Makalah dan terumbu dan karang

makalah terumbu karang

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar dan secara geografis terletak di antara Samudera
Pasifik dan

Samudera

Hindia,

keanekaragaman hayati

laut

Indonesia tak

tehitung

jumlahnya. Terumbu karang Indonesia sangat beraneka ragam dan memegang peranan
yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan

stabilitas fisik pada garis pantai tetangga sekitarnya. Oleh karena itu harus dilindungi dan
dikembangkan secara terus menerus baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun
generasi mendatang. Terumbu karang sangat mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan
sekitarnya baik secara fisik juga biologis. Akibat kombinasi dampak negatif langsung dan tidak
langsung pada terumbu karang Indonesia, sebagian besar terumbu karang di wilayah Indonesia
saat ini sudah mengalami kerusakan yang sangat parah. Bagaimanapun juga, tekanan terhadap
keberadaan terumbu karang paling banyak diakibatkan oleh kegiatan manusia, sehingga
perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan. Peningkatan kegiatan manusia sepanjang garis
pantai semakin memperparah kondisi terumbu karang.Oleh karena itu merupakan kebutuhan
mendesak untuk menerapkan konservasi dan rencana-rencana pengelolaan yang baik untuk
melindungi terumbu karang dari kerusakan yang semakin parah. Langkah dan kebijakan yang
perlu dilakukan untuk mengurangi ancaman terhadap terumbu karang di Indonesia adalah
dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya menjaga kelestarian terumbu
karang dan meningkatkan keterlibatan semua pihak dalam menjaga kelestarian terumbu karang
di Indonesia.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana kondisi terumbu karang di Indonesia.
2.

Apa penyebab – penyebab kerusakan yang terjadi pada terumbu karang di Indonesia dan

bahayanya terhadap lingkungan hidup.

3.

Apa saja upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan terumbu karang dari
kerusakan .
1.3 Maksud dan Tujuan

1. Dapat mengetahui kondisi terumbu karang di Indonesia.
2. Mempelajari mengenai fungsi dan manfaat terumbu karang.
3.

Dapat mengetahui sebab – sebab kerusakan terumbu karang yang selama ini terjadi dan
dampaknya bagi lingkungan.

4.

Dapat mengetahui hal – hal apa saja yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan terumbu
karang.
1.4 Kegunaan Penulisan

Dari hasil karya tulis ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat.
Pertama, dapat memberi gambaran kondisi terumbu karang di Indonesia yang sudah sangat
memprihatinkan. Kedua, dapat memberi informasi mengenai terumbu karang, baik fungsi dan
manfaatnya bagi masyarakat. Ketiga, penyebab kerusakan terumbu karang yang selama ini
telah terjadi di perairan Indonesia. Keempat, dapat mengetahui dan ikut serta dalam
upaya penyelamatan lingkungan, khususnya terumbu karang. Kelima, dapat meningkatkan
kesadaran serta ikut terlibat dalam menjaga kelestarian terumbu karang di Indonesia.
1.5 Metodologi penulisan
Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penilis menggunakan studi kepestakaan,
yaitu penulis mencari buku-buku yang berubungan dengan Terumbu Karang. Selain dari bukubuku penulis juga mengambil materi dari internet dan artikel.

BAB II
TERUMBU KARANG
2.1 Pengertian Terumbu Karang
Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut
utama. Terumbu karang merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu
membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan ini
hidup dengan memakan berbagai mikroorganisme yang hidup melayang di kolom perairan
laut.Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk
sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun.

Tergantung dari jenis, dan kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya tumbuh
beberapa milimeter saja per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saja saat ini paling tidak
mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam. Terumbu Karang menjadi rumah bagi ribuan
spesies makhluk hidup. Jika rumahnya saja dalam kondisi tidak baik atau bahkan hancur,
bisa dibayangkan berapa banyak makhluk hidup yang terancam punah. Diperkirakan lebih dari
3.000 spesies dapat dijumpai pada terumbu karang. Terumbu karang lebih banyak mengandung
hewan vertebrata. Beberapa jenis ikan seperti ikan kepe-kepe dan betol menghabiskan seluruh
waktunya di terumbu karang, sedangkan ikan lain seperti ikan hiu atau ikan kuwe lebih banyak
menggunakan waktunya di terumbu karang untuk mencari makan. Udang lobster, ikan scorpion
dan beberapa jenis ikan karang lainnya diterumbu karang bagi mereka adalah sebagai tempat
bersarang dan memijah. Terumbu karang yang beraneka ragam bentuknya tersebut memberikan
tempat persembunyian yang baik bagi iakn. Di situ hidup banyak jenis ikan yang warnanya
indah.

