POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata pariwisata atau dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan ‘tourism’ diasosiasikan
sebagai rangkaian perjalanan (wisata, tours/traveling) seseorang atau sekelompok orang
(wisatawan, tourist/s) ke suatu tempat berlibur, menikmati keindahan alam dan budaya
(sightseeing), bisnis, mengunjungi kawan atau kerabat dan tujuan yang lainnya. World
Tourism Organization (WTO), mendefinisikan pariwisata (tourism) sebagai “activities
of person traveling to and staying in places outside their usual environment for not
more than one consecutive year for leisure, business and other purposes”.

Sumber lainnya menyebut bahwa pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat
sementara, untuk berbagai tujuan selain untuk mencari nafkah, sementara pariwisata
disebut sebagai fenomena perjalanan manusia secara perorangan atau kelompok dengan
berbagai macam tujuan asal tidak untuk mencari nafkah atau menetap (Suranti, 2005).
Dari beragam definisi tersebut diperoleh gambaran bahwa pariwisata merupakan suatu
bidang yang bersifat multidimensi serta melibatkan dan bersinggungan dengan banyak
sektor dan pelaku. Secara sepintas, kata wisata dan juga pariwisata tampak mempunyai
makna yang sama tetapi jika ditinjau lebih rinci tampak ada makna yang lebih luas pada

kata pariwisata dibandingkan dengan wisata.

Globalisasi yang dimotori kemajuan di bidang “Triple T”: Tourism, Telecomunication,
dan Transportation telah mendorong berbagai negara untuk mengembangkan ketahanan
budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi serta mengembangkan pariwisata
sebagai usaha kemajuan ekonomi bangsanya (McKercher dan Hilary, 2002). Upaya ini
dilakukan semua negara, tak terkecuali Indonesia yang terus berupaya mengembangkan
kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu andalan Pemerintah dalam memulihkan
dari kondisi krisis bangsa (Rahardjo, 2004).

10

Dalam kenyataan yang sesungguhnya pengembangan kebudayaan Indonesia menjadi
terlantar disebabkan perhatian yang kurang terhadap arti penting kebudayaan. Padahal
kebudayaan itu sangat penting sebagai alat perjuangan untuk mendapatkan pengakuan
kesetaraan dalam pergaulan antarbangsa yang sesungguhnya (Sutomo, dkk, 1999).
Setiap negara akan selalu berusaha tampil dengan kelengkapan budayanya sebagai
jatidirinya yang membedakan dengan negara lain (Sinclair, 1991; Wilson, 1998). Di
samping itu, pembangunan kebudayaan nasional didorong oleh kebutuhan akan media
sosial yang dapat mempersatukan bangsa merupakan tenaga yang kuat dan menjadi

dasar kebanggaan suatu bangsa. Oleh karena itu, pengembangan semua potensi wisata
di daerah perlu terus dipacu (Sutomo, dkk., 1999).

Solo atau Surakarta atau Sala dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata (DTW) di
Indonesia yang kaya akan berbagai atraksi wisatanya, yaitu mulai dari wisata budaya,
wisata alam, dan juga wisata kulinernya. Meskipun demikian, kontribusi kepariwisataan
terhadap PDRB Solo tidaklah terlalu besar dibandingkan dengan sektor yang lain. Fakta
ini tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi Pemkot Solo untuk dapat lebih memacu
sektor kepariwisataan. Salah satu upaya untuk memacu dan membangun kepariwisataan
Solo misalnya dengan menetapkan pencitraan dirinya dengan slogan: ‘Solo The Spirit of
Java’.

Di satu sisi pencitraan ini menjadikan Solo sebagai salah satu kawasan yang potensil
bagi pengembangan ekonomi dan bisnis. Di sisi lain, pencitraan diri dengan menyebut
sebagai ‘The Spirit of Java’ memang menjadi tantangan untuk dapat mengembalikan
jatidiri Solo yang memang penuh nuansa kejawen, adiluhung, dan berperikemanusiaan
(Saputro, 2007). Meski demikian, komitmen terhadap pencitraan seperti yang dimaksud
dengan ‘Spirit of Java’ bukanlah persoalan yang mudah karena membutuhkan berbagai
agenda program pembenahan secara sektoral dan lintas sektoral, termasuk dalam hal ini
adalah penataan ruang perkotaan dan manajemen transportasi (Nurdiana, 2007).


11

Dari sejumlah program tersebut, nampaknya yang kini marak diberitakan adalah seputar
pengembangan kawasan Balekambang dan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ). Hal utama
dibalik program tersebut tentu mengarah pada optimalisasi semua potensi DTW yang
dimiliki Solo sebagai Kota Budaya. Mencuatnya tuntutan Solo ditetapkan sebagai Kota
Cagar Budaya secara tidak langsung justru menunjukan adanya keunggulan kompetitif.
Logika dibalik ini karena memang Solo memiliki sejumlah aset budaya yang adiluhung.
Bahkan, banyak yang menyatakan Solo memiliki urban artifact secara menyeluruh dan
karenanya sangat beralasan jika pelestarian Solo tidak hanya meliputi lingkungan fisik
tapi juga menyangkut sejarah, geografi, struktur dan semua aspek yang meliputi ragam
kehidupan kota Solo. UU No 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya memungkinkan Kota
Solo secara keseluruhan dijadikan benda cagar budaya.

