ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TEBU DI LAHAN TEGALAN DENGAN SISTEM KEPRASAN DI KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR

(1)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN KELAYAKAN USAHA

BUDIDAYA TEBU DI LAHAN TEGALAN DENGAN

SISTEM KEPRASAN DI KABUPATEN MALANG JAWA

TIMUR

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2

Magister Agribisnis

Disusun oleh : MUHANDOYO NIM 201210390211009

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MALANG JUNI 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Analisis Produktivitas Dan Kelayakan Usaha Budidaya Tebu di

Lahan Tegalan dengan Sistem Keprasan di Kabupaten Malang Jawa Timur” yang

merupakan syarat dalam memperoleh gelar Magister Agribisnis di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Jabal Tarik Ibrahim, M.Si selaku Pembimbing Utama dan Bapak Dr. Ir. Sutawi, MP selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan Tesis hingga selesai. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Anas Tain, MM selaku Ketua Jurusan Program Studi Magister Agribisnis Universitas Muhammadyah Malang dan selaku Tim Penguji Tesis.

2. Bapak Dr. Aries Sulistyo, M.Si selaku tim Penguji Tesis.

3. Bapak dan Ibu Dosen program Magister Agribisnis beserta seluruh Staff Tata Usaha Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Tim Tehnis Dinas Perkebunan Kabupaten Malang.

5. Kepala UPT Balai Penyuluhan Kecamatan Ngajum dan Wonosari Kabupaten Malang.


(6)

6. Pengurus, Karyawan dan Anggota Koperasi Unit Desa “Ngajum“

Kabupaten Malang.

7. Seluruh teman-teman Jurusan Magister Agribisnis UMM yang telah membantu kelancaran penyusunan Tesis ini.

Penulis hanya dapat berdoa, semoga amalan beliau tersebut diatas memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu demi perbaikan penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran. Semoga Tesis ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.

Malang, Juni 2014


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………... i

ABSTRAK ………. iii

DAFTAR ISI……….. iv

DAFTAR TABEL……….. vii

DAFTAR GAMBAR………. x

DAFTAR GRAFIK ……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 4

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 4

1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 5

1.5 Definisi Istilah ………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka………... 7

2.1.1 Produktivitas ………... 7

2.1.2 Budidaya Tebu Keprasan………... 8

2.1.3 Fungsi Produksi………... 12

2.1.4 Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas……….. 18

2.1.5 Faktor Produksi Usaha Budidaya Tebu Keprasan……… 20

2.1.6 Penelitian Terdahulu………... 20


(8)

2.3 Hipotesis ……….... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subyek, Obyek dan Tempat Penelitian ………... 35

3.2 Metode Penelitian ………... 36

3.2.1 Desain Penelitian ………... 36

3.2.2 Sumber Data dan Cara Menentukannya……… 36

3.2.3 Metode Penarikan Sample ……… 37

3.2.4 Rancangan Uji Hipotesis ……… 39

A. Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas ……… 39

1. Peranan Faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas ……….. 40 2. Analisis Nilai Produk Marginal………. 45

B. Analisis Ekonomi ……… 46

1. Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan……... 46

2. Analisis Break Even Point (BEP) ……….. 47

3. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) …………. 48

3.2.5 Operasionalisasi Variabel ………... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Wilayah ……….. 51

4.1.1 Deskripsi Daerah Penelitian ………. 51

4.1.2 Curah Hujan ………. 54

4.1.3 Luas Lahan Menurut Ekosistem……….. 55

4.1.4 Komoditi Utama Menurut Sub Sektor Petanian ………. 56


(9)

4.2.1 Jumlah Penduduk ………. 62

4.2.2 Karakteristik Sample Penelitian ……….. 63

4.3 Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis ……….. 65

4.3.1 Uji Kriteria Statistik ……… 65

4.3.2 Uji Kriteria Ekonometrika……….. 73

4.4 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ………. 75

4.5 Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan ………. 78

4.6 Analisis Break Even Point (BEP) ………. 85

4.7 Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) ……… 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 88

5.2 Saran ………. 88

DAFTAR PUSTAKA……… 90


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Perkembangan Luas Areal Tanam, Produksi Tebu

dan Produksi Gula Kabupaten Malang Th 2009-2013 ... 3 2 Jumlah populasi dan Sample Pada Masing-masing Strata

di Kedua Kecamatan………... 39

3 Batas Wilayah Administrasi Kedua Kecamatan di Daerah

Penelitian……… 51

4 Rincian Desa di Kedua Wilayah Kecamatan di Daerah

Penelitian……… 52

5 Jarak Antara Kedua Kantor Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Ibukota Provinsi

JawaTimur ………. 52

6 Luas Lahan Menurut Ekosistem ……… 56

7 Data Input–Output Tanaman Pangan dan Holtikultura… 57

8 Data Input–Output Tanaman Perkebunan……… 57

9 Data Potensi Perikanan di Daerah Penelitian………. 60

10 Data Populasi Ternak di Daerah Penelitian……… 61

11 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di

Daerah Penelitian……… 62

12 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di


(11)

14 Pengalaman Bertani Petani Sample di Daerah Penelitian ... 64 15 Tingkat Pendidikan Petani Sample di Daerah Penelitian… 65

16 Hasil Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas………….. 66

17 Hasil Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Dalam Usaha Budidaya Tebu di Daerah Penelitian MTT

2012/2013, MG 2013 ……… 75

18 Jumlah Biaya Tetap (TFC) Per Hektar Usaha Budidaya

Tebu di Daerah PenelitianMTT 2012/2013 ………. 80

19 Jumlah Biaya Tidak Tetap (TVC) Per Hektar Usaha

Budidaya Tebu di Daerah Penelitian MTT 2012/2013 ….. 81

20 Jumlah Biaya (TC) Usaha Budidaya Tebu Per Hektar di

Daerah Penelitian MTT 2012/2013……… 82

21 Penerimaan Usaha Budidaya Tebu per Hektar di Daerah

PenelitianMG 2013 ……… 84

22 Hasil Analisis Keuntungan Usaha Budidaya Tebu per

Hektar di Daerah Penelitian MG 2013 ……… 85

23 BEP Usaha Budidaya Tebu Per Hektar di Wilayah

Kecamatan Ngajum dan Kecamatan Wonosari Kabupaten

Malang MG 2013……… 86

24 Analisis R/C Ratio Usaha Budidaya Tebu Per Hektar di


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Judul Halaman

1 Hubungan Fungsional Produksi Fisik dan Faktor Produksi 13 2 Tahapan Produksi Berhubungan Dengan hukum Kenaikan

Hasil yang Makin Berkurang ……… 15

3 Curah Hujan di Daerah Penelitian Tahun 2008-2012 ….. 55

4 Luas Areal Tanaman Tebu di Daerah Penelitian Tahun

2010-2013 ……….. 58

5 Produksi Tebu di Daerah Penelitian Tahun 2010-2013 … 59


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Populasi Petani Tebu Berdasarkan Strata Luas Lahan Tegalan di Daerah Penelitian MTT 2012/2013

2 Daftar Sample Petani Tebu Berdasarkan Luas Lahan dan Strata Kepemilikan di Daerah Penelitian MTT 2012/2013

3 Petani Sample Berdasarkan Umur, Pengalaman, dan Tingkat Pendidikan di Daerah Penelitian Tahun 2013

4 Penggunaan Bibit Sulam, Pupuk Anorganik dan Organik Usaha Budidaya Tebu di Daerah Penelitian MTT 2012/2013

5 Penggunaan tenaga Kerja Usaha Budidaya Tebu di Daerah Penelitian MTT 2012/2013

6 Faktor Produksi dan Produksi Usaha Budidaya Tebu di Daerah Penelitian MTT 2012/2013

7 Analisis Regresi Linear Berganda 8 Uji Normalitas

9 Uji Multikolinearitas 10 Uji Heteroskedasitas 11 Uji Autokorelasi

12 Analisis efisiensi Alokasi penggunaan Faktor-faktor Produksi Usaha Budidaya Tebu di Daerah Penelitian MTT 2012/2013, MG 2013


(15)

13 Jumlah Biaya Tetap (TFC) Usaha Budidaya Tebu di Daerah Penelitian MTT 2012/2013

14 Biaya Pembelian Pupuk, Tenaga Kerja, Angkutan, dan Lain-lain (TVC) Usaha Budidaya Tebu di Daerah Penelitian MTT 2012/2013 15 Analisis Penerimaan(Revenue)Usaha Budidaya Tebu di Daerah

Penelitian MG 2013

16 Perhitungan BEP Usaha Budidaya Tebu di Daerah Penelitian MG 2013

17 Perhitungan R/C ratio Usaha budidaya Tebu di Daerah Penelitian MG 2013


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous (1992). Pembudidayaan Tebu Di Lahan Sawah Dan Tegalan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anonymous (2005). Landasan Teknis Budidaya Tebu Di Lahan Tegalan. Surabaya : Dinas Perkebunan Jawa Timur.

