Peran Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di MAN 4 Jakarta

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Ervina Seli Rusiani NIM 109011000160

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRAK

Ervina Seli Rusiani. (109011000160) Peran Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MAN 4 Jakarta.

Kata Kunci: Kompetensi Profesional, Motivasi Belajar

Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang dapat menghasilkan perubahan ke arah yang positif. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting, karena melalui proses itulah tujuan pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa. Peranan guru merupakan hal yang penting dalam pendidikan, guru agama Islam yang berperan tinggi diharapkan akan dapat memberi motivasi belajar yang tinggi pada siswa.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MAN 4 Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode “Deskriptif”, yaitu penelitian yang tidak menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu gejala atau kejadian. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa sehingga metode ini sering pula disebut sebagai metode analitik. Dari populasi 291 siswa yang dipilih menjadi sampel sebanyak 30 siswa, sampel yang digunakan yaitu probability sampling, dengan teknik pengambilan sampel yaitu sampel

random sampling atau pengambilan secara acak. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak atau random dengan mengundi nomor daftar hadir (absen) siswa kelas X MAN 4 Jakarta.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi dan angket. Angket sebagai alat untuk menjaring jawaban siswa, wawancara dilakukan terhadap guru PAI dan Kepala Sekolah, dan observasi dilakukan dengan melihat guru ketika mengajar di dalam kelas, serta mengamati kondisi sekolah dan segala objek penelitian di sekolah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru PAI di MAN 4 Jakarta adalah sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan motivator.


(7)

ii

Keyword : professional competence, study motivation

Education is a process of learning that can result a positive direction changes. Learning and teaching process is the most important activity. Because by doing that process the purpose of education will be achieved in a form of student behavior changing. The role of teachers is the most important thing in education. Islamic education teacher who has a high role is hoped to be able to give high motivation in learning to students.

The purpose of this research is to know the role of competence professional Islamic education teacher in increasing motivation in learning for student of MAN 4 in Jakarta. The method that’s being used in this research is ‘descriptive’ methods, it’s a research that’s not examining specific hypothesis, but it’s only describing the fact of indication or incident. The collected data firstly is being compiled, described and then analyzed so that this method is often called as analytic method. From 291 population of student 30 were being selected to be sample, sample used is probability sampling,

with retrieval sample technique is random sampling sample or random retrieval. Retrieval sample technique is done randomly by raffling attendance of student x class MAN 4 Jakarta.

Data collection technique used of this research is by using interview, observation, documentation and questionnaire. Questionnaire is an appliance to capture student’s answers, interview is being done to Islamic Education teacher and the headmaster, and observation is being done by seeing the teacher when they’re teaching in the class, and observing the school condition and every object of research at school.

The result of research showed that Islamic Education teacher in MAN 4 Jakarta is as demonstrator, class manager, mediator and motivator.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji bagi Allah SWT, yang dengan memuji-Nya terbuka pintu segala ilmu, dengan mengingat-Nya keluar segala perkataan yang baik, dengan puji-Nya semua orang beriman merasakan nikmat-Nya di dunia dan akhirat. Dan karena-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peran Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”. Skripsi ini penulis ajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat serta pembawa panji-panji kebenaran dan pembaharuan bagi kehidupan umat manusia.

Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis tidak menutup mata akan peran serta pihak lain yang pernah membantu dalam penyusunan skripsi ini, sehingga sudah selayaknyalah penulis menghaturkan untaian terima kasih dan penghormatan yang tak ternilai, kepada:

1. Ibu Dra. Hj. Nurlena Rifa’i. M.A. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku ketua Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. M.A, selaku Sekretaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dorongan dan motivasi kepada penulis.


(9)

iv

6. Seluruh Dosen Pengajar yang telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah SWT memberikan balasan dan pahala berlipat atas ilmu yang telah diberikan dengan ikhlas.

7. Orang Tua tercinta, Ayahanda Rusli dan Ibunda Asmanih yang telah tulus, ikhlas, sabar, tabah, mendidik penulis dari kecil hingga seperti sekarang ini. Selalu menghadirkan untaian do’a untuk keberhasilan dan kesusuksesan penulis dalam menuntut ilmu. Dan adik-adikku tersayang (Syahrun Nizar Rivani dan Egi Sayyid Azmi) yang selalu mendo’akan kakaknya agar menjadi sarjana. Skripsi dan gelar sarjana ini penulis persembahkan untuk kalian. 8. Ayah Drs. Ramli Amin dan Ibu Marwiyah, terima kasih banyak atas

bantuannya membantu penulis membiayai kuliah selama ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rezeki yang berlimpah untuk Ayah dan Ibu.

9. Ibu Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M, selaku Kepala Sekolah MAN 4 Jakarta, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di MAN 4 Jakarta. Segenap guru dan karyawan serta adik-adik MAN 4 Jakarta yang telah membantu proses penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan peneliti dalam skripsi.

10.Bapak Prof. Dr. Ing. H. Muhammad Rangga Tanfidzan Mukti Hayado M.M M.Sc Ph.D dan Prof. Dra. Ir. Rania Tansu M.E beserta keluarga (Muhammad Ravi Hayado, Muhammad Raihan Mukti Hayado, Muhammad Raka ibnu Tanfidzan Mukti Hayado dan Lily Claudiani) terima kasih banyak atas motivasi, semangat, dan saran yang telah diberikan, sehingga penulis selalu mendapatkan energi baru untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabatku PAI Kelas D (Ines, Pipit, Pupu, dan Nisa kawan-kawan lainnya) dan Kelas Peminatan Sejarah angkatan 2009 yang selalu menjadi


(10)

v

motivator dan yang selalu ada membantu dalam setiap langkah pembuatan skripsi ini, semoga kita kompak selalu. Aamiin. Kalian sungguh luar biasa. Serta semua pihak yang turut membantu dan memotivasi penulis baik bersifat energi maupun materi, hingga selesainya tugas akhir ini namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan, motivasi serta do’a yang diberikan mendapat balasan yang lebih besar dari Allah SWT. dengan segala keterbatasan yang ada, penulis mengakui skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan hati terbuka, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kemajuan penulis. Teriring do’a jazakumullah khairan katsiran. Dan mudah-mudahan tugas akhir ini dapat bermafaat. Aamiin.