Gmb. Jaring makanan ekosistem Terumbu karang (www. blueseafer.wordpress.com)
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena
cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang
dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut
tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Kondisi Optimum

Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan
kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20 oC. Terumbu
karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini
dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang. Beberapa terumbu karang
membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun
terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang
terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil
fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya.
2.2.1 Jenis-Jenis Terumbu Karang
2.2.1.1 Berdasarkan letak
a. Terumbu karang tepi ( fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai
dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan
pertumbuhan ke

atas

dan

perkembangannya,


terumbu

ke

arah

ini berbentuk

luar

menuju

melingkar

laut
yang

lepas.


Dalam

proses

ditandai

dengan

adanya

bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai
yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken
(Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
b. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke
arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang
membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.
Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk

gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan

Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
c. Terumbu karang cincin ( atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau
vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut
Darwin, terumbu

karang

cincin

merupakan

proses

lanjutan

dari

terumbu


karang

penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi),
Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua).
d. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island).
Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis,
membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal
atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta),
Kepulauan Ujung Batu (Aceh).
2.2.1.2 Berdasarkan Zonasi
a. Terumbu yang menghadap angin
Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa Inggris: Windward reef) Windward
merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh lereng terumbu
yang menghadap ke arah laut lepas. Di lereng terumbu, kehidupan karang melimpah pada
kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada
kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu yang memiliki kelimpahan karang
keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur. Mengarah ke dataran pulau atau
gosong terumbu, di bagian atas teras terumbu terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di
punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai

pematang alga. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu yang sangat dangkal.
b. Terumbu yang membelakangi angin

Terumbu yang membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi yang membelakangi
arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit
daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman
goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang
karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih
besar.
2.2.1.3 Berdasarkan kepada Kemampuan memproduksi Kapur
a.

Karang hermatipik
Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal
menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan didaerah tropis. Karang hermatipik
mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah
pertumbuhannya selalu bersifat fototeopik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan
pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar
perairan tersebut.


b. Karang ahermatipik.
Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang
tersebar luas diseluruh dunia. Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik
adalah adanya simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae, yaitu
sejenis algae unisular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodi niummicroadriatum, yang
terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan fotosistesis. Hasil samping
dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas.
Ciri ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang.

2.2.1.4 Berdasarkan Bentuk dan Tempat Tumbuh
a.

Terumbu (reef)

Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya
dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain, seperti alga berkapur, yang mensekresi kapur,
seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar
suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang
terbentuk oleh batuan kapur (termasuk karang yang masuh hidup) di laut dangkal.
b. Karang (koral)
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu
mensekresi CaCO3. Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum
Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Dalam proses pembentukan terumbu karang
maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang
pembangun terumbu. Karang adalah hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau jutaan
individu yang disebut polip. Contoh makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang terdiri atas
banyak ruas.
c.

Karang terumbu

Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik
(hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari karang
lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang merupakan batu
cadas atau batuan vulkanik.
d. Terumbu karang
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur
(CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang
hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, Krustasea, Echinodermata, Polikhaeta,
Porifera, dan Tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk
jenis-jenis Plankton dan jenis-jenis nekton.

2.2.2 Kondisi Yang Baik Bagi Terumbu Karang
Terumbu karang dapat tumbuh dengan baik di perairan laut dengan suhu 21° - 29° C.
Masih dapat tumbuh pada suhu diatas dan dibawah kisaran suhu tersebut, tetapi pertumbuhannya
akan sangat lambat. Karena itulah terumbu karang banyak ditemukan di perairan tropis
seperti Indonesia dan juga di daerah sub tropis yang dilewari aliran arus hangat dari daerah tropis
seperti Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan Jepang. Karang membutuhkan perairan
dangkal

dan

bersih

zooxanthellae untuk

yang

dapat

ditembus

ber-fotosintesis.

