GAMBARANTINGKATPENGETAHUANPERAWATANAKTENTANGKEJANG DEMAM

KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARA≤ TI≤GKAT PE≤GETAHUA≤ PERAWAT A≤AK TE≤TA≤G KEJ A≤G
DEMAM
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh
DEWI PA≤GESTUTI
20120320095

PR≥GRAM STUDI ILMU KEPERAWATA≤
FAKULTAS KED≥KTERA≤ DA≤ ILMU KESEHATA≤
U≤IVERSITAS MUHAMMADIYAH Y≥GYAKARTA
2016

SURAT PER≤YATAA≤
Yang bertanda tangan dibawah ini saya :
≤ama

: Dewi Pangestuti


≤IM

: 20120320095

Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas

: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis inibenarbenar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Yogyakarta, Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,

Dewi Pangestuti
≤IM 20120320095


HALAMA≤ PESEMBAHA≤
Karya tulis ini Saya persembahkan kepada:

Allah SWT atas kemudahan jalan yang diberikan- ≤ya, atas cinta- ≤ya dan karunia≤ya yang tak pernah berhenti kepada hamba
Rasulullah Muhammad SAWyang senantiasa mencintai umatnya
Ibunda tercinta ”Sri Yatmi ) dan Ayahanda tercinta ”≤urwiyono ) yang senantiasa
mendoakan anak- anaknya, yang selalu memberikan semangat dan motivasi unuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah sebagai wujud perjuangan
untuk menmbanggakan ibuk dan bapak . Semoga Ibuk dan bapak selalu dalam
lindungan- ≤ya dan melihat anak- anaknya tumbuh menjadi orang yang berguna dan
membanggakan.
Terimakasih untuk Suamiku Ramdhan Lukman Ardiyanto yang selalu memberiku
semangat, sibuk wira- wiri mengurus urusan Karya Tulis Ilmiah dan selalu
menemani menyelesaikan Karya Tulis Imiah ini.
Untuk Putri kecilku Helena J asmine Ardiyanto kau adalah salah satu alasan ku utuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penghilang lelah ibuk dan penyemangat ibuk ,
sehat selalu ya nak
Terimakasih untuk semua keluarga di Purworejo Bulik, Paklik dan Mbah uti yang
selalu menyemangati dan mendoakan agar Dewi bisa menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan tepat waktu.


Terimakasih juga untuk sahabat- sahabatku Desy Yunianto, Idam Dwi Wahyu, Tika
Arrumningtyas, Fasikh Mirantiningtyas yang selalu ada dikala susah maupun
senang
Untuk sahabatku Hikmah Syahputri, Dwi Puji Putranti, Zulfa Ratnaningsih, Anindya
Sekar Utami, Dhita Handayani terimakasih kalian sudah selalu ada di kala senang
maupun sedih , terimakasih selalu mengingatkan untuk menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Untuk semua teman- teman PSIK 2012 trimakasih untuk semua ceritanya selama 4
tahun ini semoga kita semua menjadi orang yang bermanfaat dan sukses.
Dan semua pihak yang membantu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu. Trimakasih

KATA PE≤GA≤TAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah≤ya sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan baik.

Proposal ini

membahas tentang.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang setulus

- tulusnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa arahan,
dorongan selama penulis melaksanakan studi di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. ≥leh karena itu penulis menyampaikan
terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat :
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Sri Sumaryani S.Kep.,≤s., M.Kep., Sp.Mat., H≤C selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Ibu Romdzati, S.Kep., ≤s., M≤S selaku dosen pembimbing yang telah
membantu, mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud.
4. Ibu Falasifah Ani Yuniarti S.Kep., ≤s., MA≤., H≤C selaku dosen penguji yang
telah membantu, mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud.
5. Ibu Shanti Wardaningsih., M.Kep., ≤S., Sp. Kep. J selaku PJ penelitian PSP≤
UMY.

Yogyakarta, 27 J uli 2016

DAFTAR ISI


HALAMA≤ J UDUL

i

HALAMA≤ PE≤GESAHA≤

ii

KATA PE≤GA≤TAR

iii

DAFTAR ISI

iv

BAB I PE≤DAHULUA≤
A. Latar Belakang


1

B. Rumusan Masalah

5

C. Tujuan Penelitian

6

D. Manfaat Penelitian

6

E. Penelitian Terkait

7

BAB II TI≤J AUA≤ PUSTAKA
A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

9
9

2. Kejang Demam

15

3. Perawat

22

B. Kerangka Konsep

28

BAB III MET≥DE PE≤ELITIA≤
A. Desain Penelitian


29

B. Populasi dan Sampel Penelitian

29

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

31

D. Variabel Penelitian dan Definisi ≥perasional

32

E. Instrumen Penelitian

34

F. Uji Validitas dan Reliabilitas


34

G. Cara Pengumpulan Data

38

H. Pengolahan dan Analisis Data

39

I. Etik Penelitian

41

BAB VI HASIL PE≤ELITIA≤ DA≤ PEMBAHASA≤
A. Gambaran Wilayah Penelitian

47

B. Hasil Penelitian


50

C. Pembahasan

53

BAB V KESIMPULA≤ DA≤ SARA≤
A. Kesimpulan

60

B. Saran

61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA≤

DAFTAR GAMBAR


Gambar 1

Kerangka Konsep..............................................