Jakarta, 10 Februari 2014


(11)

vi HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

1. Pembatasan Masalah ... 8

2. Perumusan Masalah ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Konsep Dasar Kompetensi Profesional Guru PAI ... 10

1. Pengertian Kompetensi Guru ... 10

2. Macam-macam Kompetensi Guru ... 13


(12)

vii

4. Kriteria Guru Profesional ... 23

5. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam ... 28

B. Konsep Dasar Motivasi Belajar ... 29

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 29

2. Macam-macam Motivasi Belajar ... 32

a. Motivasi Intrinsik ... 32

b. Motivasi Ekstrinsik ... 33

3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar ... 34

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 36

5. Cara-cara Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar ... 37

C. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 40

D. Kerangka Berfikir ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

B. Metode Penelitian... 45

C. Unit Analisa ... 46

1. Populasi ... 46

2. Sampel ... 46

D. Instrumen Penelitian ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Observasi ... 47

2. Wawancara ... 48

3. Dokumentasi ... 49

4. Angket ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 50

1. Reduksi Data ... 50

2. Penyajian Data ... 51

3. Penarikan Kesimpulan ... 51


(13)

viii

2. Identitas MAN 4 Jakarta ... 55

3. Struktur Organisasi ... 56

4. Visi dan Misi ... 57

5. Keadaan Guru dan Karyawan ... 58

6. Keadaan Siswa ... 62

7. Sarana dan Prasarana ... 64

B. Deskripsi Data ... 65

C. Interpretasi Data/Pembahasan Hasil Penelitian ... 83

1. Penguasaan Materi Pelajaran ... 85

2. Mengelola Program Belajar Mengajar ... 85

3. Mengelola Kelas ... 86

4. Menggunakan Media/Sumber ... 87

5. Mengelola Interaksi Belajar Mengajar ... 88

6. Menggunakan Metode ... 89

7. Menilai Prestasi Siswa ... 90

8. Pemberian Pujian ... 91

9. Pemberian Hadiah ... 92

10.Pemberian Hasil Ulangan ... 93

11.Melakukan Penilaian ... 93

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 95


(14)

ix

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian 46

2. Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Peran Kompetensi Profesional Guru PAI 52

3. Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban 54

4. Tabel 3.4 Ketentuan Skala Prosentase 55

5. Tabel 4.1 Daftar Nama Guru MAN 4 Jakarta 60 6. Tabel 4.2 Daftar Nama Karyawan MAN 4 Jakarta 61 7. Tabel 4.3 Daftar Nama karyawan Honor MAN 4 Jakarta 61 8. Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Siswa MAN 4 Jakarta Tahun 2013/2014 65 9. Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana MAN 4 Jakarta 68 10.Tabel 4.6 Penjelasan guru agama sesuai dengan tema yang dibahas 69 11.Tabel 4.7 Menjawab pertanyaan siswa dengan tepat 69 12.Tabel 4.8 Menguasai setiap pokok bahasan 70 13.Tabel 4.9 Guru agama menyampaikan tujuan pembelajaran 71 14.Tabel 4.10 Guru agama menjelaskan tema yang akan dipelajari 71 15.Tabel 4.11 Di awal pelajaran, guru agama bertanya materi yang lalu 72 16.Tabel 4.12 Mengadakan Tanya jawab mengenai materi yang dipelajari 72 17.Tabel 4.13 Mampu menciptakan suasana komunikatif antar siswa 73 18.Tabel 4.14 Menciptakan suasana yang menyenangkan 74 19.Tabel 4.15 Menggunakan alat peraga sesuai materi yang dibahas 74 20.Tabel 4.16 Memerintahkan siswa untuk memiliki buku LKS 75 21.Tabel 4.17 Menambahkan sumber belajar dari internet 75 22.Tabel 4.18 Melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran 76 23.Tabel 4.19 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 77 24.Tabel 4.20 Memeberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab 77 25.Tabel 4.21 Menggunakan metode bervariasi dalam mengajar 78 26.Tabel 4.22 Metode yang digunakan sesuai dengan materi pembahasan 78 27.Tabel 4.23 Mengadakan ulangan terhadap materi yang dibahas 79 28.Tabel 4.24 Memeriksa dan mengembalikan hasil ulangan 80


(15)

x

31.Tabel 4.27 Memberikan pujian pada anak yang mengerjakan tugas 81 32.Tabel 4.28 Pujian berupa kata yang dapat meningkatkan motivasi 82 33.Tabel 4.29 Memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi 82 34.Tabel 4.30 Hadiah yang diberikan berupa alat tulis 83 35.Tabel 4.31 Memberikan hasil ulangan tepat waktu 84 36.Tabel 4.32 Menyebutkan nilai ulangan tertinggi 84 37.Tabel 4.33 Guru agama langsung memberikan nilai ketika tugas dikumpulkan 85 38.Tabel 4.34 Nilai yang diberikan berupa angka bukan hanya tanda tangan 85 39.Tabel 4.35 Diadakan remedial untuk nilai yang belum mencapai standar 86


