PA : Desain Kemasan Teh Temulawak "Livit" Untuk Meningkatkan Nilai Jual Produk.

(1)

DESAIN KEMASAN TEH TEMULAWAK “LIVIT”

UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL PRODUK

PROYEK AKHIR

Nama : EKA YUNI CHURNIAWATI

NIM : 08.39090.0002

Nama : ERICK PRAMUSINTO SAMBUDI

NIM : 08.39090.003

Nama : WAHYU IKA SEPTIANI

NIM : 08.39090.005

DIII Komputer Grafis dan Cetak

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA


(2)

iii

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 4

1.4 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Hardware ... 7

2.2 Software ... 8


(3)

iv

BAB III ANALISA ... 10

3.1 Studi Eksisting ... 10

3.2 Konsep Desain Kemasan ... 15

3.3 Konsep Desain Brosur ... 20

3.4 Analisa Kebutuhan Material ... 23

3.5 Analisa Biaya Produksi ... 24

3.6 Analisa Waktu Pelaksanaan ... 33

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN ... 34

4.1 Tahap Persiapan ... 34

4.2 Tahap Implementasi Konsep ke dalam Desain ... 35

4.3 Separasi Warna ... 35

4.4 Montage ... 37

4.5 Pembuatan Plate ... 39

4.6 Tahap Mencetak ... 40

4.7 Tahap Finishing ... 41

BAB V PENUTUP ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 44


(4)

v

Halaman

Gambar 3.1 Mockup tipe Locking ... 11

Gambar 3.2 Mockup tipe Sliding ... 12

Gambar 3.3 Mockup tipe Segienam ... 13

Gambar 3.4 Mockup tipe Gluing dan Locking ... 14

Gambar 3.5 Konsep Bentuk Kemasan Folding Box Teh Temulawak ... 15

Gambar 3.6 Konsep Desain Kemasan Folding Box Teh Temulawak ... 17

Gambar 3.7 Konsep Bentuk Brosur Teh Temulawak Livit ... 20

Gambar 3.8 Konsep Desain Brosur Teh Temulawak Livit ... 21

Gambar 3.9 Layout Ukuran Kertas Cetak Kemasan Folding Box ... 24

Gambar 3.10 Layout Ukuran Kertas Cetak Brosur ... 29

Gambar 4.1 Layout Plate Cetak Kemasan Folding Box ... 38


(5)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Pelaksanaan Waktu Proyek Akhir ... 33


(6)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dan dinamis serta dimulainya era globalisasi yang menyebar di seluruh kawasan dunia, membuat packaging atau kemasan mempunyai peran yang sangat penting terhadap komoditi atau produk yang dikemas. Hal ini terkait erat dengan nilai jual dan citra produk yang tidak dapat terpisahkan dari kemasan itu sendiri. Packaging atau kemasan yang baik minimal dituntut untuk memiliki keempat fungsi dasar kemasan yaitu sebagai alat pelidung terhadap produk atau komoditi yang dikemas, sebagai alat untuk memudahkan pada saat proses distribusi, media promosi atau display terhadap produk yang dikemas serta sebagai media informasi produk terhadap konsumen yang membeli atau memakainya. Disamping harus memiliki keempat fungsi dasar kemasan yang telah disebutkan sebelumnya, kemasan yang baik haruslah juga memperhatikan penggunaan bahan baku kemasan dan faktor desain kemasan yang sangat menentukan nilai daya jual sebuah produk yang dikemas. Faktor – faktor inilah yang membuat suatu packaging atau kemasan semakin diperhatikan oleh kalangan dunia usaha terhadap produk – produk yang diedarkannya.

Salah satu jenis usaha yang menjadi faktor penting terhadap perekonomian nasional dan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat (dalam hal ini merupakan Indonesia) adalah Usaha Kecil Menengah (UKM). UKM


(7)

2

merupakan segmen pelaku usaha yang sangat besar di dalam peta pelaku perekonomian Indonesia. Dengan banyaknya jumlah UKM yang beredar di Indonesia maka diharapkan dari sektor UKM sendiri mampu menyediakan kesempatan atau lapangan kerja yang baru bagi masyarakat, memberikan konstribusi yang signiftikan terhadap PDB nasional, meningkatkan nilai ekspor negara, penanaman investasi, pengembangan inovasi produk serta persemaian wirausaha baru. Namun didalam kenyataannya konstribusi UKM masih belumlah begitu besar dalam membantu pertumbuhan perekonomian nasional. Hal ini disebabkan karena masih lemahnya daya saing produk – produk UKM terhadap produk – produk dari usaha skala besar yang sudah mempunyai brand atau nama di masyarakat bila ditilik dari segi kemasan. Para pelaku UKM di Indonesia sendiri masih memiliki kecenderungan hanya berfokus pada produknya sehingga menganggap bahwa faktor kemasan hanya menjadi prioritas sekunder yang berdampak terhadap kurangnya nilai jual produk UKM dalam menarik minat konsumen ketika dilempar ke pasaran. Hal tersebut ditambah dengan masih sulitnya dari pihak UKM ketika mendapatkan bahan – bahan baku kemasan dengan harga yang bersaing karena jumlah yang diperlukan relatif kecil dan bentuk dari produk yang sangat spesifik. Sehingga secara tidak langsung membuat sebagian besar kemasan dari produk – produk UKM masih belum memenuhi keempat fungsi dasar kemasan yang telah disebutkan sebelumnya.

Atas dasar inilah mengapa tema yang diangkat dari proposal tugas akhir Progam Studi DIII – Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya ini berintikan peningkatan nilai jual produk UKM melalui sebuah kemasan dan media promosi pendukung lainnya. Dimana produk UKM yang diangkat sebagai bahan


(8)

atau materi tugas akhir ini berasal dari Benowo - Surabaya (Republik Temulawak) dengan bentuk produk Teh Temulawak. Penambahan media promosi pendukung lainnya selain kemasan ditunjukkan untuk semakin menguatkan citra bahwa “Packaging is a Silent Salesman”.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan tugas akhir pembuatan dan pengembangan kemasan bagi UKM adalah sebagai berikut :

a. Sebagai salah satu syarat kelulusan Program Studi DIII Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya yaitu dengan melaksanakan mata kuliah Proyek Akhir.

b. Sebagai sarana penerapan dan pengaplikasian ilmu yang telah diberi dan diajarkan pada jurusan DIII Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya terhadap kalangan dunia UKM.

c. Sebagai sarana mempelajari dan memahami bagaimana manfaat langsung packaging atau kemasan terhadap peningkatan nilai jual produk dari suatu UKM (dalam hal ini merupakan Teh Temulawak Livit).

d. Sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dan bermanfaat pada industri percetakan dan dunia UKM khususnya untuk proses pembuatan suatu packaging atau kemasan dari pengolahan filedigitalartwork, kalkulasi biaya sampai pengaplikasiannya terhadap proses cetak (mass production) beserta permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi.