28

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8

Sampel Penelitian..................................................
Definisi ≥perasional..............................................
Kisi- kisi kuesioner.................................................
Distribusi karakteristik responden berdasarkan
usia, jenis kelamin, lama kerja dan tingkat
pendidikan
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan perawat
anak tentang kejang demam
Tingkat pengetahuan perawat anak berdasarkan
usia
Tingkat pengetahuan perawat anak berdasarkan
lama kerja
Tingkat pengetahuan perawat anak berdasarkan
pendidikan

28
31
33
50
51
52
52
52

DAFTAR LAMPIRA≤
Lampiran 1. Surat Studi Pendahuluan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan
RS PKU Muhammadiyah Gamping
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Lampiran 3. Suat Izin Penelitian RS PKU Muhammadiyah Bantu
Lampiran 4. Surat Kelayakan Etik Penelitian
Lampiran 5. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 7. Lembar Kuesioner
Lampiran8.Hasil olah data

Pangestuti, Dewi. ”2016) . Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Anak tentang
Kejang Demam
Pembimbing : Romdzati, S.Kep, ≤s., M≤S
I≤TISARI
Latar Belakang : Kejang demam merupakan salah satu gangguan neurologik yang
paling sering dijumpai anak- anak dan menyerang sekitar 4% anak. Anak laki- laki
lebih sering menderita kejang demam dengan insiden dibandingkan dengan anak
perempuan. Sekitar 30% sampai 40% anak- anak mengalami satu kali kekambuhan.
Kejangdemam terjadi pada10% dari anak pada umur antara 9 bulan – 5 tahun
dengan rerata onset 14- 18 bulan, dengan angka kejadian sekitar 3- 4%. Kejang
demam dapat berdampak serius seperti defisit neurologis, epilepsi, retardasi mental,
atau perubahan perilaku.
Tujuan : penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
perawat anak tentang kejang demam.
Metode : Penelitian ini menggunakan kuantitatif deskriptif non- eksperimen. Teknik
pengambilan sampel menggunakan total sampling . Penelitian ini dilakukan pada
bulan J uli – Agustus dengan jumlah responden 38 orang perawat.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 31- 40
tahun dengan jumlah responden 17orang ”44,7 %), jenis kelamin perempuan
sebanyak 38 responden ”100%), lama kerja dari 5- 10 tahun sebanyak 15 responden
”28,9%) dan

mayoritas tingkat pendidikan rsponden adalah D3 sebanyak 31

responden ”81,6%).
Kesimpulan:Gambaran tingkat pengetahuan perawat anak tentang kejang demam
di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, RS PKU Muhammadiyah Gamping dan RS
PKU Muhammadiyah Bantul mayoritas dalam kategori baik.
Kata Kunci: Kejang Demam, Pengetahuan, Perawat Anak

ABSTRAC
Background: A febrile seizure is a neurologic disorder that most often encountered
children and affects about 4% of children. Boys more often suffer from febrile
seizures to the incident than girls. Approximately 30% to 40% of children
experienced one relapse. Febrile seizures occur 10%of children between the ages of
9 months - 5 years with an average onset of 14- 18 months, with the incidence rate
of about 3- 4%. Febrile seizures can have serious consequences such as
neurological deficit, epilepsy, mental retardation, or a change perilaku.
≥bjective:the objective this study is to describe the level knowledge pediatric nurse
of febrile seizures.
Methods: This study used a descriptive quantitative non- experimental. The
sampling technique using total sampling. This research was conducted in J ulyAugust with respondents 38 pediatric nurses.
Results: The results showed that the majority of respondents aged 31- 40 years with
17 respondents ”44.7%), female gender as much as 38 respondents ”100%), lenght
of work is 5- 10 years as many as 15 respondents ”28.9 %) and the majority
responden education level is D3 as many as 31 respondents ”81.6%).
Conclusion: The level knowledge pediatric nurse of febrile seizures in RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, PKU Muhammadiyah Gamping and RS PKU
Muhammadiyah Bantul majority in both categories.
Keywords: Seizures Fever, Knowledge, Pediatric ≤urse