cahaya

Pertumbuhan

matahari yang

karang

digunakan

oleh

pembentuk terumbu

pada

kedalaman 18 - 29 m sangat lambat tetapi masih ditemukan hingga kedalaman lebih dari
90 m. Karang memerlukan salinitas yang tinggi untuk tumbuh, oleh karena itu, di sekitar
mulut sungai atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk akan lambat karena karang
membutuhkan perairan yang kadar garamnya sesuai untuk hidup.
2.3 Fungsi Terumbu Karang
1. Pelindung ekosistem pantai.
Terumbu

karang

akan

menahan

dan

memecah

energi

gelombang

sehingga

mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
2. Terumbu karang sebagai penghasil oksigen.
Terumbu karang memiliki kemampuan untuk memproduksi oksigen sama seperti fungsi
hutan di daratan, sehingga menjadi habitat yang nyaman bagi biota laut.
3. Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup.
Terumbu karang menjadi tempat bagi hewan dan tanaman yang berkumpul untuk
mencari makan, berkembang biak, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini
artinya terumbu karang mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk
sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat
dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 300 juta orang di dunia
menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang
4. Sumber obat-obatan.
Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa
menjadi obat bagi manusia. Saat ini sudah banyak dilakukan berbagai penelitian mengenai
bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai penyakit.
5. Objek wisata .

Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan pada kegiatan diving,
karena variasi terumbu karang yang berwarna-warni dan bentuk yang memikat merupakan
atraksi tersendiri bagi wisatawan baik asing maupun domestik. Diperkirakan sekitar 20
juta penyelam, menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun. Hal ini dapat
memberikan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar.
6. Daerah Penelitian
Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan
yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang
terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu
penelitian yang lebih intensif untuk mengetahuinya.
7. Mempunyai nilai spiritual
Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat penting. Laut yang
terjaga karena terumbu karang yang baik tentunya mendukung kekayaan spiritual ini.
Menurut Moberg and Folke (1999) dalam Cesar (2000) menyatakan bahwa fungsi
ekosistem terumbu karang yang mengacu kepada habitat, biologis atau proses ekosistem sebagai
penyumbang barang maupun jasa. Untuk barang merupakan yang terkait dengan sumberdaya
pulih seperti bahan makanan yaitu ikan, rumput laut dan tambang seperti pasir, karang.
Sedangkan untuk jasa dari ekosistem terumbu karang dibedakan :
1. Jasa struktur fisik sebagai pelindung pantai.
2. Jasa biologi sebagai habitat dan dan suport mata rantai kehidupan.
3. Jasa biokimia sebagai fiksasi nitrogen.
4. Jasa informasi sebagai pencatatan iklim.
5. Jasa sosial dan budaya sebagai nilai keindahan, rekrasi dan permainan

2.4 Manfaat dari Terumbu Karang
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik
secara ekologi maupun ekonomi. Jenis-jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu
karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung :
a. Pemanfaatan secara langsung oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya ikan
(kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu

karang, pariwisata,

pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.

penelitian

dan

b. Pemanfaatan secara tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai
penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.
Menurut Suprihayono (2000) beberapa aktivitas pemanfaatan terumbu karang yaitu :
1. Perikanan terumbu karang
Masalah perikanan merupakan bagian dari ekosistem bahkan keanekaragaman karang
dapat mencerminkan keanekaragaman jenis ikan. Semakin beragam jenis terumbu karang akan
semakin beraneka ragam pula jenis ikan yang hidup di ekosistem tersebut. Oleh karena itu
masalah perikanan tidak bisa diabaikan pada pengelolaan ekosistem terumbu karang. Dengan
meningkatnya jumlah penduduk saaat ini maka jumlah aktivitas penangkapan ikan di ekosistem
terumbu karang juga meningkat. Apabila hal ini dilakukan secara intensif, maka kondisi ini
memungkinkan terjadinya penurunan stock ikan di ekosistem terumbu karang. Keadaan ini akan
memakan waktu lama untuk bisa pulih kembali. Pengelolaan yang efektif harus didasarkan pada
pengetahuan biologis target spesies, sehingga teknik penangkapan yang tepat dapat ditentukan.
Pengelolaan terumbu karang ini cenderung lebih banyak ditekankan pada pengambilan karang
atau aktivitas manusia seperti pengeboman ikan karang, dan yang lainnnya secara tidak langsung
dapat merusak karang.
2. Aktivitas Pariwisata Bahari
Untuk menjaga kelestarian potensi sumberdaya hayati daerah-daerah wisata bahari, maka
di Indonesia telah dibentuk suatu kerja sama pengembangan kepariwisataan (Touris
Development Cooperation) yang modalnya berasal dari para investor lokal, pemerintah lokal dan
regional dan masyarakat Badan Kerjasama Pariwisata dapat dijumpai di Nusa Dua Bali dan
Manado. Adapun tugas badan ini diantaranya adalah
a.

Menjaga daya tarik masyarakat terhadap pengembangan pariwisata.

b. Membantu pengusaha menempati kebijaksanaan pemerintah.
c.