(9)

4

1.3 Manfaat

Manfaat dari pelaksanaan mata kuliah Proyek Akhir Program Studi DIII Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabya adalah sebagai berikut :

a. Untuk Kelompok

1. Mendapatkan pemahaman tentang bagaimana alur dari suatu pembuatan packaging atau kemasan dari awal proses pengolahan final artwork sampai ke tahap proses mass production di mesin cetak.

2. Mengetahui tentang material atau bahan baku apa saja yang diperlukan dalam pembuatan suatu packaging atau kemasan yang diperuntukkan untuk UKM dalam bentuk mass production.

3. Memahami kalkulasi biaya dalam proses manajemen proses produksi untuk suatu packaging atau kemasan yang diproduksi dalam jumlah banyak atau mass production.

4. Memahami pentingnya adanya pembagian waktu atau time schedule yang efektif dan efisien dalam proses pembuatan suatu packaging atau kemasan untuk UKM yang diproses dalam jumlah mass production.

5. Mengetahui dan mampu mengatasi pernasalahan – permasalahan yang sering muncul dalam proses pembuatan packaging atau kemasan yang diperuntukkan bagi UKM dalam bentuk mass production.


(10)

b. Untuk UKM

1. Meningkatkan image dan nilai jual produk melalui penerapan kemasan dan media promosi pendukung lain yang telah dibuat.

2. Mampu menerapkan keempat fungsi dasar kemasan (Pelindung Isi, Transport Handling, Display dan Informasi) terhadap kemasan produknya.

3. Meningkatkan nilai keefesienan dalam pemilihan atau penggunaan bahan baku kemasan yang dibuat.

4. Mampu memiliki kemasan yang ramah terhadap lingkungan (bahan kemasannya mudah di olah kembali atau didaur ulang dan tidak mengandung bahan berbahaya serta tidak mencemari lingkungan).

1.4 Sistematika Penulisan

Perincian sistematika penulisan dari laporan proyek akhir “Desain Kemasan Teh Temulawak “Livit” Untuk Meningkatkan Nilai Jual Produk” adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Berisikan tentang aspek dasar mengenai judul, latar belakang, tujuan dan manfaat dari pembuatan buku dari tugas Proyek Akhir program studi DIII – Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya.


(11)

6

BAB II : Landasan Teori

Membahas mengenai software beserta sarana pendukung lainnya yang digunakan untuk pengerjaan proyek akhir.

BAB III : Analisa

Meliputi analisa kondisi eksisting dari kemasan dan brosur yang lama dari Teh Temulawak Livit, rumusan konsep desain kemasan folding box dan brosur Teh Temulawak Livit, analisa biaya produksi, analisa kebutuhan material dan analisa waktu pelaksanaan.

BAB IV : Implementasi Desain

Membahas tentang langkah – langkah implementasi desain kedalam illustrasi serta pewarnaan dan layout yang digunakan dalam pembuatan proyek akhir.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Merupakan akhir penulisan yang menguraikan kesimpulan beserta saran dari proyek akhir yang telah dibuat.


(12)

7

LANDASAN TEORI

2.1 Hardware

Meliputi perangkat yang digunakan selama proses pengerjaan Proyek Akhir, adalah sebagai berikut:

1. Notebook Sony VAIO VGN-CR220E (Processor Intel Core 2 Duo, 2048 MB RAM, Windows 7 Ultimate)

2. Notebook Axioo Neon CNC (Processor Intel Core i3, 1.74 GB of RAM, Windows XP SP3)

3. Konica Minolta (Untuk cetak Proofing Digital kemasan folding box)

4. Kamera DSLR Canon EOS 550D

5. Peralatan untuk pembuatan Mock Kemasan Folding Box yang terdiri dari Artpaper 230 gsm, Gunting, Cutter, Bolpoint, Pensil, Penggaris, Lem, Double Tape)

6. Meja Montage

7. Mesin Plate Maker

8. Mesin Potong Polar Mohr Etromat 72


(13)

8

10.Mesin Plong

2.2 Software

2.2.1 Adobe Photoshop CS 3

- Berfungsi untuk mengubah format warna utama image yang digunakan dari RGB ke CMYK

- Berfungsi untuk mengubah size / ukuran dan crop image yang digunakan

- Berfungsi untuk mengubah resolusi image yang digunakan

- Berfungsi untuk mengubah corak dan tingkat kecerahan warna pada image yang digunakan

- Berfungsi untuk menghasilkan file PSD yang akan digunakan pada layout artwork kemasan software Adobe Illustrator CS 3

2.2.2 Adobe Illustrator CS 3

- Berfungsi untuk membuat kerangka utama atau pisau kemasan folding box

- Berfungsi untuk proses layout kemasan (folding box) dan brosur mulai dari layout image, artwork dan teks

- Berfungsi untuk pembuatan artwork yang berbasiskan vektor pada kemasan dan brosur yang dibuat


(14)

- Berfungsi untuk pemberian warna CMYK pada obyek – obyek berbasis vektor yang digunakan pada kemasan dan brosur yang dibuat

- Berfungsi untuk menghasilkan file Adobe Illustrator (AI) dan PDF untuk output film pada mesin imagesetter

2.2.3 Adobe Acrobat Professional 8

- Berfungsi untuk memeriksa output file PDF yang dihasilkan dari software Adobe Illustrator CS 3

2.3 Peralatan / Bahan Pendukung lainnya

- Kertas Ivory 250 gsm ukuran 109 x 79 cm

- Kertas Artpaper 120 gsm ukuran 100 x 65 cm

- Tinta CMYK Cemani Toka “Best One”

- Pisau Die Cut

- Lem Putih Rajawali

- Bahan – bahan pendukung proses cetak meliputi : Plate Cetak, Bensin, RWA, Developer, Gum, Spray Powder, Plate Cleaner, Corrector


(15)

10 BAB III

ANALISA

3.1 Studi Eksisting

Maksud dari studi eksisting ini adalah sebagai acuan atau tolak ukur bagi

tugas akhir. Acuan tersebut berupa desain artwork, layout, jenis cetak hingga

kualitas cetaknya yang meliputi kemasan dan brosur.

3.1.1 Acuan Kemasan Lama

Republik temulawak merupakan UKM yang baru dirintis sehingga produk

Teh Temulawak Livit sendiri belum ada desain kemasannya, maka pembuatan

kemasan untuk Teh Temulawak ini dilakukan dari awal atau baru dengan

mengacu pada konsep kemasan yang diinginkan pihak Republik Temulawak dan

telah mendapatkan persetujuan.