BAB I
PE≤DAHULUA≤

A. Latar Belakang
Gizi

dan

infeksi

merupakan

salah

satu

faktor

yang

mempengaruhi pertumbuhan anak di Indonesia. Terjadinya infeksi
pada anak biasanya ditandai dengan kenaikan suhu tubuh yang
disebut dengan demam ”Mamahit, 2015). Demam merupakan
peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal” 360C) yang tidak
teratur dan disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi
dan pembatas panas ”Sodikin, 2012).
Demam merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kejang
demam. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia[IDAI] ”2010) kejang
demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh ”suhu rektal diatas 38 °C ) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2%- 4% anak
yang berusia 6 bulan – 5 tahun. J ika bayi berumur 1 bulan demam
kemudian mengalami kejang hal tersebut tidak termasuk kejang
demam. Bila anak berusia kurang dari 6 bulan dan lebih dari 5
tahun

mengalami

demam

dan

didahului

dengan

kejang

kemungkinan anak tersebut mengalami infeksi Sistem Saraf Pusat
”SSP) atau epilepsi yang disertai dengan demam.
Kejang

demam juga

merupakan salah satu gangguan

1

2

neurologik yang paling sering dijumpai anak- anak dan menyerang
sekitar 4% anak. Anak laki- laki lebih sering menderita kejang
demam dengan insiden sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan
anak perempuan. Sekitar 30% sampai 40% anak- anak mengalami
satu kali kekambuhan ”Wong, 2009). Kejang demam lazim terjadi
pada 10% dari anak pada umur antara 9 bulan – 5 tahun dengan
onset reratanya ialah 14- 18 bulan, dengan angka kejadian sekitar 3
- 4%, serta prognosisnya baik sekali ”Widagdo, 2012).
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam dimana
anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, dan
memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu,
napas terganggu, dan kulit tampak lebih gelap dari biasanya.
Setelah kejang, anak akan segera kembali normal kembali.Kejang
biasanya berakhir kurang dari 1 menit ”Labir dkk, 2012).
Insiden dan prevalensi kejang demam di Eropa pada tahun
2006 berkisar 2- 5% di Asia prevalensi kejang demam meningkat
dua kali lipat bila dibandingkan dengan Eropa sebesar 8,3%- 9,9%.
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun
2007, di Indonesia tahun 2005 kejang demam termasuk sebagai
lima penyakit anak yang terpenting yaitu sebesar 17,4%, meningkat
pada tahun 2007 dengan kejadian kejang sebesar 22,2%”Labir dkk,
2012).Angka kejadian kejang demam di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta pada tahun 2015 mengalami penurunan yaitu 93 anak

3

yang mengalami kejang demam, sedangkan pada tahun 2013 dan
tahun 2014 yaitu 118 anak yang mengalami kejang demam. Angka
kejadian kejang demam pada anak di RS PKU Muhammadiyah
Gamping adalah sebagai berikut pada tahun 2012 terdapat 57
anak, pada tahun 2013 terdapat 84 anak, pada tahun 2014 terdapat
58 anak dan pada tahun 2015 terdapat 92 anak. Kejang demam
sangat berhubungan dengan usia halini dikarenakan pernah
ditemukan pada anak yang berusia kurang dari 6 bulan dan usia
diatas 6 tahun.
Menurut hasil survei terbarudari Survei Demografi Kesehatan
Indonesia ”SDKI) tahun 2012 prevalensi demam cukup bervariasi
menurut usia anak. Anak dengan usia 6- 23 bulan lebih rentan
mengalami demam ”37- 39%) dibandingkan dengan anak lainnya.
Kejang demam juga dapat terjadi berulang sekitar 50% anak yang
mengalami kejang demam pada usia kurang dari 1 tahun dapat
berkembang menjadi epilepsi ”Behrman,2010). Beberapa faktor
resiko yang dapat menyebabkan kembalinya kejang berulang
adalah riwayat kejang demam dalam keluarga,usia kurang dari 12
bulan, temperatur yang rendah pada saat kejang dan cepatnya
kejang

setelah demam. Bila seluruh faktor tersebut ada,

kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan
jika tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya
kejang demam hanya 10- 15%”IDAI, 2006).

4

Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun
2012

sebanyak 74% anak yang mengalami demam dibawa ke

fasilitas

kesehatan.

Fasilitas

kesehatan

akan

melakukan

penanganan agar demam dapat diatasi yaitu dengan cara
memberikan

pakaian

seminimal/ seminim

mungkin,

tidak

menyelimuti anak dengan selimut yang tebal karena akan
meningkatkan

suhu

tubuh

dan

mengurangi

penguapan,

mengompres dengan lap basah yang suhunya sama dengan suhu
badan anak. Mengelap seluruh permukaan tubuh anak bertujuan
untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh ”≤gastiyah, 2005).
Menurut Hockenberry dan Wilson ”2009) peran perawat pediatrik
adalah membina hubungan terapeutik, sebagai advokat keluarga dan

caring,

mencegah

penyakit

dan

meningkatkan

kesehatan,

memberikan pendidikan kesehatan, koordinasi dan kolaborasi,
pembuat keputusan etik, serta melakukan penelitian. Berdasarkan
penelitian ”Putra

dkk, 2014)

pengetahuan perawat

dalam

menangani kejang deman adalah kolaborasi memberikan obat anti
kejang

dan anti piretik sesuai instruksi dokter kemudian

melakukan tindakan non farmakologis seperti melonggarkan
pakaian ketat klien, dan memberikan kompres hangat . Sementara
itu untuk pengetahuan tentang pelaksanaan kejang demam
perawat tidak pernah mengikuti pendidikan ataupun pelatihan
tentang kejang demam ”Mamahit, 2015).

