Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Siswa/Siswi SMP Negeri 181 Jakarta)

MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Kasus Siswa/siswi SMP Negeri 181 Jakarta Pusat)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i)

Oleh:
Muhammad Nur Ihsan
109011000246

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIEF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1437 H

ABSTRAK


Muhammad Nur Ihsan
109011000246
(Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam)
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motivasi
belajar pendidikan agama Islam di kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta. Metode penelitian yang
digunakan adalah dengan metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan sebuah fenomena di
lapangan dengan pendekatan analisis data.
Instrumen dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner (angket) dan wawancara
sebagai sumber datanya. Dan sampel yang digunakan dalam penelitian menggunakan sistematic
random sampling, yang mana pengambilan sampelnya diambil secara acak dan sesuai urutan, bisa
dengan urutan ganjil atau genap. Kemudian setelah mendapatkan jawaban dari data sampel, maka
dilakukanlah analisa data yang merupakan bagian penting dalam mengkonversi jawaban dari
penelitian.
Dalam hasil analisa data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar yang dimiliki
oleh siswa sangat positif, atau cenderung tinggi pada pelajaran pendidikan agama Islam. Selain itu,
guru juga sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam menggambarkan gejalagejala yang timbul dari motivasi siswa, dan siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dalam
kelas dengan sangat baik pada pelajaran pendidikan agama Islam.

ii


ABSTRACT

Muhammad Nur Ihsan
109011000246
(Student Motivation in Islamic Religious Education Lessons)
The aim of this study was to determine how to learning motivation of Islamic religious
education in class VII SMP Negeri 181 Jakarta. The method used is descriptive method namely the
method of describing a phenomenon in the field of data analysis approach.
Instruments in this research is by using a questionnaire (questionnaire) and interview as data
sources. And samples used in the study using systematic random sampling, in which the sample
collection is taken at random and the order, the order can be odd or even. Then after getting an answer
from the sample data, we perform the analysis is an important part in converting answer from
research.
In the data analysis, it can be concluded that the motivation to learn owned by students is very
positive. Or likely to be high on Islamic religious education lessons. In addition, teachers also have
the knowledge and experience sufficient in the describing the symptoms that arise from the
motivation of students, and students can follow the process of teaching and learning in the classroom
with an excellent on Islamic religious education lessons.

iii


KATA PENGANTAR

Dengan senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt berkat rahmat dan
hidayah—Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan dalam menempuh
ujian Sarjana Pendidikan Agama Islam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
pimpinan umat, Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dan dapat terselesaikan melalui bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan
dan sumbangan pikiran demi terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Thib Raya, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan
Ibu Hj. Marhamah Saleh. Lc, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Masan. A.F, Selaku Penasihat Akademik yang telah membantu penulis baik
berupa motivasi dan arahan dalam perkuliahan.
4. Ibu Heny Narendrani Hidayati, M.Pd, pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berarti bagi terselesaikannya

skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu yang bermanfaat
kepada penulis selama masa perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Bambang Tajudin selaku Kepala Sekolah, Ibu Muzaiyamah Nurdin selaku
Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), staff Tata Usaha, Dewan Guru
dan siswa kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta Pusat yang telah banyak membantu
memberikan informasi berguna kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
7. Ayah dan Ibu Tercinta (Suyanto dan Sumarni) yang dengan tulus ikhlas mengajarkan,
mendidik, merawat penulis haturkan banyak terima kasih sedalam-dalamnya, karena
jasa mereka tidak akan dapat penulis balas sampai kapanpun.

8. Kakak dan Adik-adik penulis, Mas Ahmad Fauzi, Arief Musthofa, Muhammad Irfan
Maksum, Muhammad Kafa Bihi, Atina Rahma, Muhammad Kaffin Rabbani, dan
Muhammad Nabiel yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan canda dan tawa.
9. Sahabat penulis Itang Irman Darmawan, Budi dan Dwi Puspita Wati terima kasih atas
semua bantuan, kritik, saran, dan segala yang telah diberikan kepada penulis. Semoga
persahabatan kita akan terjalin sampai akhir hayat. Amin.
10. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam, khususnya kelas F,

Ahmad Hulaifi, Adnan Firdaus, Ajiiz Januardi, Sayyidah, Arya, Muhammad,
Mohammed, Ali Sahin, Abdul Ajiz, Malih, Suci Nurpratiwi, Miftahul Huda, Ulva. R,
Ulfa Iwanda, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan semuanya yang telah
banyak membatu penulis selama belajar di bangku kuliah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Canda tawa kita akan menjadi kenangan yang abadi untuk selamanya. Dan
rekan-rekan seperjuangan sidang Munaqosah, Ajiiz Januardi, Sayyidah, Sandi, dan
Shihab, akhirnya kita merasakan sidang munaqasah yang penuh dengan rasa haru dan
penuh perjuangan.
11. Semua rekan yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini yang
belum dapat disebutkan diatas.
Semoga segala usaha, bantuan dan amal bakti yang tulus ikhlas dari semua pihak
menjadi amal shaleh dan mendapat balasan dari Allah swt. Amin
Akhirnya harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan dapat memberikan perbaikan pada dunia Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 26 Juli 2016

Muhammad Nur Ihsan

iv


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI .............................................i
ABSTRACT .......................................................................................................ii
ABSTRAK .........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................vii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...............................................................
C. Batasan Masalah......................................................................
D. Rumusan Masalah...................................................................
E. Tujuan Penelitian...................................................................

