Teori Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget

yang lebih objektif. Setiap pribadi menilai dirinya dengan ukurannya sendiri, sementara orang lain menilai pribadi seseorang dengan ukuran umum. 3. Pertumbuhan hati nurani Hati nurani merupakan pusat kepribadian. Setiap seluruh kepribadian, hati nurani manusia juga mengalami pertumbuhan dan tergantung tanggapan lingkungan atau usaha sendiri. Lingkungan yang baik dapat mendukung pertumbuhan hati nurani secara positif, begitu pula sebaliknya, lingkungan yang buruk dapat memperburuk dan menghambat pertumbuhan hati nurani. Akan tetapi pertumbuhan hati nurani juga dapat ditentukan oleh masing- masing pribadi. Sebab orang juga mempunyai hati nurani walaupun harus hidup dalam lingkungan.

2.2.2. Teori Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget

Tahap-tahap dalam perkembangan moral menurut Jean Piaget terdiri dari dua tahap, yaitu : 1Tahap heteronomy heteronomous morality 2Tahap otonomi outonomous morality Dalam bukunya The moral Judgment Of The child 1923, Piaget menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari satu tahap ke tahap yang lebih tinggi. Sesuai dengan perkembangan umur, orientasi terhadap peraturan itu berkembang dari sikap heteronom, bahwa peraturan itu berasal dari diri seseorang ke sikap yang semakin otonom, bahwa peraturan ditentukan juga oleh subjek yang bersangkutan Salam, 2000:67. Pada tahap heteronom, anak cenderung meniru begitu saja aturan-aturan yang diberikan oleh orang-orang yang berkompeten dan aturan-aturan itu dipandang tidak bisa diubah. Oleh karena itu, pada tahap ini disebut juga masa realisme moral. Sedangkan pada tahap otonomi, anak sudah menyadari bahwa aturan-aturan itu dibuat oleh orang dan dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada atas dasar kesepakatan bersama dalam kelompok. Pada tahap heteronomi atau realisme moral, anak-anak merasa wajib mengikuti aturan-aturan, karena aturan itu adalah suci seperti Undang-Undang dewa, dan tidak dapat diubah. Mereka cenderung memandang peraturan-peraturan itu secara total adalah benar atau salah, dan mengira bahwa setiap orang memandang aturan-aturan itu dengan cara yang sama. Mereka memutuskan kesalahan atau kebenaran suatu tindakan atas dasar besar kecilnya akibat-akibat yang ditimbulkannya, dan apakah tindakan-tindakan itu akan dihukum atau tidak. Pada tahap moralitas otonom atau moralitas bekerja sama, dimana aturan- aturan dipandang sebagai persetujuan bersama, terpelihara dengan mantap melalui persetujuan sosial secara timbal balik serta dapat diubah atau dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan bersama. Mereka mengakui bahwa dalam hal ini kemungkinan ada perbedaan pandangan. Keputusan anak mengenai benar dan salah, ditekankan pada akibat-akibat yang ditimbulkan. Mereka percaya bahwa hukuman hendaknya berlaku secara timbal balik, dan dikaitkan dengan suatu tindakan tertentu.

2.2.3. Teori Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg