Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya Buah Naga (Hylocereus sp.) di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep Jawa Timur

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA
BUAH NAGA (Hylocereus sp.) DI DESA ROMBASAN
KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP
JAWA TIMUR

RESTI PRASTIKA DESTIARNI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Budidaya Buah Naga (Hylocereus sp.) di Desa Rombasan
Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep Jawa Timur adalah benar karya saya
dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor,

Juli 2013

Resti Prastika Destiarni
NRP. H34090005

ABSTRAK
RESTI PRASTIKA DESTIARNI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Budidaya Buah Naga (Hylocereus sp.) di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan
Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA.
Buah naga merupakan buah yang memiliki potensi untuk dikembangkan
karena memiliki nilai ekonomis tinggi dan permintaan yang belum terpenuhi.
Pemenuhan kebutuhan buah naga yang ada saat ini masih merupakan hasil impor.
Salah satu cara untuk mengurangi impor tersebut adalah adanya pengembangan

pembudidayaan buah naga. Bapak Muhlis Hidayat merupakan seorang petani
yang mulai membudidayakan buah naga sejak tahun 2006. Peningkatan
permintaan merupakan suatu pasar potensial bagi petani sehingga perlu dilakukan
pengembangan usaha dengan menambah investasi. Modal yang dibutuhkan untuk
melakukan pengembangan usaha besar sehingga perlu dilakukan suatu studi
kelayakan bisnis untuk mengetahui kelayakan penambahan investasi yang
dilakukan. Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif untuk
menganalisis kelayakan dari aspek non finansial dan kuantitatif untuk
menganalisis kelayakan dari aspek finansial. Setiap usaha pasti memiliki risiko
dan ketidakpastian sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat
layak untuk dijalankan dan dikembangkan.
Kata kunci : buah naga, kelayakan, pengembangan usaha
ABSTRACT
RESTI PRASTIKA DESTIARNI. The Business Development Feasibility
Analysis of Dragon Fruit (Hylocereus sp.) Cultivation in Rombasan Village
Pragaan Regency Sumenep Subdistrict East Java. Supervised by JUNIAR
ATMAKUSUMA
Dragon fruit is a fruit which has a potential to be developed because it has
a high economic value and unfullfilling demand. The fullfilling of dragon fruit

needs is still an import result. One of the way to decrease an import is the
development of dragon fruit cultivation. Mr. Muhlis Hidayat is a farmer who has
begun cultivating dragon fruit since 2006. The increasing of demand is a market
potential for farmer so that it is necessary to do business development by adding
investments. The capital which is needed to develop this business is big enough so
that it needs a feasibility study to determine business feasibility. The data analysis
methods which is used are qualitative which used to analyze the non financial
aspect feasibility and quantitative which used to analyze the financial aspect
feasibility. Every business has its own risk and uncertainty so that sensitivity and
switching value analysis is needed to be done to determine the feasibility limit.
The research result showed that the dragon fruit cultivation of Mr. Muhlis Hidayat
is feasible to be done and developed.
Keywords : business development, dragon fruit, feasibility

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA
BUAH NAGA (Hylocereus sp.) DI DESA ROMBASAN
KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP
JAWA TIMUR

RESTI PRASTIKA DESTIARNI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

Nama
NRP

: Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya Buah
Naga (Hylocereus sp.) di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan

Kabupaten Sumenep Jawa Timur
: Resti Prastika Destiarni
: H34090005

Disetujui oleh

Ir. Juniar Atmakusuma, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah

kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Buah Naga
(Studi Kasus Bapak Muhlis Hidayat di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan
Kabupaten Sumenep Jawa Timur).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Juniar Atmakusuma MS.
selaku pembimbing skripsi, Ibu Ir. Narni Farmayanti M.Sc selaku dosen penguji
utama, dan Bapak Ir. Burhanuddin MM. penguji komisi pendidikan atas
bimbingan, kritik, dan sarannya terhadap karya ilmiah ini. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada Bapak Muhlis Hidayat yang bersedia menjadi responden
dan tempat penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibunda
tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya, serta seluruh kerabat dan temanteman atas doa dan semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor,

Juli 2013

Resti Prastika Destiarni
NRP. H34090005

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Perumusan Masalah ....................................................................................... 6
Tujuan ............................................................................................................ 8
Manfaat .......................................................................................................... 9
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 9
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9
Sejarah Buah Naga ........................................................................................ 9
Karakteristik Buah Naga.............................................................................. 10
Budidaya Buah Naga ................................................................................... 11
Persyaratan Tumbuh Tanam
11
Persiapan Lahan
11
Persiapan Bibit dan Penanaman
11
Pemeliharaan

12
Panen
12
Khasiat dan Prospek Pengembangan Buah Naga ........................................ 12
Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Buah naga ......................................... 14
Analisis Efisiensi Usahatani Buah Naga ..................................................... 14
Analisis Daya Saing Usaha Budidaya Buah Naga ...................................... 15
Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga ................................................... 16
Risiko Produksi Buah Naga ......................................................................... 16
Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Buah Naga..................................... 17
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................. 18
Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................................... 18
Investasi
18
Studi Kelayakan Bisnis
19
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
19
Aspek Nonfinansial
20

Aspek Finansial
24
Teori Biaya dan Manfaat
24
Tanpa dan Dengan Bisnis (Without and With Business)
25
Konsep Nilai Waktu Dan Uang (Time Value Of Money)
25
Umur Bisnis
25
Kriteria Kelayakan Investasi
26
Analisis Sensitivitas
27
Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................ 26
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 30
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 31
Data dan Instrumen ...................................................................................... 31
Variabel penelitian ....................................................................................... 31
Metode Pengambilan Data ........................................................................... 32

Metode Pengolahan Data ............................................................................. 33
Analisis Kelayakan Nonfinansial
33

Analisis Kelayakan Finansial
34
Metode Penyusutan
36
Laba Rugi
36
Incremental Net benefit
37
Analisis sensitivitas
37
Asumsi yang Digunakan Dalam Penelitian ................................................. 37
GAMBARAN USAHA ......................................................................................... 39
Gambaran Umum Desa Rombasan .............................................................. 39
Sejarah Usaha ............................................................................................... 40
Lokasi Usaha ................................................................................................ 42
Kegiatan Usaha ............................................................................................ 42

ASPEK NON FINANSIAL ................................................................................... 43
Aspek Pasar .................................................................................................. 43
Potensi Pasar
44
Bauran Pemasaran
46
Aspek Teknis ................................................................................................ 50
Lokasi Bisnis
50
Proses Produksi
52
Siklus Hidup Produk
55
Hama dan Penyakit
56
Layout Lokasi dan Lahan Budidaya Buah Naga
58
Pemilihan alat dan Teknologi
59
Aspek Manajemen ........................................................................................ 61
Sub Aspek Manajemen
61
Sub Aspek Sumber Daya Manusia
64
Aspek Hukum .............................................................................................. 66
Aspek Ekonomi, Sosial, dan Budaya ........................................................... 66
Aspek Lingkungan ....................................................................................... 67
ASPEK FINANSIAL ............................................................................................ 67
Analisis Finansial Sebelum Pengembangan ................................................ 68
Arus Penerimaan ................................................................................. 68
Arus Pengeluaran ................................................................................ 70
Laba Rugi............................................................................................ 76
Manfaat bersih .................................................................................... 78
Analisis Finansial Setelah Pengembangan ................................................... 78
Arus Penerimaan ................................................................................. 79
Arus Pengeluaran ................................................................................ 81
Laba Rugi............................................................................................ 87
Incremental Net Benefit................................................................................ 89
Kriteria Kelayakan Usaha ............................................................................ 89
Analisis Sensitivitas dan Switching Value ................................................... 91
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 92
Simpulan ...................................................................................................... 92
Saran ............................................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 93
LAMPIRAN
96

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Ekspor impor produk pertanian subsektor hortikultura tahun 2009–2012
Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku tahun 2007–2010 (miliar
rupiah)
Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan buah-buahan tahun 2007–2011
(rupiah)
Nilai produksi, luas panen, dan produktivitas buah-buahan di Indonesia tahun
2007–2011
Proyeksi konsumsi buah-buahan penduduk Indonesia
Sentra produksi buah naga Indonesia
Jumlah penawaran dan permintaan buah naga kebun bapak Muhlis Hidayat
tahun 2012–2013 (ton)
Klasifikasi buah naga
Kandungan nutrisi buah naga
Tingkat pendidikan penduduk Desa Rombasan tahun 2011
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Desa Rombasan tahun 2012
Impor buah naga dan sapodilla berdasarkan volume dan nilai periode Januari
hingga Agustus 2012
Jumlah penjualan buah naga kebun bapak Muhlis Hidayat tahun 2012 (ton)
Prakiraan produksi dan permintaan buah naga kebun bapak Muhlis Hidayat
setelah pengembangan (ton)
Permintaan buah naga kebun bapak Muhlis Hidayat pada kondisi sebelum
dan setelah pengembangan
Penawaran buah naga kebun bapak Muhlis Hidayat pada kondisi sebelum dan
setelah pengembangan
Kebutuhan bahan baku usaha budidaya buah naga bapak Muhlis Hidayat di
Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep
Komposisi upah tenaga kerja per orang pada usaha budidaya buah naga bapak
Muhlis Hidayat di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep
Proyeksi penjualan buah naga putih dan buah naga merah usaha budidaya
buah naga bapak Muhlis Hidayat sebelum pengembangan
Proyeksi penerimaan unit usaha jasa pembudidayaan kondisi sebelum
pengembangan
Biaya investasi usaha budidaya buah naga bapak Muhlis Hidayat sebelum
pengembangan
Biaya variabel usaha budidaya buah naga bapak Muhlis Hidayat sebelum
pengembangan
Biaya tetap usaha budidaya buah naga bapak Muhlis Hidayat sebelum
pengembangan
Biaya investasi, nilai sisa, dan penyusutan sebelum pengembangan usaha
Proyeksi penjualan buah naga putih dan buah naga merah usaha budidaya
buah naga bapak Muhlis Hidayat setelah pengembangan
Proyeksi penerimaan unit usaha jasa pembudidayaan kondisi setelah
pengembangan
Biaya investasi usaha budidaya buah naga bapak Muhlis Hidayat setelah
pengembangan

1
2
2
3
3
5
7
10
13
40
40
44
44
45
45
45
51
64
69
70
71
73
75
76
80
81
82

28 Biaya variabel usaha budidaya buah naga bapak Muhlis Hidayat setelah
pengembangan
29 Biaya tetap usaha budidaya buah naga bapak Muhlis Hidayat setelah
pengembangan
30 Biaya investasi, nilai sisa, dan penyusutan setelah pengembangan usaha
31 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga milik Bapak Muhlis Hidayat
pada kondisi sebelum pengembangan
32 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga milik Bapak Muhlis Hidayat
pada kondisi setelah pengembangan
33 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga sebelum pengembangan
(kondisi penurunan produksi 20 %)
34 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga setelah pengembangan (kondisi
penurunan produksi 20 %)
35 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga sebelum pengembangan
(kondisi penurunan harga 23 %)
36 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga setelah pengembangan (kondisi
penurunan harga 23 %)

84
86
87
90
90
91
91
91
92

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
12
14

Kerangka pemikiran operasional
Variabel penelitian
Saluran ditribusi buah naga sebelum pengembangan
Rencana saluran distribusi buah naga setelah pengembangan
Proses produksi budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat Desa
Rombasan Kecamatan Pragaan Kabuapaten Sumenep
Tiang atau cagak yang digunakan dan empat buah bibit yang ditanam
Bakal bunga dan bunga buah naga
Grafik produksi buah naga menurut teori
Grafik produksi buah naga milik bapak Muhlis Hidayat di Desa Rombasan
Batang dan buah yang terkena HPT
Lokasi kebun buah naga, rumah, dan kios
Layout lahan buah naga bapak Muhlis Hidayat
Lahan buah naga
Struktur organisasi usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat

30
32
48
48
52
53
54
55
56
58
58
59
59
62

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Laporan laba rugi sebelum pengembangan
96
Cash flow sebelum pengembangan
97
Laporan laba rugi setelah pengembangan
99
Cash flow setelah pengembangan
100
Cash flow analisis sensitivitas penurunan produksi 20 persen sebelum
pengembangan
102

6
7
8

Cash flow analisis sensitivitas penurunan produksi 20 persen setelah
pengembangan
104
Cash flow analisis sensitivitas penurunan harga 23 persen sebelum
pengembangan
106
Cash flow analisis sensitivitas penurunan harga 23 persen setelah
pengembangan
108

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditi impor pada subsektor hortikultura yang ada di pasaran terdengar
ironis karena menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan
hortikultura masyarakatnya. Sampai dengan bulan September 2012, neraca
perdagangan Indonesia pada subsektor hortikultura masih menunjukkan angka
negatif. Hasil kumulatif ekspor-impor produk pertanian subsektor hortikultura
selama tahun 2012 terhitung pada bulan Januari–September adalah -1 510 091 ton
dan senilai US$ -1 155 223 000. Jumlah tersebut merupakan angka sementara
sehingga masih berpotensi untuk meningkat dan melebihi volume dan nilai impor
pada tahun 2011.

Tabel 1 Ekspor impor produk pertanian subsektor hortikultura tahun 2009–2012
No

Subsektor

Tahun
2009

Hortikultura
Volume (ton)
Ekspor
447 609
Impor
1 524 666
Neraca
-1 077 057
Nilai (US$ .000)
Ekspor
379 739
Impor
1 077 463
Neraca
-687 724
a
terhitung bulan Januari - September
Sumber : BPS (2012)

2010

2011

2012a

1

364 139
1 560 798
-1 196 678

381 648
2 052 271
-1 670 623

316 674
1 826 765
-1 510 091

390 740
1.292 868
-902 148

491 304
1 686 131
-1 194 827

368 867
1 524 090
-1 155 223

Salah satu penyumbang impor pada subsektor hortikultura adalah komoditi
buah-buahan. Penurunan impor dapat terjadi dengan meningkatkan volume
produksi buah-buahan namun dengan tidak mengabaikan mutu dari hasil produksi
itu sendiri. Peningkatan volume produksi akan berkontribusi positif terhadap
pendapatan petani sehingga usaha di bidang budidaya buah-buahan merupakan
suatu peluang bisnis yang besar karena masih ada permintaan yang harus dipenuhi
baik untuk pasar domestik maupun luar negeri.
Buah-buahan merupakan komoditi yang berpotensi untuk dikembangkan
karena diantara komoditi hortikultura lainnya, buah-buahan merupakan
penyumbang PDB hortikultura nasional terbesar (Tabel 2) dengan persentase
52.91 persen atau 45 482 miliar rupiah pada tahun 2010. Selain itu, tren konsumsi
buah-buahan di Indonesia pada masa yang akan datang diramalkan akan
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini terkait dengan wacana
meningkatkan konsumsi buah-buahan di Indonesia sebagaimana disampaikan oleh
Dirjen Hortikultura yang menargetkan konsumsi buah-buahan penduduk
Indonesia pada tahun 2014 mencapai 200 gram/kapita/hari.

2

Tabel 2 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku tahun 2007–2010
(Miliar Rupiah)
No.

Komoditas

2007
1. Buah-buahan
42 632
2. Sayuran
25 587
3. Tanaman Hias
4 741
4. Tanaman Biofarmaka
4 105
Total
76 795
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

Tahun
2008
2009
47 060
48 437
28 205
30 506
5 085
5 494
3 853
3 897
84 202
88 334

2010
45 482
31 244
6 174
3 665
85 958

Dengan adanya target tersebut maka dapat dipastikan bahwa permintaan
komoditi buah-buahan akan meningkat. Selain itu, konsumsi buah-buahan
masyarakat Indonesia mengalami peningkatan 12–15 persen setiap tahunnya
seiring dengan peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat akan
kesehatan1.

Tabel 3 Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan buah-buahan Tahun 2007–2011
(rupiah)
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011

Jumlah
9 055
8 779
8 821
12 335
12 759

Sumber : BPS (2012)

Berdasarkan Tabel 3 mengenai pengeluaran rata-rata per kapita per bulan
buah-buahan di Indonesia pada tahun 2007–2011 menunjukkan perkembangan
yang positif. Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan buah-buahan pernah
mengalami penurunan pada tahun 2008, namun selanjutnya menunjukkan tren
yang positif dan mengalami pertumbuhan sebesar 10.18 persen selama periode
2007–2011 .
Adanya wacana peningkatan konsumsi dan produksi buah-buahan untuk
memenuhi permintaan masyarakat akan buah-buahan, diimbangi dengan
peningkatan produksi, luas panen, dan produktivitas buah-buahan pada tahun
2011. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa produksi buah-buahan pada tahun 2011
sebesar 18 374 594 ton dengan luas panen 774 972 hektar sehingga menghasilkan
produktivitas sebesar 23.71 ton/hektar. Jumlah tersebut memang lebih kecil
dibandingkan tahun 2009 namun mengalami peningkatan yang cukup besar
dibandingkan dengan tahun 2010.

1

http://finance.detik.com/read/2011/07/04/150103/1674081/4/ironis-konsumsi-bush-naik-15-tapidinikmati-buah-impor [akses 10 Oktober 2012]

3

Tabel 4 Nilai produksi, luas panen, dan produktivitas buah-buahan di Indonesia
tahun 2007–2011
No.

Tahun

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

1.
2007
16 554 307
678 017
2.
2008
17 969 418
786 970
3.
2009
18 690 263
842 240
4.
2010
15 588 701
683 762
a
5.
18 374 954
774 972
2011
a
b
2011 angka sementara, hasil tanpa jeruk siam
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), BPS (2012)

Produktivitas
(ton/ha)
24.42
22.83
22.19
22.80
23.71b

Adanya peningkatan pendapatan dan kualitas pendidikan pada masyarakat
Indonesia dapat pula meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
kualitas dan komposisi gizi dari asupan makanan yang mereka konsumsi. Dengan
adanya kesadaran tersebut maka dapat diramalkan bahwa permintaan dan
konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia akan meningkat dan sesuai dengan
standar FAO. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi buah-buahan
masyarakatnya yang masih rendah dengan jumlah rata-rata konsumsinya adalah
40 kg/kapita/per tahun2. Jumlah tersebut masih dibawah standar minimal FAO
yaitu 65.75 kg/kapita/tahun. Padahal negara lain seperti Thailand, Singapura, dan
Jepang konsumsi buah-buahan masyarakatnya telah mencapai 70 kg/kapita/tahun,
90 kg/kapita/tahun, dan 95 kg/kapita/tahun. Indonesia diperkirakan akan mencapai
bahkan melebihi standar FAO dalam pengonsumsian buah-buahan pada tahun
2015 (Tabel 5).