Taman Balekambang dan TSTJ memang menjadi salah satu aset wisata yang terabaikan
ditengah modernitas pembangunan dan perkembangan Solo. Semua tahu bahwa pada
10 tahun terakhir orientasi pembangunan Solo lebih mengarah pada aspek modernitas
yang mengedepankan fisik, misalnya pembangunan mal dan pusat-pusat perbelanjaan
modern serta konsep city walk. Meski ini tidak bisa disalahkan, namun perlu dipikirkan

lagi tentang berbagai kemungkinan untuk menghidupkan tradisi-tradisi lama, aset-aset
lokal tujuan wisata, dan berbagai budaya adiluhung yang dimiliki Solo, termasuk juga
potensi pengembangan wisata kulinernya. Bagaimanapun juga, tidak ada yang hina jika
Pemkot Solo berani untuk memacu lagi kehidupan nuansa lama tersebut. Bahkan bukan
tidak mungkin nostalgia atas budaya dan tradisi lama, termasuk berbagai masakan Solo
tersebut bisa secara konkret memacu sinergi harmoni kehidupan bermasyarakat di Solo.

Mengacu nilai urgensi pengembangan potensi DTW lokal Solo, bahwa potensi DTW di
Solo mengalami kejenuhan dan ini terbukti dengan kian menurunnya jumlah kunjungan
wisman - wisnu. Secara umum, DTW di Solo yaitu Keraton Surakarta, Mangkunegaran,
Musium Radya Pustaka, Museum Dullah (sejak maret 1993 tutup), Taman Sriwedari,
Wayang Orang, THR Sriwedari, Monumen Pers, TSTJ, dan Taman Balekambang. Dari
sejumlah DTW ini, yang masih menarik wisatawan hanya keraton dan Mangkunegaran,

12

sementara yang lainnya semakin tidak jelas dan kondisinya kian mengenaskan. Bahkan,
jika melihat kondisi Balekambang dan TSTJ tidak jauh berbeda dan kesan yang muncul
adalah kumuh dan tidak terurus.


Jika kemudian pemkot Solo berjanji membangun Taman Balekambang dan TSTJ, maka
ini bisa menjadi langkah penting untuk mengembalikan keelokan Taman Balekambang
dan TSTJ, termasuk juga implikasinya terhadap potensi pengembangan wisata kuliner
di Solo. Bahkan, rencananya pengembangan Taman Balekambang menjadi hutan kota
(Partinah Bosch) dan Taman Air (Partini Tuin) dimulai maret 2007 ini. Esensi dibalik
rencana pembangunan kembali Taman Balekambang tak lain adalah implementasi dari
konsep pengembangan yang telah disusun KGPAA Mangkunegoro VII. Jika semua
rencana pembangunan Taman Balekambang tercapai maka salah satu rangkaian yang
tidak bisa terpisahkan adalah pembangunan kembali Taman Tirtonadi.

Esensi dibalik niat mulia pembanguan kembali aset-aset lama memang memberikan sisi
kemanfaatan makro, yaitu selain menghadirkan kembali kenangan dan nuansa lama atas
sejarah perkotaan, juga bisa membangun kembali daya tarik wisata yang semakin pudar
akibat jenuh atas perkembangan modernitas perkotaan. Selain itu, program ini juga bisa
memacu rasa cinta budaya lokal, termasuk juga prospek bagi pengembangan potensi
wisata kuliner.

Sesungguhnya mempertahankan dan menjaga kesinambungan alur sejarah merupakan
modal dasar dan mutlak untuk membangun suatu jati diri kota yang kuat. Apa artinya
konsep "Solo Masa Depan adalah Solo Masa Lalu" bila salah satu saksi penting sejarah

Kota Solo masa lalu terancam fungsinya sebagai ruang publik akibat sengketa lahan.
Dari kasus kawasan Taman Sriwedari, hal yang perlu digarisbawahi yaitu penyelamatan
atas pusaka budaya bukanlah penyelamatan status kepemilikan, melainkan pelestarian
kesinambungan proses di dalamnya. Berkaitan dengan ini, regulasi memang dibutuhkan
untuk memastikan pelestarian tidak hanya Sriwedari, tetapi juga seluruh pusaka budaya
yang ada di Kota Solo (Putu AP Agustiananda, 2006).