5

Berdasar studi pendahuluan yang dilakukan di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dalam menangani kejang demam
perawat melakukan intervensi memberikan tonguespatel yang
diberi kapas atau tonguespatel disposible agar mulut tidak tertutup
rapat, memberikan obat anti kejang dengan dosis 0,3 mg/ kgBB,
kemudian dilakukan pengukuran suhu dan diberikan obat
antipiretik melalui injeksi, setelah intervensi tersebut dilaksanakan
perawat kemudian memberikan oksigen dan melaporkan ke dokter.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah
Gamping dalam penanganan anak yang mengalami kejang demam
adalah diberikan stesolid sup, memberikan oksigen, membebaskan
jalannapas, memeriksa suhu anak jika panas diberikan antipiretik,
memberikan spatel

agar tidak menggigit

lidah

kemudian

melaporkan kepada dokter jika kejang demam berulang dilakukan
pemeriksaan EEG. Berdasarkan studi pendahuluan di RS PKU
Muhammadiyah Bantul, penangan kejang demam pada anak
adalah

dengan

membebaskan

jalan

napas,

menggunakan

tongspatel agar lidah anak tidak tergigit, memberikan stesolid,
mengkompres untuk menurunkan demamnya, dan melakukan
pemeriksaan CT Scan apabila anak terdapat riwayat jatuh.
Pada saat menangani anak dengan kejang demam perawat
harus

melakukan

penghitungan

lamanya

kejang

untuk

menentukan durasi kemungkinan hipoksia, kemudian untuk

6

menangani resiko cidera perawat harus melakukan pencegahan
agar anak tidak membenturkan kepala pada objek keras,
menyingkirkan benda- benda yang dapat menimbulkan bahaya,
serta mempertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang
ketika anak tidur, istirahat atau kejang ”Wong, 2004). Menurut Arief
”2015) hal- hal yang harus diperhatikan pada saat kejang demam
adalah melonggarkan pakaian yang ketat terutama dibagian leher.
Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Lidah
mungkin tergigit tetapi jangan masukkan sesuatu ke dalam mulut.
Ukur suhu, observasi, catat lama dan bentuk kejang. Tetap
bersama klien selama kejang. Berikan diazepam rektal, jangan
diberikan jika kejang telah berhenti.
Dalam penanganan kejang demam Primary Care Practice

Guidlines ”2010) mengatakan bahwa penangananyang harus
dilakukan oleh perawat adalah tetap tenang dan menenangkan
orang tua anak, mengecek jalan napas, memastikan bahwa mesin
suction dan tabung oksigen dekat, melindungi anak dari injuri,
tidak memberikan obat tylenol. Kejang demam dapat berdampak
serius seperti defisit neurologis, epilepsi, retardasi mental, atau
perubahan perilaku ”Wong, 2009).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tingkat pengetahuan

7

perawat dalam penanganan kejang demam masih sebatas dalam
pemberian antiepilepsi dan antipiretik , pemberian oksigen,
melonggarkan pakaian dan masih banyak yang menggunakan
tonguespatel .

Menurut

Arief ”2015)

hal- hal yang

harus

diperhatikan pada saat kejang demam adalah melonggarkan
pakaian yang ketat terutama dibagian leher. Bila tidak sadar,
posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Lidah mungkin tergigit
tetapi jangan masukkan sesuatu ke dalam mulut. Ukur suhu,
observasi, catat lama dan bentuk kejang. Tetap bersama klien
selama kejang. Berikan diazepam rektal, jangan diberikan jika
kejang telah berhenti.
Berdasarkan uraian diatas terdapat perbedaan antara teori
dengan data lapangan sehingga peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang
Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Anak
Tentang Kejang Demam ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat anak
tentang kejang demam.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui data demografi perawat anak di RS PKU

8

Muhammadiyah Yogyakarta, RS

PKU Muhammadiyah

Gamping dan RS PKU Muhammadiyah Bantul
b) Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang kejang
demam menurut tingkat pendidikan.
c) Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang kejang
demam berdasarkan usia.
d) Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang kejang
demam berdasarkaan lama kerja.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan dalam penanganan perawatpada anak dengan
kejang demam.

9

2. Bagi Perawat
Diharapkan dapat memberi masukan dalam rangka meningkatkan
kesadaran perawat dalam menangani kejang demam pada anak
dengan cara yang benar.
3. Bagi Keluarga
Dapat menambah pengetahuan tentang penangan kejang demam
pada anak.

10

E . Penelitian Terkait
1. Mamahit ”2015) Hubungan Pengetahuan Perawat danDukungan
Keluarga

dengan

Penatalaksanaan

Kejang

Demam

Pada

AnakBuletin SariputraVol 2”1). Penelitian dilakukan dengan
menggunakan desain cross sectional pada 12 sampel untuk
perawat dan keluarga. Dengan menggunakan uji statistik

correlations

Spearman rho

menunjukkan

signifikansi

dari

hubungan kedua variabel tersebut adalah ”p)= 0.024, Koefesien

Korelasi ”r)= 0,6450 menunjukkan tingkat hubungan yang kuat
antara variable bebas ”pengetahuan perawat dan dukungan
keluarga) dan terikat

”penatalaksanaan kejang demam anak).

