Potensi Pemulihan Komunitas Karang Batu Pasca Gempa dan Tsunami di Perairan Pulau Nias, Sumatra Utara

POTENSI PEMULIHAN KOMUNITAS KARANG BATU
PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI PERAIRAN PULAU NIAS,
SUMATRA UTARA

RIKOH MANOGAR SIRINGORINGO

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Potensi Pemulihan Komuitas
Karang Batu Pasca Gempa dan Tsunami di Perairan Pulau Nias, Sumatra Utara
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Februari 2009

Rikoh Manogar Siringoringo
NIM. C551060111

ABSTRACT

RIKOH MANOGAR SIRINGORINGO. Recovery Potential of Coral Reef
Communities Post Earthquake and Tsunami in Nias Island Waters. Under
direction of NEVIATY P. ZAMANI and I WAYAN NURJAYA
Tsunami and earthquake caused damage in coastal ecosystem especially
on coral reefs. Coral which is unique benthic biota which have several strategy to
survive depends on its environmental condition. The purpose of the present study
was to observes the recovery potential of coral reef communities post earthquake
and tsunami. Line Intercept Transect (LIT) and quadrant transect were applied in
this study. The result of this study show that percent cover of live coral from 2004
was 48,31%, 2005 (t1) was 20,45%, 2007 (t2)17,20% and 2008 (t3) 19,82%. The
Percentage of coral increased by 2,62% from 2007 to 2008. Proving that the
recovery was occurred. It has been followed by the increasing biology index such
us : diversity index, evenness index and dominance index. The number of coral

recruitment was found different in every location, its depends on geography
condition. The average number of recruitment colony was 8,4 colony/ m2. Pavona
varians 11,66 ind./transect, Montipora danae 10,54 ind./transect and Porites lutea
6,95 ind./transek were the main recruitment in coral community. Detected
variability was explained by different causal agents, such us condition of
substrata, sediment, turbidity. The result show that the total number of coral
recruitment was 69 species belong to 11 family.
Keywords: Tsunami, earthquake, recovery, coral reefs, Nias

RINGKASAN
RIKOH MANOGAR SIRINGORINGO. Potensi Pemulihan Komunitas Karang
Batu Pasca Gempa dan Tsunami di Perairan Pulau Nias. Dibimbing oleh
NEVIATY P. ZAMANI and I WAYAN NURJAYA
Peristiwa gempa dan tsunami yang terjadi di pesisir Barat Sumatra telah
mengakibatan kerusakan yang cukup parah baik di darat maupun di daerah pesisir
pantai hingga ke terumbu karang. Kerusakan pada terumbu karang berbeda-beda
antar lokasi tergantung kondisi geografisnya. Pada beberapa lokasi terlihat
kerusakan yang cukup parah, namun pada lokasi yang letak karangnya lebih
dalam, juga terkena dampak namun tidak terlalu parah.
Biota karang adalah biota bentik utama terumbu yang terpengaruh langsung

akibat peristiwa gempa dan tsunami. Kematian massal biota karang dan biota
lainya terlihat jelas akibat terpapar lama di atas permukaan air dan sebagian
terdampar oleh terjangan gelombang tsunami. Sapuan gelombang tsunami telah
membawa berbagai material dan sedimen dalam jumlah besar dari daratan
kemudian diendapkan di dasar perairan termasuk terumbu karang. Kematian biota
karang akan diikuti oleh penurunan populasi biota lainnya terutama yang
berassosiasi kuat dengan terumbu karang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat potensi pemulihan karang setelah
gempa dan tsunami dengan membandingkan data komunitas karang batu dengan
data sebelumnya Biota karang adalah biota yang unik dan dapat pulih dari
gangguan namun tergantung dari kondisi lingkungannya. Pemulihan terumbu
karang ditandai dengan kemunculan biota karang dalam ukuran kecil (juvenil
karang) serta biota-biota predator dan kompetitor lainnya.. Pengumpulan data-data
mengenai struktur komunitas dan pemulihan karang serta faktor-faktor lingkungan
yang mempengaruhi sangat penting dilakukakan sebagai penyusunan perencanaan
dan kebijakan pengelolaan kawasan pesisir bagi daerah yang terkena dampak
gempa dan tsunami.
Penelitian ini dilaksanakan sebelum kejadian gempa dan tsunami yaitu pada
tahun 2004. Secara periodik, monitoring dilakukan pada tahun 2005, 2007 dan
Agustus 2008. Kegiatan penelitian dilakukan pada 6 stasiun yang mewakili daerah

terumbu karang di sepanjang Pantai Utara, Pulau Nias, Sumatera Utara. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Line Intercept Transect (LIT) dan
transek kwadrat. Dengan metode tersebut dapat diperoleh data struktur komunitas
dan data juvenil karang
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbedaan persentase tutupan
terjadi untuk kategori Live Coral (LC), Non Acropora (NA) dan Rubble (R). Dari
uji perbandingan berganda Tukey dengan family error 5%, untuk kategori LC
maupun NA terlihat bahwa persentase tutupan pada saat t0 berbeda signifikan
dengan persentase tutupan pada saat-saat selanjutnya (t1,t2 dan t3), dimana
persentase tutupan pada saat t0 (LC=48,31% dan NA=47,79%) menurun drastis
lebih dari separuhnya pada saat t1 LC= 20,45%, dan relatif tidak berubah secara
signifikan pada t2(LC= 17,20%) hingga saat t3 (LC= 19,82%). Hal sebaliknya
terjadi pada kategori R dimana persentase tutupannya yang hanya sebesar 1,73%
pada saat t0 meningkat menjadi 15,54% pada saat t1, 15,54% (t2) dan 17,12%