Pengadaaan dana pinjaman untuk pembangunan infra struktur.

d.

Pemanfaatan taman laut untuk tujuan wisata pada umumnya diperoleh melalui agen- agen
pariwisata dan scuba diving. Namun kedua agen atau arganisasi tersebut lebih mementingkan
profit daripada harapan konservasi yaitu pelestarian sumberdaya alam laut. Sebagai akibatnya

aktivitas mereka sering menimbulkan hal hal yang tidak diinginakan atau bertentangan dengan
nilai estetika atau carrying capacity lingkungan laut.
3. Aktivitas Pembangunan Daratan
Aktivitas pembangunan di daratan sangat menentukan baik buruknya kesehatan terumbu
karang. Aktivitas pembangunan yang tidak direncanakan dengan baik di daerah pantai akan
menimbulkan dampak terhadap ekosistem terumbu karang. Beberapa aktivitas seperti
pembukaan hutan mangrove, penebangan hutan, intensifikasi pertanian, bersama-saa dengan
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) yang jelek umumnya akan meningkatkan kekeruhan dan
sedimentasi di daerah terumbu karang.
4. Aktivitas Pembangunan di Laut
Aktivitas pembangunan di laut, seperti pembangunan darmaga pelabuhan, pengeboran
minyak, penambangan karang, pengambilan pasir dan pengambilan karang dan kerang untuk
cinderamata secara langsung maupun tidak langsung akan memebahayakan kehidupan terumbu
karang. Konstruksi pier dan pengerukan alur pelayanan menaikkan kekeruhan demikian juga
dengan eksploitasi dan produksi minyak lepas pantai, selain itu tumpahan minyak tanker juga
membahayakan terumbu karang seperti yang terjadi di jalur lintasan international.

BAB III
KONDISI TERUMBU KARANG DI INDONESIA
3.1 Persebaran dan Kondisi Terumbu Karang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang garis pantai lebih
dari 95.000 km, serta lebih dari 17.000 pulau. Terumbu karang yang luas melindungi kepulauan
Indonesia. Diperkirakan luas terumbu karang di Indonesia sekitar 51.000 km2. Ini belum
mencakup terumbu karang di wilayah terpencil yang belum dipetakan atau yang berada di
perairan agak dalam. Terdapat 18% dari terumbu karang di dunia berada di perairan
Indonesia. Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati yang tertinggi di dunia meliputi
590 jenis karang batu, 2500 jenis Molusca, 1500 jenis udang-udangan dan lebih dari 2500 jenis
ikan. Terumbu karang di Indonesia memberikan keuntungan pendapatan sebesar US$1,6
milyar/tahun. Dengan kondisi alam dan keanekaragaman hayati yang begitu banyak yang
dimiliki Indonesia, seharusnya bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Terumbu karang
di Indonesia yang sangat beragam dan bernilai, mengalami ancaman yang sangat besar.
Ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya laut telah menyebabkan eksploitasi
besar-besaran dan kerusakan terumbu karang, terutama yang berdekatan dengan pusat
pemukiman penduduk. Selama 50 tahun terakhir, proporsi penurunan kondisi terumbu
karang Indonesia telah meningkat dari 10% menjadi 50%. Hasil survei P2O LIPI pada
tahun 2006 menyebutkan bahwa hanya 5,23% terumbu karang di Indonesia yang berada di
dalam kondisi yang sangat baik. Penangkapan ikan secara ilegal telah meluas ke banyak pulau di
Indonesia, bahkan di daerah yang dilindungi. Hal ini bukan hanya mengakibatkan kerugian
ekonomi yang sangat besar tapi juga kerusakan lingkungan yang sangat parah. Keberadaan
pengelolaan dan institusi khusus untuk melindungi terumbu karang Indonesia sangatlah
sedikit. Hingga tahun 1999, tidak ada institusi pemerintah yang memfokuskan diri pada
pengelolaan sumber daya pesisir. Pemerintah Indonesia tidak dapat memenuhi target
pengelolaan yang direncanakan, karena tidak adanya koordinasi serta kondisi politik yang
bergejolak. Eksploitasi berlebihan pada sumber daya hayati sekarang ini menjadi isu kritis, dan
menjadi

masalah

besar

dalam

manajemen

keanekaragaman

hayati

khususnya

keanekaragaman biota laut. Apalagi kerusakan terumbu karang (coral reef) yang banyak
menyita perhatian, karena perannya yang sentral dalam ekosistem laut.

