Pengujian Vigor Daya Simpan Benih Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) Menggunakan Metode Pengusangan Cepat dengan Etanol

PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KUBIS (Brassica
oleracea var. capitata L.) MENGGUNAKAN METODE
PENGUSANGAN CEPAT DENGAN ETANOL

AMALIA ROSIDA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Vigor Daya
Simpan Benih Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) Menggunakan Metode
Pengusangan Cepat dengan Etanol adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Amalia Rosida
NIM A24100102

ABSTRAK
AMALIA ROSIDA. Pengujian Vigor Daya Simpan Benih Kubis (Brassica
oleracea var. capitata L.) Menggunakan Metode Pengusangan Cepat dengan
Etanol. Dibimbing oleh MARYATI SARI dan ABDUL QADIR.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan waktu perendaman yang efektif
pada metode pengusangan cepat kimia dengan larutan etanol 20%, yang dapat
menduga vigor daya simpan 6 lot benih kubis setelah disimpan selama 6 bulan.
Benih kubis yang digunakan terdiri atas 6 lot benih komersial dengan vigor awal
yang berbeda, yaitu MG, G11, GT, B3, GC, dan KC. Percobaan pertama adalah
penyimpanan benih dalam kemasan aluminium foil selama 1 sampai 6 bulan pada
ruang simpan terbuka dengan suhu 23.329.9 C dan RH 6185%. Percobaan
kedua adalah pengusangan dengan merendam benih dalam larutan etanol 20%
selama 30, 60, 90, dan 120 menit. Indeks vigor benih setelah perendaman selama
30 menit memiliki korelasi yang erat dengan daya berkecambah benih setelah

disimpan selama 6 bulan dengan koefisien korelasi sebesar 0.92, sehingga dapat
digunakan untuk menduga vigor daya simpan benih. Vigor daya simpan benih
kubis setelah penyimpanan selama 6 bulan dapat diduga dengan persamaan
y = 3.338 + 1.054x, dengan x adalah peubah indeks vigor setelah perendaman
etanol 20% selama 30 menit, dan koefisien determinasi (R2) sebesar 83.8%.
Kata kunci: devigorasi, kemunduran, viabilitas

ABSTRACT
AMALIA ROSIDA. Testing of Vigor Related to Storability in Cabbage (Brassica
oleracea var. capitata L.) Seed Using Accelerated Aging Method with Ethanol.
Supervised by MARYATI SARI and ABDUL QADIR.
The objective of this study was to obtain an effective soaking time on the
accelerated aging method with liquid ethanol 20%, that can estimate vigor related
to storability of 6 cabbage seeds after storage for 6 months. Cabbage seed consists
of 6 commercial seed lots with different initial vigor, they were G1, MG, GC, GT,
B3, and KC. The first experiment was storing seed for 6 months within aluminium
foil packaging in the open storage room with temperature 23.329.9 C and
6185% relative humidity. The second experiment was rapid aging by soaking
seeds in liquid ethanol 20% during 30, 60, 90, and 120 minutes. Index of vigor
seed after soaking during 30 minutes had a closed correlation with germination of

seed after storage for 6 months with a coefficient correlation 0.92, so that could be
used to predicted vigor related to storability seed. Vigor related to storability
cabbage seed after storage for 6 months could be predicted by the equation
y
5 , with x indicated indeks of vigor seed after soaking in liquid
ethanol 20% during 30 minutes, and coefficient determination (R2) was 83.8%.
Keywords: deterioration, devigoration, viability

PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KUBIS (Brassica
oleracea var. capitata L.) MENGGUNAKAN METODE
PENGUSANGAN CEPAT DENGAN ETANOL

AMALIA ROSIDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengujian Vigor Daya Simpan Benih Kubis (Brassica oleracea var.
capitata L.) Menggunakan Metode Pengusangan Cepat dengan
Etanol
Nama
: Amalia Rosida
NIM
: A24100102

Disetujui oleh

Maryati Sari, SP MSi
Pembimbing I

Dr Ir Abdul Qadir, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2014
ini adalah kemunduran benih, dengan judul Pengujian Vigor Daya Simpan Benih
Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) Menggunakan Metode Pengusangan
Cepat dengan Etanol.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maryati Sari, SP MSi selaku
dosen pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik dan Bapak Dr Ir
Abdul Qadir, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini.
Ungkapan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
telah memberikan beasiswa Bidik Misi selama pendidikan. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada orang tua yang telah memberikan dorongan yang
tulus baik moril maupun materil, serta teman-teman dan keluarga Edelweiss AGH
47 yang telah memberikan semangat dan bantuan selama penelitian hingga skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Amalia Rosida

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Tinjauan Umum Kubis


2

Vigor dan Daya Simpan

2

Pengusangan Cepat dengan Etanol

3

METODE

4

Lokasi dan Waktu Penelitian

4

Bahan dan Alat Penelitian


5

Analisis Data

5

Prosedur Penelitian

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Kondisi Umum

8

Deteriorasi Benih selama Penyimpanan


9

Devigorasi Benih Akibat Pengusangan Cepat dengan Etanol

12

Hubungan antara Vigor Benih setelah Deteriorasi dan Devigorasi

15

Pendugaan Vigor Daya Simpan Benih Kubis

16

Simulasi dan Verifikasi Model Pendugaan Vigor Daya Simpan

16

SIMPULAN DAN SARAN


18

Simpulan

18

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

27

DAFTAR TABEL
1. Kondisi awal benih kubis sebelum dimulai penelitian
2. Persentase kadar air benih kubis setelah penyimpanan
3. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh periode simpan dan lot benih
terhadap peubah mutu fisiologis benih kubis
4. Pengaruh periode simpan dan lot benih terhadap daya berkecambah
benih kubis (%) setelah penyimpanan
5. Pengaruh periode simpan dan lot benih terhadap kecepatan tumbuh dan
indeks vigor benih kubis setelah penyimpanan
6. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh waktu perendaman dan lot benih
terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan indeks vigor benih
kubis akibat pengusangan
7. Pengaruh waktu perendaman terhadap tolok ukur viabilitas dan vigor
akibat pengusangan
8. Rekapitulasi hasil analisis korelasi antara daya berkecambah setelah
penyimpanan dengan tolok ukur vigor akibat pengusangan
9. Simulasi nilai vigor daya simpan 6 bulan dengan tolok ukur indeks
vigor akibat pengusangan

8
9
9
10
11

13
13
15
17

DAFTAR GAMBAR
1. Kriteria kecambah benih kubis
2. Simulasi vigor daya simpan benih kubis pada tolok ukur daya
berkecambah

8
17

DAFTAR LAMPIRAN
1. Deskripsi lot benih kubis yang digunakan dalam penelitian
2. Bagan pelaksanaan metode pengusangan cepat kimia dengan etanol
20%
3. Suhu dan kelembaban ruang selama penyimpanan
4. Pengaruh periode simpan terhadap daya berkecambah 6 lot benih kubis
setelah penyimpanan
5. Pengaruh periode simpan terhadap kecepatan tumbuh 6 lot benih kubis
setelah penyimpanan
6. Pengaruh periode simpan terhadap indeks vigor 6 lot benih kubis
setelah penyimpanan
7. Pengaruh waktu perendaman etanol 20% terhadap tolok ukur daya
berkecambah 6 lot benih kubis
8. Pengaruh waktu perendaman etanol 20% terhadap tolok ukur kecepatan
tumbuh 6 lot benih kubis
9. Pengaruh waktu perendaman etanol 20% terhadap tolok ukur indeks
vigor 6 lot benih kubis

