Formulasi Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kubis Merah (Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L) Thell) Sebagai Pewarna

(1)

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK

KUBIS MERAH (Brassica oleracea var. capitata L.f. rubra

(L)Thell )

SEBAGAI PEWARNA

SKRIPSI

OLEH:

UNI UNIRAH

NIM 060804005

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK KUBIS MERAH (Brassica oleracea var. capitata L.f. rubra (L) Thell )

SEBAGAI PEWARNA SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH: UNI UNIRAH NIM 060804005

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK KUBIS MERAH (Brassica oleracea var. capitata L.f. rubra (L) Thell )

SEBAGAI PEWARNA

OLEH: UNI UNIRAH NIM 060804005

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Agustus 2011

Pembimbing I Panitia Penguji

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195011171980022001 NIP 195111021977102001

Pembimbing II, Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. . NIP 195011171980022001

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001 NIP 196005111989022001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001

Disahkan Oleh: Dekan

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim,

Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Formulasi Sediaan Lipstik

Dengan Ekstrak Kubis Merah (Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L)

Thell) Sebagai Pewarna” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Ayahanda Almarhum Adung Rohaya yang dengan kesetiaannya menanti dan doa yang tak terputus untuk penulis sampai akhirnya Allah SWT memanggil kembali ke sisiNya. Semoga Allah memberikan tempat terindah sebagai balasan atas kesabaran dan pengorbanannya selama ini untuk penulis, untuk ibunda tercinta yang menjadi satu-satunya penyemangat bagi penulis, adik tersayang Nyai Uka dan kakak tercinta Yulia, serta kakanda Haris Safutra, Amd.kom, terima kasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., dan Dra. Lely Sari Lubis, M.Si, Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat


(5)

selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

3. Bapak/Ibu Pembantu Dekan, Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan Bapak Dr. Edy Suwarso,SU.,Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini.

4. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat penulis: Mida, Daya, Uul, Aida, Tiwi, teman seperjuangan di laboratorium Farmasetika Dasar Kak Rini, Noni dan Darma dan rekan-rekan mahasiswa Farmasi khususnya stambuk 2006 atas persahabatan selama ini serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Agustus 2011 Penulis,


(6)

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK KUBIS MERAH (Brassica oleracea var. capitata L.f. rubra (L) Thell )

SEBAGAI PEWARNA

Abstrak

Kubis merah memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai alternatif pewarna alami karena memiliki warna yang menarik. Warna merah dari kubis ini disebabkan adanya pigmen antosianin yang merupakan turunan senyawa flavonoid. Antosianin ini memiliki berbagai manfaat, salah satunya sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan bahan pewarna sintetik terutama untuk pewarna dalam sediaan lipstik.

Formulasi sediaan lipstik terdiri dari beberapa komponen diantaranya cera alba, lanolin, vaselin alba, setil alkohol, oleum ricini, cetaceum, propilen glikol, parfum, asam oleat dan nipagin serta penambahan ekstrak kubis merah dengan konsentrasi 10%, 15%, 20%, dan 25%. Pembuatan ekstrak dari simplisia kubis merah dilakukan dengan menggunakan penyari etanol 96% dan penambahan asam sitrat 2%.

Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan titik lebur, pemeriksaan kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar, uji oles, dan pemeriksaan pH, serta uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test).

Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak kubis merah sebagai pewarna menunjukkan sediaan yang dibuat cukup stabil, homogen, pH 3,8-4,7 (mendekati pH kulit), mudah dioleskan dengan warna yang merata, serta tidak menyebabkan iritasi sehingga cukup aman untuk digunakan, dan sediaan yang paling disukai adalah sediaan 3 yaitu sediaan dengan ekstrak kubis merah konsentrasi 20% dengan persentase kesukaan 70%.


(7)

FORMULATION OF LIPSTICK USE RED CABBAGE EXTRACT (Brassica oleracea var. capitata L.f. rubra (L) Thell ) AS COLORANT

Abstract

Red cabbage has the potential to be used as an alternative to natural dyes because it has an attractive colour. The red colour of the cabbage is caused by anthocyanin pigments which are flavonoid compounds. Anthocyanins have with various benefits, one of them as a natural dye that can replace synthetic dyes, especially for dyes in lipstick preparations.

Lipstick formulation comprised of several components such as cera alba, lanolin, petroleum jelly alba, cetyl alcohol, oleum ricini, cetaceum, propylene glycol, parrfum, oleic acid and nipagin also added with concentration 10%, 15%, 20%, and 25% red cabbage extract. Extract from red cabbage simplex was made by using ethanol solvent 96% and the addition of citric acid 2%.

Test of product include physical quality inspection such as homogenity test, melting point inspection, checking the power of lipstick, stability test of shape alteration, colour and odor during storage in 30 days at room temperature, smear test, pH test also irritation and hedonic test.

The formulation of lipstick use red cabbage extract, showed the product was stable, homogeneous, pH 3,8-4,7 (near the pH of the skin), melting point 58-63oC, the power of lipstick 65-70 gram, easily applied with a uniform color, and does not cause irritation so it is safety enough to use and the most hedonic product is 3th product with concentration 20% of red cabbage extract by percentage hedonic 70%.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian……….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tumbuhan ... 5

2.1.1 Habitat Tumbuhan ... 5

2.1.2 Morfologi Tumbuhan ... 5

2.1.3 Sistematika Tumbuhan ... 6

2.1.4 Kandungan Kimia Tumbuhan ... 6


(9)

2.1.6 Ekstraksi ... 9

2.2 Kosmetika ... 10

2.2.1 Penggolongan Kosmetik... 11

2.2.2 Komposisi Kosmetika ... 14

2.3 Kosmetika Dekoratif ... 15

2.4 Bibir ... 17

2.5 Lipstik ... 17

2.6 Komposisi Lipstik ... 19

2.7 Uji Tempel (Patch Test)... 22

2.8 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Alat dan Bahan ... 24

3.1.1 Alat ... 24

3.1.2 Bahan... 24

3.2 Penyiapan Sampel ... 24

3.2.1 Pengumpulan Sampel ... 25

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan……… . 25

3.2.3 Pengolahan Sampel ... 25

3.3 Pembuatan Ekstrak Kubis Merah ... 25

3.4 Pembuatan Lipstik Menggunakan Ekstrak Kubis Merah Sebagai Pewarna Dalam Berbagai Konsentrasi ... 26

3.4.1 Formula ... 26

3.4.2 Modifikasi Formula... 28

3.4.3 Prosedur Pembuatan Lipstik ... 28


(10)

