Peranan Badan Ketahanan Pangan Daerah Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Dan Gizi Melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan Di provinsi Jawa Barat

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan KKL

Desa Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan.

Produksi pangan di negara – negara sedang berkembang meningkat, tiap tahun penduduk yang tidak cukup makan makin besar jumlahnya. Dengan demikian masalah kurang gizi juga bertambah. Perencanaan untuk meningkatkan pengadaan pangan pada tingkat masyarakat yang tinggal didaerah pertanian adalah penting, baik untuk pembangunan nasional maupun untuk kesejahteraan manusia.

Sekalipun jika produksi pangan meningkat masalah yang timbul karena pertambahan penduduk yang cepat seharusnya diimbangi pula dengan jumlah pangan yang tersedia. Banyak penduduk tidak mempunyai cukup lahan untuk mengusahakan pangan dalam jumlah cukup bagi konsumsi rumah tangga, selain itu juga tidak mempunyai daya beli yang cukup. Sehingga peningkatan produksi pangan yang terus- menerus saja tidak akan menyelesaikan masalah, kelaparan dan kurang gizi juga akan membawa kemiskinan dan keterbelakangan dalam perkembangan sosial.


(2)

Perencanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan disusun secara berjenjang dari tingkat pusat, propinsi sampai dengan kabupaten. Perencanaan di tingkat Pusat dilakukan pada tahun sebelumnya (T-1) untuk menentukan kabupaten-kabupaten penerima dana tugas pembantuan (TP). Program disusun untuk tingkat pusat, propinsi dan kabupaten dengan kegiatan-kegiatan yang saling terintegrasi. Penyusunan program dilakukan dengan pendekatan partisipatif yang dikembangkan dengan menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan dimulai dari perencanaan tingkat desa yang kemudian diajukan kepada pokja di tingkat kabupaten untuk selanjutnya diajukan ke pusat. Dengan proses perencanaan ini masyarakat akan mampu menganalisis masalah dan peluang yang ada serta mencari jalan keluar sesuai tujuan yang mereka miliki. Mereka sendiri yang membuat keputusan-keputusan dan menyusun rencana, implementasi serta mengevaluasi keefektifan kegiatan yang dilakukan di tingkat global.

Melalui program aksi desa mandiri pangan diharapkan masyarakat desa rawan pangan akan kembali mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi, sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif setiap harinya. Upaya tersebut dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternative peluang dan pemecahan masalah serta mampu


(3)

mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara efisien dan berkelanjutan, dan akhirnya tercapai kemandirian masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan menempatkan tenaga pendamping di setiap desa pelaksana selama empat tahun berturut-turut mulai tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan dan kemandirian. Kegiatan difokuskan di daerah rawan pangan dengan mengimplementasikan berbagai model pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan yang telah ada di tingkat desa dengan melibatkan seluruh partisipasi masyarakat.

Dukungan kegiatan lintas sektoral melalui kerjasama dengan LSM, Perguruan Tinggi, instansi terkait dan stakeholder harus didorong dan ditingkatkan. Kegiatan ini merupakan kegiatan lintas pemerintah yang ditangani secara berjenjang antara pemerintah pusat dan daerah. dalam Penyelenggaraan pelatihan untuk petugas penyusun data awal desa (database desa) dan pelatih untuk aparat, dilaksanakan oleh pusat, selanjutnya provinsi melaksanakan pelatihan untuk petugas kabupaten/kota.

Sedangkan kabupaten kota melakukan pengumpulan data desa, dan menyusun profil desa dalam data base desa Apresiasi, advokasi dan sosialisasi dilaksanakan berjenjang mulai dari pusat ke provinsi, provinsi dengan pusat ke kabupaten/kota dan masyarakat. Identifikasi dilaksanakan oleh kabupaten, pusat dan provinsi melakukan


(4)

pemantauan dan uji faktual, sebagai bahan pertimbangan pemilihan dan penetapan desa.

Pendampingan merupakan suatu kegiatan dilakukan oleh pendamping yang menguasai pemberdayaan masyarakat untuk bersama-sama masyarakat menumbuhkan kelompok mandiri, mengajarkan cara mengenali potensi, masalah dan peluang yang ada serta menyusun rencana definitif kelompok untuk membangun atau mengembangkan usahanya. Pendamping harus berdomisili di lokasi dan diikat kontrak tahunan serta membuat pernyataan tidak menuntut menjadi pegawai sipil baik pusat maupun daerah, pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh kabupaten melalui pertemuan kelompok yang efektif dan efisien difasilitasi oleh pendamping sedapat mungkin tidak menganggu aktivitas usaha yang selama ini dilaksanakan.

Program Aksi Desa Mandiri Pangan pada tahap penumbuhan merupakan lanjutan dari tahap persiapan yang telah dilakukan tahun sebelumnya. Fokus kegiatan yang dilakukan lebih dititikberatkan pada penguatan kelembagaan aparat, kelembagaan masyarakat, dan kelembagaan pelayanan. Kelembagaan aparat yang dimaksudkan adalah unit organisasi yang dikelola oleh aparat untuk melakukan penyuluhan atau pendampingan terhadap kegiatan desa mandiri pangan serta kelembagaan yang menangani ketahanan pangan di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat. Sifat kelembagaan ini sebagai pengelola program kerja. Sedangkan kelembagaan masyarakat


(5)

merupakan unit pengorganisasian yang dibentuk atas dasar kebersamaan dan kesadaran masyarakat untuk menjalankan tujuan demi kepentingan bersama.

Kelompok afinitas yang dibentuk atau dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah rawan pangan serta lembaga masyarakat yang menggerakkan usaha ekonomi produktif perdesaan seperti: penyedia sarana produksi, penyedia permodalan, melakukan pengolahan dan pemasaran hasil. Sifat kelembagaan ini mengandung unsur mengembangkan sistem ketahanan pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan masyarakat, yang sekaligus juga merupakan kegiatan ekonomi produktif sehingga harus mendapatkan nilai tambah terhadap kesejahteraan bersama.

Kelembagaan pelayanan yang dimaksud adalah unit organisasi yang berada di wilayah perdesaan untuk memberikan layanan pangan dan gizi kepada masyarakat dan lembaga yang memberikan layanan usaha produktif, PKK, posyandu, lumbung pangan, koperasi, pasar dan jasa layanan lainnya. Kelembagaan ini dikembangkan untuk kepentingan masyarakat dengan berbasis sosial ekonomi. Dalam rangka menumbuhkan atau mengoptimalkan peran kelembagaan, pelaku yang menggerakkan Program Desa Mandiri Pangan perlu ditingkatkan kapasitas SDM nya guna mengelola SDA yang tersedia agar optimal dan terdistribusi secara merata sesuai kebutuhan masyarakat dalam melakukan fungsi pengelolaan dan layanan.


(6)

Peningkatan kapasitas SDM bagi aparat penyuluh atau pendamping, aparat pelaksana program, anggota kelompok afinitas, anggota masyarakat pengelola usaha ekonomi produktif, dan anggota kelembagaan pelayanan dilakukan melalui pelatihan teknis, pengelolaan administrasi, pengorganisasian, peningkatan keterampilan masyarakat di bidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan kewirausahaan, serta melakukan proses magang kepada kelembagaan yang sudah eksis sehingga dapatmempelajari strategi pengembangan menuju kemandirian. Salah satu proses menuju kemandirian adalah pelaksanaan program kerja prioritas melalui perencanaan pembangunan desa partisipatif. Sehingga tahap penumbuhan (tahun II) mulai dirintis untuk melakukan berbagai kerjasama dan dukungan kegiatan lintas sektoral.

Kerjasama lintas sektoral lebih mengarah pada pengembangan dan perbaikan sarana prasarana fisik, namun tidak menutup kemungkinan pelatihan manajemen dan keterampilan diberikan oleh institusi terkait yang kompeten di bidangnya. Ketidaksesuaian penyelenggaraan kegiatan terhadap tujuan yang diharapkan tidak akan berdampak terhadap perubahan kesejahteraan masyarakat dan menimbulkan inefisiensi anggaran. Oleh karena itu monitoring dan evaluasi penyelenggaraan keprograman dan implementasi kegiatan setiap tahapan perlu dilaksanakan sistem pengawasan yang terkoordinasi dan dapat dipertanggung jawabkan.


(7)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mencoba meneliti dengan mengajukan judul Laporan KKL sebagai berikut: PERANAN BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI MELALUI PROGRAM AKSI DESA MANDIRI PANGAN DI PROPINSI JAWA BARAT.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk memfokuskan arah dan proses pembahasan dalam penyusunan laporan KKL ini, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Perencanaan BKPD Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi Melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan Di Provinsi Jawa Barat?

2. Bagaimana Pelaksanaan BKPD Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Dan Gizi Melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan Di Provinsi Jawa Barat?

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Laporan KKL ini dimaksudkan untuk mengetahui Peranan Badan Ketahanan Pangan Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Dan Gizi Melalui Program Desa Mandiri Pangan Provinsi Jawa Barat.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Laporan KKL ini antara lain:


(8)

1. Untuk mengetahui perencanaan BKPD Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Dan Gizi Melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan.

2. Untuk mengetahui Pelaksanaan BKPD Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Dan Gizi Melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan.

.

1.4 Kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Hasil laporan KKL ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis. Adapun kegunaan dari Laporan KKL ini sebagai berikut:

1. Kegunaan bagi penulis, dari hasil Laporan KKL ini diharapkan bermanfaat bagi penulis sebagai hal untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan di bidang pemerintahan terutama mengenai Program Aksi Desa Mandiri Pangan.

2. Kegunaan teoritis, dari hasil Laporan KKL ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu sosial serta dapat dijadikan bahan acuan untuk masa yang akan datang bagi yang membuat laporan KKL mengenai pembahasan tentang Program Aksi Desa Mandiri Pangan.

3. Kegunaan praktis, dari hasil Laporan KKL ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sarana untuk membandingkan antara teori yang didapat saat perkuliahan dan praktek di lapangan dan juga


(9)

dapat memberikan manfaat bagi BKPD Provinsi Jawa Barat sebagai suatu bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan Program Aksi Desa Mandiri Pangan di Provinsi Jawa Barat.

1.5 Kerangka Pemikiran

Berkaitan dengan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya dan sesuai dengan fokus laporan KKL, maka pada bagian ini penulis akan menjelaskan berbagai kerangka teori yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Teori-teori yang dikemukakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan Peranan Badan Ketahanan Pangan Daerah Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Menurut Soerjono Soekanto ( 2006 : 31 )

“Peranan adalah tindakan seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peranan dianggap penting karena mengatur perilaku seseorang. Peranan memberi batasan batasan tertentu kepada orang agar dapat meramalkan perbuatan - perbuatan orang lain. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku”.

Untuk itu dalam Peranan Badan Ketahanan Pangan Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Dan Gizi Melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan diperlukan adanya perencanaan ketahanan pangan. Menurut Cangelosi (1995: 21) mengemukakan pendapatnya mengenai perencanaan sebagai berikut:


(10)

“Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak akan dapat berjalan”.

Berdasarkan pengertian perencanaan yang dikemukakan di atas, Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.

Setelah adanya rencana maka melakukan pelaksanaan dalam program aksi desa mandiri pangan, teori-teori yang berhubungan dengan pelaksanaan pangan dan gizi, pengungkapan teori ini dibuat sesuai dengan pedoman dalam menganalisa masalah yang diteliti. Solichin Abdul Wahab mengemukakan pendapatnya mengenai Pelaksanaan sebagai berikut:

“Pelaksanaan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu ataupejabat-pejabat,kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan-tujuan


(11)

yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Wahab, 2001:65).

Berdasarkan pengertian pelaksanaan yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang/berkepentingan baik pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita/tujuan yang telah ditetapkan. pelaksanaan berkaitan dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan/merealisasikan program yang telah disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan, karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.

Berdasarkan judul diatas maka penulis akan menjelaskan lebih lanjut berbagai aspek yang menyangkut pembahasan tentang sebuah pelaksanaan dengan program ketahanan pangan sehingga tercipta penilaian untuk mengetahui perubahan atau perluasan rencana kerja.

Pengembangan kemampuan masalah yang berhasil merupakan suatu proses dimana orang belajar melakukan percobaan dengan suatu situasi dan melalui penilaian, menemukan cara yang lebih baik untk mencapai hasil – hasil yang diinginkan. Proses itu bukan merupakan usaha yang coba- coba dan tanpa pertimbangan.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis menyusun definisi operasional sebagai berikut:

1. Peranan adalah tindakan seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peranan dianggap


(12)

penting karena mengatur perilaku seseorang. Peranan memberi batasan batasan tertentu kepada orang agar dapat meramalkan perbuatan - perbuatan orang lain. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku.

Di dalam Peranan terdapat indikator-indikator pendukung yaitu : a. Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak akan dapat berjalan

b. Pelaksanaan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat, kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan

2. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Juga merupakan suatu sistem yang terintregasi dari sub sistem ketersedaan. distribusi dan konsumsi. Apabila salah satu tidak berfungsi dengan baik, maka akan terjadi masalah kerawanan atau kerentanan pangan.


(13)

3. Program Aksi Desa Mandiri Pangan yaitu upaya bersama berbagai komponen masyarakat dan pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan bagi pedesaan dan membina kehidupan masyarakat untuk memobilisasi,memanfaatkan dan mengelola asset setempat yang meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya financial, sumberdaya fisik/teknologi, sumberdaya sosial untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan masyarakat.


(14)

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran

Proses Perencanaan Program yaitu membuat strategi untuk mencapai tujuan dan

mengembangkan aktivitas program aksi kerja pangan

Proses pelaksanaan yang diarahkan pada terciptanya tujuan-tujuan yang telah disepakati

Peranan BKPD

Peningkatan Ketahaanan Pangan dan Gizi


(15)

1.6 Metode Laporan KKL 1.6.1 Metode

Sesuai dengan masalah yang diteliti pada saat ini, berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan untuk mencari kebenaran dalam Laporan KKL ini adalah berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penyusunan dalam melakukan penelitian dan pengamatan.

Dalam penulisan laporan KKL ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode ini menggambarkan atau menjelaskan sesuatu hal kemudian diklasifikasikan sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam memilih suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir,1998:5)

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam laporan KKL ini melalui:

1. Studi Pustaka, yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang ada.


(16)

2. Observasi, yaitu cara menghimpun data dengan melakukan praktek kerja lapangan langsung ke instansi yang terkait.

3. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan untuk informan atau nara sumber.

1.6.3 Analisis Data

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dalam keseluruhan.

Ada tiga unsur utama dalam proses analisis data pada laporan KKL kualititatif yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yaitu bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat focus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sehingga dapat dibuat kesimpulan.

2. Sajian Data

Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan.

3. Kesimpulan akhir pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali setelah proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang dibuat


(17)

perlu divertifikasi dengan cara melihat dan memepertanyakannya kembali, sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat.

1.7 Lokasi dan Jadwal Pelaporan Kuliah Kerja Lapangan

Lokasi Kuliah Kerja Lapangan yang penulis laksanakan yaitu pada Kantor Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat yang beralamat di Jl. Ciumbuleuit 2 Tel.2031044 - 2031045 Bandung 40132.

Adapun jadwal waktu KKL dimulai dari bulan juli 2010 sampai November 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Jadwal Kuliah Kerja Lapangan

NO Uraian kegiatan Tahun 2010

Juli Agust Sept Okt Nov 1 Tahap Persiapan:

a. Pengajuan Judul Penelitian

b. Pengajuan Usulan Penelitian

c. Pengajuan Surat ke Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat 2 Tahap Pelaksanaaan KKL 3 Tahap Akhir:

a. Penulisan Laporan KKL b. Pengumpulan Laporan KKL


(18)

✁ ✂✂

✄✂ ☎✆✁✝✁ ☎✞ ✝✟ ✄✁✠✁

.. ✞☞✌✍✎✍ ✎

Peranan menurut Poerwadarminta adalah “tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa” (Poerwadarminta, 1995:751). Berdasarkan pendapat di atas peranan adalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Menurut Soerjono Soekanto ( 2002;243 ) Pengertian Peranan adalah sebagai berikut :

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan.

Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin ( 1994;768 ) dalam buku

“ ensiklopedia manajemen “mengungkap sebagai berikut :

1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen 2. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status 3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata 4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik

yang ada padanya


(19)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan 2 ( dua ) variabel yang merupakan hubungan sebab akibat.

.✏ ✑✒✓ ✔✕✔✖✔✖ ✗✔✖ ✘✔✖

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Juga merupakan suatu sistem yang terintregasi dari sub sistem ketersedaan. distribusi dan konsumsi. Apabila salah satu tidak berfungsi dengan baik, maka akan terjadi masalah kerawanan atau kerentanan pangan.

Ketahanan Pangan merupakan konsep yang kompleks terkait dengan mata rantai sistem pangan dan gizi mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, dan status gizi. Oleh karena itu Ketahanan Pangan terdiri dari Ketahanan Pangan Nasional, Regional dan Rumah Tangga. Konteks mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga merupakan fokus program prioritas yang perlu difasilitasi Pemerintah.

Aspek pengembangan diversifikasi pangan masyarakat merupakan bagian penting dari upaya peningkatan kualifikasi konsumsi pangan masyarakat. Mengingat dalam hal pengembangan diversifikasi pangan mencakup elemen-elemen dasar status kualitas konsumsi pangan yang


(20)

diawali dengan produksi bahan pangan variatif, keanekaragaman pangan, dan keberimbangan konsumsi yang terjamin keamanannya dari unsur-unsur atau zat yang membahayakan.

Pencapaian kualitas konsumsi pangan masyarakat dapat diukur selain dengan pendekatan konsumsi berimbang, beragam, bergizi secara fisik dan kualitatif, juga yang lebih kuantitatif diukur dengan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH).

Pemenuhan kebutuhan pangan diutamakan bersumber dari produksi dalam negeri dan pengelolaan sistem pangan negeri ditentukan sendiri sesuai kepentingan nasional.

Pemenuhan pangan untuk hidup sehat dan aktif diukur dengan menggunakan tiga hal pokok yang meliputi aspek ketersediaan pangan, yaitu tersedia cukup untuk seluruh penduduk, kemudian aspek distribusi meliputi penyerapan pangan merata ke seluruh wilayah dengan harga stabil dan terjangkau, kemudian aspek konsumsi pangan yaitu masyarakat mampu mengakses cukup pangan dan mengelola konsumsi sesuai dengan kecukupan status gizi dan kesehatan.

.✚ ✛✜✢ ✣✤✥✛ ✤✦ ✧★ ✧✢ ✧✢✩✧✢✪ ✧✢ ✫✧✢✛ ✤✬✭✮ ✭✥✧✢✩✧✢✪✧✢

Definisi Ketahanan-Pangan menurut Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 adalah “kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau”.


(21)

Konsep ketahanan pangan tersebut paling tidak melingkupi lima unsur pokok, yaitu:

(1) Berorientasi pada kebutuhan rumah tangga dan individu. (2) Setiap saat bahan pangan tersedia dan dapat diakses

(3) Mengutamakan aksesibilitas pangan bagi rumah tangga dan individu baik secara fisik, maupun sosial-ekonomi

(4) Bertujuan pada pemenuhan kebutuhan gizi secara aman (5) sasaran akhir adalah hidup sehat dan produktif.

Indikator terpenuhinya kebutuhan pangan rumah tangga antara lain: (1) tersedianya pangan secara cukup, kuantitas dan kualitasnya (2) aman (dan halal)

(3) merata (menurut ruang dan waktu) dan

(4) terjangkau oleh individu dan/atau rumaghtangga.

Upaya mewujudkan ketahanan pangan minimal harus melingkupi empat aspek berikut:

a. Penyediaan pangan dalam jumlah yang cukup, ketersediaan pangan dalam arti luas, meliputi bahan pangan nabati dan hewani / ikani untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral beserta derivatifnya, yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.

b. Pemenuhan pangan dengan kondisi yang aman, bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta baik dan halal.


(22)

c. Penyediaan pangan dengan kondisi yang merata, dalam arti pangan yang harus tersedia menurut dimensi waktu dan ruang.

d. Penyediaan pangan yang dapat dijangkau, bahan pangan mudah diperoleh rumah tangga dan dengan harga yang terjangkau.