22
22
23
24
24
25
25
26
26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) merupakan sayuran tinggi serat
kasar yang mampu menurunkan resiko kanker usus sebesar 66% dan gangguan
jantung. Kebutuhan kubis di Indonesia cukup tinggi mencapai 1.37 juta ton dan
dipasok hampir 100% dari produksi dalam negeri (Pusdatin 2013). Kebutuhan
kubis yang tinggi diimbangi dengan peningkatan produksi dan luas panen. Luas
panen kubis pada tahun 2012 adalah 64 277 hektar meningkat menjadi 65 248
hektar pada tahun 2013 (BPS 2014).
Keberlanjutan produksi kubis dapat didukung dengan ketersediaan benih
yang bermutu. Penggunaan benih bermutu tinggi berdampak pada pertumbuhan
tanaman dan hasil panen yang tinggi. Penyediaan benih yang bermutu terkendala
oleh penundaan waktu penanaman setelah benih diproduksi dan penyimpanan
yang tidak optimum dalam tata niaga benih. Benih kubis merupakan benih yang
belum dapat diproduksi di Indonesia karena kubis memerlukan suhu dingin untuk
pembungaan. Hal ini menyebabkan kebutuhan benih kubis harus diimpor
sehingga benih mengalami penyimpanan lebih lama untuk sampai ke konsumen.
Benih yang disimpan akan mengalami kemunduran alami (deteriorasi).
Kemunduran merupakan turunnya mutu fisiologis benih sehingga mempengaruhi
daya simpannya. Widajati et al. (2013) menyebutkan agar suatu lot benih dapat
disimpan tidak melebihi daya simpannya maka diperlukan informasi mengenai
daya simpan dugaan sebelum suatu lot disimpan. Informasi tersebut penting untuk
memberikan jaminan terhadap mutu benih yang beredar. Standar minimal daya
berkecambah benih harus tetap terpenuhi hingga akhir masa edarnya.
Simulasi vigor daya simpan dapat dilakukan dengan pengusangan cepat
secara fisik maupun kimia. Pengusangan cepat dapat mengidentifikasi secara dini
toleransi tanaman terhadap suatu cekaman (Deptan 2006). Model simulasi
devigorasi dikatakan ideal apabila model tersebut dapat menunjukkan kinerja
deteriorasi alami (Sadjad et al. 1999).
Pengusangan secara fisik dapat dilakukan dengan menggunakan suhu dan
RH yang tinggi. Kelemahan metode pengusangan secara fisik adalah munculnya
cendawan yang berkembang akibat kelembaban yang tinggi (Dalapati 2012).
Pengusangan cepat secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan etanol
ataupun metanol (Sadjad et al. 1999). Penggunaan larutan etanol 20% dapat
digunakan sebagai metode penapisan awal untuk memprediksi daya simpan benih
kedelai (Addai dan Katanka 2006). Perendaman etanol lebih mudah dan cepat
waktu pengujiannya dibandingkan dengan pengusangan fisik maupun penguapan
dengan etanol (Dalapati 2012).
Pengujian vigor akibat pengusangan cepat dengan etanol dilakukan pada
enam lot benih kubis dengan berbagai waktu perendaman larutan etanol 20%.
Hasilnya dikorelasikan dengan vigor daya simpan benih setelah penyimpanan
yang diharapkan mencerminkan hubungan vigor akibat pengusangan dengan vigor
daya simpan benih. Apabila hipotesis yang diajukan terbukti benar maka metode
pengusangan kimia dengan etanol 20% dapat digunakan untuk menduga vigor
daya simpan benih kubis.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan waktu perendaman yang efektif
pada metode pengusangan cepat kimia dengan etanol 20% yang dapat menduga
vigor daya simpan 6 lot benih kubis setelah penyimpanan selama enam bulan.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Kubis
Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) termasuk famili Cruciferae
(George 1999) yang merupakan tanaman annual di Indonesia dan tumbuh baik di
daerah bersuhu dingin. Temperatur optimum yang dikehendaki yaitu 1520 C
dengan kelembapan pada kisaran 6090% dan berbunga apabila mengalami
musim dingin. Kubis tumbuh optimum pada tanah liat berpasir dengan kandungan
bahan organik tinggi (Rukmana 2010) dan optimum pada pH 6.06.5 (George
1999). Kubis termasuk tanaman yang toleran terhadap tanah salin dibandingkan
dengan bunga kol atau spesies Brassica lainnya (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).
Kubis memiliki biji dengan ukuran kecil, bundar, dan berwarna cokelat tua
yang terbentuk dalam buah polong palsu yang disebut silique. Polongnya ramping
dengan diameter 35 mm dan panjang 50100 mm serta sering pecah ketika
matang. Biji biasanya matang 5090 hari setelah pembuahan (Rubatzky dan
Yamaguchi 1999).
Benih kubis termasuk golongan benih berlemak (Mayer dan PoljakoffMayber 1989). Kotiledonnya kaya akan cadangan makanan yang terdiri atas
protein, lipid, dan karbohidrat, namun lipid merupakan cadangan utama benih
(Qouta et al. 1991). Benih kubis memiliki masa dormansi yang singkat. Senyawa
penghambat mudah tercuci atau akan hilang dalam satu atau dua bulan. Benih
kubis berkecambah cepat pada suhu 1520 C (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).
Spesies Brassica merupakan benih ortodoks, yaitu benih yang memerlukan
kadar air rendah agar viabilitas benih dapat dipertahankan selama penyimpanan
(Rahayu dan Widajati 2007). Benih kubis yang disimpan dengan kadar air 8%
pada suhu 5 C selama 9 tahun dapat mempertahankan daya berkecambah tetap
tinggi, yaitu sebesar 99% (Ramiro et al. 1995). Penyimpanan benih kubis pada
suhu 28 C menunjukkan peningkatan respirasi dan kebocoran benih yang lebih
tinggi dibandingkan dengan benih yang disimpan pada suhu 4 C dan 15 C
(Pangabean dan Haris 1994).