F. Manfaat Penelitian.................................................................

BAB II

5
5
5
5
5

KAJIAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar.............................................
2. Strategi Membangun Motivasi.........................................
3. Teori Motivasi...................................................................
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar......
B. Belajar
1. Makna Belajar...................................................................
2. Tujuan Belajar..................................................................
3. Teori Tentang Belajar.......................................................

C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam...............................
2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam..................

7
10
16
17
18
22
24
27
29

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam...................................... 32
D. Motivasi Belajar PAI.............................................................. 33
E. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................. 34
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................
B. Metode Penelitian.................................................................
C. Teknik Pengumpulan Data...................................................
D. Teknik Pengolahan Data......................................................
E. Teknik Analisis Data...........................................................

BAB IV

35
36
36
39
39

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Kondisi Sekolah....................... 41
B. Analisa Data......................................................................... 46
C. Interpretasi Data................................................................... 55

BAB V


KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................... 60
B. Saran..................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 61
LAMPIRAN

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi angket tanggapan siswa terhadap motivasi belajar pada pelajaran
PAI..................................................................................................................40
Tabel 2 Luas Tanah sekolah .........................................................................................41
Tabel 3 Kondisi bangunan serta ruangan ......................................................................41
Tabel 4 Nama guru SMP Negeri 181 ............................................................................44
Tabel 5 Keadaan siswa SMP Negeri 181 ......................................................................45
Tabel 6 Pakaian Seragam ..............................................................................................45
Tabel 7 Kegiatan Ekstrakulikuler ..................................................................................46

Tabel 8 Saya bersemangat mempelajari pendidikan agama Islam ................................46
Tabel 9 Saya tertarik untuk mendalami lebih lanjut pelajaran pendidikan agama Islam
dengan banyak membaca buku yang berkaitan dengan ajaran-ajaran agama
Islam.................................................................................................................47
Tabel 10 Saya merasa bosan mendengarkan penjelasan guru tentang pelajaran
pendidikan agama Islam...................................................................................47
Tabel 11 Saya merasa sulit untuk mempelajari pelajaran pendidikan agama Islam.......47
Tabel 12 Saya bertanya kepada guru tentang materi pelajaran penidikan agama Islam
yang sulit dimengerti .......................................................................................48
Tabel 13 Guru memuji saya ketika saya mendapatkan nilai yang tinggi .......................48
Tabel 14 Saya kurang memahami beberapa materi yang ada di mata pelajaran pendidikan
agama Islam .....................................................................................................48
Tabel 15 Saya sangat senang menulis huruf-huruf Al-Qur’an yang ada di buku pelajaran
pendidikan agama Islam ..................................................................................49
Tabel 16 Saya kurang bersemangat untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang ada di
buku pelajaran pendidikan agama Islam ..........................................................49
Tabel 17 Saya mempelajari kembali pelajaran pendidikan agama Islam di rumah .......50

vii

Tabel 18 Saya bertanya kepada orang tua tentang pelajaran pendidikan agama Islam yang
Belum saya mengerti di rumah ........................................................................50
Tabel 19 Saya bertanya kepada teman yang lebih mengerti tentang pelajaran pendidikan
agama Islam yang belum saya pahami .............................................................50
Tabel 20 Saya banyak mendapatkan ilmu tentang pendidikan agama Islam di luar
sekolah ..............................................................................................................51
Tabel 21 Saya mendapat nilai ujian di atas KKM ...........................................................51
Tabel 22 Saya merasa belum siap untuk mengikuti ujian mata pelajaran pendidikan
agama Islam ......................................................................................................51
Tabel 23 Saya dapat mengerjakan tugas materi pendidikan agama Islam dengan tepat
waktu ................................................................................................................52
Tabel 24 Saya mencontek tugas materi pendidikan agama Islam dari teman ................52
Tabel 25 Saya Mengerjakan tugas materi pendidikan agama Islam dengan baik...........52
Tabel 26 Saya berusaha belajar sungguh-sungguh untuk memperbaiki hasil ujian ....... 53
Tabel 27 Saya malas membaca buku pelajaran pendidikan agama Islam .......................53
Tabel 28 Teman memuji saya ketika mendapat nilai yang baik ......................................54
Tabel 29 Orang tua saya menasihati saya ketika mendapat nilai yang rendah ................54
Tabel 30 Orang tua memuji saya ketika mendapatkan nilai ujian yang baik....................54
Tabel 31 Guru membantu membimbing saya ketika mendapatkan nilai rendah .............55
Tabel 32 Teman-teman mengajak saya untuk belajar bersama ketika usai sekolah ........55