(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Lembar uji referensi

2. Lampiran 2 Hasil wawancara kepala sekolah

3. Lampiran 3 Hasil wawancara guru PAI (qur’an hadits) 4. Lamprian 4 Hasil wawancara guru PAI (fiqih)

5. Lampiran 5 Hasil wawancara guru PAI (sejarah) 6. Lampiran 6 Hasil wawancara guru PAI (aqidah akhlak)

7. Lampiran 7 Lembar observasi aktivitas mengajar guru PAI (qur’an hadits) 8. Lampiran 8 Lembar observasi aktivitas mengajar guru PAI (aqidah akhlak) 9. Lampiran 9 Instrumen penelitian (angket)

10.Lampiran 10 Testimonial

11.Lampiran 11 Prestasi Siswa/i MAN 4 Jakarta

12.Lampiran 12 Pelatihan yang pernah diikuti guru PAI MAN 4 Jakarta 13.Lampiran 13 Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

14.Lampiran 14 Surat bimbingan skripsi 15.Lampiran 15 Surat izin penelitian 16.Lampiran 16 Surat observasi penelitian

17.Lampiran 17 Surat Kementrian Agama Kanwil Provinsi DKI Jakarta 18.Lampiran 18 Surat keterangan penelitian di MAN 4 Jakarta


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil yang berkualitas.1

Menurut M. Uzer Usman, “Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru”.2 Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan

1

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet ke-1, h. 5.

2


(18)

2

lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan.3

Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 1 berbunyi: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.4

Profesionalisme guru kini menjadi sesuatu yang mengemuka ke ruang publik seiring dengan tuntutan akan pendidikan yang bermutu. Hal ini dipertegas lagi dengan respon positif dari pemerintah dengan menetapkan guru sebagai profesi pada tanggal 2 Desember 2004 dan mengeluarkan Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dengan Undang-undang tersebut harkat dan martabat guru semakin mendapat apresiasi karena dalam Undang-undang tersebut diatur tentang penghargaan terhadap guru, baik dari segi profesional maupun finansial serta perlindungan hukum dan keselamatan dalam melaksanakan tugas.

Tuntutan profesionalisme guru harus disikapi dengan peningkatan kualifikasi dan kompetensi, apalagi sekarang ada keharusan mengikuti uji sertifikasi untuk menentukan kelayakan seorang guru. Oleh karena itu, guru jangan sampai terkena “jebakan rutinitas” di mana guru hanya disibukkan dengan kegiatan sehari-hari sehingga lupa dengan peningkatan kompetensi dan profesionalisme.5

Sehubungan dengan peningkatan kualitas para pendidik, maka pemerintah di dalam Undang-undang No 14 Tahun 2005 pasal 8 menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

3

Ibid., h. 5.

4

UU RI No. 14 Tahun 2005, Undang-undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Cet ke-1, h. 2.

5

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 6.


(19)

Dan kompetensi guru yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi.6

Sejak dikeluarkan Undang-undang Guru dan Dosen tentang sertifikasi, sejak itu pula guru mendapat predikat pendidik profesional. Dengan kata profesional guru diberi kesejahteraan yang memadai oleh pemerintah. Dengan harapan bahwa dengan sejahteranya guru maka peningkatan kemampuan mengajar lebih difokuskan di sekolah khususnya di dalam kelas. Diharapkan guru juga dapat menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan, kreatif, dan inovatif. Namun harapan ini belum terwujud sepenuhnya sebagaimana dikatakan guru profesional.

Guru wajib memiliki serifikat pendidik sebagai bukti formal pengakuan sebagai tenaga profesional. Sertifikat pendidik diperoleh melalui sertifikasi, yaitu proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi pendidik bagi guru diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program tenaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan dan mewujudkan profesionalitas guru sekurang-kurangnya ada tiga hal yang saling terkait yaitu kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru.7

Para guru di Indonesia Idealnya selalu tampil secara profesional dengan tugas utamanya adalah membimbing, mendidik, melatih, dan mengembangkan kurikulum (perangkat kurikulum), sebagaimana bunyi prinsip “ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.” Artinya seorang guru bila di depan memberikan suri teladan (contoh), di tengah memberikan prakarsa dan di belakang memberikan dorongan atau motivasi.

Guru merupakan subjek yang sangat penting perannya dalam proses pendidikan, karena guru berhadapan langsung dengan peserta didik (siswa) di dalam kelas. Sebagai pendidik yang profesional bukan sekedar mampu mentransfer ilmu

6

Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006, h. 88.

7

Dadi Permadi, Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Nuansa Aulia, 2013), h. 10.


(20)

4

pengetahuan saja, melainkan sebagai pola panutan, pembentukan karakter dan mampu memotivasi siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang disajikan. Untuk itu, seorang guru yang profesional dapat bersosialisasi atau berinteraksi dengan para siswa di dalam atau di luar kelas agar bisa membangkitkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari materi yang disajikan.8

Sistem pengajaran kelas telah menempatkan guru pada suatu tempat yang sangat penting, karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap aktivitas pembelajaran yang dipimpinnya. Seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran. Guru merupakan seorang yang memiliki tanggung jawab membantu orang lain untuk belajar dan berperilaku dengan cara baru yang berbeda. Dengan demikian, seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru.

Selain guru, hal yang menentukan keberhasilan suatu proses belajar adalah siswa. Dalam kegiatan belajar, setiap siswa mempunyai tingkatan motivasi yang berbeda-beda. Tugas gurulah untuk membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau melakukan belajar.9 Motivasi merupakan suatu hal yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan serta mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kegiatan belajar siswa, Sardiman A.M mengatakan bahwa, “Dalam belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek tersebut dapat tercapai.”10

Dari pengertian di atas tersirat bahwa motivasi mengarah pada tujuan yang dikehendaki oleh seseorang. Motivasi yang kuat pada diri individu akan mengarahkan

8

Jim Ronny Tuna, Jurnal Pendidikan No. 3 / Volume13, (Lembaga Penelitian Universitas Manado), Edisi Desember 2009, http://hiskiamanggopa.wordpress.com, Dikutip 11, Okt 2012.