Vigor dan Daya Simpan
Penyimpanan benih bertujuan mempertahankan mutu fisiologis benih
sampai benih tersebut siap digunakan untuk keperluan tanam berikutnya
(Sukarman et al. 2002). Benih yang disimpan akan mengalami kemunduran alami
(deteriorasi). Justice dan Bass (2002) menyatakan kemunduran merupakan

3
penurunan vigor kecambah yang terlihat dari penurunan laju perkecambahan dan
dihasilkannya kecambah-kecambah yang lemah atau berair dan berakar kecil.
Vigor merupakan karakter benih yang ditunjukkan melalui kecepatan dan
keseragaman pertumbuhan benih, kemampuan benih untuk tumbuh normal pada
kondisi suboptimum, dan viabilitasnya tetap tinggi setelah disimpan (ISTA 2010).
Benih yang memiliki vigor tinggi akan mampu bertahan pada kondisi yang
ekstrim dan mengalami proses penuaan lebih lambat dibandingkan dengan benih
yang bervigor rendah (Lindayanti 2006).
Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih bergantung pada beberapa
faktor, diantaranya faktor genetik dari spesies dan kultivarnya, kondisi benih,
kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih, dan cendawan gudang (Justice dan
Bass 2002). Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai
dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal,
penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan meningkatnya kepekaan terhadap
lingkungan ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman
(Copeland dan McDonald 2001).
Pengujian vigor bermanfaat untuk melihat potensi daya simpan, estimasi
nilai penanaman atau performa pertumbuhan benih di lapang. Pengujian vigor
merupakan indeks mutu benih yang lebih peka dibandingkan dengan pengujian
DB, karena penurunan vigor lebih dulu terjadi sebelum penurunan perkecambahan.
Metode pengujian vigor yang disarankan untuk digunakan adalah accelerated
aging, conductivity meter, cold test, cool germination test, controlled
deterioration test, complex stressing vigor test, hiltner test, seedling growth test,
dan tetrazolium test (Dina et al. 2006).
Menurut Justice dan Bass (2002), vigor benih sewaktu disimpan merupakan
faktor penting yang memengaruhi umur simpannya. Lot benih yang mengalami
kemunduran cepat, mengandung benih yang bervigor rendah dan benih yang
masih vigor. Keragaman vigor menyebabkan keragaman daya simpan walaupun
kondisi penyimpanan sama. Oleh sebab itu pengujian daya simpan diperlukan
untuk menduga lama penyimpanan sekelompok benih dalam kondisi simpan
tertentu.
Benih yang memiliki daya simpan tinggi mampu disimpan untuk periode
simpan yang normal dalam kondisi suboptimum dan lebih panjang daya
simpannya apabila ruang simpannya dalam kondisi optimum (Sadjad et al. 1999).
Lot benih yang baru dan vigor mempunyai daya simpan yang lebih lama
dibandingkan dengan lot benih yang lebih tua yang mungkin sedang mengalami
proses kemunduran secara cepat (Justice dan Bass 2002).

Pengusangan Cepat dengan Etanol
Vigor daya simpan benih dapat diduga dengan metode pengusangan cepat.
Metode ini memberikan perlakuan kondisi cekaman buatan pada benih. Jika
dalam kondisi cekaman tersebut benih mundur secara cepat dalam waktu singkat
(devigorasi) dan menunjukkan kinerja mundur yang tidak jauh berbeda dengan
kondisi simpan sebenarnya (deteriorasi) dalam periode simpan tertentu, perlakuan

4
tersebut dapat digunakan untuk menduga daya simpan benih secara langsung
(Sadjad et al. 1999).
Metode pengusangan cepat dapat dilakukan secara fisik dengan suhu dan
RH tinggi maupun secara kimia dengan larutan etanol dan metanol. Pengusangan
fisik memperlakukan benih dengan suhu tinggi dan kelembaban relatif tinggi (95%)
secara cepat. Selama pengujian benih akan menyerap kelembaban dari lingkungan,
sejalan dengan meningkatnya kelembaban benih dan suhu menyebabkan penuaan
benih secara cepat (ISTA 2010).
Dalapati (2012) melakukan pengusangan cepat secara fisik, perendaman etanol,
dan uap etanol pada padi gogo. Hasilnya menunjukkan metode perendaman etanol
lebih mudah dan cepat waktu pengujiannya dibandingkan dengan pengusangan fisik
dan penguapan dengan etanol. Pengusangan fisik dalam pelaksanaannya memiliki
kekurangan, yaitu dapat mengakibatkan benih berjamur sebelum ditanam.
Addai dan Kantanka (2006) melakukan perendaman benih kedelai dalam
20% cairan etanol dan 20% cairan metanol selama dua jam. Hasilnya
menunjukkan bahwa cairan etanol memprediksi daya simpan benih kedelai lebih
baik dibandingkan dengan cairan metanol. Hasil penelitian Zanzibar (2007)
menunjukkan pengusangan dengan etanol dapat menurunkan viabilitas benih
mindi, akor, dan merbabu.
Pengusangan cepat dengan perendaman etanol menggambarkan proses
kemunduran suatu lot benih. Tingkat kemunduran benih tergantung pada lama
perlakuan dan konsentrasi etanol. Semakin tinggi konsentrasi etanol dan semakin
lama waktu penderaan maka semakin tinggi tingkat kemunduran benih. Hal ini
sesuai dengan hasil percobaan Salehi et al. (2008) pada benih rumput perennial
ryegrass (Lolium perenne L.) dan tall fescue (Festuca arundinacea).
Priestley dan Leopold (1980) mengemukakan mekanisme masuknya etanol
ke dalam benih apabila benih direndam dalam larutan etanol adalah sebagai
berikut:
1. Etanol diduga dapat berpenetrasi ke dalam komponen lipid dari membran
setelah membran sel rusak, memutuskan ikatan lipid, bahkan dapat
membuang fosfolipid dari membran.
2. Etanol setelah masuk ke dalam benih dapat menyebabkan teracaknya
konfigurasi protein yang berasosiasi dengan membran.
Denaturasi protein membran akan memengaruhi permeabilitas membran
sehingga aktivitas seluler berkurang. Aktivitas seluler yang berkurang akan
menyebabkan benih lambat dalam pertumbuhan kecambah. Berkurang atau
terhentinya aktivitas seluler akan menurunkan jumlah kecambah normal yang
teramati sehingga berpengaruh terhadap tolok ukur daya berkecambah, indeks
vigor, dan kecepatan tumbuh (Maesaroh 2012).

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor pada bulan Januari sampai Juli 2014.

5
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah 6 lot benih kubis dengan varietas yang
berbeda, yaitu: G1, MG, GC, GT, B3, dan KC. Lot benih yang digunakan dalam
penelitian diperoleh dari toko pertanian dan memiliki tanggal kadaluarsa yang
berbeda (Lampiran 1). Bahan lain yang digunakan adalah kertas CD, aquades,
larutan etanol 20%, gelas plastik, kemasan aluminium foil, dan kertas label.
Peralatan yang digunakan meliputi: cawan aluminium, cawan petri, refrigerator,
timbangan analitik, pinset, termohigrometer, alat pengecambah benih tipe IPB 732A, oven, desikator, dan sealer.