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin penelitian
2. Surat bimbingan skripsi
3. Angket motivasi belajar
4. Pedoman wawancara
5. Surat pernyataan penelitian

vii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tampaknya sulit dibantah bahwa pada zaman seperti sekarang ini
kemampuan manusia belajar telah berkembang dengan cepat. Melalui dukungan
teknologi, mekanisme pembelajaran di sekolah telah membantu dalam
mempercepat daya nalar peserta didik. Karena itu, menurut James Mangan sangat
tidak realistis untuk mengharapkan bahwa manusia dalam waktu puluhan tahun
mendatang

akan

mempertahankan

diri

dalam

tradisi

pengajaran

yang

konvensional. Model pengajaran konvensional meski berguna, namun sangat
lamban dalam mengantisipasi dampak perubahan sosial.1 Hal ini menuntut
partisipasi agama dalam menemukan corak kehidupan dan lingkungan yang
menjamin terwujudnya ketertiban sosial.
Oleh karena itu, pendidikan Islam tak bisa dipandang sebelah mata dan
dianggap peranannya tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap pola
kehidupan masyarakat saat ini. Dimulai dari generasi terpelajar, harus ditanamkan
pentingnya pendidikan dan agama yang selama ini dipegang seutuhnya oleh
peserta didik.
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua
tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa
depan.2
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah penting dipelajari oleh
semua orang Islam tanpa terkecuali, karena di dalam pelajaran ini semua
diterangkan batasan-batasan seorang manusia dalam melaksanakan kehidupannya.

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), cet. 5,
h. 112-113
2
Trianto, Mendesain Model, Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: kencana Prenada
Group, 2009), h. 1.

1

2

Sebagaimana negara mengatur kehidupan masyarakatnya. Di negara terdapat
undang-undang yang mengatur kehidupan masyarakat begitupun dengan agama
Islam yang mengatur semua kehidupan manusia. Karena berdirinya negara yang
kokoh dikarenakan aturannya ditaati oleh setiap masyarakatnya kemudian
kaitannya negara dengan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah etika dan
moral yang ada di dalam negara itu semua dipelajari di pendidikan agama Islam.
Nabi Muhammad Saw yang pertama kali mengajarkan kepada umat manusia
tentang etika dan moral baik, atau disebut juga akhlakul karimah. Karena itu
adalah salah satu misi beliau di turunkan ke muka bumi ini untuk membenarkan
akhlak manusia.
Pentingnya pembelajaran pendidikan agama Islam di setiap sekolah
menuntut seorang guru harus bisa membuat siswa merasa nyaman dan tidak jenuh
dengan pembelajaran pendidikan agama Islam yang disampaikan, salah satu cara
untuk membuat siswa merasa nyaman adalah penyampaian seorang guru atau
metode yang diberikan kepada siswa bervariasi. Kurikulum Pendidikan Agama
harus menjadi prioritas dalam meningkatkan mutu peserta didik. Guru sebagai
bagian dari sistem sekolah, dituntut memberikan pengajaran yang kreatif pada
proses pembelajaran dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. Tidak hanya
terpaku pada metode ceramah saja, banyak metode yang dapat dipraktikkan,
sehingga peserta didik mendapatkan ilmu pengetahuan yang mudah dimengerti
sekaligus suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini sangat penting diperhatikan
bagi semua guru pendidikan agama Islam di sekolah, karena pendidikan agama
Islam menjadi pondasi utama seluruh aspek bidang ilmu pengetahuan yang
dimiliki peserta didik.
Untuk dapat memahami semua pelajaran yang ada, terutama pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam, tentu ada proses yang dialami. Proses tersebut dapat
berlangsung cepat atau lambat bergantung pada pola pikir peserta didik yang
timbul melalui belajar. Jadi, proses belajar mutlak sepenuhnya ada dalam diri
manusia.
Jika melihat pada contoh diatas, peserta didik yang tidak dalam proses
belajar yang sempurna, perlu adanya perubahan suasana yang timbul dalam proses