Konsep ketahanan-pangan lazimnya melingkupi lima konsep utama, yaitu:

(1). Ketersediaan Pangan (food availability) : yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini harus mampu mencukupi pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat.

(2). Akses pangan (food access) : yaitu kemampuan semua rumah tangga dan individu dengan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi pangannya sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan. Akses rumah tangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial. Akses ekonomi tergantung pada pendapatan, kesempatan kerja dan harga. Akses fisik menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana distribusi), sedangkan akses sosial menyangkut tentang preferensi pangan.

(3). Penyerapan pangan (food utilization) yaitu penggunaan pangan untuk kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air


(23)

dan kesehatan lingkungan. Efektifitas dari penyerapan pangan tergantung pada pengetahuan rumahtangga/individu, sanitasi dan ketersediaan air, fasilitas dan layanan kesehatan, serta penyuluhan gisi dan pemeliharaan balita.

(4). Stabilitas pangan (food stability) merupakan dimensi waktu dari ketahanan pangan yang terbagi dalam kerawanan pangan kronis (chronic food insecurity) dan kerawanan pangan sementara (transitory food insecurity). Kerawanan pangan kronis adalah ketidak mampuan untuk memperoleh kebutuhan pangan setiap saat, sedangkan kerawanan pangan sementara adalah kerawanan pangan yang terjadi secara sementara yang diakibatkan karena masalah kekeringan banjir, bencana, maupun konflik sosial.

(5). Status gizi (Nutritional status ) adalah outcome ketahanan pangan yang merupakan cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya satus gizi ini diukur dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian bayi.

Di Indonesia, kebijakan ketahanan pangan meliputi empat aspek, yaitu: (i) ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup bagi

seluruh penduduk,

(ii) distribusi pangan yang lancar dan merata (menurut dimensi ruang dan waktu),

(iii) konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi dan kesehatan, dan


(24)

(iv) status gizi dan kesehatan masyarakat.

.✰ ✱ ✲✳✴ ✲✵ ✶✷ ✸ ✳✹✷zi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang individu dalam suatu variabel (Hadi, 2002:15). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2001:19). Sedangkan menurut Gibson (1990:59) menyatakan status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.

2.5 Pengertian Program

Program merupakan suatu rencana yang terorganisir yang dimulai dari beberapa tahap, yaitu menentukan sasaran yang akan dicapai atau penetapan tujuan dan apabila telah dilaksanakan maka untuk mengurangi kekurangan dilakukan evaluasi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, mengacu pada program Aksi Desa Mandiri Pangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan


(25)

dalam rangka meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi, khususnya bagi masyarakat pedesaan:

a. Cara kerja. b. Pengelolaan

c. Penyaluran dan pencairan dana d. Pemantauan dan pengawasan

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat kita lihat bahwa untuk dapat mengukur keberhasilan suatu program yang telah direncanakan dalam rangka meningkatkan Ketahanan Pangan dan gizi masyarakat setidaknya ada hal-hal yang perlu diperhatikan seperti yang dikemukakan di atas. Program Aksi Desa Mandiri Pangan merupakan suatu program yang dilaksanakan oleh pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah mengemukakan bahwa:

”Program adalah sattu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang kongkret. Rencana ini kongkret, karena dalam program sudah tercantum, baik sasaran, kebijaksanaan, prosedur, waktu maupun anggarannya” (Hasibuan, 1996:103).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa program merupakan suatu rencana yang telah ditetapkan yang berorientasi pada tujuan tertentu, dalam hal ini Program Aksi Desa Mandiri Pangan merupakan suatu program yang telah ditetapkan yang bertujuan untuk meningkatkan Ketahanan Pangan dan


(26)

Gizi (mengurangi kerawanan pangan dan gizi) masyarakat melalui pendayagunaan sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal di perdesaan.

.✻ ✼✽✾✿❀✿❁ ❂❃ ❄❃❅✿❁ ❆✿❁

Berdasakan sumber dari Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Desa mandiri pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan sumber daya setempat secara berkelanjutan. .

Dengan adanya Desa Mandiri Pangan diharapkan masyarakat Desa rawan pangan akan kembali mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi, sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif setiap harinya. Upaya tersebut dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternative peluang dan pemecahan masalah serta mampu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara efisien dan berkelanjutan, dan akhirnya tercapai kemandirian masyarakat.


(27)

..❉ ❊ ❋● ❋❍■❏❑▲❍▼❍■◆ ❖P ❖◗ ❍■❘❍■

Adapun tujuan dari Desa mandiri Pangan adalah Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi (mengurangi kerawanan pangan dan gizi) masyarakat melalui pendayagunaan sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal di perdesaan dengan:

1. Melaksanakan kegiatan sosialisasi desa mandiri pangan tingkat provinsi

2. Menyebarluaskan informasi terkait desa mandiri pangan sebagai upaya pengembangan desa rawan pangan/ rawan daya beli

3. Melakukan fasilitasi upaya ketersediaan dan kelancaran distribusi pangan

4. Meningkatkan kemampuan akses pangan rumah tangga

5. Meningkatkan fasilitasi kemampuan mengelola konsumsi pangan dengan gizi seimbang dan aman

6. Meningkatkan kemampuan mengatasi masalah pangan

7. Melakukan pengembangan usaha produktif pedesaan dan Melakukan pengembangan jaringan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melawan kelaparan dan kemiskinan.

Sasaran :

Terwujudnya ketahanan pangan dan gizi tingkat desa yang ditandai dengan berkurangnya tingkat kerawanan pangan dan gizi.


(28)

..❙ ❯ ❱❲❳ ❨❩❬ ❭❪❫❴❵ ❴❪❛ ❩❜❳ ❝❩❱❞ ❪ ❭❡❪ ❩❢

Berdasarkan dari dokumen di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat berikut indikator-indikator keberhasilan program yang harus di capai dalam Program aksi Desa mandiri Pangan:

1. Berkembangnya usaha ekonomi produktif kelompok-kelompok afinitas. 2. Berfungsinya kelembagaan layanan masyarakat desa.

3. Tersedianya pangan yang cukup, menurunnya prevalensi kelaparan, menurunnya prevalensi gizi buruk

4. Menurunnya prevalensi wabah penyakit 5. Terbentuknya jaringan usaha

6. Tersedianya distribusi pangan yang memadai.

7. Konsumsi pangan yang cukup, beragam, bergizi, seimbang dan aman.

8. Peningkatan pendapatan masyarakat miskin dari usaha on farm, off farm dan non farm.

9. Berfungsinya peran koordinasi lintas sektor untuk mendukung pembangunan wilayah pedesaan

..❣ ❤❬❪ ❩❬ ❴❡ ❳ ❫❴❡❳ ❩ ❬❩❱❞ ❪ ❭❡❪ ❩❢

Strategi dalam Program Aksi Desa Mandiri Pangan yang akan dilaksanakan dalam Kegiatan Fasilitasi Pengembangan Desa Mandiri Pangan dilakukan melalui Tahapan Kegiatan :

1. Persiapan 2. Penumbuhan


(29)

3. Pengembangan dan 4. Kemandirian

Keempat tahapan kegiatan tersebut dilakukan melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah serta mampu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara efisien dan berkelanjutan sehingga tercapai kemandirian.

..❦ ❧ ♠♥ ♦ ♣qr♣♥ ♦ s tyaan

Sumber-sumber pendanaan untuk membiayai Program Aksi Desa Mandiri Pangan berasal dari:

1. Pusat : APBN

2. Propinsi : APBN (dana dekonsentrasi), APBD I 3. Kabupaten : APBN (dana tugas pembantuan), APBD II

Dana dekonsentrasi digunakan untuk operasional pelatihan, pembinaan dalam rangka Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Dana tugas pembantuan dialokasikan untuk setiap desa pelaksana, dengan rincian penggunaan sebagai berikut:

1. 60 % merupakan bantuan masyarakat desa 2. 40 % untuk operasional desa dan kabupaten

Dalam pelaksanaannya,Desa Mandiri Pangan akan difasilitasi dengan masukan antara lain: instruktur, pendamping dalam bidang


(30)

manajemen kelompok dan usaha serta teknis, bantuan permodalan, sarana dan prasarana, tenaga kerja serta teknologi.

Berbagai masukan tersebut akan digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan seperti pemberdayaan masyarakat (pendampingan, pelatihan, fasilitasi dan penguatan kelembagaan), harmonisasi system ketahanan pangan dan pengembangan keamanan pangan serta antisipasi maupun penanggulangan kerawanan pangan. Melalui berbagai kegiatan tersebut, diharapkan masyarakat desa mempunyai kemampuan dalam mengelola aspek ketersediaan dan distribusi pangan dengan gizi seimbang dan aman, dan mampu mengatasi masalah pangan serta mampu membentuk aliansi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melawan kelaparan dan kemiskinan, sehingga diharapkan dapat menurunkan kerawanan pangan dan gizi.


(31)

✇①✇ ②② ②

③✇④⑤ ⑥⑦ ①⑧③ ⑨①⑩ ⑥⑥⑦

❶❷❸ ❹❺❻ ❼❺ ❽❺ ❾ ❿❻ ➀❻ ⑥❺❾ ➁➂ ❽ ✇❺➃❺ ❾ ⑥➄ ➁❺➅❺ ❾❺ ❾ ⑧❺ ❾➆❺ ❾ ➇❺➄ ❽❺➅ ⑧❽➂ ➈➉ ❾➊➉➋❺➌ ❺✇❺ ❽❺➁

❶❷❸ ❷❸✇❺➃❺ ❾⑥➄ ➁❺➅ ❺ ❾❺ ❾⑧❺ ❾➆❺ ❾⑧ ❽➂ ➍➉❾➊➉④❺➌ ❺✇❺ ❽❺ ➁

Yang menjadi objek KKL adalah sebuah instansi pemerintah yaitu Dinas Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Barat, yang beralamat di Jl. Ciumbuleuit 2 Bandung.