Sedangkan nilai signifikansi yang menunjukkan nilai tersebut 38°C dan terjadi setelah kenaikan
suhu akibat elevasi berkepanjangan. Kejang demam biasanya
disertai dengan infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi
gastrointestinal ”Wong, 2009)
Menurut IDAI, 2010 terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab
kejang demam yaitu:
1. Imaturitas otak dan termogulator
2. Demam, dimana kebutuhan oksigen meningkat
3. Predisposisi genetik : >7 lokus kromosom ”poligenik,
autosomal dominan)
d) Faktor Resiko
Kejang demam adalah salah satu kejang yang sering terjadi
pada anak. Sekitar 40% anak yang terkena kejang demam
mengalami kejang berulang. Menurut ≤ational Institute of
≤eurological Disorder and Stroke ”2015) anak yang mempunyai
faktor resiko tinggi terjadinya kejang demam berulang adalah :
1. Pertama kali terkena kejang demam pada umur lebih dari 18
bulan
2. Adanya keluarga yang mempunyai riwayat kejang demam
3. Kejang demam sebagai tanda pertama kali terjadinya suatu

22

penyakit
4. Suhu yang relatif turun pada saat pertama kali mengalami
kejang demam
e) Manifestasi Klinis Kejang Demam
Kejang yang dialami anak diawali dengan suhu tubuh yang
tinggi. Mayoritas anak- anak dengan kejang demam memiliki suhu
lebih dari 38.9 °C . Kejang demam pada anak umumnya terjadi
selama hari pertama demam. Seorang anak dikatakan demam saat
suhu tubuh mencapai atau di atas salah satu dari level: 1) 100,4°F
”38.8 °C) diukur pada rektal, 2) 99,5 °F ”37,5 °C ) diukur dalam mulut
”per oral), 3) 99 °F ”37,2 °C ) diukur dibawah lengan. Selain itu
terdapat perubahan fisik saat anak mengalami kejang demam
yaitu anak tampak tidak sadar dan kaku atau bergetar pada tangan
dan kaki pada salah satu sisi atau seluruh tubuhnya. Mata anak
tampak berputar atau melihat ke atas selama kejang berlangsung
”Ayuni, 2015)
f) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dialakukan menurut IDAI
”2010) adalah:
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab
demam dan kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer
lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisi, dan biakan darah, urin atau

23

feses.

24

2. Pemeriksaan pungsi lumbal
Pemeriksaan

cairan

serebrospinal

dilakukan

untuk

menegakkan / menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi
seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. J ika yakin
bukan meningitis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi
lumbal dianjurkan pada :
a) Bayi usia

12 bulan : sangat dianjurkan

b) Bayi usia 12- 18 bulan : dianjurkan
c) Bayi > 18 bulan : tidak rutin dilakukan
3. Pemeriksaan elektroensefalografi ”EEG)
Pemeriksaan

elektroensefalografi

”EEG)

tidak

dapat

memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kejadian
epilepsi pada anak kejang demam. ≥leh karena itu pemeriksaan
elektroensefalografi”EEG) tidak direkomendasikan. EEG dapat
dilakukan pada kejang demam yang tidak khas misalnya : kejang
demam kompleks pada anak berusia lebih dari 6 tahun atau kejang
demam fokal.
4. Pencintraan
Pencintraan seperti computed tomography scan ”CT- Scan) dan

magnetic resonance imaging ”MRI) dilakukan jika ada indikasi,
misalnya :
a) Kelainan neurologi fokal yang menetap ”hemiparesi) atau

25

kemungkinan

adanya

lesi

struktural

di

otak

”mikrosefali,spastisitas)
b) Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial ”kesadaran
menurun, muntah berulang, ubun- ubun besar menonjol,
paresis nervus IV, edema papil).
6. Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada
waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Ikatan Dokter Anak
Indonesia ”2010) penatalaksanaan pada kejang demam adalah :
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada
algoritme

tatalaksana

kejang.

Saat

ini

lebih

diutamakan

pengobatan profilaksis intermiten pada saat kejang berupa :
a) Antipiretik
Parasetamol 10- 15 mg/ kgBB/ kali diberikan 4 kali sehari dan
tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5- 10 mg/ kgBB/ kali, 3- 4 kali
sehari.
b) Anti kejang
Diazepamoral dengan dosis 0,3 mg/ kgBB setiap8 jam atau
diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kgBB setiap 8 jam pada saat
suhu tubuh > 38,5 °C . Terdapat efek samping berupa ataksia,
iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25- 39%kasus.