Anonymous (2005). Standar Karakteristik Pertumbuhan Agronomis Tebu. Surabaya: Dinas Perkebunan Jawa Timur.

Anonymous (2005). Pengelolaan Tebu Keprasan. Surabaya: Dinas Perkebunan Jawa Timur.

Anonymous (2005). Sosialisasi Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional Dan Pengembangan Tebu. Surabaya: Dinas Perkebunan Jawa Timur.

Anonymous (2005). Revitalisasi Industri Gula Jawa Timur. Surabaya : Dinas Perkebunan Jawa Timur.

Abimanyu, Y. (2004).Ekonomi Manajerial. Bogor: Ghalia Indonesia.

Agustina, E.S. (2010). Analisis Efisiensi Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Tebu, Studi Kasus di Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran

Kabupaten Malang.

( http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/26408/5/analisis-efisiensi-faktor-

produksi-dan-pendapatan-usahatani-tebu-saccharum-officinarum-l-(ringkasan).pdf diakses pada tanggal 20 Januari 2014 )

Ajija, S.R., Sari, D.W., Setianto, R.H., dan Primanti, M.R. (2011). Cara Cerdas Menguasai EViews. Jakarta: Salemba Empat.

Apriliani, D., Suwarto, dan Qonita, RR.A. (2013). Analisis Komparatif Usahatani Tebu Untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.E-Jurnal AGRISTA. Edisi 2 Vol 1 (2013).

Ariani, M., Askin, A., dan Hestina, J. (2006). Analisis Daya Saing Usahatani Tebu di Provinsi Jawa Timur. SOCA (Socio-Economic Of Agriculturre and Agribusiness). Vol. 6, No. 1 Februari 2006.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.


(17)

Daniels, M. (2001).Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Effendi, I. dan Oktariza, W. (2006). Manajemen Agribisnis Perikanan. Bogor:

Penebar Swadaya.

Gunawan, M.A. (2013). Statistik Untuk Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Parama Publishing.

Hernanto (1991).Ilmu Usahatani.Edisi Tiga. Jakarta: Erlangga.

Muljadi, P. (1995). Evaluasi Proyek, Uraian Singkat dan Soal Jawab. Jakarta: Liberty.

Permadi, H. (1999). Teknik Analisis Regresi Teori dan Aplikasinya. Malang: Fakultas MIPA UM.

Qudratullah, M.F. (2012).Analisis Regresi Terapan Teori, Contoh Kasus, dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Rahmat, M. (1999). Profil Tebu Rakyat di Jawa Timur. JAE Vol. II/ No. 2/ Okt 1992. Hal. 39–57.

Riduan dan Sunarto (2009).Pengantar Statistik Untuk Penelitian.Alfabeta. Singarimbun, M. dan Effendi, S. (1981). Metode Penelitian Survey. Yogyakarta:

LP3ES.

Soekartawi, Soeharjo, A., Dillon, J.L., dan Hardaker, J.B. (1984).Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI Press.

Soekartawi (1990). Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglass.Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Soekartawi (1995). Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia (UI –

Press).

Soekartawi (2001).Agribisnis Teor dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soekartawi (2003). Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta: C.V. Rajawali

Sudjana (1992).Metode Statistik.Bandung.


(18)

Supranto J. (1993).Pengantar Statistik Ekonomi.Jakarta: LP3ES.

Supranto J. (1993). Metode Peramalan Kuantitatif Untuk perencanaan Ekonomi Dan Bisnis.Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Susilowati, S.H. dan Timaprilla, N. (2009). Analisis Efisiensi Usahatani Tebu di Jawa Timur.Jurnal Littri 18(4): 16217,Desember 2012.

Nuryanti, S. (2004). Usahatani Tebu Pada Lahan Sawah dan Tegalan di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bogor: Pusat Analisis Sosaila ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Syakir, M., Deciyanto S., dan S. Damanik (2013). Analisa Usahatani Budidaya Tebu Intensif, Studi Kasus di Kabupaten Purbalingga. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(2),Oktober 2013:51−57.