(www. blueseafer.wordpress.com)
(sumber : www.tumblr.com)

3.2 Penyebab Kerusakan Terumbu Karang
Sejak dahulu penduduk yang tinggal di dekat pantai berhubungan dengan terumbu
karang dalam kondisi yang harmonis. Namun dalam beberapa waktu terakhir ini, melalui adanya
teknologi baru dan naiknya permintaan terhadap produksi laut menyebabkan terumbu
karang menjadi obyek dari perusakan yang serius. Banyak ilmuwan melihat bahwa
penyebab utama kerusakan terumbu karang adalah manusia (anthropogenic impact),
misalnya

melalui

kegiatan

tangkap

lebih

(over-exploitation)

terhadap

hasil

laut,

penggunaan teknologi yang merusak (seperti potassium cyanide, bom ikan, muro ami dan
lain-lain), erosi, polusi industri dan mismanajemen dari kegiatan pertambangan telah
merusak terumbu karang baik secara langsung maupun tidak langsung. Akar permasalahan dari
timbulnya ulah manusia untuk merusak terumbu karang adalah :
a.

Kependudukan dan Kemiskinan

b. Tingkat Konsumsi Berlebihan dan Kesenjangan Sumber daya Alam
c.

Kelembagaan dan Penegakan Hukum

d. Rendahnya Pemahaman tentang Ekosisteme.
e.

Kegagalan sistem Ekonomi dan Kebijakan dalam Penilaian Ekosistem
3.2.1 Kerusakan Terumbu Karang Akibat Pembangunan di Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir yang tidak dikelola dengan baik dapat mengancam keselamatan
terumbu karang akibat sedimentasi dan pencemaran perairan laut. Pengerukan, reklamasi,
penambangan pasir, pembuangan limbah padat dan cair, dan konstruksi bangunan,
semuanya dapat mengurangi pertumbuhan karang, bahkan menyebabkan pemutihan karang
dalam kasus-kasus yang berat. Ancaman terhadap terumbu karang akibat pembangunan
wilayah pesisir dianalisis berdasarkan jarak ke pusat pemukiman penduduk, luas area pusat
pemukiman, tingkat pertumbuhan penduduk, dan jarak ke pangkalan udara, pertambangan,
fasilitas pariwisata, dan pusat fasilitas selam. Pemanfaatan sumberdaya dan aktivitas
pembangunan menimbulkan dampak terhadap lingkunagan ekosistem pesisir dan pulau – pulau

kecil. Dampak tersebut dapat berupa ancaman terhadap penurunan populasi, keanekaragaman
biota, serta kerusakan ekosistem dan pantai.
Jenis ancaman gangguan sumberdaya alam pesisir di provinsi bengkulu dapat dibedakan
dari faktor penyebab yaitu ancaman ekploitasi dan ancaman pencemaran serta kerusakan akibat
pembangunan. Ancaman akibat kegiatan ekploitasi meyebabkan degradasi beberapa sumber daya
alam diantaranya kerusakan terumbu karang, penurunan populasi ikan,pengurangan habitat hutan
bakau dan padang lamun. Kerusakan terumbu karang dan penurunan ikan karang disebabkan
pengboman karang. Penurunan ekosistem bakau disebabkan penebangan pohon dan pembukaan
lahan tambak.
Ancaman akibat aktivitas pembangunan berupa fisik seperti pengerukan dan
pengurungan, limbah pencemaran dan konversi lahan.meningkatnya kerusakan terumbu karang ,
dewasa ini telah mengkhawatirkan banyak kalangan, karena dengan rusaknya terumbu karang
akan banayak mempengaruhi status keanekaragaman hayati laut yang kita miliki selama ini.
Kerusakan terumbu karang terutama diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti penggunaan
bahan peladek, pen ggunaan sianida, untuk menangkap ikan, sedimentasi dan pencemaran.
Pemnafaatan potensi terumbu karang tidak jarang hanya berpegang pada salah satu fungsi yang
lain yaitu sebagai penyokong kehidupan dan sosial budaya.
3.2.2 Kerusakan Terumbu Karang Akibat Pencemaran
3.2.2.1 Pencemaran Laut
Aktivitas di laut yang mengancam terumbu karang antara lain pencemaran dari
pelabuhan, tumpahan minyak, pembuangan bangkai kapal, pembuangan sampah dari atas
kapal, dan akibat langsung dari pelemparan jangkar kapal. Produk-produk minyak bumi dan
kimia lain yang dibuang di dekat perairan pantai, pada akhirnya akan mencapai terumbu
karang. Bahan-bahan pencemar ini akan meracuni polip karang dan biota laut lainnya. Kerusakan
ekositem terumbu karang tidak terlepas dari aktivitas manusia baiok di daratan maupun pada
ekosistem peseisir dan lautan kegiatan manusia baik di daratan seperti industri, pertanian, rumah
tangga akhir nya kana dapat ma imbulkan dampak negatif bukan saja pada perairan tetapi juga
pada ekosdistem terumbu karang atau pesisir dsan lautan.