3.1.2 Acuan Media Promosi (Brosur) Lama

Berhubung dari pihak Republik Temulawak sendiri belum ada konsep

brosur yang dibuat untuk mempromosikan produk Teh Temulawak, maka

pembuatan brosur untuk Teh Temulawak juga dilakukan dari awal atau baru

dengan mengacu pada konsep kemasan baru folding box Teh Temulawak yang


(16)

3.1.3 Analisa Mockup Folding Box

Ada beberapa tipe mockup yang diambil sebagai contoh untuk kemasan

Folding Box, di antaranya :

a. Mockup dengan teknik Locking

Gambar 3.1 Mockup tipe Locking

Pada tipe mockup ini, memiliki bentuk desain kemasan yang inovatif.

Dalam proses finishingnya tipe mockup ini tidak perlu mempergunakan lem.

Sehingga dapat menekan biaya pengeleman jika di produksi dalam jumlah

banyak. Tapi jika dicetak dalam jumlah yang sedikit, maka memerlukan biaya


(17)

12

b. Mockup dengan teknik Sliding

Gambar 3.2 Mockup tipe Sliding

Pada tipe mockup ini, merupakan salah satu bentuk yang inovatif. Dimana

cara menggunakan kemasannya dengan cara tarik-dorong yang akan

mempermudah dalam penggunaanya. Akan tetapi kekurannya terdapat pada

pembuatan pisau die cut-nya, dimana bentuk mockup ini akan menggunakan 2

pisau die cut sehingga biaya yang digunakan dalam pembuatan pisau menjadi dua


(18)

c. Mockup bentuk Segienam

Gambar 3.3 Mockup tipe Segienam

Pada tipe mockup ini, memiliki bentuk desain kemasan yang inovatif.

Tetapi kemasan ini die cut-nya memerlukan teknik die cut dengan laser, karena

terdapat Perforasi pada bagian tengah kemasan. Hal tersebut membuat biaya die

cut menjadi lebih mahal. Selain itu, pada saat display kemasan ini kurang efisien

karena bentuknya yang tidak siku sehingga memakan banyak tempat pada rak


(19)

14

c. Mockup dengan teknik Gluing dan Locking

Gambar 3.4 Mockup tipe Gluing dan Locking

Pada tipe mockup ini, memiliki bentuk desain kemasan teh pada

umumnya. Tipe mockup kemasan ini die cut-nya sederhana tidak memerlukan

banyak biaya untuk pisau die cut-nya. Selain itu, pada saat display kemasan ini

efisien karena bentuknya yang siku sehingga tidak memakan banyak tempat pada

rak display. Teknik gluing yang digunakan pada tipe ini bertujuan agar kemasan


(20)

3.2 Konsep Desain Kemasan

3.2.1 Konsep Bentuk

Gambar 3.5 Konsep Bentuk Kemasan Folding Box Teh Temulawak

Konsep bentuk kemasan yang diambil merupakan kemasan yang

bertemakan folding box. Hal ini dikarenakan untuk menyesuiakan dengan

karakteristik produk teh temulawak yang dikemas per bag dan tetap memiliki ciri

kemasan dari produk – produk minuman berupa teh celup sekaligus

mempertahankan nilai estetika dan ergonomi dari suatu kemasan. Panjang, lebar

dan tinggi kemasan disesuaikan dengan total berat produk teh temulawak yang

dikemas (isi 25 teh celup @ 2 gram total berat 50 gram). Pada sisi bagian diatas


(21)

16

meningkatkan keefesienan pada saat membuka - tutup produk sedangkan pada

bagian samping teknik penutup kemasan memanfaatkan teknik gluing yang

bertujuan untuk mempertimbangkan aspek kekuatan penahan tutup kemasan

dengan berat produk yang dikemas. Secara umum bentuk kemasan folding box

yang digunakan menitikberatkan pada aspek display (kekuatan artwork) dan

kemudahan pada saat proses handling dan transport kemasan. Ukuran pada saat

kerangka terbuka untuk kemasan folding box adalah sebesar 32 cm x 25,6 cm.

Untuk kemasan jadi (yang sudah dilipat dan diproses lem), ukurannya adalah

sebesar 10 cm x 8,5 cm x 6,5 cm (masing – masing untuk panjang, lebar, dan

tinggi). Nilai overlapping atau bleeding yang digunakan adalah sebesar 2 mm


(22)

3.2.2 Konsep Desain

Gambar 3.6 Konsep Desain Kemasan Folding Box Teh Temulawak

3.2.3 Warna

Untuk aplikasi warna pada kemasan folding box produk teh temulawak

Livit, warna yang digunakan keseluruhannya merupakan perpaduan dari warna

proses CMYK. Hal ini dikarenakan untuk menekan biaya ongkos cetak yang

dibutuhkan dari faktor tinta tanpa mengesampingkan mutu dan hasil artwork pada

kemasan. Warna yang diterapkan pada kemasan ini adalah warna gradasi orange.

Kami memilih warna gradasi orange karena terinspirasi dari warna temulawak

sebelum diolah menjadi teh hingga temulawak yang sudah menjadi teh, sehinnga


(23)

18

ini. Berikut ini merupakan keterangan dari masing – masing penggunaan warna

terhadap bagian – bagian kemasan folding box:

• Untuk warna backgroud kemasan menggunakan warna putih dan warna gradasi dari orange dengan perpaduan warna Magenta 35%, dan Yellow

85% ke orange dengan perpaduan warna Cyan 2%, Magenta 63%, dan

Yellow 91%. Penerapan warna ini bertujuan untuk memberikan rasa

keserasian sekaligus harmonis bila dipadukan dengan warna kuning.

Warna ini juga mampu memberikan pencitraan yang baik terhadap

produk teh temulawak.

• Untuk warna logo “Livit” menggunakan warna kuning separasi

(perpaduan dari Cyan 3.75%, dan Yellow 67.5%). Outline pada tulisan

Livit menggunakan warna coklat separasi (perpaduan dari Cyan 33,33%,

Magenta 82,35%, Yellow 100% dan Black 42,75%). pada huruf “i”

terdapat gambar daun menggunakan warna hijau separasi (perpaduan dari

Cyan 30%, dan Yellow 95%). Penggunaan warna ini memiliki tujuan

untuk warna khas dari teh temulawak Livit.

• artwork melingkar yang terletak diatas warna background putih dan image

yang berfungsi untuk dapat memberikan kontras yang baik .

• Pada bagian – bagian perforasi digunakan warna putih untuk memudahkan

dalam proses pengeleman kemasan folding box.

3.2.4 Trend

Trend yang sedang marak digunakan oleh kemasan – kemasan jenis


(24)

perpaduan antara vektor dan image. Hal tersebut juga memberikan pengaruh

terhadap design artwork dari produk Teh Temulawak Livit yang menggunakan

perpaduan vektor dengan image berupa foto untuk dapat mengikuti perkembangan

trend yang sedang ramai diterapkan dipasaran. Penggunaan artwork perpaduan

antara vektor dan image ini juga memberikan keuntungan dengan biaya design

artwork yang lebih murah. Hal ini disebabkan karena adanya pengurangan

pemakaian dari tinta khusus atau special colour seperti Pantone (Design Artwork

yang murni 100% dari vektor memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam

penggunaan warna – warna khusus). Penggunaan artwork yang berjenis ini juga

berfungsi untuk memberikan kesan yang ramai terhadap citra produk teh

temulawak Livit.