Tjondrokusumo (1984). Diktat Pengantar Ilmu Pemasaran Jilid III. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Wibowo, E. (2012). Pola Kemitraan Antara Petani Tebu Rakyat Kredit (TRK) dan Mandiri (TRM) dengan Pabrik Gula Modjopanggoong Tulungagung. Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2013

www.disbun.jatimprov.go.id/komoditi_tebu.php (diakses pada tanggal 5 Januari 2014)

www.disbun.jatimprov.go.id/arealtanam.php (diakses pada tanggal 5 Januari 2014)


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan dalam famili gramineae. Seperti halnya padi dan termasuk kategori tanaman semusim, tanaman tebu tumbuh membentuk anakan, mengelompokkan dalam bentuk rumpun dan menghasilkan karbohidrat yang begitu tinggi. Tanaman tebu membutuhkan waktu untuk menghasilkan produksi gula mencapai 11 - 12 bulan. Rata-rata bobot tebu yang dapat dihasilkan melalui pengelolaan budidaya yang baik dapat mencapai produktivitas tebu sekitar 1000 - 1200 ku/ha. Namun dilapangan masih sering dijumpai pengelolaan tebu dengan tata cara yang tidak baik sehingga produktivitas tebu yang dihasilkan menjadi rendah, kurang dari 700 ku/ha (Anonymous, 2005).

Kinerja industri gula nasional tidak terlepas dari situasi dan kondisi industri gula di Jawa Timur, karena propinsi ini merupakan penghasil utama gula di Indonesia. Sekitar 41% total produksi gula nasional berasal dari Jawa Timur dan sekitar 44% area tebu Indonesia berada di Jawa Timur. Karena itu Jawa Timur sebenarnya barometer industri gula nasional (Anonymous, 2005).

Berbagai penelitian terhadap komoditas tebu maupun gula sudah banyak dilakukan, mengingat gula merupakan komoditas strategis dan sangat penting peranannya bagi perekonomian Indonesia. Rahmat (1999) mendeskripsikan profil tebu rakyat di Jawa Timur secara umum bahwa tebu telah diterima petani sebagai komoditas yang memberi harapan sumber pendapatan rumah tangga. Langkah


(20)

adalah dengan jalan meningkatkan produksi gula dalam negeri. Hal ini karena beberapa alasan yaitu (1) produksi gula dalam negeri masih dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan produksi dan produktivitasnya, (2) dapat menghemat devisa negara, (3) terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat, (4) peningkatan pendapatan masyarakat, (5) perbaikan struktur perekonomian masyarakat setempat (Anonymous, 1995).

Usaha budidaya tebu yang dilakukan oleh petani cenderung melakukan pengeprasan secara berulang. Seiring program akselerasi, maka produktivitas dan kelayakan usahatani tebu di lahan kering atau tegal dengan sistem keprasan perlu dikaji guna menyakinkan petani bahwa usaha budidaya tebu tersebut masih dianggap sebagai sumber pendapatan keluarga dan secara finansial layak untuk diusahakan.

Selaras dengan diberlakukannya tebu keprasan, petani diberi kelonggaran untuk menanam tebu di lahan kering atau tegalan. Dorongan untuk mengelola keprasan antara lain karena biaya pengelolaan berkurang, sedangkan keluaran hasilnya hampir tidak turun,sebagai upaya mengatasi kelangkaan tenaga kerja dan mengatasi makin terbatasnya lahan yang bisa ditanami tebu (Anonymous, 2005).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa usahatani tebu dengan sistem pengeprasan lebih dari tiga kali masih menguntungkan dibanding dengan budidaya tanaman baru (plane cane), karena sisten keprasan membutuhkan biaya relatif lebih kecil. Ini karena terdapat penghematan dari biaya pembelian bibit dan pengolahan tanah. Namun demikian, budidaya keprasan juga tidak selamanya menguntungkan karena pada tingkat keprasan tertentu diperolehan produksi yang rendah tidak sebanding dengan pembiayaan. Pada kondisi tebu keprasan yang


(21)

sudah tidak menguntungkan seharusnya tanaman tersebut dibongkar dan diganti dengan tanaman tebu baru, agar petani saat panen tidak mengalami kerugian.