Analisis Data
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan, yaitu pengujian vigor daya simpan
setelah penyimpanan (percobaan 1) dan pengujian vigor akibat pengusangan cepat
dengan etanol (percobaan 2). Percobaan 1 bertujuan mengetahui vigor daya
simpan benih yang disimpan pada ruang penyimpanan terbuka (23.329.9 C dan
RH 6185%). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
tersarang dengan lot benih tersarang dalam periode simpan. Faktor pertama adalah
periode simpan yang terdiri atas 7 taraf (0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 bulan). Faktor kedua
adalah lot benih kubis dengan 6 taraf yaitu G1, MG, GC, GT, B3, dan KC. Setiap
perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Tolok ukur yang diamati adalah daya
berkecambah, kecepatan tumbuh, indeks vigor, dan kadar air. Model aditif yang
digunakan adalah:
ik

i

i

i k

Keterangan
: rataan umum
:
faktor periode simpan ke-i (0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 bulan)
i
: faktor lot benih ke-j (G1, MG, GC, GT, B3, dan KC) yang tersarang pada
i
faktor periode simpan ke-i (0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 bulan)
i k : pengaruh acak dari faktor periode simpan ke-i, faktor lot benih ke-j, dan
ulangan ke-k (1, 2, 3)
Percobaan 2 bertujuan mengetahui vigor benih akibat pengusangan cepat
dengan etanol. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
tersarang dengan lot benih tersarang dalam waktu perendaman. Faktor pertama
adalah waktu perendaman larutan etanol 20% yang terdiri atas 4 taraf, yaitu: 30,
60, 90, dan 120 menit. Faktor kedua adalah lot benih kubis dengan 6 taraf yaitu
G1, MG, GC, GT, B3, dan KC. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Tolok
ukur yang diamati adalah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan indeks vigor.
Model aditif yang digunakan adalah:
ik

i

i

i k

Keterangan
µ
: rataan umum
: faktor waktu perendaman ke-i (30, 60, 90, dan 120 menit)
i
:
faktor lot benih ke-j (G1, MG, GC, GT, B3, dan KC) yang tersarang pada
i

6

i k

faktor waktu perendaman ke-i (30, 60, 90, dan 120 menit)
: pengaruh acak dari faktor waktu perendaman ke-i, faktor lot benih ke-j, dan
ulangan ke-k (1, 2, 3)

Data hasil percobaan 1 dan percobaan 2 dianalisis menggunakan analisis
ragam (Uji-F) pada taraf  = 5%. Perlakuan yang memberikan pengaruh nyata
dianalisis menggunakan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf  = 5%.
Hubungan antara percobaan 1 dan percobaan 2 dianalisis menggunakan
analisis korelasi dan analisis regresi linier sederhana. Analisis korelasi bertujuan
mengetahui korelasi antara vigor daya simpan benih setelah penyimpanan dan
vigor benih akibat pengusangan cepat dengan etanol. Hasil analisis korelasi yang
paling erat kemudian dianalisis dengan analisis regresi linear sederhana.
Pendekatan analisis regresi linier sederhana bertujuan mengetahui dan menduga
hubungan antara vigor daya simpan benih setelah disimpan dan tolok ukur vigor
benih akibat pengusangan cepat dengan etanol. Persamaan regresi yang digunakan
adalah:
y = a + bx
Keterangan
y
: vigor daya simpan benih kubis pada tolok ukur daya berkecambah setelah
penyimpanan (6 bulan)
a
: intersep
b
: koefisien regresi
x
: vigor benih akibat pengusangan kimia
Verifikasi model dimaksudkan sebagai tahapan kegiatan pemodelan yang
bertujuan untuk menilai kesesuaian hasil simulasi dengan hasil aktual. Verifikasi
terhadap hasil analisis regresi linear sederhana dilakukan secara kualitatif dengan
grafik dan kuantitatif dengan uji-t. Berdasarkan hasil verifikasi kualitatif, nilai
dugaan dinyatakan berkesesuaian jika nilai hasil dugaan (simulasi) berada dalam
selang standar deviasi dari hasil aktual. Verifikasi model secara kuantitatif
menggunakan uji statistik dilakukan dengan membandingkan secara berpasangan
(uji-t) hasil simulasi dengan hasil aktual pada periode simpan yang sama.
Berdasarkan verifikasi kuantitatif, hasil simulasi dinyatakan sesuai atau tidak
berbeda dengan hasil aktual jika p-value ebih besar dari α 0.05).
Prosedur Penelitian
Lot benih yang digunakan dalam penelitian adalah G1, MG, GC, GT, B3,
dan KC. Penelitian dimulai dengan pengujian kadar air dan vigor awal benih yang
dihitung sebagai 0 bulan penyimpanan. Percobaan 1 adalah pengujian vigor daya
simpan setelah penyimpanan. Percobaan dimulai dengan pengemasan benih
sebanyak 2 g setiap satuan percobaan ke dalam kemasan aluminium foil dan
ditutup rapat menggunakan sealer. Kemasan yang telah siap kemudian disimpan
dalam ruang simpan terbuka (suhu 23.329.9 C dan RH 6185%) selama waktu
perlakuan. Pengamatan dilakukan pada akhir periode simpan pada tolok ukur
kadar air, daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), dan kecepatan tumbuh
(KCT).

7
Percobaan 2 adalah pengujian vigor benih akibat pengusangan cepat dengan
etanol. Tahap awal dari percobaan 2 yaitu pelembaban benih. Benih sebanyak 2 g
setiap satuan percobaan dilembabkan dengan cara diletakkan di antara kertas CD
lembab dan disimpan dalam refrigerator suhu 5 C selama 12 jam. Kadar air
benih setelah pelembaban berkisar 2935%. Benih yang telah dilembabkan
kemudian direndam dalam 25 ml larutan etanol 20% selama waktu perlakuan (30,
60, 90, dan 120 menit) (Lampiran 2). Pengamatan dilakukan pada tolok ukur DB,
IV, dan KCT.
Pengujian kadar air menggunakan oven suhu rendah (105 ± 2 C) selama
17±1 jam dengan bobot sampel sebanyak 1 g setiap satuan percobaan. Kadar air
dihitung berdasarkan rumus:
Kadar air =

(

-

(

-

)
)

 100%

Keterangan
M1 : bobot cawan (g)
M2 : bobot cawan + benih sebelum dioven (g)
M3 : bobot cawan + benih setelah dioven (g)
Pengujian vigor benih dilakukan dengan mengecambahkan benih pada alat
pengecambah benih tipe IPB 73-2A. Benih sebanyak 50 butir ditanam pada
substrat kertas CD dengan metode uji di atas kertas (UDK) dan dikecambahkan
pada alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A. Pengamatan dilakukan terhadap
tolok ukur:
1.
Daya berkecambah (DB)
Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 dan hari ke-10 setelah tanam
(HST) terhadap kecambah normal (Gambar 1).
DB (%) =

um ah

hitun an

um ah

hitun an

um ah benih yan dikecambahkan

100%

Keterangan
KN 1 : Kecambah normal pada hitungan 1 (5 HST)
KN 2 : Kecambah normal pada hitungan 2 (10 HST)
2.

Indeks vigor (IV)
Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada
hitungan pertama (5 HST) (Copeland dan McDonald 2001).
um ah benih yan tumbuh n rma ada hitun an ertama
 100%
IV (%) =
um ah benih yan dikecambahkan

3.