3

tersebut. Salah satunya dengan membangun motivasi dalam belajar kepada
peserta didik yang kurang ditumbuhkan. Pengaruh motivasi sangatlah kuat untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan pada proses belajar. Dengan memiliki
motivasi, semua aktivitas belajar menjadi terarah, sehingga tidak mengalami
kekacauan pada saat menerima pengajaran dari guru.
Dalam membangun motivasi ini tentu tidaklah mudah. Penyebabnya ada
beberapa faktor yang menjadikan timbulnya motivasi pada peserta didik. Ada dua
faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal, merupakan motivasi yang dibangun atas dorongan dari peserta
didik itu sendiri. Misalnya ketika bel berbunyi untuk kembali masuk ke dalam
kelas setelah keluar istirahat, siswa yang berlari menuju ruang kelas berarti siswa
tersebut mempunyai semangat untuk memulai belajar. Faktor eksternal yang
utama adalah keluarga dan lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun
di sekolah. Keluarga yaitu khususnya orang tua yang mempunyai hak penuh
sebagai pendidik di rumah. Untuk menciptakan motivasi, orang tua perlu
mendidik anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang serta memberi perhatian
yang lebih terhadap pendidikannya. Kondisi ekonomi rumah tangga yang stabil
juga sangat diperlukan, yang harus menjadi pegangan bagi para orang tua. Agar
anak-anak tidak memiliki hambatan dalam aktivitas belajarnya di sekolah. Faktorfaktor motivasi yang telah disebutkan di atas, yakni faktor internal dan eksternal
adalah sebagai dasar untuk mengidentifikasi adanya gejala psikologis yang
dialami oleh peserta didik dalam proses belajarnya.
Oleh karena itu, orang tua dan guru juga menjadi komponen penting dalam
membentuk peserta didik memiliki motivasi ekstrinsiknya dalam belajar. Orang
tua juga bisa bekerja sama dengan guru untuk memberikan arahan yang tepat pada
perkembangan dan potensi yang dimiliki peserta didik. Mengenali serta menggali
kemampuan anak dengan menggunakan pendekatan persuasif, memahami
karakter anak yang dinamis, dan menjaga anak dari pergaulan bebas adalah tugas
bersama dalam membina peserta didik mendapatkan keutuhan motivasinya yang
kemudian berujung pada hasil positif yang diraih.

4

Dalam memotivasi siswa, memang terlihat sulit untuk dilakukan secara
instant. Siswa dapat termotivasi untuk belajar lebih baik, karena adanya pengaruh
yang sangat kuat di dalam dirinya maupun pengaruh yang diciptakan di
sekitarnya. Jika ditelaah lebih lanjut, motivasi sebagai corong utama yang mampu
mengubah peserta didik secara psikologis dan juga dapat merubah pola pikir yang
ada pada diri peserta didik, tentu harus dapat diidentifikasi penyebab timbulnya
motivasi tersebut tidak muncul.
Menurut penuturan yang diungkapkan oleh guru yang mengajar pendidikan
agama Islam di sekolah SMP Negeri 181, yakni Ibu Hj. Muzaiyamah Nurdin,
M.Pd dikatakan bahwa saat ini siswa mengalami kemunduran yang sangat
signifikan dalam belajar agama Islam, kemunduran tersebut dikarenakan
pendidikan yang diterapkan orang tuanya ketika di rumah yang kurang
mengenalkan nilai-nilai atau ajaran Islam yang terabaikan. Padahal sejak dini,
orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mengenalkan tentang agama dalam
mendidik mereka.3
Pernyataan tersebut telah terbukti ketika penulis diminta oleh beliau untuk
mengisi jam pelajaran yang kosong, untuk membimbing sebagian siswa salah satu
kelas VII dengan membaca Al-Qur’an secara perorangan. Setelah mendengarkan
satu per satu dari sebagian siswa tersebut untuk mengaji, penulis mendapatkan
siswa yang masih banyak belum bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidahkaidahnya, bahkan masih ada siswa yang menggunakan Iqra’. Tentu ini menjadi
salah satu indikasi kemunduran yang kini ada pada peserta didik. Mengaji tidak
lagi menjadi yang utama bagi para orang tua mereka, sedangkan kebutuhan dalam
menanamkan dasar-dasar agama pada anak sangatlah penting untuk segera
dilakukan.
Berdasarkan latar belakang yang diatas, maka penulis mencoba untuk
mendalami permasalahan tersebut pada skripsi ini dengan judul “Motivasi Belajar
Siswa pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 181 Jakarta”.

3

Hasil Wawancara dengan Hj. Muzaiyamah Nurdin pada tanggal 28 April 2016

5

B. Identifikasi Masalah
1. Kurangnya jam belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah.
2. Proses belajar yang menyenangkan belum tercipta pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam
3. Guru belum dapat memunculkan motivasi siswa pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan

identifikasi

masalah

yang

ada,

penulis

membatasi

permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah SMP Negeri 181 Jakarta
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
3. Motivasi yang diteliti adalah motivasi belajar siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar di kelas pada mata pelajaran pendidikan agama islam.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah
pada penelitian ini adalah “Bagaimana Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII di SMP Negeri 181 Jakarta?”.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah ” Untuk Mengetahui Bagaimana Motivasi Belajar Pendidikan Agama
Islam di Kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta”.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis berguna sebagai wacana untuk menambah khazanah
keilmuan khususnya tentang motivasi belajar.
2. Bagi siswa diharapkan untuk mencapai prestasi belajar yang optimal
khususnya dalam mengeembangkan potensi setiap peserta didik terutama
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

6

3. Sedikit banyaknya hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
dalam dunia pendidikan dan menjadi bahan pertimbangan serta sumber
data bagi guru PAI guna memperbaiki dan meningkatkan mutu
pendidikan dalam proses belajar mengajar.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
a. Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif merupakan daya
penggerak dari dalam untuk mencapai tujuan.1
Definisi motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. 2
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya
“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.3
Menurut Mulyasa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik
akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa
akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi. 4
Siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa
keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seseorang terkadang
adanya keinginan yang mengaktifkan, dan menggerakkan, menyalurkan dan
mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar.5
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang

1

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h.73
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 173
3
Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h.