3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas ... 29

3.5.2 Pemeriksaan Titik Lebur... 29

3.5.3 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik... 29

3.5.4 Uji Oles ... 29

3.5.5 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan ... 30

3.5.6 Penentuan pH Sediaan... 30

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 31

3.6.1 Uji Iritasi... 31

3.6.2 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 33

4.1 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 33

4.1.1 Homogenitas Sediaan ... 33

4.1.2 Pemeriksaan Titik Lebur... 33

4.1.3 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik... 34

4.1.4 Uji Oles ... 35

4.1.5 Stabilitas Sediaan ... 36

4.1.6 Pemeriksaan pH ... 37

4.2 Hasil Uji Iritasi ... 38

4.3 Hasil Uji Kesukaan ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Antosianidin yang terdapat dalam beberapa buah dan sayur... 9

Tabel 2. Kadar antosianin pada berbagai bahan pangan... 9

Tabel 3. Modifikasi Formula Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kubis Merah Dalam Berbagai Konsentrasi ... 28

Tabel 4. Data Pemeriksaan Titik Lebur... 33.33 Tabel 3. Data Pemeriksaan Kekuatan Lipst... 29

Tabel 4. Data Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna, dan Bau Sediaan ... 36

Tabel 5. Data Pengukuran pH Sediaan ... 37

Tabel 6. Data Uji Iritasi ... 38


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kubis Merah ... 45

Gambar 2. Wadah Sediaan Lipstik ... 45

Gambar 3. Sediaan Lipstik Tanpa Ekstrak Kubis Merah... 46

Gambar 4. Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kubis Merah ... 47

Gambar 5. Hasil Uji Homogenitas dan uji oles ... 48


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 44

Lampiran 2. Gambar Kubis Merah ... 45

Lampiran 3. Gambar Wadah Sediaan Lipstik ... 45

Lampiran 4. Gambar Sediaan Lipstik Tanpa Ekstrak Kubis Merah ... 46

Lampiran 5. Gambar Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kubis Merah ... 47

Lampiran 6. Gambar Hasil Uji Homogenitas dan uji oles ... 48


(14)

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK KUBIS MERAH (Brassica oleracea var. capitata L.f. rubra (L) Thell )

SEBAGAI PEWARNA

Abstrak

Kubis merah memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai alternatif pewarna alami karena memiliki warna yang menarik. Warna merah dari kubis ini disebabkan adanya pigmen antosianin yang merupakan turunan senyawa flavonoid. Antosianin ini memiliki berbagai manfaat, salah satunya sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan bahan pewarna sintetik terutama untuk pewarna dalam sediaan lipstik.

Formulasi sediaan lipstik terdiri dari beberapa komponen diantaranya cera alba, lanolin, vaselin alba, setil alkohol, oleum ricini, cetaceum, propilen glikol, parfum, asam oleat dan nipagin serta penambahan ekstrak kubis merah dengan konsentrasi 10%, 15%, 20%, dan 25%. Pembuatan ekstrak dari simplisia kubis merah dilakukan dengan menggunakan penyari etanol 96% dan penambahan asam sitrat 2%.

Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan titik lebur, pemeriksaan kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar, uji oles, dan pemeriksaan pH, serta uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test).

Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak kubis merah sebagai pewarna menunjukkan sediaan yang dibuat cukup stabil, homogen, pH 3,8-4,7 (mendekati pH kulit), mudah dioleskan dengan warna yang merata, serta tidak menyebabkan iritasi sehingga cukup aman untuk digunakan, dan sediaan yang paling disukai adalah sediaan 3 yaitu sediaan dengan ekstrak kubis merah konsentrasi 20% dengan persentase kesukaan 70%.


(15)

FORMULATION OF LIPSTICK USE RED CABBAGE EXTRACT (Brassica oleracea var. capitata L.f. rubra (L) Thell ) AS COLORANT

Abstract

Red cabbage has the potential to be used as an alternative to natural dyes because it has an attractive colour. The red colour of the cabbage is caused by anthocyanin pigments which are flavonoid compounds. Anthocyanins have with various benefits, one of them as a natural dye that can replace synthetic dyes, especially for dyes in lipstick preparations.

Lipstick formulation comprised of several components such as cera alba, lanolin, petroleum jelly alba, cetyl alcohol, oleum ricini, cetaceum, propylene glycol, parrfum, oleic acid and nipagin also added with concentration 10%, 15%, 20%, and 25% red cabbage extract. Extract from red cabbage simplex was made by using ethanol solvent 96% and the addition of citric acid 2%.

Test of product include physical quality inspection such as homogenity test, melting point inspection, checking the power of lipstick, stability test of shape alteration, colour and odor during storage in 30 days at room temperature, smear test, pH test also irritation and hedonic test.

The formulation of lipstick use red cabbage extract, showed the product was stable, homogeneous, pH 3,8-4,7 (near the pH of the skin), melting point 58-63oC, the power of lipstick 65-70 gram, easily applied with a uniform color, and does not cause irritation so it is safety enough to use and the most hedonic product is 3th product with concentration 20% of red cabbage extract by percentage hedonic 70%.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain (Wasitaatmadja, 1997).

Salah satu cara untuk menambah daya tarik adalah dengan menggunakan lipstik. Lipstik merupakan make-up bibir yang anatomis dan fisiologisnya agak berbeda dari kulit bagian badan lainnya. Misalnya stratum corneum bibir sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering (Tranggono dan Latifah, 2007). Maka, dengan penggunaan lipstik dapat membantu melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya.

Warna merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk kosmetik terutama lipstik. Oleh karena itu pemilihan warna yang baik dan aman sangatlah penting. Sampai saat ini penggunaan pewarna sintetis begitu pesat digunakan dan sering kali disalahgunakan. Beberapa pewarna sintetik ternyata tidak aman digunakan karena sifatnya yang toksik, bahkan diantaranya bersifat karsinogenik (Andersen dan Bernard, 2001).

Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM RI pada tahun 2005 dan 2006 di beberapa provinsi, ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan


(17)

yang dilarang digunakan dalam kosmetik yaitu : Merkuri (Hg), Hidroquinon > 2 %, zat warna Rhodamin B dan Merah K.3. Penggunaan bahan tersebut dalam sediaan kosmetik dapat membahayakan kesehatan dan dilarang digunakan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/ MENKES/ PER/V/1998 Tentang Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet dan Tabir Surya pada Kosmetik. Bahan pewarna Merah K.10 ( Rhodamin B ) dan Merah K.3 (CI Pigment Red 53 : D&C Red No. 8 : 15585) merupakan zat warna sintetis yang pada umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Anonim, 2006).

Untuk menghindari efek samping yang cukup berbahaya, maka telah banyak digunakan pewarna alami yang lebih sehat dan aman sebagai pengganti pewarna sintetik. Hal ini didukung juga oleh gaya hidup back to nature yang diusung oleh masyarakat modern.