9

M. Uzer Usman, Op. cit, hal. 5.

10

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1998), Cet ke-1, h. 75.


(21)

mereka untuk senantiasa berusaha mewujudkan tujuannya. Dengan motivasi ini, maka akan mengarah pada terlaksananya aktivitas belajar seseorang dengan baik dan memuaskan. Tanpa adanya motivasi yang kuat maka suatu aktivitas belajar seseorang akan melemah.

Pada waktu belajar sering kali siswa-siswa dalam satu kelas ada yang giat dan ada pula yang bermalas-malasan untuk belajar, ada yang suka membolos pada mata pelajaran tertentu, ada juga yang suka bermain-main di dalam kelas dan tidak serius mengikuti pelajaran yang diterangkan oleh guru. Hal ini mungkin disebabkan oleh guru yang tidak dapat mendorong atau membangkitkan motivasi anak untuk belajar. Mungkin anak tidak simpatik terhadap gerak-gerik guru, atau siswa tidak senang dengan penampilan guru mengajar sehingga tidak timbul motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran. Atau kurang terampilnya guru dalam mengajar sehingga metode yang digunakan tidak bervariasi, atau dapat juga karena siswa tidak mengetahui manfaat dari pelajaran yang disajikan oleh guru tersebut.11

Di dalam kelas, masalah besar untuk guru-guru dan siswa-siswa adalah motivasi. Guru-guru berharap supaya setiap siswa menggunakan bakat dan waktunya selama di sekolah sehingga tujuan belajar terjadi secara maksimum. Siswa-siswa apakah menyadari atau tidak, berusaha menggunakan potensi mereka tumbuh secara tepat dengan perkembangan bakat-bakat mereka yang ada. Sayangnya, tujuan guru sering berbeda dengan apa yang ada di dalam diri siswa sehingga motivasi tidak berkembang malahan diabaikan.

Pertanyaannya, “Bagaimana membujuk siswa untuk berusaha dengan mengembangkan motivasi?” Tidak mudah dijawab. “Kita dapat menggiring kuda ke air tetapi kita tidak bisa memaksa dia untuk minum”, seperti “Seorang ibu memaksa anaknya makan tetapi anaknya tidak ingin makan”. Ada beberapa siswa yang sering benci ke sekolah, malas membaca, berfikir bahwa dirinya siswa yang bebal. Sebaliknya beberapa siswa senang belajar, aktif dalam kegiatan belajar, bahkan di luar sekolah pun mereka belajar. Mereka berfikir bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk belajar. Jika

11

Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta: Delia Press, 2004), h. 18.


(22)

6

guru mencoba untuk memotivasi semua siswa dengan teknik yang sama, beberapa akan dibantu, yang lainnya akan dimatikan. Setiap siswa mempunyai minat, bakat, potensi, kemampuan dan keterampilan yang berbeda. Oleh karena itu mereka membutuhkan metode, teknik-teknik dan penanganan yang berbeda.12

Di sinilah peran profesional guru harus dimainkan. Guru merupakan bagian dari sistem yang sangat penting dan signifikan. Guru sangat diperlukan untuk mengangkat derajat bangsa dan Negara, karena ia merupakan “first door” untuk

meraih kesuksesan bagi siswa. Karena itulah sangat diperlukan peran guru profesional. Untuk menjadi guru yang profesional memang tidak mudah, karena banyak prosedur atau langkah-langkah yang harus dipenuhi.

Seorang yang memiliki profesi guru harus mempunyai kompetensi yang mendukung pelaksanaan profesi itu, karena kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi itu tidak ada pada seorang guru, ia tidak akan kompeten melaksanakan tugasnya. Setiap guru harus dapat memenuhi kompetensi yang diharapkan masyarakat dan siswa, karena kompetensi itu guru yang baik ia dapat mengatasi berbagai kesulitan dalam mengajar. Di samping itu ia akan sadar dan mengerti akan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik yang baik yang didambakan oleh masyarakat.13

Salah satu tugas guru di sini adalah membangkitkan dan membangun motivasi siswa terhadap apa yang akan dipelajarinya. Motivasi itu dapat bervariasi dalam intensitas dan arah. Siswa yang termotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak tergantung kepada pendidik. Peran guru di sini adalah menemukan, menggugah, dan

12

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), Cet ke-5, h. 327.

13

Zakiyah Darajat, Metodologi Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet ke-2, h. 262.


(23)

mempertahanakan motivasi siswa untuk belajar, dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.14

Untuk itu penulis mencoba memecahkan masalah ini dengan melakukan penelitian di MAN 4 Jakarta. Pada tahun 1998 MAN 4 Jakarta ditetapkan sebagai MAN 4 Model untuk DKI Jakarta oleh Menteri Agama RI sesuai Surat Keputusan Dirjen Binbaga Islam tanggal 20 Februari 1998 atas berbagai prestasi yang diraih. Dan tahun 2008 MAN 4 Jakarta mendapat status Madrasah Standar Nasional (MSN) seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, maka pada tahun 2010 MAN 4 Jakarta ditetapkan sebagai Rintisan Madrasah Bertaraf Intrenasional (RMBI). Sehingga guru di sini dituntut untuk lebih profesional dalam menyelenggarakan pendidikan.

Dengan latar belakang di atas, penulis tertarik meneliti tentang kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam kaitannya dengan motivasi belajar siswa, oleh karena itu penulis membuat penelitian ini dengan judul “Peran Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MAN 4 Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang diteliti sebagai berikut:

1. Masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam.

2. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam mengajar sehingga belum dapat meningkatkan motivasi siswa.

3. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam menggunakan metode bervariasi, memanfaatkan media, dan sarana prasarana yang ada dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga belum dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

14 Abd Mukhid, “

Self-Regulated Learning, Motivasi, dan Hasil Belajar Mahasiswa STAIN


(24)

8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis membatasi masalah yang diteliti sebagai berikut:

a. Kompetensi profesional yang dimaksud adalah kompetensi atau keahlian guru pendidikan agama Islam dalam mengajar bidang studi/mata pelajaran agama Islam yang meliputi penguasaan bahan pengajaran, pengelolaan program belajar mengajar, penggunaan media dan metode yang bervariasi, penilaian hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. b. Motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar siswa dalam menerima

pelajaran yang diberikan guru pendidikan agama Islam siswa kelas X MAN 4 Jakarta.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

Bagaimana peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MAN 4 Jakarta?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah:

Untuk mengetahui peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MAN 4 Jakarta.


(25)

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi tentang peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun secara detail kegunaan tersebut di antaranya untuk:

a. Bagi Peneliti

Memberikan tambahan khazanah pemikiran baru yang berkaitan dengan peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada lembaga pendidikan tersebut untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita pendidikan.

b. Bagi Sekolah

Dapat memberikan kontribusi pemikiran tentang peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa agar menjadi lebih baik.

c. Bagi guru bidang studi pendidikan agama Islam

Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk mengetahui profesionalitas guru dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam sehingga lebih lanjut secara bersama-sama dapat diperbaiki dan dicari solusinya.

d. Bagi Lembaga

Dapat memberikan informasi tentang kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.


(26)

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Kompetensi Guru

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya.1

Maka bijaklah jika seorang guru harus memiliki profesionalitas tinggi dalam menjalankan tugasnya karena baik disadari atau tidak, profesionalitas guru sangat penting peranannya dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang siswa akan lebih termotivasi belajar apabila guru yang mengajar memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.

1

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 40.


(27)

Dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3 disebutkan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional, dan (4) kompetensi sosial.2

Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris,

competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.

Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005, “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya.”3

Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.4

Menurut Mulyasa, sebagimana dikutip oleh Dr. Jejen Musfah:

“Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas”.

2

Fachrudin Saudagar, Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 31.

3

Martinis Yamin, Sertifikasi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), Cet ke-1, h. 210.

4


(28)

12

Kompetensi terkait dengan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan kerja baru, di mana seseorang dapat menjalankan tugasnya dengan baik berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.5

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa kompetensi adalah kemampuan atau kesanggupan guru dalam melaksanakan tugasnya, melaksanakan proses belajar mengajar, kemampuan atau kesanggupan tersebut mempunyai konsekuensi bahwa: seorang yang menjadi guru dituntut benar-benar memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan profesinya, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Adapun kompetensi guru yaitu kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.6

Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu, guru yang profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan), karena itu kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi.7 Dengan kata lain kompetensi adalah pemilikan, penguasaan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.

Jadi, kompetensi profesional seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar.8

5

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet ke-1, h. 27.

6

M. Uzer Usman, op. cit., h. 14.

7

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet ke-15, h. 230.

8

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 18.


(29)

Keutamaan profesi guru dalam agama Islam sangatlah besar, sehingga Allah SWT menjadikannya sebagai tugas yang diemban Rasululah SAW, sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya surat Ali Imran ayat 164:





















Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.

Dalam pembentukan kepribadian anak didiknya di sini guru agama mempunyai pengaruh yang sangat besar, sebagai figur bagi anak didiknya, baik apa yang dilakukan, diucapkan, maupun tindakannya.

Dalam hal ini Abdurrahman An-Nahlawi menyatakan bahwa tanggung jawab dan tugas seorang guru di antaranya:

a. Fungsi penyucian, artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembangan, serta pemeliharaan fitrah manusia.

b. Fungsi pengajaran, artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada umat manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.9

2. Macam-macam Kompetensi Guru

Menurut Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

disebutkan “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

9

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 170.


(30)

14

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional”. Kualifikasi akademik seorang guru dapat diperoleh

melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat (D-IV). Ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 tentang standar

kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Pasal 1: “Setiap guru wajib memenuhi

standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”.

Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud meliputi: (a). Kompetensi Pedagogik, (b). Kompetensi Kepribadian, (c). Kompetensi Sosial, dan (d). Kompetensi Profesional, yang diperoleh melalui pendidikan profesi.10

a. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

E. Mulyasa berpendapat sekurang-kurangnya ada delapan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sebagai berikut:

1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan 2. Pemahaman terhadap peserta didik

3. Pengembangan kurikulum/silabus 4. Perancangan pembelajaran

5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

7. Evaluasi hasil belajar (EHB)

8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.11

10


(31)

b. Kompetensi Kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukkan pribadinya. Dalam hal ini guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi dan yang paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.12

Oleh karena itu setiap calon guru dan guru profesional sangat diharapkan memahami karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Kompetensi personal secara nyata diungkapkan dalam bentuk kedermawanan, disiplin, dinamis, terbuka, fleksibel, bertanggung jawab dan lain-lain.13

Menurut Samani Mukhlas, secara rinci kompetensi kepribadian mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) berakhlak mulia, (2) arif dan bijaksana, (3) mantap, (4) berwibawa, (5) stabil, (6) dewasa, (7) jujur, (8) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (9) secara objektif mengevaluasi

11

E. Mulyasa, op. cit., h. 75.

12

Ibid., h. 117-118.