2

73
4
5

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 112
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud, 2005), h. 80

7

8

dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar doronggan merupakan
kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan
dorongan. Dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.
b. Fungsi Motivasi
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para
siswa. Menurut Djamarah ada tiga fungsi motivasi:
1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai
pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik
ambil dalam rangka belajar.
2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan
sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak
terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

c. Jenis Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono, motivasi sebagai kekuatan mental individu
memiliki dua jenis tingkat kekuatan:
1) Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar,
motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
Dimyati mengutip pendapat Mc. Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari
pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai
kepuasan. Contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.
2) Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini dikaitkan
dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen

9

penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder
dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian
prestai belajar.

d. Sifat Motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa
tetapi juga berasal dari luar siswa. Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.
1) Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi yang timbul dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa
adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari buku
pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahui isi atau bahan berpa
pengetahuan yang ia dapatkan.
2) Motivasi Ekstrinsik
Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: seorang
siswa belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapat hukuman
dari guru.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam
proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat
belajar yang tinggi. Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi intrinsik
tanpa pengaruh orang lain. Ia termotivasi belajar dan sungguh-sungguh dengan
sendirinya.
Sebagai salah satu komponen pembelajaran yang terpenting, motivasi juga
merupakan salah satu yang paling sulit untuk diukur. Apa yang membuat siswa
ingin belajar, kesediaan mengarahkan upaya untuk belajar adalah produk dari
banyak faktor, yang berkisar dari kepribadian dan kemampuan guru hingga
karakteristik tugas pembelajaran tertentu, insentif untuk belajar, suasana dan
perilaku guru.

10

Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses internal yang
mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu
(Murphy dan Alexander, 2000; Pintrich, 2003; Schunk, 2000; Stipek, 2002).
Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan kita
berjalan, membuat kita tetap berjalan, dan menentukan ke mana kita berusaha
berjalan.6 Motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan prilaku tertentu
yang terarah kepada pencapaian satu tujuan tertentu.7
Motivasi berasal dari bahasa latin, movere yang berarti bergerak atau dalam
bahasa Inggris to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
organism yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor lain, baik faktor eksternal maupun
faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.8
2. Strategi Membangun Motivasi.
Dalam membangun motivasi, guru dapat menggunakan beberapa strategi,
yakni adalah sebagai berikut:
a.

Dukung Keberagaman Gaya Pembelajaran
Pola belajar anak sering merupakan hasil dari cara mereka diajar dan

lingkungan pembelajaran beserta etos sekolah. Bagi beberapa anak, pola ini
sangat memuaskan karena karena gaya dan preferensi mereka sesuai dengan
6

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan:Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Indeks, 2008),
cet. 2, h. 105-106
7
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2008),
cet. I, h. 228
8
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 75

11

yang ada di sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan gaya
pembelajaran adalah budaya, iklim sekolah, penghargaan guru dan orang
tua, gaya mengajar dan norma serta praktik di ruang kelas.. 9
b. Dorong Beraktifitas
Menarik untuk bercermin pada kenyataan bahwa banyak orang kreatif
hanya

dapat

mengendalikan

pembelajaran

meraka

sendiri

setelah

meninggalkan bangku pendidikan. Banyak orang gagal di sekolah, atau
sama sekali tidak bersinar. Keadaan ini terjadi karena sistem ujian sering
tidak mendukung kreatifitas.
c.

Pastikan Kesuksesan Dengan Langkah-Langkah Kecil Prestasi
Kesuksesan merupakan faktor sangat penting untuk motivasi dan

untuk pembelajaran yang sukses tugas guru ialah meyakinkan bahwa
pembelajaran meraih kesuksesan. Jika kesuksesan tidak terbukti maka tugas
harus dibeda-bedakan.10
d. Beri Umpan Balik kepada Kemajuan Pribadi Mereka Sendiri
Kemajuan (progress) merupakan hal yang sangat pribadi. Penting
untuk diketahui bahwa kritertia kemajuan tidak dapat di generalisir, namun
harus bersifat individu. Setelah diputuskan mengenai apa unsur yang
membentuk kemajuan individu,

unsur ini harus didiskusikan dan

dinegosiasikan dengan mereka. Kemudian, sasaran pribadi dapat dibuat dan
kemajuan dengan mudah dapat di identifikasi. 11
e.