Kecepatan tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan rumus Thronebery dan Smith
(Sadjad 1999).
etma


i

Keterangan
t
: waktu pengamatan
N
: persentasi kecambah normal per etmal

i

ti

8

Kecambah Normal

Kecambah Abnormal

Gambar 1 Kriteria kecambah benih kubis

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Benih kubis yang digunakan mempunyai viabilitas awal yang tinggi dengan
daya berkecambah (DB) berkisar 86.6798.67% (Tabel 1). Daya berkecambah
minimal untuk benih kubis layak edar adalah 75% (DJPTP 1991), sehingga benih
masih layak untuk digunakan. Nilai vigor yang ditunjukkan berdasarkan
kecepatan tumbuh (KCT) dan indeks vigor (IV) memperlihatkan adanya variasi
vigor yang cukup lebar terutama IV dengan kisaran 3077.33% (Tabel 1).
Perbedaan vigor awal dapat menyebabkan perbedaan vigor daya simpan benih
pada kondisi penyimpanan yang sama.
Tabel 1 Kondisi awal benih kubis sebelum dimulai penelitian
Lot benih
G1
MG
GC
GT
B3
KC
Uji F
KK

DB (%)
98.67a
96.00ab
94.67bc
91.33c
86.67d
86.67d
**

2.11

Tolok ukura
Kct % etmal-1
20.05b
20.09a
21.66a
16.03d
20.62ab
18.66c
**

3.67

IV (%)
58.00c
73.67a
77.33a
30.00d
64.67b
64.00b

KA (%)
6.11b
5.52c
5.08d
6.57a
3.71e
5.43c

**

**

4.41

1.77

a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
DMRT 5%; ** = berpengaruh sangat nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa lot benih dengan viabilitas awal (DB 0
bulan) yang sama tidak selalu memiliki vigor awal yang sama. Hal ini terlihat
antara lot G1 dan MG, lot GC dan GT, serta antara lot B3 dan KC. Beberapa lot
benih yang memiliki nilai DB hampir sama dapat berbeda tingkat vigornya, yang
ditunjukkan dengan perbedaan field emergence, daya berkecambah setelah
disimpan, dan daya berkecambah setelah mengalami transportasi (Dina et al.

9
2006). Lot MG menunjukkan nilai DB, KCT, dan IV nyata lebih tinggi
dibandingkan lot lainnya yakni sebesar 96%, 20.09% etmal-1, dan 73.67%. Lot GT
menunjukkan vigor benih nyata lebih rendah dibanding lot lainnya dengan nilai
KCT sebesar 16.03% etmal-1 dan IV sebesar 30%.
Suhu dan kelembaban (RH) ruang simpan selama penyimpanan berkisar
23.329.9 C dan 6185% (Lampiran 3). Pada kondisi ini tidak ditemukan hama
gudang maupun cendawan yang berkembang. Selisih RH yang cukup lebar diduga
menyebabkan kadar air benih berfluktuasi (Tabel 2). Kadar air benih selama
penyimpanan dipengaruhi oleh kelembapan relatif ruang simpan. Kadar air akan
meningkat atau menurun seiring dengan meningkat atau menurunnya kelembapan
relatif (Copeland dan Mcdonald 2001). Kadar air benih selama penyimpanan
berkisar 5.137.08%, sehingga masih aman untuk penyimpanan benih berlemak.
Tabel 2 Persentase kadar air benih kubis setelah penyimpanan
Lot Benih
G1
MG
GC
GT
B3
KC

0
6.11
5.52
5.08
6.57
3.71
5.43

1
6.15
6.08
6.11
7.07
5.16
5.38

Periode simpan (bulan)
2
3
4
6.51
6.57
6.80
6.18
5.78
6.12
6.30
6.05
6.23
7.05
7.08
7.05
5.13
5.13
5.46
5.99
6.27
7.06

5
5.96
6.24
5.49
6.85
5.97
6.31

6
6.62
5.89
6.28
6.87
5.55
6.64

Deteriorasi Benih selama Penyimpanan
Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa periode simpan
dan lot benih yang tersarang dalam periode simpan berpengaruh sangat nyata pada
tolok ukur daya berkecambah (DB), kecepatan tumbuh (KCT), dan indeks vigor
(IV) benih kubis (Tabel 3). Pengaruh perlakuan pada tolok ukur DB, KCT, dan IV
disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5 yang memperlihatkan kemunduran benih kubis
setelah periode penyimpanan. Kemunduran benih diartikan sebagai turunnya
viabilitas yang mengakibatkan rendahnya vigor benih. Pada benih-benih yang
mundur, terjadi penurunan daya berkecambah dan kemampuan untuk tumbuh
pada kondisi suboptimum (Widajati et al. 2013).
Tabel 3 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh periode simpan dan lot benih terhadap
peubah mutu fisiologis benih kubis
Periode
a
a
Tolok Ukur
a Lot benih (periode simpan) KK (%)
simpan
**
**
Kadar air (%)
2.93
**
**
Daya berkecambah (%)
4.15
**
**
4.31
Kecepatan tumbuh ( etma
**
**
Indeks vigor (%)
5.74
a

= berpengaruh sangat nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%; KK = koefisien keragaman.

10
Tabel 4 memperlihatkan bahwa awal penurunan DB berbeda antar lot benih
yang digunakan. Daya berkecambah pada MG, GT dan B3 mulai menurun sejak
bulan pertama penyimpanan. Daya berkecambah pada lot G1 dan GC mulai
menurun pada bulan ke 2, sedangkan KC mulai menurun pada bulan ke 4. Justice
dan Bass (2002) menyatakan bahwa awal kemunduran dapat terjadi beberapa
bulan atau tahun, tergantung pada kondisi penyimpanan, macam benih, dan
kondisi penyimpanan sebelumnya. Lot MG, GT, dan B3 diduga telah dipanen
lebih awal atau mengalami penyimpanan lebih lama sebelum dilakukan penelitian
(tanggal produksi benih tidak tercantum).
Tabel 4 Pengaruh periode simpan dan lot benih terhadap daya berkecambah benih
kubis (%) setelah penyimpanan
Lot
benih

Periode simpan (bulan)a
0

1

2

G1

98.67Aa

98.00Aa

MG

96.00Aab 90.67Bc

88.67BCa 82.67Da 84.67CDa 85.33CDa 73.33Ea

GC

94.67Abc 94.67Ab

88.00Ba

85.33Ba 65.33Cc

66.00Cc

69.33Cab

GT

91.33Ac

74.67Bf

66.67Cd

64.67Cc 37.33De

41.33Df

29.33Ed

B3

86.67Ad

80.67Be

80.00Bb

74.67Cb 72.00Cb

75.33Cb

72.67Ca

KC

86.67Ad

87.33Ad

80.00Ab

80.00Aab 71.33Bb

58.00Cd

63.33Cb

75.33Bc

3

4

64.00Cc 44.67Ed

5
46.00Ee

6
54.00Dc

a

Angka yang diikuti huruf besar yang sama pada baris yang sama atau huruf kecil yang sama pada
kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT 5%.

Penyimpanan benih selama 6 bulan menunjukkan penurunan DB pada
semua lot benih. Daya berkecambah lebih dari 75% mampu dipertahankan oleh
lot MG dan B3 pada bulan ke 5. Lot GT yang diduga memiliki vigor rendah hanya
mampu mempertahankan DB 74.67% pada bulan pertama penyimpanan. Periode
penyimpanan yang semakin lama menunjukkan penurunan DB yang semakin
tinggi (Tabel 4). Pola penurunan daya berkecambah benih kubis selama periode
penyimpanan terlampir pada Lampiran 4.
Lot G1 dan MG memiliki viabilitas potensial awal (DB 0 bulan) yang nyata
tidak berbeda namun mengalami penurunan viabilitas dan vigor yang nyata
berbeda (Tabel 4 dan Tabel 5). Hal ini diduga karena kedua lot tersebut memiliki
vigor awal yang berbeda (Tabel 5). Vigor benih dapat ditunjukkan dengan nilai
indeks vigor (IV) dan kecepatan tumbuh benih (KCT). Lot MG dengan IV 73.67%
memiliki nilai viabilitas dan vigor lebih baik selama penyimpanan dibandingkan
dengan G1 dengan IV 58%. Lot GC dan GT dengan viabilitas potensial awal yang
nyata tidak berbeda tetapi vigor awal (IV dan KCT 0 bulan) yang nyata berbeda
menunjukkan penurunan vigor yang berbeda selama periode penyimpanan.
Vigor awal yang berbeda menunjukkan perbedaan kemampuan untuk
mempertahankan viabilitas pada kondisi simpan yang sama. Benih dengan vigor
awal tinggi memiliki viabilitas dan vigor yang lebih baik dibandingkan dengan
benih yang memiliki vigor awal rendah. Hasil penelitian Budiman (2012) pada
benih cabai menunjukkan lot Bendera dengan indeks vigor awal 19% mampu
mempertahankan viabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan lot Celena dengan
indeks vigor awal 8%.