13

Selain Sriwedari, kasus Benteng Vastenburg juga tidak bisa diabaikan. Menurut banyak
pengamat budaya, ada semacam garis penghubung antara benteng Vastenburg, Pasar
Gede, Balai Kota, yang kemudian membentuk landmark dan mengungkapkan tentang
nilai aspirasi dari ekspresi budaya masyarakat Solo. Oleh karena itu sebenarnya masih
banyak aset budaya lain yang perlu diperhatikan misalnya Taman Balekambang, Jurug,
dll. Jadi, membangun kembali semua potensi DTW lokal banyak memberikan nilai
kemanfaatan, tidak saja bagi pemkot terkait PAD, tapi juga masyarakat dan wisatawan.
Jika itu semua dapat tercapai maka Solo Masa Lalu akan hadir kembali di wajah Solo
Masa Depan, termasuk juga potensi pengembangan wisata kuliner di Solo tentunya.

Esensi terhadap pengembangan wisata kuliner di Solo, Pemkot Solo berencana segera

membangun kawasan pusat jajanan malam yang terkonsentrasi di jalan Cokronegaran
dan Mayor Sunaryo. Pengembangan pusat jajanan malam pada tahap pertama ini akan
membutuhkan dana sekitar Rp.2 miliar (Kompas, 22 Pebruari 2007). Oleh karena itu,
pusat jajajan malam akan menjual makanan dan masakan unggulan Solo dan menurut
studi kelayakan yang telah dilakukan ternyata kawasan jalan Cokronegaran dan Mayor
Sunaryo adalah tempat yang representatif untuk dikembangkan.

B. Perumusan Masalah
Urgensi pengembangan pariwisata, maka diperlukan pengkajian komprehensif terhadap
berbagai faktor yang mendukung kepariwisataan (Kasimati, 2003). Solo sebagai bagian
integral dari pintu gerbang pariwisata nasional pada dasarnya juga mempunyai peran
sangat penting untuk mendukung pengembangan pariwisata termasuk juga bagi wisata
kuliner. Untuk mendukung tujuan itu perlu ada upaya penciptaan atraksi wisata yang
lebih bervariatif (Middleton, 2002). Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini
adalah:

a. Bagaimana identifikasi karakteristik dan potret wisata kuliner di Solo?
b. Bagaimana potensi pengembangan wisata kuliner di Solo?

14


DAFTAR PUSTAKA

Antariksa, B. dan Axioma, D. (2004), Liberalisasi dalam Kerangka WTO: Beberapa Isu
Politis yang Perlu Diwaspadai, Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Pariwisata. Vol.
VII Maret 2004. Puslitbang Budpar. Jakarta.
A. Rivai dan K. Putranto. (1999), Upaya meningkatkan penerimaan konsumen bagi
makanan tradisional, Dalam Prosiding Seminar Nasional Makanan Tradisional,
Yogyakarta, 16 Maret.
Bungin, Burhan (2003), Analisis Data Penelitian Kualitatif. Edisi Pertama. Cetakan Kedua.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dharmmesta, BS (1997), Meningkatkan daya saing perusahaan dalam era persaingan
global, Jurnal Kajian Bisnis, STIE Widya Wiwaha, no.10 Januari, hal.47-60.
............................ (1997), Pemasaran produk kerajinan: tinjauan strategik menghadapi
globalisasi pasar, Kajian Bisnis, no.11 mei-sept, hal.1-10.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2006), Rencana Strategis Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2005 – 2009, Jakarta
Dwyer, L. et al (2000), Economic impacts of inbound tourism under different assumptions
regarding the macroeconomy. Current Issues in Tourism Vol 3 (4), hal. 325-363.
Engel, J.F., RD Blackwell, dan PW. Miniard (1990), Cunsumer behavior, 6th ed, Dryden

Press.
Folkes, Valerie, Susan Koletsky, dan John L. Graham, (1987), A Field Study of Causal
Inferences and Consumer Reaction: The View from the Airport, Journal of
Consumer Research, 13, hal. 534-539.
Fornell, C. (1992), A National Customer Satisfaction Barometer : The Swedish Experience,
Journal of Marketing, 56 (January), hal. 6 - 21.
Fletcher, J.E. (1989), Input-output analysis and tourism impact studies, Annals of Tourism
Research Vol 16 (4), 514-529.
Frechtling, D. dan Horvath, E. (1999), Estimating the multiplier effects of tourism
expenditures on a local economy through a regional input-output. Journal of
Travel Research Vol 37 (4), hal. 324-332.
Ganie, Suryatini H. (1995), Promosi makanan Indonesia lewat jalur media massa, Dalam
Widyakarya Nasional Khasiat Makanan Tradisional, Prosiding, Jakarta, 9-11 Juni.
Goodwin, H dan Francis, J (2003), Ethical and responsible tourism: consumer trends in the
UK , Journal of Vacation Marketing Vol 9 (3), hal.271-284
Hardy, A, Beeton, R dan Pearson, L (2003), Sustainable tourism: an overview of the
concept and its position in relation to conceptualisations of tourism, Journal of
Sustainable Tourism Vol 11 (5), hal. 109-124.
Huda, Ibnu Wahyul (2004), Identifikasi potensi wisata alam di hutan wisata Sumber Semen
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, http://digilib.bi.itb.ac.id

Http://www.surakarta.go.id
Http://wisatakulinersolo.wordpress.com
Isdaryono, (1998), Penelitian gejala kejenuhan wisman terhadap daya tarik wisata sebagai
salah satu faktor penurunan tingkat pertumbuhan wisman ke Indonesia tahun 1990
- 1995 (studi kasus di Bali), Jurnal Pariwisata, vol.1, tahn III, Oktober, hal.22 - 31.