3.2.5 Visualisasi

Bentuk atau design visualisasi dari kemasan teh temulawak Livit yang

menggunakan warna -warna dasar putih dan warna gradasi orange serta dipadukan

dengan design artwork yang terbuat dari perpaduan vektor dengan image ini

diharapkan mampu untuk memberikan rasa ramai dan pembeda terhadap produk –

produk lainnya. Visualisasi dari kemasan ini juga diharapkan mampu untuk

memberikan pencitraan terhadap produk teh temulawak yang berkwalitas dan

bermutu terbaik.

3.2.6 Penampilan

Penampilan keselurahan dari produk kemasan teh temulawak ini

diharapkan mampu untuk memenangkan persaingan yang ketat ketika dilempar


(25)

20

tersebut untuk mampu menjual atau mempromosikan produk yang dikemasnya

tanpa adanya perantara sales.

3.3 Konsep Desain Brosur

3.3.1 Konsep Bentuk

Gambar 3.7 Konsep Bentuk Brosur Teh Temulawak Livit

Konsep bentuk yang digunakan pada brosur teh temulawak menerapkan

bentuk persegi panjang ke arah vertikal (dengan lebar 10 cm dan tinggi 21 cm).

Dengan penerapan bentuk ini, diharapkan artwork dan informasi yang ada di

dalam brosur dapat disampaikan secara maksimal kepada pembacanya sekaligus

memberikan rasa yang nyaman ketika dipegang oleh tangan. Nilai overlapping

atau bleeding yang digunakan pada brosur ini adalah sebesar 2 mm masing –

masing untuk tiap sisi.

10 cm

21 cm


(26)

3.3.2 Konsep Desain

Gambar 3.8 Konsep Desain Brosur Teh Temulawak Livit

3.3.3 Warna

Untuk aplikasi warna pada brosur Teh Temulawak Livit, warna yang

digunakan keseluruhannya merupakan perpaduan dari warna proses CMYK. Hal

ini dikarenakan untuk menekan biaya ongkos cetak yang dibutuhkan dari faktor

tinta tanpa mengesampingkan mutu dan hasil artwork pada brosur. Warna primer

atau utama yang dominan diterapkan pada brosur ini adalah menggunakan warna

gradasi orange dengan perpaduan warna Magenta 35%, dan Yellow 85% ke

orange dengan perpaduan warna Cyan 2%, Magenta 63%, dan Yellow 91%.

3.3.4 Trend

Trend yang sedang marak digunakan oleh brosur – brosur UKM saat ini


(27)

22

image. Hal tersebut juga memberikan pengaruh terhadap design artwork dari

brosur Teh Temulawak Livit yang menggunakan perpaduan vektor dengan image

berupa foto untuk dapat mengikuti perkembangan trend yang sedang ramai

diterapkan dipasaran. Penggunaan artwork perpaduan antara vektor dan image ini

juga memberikan keuntungan dengan biaya design artwork yang lebih murah. Hal

ini disebabkan karena adanya pengurangan pemakaian dari tinta khusus atau

special colour seperti Pantone (Design Artwork yang murni 100% dari vektor

memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam penggunaan warna – warna

khusus dan sangat jarang sekali aplikasi brosur yang menggunakan tinta khusus).

Penggunaan artwork yang berjenis ini juga berfungsi untuk memberikan kesan

yang ramai dan menonjol terhadap citra produk Teh Temulawak Livit.

3.3.5 Visualisasi

Bentuk atau design visualisasi dari brosur teh temulawak Livit yang

menggunakan warna gradasi orange dan dipadukan dengan desain artwork yang

terbuat dari perpaduan vektor dengan image ini diharapkan mampu untuk

memberikan rasa ramai dan pembeda ketika dibaca. Visualisasi dari brosur ini

juga diharapkan mampu untuk memberikan pencitraan terhadap produk teh

temulawak yang berkwalitas dan bermutu terbaik.

3.3.6 Penampilan

Penampilan keselurahan dari brosur teh temulawak Livit ini diharapkan

mampu untuk memberikan informasi , menarik perhatian konsumen dan

memberikan efek terhadap kemasan untuk mampu menjual atau mempromosikan


(28)

3.4 Analisa Kebutuhan Material

Dalam tugas akhir pembuatan kemasan teh temulawak UKM Republik

Temulawak Surabaya beserta media promosi pembantu (brosur) dalam jumlah

mass production, kebutuhan material atau bahan baku yang dibutuhkan adalah

sebagai berikut:

1. Kertas Ivory 250 gsm (25 lembar ukuran plano 109 x 79 cm)

2. Kertas Artpaper 120 gsm (88 lembar ukuran plano 100 x 65 cm)

3. Tinta Process Colour CMYK

4. Lembar Film (4 lembar film CMYK untuk kemasan, 4 lembar film CMYK

untuk brosur dan 1 lembar film untuk pisau)

5. Plate Cetak (8 lembar plate cetak ukuran 51 x 40 cm Bauman)

6. Pisau Creasing dan Die Cut


(29)

24

3.5 Analisa Biaya Produksi

3.5.1 Kemasan Folding Box

A. Kertas

Kertas plano yang digunakan merupakan ukuran 79 x 109 cm Ivory 250

gsm. Layout potong kertas duplex ukuran 79 x 109 cm dengan area kertas cetak

27,2 x 34,5 cm adalah sebagai berikut:

Gambar 3.9 Layout Ukuran Kertas Cetak Kemasan Folding Box

Harga kertas untuk ukuran 79 x 109 cm didapat seharga Rp 78.750,-

dengan jumlah yang didapat sebanyak 25 lembar plano. Sehingga didapatkan

ukuran kertas 27,2 x 34,5cm sebanyak 200 lembar (satu lembar plano ukuran 79 x

109 cm didapatkan sebanyak 8 up 27,2 x 34,5cm). Dengan waste sebanyak 13%

perlembar plano.

Short Grain (SG)

79 cm

109 cm Ukuran kertas cetak


(30)

B. Plate Cetak

Kebutuhan plate cetak yang dibutuhkan untuk mencetak kemasan folding

box teh temulawak adalah sebanyak 4 lembar plate masing – masing untuk warna

Cyan, Magenta, Yellow dan Black. Merk plate yang digunakan merupakan

Bauman dengan ukuran untuk mesin cetak Heidelberg Printmaster GTO 52 (51 x

40 cm) dengan ketebalan 0.25. Harga satu lembar plate cetak didapat seharga Rp

10.000,- sehingga total harga yang didapat untuk kebutuhan plate cetak kemasan

folding box adalah sebesar Rp 40.000,-.