Perkembangan luas areal tanaman tebu, produksi tebu, dan produksi gula di Kabupaten Malang selama lima tahun terakhir, dari tahun 2009 sampai 2013 adalah berikut ini:

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal Tanam, Produksi Tebu, dan Produksi Gula Kabupaten Malang Tahun 2009 - 2013

Musim

Giling Luas Areal

Produksi

Tebu Rend.

Produksi Gula

( Tahun ) ( Ha ) ( Kw ) ( % ) ( Kw )

2009 30.987,56 26.897.912 7,3 1.970.488 2010 33.872 32.985.286 6,6 1.965.579 2011 42.421 33.324.406 7,6 2.519.325 2012 44.267 37.538.798 8,6 3.220.829 2013 44.317 38.600.499 7,3 2.817.836 Sumber: Distanbun Kabupaten Malang Tahun 2014

Dari tabel di atas, diketahui perkembangan untuk luas areal tanaman tebu dari tahun 2009 sampai tahun 2013 rata-rata sebesar 9,27%, untuk produksi tebu juga mengalami peningkatan rata-rata sebesar 9,79%. Perkembangan rendeman secara keseluruhan dari tahun 2009 sampai tahun 2013 rata-rata sebesar 0,90% meskipun di tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 9,59% begitu juga dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 15,12%. Sedangkan untuk perkembangan produksi gula secara keseluruhan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 10,65% meskipun di tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 13%, hal ini sebagai akibat adanya penurunan rendeman tahun 2013. Selain itu, adanya penurunan rendeman ini menyebabkan tebu yang ada di wilayah Kabupaten Malang pada saat panen yang seharusnya digiling di pabrik wilayah Kabupaten Malang yaitu PG. Kebon Agung dan PG.


(22)

Malang. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Malang mempunyai potensi yang besar dalam menghasilkan komoditi gula.

Dari latar belakang diatas penulis ingin melakukan penelitian mengenai “Analisis Produktivitas dan Kelayakan Usaha Budidaya Tebu di Lahan Tegalan dengan Sistem Keprasan di Kabupaten Malang Jawa Timur“.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan usaha budidaya tebu pada lahan tegalan dengan sistem keprasan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan faktor produksi luas lahan, bibit sulam, pupuk anorganik, pupuk organik, tenaga kerja, pengalaman bertani, dan tingkat pendidikan terhadap produktivitas tebu?

2. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi dalam usaha budidaya tebu sudah mencapai tingkat efisiensi?

3. Bagaimana tingkat kelayakan usaha budidaya tebu di lahan tegalan dengan sistem keprasan, apakah layak untuk diusahakan?

1.3. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui : 1. Peranan faktor produksi luas lahan, bibit sulam, pupuk anorganik, pupuk

organik, tenaga kerja, pengalaman bertani, dan tingkat pendidikan terhadap produktivitas tebu.


(23)

2. Tingkat efisiensi harga atau allocative efficiency penggunaan masing-masing faktor produksi terhadap produktivitas tebu.

3. Kelayakan usaha budidaya tebu pada lahan tegalan dengan sistem keprasan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai :

1. Bahan informasi dan pertimbangan bagi petani tentang faktor produksi apa saja yang berperan terhadap produktivitas tanaman tebu dalam usaha budidaya tebu di lahan tegalan dengan sistem keprasan.

2. Informasi bagi petani dalam melaksanakan efisiensi harga penggunaan faktor-faktor produksi dalam budidaya tanaman tebu.

3. Bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka pengembangan dan peningkatan produksi tebu di lahan tegalan dengan sistem keprasan.

1.5. Definisi Istilah

1. Produktivitas adalah banyaknya produksi yang dihasilkan per satuan luas pada suatu periode tertentu.

2. Budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi fisik lingkungan

tanaman tebu, berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan, alat dan tenaga yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan pada fase pertumbuhan sehingga menghasilkan produksi yang diharapkan.


(24)

3. Lahan tegalan adalah lahan yang mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.

4. Sistem keprasan adalah suatu cara menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan.

5. Faktor produksi adalah input atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan barang/ produksi pada periode tertentu.

6. Produksi tebu adalah hasil fisik dari usaha budidaya tebu yang diperoleh dalam satu kali periode proses produksi.

7. Kelayakan usaha adalah tingkat kesesuaian perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam satu periode tertentu dalam kegiatan usaha budidaya tebu.

8. Penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual produksi pada saat panen.

9. Biaya adalah korbanan yang di keluarkan dalam proses produksi.

10. Keuntungan adalah hasil bersih dari usaha yang merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi pada suatu periode tertentu.