60

Ismail dkk (2006), Peningkatan Daya Saing Ekonomi Indonesia: Studi Kasus Industri
Pariwisata (Persepsi Wisatawan), http://www.ekonomi.lipi.go.id
Junardy, Y.W (2007), Diferensiasi Pemasaran Wisata, Bisnis Indonesia, 18 maret 2007.
Kasimati, E (2003), Economic aspects and the summer Olympics: a review of related
research , International Journal of Tourism Research Vol 5 (6), hal. 433-444
Keegan, WJ dan MC.Green (1997), Principle of global marketing, Prentice-Hall, Inc, USA.
Kompas (2007), Wisata Kuliner: Pengembangan Pusat Jajanan Butuh Rp. 2 miliar,
Jakarta, 22 pebruari.
Koentjaraningrat (1995), Antropologi dan sejarah pangan, Dalam Widyakarya Nasional
Khasiat Makanan Tradisional, Prosiding, Jakarta, 9-11 Juni.
LIPI (2007), Teknologi peningkatan nilai bahan pangan pokok, Info Ristek Vol. 5 No.
3/2007, hal. 1-11.

Lowwenberg, L. Et al. (1970), Food Policy in Local Setting. Development and change.
9(3): 439-57.
Lundberg, DE., Krishnamoorty, M., dan S. Mink H (1995), Tourism Economics, John
Willey and Sons, Inc, 10, New York.
McKercher, Bob dan Hilary du Cros, (2002), Cultural Tourism: The Partnership Between
Tourism and Cultural heritage Management, The Haworth Hospitality Press, New
York.
Middleton, V.T.C. (2002), Measuring the local impact of tourism: the big issue for the next
five years. Insights, Vol 14, hal. A1-6.
Nirwandar, Sapta (2006), Pembangunan Sektor Pariwisata di era otonomi daerah,
Makalah disampaikan pada acara Diskusi Pengembangn Pariwisata Bahari di
Pulau-Pulau Kecil, Bogor, 23 Februari 2006.
Nugroho, H (1997), Industrialisasi sektor pariwisata: pintu masuk pembangunan atau
pelembagaan keterbelakangan?, Kelola, no.16, vol.VI, hal.,28-38.
Nurdiana, Fereshti (2007), Manajemen Transportasi Perkotaan, Kompas, 21 Pebruari.
Patton, M.Q (1980), Qualitative evaluation methods, Beverly Hills, CA.: Sage Publications
Rahardjo, Supratikno (2004), Menelusuri pariwisata budaya di Indonesi, Jakarta.
Parikesit, D dan W.Trisnadi (1997), Kebijakan kepariwisataan Indonesia dalam
pembangunan jangka panjang, Kelola, no.16, vol.VI, hal.1-14.
Rosyidle, Arief (1998), Pengembangan city tour untuk menunjang pariwisata kota: Kasus
Kota Bandung, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, vol 9,no. 1.
Saputro, Edy Purwo (2007), Spirit of Java vs Problem Perkotaan, Solo Pos, 16 Januari.
Sinclair, M. (1991), The economics of tourism. Progress in Tourism, Recreation and
Hospitality Management Vol 3, 1-27.
Sinombor, Sonya Hellen (2007), Gudeg Ceker Dini Hari Bu Kasno, Kompas, 18 maret.
Sugiarti, Rara., Diyah Ernawati, dan Alastair Birtles (2002), The potential for developing
ecologically sustainable rural tourism in Surakarta, Indonesia: A case study,
ASEAN Journal on Hospitally and Tourism, Vol. 2, hal. 78-90.
Sugiharto, Akhmad (2006), Kajian peran pariwisata dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi masyarakat lokal di Kabupaten Demak: Studi kasus Masjid Agung
Demak dan Makam Sunan Kalijaga, http://digilib.itb.ac.id
Suranti, Ratna (2005), Pariwisata Budaya dan Peran serta Masyarakat, Workshop Wisata
Budaya Bagi Kelompok Masyarakat Propinsi DKI Jakarta, 12 Juli 2005.