Kubis merah memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai alternatif pewarna alami karena memiliki warna yang menarik. Selain itu, kubis merah mengandung kurang lebih 25% vitamin C. Tingginya kandungan vitamin C dalam kubis merah dapat mencegah timbulnya skorbut (scurvy) alias sariawan (Harmanto, 2005). Akan tetapi, kubis jenis ini di Indonesia pemanfaatannya hanya terbatas untuk pembuatan sayuran, asinan dan sebagai campuran dalam salad. Oleh karena itu, pemanfaatan kubis merah sebagai pewarna alami dapat meningkatkan nilai ekonomis dari kubis merah.


(18)

Warna merah dari kubis ini disebabkan adanya pigmen antosianin yang bersifat larut dalam air (Robinson,1995). Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang dapat melindungi sel dari sinar ultra violet. Selain itu antosianin merupakan pewarna alami yang dapat menggantikan bahan pewarna sintetik.

Pigmen antosianin yang terdapat dalam kubis merah mengandung gugus asil aromatik yang dapat membuat antosianin tersebut lebih stabil terhadap panas dan cahaya (Hendry, 1996). Mengingat sifatnya yang demikian, antosianin dari kubis merah relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan bila diaplikasikan pada formulasi sediaan lipstik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang penggunaan kubis merah (Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L) Thell) sebagai zat warna dalam formulasi lipstik.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. Apakah ekstrak kubis merah (Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra

(L) Thell) dapat digunakan sebagai pewarna dalam formula sediaan lipstik?

b. Apakah formula sediaan lipstik menggunakan ekstrak kubis merah

(Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L) Thell) sebagai pewarna

stabil dalam penyimpanan selama 1 bulan dan tidak menyebabkan iritasi saat digunakan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:


(19)

a. Ekstrak kubis merah (Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L) Thell) dapat digunakan sebagai pewarna dalam formula sediaan lipstik.

b. Formula sediaan lipstik menggunakan ekstrak kubis merah (Brassica

oleraceae var capitata L.f. rubra (L) Thell) sebagai pewarna stabil dalam

penyimpanan selama 1 bulan dan tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

a. Untuk membuat formula sediaan lipstik menggunakan ekstrak kubis merah

(Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L) Thell) sebagai pewarna.

b. Untuk mengetahui formula sediaan lipstik menggunakan ekstrak kubis merah (Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L) Thell) sebagai pewarna stabil dalam penyimpanan selama 1 bulan dan tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya guna dari kubis merah (Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L) Thell) sebagai pewarna alami dalam sediaan lipstik yang aman digunakan oleh masyarakat.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat Tumbuhan

Awalnya, kubis di Indonesia hanya ditanam di daerah berhawa dingin. Dalam perkembangannnya, sekarang kubis sudah banyak di tanam di daerah sejuk dan bahkan di dataran rendah dengan curah hujan 850-900 mm (Harmanto, 2005).

Secara umum, semua jenis kubis mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai jenis tanah.Namun demikian, kubis akan tumbuh optimum bila ditanam pada tanah yang kaya bahan organikdan cukup air (Pracaya, 2001).

2.1.2 Morfologi Tumbuhan

Daun berbentuk bulat, oval sampai lonjong, membentuk roset akar yang besar dan tebal. Warna daun bermacam-macam, antara lain putih(forma alba) , hijau, dan merah keunguan (forma rubra). Kubis merah memiliki daun yang berwarna merah keunguan, kol jenis ini disebut kol merah (B.o.var. capitata

L.f.rubra (L.) Thell) (Anonim, 2001)

Awalnya, daunnya yang berlapis lilin tumbuh lurus, lalu tumbuh membengkok menutupi daun-daun muda yang terakhir tumbuh. Pertumbuhan daun akan berhenti dengan terbentuknya krop atau telur (kepala) dan krop samping pada kubis tunas (brussel sprouts). Selanjutnya, krop akan pecah dan keluar mulai bunga yang bertangkai panjang, bercabang-cabang berkebun kecil, bermahkota tegak, dan berwarna kuning. Buah polong berbentuk silindris, panjang 5-10 cm, dan berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4 mm dan berwarna


(21)

coklat kelabu (Anonim, 2001).

2.1.3 Sistematika Tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi di Herbarium medanense Universitas Sumatera Utara, kubis merah diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Capparales

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleraceae L.

2.1.4 Kandungan Kimia Tumbuhan

Kubis segar mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, vitamin (A,C,E, tiamin, riboflavin, nicotinadine), kalsium, dan beta karoten. Selain itu, juga mengandung senyawa sianohidrok-sibutena (CHB), sulforafan, dan iberin yang merangsang pembentukan glutation, yakni suatu enzim yang bekerja dengan cara menguraikan dan membuang zat-zat beracun yang beredar di dalam tubuh. Tingginya kandungan vitamin C dalam kubis dapat mencegah timbulnya skorbut (scurvy) alias sariawan. Kandungan zat aktif pada kubis berupa sulforafan dan histidine. Kedua zat aktif ini dapat menghambat pertumbuhan tumor, mencegah kanker kolon dan rektum, detoksikasi senyawa kimia berbahaya, seperti kobalt, nikel, dan tembaga yang berlebihan di dalam tubuh , serta meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan


(22)

kanker. Kandungan asam amino dalam sulfurnya juga berkhasiat menurunkan kadar kolestrol yang tinggi, penenang saraf, dan membangkitkan semangat (Harmanto, 2005).

Sayuran kubis dapat mensuplai kurang lebih 25% vitamin C, lebih dari 30% vitamin A, 4-5% vitamin B, 5-6% kapur dan besi dari kebutuhan tubuh manusia (Pracaya, 2001).

2.1.5 Antosianin

pigmen alam ini dapat dipilah ke dalam empat golongan berikut : 1 Senyawa tetrapirol : klorofil

2 Turunan isoprenoid : karotenoid

3 Turunan benzopiran : antosianin dan flavonoid

Antosianin merupakan pigmen yang memberikan warna merah keunguan pada sayuran, buah-buahan, dan tanaman bunga. Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang dapat melindungi sel dari sinar ultra violet. Kata antosianin berasal dari bahasa yunani, yaitu “anthos” yang berarti bunga dan”ky-neos”yang berarti ungu kemerah-merahan (Astawan, 2008).

Pigmen antosianin terdapat dalam cairan sel tumbuhan; senyawa ini berbentuk glikosida dan menjadi penyebab warna merah, biru, dan violet banyak buah dan sayuran. Antosianin adalah senyawa yang bersifat amfoter, yaitu memiliki kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam maupun dalam basa. Dalam media asam, antosianin berwarna merah seperti halnya saat dalam vakuola sel dan berubah menjadi ungu dan biru jika media bertambah basa. Jika bagian gula dihilangkan dengan cara hidrolisis, tersisa aglukon dan disebut antosianidin.