Pelajar Harus Percaya Pada Kepada Kemampuan Diri Mereka
Percaya diri menjadi penentu kesuksesan seseorang yang ingin meraih

tingkat kesuksesan dan mitivasi sebesar apapun, namun sering sistem
9

Hartati, Widiastuti, Memtovasi Siswa di Kelas: Gagasan Dan Strategi, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), cet. 1, h. 24.
10
Hartati, Widiastuti, Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), cet. 1, h. 25.
11
Ibid...h. 26

12

pendidikan dirancang untuk sekedar mampu memilih dan menilai. Faktor
sistem ini benar-benar dapat menghapuskan unsur percaya diri yang
manapun, sehingga penting untuk mengenali dan mengakui pencapaian
prestasi apapun, tidak masalah meskipun hanya kecil prestasi tersebut
dimata orang lain.12
f.

Akui Gaya Individual Anak-Anak
Pengakuan ini sangat penting meskioun banyak kesulitan di ruang

kelas yang inklusif saat ini. Jika pembelajar dibuat sadar akan gaya
belajarnya, maka gaya belajar ini membantunya belajar secara mandiri di
rumah dan di luar sekolah.
g.

Pastikan Bahwa Tugas Berkaitan Dengan Usia Dan Minat
Terlalu mudah terutama bagi pelajar yang mengalami kesulitan

membaca, untuk menyediakan buku pelajan yang sesuai dengan level
pembaca meraka, namun tidak sesuai dengan level ketertarikan mereka.13
h. Gunakan Pengamatan Untuk Memulai Mengetahui Preferensi
Anak Di Kelas Terhadap Pembelajaran Dan Lingkungan
Sebelum menyusun materi untuk kelas, penting kita mendapatkan
pengetahuan mengenai tiap-tiap individu di kelas. Salah satu cara paling
efektif untuk melakukannya adalah melalui pengamatan informal.
i.

Berfokuslah Pada Tugas Dan Kurikulum
Penting kita jangan terlalu terfokus pada pelajaran, sifat tugas dan

sasaran kurikulum harus direvisi dan revisi ini dapat perbedaan jelas antara
kesuksesan dan kegagalan.14

12

Ibid...
Hartati, Widiastuti, Memtovasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), cet. 1, h. 27
14
Ibid....h. 28.
13

13

j.

Gunakan Beragam Gaya Belajar Untuk Pelajaran Di Kelas
Salah satu tanda pelajaran yang telah dipersiapkan dengan baik adalah

seberapa baik pelajaran ini memanfaatkan beragam gaya pembelajaranya.
Masing-masing pelajaran secara keseluruhan harus memiliki unsur
pendengaran, penglihatan, sentuhan dan gerakan.15
k. Pastikan Pelajarannya Bermakna
Pernyataan ini tampak jelas, tetapi merupakan kesalahan umum untuk
berasumsi bahwa anak memiliki level dasar pemahan untuk mendapatkan
manfaat maksimal dari pelajaran. Penting untuk mengecek level
pemahaman dan oengetahuan konsep kunci yang termasuk kedalam
pembelajaran. Hanya jika anak memiliki level konsep demimikian pelajaran
akan bermakna.
l.

Minimalkan Tekanan
Beberapa anak membutuhkan tekanan agar termotivasi. Misalnya,

tenggat waktu dan persaingan. Akan tetapi, tekanan ini harus digunakan
dengan hati-hati, terlalu banyak tekanan akan berakibat pada sangat
berkurangnya motivasi karena siswa tidak melihat sasaran itu dapat diraih.
m. Kerja Kelompok
Kerja kelompok dapat menjadi motivator hebat, tetapi pada saat yang
sama penting pula untuk memastikan bahwa dinamika kelompok
memberikan pengalaman positif bagi semuanya. Sangat mudah bagi satu
atau kebih anak menjadi penumpang dan merasa tertinggal.16

15
16

Ibid...
Ibid, h. 29.

14

n.

Penilaian Diri
Penilaian ini penting karena membantu anak mengendalikan

pembelajaran mereka sendiri. Mereka harus didorong untuk menilai
kemajuan mereka sendiri dan dorongan ini dapat menjadi motivator.
o.

Tunjukan Kemajuan
Penting agar siswa dapat mengenali kemajuan. Beberapa pelajar sulit

mengenalinya dan kemajuan harus diperlihatkan kepada pelajar.
p. Hindari Potensi Stigma
Sangat penting bahwa jika pelajar mengalami kesulitan apapun, ia
jangan ditunjuk untuk menjawab, bahkan dalam cara yang positif, sama
sekali jangan dilakukan. Beberapa kesulitan mengharuskan siswa menerima
waktu tambahan atau perlengkapan khusus dan penting bahwa semua itu
dipersiapkan tanpa membuat mereka malu. 17
q. Kembangkan Tanggung Jawab Siswa
Kunci pembelajaran yang sukses adalah otonomi siswa. Otonomi ini
penting karena memberi pelajar pengendalian terhadap pembelajaran
meraka sendiri. Pengendalian inilah yang memupuk tanggung jawab dan
memungkinkan siswa berpindah dari motivasi ekstrinsik ke motivasi
intrinsik.
r.