Peta Terumbu Karang Yang terancan dari Pencemaran dari Air Laut
3.2.2.2 Sedimentasi dan Pencemaran Darat
Penebangan hutan, perubahan tata guna lahan, dan praktek pertanian yang buruk,
semuanya menyebabkan peningkatan sedimentasi dan masuknya unsur hara ke daerah tangkapan
air. Sedimen dalam kolom air dapat sangat mempengaruhi pertumbuhan karang, atau
bahkan menyebabkan kematian karang. Kandungan unsur hara yang tinggi dari aliran
sungai dapat merangsang pertumbuhan alga yang beracun. Konstruksi di daratan dan sepanjang
pantai, penambangan atau pertanian di daerah aliran sungai ataupun penebangan hutan tropis
menyebabkan tanah mengalami erosi dan terbawa melalui aliran sungai ke laut dan terumbu
karang. Kotoran-kotoran, lumpur ataupun pasir-pasir ini dapat membuat air menjadi kotor dan
tidak jernih lagi sehingga karang tidak dapat bertahan hidup karena kurangnya cahaya. Hutan
mangrove dan padang lamun yang berfungsi sebagai penyaring juga menjadi rusak dan
menyebabkan sedimen dapat mencapai terumbu karang. Penebangan hutan mangrove untuk
keperluan kayu bakar dapat merubah area hutan mangrove tesebut menjadi pantai terbuka.
Dengan membuka tambak-tambak udang dapat merusak tempat penyediaan udang alami.
Pengaruh Sedimentasi pada perkembangan terumbu karang yang tersebar di lautan
3.2.2.3 Aliran Drainase
Aliran drainase yang mengandung pupuk dan kotoran yang terbuang ke perairan
pantaiyang mendorong pertumbuhan algae yang akan menghambat pertumbuhan polip karang,
mengurangi asupan cahaya dan oksigen. Penangkapan secara berlebihan membuat masalah ini
bertambah buruk karena ikan-ikan yang biasanya makan algae juga ikuk tertangkap.
3.2.2.4 Penangkapan Ikan dengan Sianida

Kapal-kapal penangkap ikan seringkali menggunakan Sianida dan racun-racun lain untuk
menangkap ikan-ikan karang yang berharga. Metode ini acap digunakan untuk menangkap ikanikan tropis untuk akuarium dan sekarang digunakan untuk menangkap ikan-ikan sebagai
konsumsi restoran-restoran yang memakai ikan hidup.
3.2.3 Eksploitasi
Penangkapan ikan secara berlebihan memberikan dampak perubahan pada ukuran, tingkat
kelimpahan, dan komposisi jenis ikan. Hal itu disebabkan ikan turut berperan di dalam
mencapai keseimbangan yang harmonis di dalam ekosistem terumbu karang. Penangkapan
besar-besaran akan menyebabkan terumbukarang menjadi rapuh terhadap gangguan dari
alam maupun gangguan dari kegiatan manusia.Penangkapan ikan dengan menggunakan racun
dan pengeboman ikan merupakan praktek yang umum dilakukan, yang memberikan dampak
sangat negatif bagi terumbu karang. Penangkapan ikan dengan racun akan melepaskan racun
sianida ke daerah terumbu karang, yang kemudian akan membunuh atau membius ikanikan. Karang yang terpapar sianida berulang kali akan mengalami pemutihan dan kematian.
Pengeboman ikan dengan dinamit atau dengan racikan bom lainnya, akan dapat menghancurkan
struktur terumbu karang, dan membunuh banyak sekali ikan yang ada di sekelilingnya.
3.2.4 Perubahan Iklim Global
Isu mengenai global warming yang banyak dibicarakan, berdampak besar pada terumbu
karang.