26

c) Pengobatan jangka panjang atau rumatan
Pengobatan jangka panjang atau rumatan hanya diberikan jika
kejang demam menunjukan ciri sebagai berikut :
1) Kejang lama

15 menit

2) Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
sesudah kejang misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral
palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3) Kejang fokal
4) Pengobatan

rumatan

dipertimbangkan

apabila

kejang

berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang demam
terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, kejang demam
per tahun.

4 kali

27

3. Perawat
a. Pengertian Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan

peraturan

perundang- undangan

yang

berlaku

”KEPME≤KES, 2006). Menurut Hockenberry dan Wilson ”2009) peran
perawat pediatrik adalah membina hubungan terapeutik, sebagai
advokat keluarga dan caring, mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatan, memberikan pendidikan kesehatan, koordinasi dan
kolaborasi, pembuat keputusan etik, serta melakukan penelitian.
Menurut

Sulistyawati ”2014)

perawat

adalah tenaga

profesional di bidang perawatan kesehatan yang terlibat dalam
kegiatan perawatan, perlindungan dan pemulihan orang yang
terluka

atau pasien penderita

penyakit akut atau kronis,

pemeliharaan kesehatan dan penanganan keadaan darurat yang
mengancam nyawa. Selain itu keperawatan diartikan sebagai
disiplin

professional

yang

menerapkan

banyak

bentuk

pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis dalam setiap situasi
pasien melalui penggunaan model keperawatan dalam
proses keperawatan ”Potter & Perry, 2005).
b. Proses Keperawatan
Proses

Keperawatan adalah suatu pendekatan yang

dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengatur dan memberikan

28

asuhan keperawatan. Selama proses

keperawatan, perawat

menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan pasien, membuat penilaian yang
bijaksana dan diagnosis, mengidentifikasi hasil akhir kesehatan
yang diinginkan pasien dan merencanakan, menerapkan dan
mengevaluasi tindakan keperawatan yang tepat guna untuk
mencapai hasil akhir ”Potter &Perry, 2005).
Proses keperawatan terdiri atas lima komponen dan setiap
komponen mempunyai beberapa fase yang interaktif dan berurutan.
Komponen tersebut antara lain :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data yang relevan
dan continue tentang respon manusia, status kesehatan, kekuatan
dan masalah pasien ”Christensen & Kenney, 2009). Pengkajian
dalam kejang demam dimulai dari anamnesa kepada klien dan
keluarga, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik. Menurut Rafani
”2012) hal- hal yang perlu dikaji antara lain :
a. Identitas pasien dan keluarga
1. ≤ama Klien terdiri dari nama ”initial), umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, dan alamat
2. ≤ama Ayah terdiri dari nama ”initial), umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, dan suku bangsa
3. ≤ama Ibu terdiri dari nama ”initial), umur, agama, pendidikan,

29

pekerjaan, dan suku bangsa

30

b. Kesehatan Fisik
1. Pola nutrisi
Dikaji apakah anak tidak nafsu makan ”anoreksia),
merasa mual dan disertai dengan muntah. Kaji pola nutrisi
sebelum anak sakit yaitu porsi makan anak sebelum dan
selama sakit, frekuensi makan sebelum dan selama sakit,
dan kaji tentang alergi makanan.
2.

Pola tidur
Anak yang mengalami kejang demam perlu dikaji
pola tidurnya seperti waktu tidur sebelum sakit dan selama
sakit, kualitas tidur dan kebiasaan sebelum tidur.

3. Pola Aktifitas
Anak yang mengalami kejang demam perlu dikaji
apakah anak tampak lemah, gelisah, dan menangis terus
menerus.
c. Riwayat kesehatan lalu
1. Riwayat Prenatal
Dikaji

mengenai

kehamilan

keberapa,

tempat

pemeriksaan kehamilan, keluhan ibu saat hamil, kelainan
kehamilan dan obat- obatan apa yang diminum saat hamil.
2. Riwayat Perinatal
Dikaji anak lahir spontan atau dibantu, lahir cukup

31

bulan atau premature. Perlu juga dikaji berat badan lahir,
panjang badan, siapa yang mmberikan pertolongan saat
melahirkan dan di mana tempatnya.
3. Riwayat Hospitalisasi
Anak yang mengalami kejang demam perlu dikaji
apakah pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya,
pernahkah menderita penyakit yang gawat dan kaji riwayat
keluarga apakah ada keluarga yang menderita kejang.
4. Tumbuh kembang
Kaji mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak
sesuai tingkat usia, baik perkembangan emosional dan
sosialnya.
5. Imunisasi
Kaji mengenai pemberian jenis imunisasi dan usia
pemberiannya.