61

Surya, Helmi (2006), Kajian ketersediaan komponen pariwisata yang menunjang fungsi
Kota Bukittinggi sebagai Kota Pariwisata, http://pl.lib.itb.ac.id
Susilowati, Dewi., Tuty Handayani, Triako Nurlambang dan Dewi Susiloningtyas (2005),
Perilaku penduduk Kota Depok dalam memilih lokasi wisata, Seminar Nasional
MIPA, FMIPA UI Depok, 24-26 Nopember.
Sutomo, Heru, dkk., (1999), Permintaan Untuk Perjalanan Rekreasi bagi Wisatawan
Nusantara : Studi Kasus Yogyakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pariwisata Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sutopo, H (1993), Taman Budaya Surakarta (TBS) dan aktifitas seni di Surakarta, Laporan
Penelitian, Fak.Sastra UNS, Surakarta.
Suwarto, Yuni (1996), Konsepsi pengembangan ekonomi rakyat dan langkah strategis
dalam pemberdayaan rakyat, Buletin Bergetar, no.128, Oktober, YIS: Surakarta
Tate, P (2003), Alternative destinations for the future , Travel & Tourism Analyst Vol 2,
hal.1-30
Triyatna, Stefanus Osa (2008), Jalan berliku dongkrak sektor pariwisata, Kompas, 19 april,
Jakarta.
United Nation-World Tourism Organization (2005), Tourism Highlight 2005, UN-WTO,
Madrid.
Widowati, Sri., Hj. Suarni dan S. Dewi Idrasari (2002), Kumpulan resep masakan aneka
tepung bahan pangan lokal non beras, Balai Penelitian Pasca-Panen Pertanian,
Badan Penelitiaan dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Wilson, K. (1998), Market and industry confusion in tourism economic analyses. Annals of
Tourism Research Vol 25 (4), hal. 803-817.
Wiyasa, I Gde (1997), Hotel ramah lingkungan, alternatif hotel masa depan, Kelola, no.16,
vol. VI, hal. 39-49.
Yasin, Muhammad (1996), Penentuan Prioritas Pengembangan Pariwisata di Kabupaten
Dati II Maron, Sulawesi Selatan, http://digilib.itb.ac.id

62

LAPORAN PENELITIAN

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO

Oleh:
Edy Purwo Saputro, SE, MSi
Fatchan Achyani, SE, MSi

DIBIAYAI PROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN DENGAN
SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN NOMOR: 188/SP2H/PP/DP2M/III/2008
DIREKTORAT PEMBINAAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SEPTEMBER 2008

1

Ringkasan
Tujuan pembangunan suatu daerah pada dasarnya untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan rakyat melalui pembangunan yang serasi antar sektor. Sektor pariwisata
diyakini merupakan salah satu sektor yang mampu berperan untuk mewujudkan tujuan
tersebut. Pariwisata telah menjadi industri yang berkembang pesat selama dasa warsa
terakhir, terutama pariwisata internasional. Pariwisata memberikan hasil seperti perluasan
lapangan kerja, peningkatan pendapatan, peningkatan sarana dan prasarana daerah wisata.
Solo merupakan salah satu daerah tujuan wisata (DTW) Jawa Tengah yang cukup
potensial. Kedudukannya ini telah menciptakan daya tarik bagi pengunjung, baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Diharapkan, melalui pengembangan
objek-objek wisata yang ada dapat lebih mendorong peningkatan jumlah pengunjung di
tahun-tahun mendatang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran pariwisata dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi masyarakat lokal di Solo serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun
sasaran penelitian ini adalah teridentifikasinya peran sektor pariwisata dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal, identifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi
peran pariwisata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dan terumuskannya
arahan pengembangan pariwisata untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Metodologi yang digunakan dari penelitian ini adalah metode deskriptif dengan melakukan
pengumpulan data primer dan sekunder yang meliputi wisatawan, pemilik usaha pelayanan,
masyarakat di sekitar lokasi dan instansi pemerintah terkait, sedangkan metode analisa yang
dipakai yaitu metode analisis tabulasi data dan analisis kualitatif. Hasil pengkajian terhadap
peran pariwisata menunjukkan bahwa bahwa pariwisata mempunyai peranan mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal di Solo ditinjau dari kepemilikan usaha pariwisata
dan penyerapan tenaga kerja.

3

Summary

The aim of development of an area is basically to increase the level and welfare of the
people through a harmonious development among sectors. The tourism sector is believed to
be one of the sectors which is capable to play a role to actualize the a.i, mentioned.
Tourism have become an industry that growing fast during last decade, especially
international tourism. Tourism could expand the field of employment, get up people
earning and develop structure and infrastructure facilities of it’s surrounded area.
Solo regency is one of the potential tourism destination in Central Java. Its location has
attracted visitors both foreign and domestic. It is expected that by developing the existing
tourism objects could more encouraging the increasing number of visitors in the future.
The research is aimed at studying the role of tourism in boosting the economic growth of
the local people in Solo Regency as well as the factors influencing it. While the target of
research is the identifying of the role of tourism sector in boosting the economic growth of
the local people, the identifying of factors influencing the role of tourism in boosting the
economic growth of the local people and the formulating of guidance of tourism
development in order to boost the economic growth of the local people.
The methodology used in this research was a descriptive method by collecting primary and
secondary data consisting of tourists, owner service business, people a round the location
and related government institution analysis method and qualitative analysis. The result of
the study towards the role of tourism showed that tourism has a role in boosting the
economic growth of the local people in Solo regency from the aspect of ownership of
tourism business and the absorption of workforce.