(23)

Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum dikenal adalah sianidin yang berwarna merah lembayung (Deman, 1997).

Tabel 1. Antosianidin yang terdapat dalam beberapa buah dan sayur

Buah atau sayur Antosianidin

Apel

Black currant (Ribes sp.) Beri biru (vaccinium sp.) Kol merah

Ceri Anggur Jeruk

Persik (Prunus percisa) Prem (Prunus sp.) Lobak

Raspberry Strawberry

Sianidin

Sianidin dan delfinidin

Sianidin ,delfinidin, malvidin, petunidin, dan peonidin

Sianidin

Sianidin dan peonidin

Sianidin ,delfinidin, malvidin, petunidin, pelargonidin, dan peonidin

Sianidin dan delfinidin Sianidin

Sianidin dan peonidin Pelargonidin

Sianidin

Pelargonidin dan sianidin kecil

( Deman, 1997)

Tabel 2. Kadar antosianin pada berbagai bahan pangan

Bahan pangan Kadar antosianin (mg per 100 g)

Marion Blackberries Blackberries

Blueberries, hasil kebun Blueberries, liar Kismis hitam Buah murbei chokeberry Sweet cherry Cranberry Anggur Plum Black rapberry Red raspberry Strawberry Kubis Merah Lobak Merah Terong Bawang Merah Kacang Hitam 433 353 529 705 533 1.993 2.147 177 133 192 250 845 116 69 113 116 35 39 23 (Astawan, 2008)


(24)

2.1.6 Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari tumbuh-

tumbuhan atau hewan dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut (Ansel, 1989). Hasil ekstraksi disebut ekstrak yaitu sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung (Ditjen POM, 1979).

Pelarut yang sering digunakan untuk mengekstrak antosianin adalah alkohol: etanol dan metanol, isopropanol, aseton, atau dengan air (aquades) yang dikombinasikan dengan asam, seperti asam klorida, asam asetat, dan asam sitrat Hidayat dan saati, 2006). Faktor pH ternyata tidak hanya mempengaruhi warna antosianin ternyata juga mempengaruhi stabilitasnya. Antosianin lebih stabil dalam larutan asam dibanding dalam larutan alkali (Deman, 1997).

Etanol merupakan cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o dan mudah terbakar (Ditjen POM, 1979).

Asam sitrat (cyroen zuur). Dipasaran, asam sitrat sering disebut garam asam. Senyawa ini berbentuk kristal putih seperti gula pasir. Fungsi utama asam sitrat adalah sebagai bahan pengasam. Namun, sebenarnya bahan ini memiliki fungsi sampingan, yaitu sebagai antioksidan yang mencegah terjdinya reaksi browning (pencokelatan produk) akibat proses pemanasan. Asam sitrat juga dapat merangsang bahan pengawet agar bekerja lebih aktif (Suprapti, 2005).

2.2 Kosmetika


(25)

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan. Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosok, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menembah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat. Defeisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit (Wasitaatmadja,1997).

Menurut Wall dan Jellinek, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Tranggono dan Latifah, ke-2007).

Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut “kosmetologi”, yaitu ilmu yang berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek dan efek samping kosmetika. Dalam kosmetologi berperan berbagai disiplin ilmu terkait yaitu: teknik kimia, farmakologi, farmasi, biokimia, mikrobiologi, ahli kecantikan dan dermatologi. Dalam disiplin ilmu dermatologi yang menangani khusus peranan kosmetika disebut “dermatologi kosmetik“ (cosmetic dermatology) (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.1. Penggolongan Kosmetik


(26)

a). Menurut Jellinek (1959) dalam Formulation and Function of Cosmetics membuat penggolongan kosmetika menjadi :

1. Preparat pembersih

2. Preparat deodorant da antiperspirasi 3. Preparat protektif

4. Preparat dengan efek dalam 5. Emolien

6. Preparat dekoratif/superficial 7. Preparat dekoratif/dalam 8. Preparat buat kesenangan

b). Menurut Wells FV dan Lubowe-II (Cosmetics and The Skin, 1964), mengelompokkan kosmetik menjadi:

1. Preparat untuk kulit muka 2. Preparat untuk higienis mulut 3. Preparat untuk tangan dan kaki 4. Kosmetik badan

5. Preparat untuk rambut

6. Kosmetika untuk pria dan toilet

c). Menurut Brauer EW dan Principles of Cosmetics for The Dermatologist membuat klasifikasi sebagai berikut :

1. Toiletries : sabun, shampo, pengkilap rambut, kondisioner rambut, piñata, pewarna, pengeriting, pelurus rambut, deodorant, antipespiran,dan tabir surya. 2. Skin care: pencukur, pembersih, anstringen, toner, pelembab, masker, krem malam, dan bahan untuk mandi.


(27)

3. Make up : foundation, eye make up, lipstick, rouges, blushers, enamel kuku. 4. Fragrance : perfumes, colognes, toilet waters, body silk, bath powders.

d). Menurut Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI membagi kosmetik menjadi :

1. Preparat untuk bayi 2. Preparat untuk mandi 3. Preparat untuk mata 4. Preparat wangi-wangian 5. Preparat untuk rambut 6. Preparat untuk rias (make up) 7. Preparat untuk pewarna rambut

8. Preparat untuk kebersihan mulut 9. Preparat untuk kebersihan badan 10. Preparat untuk kuku

11. Preparat untuk cukur

12. Preparat untuk perawatan kulit

13. Preparat untuk proteksi sinar matahari (Wasitaatmadja, 1997). e). Penggolongan kosmetik menurut cara pembuatan sebagai berikut:

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk di antaranya adalah cosmedic).

2. Kosmetik tradisional:

a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.


(28)

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama.

c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar tradisional dan diberi warna yang menyerupai bahan tradisional (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.2 Komposisi Kosmetika

Pada umumnya kosmetika terdiri atas berbagai macam bahan, yang mempunyai tugas tertentu didalam campuran tersebut. Adapun pembagian isi atau komposisi kosmetika berdasarkan tugas bahan kosmetika adalah sebagai berikut:

1. Bahan Dasar (Vehikulum)

Bahan dasar sebagai pelarut atau merupakan tempat dasar bahan lain sehingga umumnya menempati volume yang jauh lebh besar dari bahan yang lainnya. Bahan dasar kosmetika terdiri dari:

a. Air atau campurannya dengan bahan dasar lain seperti alcohol, aseton, minyak, bedak

b. Alkohol atau campurannya dengan air atau minyak

c. Vaselin atau campurannya dengan lanonin, gliserin atau talk

d. Minyak atau garam minyak dengan campurannya dengan air atau alcohol e. Talkum atau cmpurannya dengan minyak atau vaselin.