C. Film

Kebutuhan film yang diperlukan untuk kemasan folding box adalah

sebanyak 5 lembar (4 lembar untuk artwork kemasan folding box dan 1 lembar

untuk kerangka pisau potong). Proses pembuatan film dilakukan di “Multigraph”

yang merupakan spesialis didalam bidang color separation. Berikut merupakan

perincian biaya atau harga untuk output proses film:

Film Kemasan Folding Box (Untuk warna CMYK)

- Rp 55 x 27 cm x 33,5 cm = Rp 49.748,-

Film Kerangka Pisau Potong

- Rp 15 x 33,5 cm x 27 cm = Rp 13.568,-

D. Profing Digital

Proses proofing digital dilakukan di “Blessing Digital Printing” dengan


(31)

26

proofing digital digunakan untuk acuan pencarian warna pada saat proses cetak.

Biaya yang dikeluarkan untuk proses proofing digital adalah sebesar Rp 3.500,-.

E. Proses Cetak

Pelaksanaan proses cetak dilakukan di SDPC (Stikom Design and Printing

Center) dengan menggunakan mesin Heidelberg Printmaster GTO 52. Biaya

proses cetak yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 250.000,- yang sudah mencakup

biaya untuk tinta cetak, RWA (Roll Washer Agent), Plate Cleaner, dan kain

Majun. Bahan untuk proses copier plate yang meliputi gum dan corrector plate

sudah termasuk kedalam biaya proses cetak. Berikut merupakan perincian biaya

dari proses cetak:

- Tinta Cetak Cemani Toka Best One

Tinta Cyan : Rp 85.900,-

Tinta Magenta : Rp 82.800,-

Tinta Yellow : Rp 78.200,-

Tinta Black : Rp 69.700,-

__________+

Rp 316.600,-

Total pemakaian tinta cetak = Rp 316.600,- : 5

= Rp 63.500,-

- Total pemakaian bahan pembantu cetak (Gum, RWA, Corector Plate,


(32)

Total Biaya Tinta dan bahan pembantu cetak : Rp 75.000,-

- Biaya listrik, cetak dan potong : Rp 175.000,-

- Total Biaya proses cetak keseluruhan = Rp 175.000,- + Rp 75.000,-

= Rp 250.000,-

F. Pembuatan Pisau dan Proses Plong

Pembuatan pisau dan proses plong dilakukan Sinar Jaya yang

beralamatkan di Jl. Kalikepiting Jaya IV / 71 Surabaya. Besarnya biaya dalam

pembuatan pisau diperoleh sebesar Rp 150.000,- dan biaya untuk proses plong

didapat sebesar Rp 100.000,-.

G. Proses Lem

Pelaksanaan proses lem dilakukan secara manual di SDPC (Stikom Design

and Printing Center) dengan menggunakan tenaga manual manusia. Alat dan

bahan yang dibutuhkan dalam proses lem adalah berupa kuas dan lem Rajawali.

Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk proses lem adalah sebesar Rp 40.000,-.

H. HPP

Berdasarkan perincian biaya dari data sebelumnya maka didapat HPP

untuk kemasan folding box dengan perincian sebagai berikut:

- Kertas Ivory 79 x 109 cm 250 gsm (25 lembar) Rp 78.750,-

- Plate Cetak Bauman (51 x 40 cm) 4 lembar Rp 40.000,-


(33)

28

- 1 lembar film Kerangka Pisau Potong Rp 13.568,-

- Profing Digital Rp 3.500,-

- Biaya Proses Cetak + Potong Rp 250.000,-

- Proses pembuatan pisau potong Rp 90.000,-

- Biaya proses plong Rp 100.000,-

- Biaya proses lem Rp 20.000,-

____________ +

Rp 645.566,-

Jumlah cetakan kemasan yang didapat sebanyak 160 pcs dengan pembuangan waste sebanyak 40 pcs. HPP per kemasan folding box yang didapat adalah sebesar Rp 645.566,- / 160 = Rp 4.035,- yang jika dibulatkan menjadi Rp 4.050,-


(34)

3.5.2 Brosur

A. Kertas

Kertas plano yang digunakan merupakan ukuran 65 x 100 cm Artpaper

120 gsm. Layout potong kertas Artpaper 120 gsm ukuran 65 x 100 cm dengan

area kertas cetak 32 x 48 cm adalah sebagai berikut:

Gambar 3.10 Layout Ukuran Kertas Cetak Brosur

Harga kertas untuk ukuran 65 x 100 cm didapat seharga Rp 96.800,-

dengan jumlah yang didapat sebanyak 88 lembar plano (1 lembar plano seharga

Rp 1100). Sehingga didapatkan ukuran kertas 32 x 48 cm sebanyak 352 lembar

(satu lembar plano ukuran 65 x 100 cm didapatkan sebanyak 4 up kertas potong

ukuran 32 x 48 cm, 1 kertas potong didapatkan 6 up brosur ukuran 10 x 21 cm).

Long Grain (LG)

65 cm

100 cm Ukuran kertas cetak


(35)

30

B. Plate Cetak

Kebutuhan plate cetak yang dibutuhkan untuk mencetak brosur teh

temulawak adalah sebanyak 4 lembar plate masing – masing untuk warna Cyan,

Magenta, Yellow dan Black. Merk plate yang digunakan merupakan Bauman

dengan ukuran untuk mesin cetak Heidelberg Printmaster GTO 52 (51 x 40 cm)

dengan ketebalan 0.25. Harga satu lembar plate cetak didapat seharga Rp 10.000,-

sehingga total harga yang didapat untuk kebutuhan plate cetak brosur teh

temulawak adalah sebesar Rp 40.000,-.

C. Film

Kebutuhan film yang diperlukan untuk brosur teh temulawak adalah

sebanyak 4 lembar. Proses pembuatan film dilakukan di “Multigraph” yang

merupakan spesialis didalam bidang color separation. Berikut merupakan

perincian biaya atau harga untuk output proses film:

Film Brosur Teh Temulawak (Untuk warna CMYK)

- Rp 55 x 31 cm x 46 cm = Rp 78.430,-

D. Profing Digital

Proses proofing digital dilakukan di “Blessing Digital Printing” dengan

menggunakan mesin Konica Mionlta pada bahan kertas Artpaper 120 gsm. Hasil

proofing digital digunakan untuk acuan pencarian warna pada saat proses cetak.