❶❷❸ ❷➎ ➏➀➆❺➊ ⑧➂➐➂➐ ➃ ❺❾ Fu❾ ➆sBd❺ ❾ K➄❺➅ ❺ ❾t ❺ ❾ ⑧❺ ❾➆❺ ❾ ⑧➂ ➍➉❾rs Jw Brt

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat,mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang ketahanan pangan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah mempunyai fungsi :

Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis bidang ketahanan pangan;

1. penyelenggaraan pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang ketahanan pangan meliputi kesekretariatan, kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan;


(32)

2. penyelenggaraan koordinasi dan pambinaan UPTB;

3. pelaksanaan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

➓➔→ ➔➓ ➣ ↔↔s d↕➙ Ms Bd↕➙ Kt↕➜ ↕➙↕➙➝ ↕➙➞ ↕➙ D↕➛r↕➜ ➟ BKD) rv↔➙sJw Brt

3131 ➣ ↔s Bd↕➙ Kt↕➜ ↕➙ ↕➙➝↕➙➞ ↕➙ D↕➛r↕➜ ➟BKD)

Berkaitan dengan tugas pokok BKPD dan pergeseran paradigma, maka diformulasikan Visi BKPD Provinsi Jawa Barat adalah : Tercapainya Jawa Barat sebagai Provinsi Bebas Rawan Pangan. Dimana fokus BKPD Provinsi jawa Barat yaitu ingin lebih meningkatkan kualitas pangan dan daya beli masyarakat Melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan demi tercapainya stabilitas dan ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat.

313➔ ➔➡Ms Bd↕➙ Kt↕➜ ↕➙ ↕➙➝ ↕➙➞↕➙ D↕➛r↕➜ ➟BKD)

1. Mewujudkan Kemandirian Masyarakat melalui Pengembangan usaha ekonomi produktif berbasis potensi lokal

2. Meningkatkan Pendistribusian Pangan yang merata ke seluruh Wilayah

3. Meningkatkan Konsumsi dan Keanekaragaman Pangan 4. Meningkatkan Kelembagaan dan kualitas Infrastruktur Pangan 5. Meningkatkan Sumber Daya Aparatur Bidang Ketahanan Pangan

yang Berbasis Kompetensi


(33)

Misi 1 : Mewujudkan Kemandirian Masyarakat melalui Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif bebasis potensi lokal

Tujuan : Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memperoleh pangan yang cukup, berigizi, berimbang, aman dan halal

Sasaran :

Tertanganinya Masalah Kerawanan Pangan baik yang bersifat kronis maupun transien

Indikator :

Jumlah Penerima Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Jumlah Desa Mandiri Pangan

Jumlah Lumbung Pangan

Jumlah cadangan beras pemerintah Meningkatkan daya beli petani Indikator : Nilai Tukar Petani

Misi 2 : Meningkatkan Pendistribusian Pangan yang merata ke seluruh Wilayah

Tujuan : Pangan tersedia dalam jumlah yang cukup di setiap wilayah, sehingga mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau

Sasaran : Tertatanya distribusi dan harga pangan Indikator :

Terjaganya stabilitas harga pangan Jumlah LDPM


(34)

Tujuan : Meningkatkan konsumsi masyarakat melalui penganekaragaman pangan

Sasaran :Meningkatkan konsumsi masyarakat melalui penganekaragaman pangan dalam upaya menurunkan ketergantungan terhadap pangan pokok beras.

Indikator :

Menurunnya konsumsi beras perkapita Meningkatnya konsumsi pangan masyarakat

Misi 4 : Meningkatkan Kelembagaan dan kualitas Infrastruktur Pangan Tujuan : Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan pangan dan meningkatkan kualitas infrastruktur pangan.

Sasaran :

1. Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan pangan dan meningkatnya kualitas infrastruktur pangan

Indikator:Jumlah kelembagaan pangan

2. Meningkatnya Penelitian dan Pengembangan Bidang Ketahanan Pangan

Indikator : Jumlah Dokumen

Misi 5 : Meningkatkan Sumber Daya Aparatur Bidang Ketahanan Pangan yang Berbasis Kompetensi

Tujuan : Mewujudkan aparatur yang kreatif, inovatif dan amanahuntuk memenuhi kebutuhan tuntutan produktifitas dan kualitas pelayanan masyarakat


(35)

Sasaran :

Terciptanya kualitas aparatur Bidang Ketahanan Pangan yang memenuhi kualifikasi untuk memenuhi kebutuhan tuntutan peningkatan produktivitas Indikator : Jumlah Pegawai yang mengikuti Pelatihan

➨➩➫ ➭ ➯ ➲➳➵ ➯➳ ➲ ➸ ➲➺ ➻➼➽ ➾➻ ➾➽ ➾➚ ➲➯➻ ➪ ➳➺ ➻ ➾ ➶➹➵➹ ➵➘ Fu➼➺➽ ➘s d➻ ➼ R➽➼c➽ ➻ ➼ Tu➺➻s Bd➻ ➼ K➚➻➴➻ ➼➻ ➼t ➶➻ ➼➺➻ ➼ D➻➚r➻➴➷BKD) rv➽ ➼s Jw Brt

Organisasi merupakan wadah atau sarana untuk mencapai tujuan sedangkan stuktur organisasi merupakan kerangka bagian kerja yang menggambarkan tugas, wewenang, tanggungjawab, dan tugas pokok dari setiap bagian yang ada dalam organisasi tersebut dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Barat No. 49 Tahun 2009 BKPD mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan urusan pemerintah Daerah bidang ketahanan pangan.


(36)

➱ ✃❐ ❒✃❮❰ÏÐ

Ñ Ò ❮ÓÔÒ Ó ❮Õ ❮Ö ✃×Ø Ù✃ÙØÚÛÜ Ý Ü❮ÕÞØ × ÙØß ✃à✃Ú✃❮✃Ò


(37)

ãäåäæäæ ç èéêë êìç íîíï ðñòóô òõ êö êìêï ê÷

Kepala BKPD provinsi Jawa Barat mempunyai tugas pokok merumuskan, menetapkan, memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan tugas pokok Badan serta mengkoordinasikan dan membina UPTB.

Rincian tugas kepala BKPD Provinsi Jawa Barat antara lain:

a. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan

b. Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis Badan sesuai dengan kebijakan umum Pemerintah Daerah.

c. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan pemberian dukungan tugas atas penyelenggaraan pemerintahan Daerah di bidang ketahanan pangan.

d. Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana pembangunan ketahanan pangan di Daerah.

e. Menyelenggarakan fasilitas yang berkaitan dengan penyelenggaraan program, kesekretariatan, kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan, konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan.

f. Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi pemerintah, swasta dan lembaga terkait lainnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Badan.


(38)

g. Menyelenggarakan koordinasi penyusunan rencana strategis, LAKIP, LKP dan LPPD Badan serta pelaksanaan tugas-tugas teknis serta evaluasi dan pelaporan yang meliputi kesekretariatan, kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan, konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan.

h. Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis ketahanan pangan. i. Menyelenggarakan koordinasi dan pembinaan UPTB

j. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait

k. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

ùúû úüúû ý þÿ þ✁ ✂ ✄ ✂✁☎✆✝ ✞✝ ✟ ✠✄✡☛ ✄☞ ✂✌✂☎ ✂ ✂✁

Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan koordinasi perencanaan dan program Badan, pengkajian perencanaan dan program, pengelolaan, kepegawaian, dan umum.

Adapun rincian tugasnya sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pengkajian serta koordinasi perencanaan dan program Badan.

b. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan dan program kesekretariatan.

c. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi keuangan d. Menyelenggarakan pengkajian anggaran belanja e. Menyelenggarakan pengendalian administrasi belanja


(39)

f. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi kepegawaian

g. Menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan.

h. Menyelenggarakan pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan.

i. Menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan pendokumentasian peraturan perundang-undangan, pengelolaan perpustakaan, protokol dan hubungan masyarakat.

j. Menyelenggarakan pengelolaan naskah dinas dan kearsipan. k. Menyelenggarakan pembinaan jabatan fungsional

l. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

m. Menyelenggarakan pengkajian bahan rencana strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP), LKPJ, dan LPPD Badan.

n. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait

o. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Sekretariat membawahi tiga Sub Bagian antara lain: 1) Sub Bagian Kepegawaian

Subbagian Kepegawaian dan Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, umum dan perlengkapan.


(40)

Rincian tugas Subbagian Kepegawaian dan Umum :

a. Melaksanakan penyusunan perencanaan dan program Subbagian Kepegawaian dan Umum

b. Melaksanakan penyusunan, pengolahan data kepegawaian

c. Melaksanakan pengusulan gaji berkala dan peningkatan kesejahteraan pegawai dan jabatan di lingkungan Badan

d. Melaksanakan penyiapan dan pengusulan pensiun pegawai, peninijauan masa kerja dan pemberian penghargaan serta tugas/ijin belajar, pendidikan/pelatihan kepemimipinan teknis dan fungsional e. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan disiplin pegawai

f. Melaksanakan penyiapan bahan pengembangan karir dan mutasi serta pemberhentian pegawai

g. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan kepada unit kerja di lingkunagan Badan

h. Melaksanakan penyusunan bahan rancangan dan pendokumentasian peraturan perundang-undangan

i. Melaksanakan penerimaan, pendistribusian dan pengiriman surat-surat/naskah dinas dan arsip serta pengelolaan perpustakaan

j. Melaksanakan penggandaan naskah dinas

k. Melaksanakan urusan keprotokolan dan penyiapan rapat-rapat;

l. Melaksanakan pengelolaan hubungan masyarakat dan pendokumentasian


(41)

m. Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan sarana dan prasarana, pengurusan rumah tangga, pemeliharaan/perawatan lingkungan kantor, kendaraan dan aset lainnya serta ketertiban, keindahan dan keamanan kantor

n. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Subbagian Kepegawaian dan Umum

o. Melaksanakan pengelolaan kepegawaian pada UPTB

f. Melaksanakan pembinaan Jabatan Fungsional Badan dan UPTB g. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengambilan kebijakan

h. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait

i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok da fungsinya 2). Subbagian Keuangan

Subbagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dilingkungan Badan.