13


(32)

16

kinerja sendiri, (10) mau siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.14

c. Kompetensi Profesional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Dalam buku Character Building Guru PAI, Nuraida mengatakan bahwa:

“Kompetensi profesional adalah kemampuan yang tumbuh secara terpadu dari

pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu, keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang alamiah untuk memajukan, memperbaiki dan mengembangkannya secara berkelanjutan, disertai tekad untuk mewujudkan dalam kehidupan

sehari-hari”.15

Adapun ruang lingkup kompetensi profesional di antaranya:

1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis, psikologis, sosiologis, dan sebagainya

2. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik

3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya

4. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi 5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan

sumber belajar yang relevan

14

Fachrudin Saudagar, Ali Idrus, op. cit., h. 41.

15


(33)

6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran 7. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik

8. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik16

Profesionalisme guru kiranya merupakan kunci pokok kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran di sekolah. Karena hanya guru profesional yang bisa menciptakan situasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Profesionalisme merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Guru yang profesional diyakini mampu mengantarkan siswa dalam pembelajaran untuk menemukan, mengelola dan memadukan perolehannya, dan memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan nilai maupun keterampilan hidupnya. Guru yang profesional diyakini mampu memungkinkan siswa berfikir, bersikap dan bertindak kreatif.17 d. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.18

Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada siswa, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Tanggung jawab pribadi yang mandiri mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai

16

E. Mulyasa, op cit., h. 135.

17

Fachrudin Saudagar, Ali Idrus, op. cit., h. 51.

18


(34)

18

bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan berinteraksi sosial. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab moral dan spiritual diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.

Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam komunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah zaman.

Adapun ruang lingkup kompetensi sosial di antaranya:

1. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik 2. Bersikap simpatik

3. Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah 4. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan 5. Memahami dunia sekitarnya (lingkungan)19

Ketika guru sudah memiliki kompetensi dan mampu menjalankan fungsi strategis sebagai operator atau sebagai agen perubahan terhadap anak didik, maka akan terjadi peningkatan kualitas hidup.

Guru dituntut untuk memiliki keempat kompetensi yang sudah dituangkan dalam Undang-undang dan juga Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jika masih ada yang belum dimiliki atau dikuasai oleh guru, maka

19


(35)

teruslah untuk belajar. Tidak ada kata berhenti untuk belajar bagi guru. Sebagian waktu guru untuk mengajar dan sebagian lainnya untuk belajar. Pendidikan berjalan ke depan dan selalu mengalami perubahan, bila berhenti belajar akan tertinggal.20

3. Peran dan Fungsi Guru Profesional

Seorang guru dalam melaksanakan aktivitas keguruannya memiliki banyak peran yang harus dilaksanakan. Di antaranya dalam kegiatan belajar mengajar di mana seorang guru sangat memberikan pengaruh yang besar sekali terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar, agar tujuan pendidikan dapat terwujud dengan baik.

Menurut Drs. M. Uzer Usman, “Peran guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku

dan perkembangan siswa menjadi tujuannya”.21

Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal. Yang akan dikemukakan di sini adalah peranan yang paling dominan dan diklasifikasikan sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

Menurut M. Uzer Usman, peran guru dibagi beberapa macam, di antaranya: a. Guru sebagai demonstrator (pendidik)

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.22 Agar tercapainya apa yang diinginkan guru agama itu tercapai, maka dari itu guru sendiri harus terus belajar

20

Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan Sukses & Bermartabat, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), h. 122-123.

21

M. Uzer Usman, op. cit., h. 4.

22


(36)

20

agar memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar.

b. Guru sebagai pengelola kelas

Peran guru sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

Sebagai pengelola kelas guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan untuk membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelas. Tanggung jawab yang lain ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari.

Menurut M. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional:

Tujuan umum pengelolaan kelas ialah “Menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar

mencapai hasil yang baik”. Sedangkan tujuan khususnya adalah

“Mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,

menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan”.23

c. Guru sebagai mediator atau fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang

23


(37)

bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.24

Sebagai fasilitator guru bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Sebagai fasilitator, tugas guru yang paling utama ialah “to facilitate of learning” (memberikan kemudahan dalam

belajar), bukan hanya menceramahi atau mengajar, apalagi menghajar peserta didik, kita perlu guru yang demokratis dan terbuka, serta siap dikritik oleh peserta didiknya.

d. Guru sebagai motivator

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan perhatian terhadap pekerjaannya

2. Memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti

3. Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik 4. Menggunakan hadiah, dan hukuman secera efektif dan tepat guna 5. Memberikan penilaian dengan adil dan transparan

e. Guru sebagai evaluator

Di dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seseorang evaluator yang baik yaitu guru dapat mengetahui keberhasilan dan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberi hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Guru

24


(38)

22

hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar.25

Guru hendaknya mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah melaksanakan proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa: profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:26

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas keprofesionalan e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi di sekolah, dan

j. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru

4. Kriteria Guru Profesional

25

Sardiman A.M, op.cit., h. 145.

26


(39)

Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.

Seorang guru profesional, dia memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara: “ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Tidak cukup dengan menguasai materi pembelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid serta mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur-literatur dan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya.

Untuk menjadi guru yang profesional ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yaitu meliputi:27

a. Menguasai bahan, yakni menguasai bahan bidang studi yang dipegangnya dan menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi

b. Mengelola program belajar mengajar. Dalam hal ini ada beberapa yang harus ditempuh oleh guru, yaitu: merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran, mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional dengan tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik serta merencanakan dan melaksanakan program remedial

c. Mengelola kelas, yaitu yang menyangkut: mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran, dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi (menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didiknya agar tidak merusak suasana kelas)

27

Zakiyah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 92.