(t3). Hal ini disebabkan oleh kejadian gempa yang diikuti oleh tsunami pada akhir
2004, dimana karang hidup (LC) yang sangat didominasi oleh Non Acropora
(NA) menjadi mati dan hancur menjadi pecahan karang (R).
Dilihat dari data persentase tutupan Live Coral (LC) dari tahun 2007 ke
2008 menunjukkan adanya peningkatan persentase sebesar 2,62%. Peningkatan

nilai persentase ini diikuti pula dengan peningkatan jumlah jenis dan jumlah suku
karang batu dari tahun 2004 hingga tahun 2008. Jumlah jenis karang batu pada
tahun 2004 tercatat sebesar 62 jenis, pada tahun 2005 mnjadi 33, tahun 2007
masih sama yaitu 33 jenis, namun pada tahun 2008 jenisnya bertambah menjadi
57. Hal ini menunjukkan adanya trend kenaikan dan proses pemulihan secara
alami meski belum kembali pada kondisi semula.
Pengamatan rekrutmen telah dilakukan untuk pertama kalinya pada lokasi
ini. Hasil transek kwadrat di masing-masing lokasi menunjukkan perbedaan yang
nyata baik dari jumlah jenis maupun ukuran jenis. Hasil pengamatan rekrutmen
ini secara umum menunjukkan bahwa kondisi substrat dan kwalitas perairan
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis karang batu yang dijumpai pada lokasi ini.
Hasil pengamatan jumlah juvenil karang di lokasi ini berkorelasi negatif dengan
koloni karang dewasa. Hal ini kemungkinan memberikan ruang yang baru bagi
juvenile karang tanpa adanya kompetisi perebutan ruang dengan biota lain.
Namun beberapa pendapat menyebutkan bahwa rekrutmen karang tidak
menunjukkan adanya hubungan yang kuat dengan karang dewasa yang berada
disekitarnya, hal ini menunjukkan bahwa proses rekrutmen merupakan proses
yang kompleks. Faktor fisik dan biologi sangat menentukan jumlah juvenil karang
hingga tahap dewasa atau ukuran tertentu. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa
sedimen dan TSS (Total Suspended Solid) mempunyai pengaruh terhadap jumlah

individu rekruitmen.
Dari hasil pengamatan terhadap juvenil karang, jumlahnya berbeda antar
lokasi, tergantung pada kondisi geografis wilayah tersebut. Rerata rekruitmen
karang sebesar 8,4 koloni/m2. Pavona varians merupakan jenis yang paling
banyak dijumpai yaitu sebesar 11,66 koloni/m2, kemudian Montipora danae
sebesar 10,54 koloni/m2 dan Porites lutea 6,95 koloni/ m2. Hasil pengamatan
terhadap juvenil karang, diperoleh 69 jenis karang batu yang termasuk kedalam 11
suku.
Karang batu secara alami mampu untuk pulih yang ditinjau dari dua aspek,
yaitu kemampuan karang dewasa untuk pulih kembali (resilience) dan karangkarang anakan (rekruitment). Dilihat dari trend peningkatan persentasi tutupan
dan nilai indeks komunitas karang batu serta data rekruitmen menunjukkan bahwa
kondisi seperti ini sedang mengalami proses pemulihan, untuk itu pengelolaan
secara intensif terhadap kawasan pesisir sangat perlu untuk dilakukan.

Kata kunci: Tsunami, Gempa bumi, pemulihan, terumbu karang, Nias

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.

POTENSI PEMULIHAN KOMUNITAS KARANG BATU
PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI PERAIRAN PULAU NIAS,
SUMATRA UTARA

RIKOH MANOGAR SIRINGORINGO

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2009

Judul Tesis
Nama
NIM

: Potensi Pemulihan Komunitas Karang Batu Pasca Gempa dan
Tsunami di Perairan Pulau Nias, Sumatra Utara
: Rikoh Manogar Siringoringo
: C551060111

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc.
Ketua

Dr. I Wayan Nurjaya, M.Sc.
Anggota


Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Kelautan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc.
M.S.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro,

Tanggal Ujian: 18 Februari 2009

Tanggal lulus: 26 Februari 2009

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
karuniaNya tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini
adalah potensi pemulihan karang batu pasca kejadian gempa dan tsunami di Pulau

Nias, Sumatra Utara, Desember 2004 dan Maret 2005.
Dengan selesainya penelitian dan penulisan tesis ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. I Wayan Nurjaya,
M.Sc. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA yang banyak memberikan masukan
dan saran pada saat ujian tesis.
3. Bapak Prof. Dr. Suharsono, Kapuslit Oseanografi - LIPI yang memberikan
dukungan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.
4. Staf peneliti (Ibu Dra. Anna Manuputy, M.Si., Bpk. Giyanto, S.Si., M.Sc.)
Lab. Coralia Puslit oseanografi - LIPI yang memberikan bantuan dalam
pengambilan data dan pengolahannya.
5. Staf CRITC, COREMAP - LIPI yang memberikan dukungan moril maupun
materil dalam pelaksanaan penelitian ini.
6. Pogram Mitra Bahari COREMAP II, yang telah memberikan bantuan
penulisan tesis dalam penyelesaian tesis ini
7. Istri tercinta dr. Merdina Manik, yang telah meberikan semangat dan doa agar
tesis ini terselesaikan.
8. Ayahanda J. Siringoringo, Ibunda R. Br. Sinaga dan seluruh keluarga yang

selalu memberikan dukungan dan doa selama menempuh pendidikan.
9. Rekan-rekan yang telah banyak membantu (Bpk. Agus Budiyanto, M. Abrar,
Bpk Rubiman, Bpk Edi Kusmanto)
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan namun tidak dituliskan satu
persatu.
Semoga apa yang ditulis dalam tesis ini dapat memberikan manfaat terutama
bidang ekologi terumbu karang.

Bogor, Februari 2009

Rikoh Manogar Siringoringo

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Samosir (Sumatra Utara) pada tanggal 7 Januari 1977
sebagai anak ke 2 dari 5 bersaudara dari Bapak J.Siringoringo dan Ibu R. Sinaga.
Pada tahun 1996 penulis diterima sebagai Pegawai negeri sipil di Puslitbang
Oseanologi – LIPI, dan tahun 1997 melanjutkan studi S1 di Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Mpu Tantular Jakarta, lulus tahun 2002. Pada tahun 2004
penulis diangkat penjadi Asisten peneliti Muda di Lab Coral, bidang Sumber
Daya Laut, Puslit oseanografi LIPI. Pada tahun 2006 Penulis meneruskan
pendidikan pasca sarjana di IPB dengan program studi Ilmu Kelautan, untuk
penulisan tesis mendapat beasiswa dari program mitra bahari, COREMAP II.
Selama menjadi mahasiswa Pascasarjana, penulis ikut menjadi anggota kegiatan
kemahasiswaan Wahana Interaksi Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kelautan
(WATERMAS). Untuk menyelesaikan studi dan mempeloreh gelar Magister
Sains, Penulis melakukan penelitian yang berjudul ” Potensi Pemulihan
Komunitas Karang Batu Paca Gempa dan Tsunami di Perairan Pulau Nias,
Sumatra Utara.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

v

PENDAHULUAN ............................................................................................
Latar Belakan ..........................................................................................
Perumusan Masalah ................................................................................
Kerangka Pemikiran ...............................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................................