(36)

E. Proses Cetak

Pelaksanaan proses cetak dilakukan dengan menggunakan mesin

Heidelberg Printmaster GTO 52. Biaya proses cetak yang dikeluarkan adalah

sebesar Rp 250.000,- yang sudah mencakup biaya untuk tinta cetak, RWA (Roll

Washer Agent), Plate Cleaner, kain Majun dan potong. Bahan untuk proses copier

plate yang meliputi gum dan corrector plate sudah termasuk kedalam biaya proses

cetak. Berikut merupakan perincian biaya dari proses cetak:

- Tinta Cetak Cemani Toka Best One

Tinta Cyan : Rp 85.900,-

Tinta Magenta : Rp 82.800,-

Tinta Yellow : Rp 78.200,-

Tinta Black : Rp 69.700,-

__________+ Rp 316.600,-

Total pemakaian tinta cetak = Rp 316.600,- : 5

= Rp 63.500,-

- Total pemakaian bahan pembantu cetak (Gum, RWA, Corector Plate,

Plate Cleaner, Developer, Majun = Rp 11.500,-

Total Biaya Tinta dan bahan pembantu cetak : Rp 75.000,-


(37)

32

- Total Biaya proses cetak keseluruhan = Rp 175.000,- + Rp 75.000,-

= Rp 250.000,-

F. HPP

Berdasarkan perincian biaya dari data sebelumnya maka didapat HPP

untuk kemasan brosur dengan perincian sebagai berikut:

- Kertas Artpaper 65 x 100 cm 120 gsm (88 lembar) Rp 96.800,-

- Plate Cetak Bauman (51 x 40 cm) 4 lembar Rp 40.000,-

- 4 lembar film Brosur Rp 78.430,-

- Profing Digital Rp 3.500,-

- Biaya Proses Cetak + Potong Rp 250.000,-

____________ + Rp 468.730,-

Jumlah cetakan brosur yang didapat sebanyak 2000 pcs dengan pembuangan waste sebanyak 112 pcs. HPP cetakan brosur yang didapat adalah sebesar Rp 468.730,- / 2000 = Rp 234 yang jika dibulatkan menjadi Rp 250,-


(38)

3.6 Analisa Waktu Pelaksanaan

Lama pelaksanaan pengerjaan dari proyek akhir pembuatan kemasan bagi

produk UKM dikerjakan selama 3 bulan (Maret – Juni). Untuk perincian jalannya

alur kerja dapat diperhatikan melalui tabel berikut:

No Nama Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan

1. Survey dan pencarian

produk UKM

23 – 28 Maret 2011

2. Pembahasan ide dan konsep

bentuk kemasan, artwork

sampai dengan media

promosi pembantu

3 – 8 April 2011

3. Pencarian material atau

bahan baku kemasan

10 – 15 April 2011

4. Pembuatan Mock Up

Kemasan dan media

promosi pembantu

24 – 30 April 2011

5. Proses naik cetak dan

finishing produk dalam

jumlah mass production

04 – 28 Mei 2011

6. Pembuatan Buku Laporan 6 - 15 Juni 2011


(39)

34 BAB IV

IMPLEMENTASI DESAIN

Dalam implementasi desain, kegiatan yang dilakukan terdiri dari tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

2. Tahap Implementasi konsep ke dalam desain

3. Separasi Warna

4. Montage

5. Pembuatan Plat

6. Tahap Mencetak

7. Tahap Finishing

4.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah :

1. Menentukan terlebih dahulu format, ukuran serta warna yang digunakan pada kemasan dan brosur teh temulawak Livit yang akan dibuat.

2. Pengumpulan materi yang digunakan sebgai bahan untuk menyusun atau membuat kemasan dan brosur teh temulawak Livit yang diantaranya dilakukan dengan cara sebagai berikut:


(40)

..a. Pengumpulan data primer melalui tatap muka dan wawancara dengan pemilik UKM teh temulawak Livit.

..b..Pengumpulan foto pendukung yang digunakan sebagai bahan untuk.mendesain yang dimabil dari internet dan foto digital dari obyek (dalam hal ini temulawak).

4.2 Tahap implementasi konsep ke dalam desain

Berdasarkan pada konsep desain yang telah dibuat, maka implementasi yang diterapkan kedalam kemasan folding box dan brosur teh temulawak ”Livit” merupakan perpaduan artwork antara penggunaan vektor dan image. Pengimplementasian konsep desain yang diterapkan pada kemasan folding box dan brosur telah mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pemilik UKM teh temulawak Livit. Software yang digunakan dalam proses ini meliputi Adobe Illustratator CS3 dan Adobe Photoshop CS3.

4.3 Separasi Warna

Merunut dari pemakaian warna yang digunakan (warna proses CMYK), maka output film yang dihasilkan dari imagesetter adalah sebagai berikut:

Kemasan Folding Box

- 4 lembar film artwork kemasan folding box proses CMYK

- 1 lembar film untuk kerangka pisau potong

- ukuran film untuk kemasan folding box : 27 x 33.5 cm


(41)

36

Brosur

- 4 lembar film artwork brosur proses CMYK

- ukuran film untuk brosur : 31 x 46 cm

Proses untuk menghasilkan output film (baik untuk kemasan folding box, brosur dan pisau potong) dilakukan di tempat ”Multigraph” yang beralamatkan di Jl. Villa Kalijudan No. A5 Surabaya. Format file design artwork yang diberikan kepada pihak ”Multigraph” adalah PDF (Portable Document Format). Alasan dari pemakaian format PDF sebagai bentuk output terakhir ke proses pembuatan film adalah sebagai berikut:

- Besar data file PDF relatif jauh lebih kecil dibandingkan besar data file asli atau native file-nya

- File PDF bersifat cross platform, artinya dapat dibuka di PC maupun di Macintosh

- File PDF berupa single file karena dapat meng-embed font, image dan

vektor didalam satu file

- Tidak diperlukan software aslinya lagi

- File PDF bersifat independent dan universal file, sehingga dengan file yang sama dapat digunakan untuk berbagai keperluan


(42)

4.4 Montage

Tujuan dari dilakukannya proses montage adalah untuk mendapatkan hasil cetakan yang maksimal, layout yang sudah sesuai dengan plate mesin cetak yang digunakan (dalam hal ini merupakan Heidelberg Printmaster GTO 52) dan untuk mendapatkan efisiensi hasil cetakan semaksimal mungkin. Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam proses montage adalah sebagai berikut:

- Ukuran / Format kertas

- Area lipatan / potongan

- Area Cetak

- Awal Cetak

- Batas pegangan mesin cetak

- Area Plate Cetak (berdasarkan mesin cetak yang digunakan)

Berdasarkan faktor – faktor diatas, maka didapat keterangan sebagai berikut (baik untuk kemasan folding box dan brosur teh temulawak) :

Kemasan Folding Box

- Ukuran / Format Kertas : 27.2 x 34.5 cm Short Grain (SG)

- Area Cetak : 27 x 33.5 cm

- Awal Cetak : 3.5 cm


(43)

38

- Area Plate Cetak : 40 x 51 cm (Heidelberg Printmaster GTO 52)

Layout Plate Cetak GTO 52 Kemasan Folding Box

Gambar 4.1 Layout Plate Cetak Kemasan Folding Box

Brosur

- Ukuran / Format Kertas : 32 x 48 cm Long Grain (LG)

- Area Cetak : 31 x 46 cm

- Awal Cetak : 3.5 cm

- Batas pegangan mesin cetak : 0.9 cm (Heidelberg Printmaster GTO 52)


(44)

Layout Plate Cetak GTO 52 Brosur

Gambar 4.2 Layout Plate Cetak Brosur

Proses pengerjaan proses montage dilakukan selama kurang lebih satu jam masing – masing untuk 4 lembar film kemasan folding box dan 4 lembar film brosur. Peralatan yang digunakan dalam proses montage meliputi meja montage, astralon, lup, penggaris, gunting, cutter, spray mount dan selotip.