Rincian tugas Subbagian Keuangan :

a. Melaksanakan penyusunan perencanaan dan program Subbagian Keuangan

b. Melaksanakan penyusunan bahan dan penyiapan anagaran Badan c. Melaksanakan pengadaministrasian dan pembukuan keungan Badan d. Melaksanakan penyusunan pembuatan daftar gaji dan tunjangan

Daerah serta pembayaran lainnya


(42)

f. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan administrasi keuangan g. Melaksanakan penatausahaan belanja langsung dan belanja tidak

langsung Badan dan UPTB

h. Melaksanakan verifikasi keuanagan

i. Melaksanakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan penyiapan bahan pertanggungjawaban keuanagan

j. Melaksanakan dan koordinasi penyusunan bahan evaluasi dan pelaporan administrasi keuangan

k. Melaksanakan administrasi perjalanan dinas pegawai

l. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Subbagian keuangan m. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengambilan kebijakan

n. Melaksanakan koordinasi dengan unt kerja terkait

o. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya 3). Subbagian Perencanaan dan Program

Subbagian perencanaan dan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi perencanaan dan penyusunan program.

Rincian tugas Subbagian Perencanaan dan Program :

a. Melaksanakan penyusunan program kerja Subbagaian Perencanaan dan Program

b. Melaksanakan koordinasi penyusunan perencanaan dan program Badan yang meliputi bidang kelembagaan dan infrastruktur,


(43)

ketersediaan dan kerawanan pangan, konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan

c. Melaksanakan penyusunan bahan perencanaan umum bidang kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan, konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan d. Melaksanakan penyusunan bahan Rencana Strategis, Kaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), LKPJ dan LPPD Badan.

e. Melaksanakan pengelolaan sistem informasi ketahanan pangan. f. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Subbagian

Perencanaan dan Program

g. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

h. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait

i. Melaksanakan tugas lain sesuai denagn tugas pokok dan fungsinya

✕). Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur

Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan pembinaan Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur.

Rincian Tugas Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur :

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur


(44)

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan nteknis pembinaan kelembagaan dan Infrastruktur.

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas kelembagaan dan infrastruktur

d. Menyelenggarakan fasilitas kelembagaan dan infrastruktur e. Menyelenggarakan koordinasi kelembagaan dan infrastruktur

f. Menyelenggarakan fasilitas dan pengembangan kelembagaan dan infrastruktur

g. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

h. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur.

Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur membawahi : 1). Sub Subbidang Kelembagaan pangan

Subbidang Kelembagaan pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis kelembagaan pangan.

2). Subbidang infrastruktur Pangan

Subbidang infrastruktur Pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis infrastruktur pangan.

5). Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitas ketersediaan dan penaggulangan kerawanan pangan.


(45)

Rincian Tugas Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan :

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan.

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis operasional pembinaan ketersediaan, cadangan pangan dan penanggulangan kerawanan pangan.

c. Menyelenggarakan fasilitas bidang ketersediaan, cadangan pangan dan penanggulangan kerawanan pangan.

d. Menyelenggarakan koordinasi penyelenggaraan ketersediaan, cadangan pangan dan penanggulangan kerawanan pangan.

e. Menyelenggarakan pengembangan ketersediaan, cadangan pangan dan penanggulangan kerawanan pangan.

f. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbagan pengambiulan kebijakan.

g. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan.

h. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit terkait.

i. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan membawahi : 1). Subbidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan


(46)

Subbidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitas penyelenggaraan ketersediaan dan cadangan pangan.

2). Subbidang Kerawanan Pangan

Subbidang Kerawanan Pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitas penaggulangan kerawanan pangan

1. Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan

Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitas peningkatan konsumsi dan keamanan pangan.

Rincian tugas Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan :

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pembinaan peningkatan konsumsi dan keamanan pangan

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas tingkat konsumsi dan keamanan pangan

d. Menyelenggarakan fasilitas tingkat konsumsi dan keamanan pangan e. Menyelenggarakan koordinasi peningkatan konsumsi dan keamanan

pangan

f. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan


(47)

g. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan

h. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota

i. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait

j. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan membawahi : 1). Subbidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan

Subbidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitas peningkatan konsumsi dan penganekaragaman pangan.

2). Subbidang Keamanan dan Mutu Pangan

Subbidang Keamanan dan Mutu Pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitas peningkatan keamanan dan mutu pangan.

2. Bidang Distribisi dan Harga Pangan

Bidang Distribisi dan Harga Pangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitas distribusi dan pengendalian harga pangan.


(48)

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Distribusi dan Harga Pangan

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis distribusi dan pengendalian harga pangan

c. Menyelenggarakan pengkajian sistem distribusi dan pengendalian harga pangan

d. Menyelenggarakan pengkajian bahan penyusunan pedoman pengembangan distribusi dan pengendalian harga pangan

e. Menyelenggarakan fasilitas dan supervisi kegiatan distribusi dan pengendalian harga pangan

f. Menyelenggarakan koordinasi kegiatan distribusi dan pengendalian harga pangan

g. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambulan kebijakan

h. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Distribusi dan Harga Pangan

i. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota

j. Menyelenggarakan koordinasi denganunit kerja terkait

k. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.


(49)

1).Subbidang Distribusi

Subbidang Distribusi nmempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitas distribusi pangan.

2).Subbidang Harga dan Distribusi Pangan

Subbidang Harga dan Distribusi Pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitas pengendalian harga, informasi pangan serta harga pangan.


(50)

✥ ✦✥ ✧V

H✦★ ✧✩✪ ✦✫✬ ✭✮ ✥ ✦H✦★✦✫✩✦✬ ✯✰ ✦✫ ✱✱✩

.✳ ✬✴✵✴✶✷✸ ✶✸✸ ✶ ✬✵✹✺ ✵✸ ✻ ✦✼s✽ ✪✴s✸ ✮✸ ✶✾✽✵✽ ✬✸ ✶✺✸ ✶ ✪✸✿✸ ✻ ✮✴✶✽✶✺ ✼✸❀ ✼✸ ✶ ✱✴❀ ✸❁✸ ✶✸ ✶ ✬✸ ✶✺✸ ✶ ✪✸ ✶ ❂✽z✽ ✮✴✿✸✿ ❃✽ ✬✵✹✺ ✵✸ ✻ ✦✼s✽ ✪✴s✸✮✸ ✶✾✽✵✽✬✸ ✶✺ ✸ ✶✪✽✬✵✹✽✶vs✽❄✸w✸✥✸ ✵✸❀ .

Melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan diharapkan masyarakat desa mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif dari hari ke hari secara berkelanjutan.

Upaya tersebut dilakukan melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah serta mampu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara efisien dan berkelanjutan sehingga tercapai kemandirian.

Peningkatan ketersediaan pangan merupakan prioritas utama kebijakan pembangunan pertanian dan perikanan di Jawa barat dan menjadi prasyarat penting dalam pemantapan ketahanan pangan, agar ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dapat diwujudkan dengan baik, maka ketersediaan bahan pangan harus terjamin dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Kondisi demikian sangat didambakan oleh seluruh masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan menengah kebawah.


(51)

Berdasarkan data BKPD jabar ketersediaan pangan strategis di Jawa Barat, jumlah produksi belum semua komoditas mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penduduk Jawa Barat, kecuali beberapa komoditas seperti beras, sayuran dan buah-buahan (❅ ❆❇ ❈❉❆ ❅), dan komoditas jagung, kedele, daging sapi dan ikan masih defisit (❊❋ ●❆❅). ketersediaan pangan strategis dapat mencukup kebutuhan konsumsi penduduk, bahkan berlebih. Melihat pencapaian produksi dan laju penambahan produksi bahan pangan dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk, sehingga perlu dilakukan akselerasi peningkatan produksi. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan kertersediaan bahan pangan, maka pemerintah provinsi Jawa Barat, BKPD dan masyarakat telah melaksanakan kegiatan untuk penguatan cadangan pangan melalui pengadaan Cadangan Pangan melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan yang pendanaannya disalurkan dalam bentuk bantuan keuangan kepada Pemerintah Kabupaten.

Pengembangan lumbung pangan yang diharapkan dapat memenuhi ketersediaan / cadangan pangan diwilayah rawan pangan khususnya pada saat musim kering maupun untuk pembelian beras pada saat panen raya dalam rangka lebih memantapkan pelaksanaan cadangan pangan di tingkat rumah tangga guna memenuhi kebutuhan gizi keluarga, telah dilaksanakan pengembangan pangan lokal.

Kegiatan distribusi pangan merupakan salah satu bagian dari sistem ketahanan pangan, yaitu bagian yang mengatur dan menfasilitasi


(52)

agar pangan dapat didistribusikan dari produsen sampai diterima konsumen. Upaya pengelolaan distribusi pangan dapat mencapai hasil yang optimal jika diikuti oleh peningkatan pendapatan petani produsen secara nyata. Peningkatan pendapatan petani produsen dapat mencapai optimal apabila produksi pertanian yang dihasilkan memperoleh imbalan dengan harga yang layak.

Salah satu kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat, untuk menjaga agar petani memperoleh harga gabah dan bahan pangan lain yang layak dan tidak berfluktuasi secara tajam terutama pada saat terjadi panen raya adalah melalui program pembelian gabah/bahan pangan lainnya. Disamping itu, tujuan lainnya yaitu meningkatkan kesinambungan penyediaan pangan, meningkatkan efektitas dan efisiensi distribusi pangan antardaerah dan antar waktu; serta mengembangkan kelembagaan pangan di pedesaaan. Fokus Pembangunan yang bertumpu pada beras, telah menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi kepada komoditas beras. Berdasarkan hasil olahan data BKPD Jabar bahwa konsumsi beras masyarakat di Jawa barat, yang dicerminkan dari cukup dominan sumbangan konsumsi energinya terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG). Sehingga berakibat pada rentannya ketahanan pangan masyarakat, bila kemampuan penyediaan beras terganggu karena iklim, bencana alam, gejolak harga maupun sebab-sebab lainnya.

Berdasarkan hasil evalusi penyelenggaraan dan pelaksanaan program peningkatan ketahanan pangan di Jawa Barat, teridentifikasi


(53)

bahwa kapasitas penyediaan bahan pangan yang diproduksi oleh masyarakat sudah cukup memadai namun masih terdapat kelemahan dalam melakukan manajemen ketersediaan dan cadangan pangan.

Selanjutnya dalam pelaksanaan fasilitasi lembaga usaha ekonomi pedesaan yang selama ini menggunakan pendekatan pendanaan dari perbankan belum menunjukan keberhasilan dalam menangani distribusi dan harga komoditi pangan (gabah). Oleh karena itu, ke depan fasilitasi kegiatan sejenis ini perlu dilakukan pembenahan lebih maksimal. Apalagi dana yang akan difasilitasi adalah dalam bentuk bantuan sosial, sehingga dalam pelaksanaannya diharapkan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat serta terdistribusinya komoditi pangan secara efisien dan efektif.