2. Bahan aktif (Active Ingredients)

Merupakan bahan kosmetika terpenting dan mempunyai daya kerja diunggulkan dalam kosmetika tersebut sehingga memberikan nama daya kerjanya pada seluruh campuran bahan tersebut. Konsentrasi bahan aktif kosmetik pada umumnya kecil,


(29)

namun dapat pula tinggi apabila bahan aktif kosmetika tersebut sekaligus berperan sebagai bahan dasarnya,misalnya bahan aktif dalam preparat pembersih muka. 3. Bahan yang menstabilkan campuran (Stabilizer)

Bahan-bahan yang menstabilkan campuran (Stabilizer) sehingga kosmetik tersebut dapat lebih lama lestari baik dalam warna, baud an bentuk fisik. Bahan-bahan tersebut adalah:

a. Emulgator, yaitu bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen). Misalnya lanonin,gliserin, alcohol, monostearat.

b. Pengawet, yaitu bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu yang panjang agar dapat digunakan lebih lama. Misalnya asam benzoate, formaldehid, dan lain sebagainya.

c. Pelekat, yaitu yang dapat melekatkan kosmetika ke kulit terutama pada kosmetika yang tidak lengket ke kulit semacam bedak. Misalnya seng, magnesium stearat.

4. Bahan pelengkap kosmetika

Sebagai bahan pelengkap kosmetika yang berupa pengawet (perfumery), maksudnya agar kosmetika segar baunya bila dipakai, dan pewarna (coloring), agar kosmetika enak dipandang mata sebelum dan sewaktu dipakai. Pada kosmetika yang tujuannya untuk mewangikan kulit atau mewarnai kulit (dekoratif), maka bhan pelengkap ini menjadi bahan aktif dari kosmetika. (Wasitaatmadja, 1997).

2.3 Kosmetika Dekoratif

Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara


(30)

permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum.

Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi: 1) Kosmetika rias kulit (wajah); 2) Kosmetika rias bibir; 3) Kosmetika rias rambut; 4) Kosmetika rias mata; dan 5) Kosmetika rias kuku (Wasitaatmadja, 1997).

Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit. Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain:

a. Warna yang menarik

b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau

e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya. Pembagian kosmetika dekoratif:

a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi,


(31)

b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, pelurus rambut, dan lain-lain (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4 Bibir

Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah. Sangat jarang terdapat kelenjer lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah berpenetrasi ke stratum germinativum.

Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjolnya stratum germinativum, dan aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, maka bibir menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan pewarna bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu (Ditjen POM, 1985).

Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu lipstik, krim bibir (lip cream), pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir (lip


(32)

liner), dan lip sealer (Wasitaatmadja, 1997). 2.5 Lipstik

Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah yang dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik (Ditjen POM, 1985).

Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Bila pengemasan dilakukan dalam bentuk batang lepas disebut lip crayon yang memerlukan bantuan pensil warna untuk memperjelas hasil usapan pada bibir. Sebenarnya lipstik adalah juga lip crayon yang diberi pengungkit roll up untuk memudahkan pemakaian dan hanya sedikit lebih lembut dan mudah dipakai. Lip crayon biasanya menggunakan lebih banyak lilin dan terasa lebih padat dan kompak. (Wasitaatmadja, 1997).

Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal yang sesungguhnya diatur suhunya hingga mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38ºC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca disekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, maka suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi yang dianggap lebih sesuai dan diatur pada suhu lebih kurang 62ºC, atau bisanya berkisar antara 55º-75ºC. (Ditjen POM, 1985).

Persyaratan untuk lipstik yang diinginkan atau dituntut oleh masyarakat, antara lain :


(33)

1. Melapisi bibir secara mencukupi

2. Dapat bertahan di bibir dalam waktu yang lama 3. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket 4. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya 5. Memberikn warna yang merata pada bibir

6. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya

7. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau berbintik- bintik, atau memperlihatkan hal lain yang tidak menarik (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6 Komposisi lipstik

Adapun bahan-bahan utama pada lipstik adalah sebagai berikut : a. Lilin

Misalnya carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beewax, candellila wax, spermaceti, ceeresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstik

b. Minyak

Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-zat eosin. Misalnya minyak castrol, tetrahydrofurfuril alcohol, fatty acid alkylolamides, dihydric alcohol, beserta monoethers dan monofatty acid esternya, isopropyl myristate, isopropyl palmitate, butyl stearate, paraffin oil. c. Lemak

Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnya hydrogenated castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alcohol, lanolin.

d. Acetoglycerides


(34)

meskipun tempertur berfluktuasi, kepadatan lipstik tetap konstan. e. Zat-zat pewarna

Zat pewarna yang dipakai secara universal didalam lipstick adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutan dalam minyak. Pelarut terbaik didalam eosin adalah castrol oil. Tetapi furfuryl alcohol beserta ester-esternya terutama stearat dan ricinoleat memiliki daya melarutkan eosin yang lebih besar. Fatty acid alkylolamides jika dipasang sebagai pelarut eosin, akan memberikan warna yang intensif pada bibir.

f. Surfaktan

Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk memudahkan pembasahan disperse partikel-partikel pigmen warna yang padat. g. Antioksidan

h. Bahan pengawet

Bahan pengawet (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar (flavoring) harus mampu menutupi rasa bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan. (Tranggono dan Latifah, 2007)

Komponen Lipstik yang Digunakan: a. Oleum ricini (Minyak jarak)

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus communis L. yang telah dikupas. Pemeriannya berupa cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah, rasa manis dan agak pedas. Kelarutannya yaitu larut dalam 2,5 bagian etanol (90%), mudah larut dalam


(35)

etanol mutlak, dan dalam asam asetat glasial (Ditjen POM, 1979). b. Cera alba (Malam putih)

Cera alba dibuat dengan memutihkan malam yang diperoleh dari sarang lebah Apis mellifera L. Pemeriannya yaitu berupa zat padat, berwarna putih kekuningan, dan bau khas lemah. Kelarutannya yaitu praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%), larut dalam kloroform, eter, minyak lemak, dan minyak atsiri. Suhu leburnya yaitu antara 62oC hingga 64oC. Khasiat umumnya digunakan sebagai zat tambahan (Ditjen POM, 1979).

c. Lanolin

Lanolin merupakan zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries L. yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25 %. Pemeriannya yaitu massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang dua kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter, dan dalam kloroform. Suhu leburnya yaitu antara 38oC hingga 44oC (Ditjen POM, 1995). d. Vaselin alba

Vaselin alba adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemeriannya yaitu berupa massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap walaupun zat telah dileburkan. Kelarutannya yaitu praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), tetapi larut dalam kloroform dan eter. Suhu leburnya antara 38oC hingga 56oC. Khasiat umumnya digunakan sebagai zat tambahan (Ditjen POM, 1979).