Dukunglah Pilihan Siswa
Dukungan terhadap pilihan siswa merupakan bagian dari perencanaan

untuk memberi pelajar pengendalian dan kemandirian pelajar pilihan itu
sendiri dapat memupuk kemandirian dan tanggung jawab.18

17
18

Ibid., h. 29.
Ibid.,h. 30

15

s.

Beri Siswa Tanggung Jawab atas Pembelajaran Meraka Sendiri
Inilah apa yang menjadi sasaran untuk mengembangkan pembelajaran

yang efektif. Gagasan pentingnya adalah pembelajaran efektif merupakan
proses bertahap dan membutuhkan waktu untuk meraihnya.
t.

Berfokuslah Pada Pembelajaran dan Sekaligus Pelajaran
Guru menghabiskan banyak waktu merencanakan pembelajaran dan

memastikan bahwa program mengajar telah disusun dengan baik. Namun,
penting untuk tetap berfokus pada pembelajaran anak dan sekaligus pada
pengajaran.
u. Libatkan Kelas Dalam Pengambilan Keputusan
Motivasi anak secara siknifikan akan meningkat jika meraka memiliki
kesempatan dilibatkan ke dalam pengambilan keputusan.19
v.

Rayakan Kesuksesan
Anak suka merayakan kesuksesan dan sering mengembangkan ritual

serta gaya mereka sendiri, yang dapat mengembangkan spirit tim dan
meningkatkan motivasi kelompok.
w. Gunakan Umpan Balik Positif
Umpan balik dapat menjadi umpan balik yang secara murni bersifat
informasi

tentang

kinerja

seseorang.

Tetapi

jika

informasi

mengkomunikasikan ujian karena kualitas kerja. Maka umpan balik verbal
dapat meningkatkan motivasi intriksik

19

Ibid., h. 31.

16

x.

Doronglah Evaluasi Diri
Idealnya evaluasi diri harus dilakukan sebanyak mungkin. Evaluasi ini

dapat meminimalkan kebutuhan akan persetujuan guru. Sering siswa
bergantung pada persetujuan guru dan evaluasi diri ini pada hakikatnya
merupakan bentuk pengahargaan ekstrinsik.20
3. Teori Motivasi
Motivasi dalam perspektif psikologi dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang yang berbeda. Dalam tulisan ini akan dibahas motivasi menurut
perspektif behavioral, kognitif maupun humanis:
a.

Motivasi dalam Perspektif Behavioral
Dalam perspektif behavioral motivasi ditekankan pada imbalan dan

hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
b. Motivasi dalam Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi
mereka. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penetapan
tujuan, tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan suatu tujuan (Schunk
dan Zimmerman, 2001).21
c.

Motivasi dalam Perspektif Humanis
Dalam perspektif humanis, motivasi ditekankan pada kapasitas siswa

untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih. Salah satu
tokoh yang terkenal adalah Abraham Maslow dengan teori kebutuhan
dasarnya (hierarchy of needs). Menurut Maslow, kebutuhan dasar harus
dipenuhi dahulu sebelum memuaskan atau memenuhi kebutuhan yang lebih

20

Ibid...h. 32
Fadhilah Suralaga, Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), cet. 1, h. 102
21

17

tinggi. Misalnya: siswa harus memuaskan dulu kebutuhan makan sebelum
mereka dapat berprestasi.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Max Darsono, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar antara lain:
a.

Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita disebut juga aspirasi, yaitu suatu target yang ingin dicapai.

Penantuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan
sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung
makna bagi seseorang (Winkel, 1989).22
b. Kemampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini
meliputi bebrapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya
pengamatan, ingatan, daya pikir dan fantasi.23
c.

Kondisi Siswa
Siswa adalah makhluk hidup yang terdiri dari kesatuan psikofisik.

Jadi, kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan
dengan kondisi fisik dan psikologis.
d. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri
siswa. Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada
umumnya ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang

22
23

Ibid,. h. 104
Ibid., h. 105

18

menyenangkan, dan menampilkan diri secara menarik dalam rangka
membantu siswa termotivasi dalam belajar.
e.

Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang

keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, lemah
dan bahkan hilang sama sekali, khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya
kondisional. Misalnya keadaan emosional siswa, gairah belajar dan situasi
dalam keluarga.
f.

Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud adalah disini adalah bagaimana guru

mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan diri
dalam membelajarkan.24

B. Belajar
1. Makna Belajar
Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang
belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a change in
behavior as a result of experience”.
b. Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
c. Geoch, mengatakan: “Learning is a change in performance as a result of
practice”.