Peningkatan

suhu

permukaan

laut

telah

menyebabkan

pemutihan

karang

(bleaching) yang lebih parah dan lebih sering. Peristiwa-peristiwa alam seperti El Nino
dan Tsunami juga menyebabkan kerusakan yang serius terhadap kelangsungan hidup terumbu
karang.
3.3 Dampak Dari Kerusakan Terumbu Karang
Ancaman

terhadap kelangsungan

hidup

terumbu

karang,

mengakibatkan

kerusakan

lingkungan yang besar. Terumbu karang yang merupakan sentral dari ekosistem laut
sangat mempengaruhi kehidupan di laut. Komposisi oksigen di laut menjadi berkurang. Banyak
biota laut, baik hewan maupun tumbuhan akan ikut musnah jika terumbu karang menjadi rusak.
Selain itu, di daerah-daerah pesisir pantai akan mudah terjadi abrasi, mengakibatkan
perubahan lingkungan yang drastis dan membuat tidak adanya perlindungan terhadap daerah
pantai. Berbagai pencemaran yang terjadi bukan hanya merusak laut tapi juga mengancam

kesehatan manusia. Ikan yang ditangkap dengan menggunakan racun kemudian di konsumsi
sangat membahayakan manusia.

BAB IV
UPAYA-UPAYA UNTUK MENYELAMATKAN TERUMBU KARANG
4.1 Perlunya Kesadaran Manusia
Dalam upaya menyelamatkan terumbu karang, yang paling utama adalah perlunya
kesadaran dari manusia untuk menjaga dan melestarikan terumbu karang. Untuk itu, diperlukan
pemberian informasi, pengetahuan, dan wawasan mengenai terumbu karang. Fungsi dari
terumbu karang, manfaatnya, kondisi dari terumbu karang saat ini, dan apa yang akan
terjadi jika kerusakan terumbu karang ini terus berlanjut. Dengan adanya pendidikan
mengenai terumbu karang, maka akan ada rasa memiliki sehingga manusia bisa peduli dan
melindungi terumbu karang. Beberapa hal berikut yang dapat dilakukan secara individu untuk
mengurangi kerusakan terumbu karang :
 Terapkan prinsip 3R (reduce-reuse-recycle) dan hemat energi. Terumbu karang adalah
ekosistem yang sangat peka terhadap perubahan iklim. Kenaikan suhu sedikit saja dapat
memicu pemutihan karang (coral bleaching). Pemutihan karang yang besar dapat diikuti oleh
kematian massal terumbu karang. Jadi apapun yang dapat kita lakukan untuk mengurangi
dampak global warming, akan sangat membantu terumbu karang.
 Buang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah ke sungai yang kemudian akan
bermuara ke laut. Hewan laut besar sering terkait pada sampah-sampah sehingga mengganggu
gerakannya. Misalnya sampah plastik yang transparan diperkirakan kadang dimakan oleh
penyu karena tampak seperti ubur-ubur. Sampah plastik ini akan mengganggu pencernaanya.

 Bergabung dengan organisasi pecinta lingkungan. Saling berbagi ilmu, pendapat, dan
berdiskusi. Membangun trend hidup ramah lingkungan.
 Bergabung dengan gerakan-gerakan sukarelawan, atau terlibat aktif dalam kegiatan
lingkungan.
 Bagi penyelam pemula atau yang sedang belajar sebaiknya melakukan penyelaman di
perairan yang tidak ber-terumbu karang.
4.2 Peranan Pemerintah
Keikutsertaan pemerintah dalam melestarikan terumbu karang sangat penting.
Pemerintah sebagai pengatur dan pengawas masyarakat. Pemerintah dapat menetapkan kebijakan
dan peraturan-peraturan untuk menyelamatkan terumbu karang. Membuat rencana-rencana
perbaikan lingkungan yang sudah rusak dan mencegah kerusakan terumbu karang.
Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi
lingkungan untuk menjaga kelestarian terumbu karang. Misalnya melakukan kampanyekampanye lingkungan hidup bekerjasama dengan media-media atau organisasi seperti
National Geographic Indonesia, WWF Indonesia, Yayasan Reef Check Indonesia, LIPI
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan Yayasan TERANGI (Terumbu Karang Indonesia)
dan lainnya untuk mengawasi kelangsungan hidup terumbu karang. Baik mengawasi
eksploitasi karena ulah manusia, pertumbuhan terumbu karang yang sedang direstorasi,
dan pengawasan daerah terumbu karang yang terancam di Indonesia. Upaya restorasi adalah
tindakan untuk membawa ekosistem yang telah terdegradasi kembali menjadi semirip mungkin
dengan kondisi aslinya sedangkan tujuan utama restorasi terumbu karang adalah untuk
peningkatan kualitas terumbu yang terdegradasi dalam hal struktur dan fungsi ekosistem.
Mencakup restorasi fisik dan restorasi biologi. Restorasi fisik lebih