4

Abstraksi
Solo merupakan salah satu daerah tujuan wisata (DTW) Jawa Tengah yang cukup
potensial. Kedudukannya ini telah menciptakan daya tarik bagi pengunjung, baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Diharapkan, melalui pengembangan
objek-objek wisata yang ada dapat lebih mendorong peningkatan jumlah pengunjung di
tahun-tahun mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran pariwisata dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal di Solo serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Adapun sasaran penelitian ini adalah teridentifikasinya peran sektor
pariwisata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal, identifikasinya
faktor-faktor yang mempengaruhi peran pariwisata dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi masyarakat dan terumuskannya arahan pengembangan pariwisata untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Metodologi yang digunakan dari penelitian
ini adalah metode deskriptif dengan melakukan pengumpulan data primer dan sekunder
yang meliputi wisatawan, pemilik usaha pelayanan, masyarakat di sekitar lokasi dan
instansi pemerintah terkait, sedangkan metode analisa yang dipakai yaitu metode analisis
tabulasi data dan analisis kualitatif. Hasil pengkajian terhadap peran pariwisata
menunjukkan bahwa bahwa pariwisata mempunyai peranan mendorong pertumbuhan
ekonomi masyarakat lokal di Solo ditinjau dari kepemilikan usaha pariwisata dan
penyerapan tenaga kerja.
Kata kunci: daerah tujuan wisata, pariwisata, bisnis

Abstract
Solo regency is one of the potential tourism destination in Central Java. Its location has
attracted visitors both foreign and domestic. It is expected that by developing the existing
tourism objects could more encouraging the increasing number of visitors in the future.
The research is aimed at studying the role of tourism in boosting the economic growth of
the local people in Solo Regency as well as the factors influencing it. While the target of
research is the identifying of the role of tourism sector in boosting the economic growth of
the local people, the identifying of factors influencing the role of tourism in boosting the
economic growth of the local people and the formulating of guidance of tourism
development in order to boost the economic growth of the local people. The methodology
used in this research was a descriptive method by collecting primary and secondary data
consisting of tourists, owner service business, people a round the location and related
government institution analysis method and qualitative analysis. The result of the study
towards the role of tourism showed that tourism has a role in boosting the economic
growth of the local people in Solo regency from the aspect of ownership of tourism business
and the absorption of workforce.
Keyword: destination, tourism, business

5

PRAKATA

Assalamu'alaikum wr.wb.
Alhamdulillah. Akhirnya penelitian ini telah selesai sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
Terlepas dari kekurangan dan kelemahan yang ada dari penelitian ini, yang jelas program
penelitian tentang pariwisata dan wisata kuliner sangatlah penting, yaitu tidak saja terkait
kesejahteraan masyarakat di era otda dalam jangka panjang, tetapi juga dalam konteks
memacu kebangkitan sektor riil serta penyerapan tenaga kerja.
Konsekuensi dari hasil penelitian ini tentu menjadi suatu pemicu bagi para peneliti lainnya
untuk lebih mengembangkan berbagai celah penelitian yang nantinya akan memberikan
kontribusi optimal bagi proses perekonomian dan atau kesejahteraan masyarakat. Dengan
kata lain kelemahan dari penelitian ini menjadi stimulus untuk pengembangan penelitian
lainnya.
Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penelitian ini dan semoga hasil penelitian ini ada nilai manfaatnya bagi semua pihak.
Wassalamu'alaikum wr.wb.

Surakarta, September 2008

Peneliti

6

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Abstraksi
Prakata
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
Bab II Tinjauan Pustaka
A. Potret Kepariwisataan Solo
B. Perkembangan Kepariwisataan
C. Perilaku Wisatawan
D. Penelitian Sebelumnya
Bab III Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Tujuan Penelitian
B. Manfaat Penelitian
Bab IV Metode Penelitian
A. Bidang Penelitian
B. Lingkup Penelitian
C. Bentuk Penelitian
D. Obyek Penelitian
E. Sumber Data
F. Teknik Analisis
Bab V Hasil dan Pembahasan
A. Potret Kota Solo
B. Kepariwisataan Solo
C. Karakteristik dan Potret Wisata Solo
Bab VI Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Keterbatasan
Daftar Pustaka

……………………………………....
………………………………………
……………………………………....
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
1
1
5
6
6
8
16
19
25
25
25
26
26
26
27
27
27
28
31
31
34
39
50
50
50
51
52