4.5 Pembuatan Plate

Proses pembuatan plate dilakukan di mesin Plate Maker. Dimana proses pembuatan plate yang melewati proses vakum dan penyinaran kurang lebih membutuhkan waktu 5 menit.

Masing – masing film dari desain dipasangkan pada plate sesuai dengan bagian desain yang dikehendaki terlebih dahulu. Dimana film dipasangkan pada plate sesuai dengan jarak ukuran astralon sebagai panduannya (recording). Setelah terpasang, film dan plate tersebut siap untuk dimasukkan ke dalam mesin plate


(45)

40

maker untuk menjalani proses copier plate yaitu proses pemberian area gambar maupun teks pada plate. Dari proses copier plate tersebut, maka pada plate telah terbentuk area cetak dan area non cetak. Untuk menghilangkan atau merontokkan area non cetak maka plate yang sudah disinari tersebut dilarutkan kedalam larutan developer yang komposisi perbandingannya adalaha 1 : 30 untuk cairan developer dengan air. Bila masih terdapat area non cetak yang belum hilang atau rontok setelah dilakukan proses pelarutan dengan cairan developer maka plate cetak tersebut dilakukan proses koreksi dengan menggunakan bahan corrector plate untuk menghilangkan bagian area non cetak yang masih tersisa.

4.6 Tahap Mencetak

Dalam proses mencetak kemasan folding box dan brosur teh temulawak Livit, mesin cetak yang digunakan merupakan Heidelberg Printmaster GTO 52 satu warna. Dimana mesin GTO 52 sendiri memiliki spesifikasi area cetak sebesar 34 x 50 cm dan maksimum ukuran kertas yang bisa masuk sebesar 35 x 51 cm. Tipe atau jenis cetakan yang digunakan merupakan jenis Wet on Dry dengan speed atau kecepatan maksimum yang digunakan pada saat mencetak brosur dan kemasan folding box berada pada kisaran 2000 lembar per jam.

Proses cetak kemasan folding box dan brosur keripik pisang Burno Sari sendiri dipisahkan dalam waktu yang berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik antara cetakan kemasan folding box dengan brosur. Dimana untuk kemasan folding box sendiri menggunakan kertas Ivory 250 gsm dan kertas Artpaper 120 gsm untuk cetakan brosur. Perbedaan kertas yang digunakan telah berpengaruh terhadap settingan (aturan) mesin cetak, sebagai


(46)

contoh tekanan cylinder impresi yang digunakan pada kertas ivory 250 gsm lebih besar dari pada nilai tekanan cylinder impresi pada kertas artpaper 120 gsm yang hanya sebesar 0.1. Selain berpengaruh terhadap besarnya tekanan cylinder impresi mesin cetak, faktor – faktor yang berbeda lainnya yang ikut berubah meliputi setting sucker, blower, unit penepat, gripper dan lain sebagainya.

Proses urutan warna yang diterapkan baik pada saat mencetak kemasan folding box maupun brosur adalah Cyan, Magenta, Yellow dan Black. Untuk air pembasah, standard pH air yang diterapkan adalah sebesar 4,5.

4.7 Tahap Finishing

Dalam proses finishing hasil cetakan, terdapat perbedaan antara cetakan kemasan folding box dan brosur. Dimana untuk brosur, seteleh proses cetak selesai dilakukan tahap finishing (atau post press) pemotongan dengan mesin potong polar sesuai dengan tanda potong yang ada pada hasil cetakan brosur sehingga didapat hasil cetakan brosur yang sudah jadi. Sedangkan untuk kemasan folding box, tahap finishing setelah proses cetak adalah dengan melakukan proses plong. Proses plong cetakan kemasan folding box sendiri dilakukan di Sinar Jaya yang beralamatkan di Kalikepiting Jaya IV / 71 Surabaya berikut dengan pembuatan pisau potongnya (sesuai dengan film pisau potong yang diberikan). Setelah dilakukan proses plong, maka tahapan terakhir dari proses finishing kemasan folding box adalah dilakukannya proses pengeleman sesuai dengan tanda perforasi yang ada pada kemasan. Proses pengeleman dilakukan secara manual (tenaga manusia) dengan menggunakan kuas dan lem rajawali. Langkah


(47)

42

berikutnya setelah tahap finishing selesai (baik untuk kemasan folding box dan brosur) adalah dilakukan proses sortir untuk menyeleksi hasil cetakan.


(48)

43 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pengerjaan tugas akhir pembuatan kemasan dan media promosi bagi UKM dalam jumlah mass production (dalam hal ini UKM Teh Temulawak Livit), didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemasan sangat berpengaruh dalam meningkatkan citra dan nilai dari suatu produk yang dikemasnya.

2. Media Promosi Cetak (seperti brosur dan banner) sangat membantu dalam

proses marketing dan peningkatan image dari suatu produk.

3. Kemasan yang baik adalah kemasan yang mampu menampilkan keempat fungsi dasar kemasan yaitu sebagai pelindung isi, informasi, display dan transport (berikut dengan handling).

4. Masih banyak terdapat kemasan produk UKM di Indonesia yang saat ini perlu di design ulang agar mampu meningkatkan daya saing, inovasi, citra dan nilai dari produk yang dikemasnya


(49)

44

5.2 Saran

1. Persiapan yang matang dan terencana sangat diperlukan dalam melakukan

proses pembuatan kemasan dan media promosi bagi UKM.

2. Pembuatan mock up kemasan perlu diperhatikan untuk menghindari

terjadinya kesalahan baik pada kemasan maupun media promosi sebelum dilakukannya proses cetak dengan jumlah massal.

3. Analisa biaya produksi sangat penting dilakukan guna mendapatkan hasil yang efisien dalam hal pengadaan bahan baku dan biaya proses produksi.

4. Diperlukan perencanaan waktu atau time schedule yang tepat dan

maksimal guna tercipta proses kerja efiesien dalam pembuatan kemasan dan media promosi bagi UKM.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Wattimena, Kristian.S. 2008. Materi Kuliah Pengantar Teknologi Grafis dan Cetak, STIKOM. Surabaya.