11
Benih yang bervigor tinggi akan tetap memiliki performa yang baik dan
mengalami deteriorasi yang lebih lambat dibandingkan dengan benih bervigor
rendah (Dina et al. 2006). Benih yang vigor menunjukkan nilai KCT dan IV yang
tinggi (Sadjad 1999). Indeks vigor atau kecepatan tumbuh merupakan indikasi
waktu yang diperlukan benih untuk tumbuh serempak selama proses
perkecambahan. Jika waktu yang dibutuhkan semakin cepat, kemampuan benih
untuk tumbuh menjadi tanaman dewasa semakin baik sehingga dapat diduga
potensi hasil yang akan diperoleh lebih tinggi (Andhi et al. 2012).
Tabel 5 memperlihatkan penurunan KCT dan IV benih kubis setelah
penyimpanan. Tolok ukur KCT mulai menurun pada bulan pertama, kecuali pada
KC yang mulai menurun pada bulan kedua. Kecepatan tumbuh (KCT) merupakan
salah satu tolok ukur vigor kekuatan tumbuh yang diperhitungkan sebagai
akumulasi kecepatan tumbuh setiap hari dalam tolok ukur persentase per hari.
Kecepatan tumbuh yang tinggi mengindikasikan benih memiliki vigor yang tinggi
karena mampu berkecambah cepat pada waktu yang relatif singkat (Sadjad 1999).
Tabel 5 Pengaruh periode simpan dan lot benih terhadap kecepatan tumbuh dan
indeks vigor benih kubis setelah penyimpanan
Lot
benih

Periode simpan (bulan)a
0

1

2

3

Kecepatan tumbuh

4

5

6

etma -

G1

20.05Ab

16.93Bc 15.59Cc

8.89Dd

5.53Fc

5.92Fd

7.05Ec

MG

20.09Ab

16.13Be 16.66Bb

12.38Cbc

10.85Da

9.93Eb

10.15DEb

GC

21.66Aa

18.78Ba 17.68Ca

12.96Dab

8.63Fb

9.45Fbc 11.23Eb

GT

16.03Ad

13.27Bf

8.52Dd

4.18Ed

4.91Ed

4.79Ed

B3

20.62Aab 16.54Bd 16.83Bab

10.29Ea

12.54Da

12.67Da

KC

18.66Ac

18.14Ab 15.95Bbc 11.37Cc
10.72Ca
Indeks vigor (%)

8.90Dc

G1

58.00Ac

54.00Ba 54.67Bb

14.67Cd

5.33Dc

0.00Ee

3.33Dd

MG

73.67Aa

35.00Cb 38.67Bd

25.33Dc

2.67Fd

5.33EFd

7.33Ec

GC

77.33Aa

56.00Ba 47.33Cc

31.33Db

3.33Fd

12.67Ec

12.33Eb

GT

30.00Ad

29.33Ac 27.33Be

10.00Ce

0.00Ee

0.00Ee

4.00Dd

B3

64.67Ab

54.67Ca 58.00Ba

44.00Da

43.00Da

29.33Ea

15.00Fa

KC

64.00Ab

56.00Ba 56.00Bab

16.00Dd

23.33Cb

25.33Cb

6.67Ec

12.07Cd

13.99Ca

10.10CDb

a

Angka yang diikuti huruf besar yang sama pada baris yang sama atau huruf kecil yang sama pada
kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT 5%.

Lot G1, MG, dan B3 memiliki KCT awal yang nyata tidak berbeda, namun
menunjukkan penurunan KCT yang berbeda selama penyimpanan. Lot B3 mampu
mempertahankan KCT lebih tinggi yaitu 12.67% etmal-1 dibanding lot benih
lainnya. Lot GT dengan KCT awal 16.03% etmal-1 hanya mampu mempertahankan
KCT sebesar 12.07% etmal-1 pada bulan kedua, selanjutnya mengalami penurunan
hingga 4.79% etmal-1 pada akhir pengamatan. Pola penurunan KCT benih kubis
selama penyimpanan terlampir pada Lampiran 5.

12
Indeks vigor merupakan nilai yang menunjukkan banyaknya jumlah
kecambah normal pada hitungan pertama dalam pengujian viabilitas. Semakin
rendah nilai perkecambahan pada hitungan pertama mengindikasikan semakin
rendah vigor benih (Copeland dan McDonald 2001). Indeks vigor pada periode
simpan 3 bulan menunjukkan variasi IV yang cukup lebar, yaitu berkisar 1044%.
Hal ini menunjukkan perbedaan vigor yang nyata pada lot benih yang digunakan.
Nilai IV terendah setelah penyimpanan 6 bulan ditunjukkan oleh lot G1 dan GT
sebesar 3.33% dan 4.00%. Lot GC dan B3 mampu mempertahankan IV di atas
10%, sedangkan MG dan KC berkisar 67.33% setelah disimpan selama 6 bulan
(Tabel 5). Pola penurunan IV benih kubis selama penyimpanan terlampir pada
Lampiran 6.
Lot MG dan GC meskipun memiliki vigor awal yang nyata tidak berbeda
namun menunjukkan respon penurunan viabilitas dan vigor yang berbeda setelah
disimpan. Hal yang sama terjadi pada B3 dan KC. Proses penurunan vigor benih
bersamaan dengan penurunan viabilitas tetapi pada tingkatan lebih rendah. Hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dari spesies atau kultivar (Justice dan
Bass 2002). Daya simpan benih yang disimpan dalam kondisi yang konstan
bervariasi antar benih, antar lot, bahkan dalam lot yang sama (Humpreys 1979,
Desai et al. 1997).
Copeland dan McDonald (2001) menyatakan bahwa faktor internal yang
memengaruhi lamanya hidup benih meliputi sifat genetik dan fisiologi benih
(perbedaan lot) (Tabel 1). Menurut Justice dan Bass (2002) lamanya umur simpan
benih dipengaruhi oleh vigor benih (Tabel 1), kadar air, pengaruh kondisi sebelum
panen, pengaruh struktur dan komposisi kimia benih, kemasakan benih, ukuran
benih, dan kerusakan mekanis selama pengolahan.
Kemunduran benih kubis yang cepat diduga akibat suhu ruang penyimpanan
dan kandungan lemaknya yang tinggi. Benih dengan kandungan lemak yang
tinggi cenderung cepat mengalami kemunduran dan tidak mampu disimpan lama.
Hasil penelitian Halimursyadah dan Murniati (2008) pada benih kapas dengan
kandungan lemak 32.5% terjadi penurunan daya berkecambah dari 91.73%
menjadi 64.66% setelah disimpan selama 12 minggu pada suhu 2829 C.