Tabel 5 Proyeksi konsumsi buah-buahan penduduk Indonesia
Tahun

Populasi Penduduk
(Juta Jiwa)

2000
2005
2010
2015
Sumber : BPS (2011)

213
227
240
254

Total Buah
Total Konsumsi
Konsumsi/Kapita (kg)
(Ribu ton)
36.76
7 830
45.70
10 375
57.92
13 900
78.74
20 000

Proyeksi pada Tabel 5 mengGambarkan bahwa pada tahun 2015,
konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia mencapai 78.74 kg/kapita/tahun
dengan total konsumsi sebesar 20 000 000 ton. Dengan adanya proyeksi tersebut
dapat disimpulkan bahwa subsektor hortikultura terutama pada komoditi buahbuahan memiliki prospek yang besar untuk dikembangkan. Hal tersebut juga
didukung dengan adanya peningkatan permintaan buah-buahan di pasar domestik
dan internasional. Namun, peningkatan tersebut ternyata dinikmati oleh buahbuahan impor. Hal ini sangat disayangkan karena produksi buah-buahan Indonesia
belum bisa mencukupi permintaan buah-buahan di pasaran.
2

http://www.majalahglobalreview.com/industri/agribisnis/14-agribisnis/37-konsumsi-buahbuahan-antara-kebutuhan-dan-gaya-hidup.html [akses, 11 Januari 2013]

4

Buah naga merupakan salah satu komoditi binaan Direktorat Jenderal
Hortikultura berdasarkan keputusan Menteri Pertanian tanggal 12 September
2006. Hal tersebut karena buah naga memiliki ciri-ciri yang khas, baik dari segi
fisik maupun rasanya. Buah ini merupakan salah satu buah eksotik yang ada di
Indonesia karena eksotik disini mengandung arti memiliki daya tarik khusus dan
belum banyak dikenal umum (KBBI, 2001). Dalam pengertian khusus, buah
eksotik diartikan sebagai buah-buahan yang mempunyai daya tarik tersendiri baik
karena bentuk, warna, rasa yang khas, aneh, indah, maupun kandungan khasiat
dan manfaatnya yang luar biasa bagi kesehatan dan gizi ataupun kebugaran.
Buah naga (Inggris : Pitaya) adalah buah dari jenis kaktus dengan marga
Hylocereus dan Selenicereus. Buah naga bukanlah buah yang berasal dari
Indonesia karena buah ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Utara.
Namun buah ini dapat tumbuh dengan baik di Indonesia karena kondisi iklim
Indonesia yang sesuai untuk pertumbuhan dan pengembangan buah naga3. Buah
naga mulai dibudidayakan pada tahun 2001 dengan varietas buah naga putih di
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Saat ini buah naga mulai dikembangkan dan
dibudidayakan di beberapa negara lain, yaitu Thailand, Vietnam, Filipina,
Malaysia, dan Australia. Negara-negara tersebut mulai mengembangkan buah
naga karena melihat potensi dan prospek pengembangan bisnis budidaya buah
naga ini sangat potensial dan menguntungkan. Bahkan di Vietnam, buah naga
mulai dikembangkan tahun 1990-an dan saat ini memiliki luas areal, khusus di
Provinsi Binh Thuan mencapai 12 000 hektar dengan produksi 220 000 ton/tahun,
dibudidayakan oleh 22 000 keluarga, serta dikirimkan pada 200 perusahaan
eksportir dengan tujuan ekspor ke 15 negara di Asia dan Eropa4.
Pada awalnya, buah naga di Indonesia hanya dikenal di daerah ibukota
Jakarta yang merupakan buah impor dari Thailand. Namun, saat ini trend buah
naga bukan hanya saja dimiliki masyarakat Jakarta, tetapi lambat laun memasuki
hingga ke daerah-daerah lain di Indonesia. Di beberapa kota besar sudah terlihat
kecenderungan peningkatan permintaan akan buah naga seperti di Surabaya,
Denpasar, dan Semarang. Selanjutnya pada akhir tahun 2002 buah ini mulai
masuk Bandar Lampung dengan harga yang masih cukup mahal yaitu mencapai
Rp18 500.00/kg dan buah tersebut merupakan buah naga impor. Melihat dan
mengamati perkembangan produksi dan penjualan di pasar swalayan yang masih
terjadi kekosongan, memunculkan hipotesis bahwa pembudidayaan buah naga
memiliki prospek yang terbuka dan menguntungkan apalagi permintaan dalam
negeri sangat besar dan permintaan eksporpun juga besar, contohnya Prancis yang
bahkan mengimpor dari Thailand dan Vietnam (Kristanto, 2010).
Adanya pengembangan pembudidayaan buah naga, selain untuk
mencukupi permintaan pasar domestik juga untuk meningkatkan produksi buahbuahan lokal atau dalam negeri. Buah naga sebagai buah yang baru berkembang
di Indonesia namun digemari ini dapat menjadi solusi mengatasi rendahnya
produksi buah-buahan dalam negeri. Semakin tingginya pendidikan masyarakat
dan kesadaran akan kesehatan membuat buah-buahan, terutama buah naga
menjadi salah satu buah yang banyak dicari dan dikonsumsi. Berbagai khasiat
buah naga membuat kosumen tidak ragu untuk mengonsumsinya. Pengembangan
3
4

Daniel Kristanto. Buah Naga : Pembudidayaan di Pot dan di Kebun, 2010
Ir. W.D. Wibawa, M.Sc. 2011. Pengembangan Buah Naga Berbasis Mutu dan Produktivitas