1
1
3
3
4

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Pengertian terumbu karang .....................................................................
Anatomi karang .......................................................................................
Struktur skeleton .....................................................................................
Asosiasi karang dengan Zooxanthellae ...................................................
Siklus reproduksi karang .................................................................
Fungsi biofisik terumbu karang ...............................................................
Faktor pengontrol terumbu karang ..........................................................
Interaksi biologi karang dengan lingkungannya .....................................
Fenomena Gempa dan tsunami ...............................................................
Keberadaan terumbu karang penting untuk mengurangi
kerusakan tsunami ...................................................................................
Kondisi terumbu karang di Pulau Nias ...................................................
Monitoring terumbu karang ....................................................................
Pengertian rekrutmen karang ...................................................................
Faktor yang mempengaruhi rekrutmen ...................................................

6
6
6
8
10
10
11
12
13
15
16

METODE PENELITIAN ..............................................................................
Waktu dan lokasi .....................................................................................
Alat dan bahan .......................................................................................
Tahapan penelitian ..................................................................................
Metode pengambilan data .......................................................................
Transek garis (Line Intercept Transect) .....................................
Transek Kwadrat ........................................................................
Analisis data ............................................................................................
Struktur komunitas ...................................................................
Perbandingan antara pengamatan waktu t0, t1, t2 dan t3 .........
Analisa lanjutan ........................................................................
Transek permanen ....................................................................

21
21
23
23
24
24
25
25
26
28
29
29

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
Kondisi fisik lokasi pengamatan ...........................................................
Kondisi terumbu karang ........................................................................

30
30
34

17
18
19
20

Perbedaan persentase tutupan substrat pada masing-masing waktu .......
Perubahan live form (bentuk pertumbuhan) ...........................................
Perubahan indeks keragaman, kemerataan dan dominansi …………
Dominansi jenis dan ranking spesies .......................................................
Jumlah jenis dan suku karang ..................................................................
Kepadatan karang batu ............................................................................
Perubahan jenis karang batu ....................................................................
Potensi pemulihan karang (rekruitmen) ..................................................
Uji anova untuk perbedaan individu dan ukuran antar lokasi ..
Indeks keragaman dan similaritas ............................................
Hubungan antara persentase dan jumlah rekruitmen karang ....
Grafik jumlah rekrutmen karang pada tipe substrat .................

37
40
41
43
44
45
46
50
52
52
55
56

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................

59

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

61

LAMPIRAN .....................................................................................................

65

DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.

Peralatan untuk pengambilan data parameter perairan ..............................
Parameter lingkungan di Pantai Utara, Perairan Nias ................................
Nilai p berdasarkan hasil uji one-way Anova ............................................
Jumlah jenis dan suku karang batu di P. Nias ............................................
Sepuluh besar jumlah koloni karang tertinggi pada masing-masing
waktu pengamatan di keenam lokasi transek .............................................
6. Jumlah suku dan jumlah jenis karang batu pada masing-masing waktu
pengamatan di Pantai Utara P. Nias ...........................................................
7. Rerata jumlah rekruitmen/ transek pada masing-masing stasiun ...............
8. Sepuluh besar rerata jenis karang rekrutmen yang dijumpai disetiap
Lokasi transek ...........................................................................................
9. Uji One way Anova terhadap jumlah jenis dan size di 6 lokasi
transek kwadrat ..........................................................................................
10. Perbedaan jumlah dan ukuran rekruitmen pada keenam lokasi .................
11. Jumlah jenis (S), jumlah individu (N), indeks keragaman (H’), indeks
kemerataan (E’) dan indeks dominansi (C’) di keenam lokasi ..................
12. Matriks korelasi antara sedimen dan TSS terhadap jumlah rekrutmen......

23
32
38
45
46
49
50
51
52
53
54
56

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Halaman
Kerangka pemikiran .........................................................................................
Struktur polip dan kerangka kapur ...................................................................
Bentuk koralit pada koloni karang dan bentuk percabangan koloni dan
radial koralit dari marga Acropora ...................................................................
Siklus reproduksi karang secara umum ...........................................................
Skema terjadinya tsunami ................................................................................
Metode pemantauan terhadap terumbu karang ................................................
Lokasi pengamatan komunitas karang batu .....................................................
Pengamatan dengan metode transek garis (LIT) .............................................
Pengamatan dengan transek kwadrat (kwadrat transect) .................................
Transek permanen yang sudah terpasang dengan pelampung .........................
Profil morfologi pantai yang dibuat melalui BM13, BM14, dan BM15
di Pulau Nias. Gambar panah menunjukkan magnitual pengangkatan
berkisar antara 250-260cm ..............................................................................
Terumbu karang yang mengalami pengangkatan di Pantai Utara Pulau Nias
...........................................................................................................................
Profil temperatur dan salinitas di perairan bagian barat pantai utara Pulau
Nias ..................................................................................................................
Vektor arus di pantai utara Pulau Nias ............................................................
Karang anakan yang mulai tumbuh (jenis Acropora sp dan Porites
cylindrica) ........................................................................................................
Pertumbuhan karang anakan pada substrat yang keras di Pantai Utara
Pulau Nias ........................................................................................................
Persentase tutupan karang dan kategori bentik lainnya di keenam
lokasi ................................................................................................................
Plot interval nilai rerata kategori bentik selang waktu pengamatan T0,
T1, T2 dan T3 dengan CI = 95% …………………………………………….