mengutamakan

perbaikan terumbu dengan fokus pendekatan teknik, dan restorasi biologis yang terfokus untuk
mengembalikan biota berikut proses ekologis ke keadaan semula. Pemerintah harus benarbenar merealisasikan upaya-upaya untuk menyelamatkan terumbu karang. Pemerintah perlu
bersikap tegas mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi dan berusaha dengan sebaikbaiknya melindungi terumbu karang yang juga merupakan aset negara.
4.3 Upaya Perlindungan Lingkungan Secara Global
Perubahan – perubahan lingkungan yang terjadi akan berdampak pada perubahan
lingkungan secara global. Antara satu negara dengan negara lain memiliki tanggung jawab yang

sama terhadap kerusakan lingkungan. Banyak deklarasi-deklarasi yang disepakati oleh banyak
negara dalam upaya menyelamatkan lingkungan. Begitu pula dengan menyelamatkan
terumbu karang. Telah banyak kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui oleh banyak
negara untuk bekerja sama dalam menjaga lingkungan. Yang paling terakhir dilakukannya
World Ocean Conference (WOC) atau disebut juga Manado Ocean Declare pada tanggal
11-15 Mei 2009 di Manado. Deklarasi ini disepakati oleh 61 negara, termasuk negaranegara Coral Triangle Initiative Summit yang merupakan kawasan yang kaya akan terumbu
karang. Dalam deklarasi ini disepakati komitmen bersama mengenai penyelamatan lingkungan
laut dari ancaman global warming dan komitmen program penyelamatan lingkungan laut
secara berkelanjutan di tiap negara. Kampanye lingkungan hidup seperti ini sangat baik bagi
upaya penyelamatan lingkungan. Apalagi dilakukan secara global yang menjaring banyak
pihak sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih cepat dan lebih baik lagi.
(www.id.wikipedia.org/terumbu-karang)

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terumbu karang merupakan organisme yang sangat peka terhadap perubahan –perubahan yang
terjadi pada lingkungan di sekitar nya, dengan sifat nya menjadikan organisme ini sangat rentan
terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh manusia maupun secara alami.
Ekosistem terumbu karang di laut sangat penting. Karena terumbu karang merupakan
tempat hidup dan tempat mencari makan dari berbagai jenis ikan yang ada di laut. Terumbu
karang juga menjaga kelestarian dari luat, bila terumbu karang rusak maka ekosistemnya akan
rusak. Pemulihan terumbu karang yang rusak sangatlah lama memerlukan waktu ratusan taun
untuk menumbuhkan terumbu karang agar dapat menjadi tempat yang baik untuk hidup ikan.
Kelakukan buruk yang dilakukan manusia mengancam ekosistem terumbu karang. Banyak yang
dilakukan oleh manusia yang merusak terumbu karang, mereka tidak sadar bahwa apabila
terumbu karang rusak maka laut sebagi sumber mata pencarian mereka juga akan ikut rusak.
beberapa faktor yang menyebabkan rusak nya terumbu karanga adalah, sedimentasi,
penangkapan

ikan

menggunakan

bahan

peledak

dan

sianida,pengumpulan

dan

pengerukan,pemanasan global, pencemaran perairan laut dan tata kelola tempat eisata bahari
yang tida lestari
Beberapa upaya yang dilakukan dalam usaha pemulihan terumbu karang diantaranya adalah
Zonasi, rehabilitasi, peningkatan ikan karang dan mengurangi alga hidup yang bebas
5.2 Saran
a. Perlu di tingkatkan kesadaran masyarakat, khususnya yang berada di daerah pesisir pantai
b. Tidak membuang sampah sembarangan
c. Pemerintah arus lebih tegas dalam menegakkan hukum

DAFTAR PUSTAKA
www.id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang
www.goblue.or.id/tentang-terumbu-karang
www.terangi.or.id/publications/pdf/biologikarang.pdf
www.oseanografi.blogspot.com/2005/07/terumbu-karang.html
www.wetlands.or.id/PDF/Profil%20Weh-Sabang.pdf
http://web.ipb.ac.id/~dedi_s/index.php?option=com
Pujiatmoko. 2009. Pembahasan restorasi terumbu karang di Indonesia. http://atanitokyo.blogspot.com/
2009/01/pembahasan-restorasi-terumbu-karang-di.html. 10 September 2009.
Wikipeedia. 2009. Terumbu
karang .http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang#Terumbu_atau_Reef.3
Dahuri R, Rais Y, Putra S, G, Sitepu, M.J, 2001. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan secara
Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta
Guilcher Andre. 1988. Coral reef Geomorphology. John Willey & Sons.Chhichester