Anak

juga

perlu

dikaji

mengenai

kelengkapan imunisasi.
d. Riwayat kesehatan sekarang
1. Awal serangan
Dikaji mengenai kemunculan kejangnya apakah
kejang terjadi sejak timbul demam atau kejang terjadi 24
jam pertama setelah demam.
2. Keluhan utama
Anak yang mengalami kejang demam mempunyai

32

keluhan utama seperti kejang , lama kejang < 15 menit atau
> 15 menit, suhu >38°C.
3. Pengobatan
Pada saat kejang

terjadi segera berikan anti

konvulsan. Apabila kejang terjadi di rumah tanyakan pada
orang tua klien tindakan apa yang sudah diberikan.
e. Riwayat psikologis
Kaji reaksi pasien terhadap penyakitnya serta kaji
kecemasan pasien dan orang tua tentang penyakit dan
hospitalisasi.
f. Pemeriksaan fisik
1. Pengukuran pertumbuhan : Berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala
2. Pengukuran fisiologis : Suhu biasanya di atas 38 C, nadi
cepat, pernafasan ”mungkin dyspnea nafas pendek, nafas
cepat, sianosis)
3. Keadaan umum : Pasien tampak lemah, malaise
4. Kulit : Turgor kulit dan kebersihan kulit
5. Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala dan warna
rambut serta kebersihannya
6. Mata : Konjungtiva, sklera pucat / tidak, pupil dan palpebra
7. Telinga : Kotor / tidak, mungkin ditemukan adanya ≥titis
Media Akut / Kronis

33

8. Hidung umumnya tidak ada kelainan
9. Mulut dan tenggorokan : Bisa dijumpai adanya tonsillitis
10.Dada : Simetris / tidak, pergerakan dada
11.Paru – paru : Bronchitis kemungkinan ditemukan
12.J antung : Umumnya normal
13.Abdomen : Mual – mual dan muntah
14.Genetalia dan anus : Ada kelainan / tidak
15.Ekstremitas : Ada kelainan / tidak.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia ”status kesehatan atau risiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok di mana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara
menurunkan,

pasti untuk menjaga

membatasi,

mencegah

status

kesehatan,

dan

mengubah

”≤ursalam,2008). Data- data klien yang telah diperoleh dari proses
pengumpulan data dikelompokan berdasarkan masalah kesehatan
yang dialami klien sesuai dengan kriteria permasalahannya.
Setelah data dikelompokkan maka perawat dapat mengidentifikasi
masalah klien dan dapat menegakkan diagnosis keperawatannya.
Masalah keperawatan pada klien dengan kasus Febrile

Convulsion menurut ≤gastiyah ”2005) adalah :

34

a. Resiko tinggi terhadap kerusakan sel otak berhubungan dengan
kejang
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme
rata- rata, proses infeksi
c. Resiko terjadi bahaya / komplikasi berhubungan dengan
aktifitas kejang
d. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan
tindakan invasif, prosedur tindakan
e. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Menurut Rafani ”2012), diagnosa keperawatan pada kejang demam
yaitu :
a. Ketidakefektifan pola pernafasan /

bersihan jalan nafas

berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, hypersekresi
trakeobronkial
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme
basal rata- rata, proses infeksi
c. Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, dan aturan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan
dimana tujuan berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai

35

tujuan tersebut ”Potter & Perry, 2005). Rencana keperawatan pada
kejang demam menurut Doenges ”2002) adalah :
1. Diagnosa keperawatan I
Ketidakefektifan pola pernafasan / bersihan jalan nafas
berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, hypersekresi
trakeobronkial

Tujuan dan kriteria hasil :
Pola nafas efektif yang ditunjukkan dengan frekuensi nafas
dalam batas normal, jalan nafas bersih
Rencana Tindakan :
a. Kosongkan mulut klien dari benda / zat makanan
Rasional : menurunkan resiko aspirasi
b. Letakkan klien pada posisi miring, permukaan datar,
miringkan kepala, selama serangan kejang
Rasional : Meningkatkan aliran ”drainage), sekret, mencegah
lidah jatuh, dan menyumbat jalan nafas
c. Tanggalkan pakaian pada daerah leher, dada, dan
abdomen

36

Rasional : Memfasilitasi usaha bernafas dan ekspansi dada
d. Masukkan

spatel

lidah/ jalan

nafas

buatan

atau

golongan benda lunak sesuai dengan indikasi
Rasional : Mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi
saat melakukan suction
e. Melakukan pengisapan ”suction) sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan resiko aspirasi dan asfiksia

2. Diagnosa keperawatan II
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme
basal rata- rata, proses infeksi
Tujuan dan kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal, yang ditunjukkan dengan
mendemontrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari
kedinginan, tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
Rencana Tindakan :
a. Pantau suhu tubuh
Rasional : Suhu 38,9- 41,1 menunjukkan adanya proses
infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam
diagnosis

37

b. Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan penggunaan
seprai di tempat tidur sesuai indikasi
Rasional : Suhu ruangan / jumlah selimut harus dirubah
untuk mempertahankan suhu mendekati normal
c. Berikan kompres hangat
Rasional : Membantu menurunkan demam dengan efek
vasodilatasi air hangat melalui proses evaporase
d. Kolaborasi : Berikan antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan
aksi sentranya

pada

hipotalamus

meskipun demam

mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan
organisme dan meningkatkan autodekstruksi sel- sel yang
terinfeksi.
e. Diagnosa keperawatan III
Kurang pengetahuan ”kurang belajar) mengenai kondisi, dan
aturan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi,
kesalahan persepsi
Tujuan dan kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang gangguan berbagai
rangsang yang dapat menyebabkan aktifitas kejang, dengan
kriteria :

