Pelindung Telinga (Earplug) dengan yang tidak Memakai Pada Divisi Mesin (Processing) Di PT. Kota Jati Furindo Jepara.

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kontrol Diri pada Mahasiswi Muslim yang Memakai Jilbab dan yang Tidak Memakai Jilbab

0 0 2

PERBEDAAN KENAIKAN FREKUENSI DENYUT NADI PADA TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH MEMAKAI SUMBAT TELINGA (EARPLUG) DI BAGIAN BUFFING PT. TECHPACK ASIA KARANGAWEN 2005 - UDiNus Repository

0 0 2

Jumlah Koloni Candida Spp Pada Lansia Yang Memakai Dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh Dari Akrilik Pada Maksila

0 0 12