Berdasarkan pembahasan di atas maka di buatlah perencanaan sebagai berikut

..■ ❏ ❑▲ ❑▼ ◆❖▼❖❖▼❏▲P ◗▲ ❖❘

Perencanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan disusun secara berjenjang dari tingkat pusat, propinsi sampai dengan kabupaten. Perencanaan di tingkat Pusat dilakukan pada tahun sebelumnya untuk menentukan kabupaten-kabupaten penerima dana tugas pembantuan. Program disusun untuk tingkat pusat, propinsi dan kabupaten dengan kegiatan-kegiatan yang saling terintegrasi. Penyusunan program dilakukan secara bottom up dengan pendekatan partisipatif yang dikembangkan dengan menempatkan masyarakat


(54)

sebagai pihak utama atau pusat pengembangan dimulai dari perencanaan tingkat desa yang kemudian diajukan kepada pokja di tingkat kabupaten untuk selanjutnya diajukan ke pusat. Dengan proses perencanaan ini masyarakat akan mampu menganalisis masalah dan peluang yang ada serta mencari jalan keluar sesuai tujuan yang mereka miliki. Mereka sendiri yang membuat keputusan-keputusan (di tingkat mikro-rumahtangga) dan menyusun rencana, implementasi serta mengevaluasi keefektifan kegiatan yang dilakukan di tingkat makro bahkan global.

..❯ ❱ ❲❳❲❨ ❩❬❨❬❬❨ ❭❲❪ ❬

Rencana pembangunan desa secara umum dilakukan setiap tahun oleh Lembaga Masyarakat Desa (LMD) dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat melalui Musyawarah Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Untuk mewujudkan ketahanan pangan di tingkat desa diperlukan perencanaan pembangunan ketahanan pangan yang perlu diintegrasikan kedalam perencanaan pembangunan di tingkat desa. Perencanaan pembangunan ketahanan pangan dalam Program Aksi Desa Mandiri Pangan dilaksanakan oleh Tim Pangan Desa dan anggota masyarakat yang tergabung dalam kelompok afinitas serta tokoh masyarakat dan difasilitasi oleh pendamping. Ragam usulan kegiatan merupakan gabungan usulan kelompok yang disusun secara partisipatif. Perencanaan dilakukan untuk memetakan kegiatan-kegiatan


(55)

yang mencakup tiga subsistem ketahanan pangan, yaitu subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan yang dapat digunakan untuk membangun wilayah perdesaan selama dan setelah berakhirnya Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Rencana pembangunan ketahanan yang disusun harus memuat tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan serta indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan. Perencanaan pembangunan ketahanan pangan yang telah disusun ini selanjutnya dapat dijadikan sebagai salah satu aspek di dalam rencana pembangunan desa. Rencana pembangunan wilayah desa yang disusun dituangkan dalam dokumen rencana pengembangan desa yang digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan pembangunan perdesaan. Usulan rencana pembangunan desa tersebut disampaikan kepada aparat desa dan kecamatan serta penanggungjawab kegiatan di tingkat kabupaten (Badan/ Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani ketahanan pangan).

..❵ ❛ ❜❝❜❞ ❡❢❞❢❢❞ ❣❜❤ ✐❥❦ ✐❧

Kelompok dengan bantuan pendamping membuat rencana kegiatan kelompok dan rencana usaha kelompok. Rencana kegiatan kelompok disesuaikan dengan dinamika kelompok mencakup kebutuhan peningkatan kapasitas anggota kelompok dalam hal permodalan, kewirausahaan, keterampilan teknis dan lain-lain. Rencana


(56)

usaha kelompok disesuaikan dengan kebutuhan usaha produktif yang meliputi usaha♠♥♦♣q r, ♠ ♦♦ ♦♣q r, s♣♥♥♠ ♥♦♣q r.

t.✉ ✈ ✇①②③④②⑤②②⑤ ✈⑥⑦ ⑧⑥②⑨ ⑩③④ ❶ ❷✇④ ② ❸②⑤ ❹❶⑥ ❶ ✈②⑤ ⑧②⑤ ❷② ①②⑨ ❸ ✇⑤ ❶⑤ ⑧③②❺ ③②⑤ ❻ ✇❺ ②❼②⑤ ②⑤ ✈②⑤ ⑧②⑤ ❷②⑤ ❽ ❶z❶ ❸ ✇①② ①❾ ❶ ✈⑥⑦⑧⑥②⑨ ⑩③s❶ ❷✇s② ❸②⑤ ❹❶⑥ ❶✈②⑤ ⑧②⑤❷❶✈⑥⑦v❶⑤s❶❿②w② ➀②⑥ ②❺.

Program Aksi Desa Mandiri Pangan dilaksanakan selama 4(empat) tahun berturut-turut melalui empat tahapan pelaksanaan yaitu: tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan dan kemandirian. Tahap persiapan merupakan tahap awal Pelaksanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan dengan kegiatan sebagai berikut :

Seleksi Lokasi Sasaran a. Kabupaten

Kriteria :

1) Memiliki unit kerja yang menangani ketahanan pangan 2) Telah terbentuk Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten

3) Bersedia menyediakan dana pendamping dari APBD (minimal 20 persen dari dana APBN)

4). Merupakan kabupaten rawan pangan Pelaksanaan :

1) Seleksi kabupaten dilakukan BKP/Unit kerja yang menangani ketahanan pangan di tingkat Propinsi kemudian diusulkan dan disetujui oleh Badan Ketahanan Pangan Pusat


(57)

2). Waktu : pada saat pengalokasian dana tugas pembantuan. b. Kecamatan

Kriteria :

1). Adanya kelembagaan ekonomi dalam mendukung pengembangan ketahanan pangan (pasar, KUD, dan lain-lain)

2). Memiliki SDM aparat (penyuluh) yang dapat mendukung pelaksanaan program

Pelaksanaan:

1) Seleksi kecamatan dilakukan oleh Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan di tingkat kabupaten dan diverifikasi oleh propinsi.

2). Waktu : Februari ñ Maret c. Desa

Kriteria :

1). Termasuk desa rawan pangan (minimal 30 persen penduduknya termasuk KK miskin) berdasarkan Survei DDRT

2). Memiliki potensi (SDA dan SDM) yang belum dikembangkan

3). Aparat desa dan masyarakat memiliki respon yang tinggi terhadap pembangunan ketahanan pangan.

Pelaksanaan :

1). Membuat nominasi 5 (lima) desa rawan pangan yang dipilih oleh Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan di tingkat Kabupaten berdasarkan SKPG atau BLT dan


(58)

diverifikasi oleh Propinsi.

2). Melakukan identifikasi ulang pada lima desa yang sudah terpilih dengan survei DDRT untuk mengetahui jumlah KK miskin.

3). Dari Hasil DDRT dipilih 2 desa yang memiliki jumlah KK miskin minimal 30 persen dari KK total sebagai lokasi pelaksana Program Aksi Desa Mandiri Pangan.

4). Dua Desa yang telah dipilih ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Ketua Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten.

Kegiatan-kegiatan termasuk dalam tahap penumbuhan antara lain : Pemberdayaan Masyarakat

a. Pelatihan-Pelatihan

1. Pelatihan di Tingkat Kabupaten

Pelatihan Teknis/Keterampilan bagi kelompok afinitas, lembaga pangan dan gizi di perdesaan

1). Dilaksanakan oleh kabupaten

2). Pelatihan teknis yang diberikan berupa pelatihan untuk meningkatkan keterampilan anggota kelompok afinitas, tenaga pendamping serta kelembagaan penunjang

3). Pelatihan yang dibiayai dengan dana APBN sebanyak 5 kali. 4). Pelatihan teknis yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan

kelompok

Pelatihan-pelatihan Penunjang Penyelenggaraan pelatihan ditujukan kepada tenaga pendamping, Tim Pangan Desa, kelompok afinitas,


(59)

serta kelembagaan penunjang yang telah ada dan berkembang di masyarakat seperti : Lumbung Pangan, kelembagaan pangan lokal dan pekarangan, Koperasi Tani, KUD, Kelompok Tani, Kelompok Wanita Tani, dan lain-lain. Pelatihan-pelatihan penunjang ini dilaksanakan oleh kabupaten disesuaikan dengan ketersediaan dana APBD dan dana dari instansi lain terkait. Jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan, antara lain:

1). Pelatihan Manajemen Keuangan 2). Pelatihan Kewirausahaan

3). dan lain-lain

➁➂➃➄➅ ➆.

➈➄➉➊➂ ➋➂ ➌ ➍ ➄➅➂ ➋➊ ➎➂ ➌ ➏➂ ➐➂ ➁➂➎ ➂➏ ➍ ➄ ➌➑➒➃ ➑➎ ➂ ➌ ➁➊ ➌➉➓➂ ➋➈ ➂➃ ➑➏➂ ➋➄ ➌

No Kegiatan Tempat Peserta

1 Pelatihan Teknis Kabupaten/Desa Kelompok afinitas, TimPangan

Desa, pendampin 2 Pelatihan Penunjang Kabupaten/Desa Kelompok afinitas,

Tim Pangan Desa, pendamping, kelembagaan penunjang Sumber:http//pemprovjabar.go.id/bkpdjabar/2010


(60)

2. Pelatihan Petugas Pengelola Lembaga Keuangan Desa 1). Dilaksanakan oleh propinsi

a. Peserta : Petugas Pengelola Lembaga keuangan Desa pelaksana desa mapan tahun 2006 yang dipilih oleh pendamping, anggota kelompok dan Tim Pangan Desa

b. Pengajar : Perguruan Tinggi, Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja Ketahanan Pangan, dan instansi terkait tingkat propinsi, perbankan, LSM

1). Manajemen Administrasi 2). Manajemen usaha 3). Manajemen Keuangan 4). Organisasi/kelembagaan 5). Waktu : 4 hari

b. Pendampingan

Pendampingan masyarakat dilakukan untuk penguatan kelembagaan dan pemberdayaan kelompok afinitas. Ruang lingkup pendampingan meliputi :

1). Pendampingan dalam rangka pengembangan dinamika kelompok yang meliputi : organisasi kelompok, pembukuan, manajemen keuangan dan permodalan, manajemen usaha, jaringan usaha dan lain-lain.