Devigorasi Benih Akibat Pengusangan Cepat dengan Etanol
Kemunduran benih secara alami (deteriorasi) dapat digambarkan dengan
kemunduran benih dipercepat (devigorasi) menggunakan pengusangan cepat
kimia dengan etanol (Sadjad 1999). Etanol adalah senyawa organik yang bersifat
nonpolar yang dapat mendenaturasi protein (Anggraeni dan Suwarno 2013).
Mekanisme denaturasi oleh etanol dapat disebabkan oleh patahnya ikatan
hidrogen pada molekul protein atau terikatnya hidrogen dari selaput air yang ada
pada protein oleh etanol (Murniati et al. 1986). Pian (1981) menyatakan bahwa
denaturasi protein membran menyebabkan rusaknya membran sehingga aktivitas
seluler akan berkurang, bahkan terhenti sama sekali.
Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh waktu perendaman larutan etanol
20% dan lot benih yang tersarang dalam waktu perendaman terhadap tolok
kecepatan tumbuh akibat
ukur daya berkecambah akibat pengusangan
etan
benih
dan indeks vigor akibat pengusangan
pengusangan
etan
etan

13
kubis disajikan pada Tabel 6. Benih yang direndam etanol 20% selama 30 sampai
120 menit menunjukkan penurunan yang nyata terhadap
etan
etan dan
Respon masing-masing lot benih terhadap perendaman etanol 20%
etan
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 6 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh waktu perendaman dan lot benih
terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan indeks vigor benih
kubis akibat pengusangan
Waktu
Lot benih (waktu
Tolok ukur
KK (%)a
a
perendaman
perendaman)a
**
**
Daya berkecambah (%)
4.90
**
**
5.65
Kecepatan tumbuh etma
**
**
Indeks vigor (%)
6.48
a

= berpengaruh sangat nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%; KK = Koefisien keragaman.

Tabel 7 Pengaruh waktu perendaman terhadap tolok ukur viabilitas dan vigor
akibat pengusangan
Lot benih

G1
MG
GC
GT
B3
KC

a

30
87.33bc
96.00a
92.00ab
79.33c
80.00c
82.00c

G1
MG
GC
GT
B3
KC

17.99b
20.65a
18.48b
13.36c
19.24ab
17.57b

G1
MG
GC
GT
B3
KC

50.00e
65.00b
54.00d
27.33f
70.00a
58.00c

Waktu perendaman (menit)a
60
90
Daya berkecambah (%)
78.00b
62.00a
85.33a
43.33b
70.67c
29.33b
35.33e
23.22c
48.00d
26.00c
43.33d
25.33c
Kecepatan tumbuh
etma 15.79ab
12.53a
16.16a
7.98b
14.46b
4.61cd
6.31d
3.83d
9.75c
7.67b
9.41c
4.85c
Indeks vigor (%)
54.00a
31.33a
57.33a
25.33b
41.33b
20.67c
19.33c
8.00e
25.33c
14.00d
24.00c
12.67d

120
30.00a
0.00d
22.67b
0.00d
3.33c
0.00d
5.00a
0.00d
3.80b
0.00d
0.46c
0.00d
4.67a
0.00b
4.00a
0.00b
0.00b
0.00b

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan DMRT 5%.

14
Tabel 7 memperlihatkan bahwa semakin lama waktu perendaman etanol
20% semakin menurun
dan
Hal ini sejalan dengan
etan
etan
etan
hasil penelitian Dalapati (2012) pada benih padi gogo, Anggraeni dan Suwarno
(2013) pada benih kedelai, dan Salehi et al. (2008) pada benih rumput. Etanol
diduga merusak membran lebih banyak sehingga aktivitas metabolisme terganggu
karena tidak ada kontrol keluar-masuk metabolit dalam sitoplasma (Maesaroh
2012). Kebocoran membran diduga memengaruhi keadaan embrio dan kotiledon
benih kubis yang sebagian besar terdiri atas lipid dan protein.
Lot GT, B3, dan KC menurun lebih cepat setelah perendaman dibandingkan
dengan lot G1, MG, dan GC. Pengaruh waktu perendaman benih dalam larutan
etanol 20% selama 60 menit menunjukkan variasi yang lebar pada tolok ukur
dan
yang diamati (Tabel 7). Nilai
etan masing-masing
etan
etan
-1
berkisar 35.3385.33%, 6.3116.16% etmal , dan 19.3357.33%. Lot G1, MG,
dan GC mampu mempertahankan
etan lebih dari 70%, sedangkan Lot GT,
B3 dan KC mempertahankan
etan kurang dari 50% setelah direndam dalam
larutan etanol 20% selama 60 menit. Pola penurunan
dan
etan
etan
etan terlampir pada Lampiran 7, Lampiran 8, dan Lampiran 9.
Benih padi yang direndam etanol terjadi peningkatan kebocoran hasil
metabolisme berupa protein, gula, dan fosfor (Dalapati 2012). Kebocoran hasil
metabolisme mengindikasikan kerusakan membran dan ketidakmampuan benih
untuk memperbaiki kerusakan membran selama kemunduran benih (Desai et al.
1997). Banyaknya larutan organik dan anorganik yang keluar sel disebabkan oleh
menurunnya integritas membran sebagai akibat dari denaturasi protein membran
(Sadiman et al. 2003). Etanol merusak protein fungsional termasuk enzim
sehingga dapat menurunkan daya berkecambah benih (Dalapati 2012). Benih
dengan viabilitas tinggi akan menunjukkan tingkat kebocoran membran yang
rendah (Budiarti 2001).
Lot GC dan GT memiliki viabilitas awal yang nyata tidak berbeda, namun
menunjukkan respon yang berbeda terhadap pengusangan (Tabel 7). Lot GT lebih
cepat menurun dan telah kehilangan viabilitasnya pada perendaman selama 120
menit. Hal ini diduga karena lot GT memiliki vigor awal yang lebih rendah
dibandingkan dengan GC.
Lot MG memiliki IV lebih tinggi dibandingkan dengan G1, tetapi lebih
rentan terhadap deraan etanol. Penyimpangan tersebut teramati pada hasil
penelitian sebelumnya, yaitu pada benih mentimun (Rosyad 2013), padi (Belo dan
Suwarno 2012), dan beberapa galur padi gogo (Dalapati 2012). Penurunan
viabilitas yang berbeda antar lot diduga akibat perbedaan sifat genetik terhadap
ketahanan penderaan (Belo dan Suwarno 2012), perbedaan struktur kulit benih,
perbedaan kualitas benih sebelum diusangkan (Maulidya 2011), dan kebocoran
membran benih pada awal sebelum dilakukan pengusangan (Rosyad 2013).
Perendaman selama 120 menit menunjukkan kehilangan vigor secara total
pada lot MG, GT, dan KC, sehingga tidak dapat digunakan sebagai pendugaan
daya simpan. Perendaman benih dalam larutan etanol yang semakin lama diduga
menyebabkan kerusakan pada komponen protein dan lipid sehingga menyebabkan
kematian embrio. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Salehi et al. (2008) pada
benih rumput tall fescue (Festuca arundinacea Schreb.). Perendaman benih tall
fescue dalam larutan etanol 10% yang semakin lama menyebabkan penurunan

15
daya berkecambah yang semakin tinggi, dan pada perendaman 20 jam
menyebabkan kematian embrio.