5

buah naga ini juga menjadi solusi karena sejauh ini, sebagian besar buah naga
yang ada di pasaran merupakan buah naga impor.
Selain memiliki permintaan yang belum dapat dipenuhi tanpa harus
mengimpor, buah naga memiliki kontribusi yang positif pada pembudidayanya.
Buah naga memiliki umur usaha selama 15 tahun dengan pendapatan yang dapat
diperoleh selama umur bisnis tersebut sebesar Rp2 863 335 982.09 pada
pembudidayaan buah naga merah (Khairunnas dan Tety, 2011). Sedangkan
keuntungan yang dapat diperoleh jika berinvestasi dan berusaha pada
pembudidayaan buah naga super red selama umur bisnis 15 tahun di Banjarbaru
sebesar Rp8 336 768 965.46 (Siswaluya, Fajeri, dan Dja’far, 2012).
Buah naga juga memiliki R/C rasio yang lebih tinggi dibandingkan pepaya
berdasarkan penelitian di Sabila Farm Yogyakarta dengan nilai R/C rasio atas
biaya tunai sebesar 9.92 dan R/C rasio berdasarkan biaya total sebesar 10.26
(Wahyuni, 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa buah naga memiliki prospek
yang menguntungkan untuk dikembangkan ditunjang dengan adanya pangsa pasar
yang telah dimiliki oleh pemilik usaha. Namun, peletakan buah naga pada display
masih belum menonjol dibandingkan dengan buah lainnya sehingga adanya
penelitian yang menunjukkan kontribusi buah naga baik bagi konsumen maupun
produsen diperlukan.
Pada awalnya, pembudidayaan buah naga hanya terpusat di daerah Jawa
Timur yaitu di Pasuruan, Jember, Mojokerto, dan Jombang5. Namun saat ini,
pembudidayaan buah naga telah mencakup daerah di Pulau Sumatera dan Pulau
Jawa selain Jawa timur. Pada Tabel 6 disajikan data daerah-daerah yang
mengembangkan budidaya buah naga dan menjadi sentra produksi buah tersebut.

Tabel 6 Sentra produksi buah naga Indonesia
No.
1
2

Provinsi
Sumatera Utara
Riau

Kabupaten/kota

Deli Serdang
Kota Pekanbarua, Siak
Kota Batam, Bintan, Karimun, Tanjung
3
Kepulauan Riau
Pinang
4
Sumatera Barat
Padang Pariaman
Lampung Timur, Lampung Selatan,
5
Lampung
Tulang Bawang
Kab. Bogor, Kota Bogor, Bekasi,
6
Jawa Barat
Sumedang, Indramayu
Boyolali, Karanganyar, Kendal, Semarang,
Pati, Wonosobo, Purbalingga, Pemalang,
7
Jawa Tengah
Banjarnegara, Sragen, Sukoharjo.
8
D.I Yogyakarta
Slemana, Kulonprogo, Bantul
Jember, Pasuruana, Malang, Lumajang,
9
Jawa Timur
Banyuwangi.
a
Jumlah produksi di daerah tersebut
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)

Jumlah Produksia (ton)
± 40
± 68
± 72

Selain daerah sentra produksi tersebut, Desa Rombasan di Kecamatan
Pragaan Kabupaten Sumenep merupakan daerah yang membudidayakan dan
5

Daniel Kristanto. Buah Naga : Pembudidayaan di Pot dan di Kebun, 2010

6

mengembangkan buah naga di Pulau Madura. Desa ini merupakan desa yang
dijadikan desa percontohan untuk pengembangan pembudidayaan buah naga
untuk wilayah Madura. Buah naga merupakan komoditi baru tidak hanya di Pulau
Madura tetapi juga di Kabupaten Sumenep namun memiliki prospek untuk dapat
dikembangkan.
Buah naga hasil produksi Desa Rombasan memiliki rasa yang lebih manis
dan tahan lama dibandingkan buah naga pada umumnya karena keadaan iklim di
daerah tersebut yang mendukung perkembangan buah naga yang optimal 6. Buah
naga khas Madura ini memiliki permintaan yang tinggi terutama pada pasar lokal.
Dengan adanya prospek bisnis yang tinggi diiringi dengan permintaan di pasar
lokal dan luar negeri tinggi, pengembangan budidaya buah naga dengan
meningkatkan faktor dan hasil produksi merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar dengan tidak mengesampingkan
mutu dari hasil produksi itu sendiri. Adanya pengembangan usaha ini memerlukan
modal dan investasi yang lebih besar sehingga diperlukan kajian mengenai
kelayakan pengembangan usaha buah naga di Desa Rombasan ini.

Perumusan Masalah
Desa Rombasan merupakan salah satu desa di Kecamatan Pragaan yang
memiliki potensi pengembangan budidaya buah naga. Pengembangan budidaya
buah naga di desa ini dimulai pada tahun 2006 dan membuat desa ini terkenal
dengan buah naga sebagai ikonnya. Buah naga yang dibudidayakan di Desa
Rombasan ada dua macam yaitu buah naga putih dan buah naga merah. Pada
awalnya, buah naga ini dibudidayakan hanya oleh bapak Muhlis Hidayat, kepala
desa Desa Rombasan yang bertemu dan berinteraksi langsung dengan Mr. Lin.
Pada tahun 2006, bapak Muhlis Hidayat membudidayakan buah naga tersebut di
tanah seluas 1 hektar dengan jumlah 1 000 tanaman atau 250 tiang. Bibit awal
buah naga diperoleh dari Pasuruan. Panen pertama buah ini di Desa Rombasan
diperoleh hasil rata-rata 1 kg/tiang setara 1 500 kg/hektar. Panen kedua diperoleh
hasil rata-rata 10 kg/tiang setara 11 500 kg/hektar dan panen ketiga diperoleh hasil
rata-rata 15 kg/tiang setara 15 000 kg/hektar. Rata-rata harga jual hasil panen buah
naga sebesar Rp17 500.00/kg. Produksi buah naga dari kebun bapak Muhlis
Hidayat tersebut merupakan kebun buah naga dengan produksi terbesar di
Kabupaten Sumenep. Buah naga yang telah dipanen akan langsung dijual dengan
lingkup pemasaran lokal.
Budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat yang ada sekarang
ternyata masih belum mampu mencukupi permintaan konsumen baik untuk
kebutuhan konsumsi maupun memenuhi penawaran untuk menyuplai ke
supermarket ataupun menjadi eksportir. Perlu adanya pengembangan usaha
budidaya buah naga untuk dapat memenuhi tingginya permintaan dan
meningkatkan pendapatan. Pengembangan usaha ini diarahkan pada penambahan
investasi berupa perluasan lahan dari satu hektar menjadi enam hektar sehingga
terjadi penambahan luas lahan tanam seluas lima hektar.
6

http://tourismnews.co.id/category/health-beauty/buah-naga-madura-dan-kulit
[akses 31 Januari 2013]