19. Plot garis untuk kategori nilai rerata LC= Live coral, NA = Non Acropora
dan R = Rubble pada masing-masing waktu pengamatan …………………...
20. Plot persentase tutupan karang hidup dan standard error pada
masing-masing waktu pengamatan (to, t1, t2 dan t3) ......................................
21. Bentuk pertumbuhan karang hidup di keenam lokasi ………………………..
22. Nilai indeks keragaman (H’) pada masing-masing lokasi di Pulau Nias ........
23. Nilai indeks kemerataan (J’) pada masing-masing lokasi di Pulau Nias ........
24. Nilai indeks dominasi (C’) pada masing-masing lokasi di P. Nias .................
25. Plot dominasi karang batu pada masing-masing waktu pengamatan ..............
26. Jumlah suku karang batu pada waktu pengamatan (t0, t1, t2, t3) ……………
27. Jumlah juvenil karang berdasarkan ukuran ......................................................
28. Dendogram pengelompokan jenis antar stasiun ..............................................
29. Hubungan jumlah jenis karang rekrutmen dengan penutupan karang
dewasa ..............................................................................................................
30. Diagram jumlah koloni karang rekrutmen dengan tipe substrat ......................

4
7
9
11
16
19
22
25
25
29

30
31
32
33
35
35
36
37
39
40
41
42
42
43
44
47
52
54
55
57

LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
5.
6.
7.
7.

Posisi pengamatan di Nias , Sumatra Utara......................................................
Pengambilan data karang dan parameter fisik ...................... ..........................
Data parameter temperatur dan salinitas ..........................................................
Persentase tutupan karang dan kategori bentik lainnya
Nilai indeks keragaman (H’), kemerataan (J’), dominansi (J’), jumlah jenis
(S) dan jumlah individu (N) .............................................................................
Distribusi jenis karang batu yang dijumpai pada lokasi dan waktu yang
berbeda .............................................................................................................
Distribusi jenis rekruitmen pada masing-masing stasiun .................................
Beberapa jenis dan ukuran juvenil karang .......................................................
Analisis ragam kelimpahan rekrut karang pada masing-masing lokasi ...........

65
66
67
68
70
71
76
78
79

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di sepanjang pesisir dan pulaupulau kecil Samudera Hindia pada Desember 2004 telah memberikan dampak
yang buruk bagi daratan dan daerah pesisir. Serangkaian ombak telah
menghantam daerah pesisir yang mengakibatkan korban jiwa berjatuhan dan
kerusakan infrastruktur yang luar biasa. Terumbu karang juga menunjukkan
kerusakan yang cukup parah. Peristiwa ini merupakan bencana nasional bagi
bangsa Indonesia dan juga beberapa negara tetangga yang berbatasan dengan
Samudera Hindia.
Gempa bumi tanpa disertai tsunami kemudian terjadi di daerah Nias pada
Maret 2005. Gempa yang cukup dahsyat di daerah ini mengakibatkan terjadinya
pengangkatan terumbu karang mulai 2,5 m - 2,9 m sehingga daratan menjadi
bertambah sepanjang 100 – 300 m ke arah laut (Wilknson et al., 2006). Hal ini
berarti selain mengurangi luasan terumbu karang, gempa tersebut juga
mengakibatkan perubahan pada kondisi dasar terumbu karang. CRITC-LIPI
(2006) melaporkan bahwa kondisi karang sebelum gempa dan tsunami dibeberapa
lokasi masih sedang dan baik, namun setelah kejadian gempa kondisinya menurun
drastis.
Kabupaten Nias berada di sebelah barat Pulau Sumatra, termasuk kedalam
Propinsi Sumatra Utara. Secara geografis, Pulau Nias berhadapan langsung
dengan Samudera Hindia sehingga perairan di kepulauan ini mempunyai sistem
arus dan karakteristik massa air yang sangat dipengaruhi oleh sistem yang
berkembang di Samudera Hindia. Topografi pantai landai, kemudian sekitar 50 –
100 m dari pantai langsung curam baik di sisi Samudera Hindia maupun pada sisi
yang menghadap daratan Sumatera.
Perubahan kondisi perairan yang diakibatkan oleh perubahan fungsi hutan
untuk peruntukan lahan di daratan P. Nias, terutama pada penebangan hutan yang
intensif akan mengubah kondisi lingkungan. Perubahan sekecil apapun yang
terjadi di daratan akan membawa pengaruh yang signifikan pada kualitas

perairannya. Pengaruhnya disamping terjadi di daerah tersebut juga akan
terdistribusi ke daerah lain yang terbawa oleh gerakan massa air melalui sistem
arus yang berkembang di daerah ini.
Selama ini kejadian pemutihan karang oleh peningkatan suhu dan
serangan biota buluh seribu (Achantaster planchi) dianggap sebagai gangguan
ekologis paling besar terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang (Engelhardt,
2001; Brown, B.E. and Suharsono, 1990). Kenyataan lain menunjukan bahwa
gempa dan tsunami pada Desember 2004 di sepanjang pesisir dan pulau-pulau
kecil Samudera Hindia telah memberikan dampak yang cukup serius bagi
kerusakan ekosistem terumbu karang. Kerusakan terumbu karang oleh gempa dan
tsunami pada lokasi-lokasi tertentu sangat tinggi sekali.

Hasil penilaian

kerusakan terumbu karang yang dilaporkan oleh Badan Perencana Pembangunan
Nasional (BAPPENAS, 2005) memperkirakan bahwa 30% dari 97,250 ha
terumbu karang telah mengalami kerusakan dengan kerugian ditaksir mendekati
$US 333,4 juta.

Diperkirakan perikanan skala kecil oleh masyarakat lokal

berkurang sampai 65-70%.
Biota karang adalah biota bentik utama terumbu yang terpengaruh
langsung akibat peristiwa gempa dan tsunami. Kematian massal biota karang dan
biota lainya terlihat jelas akibat terpapar lama di atas permukaan air dan sebagian
terdampar oleh terjangan gelompang tsunami ( Wilkinson et. al., 2006). Sapuan
gelombang tsunami telah membawa berbagai material dan sedimen dalam jumlah
besar dari daratan kemudian diendapkan di dasar perairan termasuk terumbu
karang.