2). Pendampingan dalam rangka penguatan kapasitas anggota kelompok yang meliputi :


(61)

a. penguatan kapasitas di bidang pangan dan gizi b. penguatan kapasitas di bidang kesehatan lingkungan c. pengembangan kelembagaan dan jaringan usaha d. penerapan teknologi tepat guna

3). Pendampingan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan usaha produktif kelompok yang meliputi usaha on farm, off farm, maupun non farm. Kegiatan pendampinganuntuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha kelompok dilakukan melalui langkah-langkah : a. Analisis potensi dan permasalahan

b. Analisis kelayakan usaha

c. Penetapan prioritas kegiatan usaha d. Perencanaan pembiayaan usaha e. Perencanaan kegiatan usaha 4). Evaluasi Kinerja Pendamping

Kinerja pendamping dievaluasi setiap tahun oleh kabupaten berdasarkan rencana kerja yang dibuat pendamping, laporan pendamping ke kabupaten, hasil monitoring kabupaten serta laporan dari Tim Pangan Desa. Evaluasi kinerja pendamping dilaksanakan pada bulan Desember. Hasil evaluasi kinerja pendamping digunakan untuk menentukan keberlanjutan kontrak pendamping dengan Kepala Dinas/ Badan/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan

c. Peningkatan Aksesibilitas Peningkatan aksesibilitas merupakan upaya untuk mencari peluang dalam meningkatkan kemampuan


(62)

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Peningkatan aksesibilitas masyarakat di daerah rawan pangan pangan diperlukan, karena pada umumnya di daerah tersebut mempunyai karakteristik : tingkat pendidikan rendah, daya beli dan peluang kerja masyarakat rendah, ketersediaan sarana prasarana pendukung di perdesaan masih kurang, dan lain-lain. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu diupayakanpeningkatan akses informasi, sarana prasarana, teknologi, permodalan, pasar, dan sebagainya. Pembuka aksesibilitas adalah aparat di tingkat kabupaten dan propinsi bekerjasama dengan stakeholder lain yang terkait kepada masyarakat melalui pendamping dan Tim Pangan Desa.

d. Penguatan Kelembagaan

1). Kelompok Kerja (Pokja) Desa Mandiri Pangan

Pokja Mandiri Pangan merupakan kelompok kerja di dalam organisasi Dewan Ketahanan Pangan yang dibentuk di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota

Pokja Mandiri terdiri dari instansi-instansi terkait ketahanan pangan yang dapat mendukung pelaksanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan

Bupati selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten memiliki peran yang strategis dalam mengkoordinasikan dan mensinergikan kegiatan lintas sektor, untuk itu pertemuan pokja di tingkat kabupaten sebaiknya dipimpin langsung oleh Bupati. Untuk


(63)

mensinergikan kegiatan lintas sektor dan kebutuhan di masyarakat, maka Perencanaan Pembangunan Desa yang disusun oleh masyarakat dijadikan sebagai dasar penyusunan kebijakan dan perencanaan di tingkat kabupaten.

2). Tim Pangan Desa BKPD,Tim ini bertugas bersama pendamping untuk merumuskan perencanaan dan menggerakkan pelaksanaan kegiatan hingga pemantauan dan evaluasi. Tim Pangan Desa akan menggantikan peran pendamping, setelah tahapan Program Aksi Desa Mandiri Pangan berakhir. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim Pangan Desa yaitu :

a. Mengumpulkan data-data potensi dan permasalahan ketersediaan pangan, distribusi, konsumsi, akses dan pemanfaatan pangan maupun situasi dan kondisi gizi masyarakat.

b. Menggunakan data-data tersebut sebagai dasar untuk penyusunan rencana pembangunan desa dan menganalisis situasi pangan dan gizi masyarakat di tingkat desa.

c. Memberikan informasi kepada kepala desa sehubungan dengan terjadinya gejala rawanpangan.

d. Menyusun rencana pembangunan ketahanan pangan di tingkat desa bersama-sama dengan kelompok afinitas dan pendamping. e. Memverifikasi usulan rencana usaha yang diajukan oleh kelompok


(1)

ÙÚÛ ÚÜÝÞß àá Üâ ãä Þå Üæ

çèéê ëìè íî ïðë ñê ë òó ôó õ óî óì

. (2010).

õ ö í ÷ íîï ðë ñê ë òó ôó õó îóì

.

øè ùó ùúëû üì ì ý

//

ýèþ ýî ï ð ÿóé óî

.

ï

.

ë✁

/

é ✂ý✁ ÿóéóî

/2010

✄úýóî ëóê ó

,

✁ ✂ ✂

, (2001).

üì ìýû

//

ë✁

.

ôë ✂ëýè✁ëó

.

ïî

/

ôë✂ë

/

ê ì óì úê

G

ë ☎ë ÷ó ùóþ øóê ✆ó îó ✂óì

.

ö ïþ óîú✁ëñ

.1

✝✝✞

.

✟ñêê ë ✂ ùïýè ✁ëó

.

øó ñó ÿèþ è ñ

.

üì ìý

//

ë ✁

.

ôë ✂ëýè✁ë ó

.

ïî

/

ôë ✂ë

/

ýè îè ñ✠ó ñóóñ


(2)

✡☛

☞✌✍ ✎✌✏✎✌ ✑ ✒✓

✔ ✕✖ ✕✗ ✕✘

✙✚✛✜✢ ✣✤ ✣✤✥✚ ✦✧✚✢★✚ ✩✪✫✚ ✬✭✭ ★ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤✣✮

✙✚✛✜✢ ✯✤ ✣ ✭ ✜✰✱✚ ✲✚ ✬

✳✜✢✚ ✲✱ ✴✚ ✬

✩✚ ✦✚

✙✚✴✚ ✩

✳✜ ✬✵✶✛ ✵✴✚ ✬

✙✱ ✬✰ ✷✚ ✲ ✭ ✚✛ ✵✩✚ ✲✜ ✬✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤ ✤✤ ✤✤ ✤✤ ✤✸✹


(3)

✺ ✺

✻✼✽✼✾✿ ❀❁✼❀ ✽✼❂

❃ ❄❅❆ ❇ ❈ ❄❉ ❄❊❋ ●❍ ❄■❆ ❇❋❏❍ ❅❏ ❑❉ ❏❍❋❏ ▲❏ ❉ ●▼❏ ▲❆❊ ❏ ❑◆■■❏▼❖P ◗ ❈❏❍❘❑ ●■❏▼

❙ ●❙❚ ●❊ ❆❉ ❏❍ ❇ ●❘❏ ■❏ ❍❆❉ ❙❏ ❑▲❏❍❆ ■❙ ❄❋ ●❍❘ ●❑❏▼ ❄❏ ❍ ❇ ●▼❆❍❘❘ ❏ ❋ ●❍ ❄■❆❇▲❏❋❏ ❑

❙ ●❍ ❈ ●■ ●❇❏❆❉ ❏❍ ❯❏❋❱❊ ❏❍ ❲❄■❆ ❏▼ ❲●❊ ❅❏ ❯❏❋❏❍❘❏❍ ❆❍❆❳ ❖▼❏ ■❏❨❏ ❑ ▲❏❍ ❇❏ ■❏ ❙

❉ ●❋❏ ▲❏ ❩❏❚❆ ❬ ❄▼❏❙ ❙❏ ▲ ❖◆P ❇ ●❚❏❘❏❆ ❄ ❑❄❇❏❍ ◆■■❏▼❭ ▲❆❙❏❍❏ ▲❏ ■❏ ❙

❋ ●❊ ❅❏ ■❏❍❏❍ ▲❏❉❨❏▼❍ ❈❏ ❩❏❚❆ ❙ ●❍ ❅●■❏ ❇❉ ❏❍ ❑ ●❍ ❑❏❍❘ ❉ ●▼❆ ▲❄❋ ❏❍ ❚ ●❊ ❍ ●❘❏❊ ❏

❈❏❍❘❚❏❆❉❳

❃❏ ▲❏❉ ●❇ ●❙❋❏ ❑❏❍❆ ❍❆❋ ●❍ ❄■❆ ❇❙ ●❍❘❏ ❙❚❆ ■❅❄▲❄■ ❪

✾✿ ❂✼❀ ✼❀ ❫✼❴✼❀ ✻✿✽✼❵✼❀✼❀ ✾✼❀ ❁✼❀ ❴✼✿ ❂✼❵ ❴✼❛✼❜

❜ ✿ ❀❝❀ ❁✻ ✼✽✻ ✼❀ ✻✿✽✼ ❵✼❀ ✼❀ ✾✼❀ ❁✼❀ ❴✼❀ ❁❝ ❞❝ ❜ ✿❛✼ ❛❡❝

✾❂❢ ❁❂✼❜ ✼✻❣❝ ❴✿ ❣ ✼ ❜ ✼❀ ❴❝❂❝ ✾✼❀ ❁✼❀ ❴❝ ✾❂❢ ❤

IN

I

✐✼❥✼ ❫✼❂✼ ✽

.