(36)

Pemeriannya yaitu berupa serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih, bau khas lemah, dan rasa lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutannya bertambah dengan naiknya suhu. Suhu leburnya yaitu antara 45oC hingga 50oC (Ditjen POM, 1995).

f. Metil paraben

Pemeriannya yaitu berupa hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan dalam gliserol. Suhu leburnya antara 125oC hingga 128oC. Khasiatnya adalah sebagai zat tambahan (zat pengawet) (Ditjen POM, 1995).

g. Propilen glikol

Propilen glikol adalah suatu caian kental, dapat bercampur dengan airdan alkohol. Suatu pelarut yang berguna dengan pemakaian yang luas dan sering menggantikan gliserin dalam formula-formula farmasi tertentu (Ansel, 1989)

2.7 Uji Tempel (Patch Test)

Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.

Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Tanda-tanda yang ditimbulkan reaksi kulit tersebut umumnya


(37)

sama, yaitu akan tampak sebagai kulit kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak. Panel uji tempel sebaiknya wanita berusia 20-30 tahun, berbadan sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan menyatakan kesediaannya dijadikan sebagai panel uji tempel.

Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian punggung, lengan tangan, dan bagian kulit di belakang telinga (Ditjen POM, 1985).

2.8 Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji Kesukaan (Hedonic Test) adalah pengujian terhadap kesan subyektif yang sifatnya suka atau tidak suka terhadap suatu produk. Pelaksanaan uji ini memerlukan dua pihak yang bekerja sama, yaitu panel dan pelaksana. Panel adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan uji melalui proses penginderaan. Orangnya disebut panelis. Panel terbagi dua, yaitu panel terlatih dan tidak terlatih. Jumlah panel uji kesukaan makin besar semakin baik, sebaiknya jumlah itu melebihi 20 orang. Jumlah lebih besar tentu akan menghasilkan kesimpulan yang dapat diandalkan (Soekarto, 1981).

Kriteria panelis (Soekarto, 1981):

1. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi.

2. Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang diambil secara acak. Jumlah anggota penelis semakin besar semakin baik.

3. Berbadan sehat.


(38)

5. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara penilaian organoleptik.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, pembuatan formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, blender (National), neraca analitis (Mettler Toledo), neraca kasar (Ohaus), rotary

evaporator (Buchi), penangas air, indikator universal (Maacherey-Nagel), pH

meter, termometer, spatula, sudip, kaca objek, cawan penguap, kertas saring, pencetak suppositoria, pipet tetes, anak timbangan dan roll up lipstick .

3.1.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kubis merah

(Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L) Thell). Bahan kimia yang

digunakan antara lain: akuades, etanol 96%, asam sitrat, cera alba, vaselin alba, setil alkohol, lanolin, cetaceum, oleum ricini, propilen glikol, asam oleat, parfum dan metil paraben.

3.2 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, identifikasi tumbuhan, dan pengolahan sampel.


(40)

3.2.1 Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah kubis merah yang terdapat di Supermarket Brastagi Buah.

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan.

3.2.3 Pengolahan Sampel

Sampel yang telah dikumpulkan dan dicuci hingga bersih, kemudian disortasi. Setelah itu ditimbang berat sampel yang telah disortasi.

3.3 Pembuatan Ekstrak Kubis Merah

Kubis merah ditimbang sebanyak 100 g diekstraksi dengan larutan pengekstrak (etanol 96% dan asam sitrat 2% b/v) sebanyak 600 ml (1:6). Caranya: sampel dihancurkan menggunakan blender selama 5 menit dengan penambahan 300 ml larutan pengekstrak. Kemudian bilas blender dengan 150 ml larutan pengekstrak. Dimasukkan sampel kedalam wadah yang tertutup rapat dan dilakukan ekstraksi secara maserasi pada suhu kamar selama 24 jam terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, kemudian disaring, lalu cuci ampas dengan sisa larutan pengekstrak hingga 600 ml, ekstrak dikumpulkan, dan dipekatkan dengan

rotary evaporator pada suhu ± 400C, kemudian di freeze dryer sehingga didapatkan ekstrak kol merah (Tensiska, 2009)


(41)

3.4 Pembuatan Lipstik Menggunakan Ekstrak Kubis Merah Sebagai Pewarna Dalam Berbagai Konsentrasi

3.4.1 Formula

Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lipstik dalam penelitian ini adalah formula dasar lipstik no.3 dalam buku “Practical Cosmetic Science” dengan komposisi sebagai berikut (Anne Young, 1974):

R/ Cera alba 36,0

Lanolin 8,0

Vaselin alba 36,0

Setil alkohol 6,0

Oleum ricini 8,0

Carnauba wax 5,0

Pewarna secukupnya

Parfum secukupnya

Pengawet secukupnya

Hasil orientasi terhadap basis lipstik menggunakan formula di atas dengan

cetaceum sebagai pengganti carnauba wax diperoleh hasil bahwa basis lipstik

yang dihasilkan bagus, sehingga dilakukan modifikasi perbandingan yang sama dari formula dasar dengan penambahan konsentrasi warna ekstrak kubis merah yang berbeda.

Ekstrak kubis merah tidak dapat larut dalam oleum ricini sehingga perlu ditambahkan propilen glikol untuk melarutkan zat warna tersebut. Konsentrasi propilen glikol yang digunakan untuk melarutkan ekstrak kubis merah adalah 5%. Selain itu, ekstrak kubis merah kurang bersatu dengan dasar lipstik. Oleh karena


(42)

itu diperlukan emulgator untuk menyatukan dasar lemak dari lipstik dengan ekstrak kubis merah. Emulgator yang digunakan adalah asam oleat dengan konsentrasi yang diperoleh berdasarkan orientasi adalah 1%.

Sesuai dengan hasil orientasi terhadap konsentrasi ekstrak kubis merah dalam sediaan lipstik diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 5% konsistensi sediaan lipstiknya bagus akan tetapi warna yang dihasilkan sediaan terlalu muda sehingga warna sediaan tidak dapat menempel dengan baik saat dioleskan pada kulit punggung tangan bahkan sampai 7 kali pengolesan. Pada konsentrasi 10%, warna sediaan yang dihasilkan cukup baik karena warna sudah dapat menempel dengan baik saat dioleskan pada kulit punggung tangan pada pengolesan ke-4 dan warna pada sediaan menunjukkan warna merah terang. Orientasi dilanjutkan dengan menggunakan ekstrak kubis merah konsentrasi 15%, 20%, dan 25%. Pada konsentrasi 30 % konsentrasi zat warna sudah terlalu banyak sehingga konsistensi lipstik menjadi kurang bagus. Selain itu warna yang dihasilkan pada sediaan lipstik terlalu tua sehingga dari segi penampilan sediaan menjadi kurang menarik.