24

Fadhilah Suralaga, Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), cet. I, h. 106

19

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi bersifat verbalistik.25
Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan
cukup banyak, baik dilihat secara mikro maupun makro, dilihat dalam arti luas
maupun terbatas atau khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan
sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.
Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usahapenguasaan
materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar
adalah “penambahan pengetahuan”. Definisi atau konsep ini dalam praktek
banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan atau
menerimanya. Dalam kasus yang demikian, guru hanya berperan sebagai
“pengajar”. Sebagai konsekuensi dari pengertian yang terbatas ini, maka
kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu
menghafal. Hal ini terbukti, misalnya kalau siswa atau subjek belajar itu akan
ujian, mereka akan menghafal terlebih dahulu. Sudah barang tentu pengertian
seperti ini, secara esensial belum memadai.
Selanjutnya ada yang mendefinisikan “belajar adalah berubah”. Dalam hal
ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku.jadi belajar
akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan
itu tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian
diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi
seseorang. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar belajar itu sebagai
25

Sardiman , Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada
2006), h. 20

20

rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi
manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar itu pada
prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta
prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi
subjek didik. Teori semacam ini boleh jadi diterima, dengan suatu alasan bahwa
dari struktur kognitif itu dapat mempengaruhi perkembangan afeksi ataupun
penampilan seseorang. Dari konsep ini, pada perkembangan berikut akan
melahirkan teori belajar yang bertumpu pada konsep pembentukan super ego,
yakni suatu proses belajar melalui suatu peniruan, proses interaksi antara pribadi
seseorang dengan pihak lain. Misalnya seorang tokoh (super ego, menyangkut
dimensi sosial). Yang perlu ditegaskan adalah siapapun yang yang menjadi figur
untuk ditiru, bagi si peniru akan mendapatkan pengalaman yang berguna bagi
dirinya. Menurut konsep super ego, bagaimana seseorang belajar itu dapat
membina moralitas dirinya, yang mungkin melalui berinteraksi dengan pribadipribadi manusia yang lain.
Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi
antara diri manusia dengan lingkungannya, yang berwujud pribadi, fakta, konsep
ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu
adalah:
a. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.
b. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan.
Proses internalisasi dan dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera
perlu ada follow upnya yakni proses “sosialisasi”. Proses “sosialisasi” dalam hal
ini dimaksudkan mensosialisasikan atau menginteraksikan atau menularkan
kepada pihak lain. Dalam proses sosialisasi, karena berinteraksi dengan pihak lain
sudah barang tentu melahirkan suatu pengalaman. Dari pengalaman yang satu ke
pengalaman yang lain, akan menyebabkan proses perubahan pada diri seseorang.

21

Sudah dikatakan di muka bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Orang
yang tadinya tidak tahu setelah belajar menjadi tahu. Jelasnya, proses belajar
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku, dan terjadi karena hasil
pengalaman. Oleh karena itu, dapat dikatakan, terjadi proses belajar, apabila
seseorang menunjukkan “tingkah-laku yang berbeda”. Sebagai contoh, misalnya
orang yang belajar iru dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru
atau dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi
belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat abilitas
yang lain.
Mengenai perubahan status abilitas itu, menurut Bloom, meliputi tiga ranah
atau matra, yaitu matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing matra
atau domain ini dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of
competence). Rincian ini dapat disbutkan sebagai berikut:
a. Kognitif Domain
1) Knowledge (pengetahuan, ingatan)
2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas)
3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)
4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk hubungan
baru)
5) Evaluation (menilai)
6) Application (menerapkan)
b. Afektif Domain
1) Recieving (sikap menerima)
2) Responding (memberikan respon)
3) Valuing (nilai)
4) Organization (organisasi)
5) Characterization (karakterisasi)
c. Psychomotor Domain
1) Initiatory level
2) Pre-routine level

22

3) Routinized level
Target jangkauan mengenai pencapaian level sebgaimana dijajarkan di tiaptiap domain atau matra sudah barang tentu sesuai dengan tujuan belajarnya, tidak
mesti harus mencapai yang tertinggi. 26
2. Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan atau kondisi belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan
dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan
belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masingmasing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa
yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan
yang dilakukan serta sarana prasarana belajar-mengajar yang tersedia.
Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling mempengaruhi secara
bervariasi sehingga setiap peristiwa memiliki profil yang unik dan kompleks.
Masing-masing profil sistem lingkungan belajar, diperuntukkan tujuan-tujuan
belajar yang berbeda. Dengan kata lain untuk mencapai tujuan belajar tertentu
harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Tujuan belajar
untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan penciptaan sistem lingkungan yang
berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan
gerak dan begitu seterusnya.
Mengenai tujuan-tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak dan bervariasi.
Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakam
instruksional, lazim dinamakan dengan nama instructinal effects, yang biasa
berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedang tujuan-tujuan yang lebih
merupakan hasil sampingan yaitu: tercapai karena siswa “me