❖ ●▼ ❄❚ ❄❍❘❏❍ ▲❏ ■❏ ❙ ❑❏▼❏❋ ❋ ●❙❚ ●■❏ ❅❏❊ ❏❍ ❋ ●❍ ❄■❆ ❇ ❙ ●❙❆❍ ❑❏ ❙❏❏❦ ❏❋❏❚❆■❏ ▲❏ ■❏ ❙ ❋ ●❍ ❄■❆ ❇❏❍ ■❏❋❱❊ ❏❍ ❲ ❲❯ ❆❍❆ ❚ ●■❄❙ ❇ ●❙❋ ❄❊ ❍❏ ▲❏❍ ❙❏ ❇❆▼ ❚❏❍ ❈❏❉ ❉ ●❉ ❄❊ ❏❍❘❏❍❭ ❙❏❉ ❏ ▲❏❊ ❆ ❆ ❑ ❄ ❋ ●❍ ❄■❆ ❇ ❙●❙❆❍ ❑❏ ❇❏❊ ❏❍ ▲❏❍ ❉❊ ❆ ❑❆❉ ❍ ❈❏ ❇ ●❚❏❘❏❆❚❏▼❏❍❏❧❄❏❍▲❏ ■❏ ❙❋ ●❍ ❄■❆❇❏❍❚ ●❊ ❆❉ ❄❑❍ ❈❏❳ ❃ ●❍❄■❆ ❇ ❚ ❏❍ ❈❏❉ ❇ ●❉❏ ■❆ ❙ ●❍ ▲❏❋❏ ❑ ❚❏❍ ❑ ❄❏❍ ▲❏❊ ❆ ❚ ●❊ ❚❏❘❏❆ ❋❆▼❏❉ ▲❏❍ ❙ ●❙❚ ●❊ ❆ ❚❆ ❙❚❆❍❘❏❍❭ ▲❱❊❱❍❘ ❏❍ ▲❏❍ ❇ ●❘❏ ■❏ ❦❏ ❇❆ ■❆❑❏ ❇ ❈❏❍❘ ❚ ●❊ ❙❏❍❦ ❏❏ ❑❳ ♠❍ ❑ ❄❉ ❆ ❑ ❄ ▲❏ ■❏ ❙ ❉ ●❇●❙❋❏ ❑❏❍ ❈❏❍ ❘ ❚ ●❊▼❏❊ ❘❏ ❆❍❆ ▲●❍❘❏❍ ❇ ●❘❏ ■❏ ❉ ●❊ ●❍ ▲❏▼❏❍ ▼❏ ❑❆ ❋ ●❍❄■❆ ❇❆❍❘❆❍ ❙●❍❈❏ ❙❋❏❆❉ ❏ ❍ ❑ ●❊❆❙❏ ❉ ❏ ❇❆▼ ❈❏ ❍❘ ❇ ●❚ ●❇❏❊ ♥ ❚ ●❇❏❊ ❍ ❈❏❉ ●❋❏ ▲❏ ❪

♦❳ ♣❏❋❏❉❃❊❱❦❳q❊❳r ❬❃ ❏❋❏ ❇❆❇ ●■❏❉❄q ●❉ ❏❍st ❖t ❃♠❩t❲✉❬

✈❳ t ❚ ❄ ❩❆❏ ❲❏❊ ❍❆❏❨❏ ❑❆ ❖❳t❃❳❭ ❬❳❖❆❳ ❇●■❏❉ ❄ ❲●❑ ❄❏ ❃ ❊❱❘❊❏ ❙ ❖ ❑❄ ▲❆ t ■ ❙❄

❃●❙ ●❊ ❆❍ ❑❏▼ ❏❍ s❏❉❄■❑❏ ❇ t■❙ ❄ ❖❱❇❆❏ ■ ▲❏❍ t ■❙ ❄ ❃❱■❆ ❑❆❉ ♠❍❆ ✇ ●❊ ❇❆ ❑❏ ❇

❲ ❱❙❋ ❄❑●❊t❍ ▲❱❍ ●❇❆ ❏

①❳ t ❚ ❄ ◗ ❏ ❑❆❉ ②❱▼ ❙❏❨❏ ❑❆ ❖❳t ❃❳❭ ❖ ●■❏❉❄ ▲❱❇ ●❍ ❋ ●❙❚❆❙❚❆ ❍❘ ❚❏❘❆ ❋ ●❍ ❄■❆ ❇

▲❏ ■❏ ❙❋ ●❍ ❄■❆ ❇❏❍❯❏❋❱❊ ❏❍ ❲❲ ❯❆❍❆▲❏❍❖●❚ ❏❘❏❆▲❱❇ ●❍ ❨❏ ■❆❳

③❳ ❖ ●■❄❊ ❄▼ ❖ ❑❏❦ ❖❄❚❚❆▲❏❍❘ ❲●❋ ●❘❏❨❏❆ ❏❍ ▲❏❍ ♠❙ ❄❙ ♣❏ ▲❏❍ ❲●❑❏▼❏❍❏❍

❃ ❏❍❘❏❍ q ❏ ●❊ ❏▼ ❃❊❱✇❆ ❍❇❆ r ❏❨❏ ♣❏❊❏ ❑ ❈❏❍❘ ❇❄▲❏▼ ❙●❙❚❏❍ ❑ ❄ ❇❏ ❈❏

▲❏ ■❏ ❙❋ ●❍❘❏ ❙❚❆ ■❏❍ ▲❏ ❑❏❳


(4)

⑤ ⑤⑤

⑥⑦ ⑧⑨⑩ ❶❷❸ ❹⑨⑩❶❷❺⑨ ❻⑨❼ ❽ ❾❶❷❿❶❷➀❼ ➁➂➃➄ ➅⑩❾➀⑨⑩ ⑨❼ ➃ ❷❹❶➆ ❶❷❶❷❿➇ ❶❹ ❶❷➈➉ ➉➊

➊ ⑦ ➋⑨⑩❾❶ ❻➃ ➆ ❶➇ ➌ ❶❷❿ ❹⑨ ➅❶➆ ⑩ ⑨⑩ ➍⑨❼ ➃ ➇ ❶❷ ➂ ❾➇ ❾❷❿❶❷ ➂❶❷ ➍❶❷❹ ❾❶❷ ➍❶❿➃

❻⑨❷❾ ➅➃ ❺➂ ❶➅ ❶⑩❻⑨ ❷❾➅➃ ❺ ❶❷➎ ❶❻➁❼ ❶❷➏ ➏➎

➃ ❷➃ ⑦

➐ ➇➆➃❼ ➇❶❹ ❶ ❻⑨❷ ❾➅➃ ❺ ➍⑨❼ ➆ ❶❼ ❶❻ ❻⑨ ❷➌❾❺ ❾❷❶ ❷ ➎ ❶❻➁❼ ❶❷ ➏ ➏➎ ➃ ❷➃ ➂ ❶❻❶❹

➍⑨❼ ⑩❶❷➑❶❶❹➍ ❶❿➃❺⑨⑩❾❶❻➃ ➆ ❶➇➌ ❶❷❿⑩ ⑨⑩ ⑨❼ ➅❾➇ ❶❷❷➌ ❶➒❶⑩ ➃ ❷⑦

➓❶❷➂ ❾❷❿➒➔➁→⑨⑩➍⑨❼➈ ➉➣➉


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

:PERANAN

BADAN

KETAHANAN

PANGAN

DALAM

MENINGKATKAN

KETAHANAN

PANGAN DAN GIZI MELALUI PROGRAM AKSI

DESA MANDIRI PANGAN DI PROVINSI JAWA

BARAT

Nama

:

HERI NUGRAHA

NIM

:

41707023

Menyetujui,

Pembimbing,

TATIK ROHMAWATI. S.IP.

NIP. 4127.3531.007

Bandung, November 2010

Mahasiswa,

HERI NUGRAHA

NIM. 41707023

Disahkan Oleh,

Instansi Tempat KKL

An. Kepala Badan Ketahanan

Pangan Daerah Provinsi

Jawa Barat

Dra. Evi Saftiati

NIP. 195510101986111001

Ketua Program Studi Ilmu

Pemerintahan FISIP UNIKOM

Nia Karniawati, S.IP.,M.Si

NIP. 4127.3531.002


(6)

↔↕ ➙➛➜➛➝ ➞↕ ➟➠➡➡➢

NU

➤↕ ➥

.

↕➟ ➢

N

➝↕ ➝➛➥➟↕↔↕

➧➨➩➨ ➫➭➯➲ ➳➧ ➵➸➲ ➨ ➺➨

➻➯➩ ➼➨➽

,

➻ ➨➾➸➸➨➚ ➪➨➺➳➲ ➫➶➵➹➨➾➸

,

➘➴

A

➸➵ ➷➽ ➵ ➷➴ ➬➮➬ ➶➽ ➨➽ ➵➷➱ ➯➲ ✃➨ ❐➳➾➨➾ ➫

B

➯➚➵➩❒➨ ❐➳➾

A

➚ ➨➩➨➽➪➯➾ ➸ ✃➨➼

➫❮➚ ➾

.

➻➵➹➨➸➵ ➷❰ ➷➩➨➳ ➚ Ï➨➚➨➩➧Ð

.

➮Ñ➻

0

Ò ÑÓ

0

➬➹➨➾Ô➵➾➸

➧➨➩➨

A

Õ➨➺

➫ ➻➨➲ ➷➵➩

➱➯ ✃➯➲ Ö➨➨➾

A

Õ➨➺ ➫➱ ➯➸➨ ❐➨➳➧ ➯➸➯➲➳➶➳➼➳➚

➧➨➩➨ ❰➹ ➵ ➫❒➵ ➷➩➨➲ ➳➨➩➷➳➺

➱➯ ✃➯➲ Ö➨➨➾❰➹➵ ➫➱ ➯➸➨ ❐➨➳➧ ➯➸➯➲➳➶➳➼➳➚

A

➚ ➨➩➨➽➪➯➾ ➸ ✃➨➼×➲ ➨➾➸➻➵➨

➫➱ ➨➸Ð➾Ñ➻ Ø➮ÑÓ

03

❒➯Ù➨➩ ➨➽ ➨➾➱ ➵➲ ❐➨Ô➨Ô➳

❒➨➹➵➼➨➽➯ ➾➶➵➹➨➾➸

➭Ð➹➹Õ

➫×➚➨➺➲ ➨➸➨

2.

➡➢

N

➟↕ ➟↕Ú➛

N

Û

O

↔Ü➛ ➤

Ý

.

➴ ➶Ï➧➯➸ ➯➲ ➳❒➨➚➳➩ ➯ ✃➨➲➴ ➱ ➨➸Ð➾ ➫➴ ➬➬Þ

- 2001

2.2

➶ ß➱➧➯➸➯➲ ➳

1

➱ ➵➲ ❐➨Ô ➨Ô➳ ➫Ý ØØ➴ àÝ ØØá

Ý

.

➘ ➶ ßâ➧➯➸➯➲ ➳Ý➶➵➹➨➾➸ ➫Ý ØØáàÝ ØØÒ

2.4

➶➯Ô➨➾➸ ➩ ➯➚➨➾Ö ➵➽ ✃➨➾ ➶➽➵Ô➳

(

1)

❮➵➲ ➵ ➷➨➾ ❰➚➩ ➵ ➱ ➯➩ ➯➲➳ ➾➽➨➺➨➾

ã➾➳ ✃Ð➩

B

➨➾Ô➵➾➸

,

➧Ðä➯➩➹ ➯➲

2010