7

Tabel 7 Jumlah penawaran dan permintaan buah naga kebun bapak Muhlis
Hidayat tahun 2012–2013 (ton)
Jenis Buah Naga

D
Buah Naga Merah
112.5
Buah Naga Putih
112.5
Total
225
a
Jumlah sementara
Keterangan: D = Demand, S = Supply

2012
S
12
12
24

Selisih
100.5
100.5
201.0

D
125
125
250

2013a
S
53
97
150

Selisih
72
28
100

Lahan yang ditambahkan seluas lima hektar karena untuk saat ini lahan
yang dapat dikonversi untuk menjadi lahan buah naga hanya sejumlah lima hektar
dan modal yang tersedia hanya dapat melakukan investasi pada perluasan lahan
lima hektar. Lahan dan modal merupakan faktor produksi yang terbatas. Selain
itu, pemilik usaha lebih mempertimbangkan untuk menggunakan modal sendiri
dan tidak meminjam dalam melakukan usahanya baik sebelum dan setelah
pengembangan sehingga tidak mendapat beban untuk mengembalikan dan
membayar agunan.
Adanya perluasan lahan membuat jumlah tanaman yang dibudidayakan
akan meningkat sehingga cagak yang digunakan untuk menopang buah nagapun
diperlukan lebih banyak sesuai dengan jumlah tanaman yang ditanam. Dana
investasi penting yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha ini meliputi lahan,
bibit tanaman, dan cagak tanaman.
Penambahan investasi untuk pengembangan usaha ini memerlukan biaya
yang besar, sedangkan modal merupakan sumberdaya terbatas sehingga perlu
dilakukan analisis kelayakan pengembangan usaha. Hal tersebut didukung dengan
adanya penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha budidaya buah
naga di Riau dan Banjarbaru. Dengan adanya penelitian terdahulu tersebut, dapat
dibandingkan mengenai kelayakan budidaya buah naga di Desa Rombasan dengan
penelitian tersebut dilihat dari hasil yang diperoleh.
Analisis kelayakan pengembangan yang dikaji meliputi aspek non
finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, apek hukum, aspek
sosial, ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan, dan aspek finansial. Aspek
finansial yang akan dilakukan dibagi menjadi dua kondisi, yaitu kondisi aktual
dan kondisi pengembangan. Kondisi aktual adalah kondisi sebelum dilakukannya
pengembangan terhadap usaha tersebut meliputi belum adanya perluasan lahan
sehingga tidak bisa menambah jumlah tanaman yang dibudidayakan dan produksi
yang dihasilkan belum mampu memenuhi permintaan. Sedangkan kondisi
pengembangan adalah kondisi dimana telah dilakukan pengembangan terhadap
usaha budidaya buah naga tersebut yang meliputi perluasan areal tanam sehingga
meningkatkan jumlah tanaman yang ditanam dan menambah cagak penopang
buah naga tersebut. Pengembangan ini ditujukan untuk dapat memenuhi
kekurangan permintaan terhadap buah naga pada kebun buah naga bapak Muhlis
Hidayat.
Dalam melakukan usaha budidaya buah naga, terdapat risiko dan
ketidakpastian yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang akan
berimplikasi pada perubahan analisis kelayakan pengembangan usaha budidaya
buah naga milik bapak Muhlis Hidayat ini. Perubahan mendasar yang akan

8

berpengaruh pada kelayakan usaha ini adalah terjadinya penurunan produksi dan
penurunan harga output yang merupakan aspek penting dan berpengaruh terhadap
pendapatan dan keuntungan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis
Hidayat. Selain itu, kemungkinan lain yang menjadi penyebab perubahan tersebut
adalah adanya hama dan penyakit tanaman yang menyerang buah naga. Oleh
karena itu, perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui seberapa peka
perubahan tersebut berpengaruh terhadap kelayakan pengembangan usaha
budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat di Desa Rombasan ini.
Berdasarkan pemaparan tersebut, permasalahan yang muncul dan dibahas
dalam penelitian ini antara lain :
1) Bagaimana kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat
di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep berdasarkan
aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan baik pada
kondisi sebelum maupun setelah pengembangan?
2) Bagaimana kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat
di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep pada aspek
finansial berdasarkan kriteria investasi baik pada kondisi sebelum maupun
setelah pengembangan?
3) Bagaimana kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat
di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep jika terjadi
penurunan produksi dan penurunan harga output baik pada kondisi sebelum
maupun setelah pengembangan?

Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
penelitian terhadap usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat di
Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep memiliki beberapa
tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
1) Mengidentifikasi kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis
Hidayat di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep
berdasarkan aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek
lingkungan baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan.
2) Mengidentifikasi kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis
Hidayat di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep pada
aspek finansial berdasarkan kriteria investasi baik pada kondisi sebelum
maupun setelah pengembangan.
3) Mengidentifikasi kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis
Hidayat di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep pada
aspek finansial jika terjadi perubahan berupa penurunan produksi dan
penurunan harga output baik pada kondisi sebelum maupun setelah
pengembangan.