11. Rendemen adalah merupakan persentase perbandingan jumlah gula yang dihasilkan dengan jumlah tebu yang digiling.


(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan dalam famili gramineae. Seperti halnya padi dan termasuk kategori tanaman semusim, tanaman tebu tumbuh membentuk anakan, mengelompokkan dalam bentuk rumpun dan menghasilkan karbohidrat yang begitu tinggi. Tanaman tebu membutuhkan waktu untuk menghasilkan produksi gula mencapai 11 - 12 bulan. Rata-rata bobot tebu yang dapat dihasilkan melalui pengelolaan budidaya yang baik dapat mencapai produktivitas tebu sekitar 1000 - 1200 ku/ha. Namun dilapangan masih sering dijumpai pengelolaan tebu dengan tata cara yang tidak baik sehingga produktivitas tebu yang dihasilkan menjadi rendah, kurang dari 700 ku/ha (Anonymous, 2005).

Kinerja industri gula nasional tidak terlepas dari situasi dan kondisi industri gula di Jawa Timur, karena propinsi ini merupakan penghasil utama gula di Indonesia. Sekitar 41% total produksi gula nasional berasal dari Jawa Timur dan sekitar 44% area tebu Indonesia berada di Jawa Timur. Karena itu Jawa Timur sebenarnya barometer industri gula nasional (Anonymous, 2005).

Berbagai penelitian terhadap komoditas tebu maupun gula sudah banyak dilakukan, mengingat gula merupakan komoditas strategis dan sangat penting peranannya bagi perekonomian Indonesia. Rahmat (1999) mendeskripsikan profil tebu rakyat di Jawa Timur secara umum bahwa tebu telah diterima petani sebagai komoditas yang memberi harapan sumber pendapatan rumah tangga. Langkah yang dinilai bijaksana dalam rangka meningkatkan ketersediaan gula nasional


(2)

adalah dengan jalan meningkatkan produksi gula dalam negeri. Hal ini karena beberapa alasan yaitu (1) produksi gula dalam negeri masih dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan produksi dan produktivitasnya, (2) dapat menghemat devisa negara, (3) terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat, (4) peningkatan pendapatan masyarakat, (5) perbaikan struktur perekonomian masyarakat setempat (Anonymous, 1995).

Usaha budidaya tebu yang dilakukan oleh petani cenderung melakukan pengeprasan secara berulang. Seiring program akselerasi, maka produktivitas dan kelayakan usahatani tebu di lahan kering atau tegal dengan sistem keprasan perlu dikaji guna menyakinkan petani bahwa usaha budidaya tebu tersebut masih dianggap sebagai sumber pendapatan keluarga dan secara finansial layak untuk diusahakan.

Selaras dengan diberlakukannya tebu keprasan, petani diberi kelonggaran untuk menanam tebu di lahan kering atau tegalan. Dorongan untuk mengelola keprasan antara lain karena biaya pengelolaan berkurang, sedangkan keluaran hasilnya hampir tidak turun,sebagai upaya mengatasi kelangkaan tenaga kerja dan mengatasi makin terbatasnya lahan yang bisa ditanami tebu (Anonymous, 2005).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa usahatani tebu dengan sistem pengeprasan lebih dari tiga kali masih menguntungkan dibanding dengan budidaya tanaman baru (plane cane), karena sisten keprasan membutuhkan biaya relatif lebih kecil. Ini karena terdapat penghematan dari biaya pembelian bibit dan pengolahan tanah. Namun demikian, budidaya keprasan juga tidak selamanya menguntungkan karena pada tingkat keprasan tertentu diperolehan produksi yang rendah tidak sebanding dengan pembiayaan. Pada kondisi tebu keprasan yang


(3)

sudah tidak menguntungkan seharusnya tanaman tersebut dibongkar dan diganti dengan tanaman tebu baru, agar petani saat panen tidak mengalami kerugian.

Perkembangan luas areal tanaman tebu, produksi tebu, dan produksi gula di Kabupaten Malang selama lima tahun terakhir, dari tahun 2009 sampai 2013 adalah berikut ini:

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal Tanam, Produksi Tebu, dan Produksi Gula Kabupaten Malang Tahun 2009 - 2013

Musim

Giling Luas Areal

Produksi

Tebu Rend.