38

Keluarga dapat mengemukakan kondisi dan pengobatan secara
sederhana.
Rencana Tindakan :
a. J elaskan kembali mengenai patofisiologi /

prognosis

penyakit
Rasional

:

Memberikan

kesempatan

mengklarifikasi

kesalahan persepsi dan keadaan penyakit yang ada sesuai
dengan yang ditangani
b. Tinjau kembali obat- obat yang didapat
Rasional : Tidak ada pemahaman terhadap obat- obatan
yang dapat merupakan penyebab kecemasan keluarga

39

4. Implementasi
Implementasi dapat diartikan sebagai perilakukeperawatan,
dimana dalam komponen ini dilakukan tindakan – tindakan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan. Komponen ini terdiri dari lima tahap
antara lain mengkaji ulang pasien, menelaah dan memodifikasi
rencana asuhan yang ada, mengidentifikasi area bantuan,
mengimplementasikan

intervensi

keperawatan

dan

mengkomunikasikan intervensi ”Potter & Perry, 2005).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatanyang menandakan keberhasilan dari diagnosis
keperawatan, rencana intervensi dan implementasinya. Tahap
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan
yang terjadi selama tahap pengkajian, analisi, perencanaan dan
implementasi ”≤ursalam, 2008). Selama melakukan proses ini ,
perawat

secara

continue

mengarahkan

kembali

asuhan

keperawatan ke arah terbaik untuk memenuhi kebutuhan pasien
”Potter & Perry, 2005).

40

b. Peran Perawat Anak dalam Penanganan Kejang Demam
Untuk menangani anak dengan kejang demam perawat
harus

melakukan

penghitungan

lamanya

kejang

untuk

menentukan durasi kemungkinan hipoksia, kemudian untuk
menangani resiko cidera perawat harus melakukan pencegahan
agar anak tidak membenturkan kepala pada objek keras,
menyingkirkan benda- benda yang dapat menimbulkan bahaya,
serta mempertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang
ketika anak tidur, istirahat atau kejang ”Wong,2004).
Menurut Primary Care Practice Guidlines ”2010) pada saat
terjadi kejang demam penanganan yang harus dilakukan oleh
perawat adalah :
1. Tetap tenang dan menyakinkan orang tua anak bahwa kejang
demam tidak berbahaya
2. Mengecek jalan pernapasan
3. Memastikan bahwa mesin suction dan tabung oksigen dekat,
melindungi anak dari injuri, tidak meberikan obat tylenol.
Menurut Arief ”2015) hal- hal yang harus diperhatikan pada
saat kejang demam adalah :
1. Longgarkan pakaian yang ketat terutama dibagian leher.
2. Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
lidah mungkin tergigit jangan masukkan sesuatu ke dalam mulut.

41

3. Ukur suhu, observasi, catat lama dan bentuk kejang.
4. Tetap bersama klien selama kejang .
5. Berikan diazepam rektal, jangan diberikan jika kejang telah
berhenti.

42

B. Kerangka Konsep

Kejang Demam :
a.Pengertian
b.Klasifikasi
c. Faktor Resiko
d.Penyebab
e. Tanda dan Gejala
f. Pemeriksaan penunjang
g.Penatalaksanaan

Tingkat
pengetahuan
perawat anak

Keterangan :
= diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep

a. Baik
b. Cukup
c. Kurang

BAB III
MET≥DE PE≤ELITIA≤

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif

deskriptif non- eksperimen yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan ”memaparkan) peristiwa- peristiwa penting yang
terjadi pada masa kini. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu
rancangan penelitian survei. Penelitian survei adalah suatu
rancangan

penelitian

yang

digunakan

untuk

menyediakan

informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan
hubungan

antarvariabel

dalam

suatu

populasi.

Survei

mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan,
kemauan,

pendapat,

perilaku

dan

nilai

”≤ursalam,2013).

Rancangan penelitian ini digunakan untuk menggambarkan tingkat
pengetahuan perawat anak tentang kejang demam.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah perawat anak yang bekerja
pada

RS

PKU

Muhammadiyah

Yogyakarta,

RS

PKU

Muhammadiyah Gamping dan RS PKU Muhammadiyah Bantul
sebanyak 38 perawat anak .

31

32

2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah perawat anak yang berada di RS
PKU

Muhammadiyah

Yogyakarta,

RS

PKU

Muhammadiyah

Gampingdan RS PKU Muhammadiyah Bantul dengan menggunakan
teknik total sampling.
3. J umlah Sampel
Tabel 1. Sampel Penelitian
Rumah Sakit
J umlah Perawat

≤o

Anak
1.

RS

PKU

Muhammadiyah 12 perawat

Yogyakarta
2.

RS PKU Muhammadiyah Gamping

14 perawat

3.

RS PKU Muhammadiyah Bantul

12 perawat

J umlah Perawat

38 perawat

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,
ma