Kematian biota karang akan diikuti oleh penurunan populasi biota

lainnya terutama yang berassosiasi kuat dengan terumbu karang.
Pemulihan terumbu karang dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain
aspek pemulihan yang kembali pada kondisi semula (resilience) dan aspek
rekrutmen karang. Rekrutmen ditandai dengan kemunculan biota karang dalam
ukuran kecil (juvenil karang) serta biota-biota predator dan kompetitor lainnya.
Pengamatan terhadap struktur komunitas dilakukan untuk melihat apakah ada
perbedaan jumlah jenis dan jumlah individu karang sebelum dan sesudah
peristiwa gempa dan tsunami. Pengumpulan data-data mengenai struktur
komunitas

dan

pemulihan

karang

serta

faktor-faktor

lingkungan

yang

mempengaruhi sangat penting dilakukakan sebagai penyusunan perencanaan dan
kebijakan pengelolaan kawasan pesisir bagi daerah yang terkena dampak gempa
dan tsunami.
Perumusan Masalah
Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Pulau Nias dan sekitarnya telah
mengakibatkan kerusakan terhadap ekosistem terumbu karang. Seperti kita
ketahui bahwa karang merupakan spesies yang unik yang memiliki kemampuan
untuk pulih secara alami. Pemulihan ini sangat dipengaruhi oleh kualitas perairan
dan kondisi lingkungannya.
Pengamatan secara periodik terhadap struktur komunitas ekosistem
terumbu karang yang mengalami kerusakan oleh gempa maupun yang disebabkan
oleh manusia sangat perlu dilakukan dalam pengelolaan terumbu karang.
Pengamatan terhadap rekrutmen karang akan mengungkapkan karakteristik dan
melihat sejauh mana kemampuannya untuk pulih secara alami. Sejauh ini
penelitian tentang koloni karang yang mengalami pemulihan masih sedikit
sehingga data dasar yang tersedia sangat jarang. Dengan mengamati struktur
komunitas dan rekrutmen karang akan memberikan informasi sejauh mana
perubahan yang terjadi pada karang sebelum dan setelah gempa.
Objek penelitian lebih ditekankan pada struktur komunitas dan rekruitmen
karang sebagai indikasi telah terjadinya pemulihan populasi karang (recovery).
Data hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan mendukung penyusunan
rencana dan kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang terutama pada
daerah-daerah terumbu yang mengalami kerusakan khususnya oleh gempa dan
tsunami
Kerangka pemikiran
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka disusun suatu kerangka
berpikir yang dapat digunakan dalam penyelesaian terhadap masalah tersebut
sehingga mendapatkan tujuan yang dicapai. Kerangka pemikiran disajikan dalam
Gambar 1.

TEKANAN ALAMI
(Gempa dan tsunami)

EKOSISTEM
TERUMBU
KARANG

SEBELUM DAN
SESUDAH GEMPATSUNAMI

PERUBAHAN
EKOSISTEM

PENGAMATAN
REKRUITMEN
KARANG

• Jumlah koloni
rekruitmen karang
• Jumlah jenis
rekruitmen karang
• Ukuran koloni
• Kondisi substrat
• kualitas perairan

Karang:
• Persentase
tutupan
• Life form
• Jumlah jenis
• JumlahIndividu

POTENSI PEMULIHAN KOMUNITAS KARANG BATU
PASCA GEMPA DAN TSUNAMI, DESEMBER 2004

Gambar 1. Kerangka pemikiran

Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan Penelitian mengenai studi ekologi dan pemulihan karang di ekosistem
terumbu karang Pulau Nias, Sumatera Utara ialah:
1. Mengetahui potensi pemulihan karang pasca gempa dan tsunami, dengan
melihat persentasi dan indeks keragaman karang dan rekrutmen karang.
2. Mengetahui jenis-jenis karang yang bertahan (survive) sebelum dan
sesudah gempa.

3. Menganalisis hubungan rekruItmen karang dengan kondisi substrat.

Manfaat yang diharapkan adalah:


Diketahui potensi pemulihan komunitas karang batu pasca kejadian gempa



Memberikan gambaran kondisi karang setelah gempa dan tsunami di
lokasi ini.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian terumbu karang
Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium
karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah
hewan tak bertulang belakang termasuk dalam Filum Coelenterata (hewan
berrongga) atau Cnidaria, yang sangat sederhana berbentuk tabung, memiliki
mulut yang di kelilingi oleh tentakel. Karang (coral) mencakup karang dari Ordo
scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa
(Veron, 2000). Konstruksi terumbu karang yang dibentuk satu individu karang
atau disebut polip karang memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat
kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Namun yang pada
umumnya polip karang berukuran kecil. Polip dengan ukuran besar dijumpai pada
karang yang soliter.
Ekositem terumbu karang adalah unik dan spesifik karena pada umumnya
hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan
perairan, terutama suhu, salinitas, sedimentasi dan eutrofikasi serta memerlukan
kualitas perairan alami (Veron, 1995) dan Wallace (1998). Seperti hewan laut
lainnya

karang

akan

mempertahankan

kelangsungan

hidupnya

untuk

kesinambungan keturunannya. Untuk mempertahankan keturunanya, karang akan
berkembang biak dengan cara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual
dilakukan dengan cara fragmentasi (pembelahan), reproduksi seksual dilakukan
dengan pembentukan gamet melalui peristiwa gametogenesis.

Anatomi karang
Karang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh
terdiri dari :
1. Mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap
mangsa dari perairan serta sebagai alat pertahanan diri.
2. Rongga tubuh (coelenteron) yang juga merupakan saluran pencernaan
gastrovascular)

3. Dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum
disebut gastrodermis karena berbatasan dengan dua lapisan saluran
pencernaan. Di antara kedua lapisan terdapat jaringan pengikat tipis
yang disebut mesoglea. Jaringan ini terdiri dari sel-sel, serta kolagen,
dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar karang, epidermis akan
menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang. Material
tersebut berupa kalsium karbonat (kapur) (Gambar 2)

cilia
nematocy
ectodermi

tentacle

mesogl
gastrodermi

Oral disc

corallites

Body cavity
mout
gonads
mesenteri

cost

sept
pali
coenosteu
wall

Gambar 2. Struktur polip dan kerangka kapur (Veron,
2000)

Bertempat di gastrodermis, hidup zooxanthellae yaitu alga uniseluler dari
kelompok Dinoflagelata, dengan warna coklat atau coklat kekuning-kuningan.