Produksi Gula

( Tahun ) ( Ha ) ( Kw ) ( % ) ( Kw )

2009 30.987,56 26.897.912 7,3 1.970.488

2010 33.872 32.985.286 6,6 1.965.579

2011 42.421 33.324.406 7,6 2.519.325

2012 44.267 37.538.798 8,6 3.220.829

2013 44.317 38.600.499 7,3 2.817.836

Sumber: Distanbun Kabupaten Malang Tahun 2014

Dari tabel di atas, diketahui perkembangan untuk luas areal tanaman tebu dari tahun 2009 sampai tahun 2013 rata-rata sebesar 9,27%, untuk produksi tebu juga mengalami peningkatan rata-rata sebesar 9,79%. Perkembangan rendeman secara keseluruhan dari tahun 2009 sampai tahun 2013 rata-rata sebesar 0,90% meskipun di tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 9,59% begitu juga dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 15,12%. Sedangkan untuk perkembangan produksi gula secara keseluruhan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 10,65% meskipun di tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 13%, hal ini sebagai akibat adanya penurunan rendeman tahun 2013. Selain itu, adanya penurunan rendeman ini menyebabkan tebu yang ada di wilayah Kabupaten Malang pada saat panen yang seharusnya digiling di pabrik wilayah Kabupaten Malang yaitu PG. Kebon Agung dan PG.


(4)

Malang. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Malang mempunyai potensi yang besar dalam menghasilkan komoditi gula.

Dari latar belakang diatas penulis ingin melakukan penelitian mengenai “Analisis Produktivitas dan Kelayakan Usaha Budidaya Tebu di Lahan Tegalan dengan Sistem Keprasan di Kabupaten Malang Jawa Timur“.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan usaha budidaya tebu pada lahan tegalan dengan sistem keprasan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan faktor produksi luas lahan, bibit sulam, pupuk anorganik, pupuk organik, tenaga kerja, pengalaman bertani, dan tingkat pendidikan terhadap produktivitas tebu?

2. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi dalam usaha budidaya tebu sudah mencapai tingkat efisiensi?

3. Bagaimana tingkat kelayakan usaha budidaya tebu di lahan tegalan dengan sistem keprasan, apakah layak untuk diusahakan?

1.3. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui : 1. Peranan faktor produksi luas lahan, bibit sulam, pupuk anorganik, pupuk

organik, tenaga kerja, pengalaman bertani, dan tingkat pendidikan terhadap produktivitas tebu.


(5)

2. Tingkat efisiensi harga atau allocative efficiency penggunaan masing-masing faktor produksi terhadap produktivitas tebu.

3. Kelayakan usaha budidaya tebu pada lahan tegalan dengan sistem keprasan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai :

1. Bahan informasi dan pertimbangan bagi petani tentang faktor produksi apa saja yang berperan terhadap produktivitas tanaman tebu dalam usaha budidaya tebu di lahan tegalan dengan sistem keprasan.

2. Informasi bagi petani dalam melaksanakan efisiensi harga penggunaan faktor-faktor produksi dalam budidaya tanaman tebu.

3. Bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka pengembangan dan peningkatan produksi tebu di lahan tegalan dengan sistem keprasan.

1.5. Definisi Istilah

1. Produktivitas adalah banyaknya produksi yang dihasilkan per satuan luas pada suatu periode tertentu.

2. Budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi fisik lingkungan

tanaman tebu, berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan, alat dan tenaga yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan pada fase pertumbuhan sehingga menghasilkan produksi yang diharapkan.


(6)

3. Lahan tegalan adalah lahan yang mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.

4. Sistem keprasan adalah suatu cara menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan.

5. Faktor produksi adalah input atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan barang/ produksi pada periode tertentu.

6. Produksi tebu adalah hasil fisik dari usaha budidaya tebu yang diperoleh dalam satu kali periode proses produksi.

7. Kelayakan usaha adalah tingkat kesesuaian perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam satu periode tertentu dalam kegiatan usaha budidaya tebu.

8. Penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual produksi pada saat panen.

9. Biaya adalah korbanan yang di keluarkan dalam proses produksi.

10. Keuntungan adalah hasil bersih dari usaha yang merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi pada suatu periode tertentu.

11. Rendemen adalah merupakan persentase perbandingan jumlah gula yang dihasilkan dengan jumlah tebu yang digiling.