(40)

24

d. Menggunakan media/sumber belajar, kemampuan guru dalam membuat, memilih, mengorganisasikan, merawat, dan menyimpan alat atau media pengajaran dalam upaya peningkatan mutu pengajarannya

e. Menguasai landasan-landasan kependidikan, yang meliputi: disiplin ilmu yang wajib didalami calon guru yang mendasari asas-asas dan kebijakan pendidikan (baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, dan menguasai dasar keilmuan dengan mantap)

f. Mengelola interaksi belajar mengajar. Kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen-komponen pembelajaran yang serasi antara satu dengan yang lainnya

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

h. Mengenal fungsi-fungsi program bimbingan dan penyuluhan di sekolah i. Memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan untuk kepentingan

pengajaran

Sebagai jabatan profesional, guru harus memiliki kriteria profesional. Berdasarkan hasil lokakarya pembinaan kurikulum pendidikan guru UPI Bandung sebagai berikut:28

a. Fisik

Sehat jasmani dan rohani, serta tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak-anak.

b. Mental/kepribadian

Berkepribadian/berjiwa pancasila, mampu menghayati GBHN, mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik, berbudi pekerti yang luhur, berjiwa kreatif, mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi,

28


(41)

mampu mengembangkan kreatifitas dan rasa tanggung jawab besar akan tugasnya, menunjukkan rasa cinta terhadap profesinya, ketaatannya akan disiplin, dan mimiliki sense of humor.

c. Keilmuan/pengetahuan

Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi; ilmu pendidikan dan keguruan serta mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik; memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan; memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang lain; senang membaca buku-buku ilmiah, mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi; dan memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.

d. Keterampilan

Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar, mampu menyusun bahan pengajaran atas dasar pendekatan skruktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi; mampu menyusun garis besar program pengajaran (GBPP); mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan; mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan; dan memahami serta mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah.

5. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik, sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam Islam


(42)

26

orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa adalah orang tua siswa.29

Berdasarkan pengertian di atas, dapat di pahami bahwa pendidik dalam perspektif Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya (baik sebagai khalifah fi al-ardh maupun „abd sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam).

Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional dalam arti harus dilakukan oleh orang yang ahli. Islam mementingkan profesionalitas yang diukur dari nilai keikhlasan bekerja sesuai dengan tanggung jawab yang diemban hanya untuk mencari keridhoan Allah SWT, penguasa alam semesta, semuanya berasal dari niat yang tulus. 30

Dalam Islam, tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang mulia. Posisi ini menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan manusia lainnya. (QS. Al-Mujadilah, 58/11)



























“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

29

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), h. 107.

30

Muhammad Abdullah Ad Duweisy, Menjadi Guru Yang Sukses Dan Berpengaruh, (Surabaya: CV Fitrah Mandiri, 2005), h. 12.


(43)

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Dengan pelayanan profesional dari guru agama diharapkan guru dapat mendorong murid belajar aktif, spontan kreatif, terampil, dinamis, mandiri dan menyenangkan. Dan dengan profesionalisme guru agama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar maka akan meningkatkan kemampuan profesioanl dan pengetahuan guru PAI dengan memanfaatkan potensi/kemampuan yang ada pada masing-masing guru untuk membina sesamanya sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan agama Islam.31

Dengan adanya profesionalisme yang dimiliki oleh guru agama diharapkan akan tercapainya tujuan dari pendidikan agama Islam itu. Hal ini sesuai dengan rumusan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam penjelasan UUSPN mengenai pendidikan agama dijelaskan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

Kompetensi merupakan kemampuan personal yang diperlukan pada suatu profesi tertentu berupa: pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai (prilaku), serta kemampuan managerial. Guru sebagai profesi secara umum dipersyaratkan empat gugus kompetensi, yaitu: (1) mendidik (2) mengajar, (3) melatih, (4) membimbing.32

Seorang guru yang profesional harus mampu menguasai materi yang akan disampaikan kepada siswa karena itu merupakan hal yang sangat menentukan khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan guru mata pelajaran. Guru dapat mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya melalui beberapa cara, antara lain:33

31

Abdul Rachman Shaleh, op. cit., h. 300.

32

Fachrudin Saudagar, Ali Idrus, op. cit., h. 93.

33


(44)

28

1. Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pendalaman materi pelajaran, dari guru, oleh guru dan untuk guru

2. Melalui buku sumber yang tersedia atau kegiatan mandiri 3. Melalui ahli atau ilmuan yang bersangkutan

4. Melalui kursus pendalaman materi 5. Melalui pendidikan khusus

M. Uzer Usman mengatakan, bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru adalah:

a. Kompetensi pribadi, meliputi: 1. Mengembangkan kepribadian 2. Berinteraksi dan berkomunikasi

3. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan 4. Melaksanakan administrasi sekolah

5. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran

b. Kompetensi profesional34

1. Menguasai bahan yang akan diajarkan 2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas

4. Menggunakan media/sumber belajar

5. Menguasai landasan-landasan kependidikan 6. Mengelola interaksi belajar mengajar 7. Menilai prestasi siswa

8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

34

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), h. 79-80.


(45)

10.Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian

Dengan semua kompetensi yang harus dimiliki oleh guru menurut M. Uzer Usman, guru dituntut untuk lebih aktif dalam hal mengembangkan potensi kepribadian yang dimiliki dan menguasai seluk beluk tentang program dan sistem dalam pendidikan.