9

Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak
yang berkepentingan, antara lain :
1) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah kemampuan
berkomunikasi dengan masyarakat luas, menambah wawasan dan berguna
untuk mengembangkan daya analisis kelayakan pengembangan usaha serta
penerapan teori-teori yang telah diperoleh semasa perkuliahan
2) Bagi pembudidaya buah naga, penelitian diharapkan dapat memberikan
informasi dalam melakukan pertimbangan usaha dan kelayakan usaha untuk
keberlanjutannya agar mencapai tujuan usaha yaitu memperoleh keuntungan
yang maksimal.
3) Bagi pemerintah, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam menetapkan kebijakan komoditi di era globalisasi dan
berbasis pada ekonomi lokal pada khususnya dan pemberdayaan masyarakat
dan sumberdaya yang tersedia pada umumnya, khususnya terkait dengan
pengembangan komoditas buah naga secara komersial dimasa yang akan
datang.
4) Bagi investor atau pembaca, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu
referensi dalam mempertimbangkan penanaman modal pada usaha budidaya
buah naga. Bagi akademisi, penelitian ini sebagai informasi dan bahan
pembanding untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup analisis kelayakan usaha pada aspek nonfinansial
dan finansial pada pengembangan usaha budidaya buah naga dengan
memperhitungkan pula sensitivitas dan nilai pengganti dari usaha terhadap risiko
yang dihadapi yang dapat mempengaruhi perubahan kelayakan usaha. Penelitian
ini dilakukan dengan cakupan penelitian pada bapak Muhlis Hidayat yang
merupakan kepala desa dan pembudidaya buah naga dengan produksi tertinggi
dan lahan terluas di Desa Rombasan. Seorang petani champion yang telah menjadi
pioner pembudidayaan buah naga di desa tersebut dan berencana untuk
melakukan pengembangan usaha di Desa Rombasan yang merupakan desa sentral
pembudidayaan buah naga dan memiliki produksi yang tinggi di Kabupaten
Sumenep sehingga memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan agribisnis
buah naga dan menjadi sentra produksi pertama di wilayah Madura.

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Buah Naga
Buah naga adalah buah dari jenis kaktus dari keluarga Hylocereus dan
Selenecerius. Asal buah naga ini adalah Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika
Utara. Pada tahun 1870, tanaman buah naga dibawa oleh orang Prancis dari

10

Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Pada awalnya, buah naga ini
dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena batangnya yang unik dan bunganya
yang berbau harum serta dapat mekar pada malam hari sehingga disebut night
blooming cereus. Walaupun buah naga bukan berasal dari daratan Asia, namun
buah naga berkembang dengan pesat dan terkenal di Asia. Apalagi semenjak
masyarakat mengetahui bahwa buah dari buah naga dapat dikonsumsi, memiliki
rasa yang enak dan manis. Bahkan di China, buah ini memiliki tradisi religius
karena warna merahnya yang mencolok selalu disandingkan dengan patung naga
berwarna hijau dapat membawa berkah. Saat ini, buah naga telah dibudidayakan
di Asia, seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Buah ini juga dapat
ditemui di Okinawa, Israel, dan Australia Utara.
Buah naga sendiri mulai dikenal di Indonesia pada pertengahan tahun
2000. Namun, buah tersebut bukanlah buah lokal tetapi hasil impor dari Thailand.
Kejelasan mengenai orang yang pertama kali memperkenalkan atau membawa
buah tersebut ke Indonesia tidak diketahui. Buah ini pada awalnya hanya ditanam
oleh para hobiis yang yang ingin bereksperimen. Sejak 2001, buah naga mulai
dibudidayakan di kebun dan sampai saat ini walaupun telah berkembang pesat
dengan semakin banyaknya sentra produksi dan pengembangan budidaya buah
naga, buah ini masih harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Karakteristik Buah Naga
Nama buah naga diberikan pada buah-buah yang berasal dari empat jenis
tumbuhan, antara lain: Hylocereus undatus, yang buahnya berwarna merah
dengan daging buah putih, Hylocereus polyrhizus, yang buahnya berwarna merah
muda dengan daging buah merah, Selenicereus megalanthus dengan kulit buah
kuning dan daging buah putih, dan Hylocereus costaricensis buah naga daging
super merah.

Tabel 8 Klasifikasi buah naga
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ordo
Famili
Subfamili
Genus
Spesies

Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Angiospermae (berbiji tertutup)
Dicotyledone (berkeping dua)
Cactales
Cactaceae
Hylocereanea
Hylocereus
Hylocereus undatus
Hylocereus costaricensis
Hylocereus polyrhizus

Sumber : Kristanto, 2010

Buah naga ini sebenarnya merupakan tanaman memanjat di alam aslinya.
Buah ini memanjat batang tanaman lain yang teduh. Walaupun perakarannya
dicabut, tanaman ini masih dapat tumbuh karena dapat hidup sebagai tanaman
epifit yang memiliki akar udara yang menggantung pada batangnya. Secara

11

morfologi, tanaman ini merupakan tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki
daun.
Dalam pembudidayaannya, media untuk merambatkan batang buah naga
diganti dengan tiang yang terbuat dari kayu, semen atau kawat. Perakaran
tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan pada
genangan yang cukup lama. Batang dari tanaman buah naga ini mengandung air
dalam bentuk lendir dan belapis lilin, berwarna hijau karena berfungsi sebagai
daun dalam proses asimilasi dan mengandung kambium yang berfungsi untuk
pertumbuhan tanaman. Batang dan cabang tumbuhan ini memiliki duri namun
sangat pendek sehingga dianggap sebagai kaktus tak berduri.
Bunga dari buah naga mekar sepenuhnya pada saat malam hari dan
memiliki bau yang harum. Kuncup bunga sendiri mulai mekar saat sore hari yang
pada saat itu terjadi perbedaan suhu yang tajam antara siang hari dan malam hari
sehingga merangsang pemekaran bunga. Letak buah pada buah naga umumnya
mendekati ujung. Pada cabang atau batang dapat tumbuh buah lebih dari satu,
terkadang bersamaan atau berhimpitan. Biji buah naga berwarna hitam, kecil,
sangat tipis, namun keras. Dalam setiap buah terdapat sekitar 1 200–2 300 biji.