Hubungan antara Vigor Benih setelah Deteriorasi dan Devigorasi
Hasil analisis korelasi antara daya berkecambah benih yang disimpan
selama 6 bulan (deteriorasi) dan tolok ukur vigor akibat pengusangan dengan
perendaman etanol 20% (devigorasi) menunjukkan nilai koefisien korelasi (kk)
yang bervariasi (Tabel 8). Koefisien korelasi menggambarkan tingkat keeratan
hubungan linear antara kedua peubah tersebut. Koefisien korelasi dinotasikan
dengan r dan nilainya berkisar antara -1 dan 1. Nilai r yang mendekati 1 atau -1
menunjukkan semakin erat hubungan linear antara kedua peubah tersebut. Nilai r
yang mendekati 0 menggambarkan hubungan kedua peubah tersebut tidak linear
(Mattjik dan Sumertajaya 2006).
Tabel 8 Rekapitulasi hasil analisis korelasi antara daya berkecambah setelah
penyimpanan dengan tolok ukur vigor akibat pengusangan
Waktu
perendaman
etan
etan
etan
etan
etan
etan
etan
etan
etan
a

1
0.65**
0.83**
0.83**
0.58*
0.86**
0.86**
0.33tn
0.80**
0.87**

2
0.66**
0.63**
0.24tn
0.83**
0.66**
0.20tn
0.74**
0.53*
0.41tn

Periode simpan (bulan)a
3
4
5
tn
tn
0.44
0.43
0.49*
0.27tn
0.34tn
0.51*
0.05tn
0.13tn 0.11tn
0.61**
0.80**
0.85**
0.28tn
0.34tn
0.49*
0.01tn
0.15tn 0.12tn
0.58*
0.86**
0.85**
0.18tn
0.24tn
0.41tn
0.03tn
0.14tn
0.30tn

6
0.40tn
0.51*
0.14tn
0.88**
0.56*
0.16tn
0.92**
0.40tn
0.38tn

= daya berkecambah setelah pengusangan,
etan = kecepatan tumbuh setelah
*
**
= sangat nyata, tn = tidak
pengusangan,
etan = indeks vigor setelah pengusangan; = nyata,
nyata berdasarkan nilai pearson correlation pada taraf 5%.
etan

Waktu perendaman selama 30 menit menunjukkan korelasi yang erat pada
semua tolok ukur, kecuali antara tolok ukur daya berkecambah akibat
pengusangan (
) dan daya berkecambah setelah penyimpanan selama 3,
etan
4, dan 6 bulan. Pengusangan selama 60 menit pada tolok ukur indeks vigor
(
) nyata tidak berkorelasi dengan daya berkecambah benih setelah
etan
disimpan selama 3 sampai 6 bulan. Pengusangan selama 90 menit nyata tidak
berkorelasi dengan daya berkecambah benih kubis setelah disimpan selama 2
sampai 6 bulan.
Berdasarkan Tabel 8, waktu perendaman selama 30 menit memiliki korelasi
yang erat terhadap daya berkecambah benih setelah penyimpanan dibandingkan
dengan waktu perendaman selama 60 dan 90 menit. Tolok ukur indeks vigor
setelah perendaman selama 30 menit (
) memiliki korelasi yang erat
etan

16
dengan daya berkecambah benih setelah penyimpanan sehingga dapat digunakan
untuk menduga vigor daya simpan benih kubis. Nilai koefisien korelasi (r)
tertinggi yaitu 0.92 yang diperoleh dari korelasi antara
dan daya
etan
berkecambah benih setelah disimpan selama 6 bulan. Nilai koefisien korelasi
menggambarkan hubungan yang erat antara daya berkecambah benih setelah
disimpan selama 6 bulan dan tolok ukur indeks vigor setelah pengusangan selama
30 menit (
).
etan
Pendugaan Vigor Daya Simpan Benih Kubis
Vigor daya simpan benih kubis dengan tolok ukur DB (VDS) setelah
penyimpanan diduga berdasarkan nilai koefisien korelasi yang paling erat yang
kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi. Analisis korelasi pada Tabel 8
menunjukkan
memiliki korelasi yang erat dengan DB benih setelah
etan
disimpan selama 6 bulan, sehingga dapat digunakan untuk menduga vigor daya
simpan benih kubis setelah disimpan selama 6 bulan.
Analisis regresi antara daya berkecambah benih setelah disimpan selama 6
bulan dengan
dilakukan untuk mendapatkan persamaan regresi yang
etan
dapat menduga VDS benih kubis setelah disimpan selama 6 bulan. Persamaan
regresi yang diperoleh berdasarkan analisis tersebut adalah y = 3.338 + 1.054x,
dengan x adalah peubah indeks vigor benih setelah perendaman dalam larutan
etanol 20% selama 30 menit, dan standar deviasi yang diperoleh sebesar 6.53.
Vigor daya simpan benih kubis setelah disimpan selama 6 bulan dapat diduga
dengan persamaan regresi y = 3.338 + 1.054x, dengan asumsi regresi linear
sederhana. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 83.8% yang
menunjukkan bahwa keragaman VDS benih kubis (y) setelah disimpan selama 6
bulan dapat dijelaskan oleh keragaman
secara linear sebesar 83.8%,
etan
sedangkan 16.2% dijelaskan oleh faktor lain.

Simulasi dan Verifikasi Model Pendugaan Vigor Daya Simpan
Simulasi model dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan model yang
telah disusun, sehingga dapat ditentukan validitas model tersebut (Hasbianto
2012). Simulasi pendugaan vigor daya simpan benih kubis setelah disimpan
selama 6 bulan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 2. Vigor daya simpan
dengan tolok ukur DB (VDS) dugaan diperoleh dengan menyubstitusikan nilai
sebagai variabel x pada persamaan regresi y = 3.338 + 1.054x. Vigor
etan
daya simpan (VDS) aktual diperoleh berdasarkan hasil pengamatan setelah
penyimpanan selama 6 bulan pada tolok ukur DB.
Berdasarkan persamaan y = 3.338 + 1.054x, benih kubis dapat disimpan
minimal adalah 67.99%
selama 6 bulan dengan VDS 75% apabila nilai
etan
sebesar 70% mampu
dengan standar deviasi 6.53. Lot B3 dengan nilai
etan
mempertahankan VDS aktual sebesar 72.67% setelah disimpan selama 6 bulan,
dengan nilai VDS dugaan sebesar 77.12%. Selisih nilai antara VDS aktual dan VDS
dugaan yaitu sebesar 4.45% berada pada selang standar deviasi dari VDS aktual.

17
Lot benih lainnya dengan
kurang dari 67.99% menunjukkan benih
etan
tidak mampu mempertahankan VDS lebih dari 75% setelah disimpan selama 6
bulan (Tabel 9).
Tabel 9 Simulasi nilai vigor daya simpan 6 bulan dengan tolok ukur indeks vigor
akibat pengusangan
VDS dugaan
VDS aktual (%)a Sd VDS aktuala
(%)a
32.15
29.33
5.03
56.04
54.00
2.00
77.12
72.67
4.62
71.85
73.33