Karang dapat menarik dan menjulurkan tentakelnya. Tentakel tersebut aktif
dijulurkan pada malam hari, saat karang mencari mangsa, sementara di siang hari
tentekel ditarik masuk ke dalam rangka. Di ektodermis tentakel terdapat sel
penyengatnya (knidoblas), yang merupakan ciri khas semua hewan Cnidaria.
Knidoblas dilengkapi alat penyengat (nematosita) beserta racun di dalamnya. Sel
penyengat bila sedang tidak digunakan akan berada dalam kondisi tidak aktif, dan
alat sengat berada di dalam sel. Bila ada zooplankton atau hewan lain yang akan
ditangkap, maka alat penyengat dan racun akan dikeluarkan.
Struktur Skeleton
Pemberian nama karang adalah berdasarkan skeleton atau cangkangnya
yang terbuat dari kapur. Menurut (Suharsono, 2004), pengenalan morfologi dari
skeleton tersebut umumnya digunakan untuk mengidentifikasi karang. Lempeng
dasar yang merupakan lempeng yang terletak di dasar sebagai fondasi septa yang
muncul memberikan struktur yang tegak dan melekat pada dinding yang disebut
Epitheca (Epiteka). Keseluruhan skeleton yang terbentuk dari satu polip disebut
Coralit (Koralit), sedangkan keseluruhan skeleton yang dibentuk oleh keseluruhan
polip dalam satu individu atau satu koloni disebut Corallum (Koralum).
Permukaan koralit yang tebuka disebut Calyx (Kalik). Septa dibedakan menjadi
septa utama, kedua, ketiga dan seterusnya tergantung dari besar kecilnya dan
posisinya. Septa yang tumbuh hingga mencapai dinding luar dari koralit disebut
sebagai Costae (Kosta). Pada dasar sebelah dalam dari septa tertentu sering
dilanjutkan suatu struktur yang disebut Pali. Struktur yang berada di dasar dan
ditengah koralit yang sering merupakan kelanjutan dari septa disebut Columella
(Kolumela).
Selanjutnya

(Suharsono,

2004)

menyebutkan

bahwa

dari

cara

terbentuknya, koralit dibedakan menjadi dua, yaitu extra tentacular dan Intra
tentacular. Extra tentacular (Koralit terbentuk dari luar koralit lama). Intra
tentacular (koralit yang baru terbentuk dari koralit lama). Cara pembentukan
koloni karang yang demikian akhirnya membentuk berbagai koloni yang
dibedakan

berdasarkan

konfigurasi

koralit.

Bentuk

koralit

terdiri

dari

hydnoporoid, dendroid, phaceloid, plocoid, flabellate, cerioid dan meandroid.

Lebih jelasnya bentuk-bentuk koralit pada karang Non Acropora dan bentukbentuk percabangan koloni dan radial koralit dari marga Acropora sajikan dalam
Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk koralit pada koloni karang dan bentuk percabangan koloni dan
radial koralit dari marga Acropora

Asosiasi karang dengan Zooxanthellae
Karang hidup berasosiasi dengan biota lainnya. Dalam kehidupan
berasosiasi ini karang berperan sebagai produsen yang sekaligus sebagai
konsumen. Kedudukan yang unik ini disebabkan oleh karena karang bersimbiosis

dengan zooxanthelae yang menghasilkan bahan organik. Menurut Nyabakken
(1992 ) zooxanthellae merupakan sel-sel yang berwarna coklat, kuning emas, atau
kuning kecoklatan, yang merupakan spesies utama dari Dinoflagellata, termasuk
beberapa diatom dan kriptomona. Terapan fungsional simbiosis pertama-tama
dapat ditinjau dari kaitannya dengan transfer nutrisi diantara keduanya. Dalam
memenuhi nutrisinya semua karang dapat menggunakan tentakel-nya untuk
menangkap mangsa (plankton). Proses penangkapannya mempergunakan bantuan
nematocyte suatu bentuk protein spesifik yang mampu kemampuan proteksi dan
melumpuhkan biomassa tertentu seperti zooplankton. Meskipun mempunyai
kemampuan feeding active, akan tetapi kebanyakan proporsi terbesar makanan
karang berasal dari simbiosis yang unik, yaitu zooxanthellae. Zooxanthellae ini
merupakan algae uniselluler yang bersifat mikroskopik hidup dalam berbagai
jaringan tubuh karang yang transparan dan menghasilkan energi langsung dari
cahaya matahari melalui fotosintesis (Levinton , 1995).
Siklus reproduksi karang
Siklus reproduksi karang secara umum adalah sebagai berikut:
Telur dan sperma dilepaskan ke kolom air, fertilisasi menjadi zigot terjadi di
permukaan air dan dijumpai predator, terjadi pembelahan sel setelah 1 – 2 jam,
zygot berkembang menjadi larva planula yang kemudian mengikuti pergerakan
air. Menurut (Barnes dan Hughes, 1973), larva karang mempunyai kebiasaan
untuk terapung di permukaan, setelah itu berenang kembali ke dasar. Bila
menemukan dasaran yang sesuai, maka planula akan menempel di dasar. Planula
akan tumbuh menjadi polip kemudian

planula mencari substrat membentuk

koloni karang (rekrutmen), kemudian koloni mulai tumbuh dengan sempurna.
Sikslus reproduksi karang secara umum ditampilkan pada Gambar4.

Gambar 4. Siklus reproduksi karang secara umum, (Heward et. al., 1996)
Sebagian besar spesies karang zooxanthellae akan melepaskan telur dan
spermanya atau dikenal dengan memijahkan (spawning) dibandingkan dengan
cara mengerami larva (brooding) (Veron, 1995). Hasil pengamatan Richmond dan
Hunter (1990) mengatakan bahwa dari 210 spesies karang yang sudah dipelajari
sifat reproduksinya, sebagian besar (131)spesies dari mereka adalah hermaprodit
broadcast spawners, 11 spesies bersifat hermaprodit brooders, 37 spesies
gonochoris broadcaster dan tujuh spesies gonochoris brooders.
Fungsi biofisik terumbu karang
Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi antara lain sebagai gudang
keaekaragaman hayati laut, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat mencari
makan (feeding ground), tempat berpijah (spawning ground), daerah asuhan
(nursery ground), tempat berlindung bagi hewan laut lainnya. Terumbu karang
berfungsi sebagai biofisik dimana siklus biologi kimiawi dan fisik secara global
yang mempunyai tingkat produktifitas yang sangat tinggi. Terumbu karang