Budidaya Buah Naga
Persyaratan Tumbuh Tanam
Ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20–500 m diatas permukaan
laut. Kondisi tanah yang gembur, porous, banyak mengandung bahan organik dan
banyak mengandung unsur hara, pH tanah 5–7, dan air cukup tersedia karena
tanaman ini peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan air.
Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh untuk
mempercepat proses pembungaan.
Persiapan Lahan
Persiapkan tiang penopang untuk tegakan tanaman karena tanaman ini
tidak mempunyai batang primer yang kokoh. Dapat menggunakan tiang dari kayu
atau beton dengan ukuran 10 x 10 cm dengan tinggi 2 m, yang ditancapkan ke
tanah sedalam 50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang
berbentuk lingkaran untuk penopang dari cabang tanaman. Sebulan sebelum
tanam, terlebih dahulu dibuatkan bak tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm
dengan jarak tanam 2 x 2.5 m sehingga dalam 1 hektar terdapat sekitar 1 800
lubang tanam penyangga. Setiap tiang atau pohon penyangga itu dibuat 3–4
lubang tanam dengan jarak sekitar 30 cm dari tiang penyangga. Lubang tanam
tersebut kemudian diberi pupuk kandang yang masak sebanyak 5–10 kg dicampur
dengan tanah.
Persiapan Bibit dan Penanaman
Buah naga dapat diperbanyak dengan cara stek dan biji. Umumnya
ditanam dengan stek dibutuhkan bahan batang tanaman dengan panjang 25–30 cm
yang ditanam dalam polybag dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir
dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Setelah bibit berumur tiga bulan
bibit siap dipindah atau ditanam di lahan.

12

Pemeliharaan
Pada tahap awal pertumbuhan, pengairan dilakukan 1–2 hari sekali.
Pemberian air berlebihan akan menyebabkan terjadinya pembusukan. Pemupukan
tanaman diberikan pupuk kandang, dengan interval pemberian tiga bulan sekali,
sebanyak 5–10 kg. Pada pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT),
untuk sementara belum ditemukan adanya serangan hama dan penyakit yang
potensial. Pembersihan lahan atau pengendalian gulma dilakukan agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman. Lalu pada tahap pemangkasan, batang utama
(primer) dipangkas, setelah tinggi mencapai tiang penyangga (sekitar 2 m), dan
tumbuh dua cabang sekunder, kemudian dari masing-masing cabang sekunder
dipangkas lagi dan ditumbuhkan dua cabang tersier yang berfungsi sebagai
cabang produksi.
Panen
Setelah umur 1.5–2 tahun, tanaman mulai berbunga dan berbuah.
Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri-ciri
warna kulit merah mengkilap, jumbai atau sisik berubah warna dari hijau menjadi
kemerahan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting. Buah dapat
dipanen saat mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga mekar. Dalam dua
tahun pertama setiap tiang penyangga mampu menghasilkan buah 8–10 buah naga
dengan bobot sekitar antara 400–650 gram. Musim panen terbesar buah naga
terjadi pada bulan September hingga Maret. Umur produktif tanaman buah naga
ini berkisar antara 15–20 tahun.

Khasiat dan Prospek Pengembangan Buah Naga
Kristanto (2010) menyebutkan bahwa buah naga memiliki beberapa
khasiat bagi tubuh manusia antara lain penyeimbang kadar gula dalam darah,
pencegah kanker usus, pelindung kesehatan mulut, pengurang kolesterol,
pencegah pendarahan, dan obat keluhan keputihan. Adanya berbagai macam
khasiat pada buah naga tersebut dipengaruhi oleh kandungan nutrigcsi pada buah
naga.
Ide (2009) menyatakan dalam bukunya bahwa berdasarkan penelitian di
Department of Nutrition and Dietetics Universiti Putra Malaysia, menyatakan
bahwa buah naga berdaging merah berpotensi membantu menurunkan kadar gula
darah dan mencegah risiko penyakit jantung pada pasien diabetes tipe 2. Bahkan
di Taiwan, buah naga disantap sebagai sumber serat dan pengganti nasi oleh para
penderita diabetes.
Selain itu, hasil riset United States Department of Agriculture (USDA)
menyatakan bahwa buah naga juga kaya akan antioksidan. Buah naga
mengandung asam askorbat atau vitamin C yang berperan untuk mencegah
kerusakan sel akibat oksidasi oleh radikal bebas.
Ide (2009) juga menyatakan dalam bukunya bahwa buah naga
mengandung pektin walaupun tidak sebanyak buah apel. Pektin merupakan tipe
serat pangan yang larut dalam air karena memiliki bentuk gel. Pektin berguna
sebagai antikolesterol karena dapat mengikat asam empedu, penyerap kelebihan

13

air dalam usus, pelunak feses, dan pengikat dan penghilang racun dari usus. Selain
pektin, buah naga juga mengandung fitoalbumin pada bijinya yang memiliki
kemampuan antioksidan tinggi. Antioksidan dalam buah naga mampu mencegah
pembentukan radikal bebas penyebab kanker.
Dahana dan Warisno (2008) menyatakan dalam bukunya hasil riset
Patricia Esquivel dari Institute of Food Technology Hohenheim University,
Jerman menyebutkan bahwa buah naga merah mengandung indicaxanthin yang
merupakan salah satu pigmen betaxanthin yang bermanfaat bagi kesehatan. L.
Tesoriere, peneliti farmakokimia Universitas di Palermo, Italia mengungkapkan
bahwa indicaxanthin buah naga merah mampu meningkatkan daya tahan
betaglobin dari kerusakan pada penderita talasemia.
Selain itu, buah naga merah juga mengandung 49.6 persen asam linoleat
yang berfungsi sebagai antikanker berdasarkan hasil penelitian Abdul Azis Arifin
dari Fakultas Ilmu Teknologi Pangan, Universiti Putra Malaysia.

Tabel 9 Kandungan nutrisi buah naga
Nutrisi

Kandungan

Kadar gula
Air
Karbohidrat
Asam
Serat kasar
Kalsium
Fosfor
Magnesium
Vitamin C
Karotenoid
Besi
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B3
Thiamin
Riboflavin
Niasin
Abu
Lemak
Lain-lain
Sumber : Kristanto (2010), Ide (2009)

13–18 briks
90.20 %
11.5 g
0.139 g
0.7–0.9 g
6.3–8.8 mg
30.2–36.1 mg
60.4 m