Secara bahasa kompetensi dapat di artikan sebagai kemampuan, kecakapan, wewenang. Menurut istilah, kompetensi adalah keadaan menjadi berwewenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Kompetensi guru yaitu kemampuan seorang guru untuk merespon tugas-tugasnya secara tepat. Sedangkan profesional dapat diartikan sebagai ahli. Dengan demikian kompetensi profesional guru adalah guru yang ahli dalam merespon tugas-tugasnya secara tepat.35

Kompetensi guru agama Islam adalah kewenangan, pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh guru pendidikan agama Islam berupa kompetensi profesional, kompetensi individual, dan kompetensi sosial. Kompetensi profesional guru yang dimaksud adalah kemampuan dalam penguasaan akademik yang diajarkan serta kemampuan mengajarkannya. Kompetensi profesional guru tersebut antara lain adalah kemampuan penguasaan bahan pelajaran, penguasaan proses belajar mengajar, kemampuan mengelola kelas dan sebagainya.36

B. Konsep Dasar Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar

Manusia dalam melakukan aktivitasnya memiliki suatu daya penggerak atau pendorong. Gerakan atau dorongan itu bisa datang dari dalam individu atau bisa juga dari luar. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, seorang guru harus memperhatikan segala sesuatu yang dapat mendorong siswa untuk belajar dengan baik dan apa yang telah diusahakan guru dapat menimbulkan satu motif untuk belajar

35

Ibid., 80

36

A. Malik MTT, Sumarsih Anwar, Kompetensi Guru dan Peningkatan Kualitas


(46)

30

sesuai yang diharapkan. Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dan keberhasilan pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi.37

Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai contoh kebutuhan akan makan mendorong seseorang bekerja keras bercocok tanam, menangkap ikan atau melakukan pekerjaan-pekerjaan lain untuk mendapatkan makanan atau uang untuk membeli makanan.38

Pupuh Fathurrohman mengemukakan bahwa motivasi berpangkal dari kata

“motif”, yang dapat diartikan sebagai “Daya penggerak yang ada di dalam diri

seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan”.39 Dorongan ini bersumber dari diri sendiri maupun dari luar, sehingga dapat menggerakkan dan mengarahkan perhatian, perasaan, dan perilaku atau kegiatan seseorang.

Dengan demikian, motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motif yang dimilikinya.40

Menurut Mc Donald dalam buku Educational Psychology yang dikutip Sardiman A.M, motivasi adalah “Perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Dari pengertian yang dikemukakan Mc Donald ini, maka terdapat tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi, yakni: motivasi mengawali terjadinya

37

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet ke-2, h. 196.

38

Nana Syaodih Sukmadinta, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), Cet ke-4, h. 61.

39

Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), Cet ke-1, h. 19.

40


(47)

perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.

Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dari ke tiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai.41

2. Macam-macam Motivasi Belajar

41


(48)

32

Motivasi merupakan dorongan yang ada di dalam individu, tetapi munculnya motivasi yang kuat atau lemah dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari luar. Oleh karena itu, secara umum motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.42 Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.

Itulah sebabnya motivasi instrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seseorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.43

Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang-orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar, melengkapi catatan, melengkapi literatur, melengkapi informasi, pembagian waktu belajar, dan

42

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet-ke 4, h. 194.

43


(49)

keseriusannya dalam belajar. Kegiatan belajar ini memang diminati dan dibarengi dengan perasaan senang, dorongan tersebut mengalir dari dalam diri seseorang akan kebutuhan belajar, ia percaya tanpa belajar yang keras hasilnya tidak maksimal.44

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh orang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel, di antaranya adalah: (1) Belajar demi memenuhi kewajiban, (2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan, (3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan, (4) Belajar demi meningkatkan gengsi, (5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru.45

Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik itu tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.46

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu

44

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), Cet ke-6, h. 86.

45

Ibid., h. 85.

46


(50)

34

motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.47

Pada umumnya motivasi intrinsik lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk lebih giat belajar daripada motif ekstrinsik. Karena dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.

Aktivitas yang didorong oleh motivasi intrinsik ternyata lebih sukses daripada yang didorong oleh motif ekstrinsik. Karena itu alangkah baiknya dapat ditimbulkan seluas mungkin motif intrinsik itu pada anak-anak didik kita. Hal ini dapat diusahakan dengan jalan menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka.48

3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Menurut S. Nasution, motivasi mempunyai tiga fungsi, antara lain:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

47

Pupuh Fathurrohman, op cit., h. 20.

48

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 74.


(51)

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Di samping itu, ada fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.49

Berdasarkan arti dan fungsi motivasi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan.

Dengan demikian jelaslah bahwa motivasi mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Bagi seorang siswa motivasi berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pulalah kualitas hasil belajarnya mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Dengan demikian motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

49


(52)

36

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan. artinya, terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Ada beberapa hal dapat mempengaruhi motivasi belajar, antara lain:50

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan lezat, dapat menyanyi dan lain sebagainya. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga dengan hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan dan kemudian kemauan menjadi cita-cita. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, sebab tercapainya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

b. Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Keberhasilan membaca suatu buku bacaan akan menambah kekayaan pengalaman hidup. Keberhasilan tersebut memuaskan dan menyenangkan hatinya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. c. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian.

d. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa akan terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

50

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 97-100.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan antara kompetensi profesional guru dengan ptrestasi belajar siswa : studi korelasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Legok-Tangerang

0 13 80

Peran guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi beragama Siswa di Madrasah Tsanawiyah al-Fitroh Cipondoh Tangerang

9 79 89

BAB II KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 3 39

PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PAI PADA SISWA DI SMP NEGERI 4 GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

0 3 102

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di MTs Muhammadiyah Surakarta Dan Smp Ta’mirul Islam S

1 6 22

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di MTs Muhammadiyah Surakarta Dan Smp Ta’mirul Islam S

0 2 20

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Selogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 3 17

View of UPAYA PENGAWAS PENDAIS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 0 10

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU AGAMA DALAM MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR SISWA

0 0 9

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SDN NO. 52 LEREKANG

0 2 82