merupakan sumber bahan makanan langsung maupun tidak langsung dan sumber
obat-obatan.
Terumbu karang sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan
sumber utama bahan-bahan konstruksi. Disamping itu terumbu karang juga
mempunyai nilai yang penting sebagai pendukung dan penyedia bagi perikanan
pantai termasuk didalamnya sebagai penyedia lahan dan tempat budidaya berbagai
hasil laut. Terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai daerah rekreasi, baik
rekreasi pantai maupun rekreasi bawah laut lainnya. Terumbu karang juga dapat
dimanfaatkan sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta sebagai tempat
perlindungan biota-biota langka.
Faktor pengontrol terumbu karang
Ekosistem terumbu karang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan laut seperti cahaya, gelombang, arus, salinitas suhu, sedimentai,
ketersediaan makanan (nutrien), pasang surut, dan tipe substrat. Tingkat
kejernihan air dipengaruhi oleh partikel tersuspensi antara lain akibat dari
pelumpuran dan ini akan berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang masuk ke
dalam laut, sementara cahaya sangat diperlukan oleh zooxanthella yang
fotosintetik dan hidup di dalam jaringan tubuh binatang pembentuk terumbu
karang (Veron, 1995).
Gelombang laut umumnya menentukan pola dan dominasi suatu jenis
karang yang hidup pada suatu daerah. Pada daerah yang energi gelombangnya
kuat akan didominasi oleh jenis Pociloporoid, energi gelombang yang lemah dan
terlindung akan didominasi oleh karang Acroporoid, sedangkan energi yang
lemah didominasi oleh kelompok Porites.
Sedimentasi yang berada disekitar terumbu karang sangat berpengaruh
terhadap terumbu karang. Sumber sedimen dapat dipengaruhi oleh pola arus dan
gelombang yang ada pada suatu daerah. Karang yang tumbuh dekat dengan
daratan, sedimen dapat berasal dari aliran sungai. Abrasi pantai juga akan
mengakibatkan sedimentasi yang dapat secara langsung merusak jaringan karang
(Hubbard, 1992) Sedimen akan menghambat penetrasi sinar matahari yang
menyebabkan karang bekerja ekstra untuk membersihkannya. Demikian juga

sedimen dapat mengganggu proses rekrutmen, pada karang anakan bahkan bisa
membunuh karang tersebut. Secara keseluruhan sedimen dapat mempengaruhi
pertumbuhan karang (Veron, 1995).
Salinitas berpengaruh terhadap karang yang tumbuh di sekitar teluk yang
dangkal. Penurunan salinitas mempunyai efek yang lebih buruk dari pada
kenaikan salinitas. Banjir akan menurunkan salinitas dan berpengaruh terhadap
karang apalagi bersamaan saat air surut dan hujan turun lebat. Kejadian ini dapat
mematikan karang yang ada disekitarnya. Pasang surut sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan karang, karena pertumbuhan karang ke atas, dipengaruhi
oleh pasang surut. Hal ini dapat dilihat pada bagian karang yang mati pada bagian
atas, sedangkan pada bagian bawah masih hidup, selanjutnya pertumbuhan karang
akhirnya melebar ke arah samping (Guzman dan Cortes, 1992). Pola pasang surut
juga berpengaruh terhadap ketersediaan nutrien dan zat hara anorganik bagi
pertumbuhan karang.
Interaksi biologi karang dengan lingkungannya
Faktor fisik dan lingkungan mempunyai pengaruh terhadap keberadaan
karang dan keanekaragaman jenis. Karang juga dipengaruhi oleh faktor biologi
yang sangat mempengaruhi kesehatan karang untuk tetap hidup. Kekomplekan
dan keanekaragaman ini akan tetap ada jika kesetimbangan secara ekologis dapat
tercapai diantara karang dan biota yang berasosiasi dengannya. Asosiasi ini
misalnya dengan echinodermata, ikan jarang, lamun, alga, Acanthaster planci dan
biota lainnya. Karang mempunyai strategi tersendiri untuk dapat bertahan hidup.
Pengaturan strategi seperti bentuk pertumbuhan, kemampuan berreproduksi.
Masing-masing karang juga mempunyai respon yang berbeda terhadap ketahanan
terhadap penyakit, predator, kompetisi dalam perebutan ruang.
Interaksi secara biologi meliputi:
Agregasi: Karang secara alami dapat saling serang-menyerang sesamanya
dan secara alami terbentuk suatu hirarki dimana karang yang satu mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dari karang yang lain. Hal ini terlihat jelas pada
karang yang hidup saling berdekatan mereka dapat mengeluarkan jaringan
perutnya untuk mencerna karang yang lain. Agresi dapat juga dilakukan dengan

tumbuh saling menutupi satu sama lain bagi karang-karang yang tidak mempunyai
sifat agresif. Bentuk pertumbuhan dan kecepatan tumbuh juga merupakan strategi
karang untuk tetap bertahan. Karang bercabang mempunyai kecapatan tumbuh
yang jauh lebih cepat, sedangkan karang dengan bentuk pertumbuhan folios
merupakan adaptasi untuk menutupi karang yang lain dalam memperebutkan sinar
matahari.
Predator : Sifat predasi sudah dimulai pada saat karang masih tigkat larva.
Anakan karang sering dimakan oleh moluska atau oleh ikan sedangkan pada
tingkat dewasa, karang dimakan oleh Acanthaster planci (bulu seribu). Karang
yang dimakan oleh Acanthaster planci bisa berakibat fatal jika jumlahnya
melebihi 100 individu/ kilometer2. Pada terumbu karang dengan populasi
Acanthaster planci kurang dari 20 individu/ kilometer2 masih dianggap normal
(Brown, 1997). Pada waktu terjadi ledakan populasi Acanthaster planci jumlahnya
dapat mencapai 20 individu/ m2. Untuk pulih kembali dari serangan Acanthaster
planci memerlukan waktu sekitar 10 – 15 tahun. Selain itu karang juga
mempunyai strategi untuk faktor alami yang disebut dengan r - strategi dan k –
strategi (Sorokin, 1993)
Karang dengan sifat r-strategi mempunyai kemampuan untuk menempati
daerah yang terbuka dalam waktu yang relatif singkat, mempunyai kecepatan
tumbuh yang tinggi, menjadi dewasa lebih awal dan mempunyai siklus reproduksi
sepanjang tahun dan mempunyai sebaran vertikal dan horizontal yang sangat luas.
Karang yang tumbuh cepat dengan bentuk perumbuhan bercabang. Bentuk
reproduksi secara vgetatif, memungkinkan karang dengan tipe r-strategi ini
berpeluang hidup dalam lingkungan fisik tercemar, dimana mereka sering
mendominasi Akan tetapi jenis-jenis karang ini juga mempunyai sifat yang lemah
dalam berkompetisi, mempunyai ukuran yang relaif kecil dan harapan hidup yang
rendah. Jenis karang yang demikian diwakili dengan karang dari kelompok
Pociloporoid. Sedangkan