7

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan pariwisata di Asia Tenggara
Tabel 2.2 Jumlah wisatawan dan perolehan devisa
Tabel 2.3 Jumlah wisatawan dan pengeluarannya
Tabel 2.4 Kekuatan dan kelemahan
Tabel 2.5 Kekuatan dan kelemahan wisata Indonesia
Tabel 2.6 Perilaku wisatawan di Indonesia
Tabel 5.1 PDRB Solo
Tabel 5.2 Inflasi, pertumbuhan dan investasi di Solo
Tabel 5.3 Identifikasi responden penelitian
Tabel 5.4 Identifikasi responden
Tabel 5.5 Identifikasi responden penelitian
Tabel 5.6 Persepsi responden atas wisata kuliner Solo
Tabel 5.7 Identifikasi potensi wisata kuliner
Tabel 5.8 Kekuatan, kelemahan dan peluang
Tabel 5.9 Matrik SWOT dari wisata kuliner Solo
Tabel 5.10 Strategi SWOT
Tabel 5.11 Matrik strategi SWOT

……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………
……………………………

10
10
10
11
11
17
33
34
40
40
41
41
42
42
45
45
46

8

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola pikir budparnas
Gambar 2.2 Sinergi pariwisata dan otda
Gambar 2.3 Model keputusan wisata
Gambar 4.1 Model analisis interaktif
Gambar 5.1 Luas daerah dan batas Solo
Gambar 5.2 Interaksi persepsi dan loyalitas
Gambar 5.3 Proses interaksi pariwisata
Gambar 5.4 Peta rantai nilai wisata kuliner

……………………………………....
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………

12
18
19
30
31
43
43
44

9

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO

Oleh:
Edy Purwo Saputro, SE, MSi
Fatchan Achyani, SE, MSi

DIBIAYAI PROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN DENGAN
SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN NOMOR: 188/SP2H/PP/DP2M/III/2008
DIREKTORAT PEMBINAAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SEPTEMBER 2008

1

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO
Oleh:
Edy Purwo Saputro dan Fatchan Achyani
Abstract
Solo regency is one of the potential tourism destination in Central Java. Its location has
attracted visitors both foreign and domestic. It is expected that by developing the existing
tourism objects could more encouraging the increasing number of visitors in the future.
The research is aimed at studying the role of tourism in boosting the economic growth of
the local people in Solo Regency as well as the factors influencing it. While the target of
research is the identifying of the role of tourism sector in boosting the economic growth of
the local people, the identifying of factors influencing the role of tourism in boosting the
economic growth of the local people and the formulating of guidance of tourism
development in order to boost the economic growth of the local people. The methodology
used in this research was a descriptive method by collecting primary and secondary data
consisting of tourists, owner service business, people a round the location and related
government institution analysis method and qualitative analysis. The result of the study
towards the role of tourism showed that tourism has a role in boosting the economic
growth of the local people in Solo regency from the aspect of ownership of tourism business
and the absorption of workforce.
Keyword: destination, tourism, business
A. Latar Belakang
Solo atau Surakarta dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata (DTW) di Indonesia
yang kaya akan berbagai atraksi wisata yaitu mulai dari wisata budaya, wisata alam dan
wisata kuliner. Meski demikian kontribusi kepariwisataan terhadap PDRB Solo tidaklah
terlalu besar dibanding dengan sektor yang lain. Fakta ini tentu menjadi pertimbangan
tersendiri bagi Pemkot Solo untuk bisa lebih memacu sektor kepariwisataan. Salah satu
upaya untuk memacu - membangun kepariwisataan Solo misalnya dengan menetapkan
pencitraan dirinya dengan slogan: ‘Solo The Spirit of Java’.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah : (1) Bagaimana identifikasi karakteristik dan
potret wisata kuliner di Solo? Dan (2) Bagaimana potensi pengembangan wisata kuliner
di Solo?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengidentifikasi karakteristik dan potret wisata
kuliner di Solo dan (2) Untuk mengetahui potensi pengembangan wisata kuliner di
Solo.