Wattimena, Kristian.S. 2009. Materi Kuliah Pracetak I, STIKOM. Surabaya. Wattimena, Kristian.S. 2009. Materi Kuliah Pracetak II, STIKOM. Surabaya. Rahardjo, Budi. 2010. Materi Kuliah Teknik Cetak I, STIKOM. Surabaya. Rahardjo, Budi. 2010. Materi Kuliah Teknik Cetak II, STIKOM. Surabaya. Soendjaja, Onny. 2010. Manajemen Proses Produksi II, STIKOM. Surabaya. Dameria, Anne. 2008. BASIC PRINTING, Link & Match Graphic. Jakarta. Kipphan, Helmut. 2001. Handbook Of Print Media. Springer-Verlag. Berlin.


(1)

40

maker untuk menjalani proses copier plate yaitu proses pemberian area gambar maupun teks pada plate. Dari proses copier plate tersebut, maka pada plate telah terbentuk area cetak dan area non cetak. Untuk menghilangkan atau merontokkan area non cetak maka plate yang sudah disinari tersebut dilarutkan kedalam larutan developer yang komposisi perbandingannya adalaha 1 : 30 untuk cairan developer dengan air. Bila masih terdapat area non cetak yang belum hilang atau rontok setelah dilakukan proses pelarutan dengan cairan developer maka plate cetak tersebut dilakukan proses koreksi dengan menggunakan bahan corrector plate untuk menghilangkan bagian area non cetak yang masih tersisa.

4.6 Tahap Mencetak

Dalam proses mencetak kemasan folding box dan brosur teh temulawak Livit, mesin cetak yang digunakan merupakan Heidelberg Printmaster GTO 52 satu warna. Dimana mesin GTO 52 sendiri memiliki spesifikasi area cetak sebesar 34 x 50 cm dan maksimum ukuran kertas yang bisa masuk sebesar 35 x 51 cm. Tipe atau jenis cetakan yang digunakan merupakan jenis Wet on Dry dengan speed atau kecepatan maksimum yang digunakan pada saat mencetak brosur dan kemasan folding box berada pada kisaran 2000 lembar per jam.

Proses cetak kemasan folding box dan brosur keripik pisang Burno Sari sendiri dipisahkan dalam waktu yang berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik antara cetakan kemasan folding box dengan brosur. Dimana untuk kemasan folding box sendiri menggunakan kertas Ivory 250 gsm dan kertas Artpaper 120 gsm untuk cetakan brosur. Perbedaan kertas yang digunakan telah berpengaruh terhadap settingan (aturan) mesin cetak, sebagai


(2)

contoh tekanan cylinder impresi yang digunakan pada kertas ivory 250 gsm lebih besar dari pada nilai tekanan cylinder impresi pada kertas artpaper 120 gsm yang hanya sebesar 0.1. Selain berpengaruh terhadap besarnya tekanan cylinder impresi mesin cetak, faktor – faktor yang berbeda lainnya yang ikut berubah meliputi setting sucker, blower, unit penepat, gripper dan lain sebagainya.

Proses urutan warna yang diterapkan baik pada saat mencetak kemasan folding box maupun brosur adalah Cyan, Magenta, Yellow dan Black. Untuk air pembasah, standard pH air yang diterapkan adalah sebesar 4,5.

4.7 Tahap Finishing

Dalam proses finishing hasil cetakan, terdapat perbedaan antara cetakan kemasan folding box dan brosur. Dimana untuk brosur, seteleh proses cetak selesai dilakukan tahap finishing (atau post press) pemotongan dengan mesin potong polar sesuai dengan tanda potong yang ada pada hasil cetakan brosur sehingga didapat hasil cetakan brosur yang sudah jadi. Sedangkan untuk kemasan folding box, tahap finishing setelah proses cetak adalah dengan melakukan proses plong. Proses plong cetakan kemasan folding box sendiri dilakukan di Sinar Jaya yang beralamatkan di Kalikepiting Jaya IV / 71 Surabaya berikut dengan pembuatan pisau potongnya (sesuai dengan film pisau potong yang diberikan). Setelah dilakukan proses plong, maka tahapan terakhir dari proses finishing kemasan folding box adalah dilakukannya proses pengeleman sesuai dengan tanda perforasi yang ada pada kemasan. Proses pengeleman dilakukan secara manual (tenaga manusia) dengan menggunakan kuas dan lem rajawali. Langkah


(3)

42

berikutnya setelah tahap finishing selesai (baik untuk kemasan folding box dan brosur) adalah dilakukan proses sortir untuk menyeleksi hasil cetakan.


(4)

43 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pengerjaan tugas akhir pembuatan kemasan dan media promosi bagi UKM dalam jumlah mass production (dalam hal ini UKM Teh Temulawak Livit), didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemasan sangat berpengaruh dalam meningkatkan citra dan nilai dari suatu produk yang dikemasnya.

2. Media Promosi Cetak (seperti brosur dan banner) sangat membantu dalam proses marketing dan peningkatan image dari suatu produk.

3. Kemasan yang baik adalah kemasan yang mampu menampilkan keempat fungsi dasar kemasan yaitu sebagai pelindung isi, informasi, display dan transport (berikut dengan handling).

4. Masih banyak terdapat kemasan produk UKM di Indonesia yang saat ini perlu di design ulang agar mampu meningkatkan daya saing, inovasi, citra dan nilai dari produk yang dikemasnya


(5)

44

5.2 Saran

1. Persiapan yang matang dan terencana sangat diperlukan dalam melakukan proses pembuatan kemasan dan media promosi bagi UKM.

2. Pembuatan mock up kemasan perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya kesalahan baik pada kemasan maupun media promosi sebelum dilakukannya proses cetak dengan jumlah massal.

3. Analisa biaya produksi sangat penting dilakukan guna mendapatkan hasil yang efisien dalam hal pengadaan bahan baku dan biaya proses produksi.

4. Diperlukan perencanaan waktu atau time schedule yang tepat dan maksimal guna tercipta proses kerja efiesien dalam pembuatan kemasan dan media promosi bagi UKM.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Wattimena, Kristian.S. 2008. Materi Kuliah Pengantar Teknologi Grafis dan Cetak, STIKOM. Surabaya.

Wattimena, Kristian.S. 2009. Materi Kuliah Pracetak I, STIKOM. Surabaya. Wattimena, Kristian.S. 2009. Materi Kuliah Pracetak II, STIKOM. Surabaya. Rahardjo, Budi. 2010. Materi Kuliah Teknik Cetak I, STIKOM. Surabaya. Rahardjo, Budi. 2010. Materi Kuliah Teknik Cetak II, STIKOM. Surabaya. Soendjaja, Onny. 2010. Manajemen Proses Produksi II, STIKOM. Surabaya. Dameria, Anne. 2008. BASIC PRINTING, Link & Match Graphic. Jakarta. Kipphan, Helmut. 2001. Handbook Of Print Media. Springer-Verlag. Berlin.