Sesuai dengan hasil orientasi maka konsentrasi ekstrak kubis merah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%, 15%, 20%, dan 25% karena warna dan konsistensi sediaan yang dihasilkan cukup baik. Maka dilakukan modifikasi formula dengan perbandingan yang sama sesuai dengan formula dasar.


(43)

3.4.2 Modifikasi formula

Tabel 3. Modifikasi Formula Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kubis Merah

Dalam Berbagai Konsentrasi Komposisi

Sediaan (%)

1 2 3 4 5

Cera alba 30,44 28,62 26,8 24,98 36

Lanolin 6,76 6,36 5,96 5,55 8

Vaselin alba 30,44 28,62 26,8 24,98 36

Setil alcohol 5,07 4,77 4,46 4,16 6

Oleum ricini 6,76 6,36 5,96 5,55 8

Cetaceum 4,23 3,97 3,72 3,47 5

Ekstrak kubis Merah 10 15 20 25 0

Propilenglikol 5 5 5 5 0,7

Parfum strawberry 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Asam oleat 1 1 1 1 0

Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Keterangan :

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 10% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 15% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 20% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 25% Sediaan 5 : Formula tanpa ekstrak kubis merah

3.4.3 Prosedur Pembuatan Lipstik

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

Ekstrak kubis merah, nipagin, propilen glikol, oleum ricini ditimbang. Nipagin dilarutkan dalam propilen glikol lalu dilarutkan ekstrak dalam propilen glikol yang telah mengandung nipagin. Kemudian tambahkan oleum ricini. Aduk hingga homogen (campuran A). Cera alba, lanolin, vaselin alba, cetaceum dan setil alkohol ditimbang, dimasukkan dalam cawan, kemudian dileburkan di atas penangas air (campuran B). Campuran A ditambahkan perlahan-lahan pada campuran B yang telah berada dalam cawan, kemudian diaduk hingga homogen, lalu ditambahkan asam oleat dan parfum sambil diaduk perlahan. Selagi cair,


(44)

dimasukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai membeku. Setelah membeku massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam wadah (roll up lipstick).

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan lipstik. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas, titik lebur lipstik, kekuatan lipstik, stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji oles, dan pemeriksaan pH.

3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas

Masing-masing sediaan lipstik yang dibuat dari ekstrak kubis merah diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kulit punggung tangan. Sediaan dikatakan homogennjika warna yang menempel pada kulit punggung merata.

3.5.2 Pemeriksaan Titik Lebur Lipstik

Pengamatan dilakukan terhadap titik lebur lipstik dengan cara melebur lipstik. Sediaan lipstik yang baik adalah sediaan lipstik dengan titik lebur pada suhu diatas 500C (Vishwakarma et all, 2011)

3.5.3 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik

Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik diletakkan horizontal. Tekan pada jarak kira-kira 0,5 inci dari tepi, digantungkan beban yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik dan berat dimana lipstik patah dipertimbangkan sebagai breaking point (Vishwakarma et all, 2011).

3.5.4 Uji Oles


(45)

kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata. Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada kulit punggung tangan dengan 5 kali pengolesan (Keithler, 1956).

3.5.5 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan

Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 (Safitri, 2010).

3.5.6 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 % yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).


(46)

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Untuk menjamin keamanan lipstik dan tingkat kesukaan terhadap lipstik dari ekstrak kubis merah maka dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap sediaan yang dibuat.

3.6.1 Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lipstik yang dibuat menggunakan ekstrak kubis merah dengan maksud untuk mengetahui bahwa lipstik yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Patch

Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel

terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama tiga hari berturut-turut untuk sediaan yang paling tinggi. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kulit merah diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak (+++), dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-).

3.6.2 Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan lipstik yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan lipstik yang dibuat dengan berbagai konsentrasi ekstrak kubis merah pada kulit punggung tangannya. Kemudian panelis memilih warna lipstik mana yang paling disukainya. Panelis menuliskan S bila suka dan TS bila tidak suka. Parameter


(47)

pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan sediaan lipstik, homogenitas dan intensitas warna sediaan lipstik saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Kemudian dihitung persentase kesukaan terhadap masing-masing sediaan.


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.1.1 Homogenitas Sediaan

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan mempunyai susunan yang homogen. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji oles menunjukkan warna lipstik yang merata saat dioleskan pada kulit punggung tangan.

4.1.2 Pemeriksaan Titik Lebur Tabel 4. Data Pemeriksaan Titik Lebur

Sediaan Titik Lebur (oC)

1 63

2 60

3 60

4 58

5 65

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 10% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 15% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 20% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 25% Sediaan 5 : Formula tanpa ekstrak kubis merah

Berdasarkan pemeriksaan titik lebur diperoleh hasil yang berbeda-beda. Semakin besar konsentrasi zat warna maka titik lebur akan semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh penambahan ekstrak kubis merah. Semakin banyak ekstrak kubis merah yang ditambahkan maka komposisi lemak dan lilin pada lipstik semakin berkurang sehingga mempengaruhi titik leburnya.


(49)

rendah yaitu 58 oC. Sedangkan untuk titik lebur yang paling tinggi dihasilkan oleh sediaan 1 yaitu ekstrak kubis merah 10% yaitu 63 oC memiliki titik lebur yang hampir sama dengan lipstik tanpa ekstrak kubis merah yaitu 65 oC. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut lipstik ekstrak kubis merah telah memenuhi persyaratan suhu lebur.

Suhu lebur lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62oC, biasanya berkisar antara 55-75oC (Ditjen POM, 1985).

4.1.3 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik Tabel 5. Data Pemeriksaan Kekuatan Lipstik

Sediaan Penambahan berat (gram)

1 70

2 68

3 66

4 65

5 70

6 75

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 10% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 15% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 20% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 25% Sediaan 5 : Formula tanpa ekstrak kubis merah

Sediaan 6 : Lipstik Merek S

Berdasarkan pemeriksaan kekuatan lipstik dapat dilihat bahwa semua sediaan memiliki kekuatan yang hampir sama dengan salah satu lipstik yang beredar dipasaran yaitu sebesar 75 gram. Dari hasil kekuatan lipstik yang


(50)

diperoleh dapat dikatakan bahwa semua sediaan lipstik memiliki kekuatan yang baik.