2

Manfaat penelitian ini adalah (1) Memberikan gambaran lebih jelas dan komprehensif
tentang identifikasi karakteristik dan potret wisata kuliner di Solo dan (2) Memberikan
gambaran lebih jelas dan komprehensif tentang potensi pengembangan wisata kuliner di
Solo.
D. Metode Penelitian
Fokus kajian penelitian ini adalah menganalisa potensi pengembangan wisata kuliner di
Solo. Penelitian ini adalah studi evaluasi dan eksplanatori dengan menekankan pada
pendekatan kualitatif dengan fokus pada analisis induktif yang terkait kajian pustaka
dan studi lapangan melalui proses eksplanatori. Kajian penelitian ini lebih terfokus pada
bagaimana strategi kebijakan pembangunan dan pengembangan potensi wisata kuliner
mampu mendukung suksesnya program kepariwisataan di Solo.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner tertutup. Secara spesifik, kuesioner pada
penelitian ini mencakup tentang informasi umum yang terkait karakteristik pengelolaan
manajemen kepariwisataan di Solo dan potensi untuk mengembangkan wisata kuliner di
Solo dan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang latarbelakang pengembangan
kepariwisataan dilakukan interview dengan pihak yang berkompeten dengan proses
pengembangan kepariwisataan, terutama yaitu wisata kuliner di Solo.
Penekanan analisis penelitian ini memakai pendekatan kualitatif. Untuk mendukung
hasil yang optimal melalui pendekatan kualitatif, prosedural analisis data penelitian ini
mengacu pada beberapa tahap. Secara spesifik, fokus penelitian ini yaitu penentuan
strategi pemasaran yang terkait strategi (orientasi segmentation, positioning, targeting),
taktik (orientasi differentiation, selling, marketing mix), dan juga value (orientasi brand,
process, dan service) yang harus diaplikasikan untuk bisa lebih meningkatkan dan juga
mengembangkan wisata kuliner di Solo.
E. Hasil dan Pembahasan
Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 200. Mayoritas responden berjenis kelamin
laki-laki yaitu 121 orang (60,5%), umur lebih dari 30 tahun yaitu mencapai 109 orang
(54,5%), status profesi adalah swasta mencapai 94 orang (47%) dan masa kerja lebih
dari 10 tahun dari setiap profesi yaitu mencapai 132 orang atau 66%. Secara umum
responden berkeyakinan bahwa identifikasi karakteristik dan juga potensi wisata kuliner
di Solo terfokus pada makanan rakyat - tradisional dan makanan modern. Alasan yang
mengemuka karena kedua makanan ini memiliki karakteristik - citra yang berbeda dan
khas. Selain itu makanan rakyat - tradisional juga sangat terkait dengan karakteristik
budaya. Mayoritas responden menyebutkan makanan tradisional adalah potensi wisata
kuliner yaitu 129 responden (64,5%) dan yang menganggap makanan modern sebagai
potensi wisata kuliner hanya 71 respoden (35,5%).
Mengacu persepsi responden bahwa orientasi pengembangan wisata kuliner di Solo
lebih mengarah pada makanan tradisional, maka komponen yang terlibat dalam proses

3

pengembangan pariwisata, termasuk wisata kuliner harus mengakomodasi semua nilai
lebih dari menu tradisional yang dimiliki Solo. Konsekuensi atas penentuan andalan
menu tradisional sebagai aset wisata kuliner Solo, maka kajian tentang rantai nilai
terhadap tindaklanjutnya menjadi penting. Oleh karena itu, kajian tentang rantai nilai
sebagai konsekuensi pengembangan wisata kuliner Solo menjadi bagian yang tidak bisa
terpisahkan dengan potensi pariwisata di Solo pada umumnya.
F. Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan
Kesimpulan: (1) Pengembangan wisata kuliner pada dasarnya merupakan salah satu
aset wisata yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat karena wisata kuliner
melibatkan semua lapisan masyarakat dan (2) Aset utama dari potensi wisata kuliner di
Solo adalah makanan tradisional yang dari sisi jumlah memang sangat beragam. Selain
itu aspek ketersediaan bahan baku yang terjangkau dan harga yang relatif murah
menjadi faktor pendukung terhadap aspek kekuatan dari potensi wisata kuliner di Solo
dan (3) Kecenderungan berbagai menu tradisional sebagai wisata kuliner Solo sudah
tidak banyak yang menjajakannya. Oleh karena itu, semua pihak perlu berkelanjutan
dan komprehensif memunculkan kembali menu-menu tradisional dalam berbagai event
pariwisata, termasuk juga misalnya parade menu tradisional khas Solo.
Saran: (1) Pemkot Solo perlu melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk
juga dari departemen dan dinas terkait untuk mempromosikan berbagai menu khas
tradisional dari Solo sehingga hal ini bisa menjadi aset wisata kuliner, (2) Perlu ada
pemberdayaan kepada masyarakat, terutama pelaku usaha yang bergerak di wisata
kuliner terutama dalam kaitan pelestarian berbagai menu khas tradisional agar tidak
punah, dan (3) Aspek pengemasan potensi wisata kuliner di Solo perlu adanya upaya
peningkatkan baik dari aspek kuantitas ataupun kualitas sehingga mampu memberikan
kesan lebih baik terutama dibandingkan dengan menu-menu modern yang kian
beragam.
Keterbatasan : (1) Penelitian ini hanya terfokus pada aspek wisata kuliner saja, padahal
kajian tentang kepariwisataan sangat kompleks sehingga cakupan persoalan yang
mengemuka tak bisa mendiskripsikan persoalan wisata kuliner secara komprehensif dan
(2) Penelitian ini tidak berupaya membandingkan dengan temuan sejumlah penelitian
sebelumnya. Padahal, pembandingan ini bisa menjadi acuan untuk referensi dalam
kajian penelitian lebih lanjut.

4