karang dengan bentuk pertumbuhan masif dan

kolumnar (K-strategi) mempunyai siklus reproduksi tahunan. Contoh karang
dengan karang K-strategi adalah anggota Poritidae dan fungiidae. Kebanyakan
dari mereka adalah memijahkan dan hanya sedikit yang bersifat vivipar. Setelah
mencapai kematangan sex, mereka sangat subur dan larva planulanya mampu

hidup lamadalam kolom air sebelum menempel. Mekanisme reproduksi dengan
memijahkan memungkinkan mereka melakukan fertilisasi silang dan juga
menghasilkan larva heterozigot yang lebih mampu bertahan hidup dan kompeten
sehingga mampu beradaptasi lbih baik pada habitat baru ditempat penempelan.
Predator secara fisik tidak akan mampu memangsa habis merea dalam waktu
singkat selama mereka terakumulasi di dalam kolom air (Sorokin, 1993). Sifatsifat kebalikan yang umumnya dimiliki karang-karang massive yaitu mempunyai
daya komepetisi tinggi, dengan harapan hidup yang panjang, mempunyai
kemampuan penyebaran yang terbatas dan kecepatan pertumbuhan yang lambat
serta siklus reproduksi terbatas. Karang seperti ini disebut sebagai karang dengan
sifat k-strategis.

Fenomena gempa bumi dan tsunami
Gempa Bumi bukanlah suatu hal yang baru bagi rakyat kita. Gempa bumi
bisa disebabkan oleh berbagai sumber, antara lain (1) letusan gunung berapi
(erupsi vukalnik), (2) tubrukan meteor, (3) ledakan bawah tanah (seperti uji
nuklir), dan (4) pergerakan kulit Bumi. Yang paling sering kita rasakan adalah
karena pergerakan kulit Bumi, atau disebut gempa tektonik. Berdasarkan
seismology, gempa tektonik dijelaskan oleh “Teori Lapisan Tektonik” Teori ini
menyebutkan bahwa lapisan bebatuan terluar yang disebut lithosphere
mengandung banyak lempengan. Di bawah lithospere ada lapisan yang disebut
athenosphere, lapisan ini seakan-akan melumasi bebatuan tersebut sehingga
mudah bergerak.
Tsunami berasal dari kata dalam bahasa Jepang - tsu: pelabuhan dan nami: gelombang yang sekarang digunakan di seluruh dunia untuk menyebut
gelombang laut besar yang terjadi akibat perpindahan permukaan laut secara
mendadak. Perpindahan air bisa disebabkan oleh gempa bawah laut, longsor,
letusan gunung berapi, atau dampak hantaman meteor yang besar. Saat sejumlah
besar lautan terpindahkan secara vertikal, gangguan menyebar luas dalam bentuk
tsunami karena laut mencoba untuk kembali pada keseibangan gravitasinya. Saat
skala horizontal gangguan jauh lebih besar dibandingkan kedalaman air, seluruh
kolom air dari permukaan sampai ke dasar laut bergerak koheren dalam arah

horizontal. Biasanya tsunami besar akan melintasi laut dalam sebagai gelombang
kecil, bahkan sering kurang dari satu meter, tetapi kecepatannya 600 km/ jam atau
lebih. Sehingga dapat melewati kapal tanpa diketahui, karena itu para nelayan
jepang menamainya tsunami untuk menggambarkan gelombang yang dapat
menghancurkan rumah mereka di darat, tanpa dapat diketahui kedatangannya saat
di laut. Saat tsunami mendekati perairan dangkal, gelombang melambat dan
ukurannya meningkat secara dramatis, kadang mencapai ketinggian sepuluh
meter. Secara umum skema terjadinya tsunami disajikan dalam Gambar 5
skem a tsunam i

Gambar 5. skema terjadinya tsunami (http://www.wikipedia.org)

Keberadaan terumbu karang penting untuk mengurangi kerusakan tsunami
Terumbu karang memainkan peran penting dalam perlindungan garis
pantai dari abrasi gelombang terutama mengurangi dampak gelombang dan
gelombang badai tropis. Hal ini sangat jelas terlihat pada pulu-pulau tropis dengan
pantai berpasir, hamparan rumput laut, dan hutan mangrove di belakang terumbu
karang. Fungsi perlindungan ini menjadi penting terutama dimasa depan karena
adanya perkiraan bahwa perubahan iklim akan mengakibatkan naiknya
permukaan laut serta meningkatnya frekwensi dan tingkat kedashyatan badai
tropis. Fungsi perlindungan dari terumbu karang ini akan menjadi penting bagi
keberlangungan hidup masyarakat yang hidup dikawasan atol karang (seperti
Maladewa, Kiribati dan Tuvalu). Kawasan-kawasan tersebut terdiri dari pulaupulau karang yang tingginya jarang lebih dari 2 m diatas permukaan laut saat
pasang.

Bukti-bukti

yang

dikumpulkan

pasca

tsunami

Desember

2004

menunjukkan bahwa gelombang besar biasanya lebih tinggi dari 10 m, lewat
begitu saja didaerah terumbu karang tanpa mengalami penurunan kecepatan
Wilkinson et al., (2006). Analisis awal dari ilmuwan-ilmuwan UNEP (United
Nations Environment Programme) menunjukkan minimya perlindungan daratan
yang langsung berada di balik terumbu-terumbu karang di Indonesia, Thailand
dan Srilangka. Namun, kerusakan yang lebih besar terjadi pada kawasan dengan
terumbu