Sediaan tanpa ekstrak kubis merah memiliki kekuatan yang sama dengan sediaan 1 yaitu ekstrak kubis merah 10% sebesar 70 gram. Pada sediaan 2 yaitu ekstrak kubis merah 15% memiliki kekuatan yang lebih kecil dibanding sediaan 1 yaitu sebesar 68 gram. Sedangkan untuk ekstrak 20% dan 25% memiliki kekuatan yang tidak jauh berbeda yaitu 66 dan 65 gram. Hasil kekuatan tersebut bervariasi karena pengaruh penambahan ekstrak kubis merah. Semakin banyak ekstrak kubis merah yang ditambahkan maka komposisi lemak dan lilin pada lipstik semakin berkurang sehingga mempengaruhi kekuatannya. Maka dapat dilihat bahwa semakin banyak penambahan ekstrak kubis merah maka kekuatan lipstik akan semakin berkurang.

4.1.4 Uji Oles

Hasil uji oles menunjukkan bahwa semua sediaan menghasilkan pengolesan yang sangat baik dengan 5 kali pengolesan. Terutama untuk sediaan 3 dan 4 yaitu lipstik dengan konsentrasi 20% dan 25%. Hal ini ditandai dengan 1 kali pengolesan menghasilkan warna pengolesan yang intensif dan merata saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Sedangkan untuk sediaan 1 memberikan warna yang intensif dan merata setelah pengolesan ke-4. Ini menunjukkan bahwa sediaan 1 menghasilkan pengolesan yang kurang baik dibandingkan sediaan 3 dan 4 sedangkan untuk sediaan ke 2 lebih mudah dioleskan dibandingkan sediaan 1 karena dengan 3 kali pengolesan sediaan telah memberikan warna yang intensif dan merata. Berdasarkan hasil uji oles diatas dapat diketahui bahwa sediaan lipstik menghasilkan pengolesan yang baik karena pengolesan dikatakan baik jika


(51)

sediaan memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit punggung tangan.

4.1.5 Stabilitas Sediaan

Tabel 6. Data Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna, dan Bau Sediaan

Keterangan: b : baik mt : merah tua

p : putih mh : merah hati

mtr : merah terang bk : bau khas

mm : merah maron

Hasil uji stabilitas sediaan lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat tetap stabil dan tidak menunjukkan perubahan warna, bau dan bentuk dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari pengamatan.

Dari hasil pengamatan bentuk diperoleh hasil bahwa seluruh bentuk sediaan tidak mengalami perubahan selama 30 hari pengamatan. Seluruh bentuk sediaan tetap memiliki bentuk dan konsistensi yang baik yaitu tidak keluar air dan

Pengamatan Sediaan Lama pengamatan (hari)

1 5 10 15 20 25 30

Bentuk

1 b b b b b b b

2 b b b b b b b

3 b b b b b b b

4 b b b b b b b

5 b b b b b b b

Warna

1 mtr mtr mtr mtr mtr mtr mtr

2 mm mm mm mm mm mm mm

3 mt mt mt mt mt mt mt

4 mh mh mh mh mh mh mh

5 p p p p p p p

Bau

1 bk bk bk bk bk bk bk

2 bk bk bk bk bk bk bk

3 bk bk bk bk bk bk bk

4 bk bk bk bk bk bk bk


(52)

tidak meleleh pada penyimpanan suhu kamar.

Dari hasil pengamatan warna diperoleh hasil bahwa sediaan pada konsentrasi yang berbeda tidak mengalami perubahan warna selama penyimpanan. Warna pada konsentrasi 0% menunjukkan warna putih, konsentrasi 10% memberikan warna merah terang, konsentrasi 15% memberikan warna merah maron, konsentrasi 20% memberikan warna merah tua, dan konsentrasi 25% memberikan warna merah hati. Sedangkan hasil pengamatan bau diperoleh bahwa bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan lipstik adalah bau khas dari parfum yang digunakan yaitu parfum strawberry. Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan selama 30 hari pengamatan pada suhu kamar.

4.1.6 Pemeriksaan pH

Tabel 7. Data Pengukuran pH Sediaan

Sediaan pH

1 4,7

2 4,4

3 4,0

4 3,8

5 6,8

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 10% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 15% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 20% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 25% Sediaan 5 : Formula tanpa ekstrak kubis merah

Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak kubis merah maka pH akan semakin rendah. Hal ini disebabkan ekstrak kubis memiliki pH 3,0 karena kandungan vitamin C yang cukup banyak yaitu sekitar 25%. Sehingga semakin banyak ekstrak kubis yang ditambahkan pada formula lipstik maka pH akan semakin rendah.


(53)

Dari hasil pemeriksaan dapat dilihat bahwa sediaan 5 tanpa ekstrak kubis merah adalah 6,8 sedangkan sediaan yang dibuat dengan menggunakan ekstrak kubis merah memiliki pH berkisar 4. Marchionini (1929) dalam buku Tranggono dan Latifah, (2007), menemukan bahwa stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai “mantel asam kulit”. Marchionini menemukan pH mantel asam kulit itu antara 3,5-5. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat cukup aman dan tidak menyebabkan iritasi pada bibir. Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit untuk menetralisirnya dan kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah, sensitif, dan mudah terkena infeksi. Oleh karena itu pH kosmetika diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis “mantel asam” kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

4.2 Hasil Uji Iritasi Tabel 8. Data Uji Iritasi

Pengamatan Panelis

1 2 3 4 5 6

Kulit kemerahan (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Kulit gatal-gatal (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Kulit bengkak (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Keterangan: (-) : tidak terjadi iritasi (++) : kulit gatal-gatal (+) : kulit kemerahan (+++) : kulit bengkak

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 panelis yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lipstik yang dibuat pada kulit lengan bawah bagian dalam selama tiga hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati


(54)

yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007).

4.3 Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test) Tabel 9. Data Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Panelis Sediaan

1 2 3 4 5

1 TS TS S S TS

2 S TS S S TS

3 TS TS S S TS

4 TS TS TS S TS

5 TS S S S TS

6 TS S S S TS

7 TS S S S TS

8 TS TS S S TS

9 S S TS TS TS

10 TS S S TS TS

11 TS TS S S TS

12 S S TS TS TS

13 S S TS TS TS

14 TS S S TS TS

15 TS S S S TS

16 TS TS S S TS

17 TS TS S S TS

18 TS S S TS TS

19 TS S TS S TS

20 S S TS S TS

21 S S TS S TS

22 TS TS S TS TS

23 S S S TS TS

24 TS TS S S TS

25 TS S S S TS

26 TS S S TS TS

27 S S TS TS TS

28 TS TS S S TS

29 TS TS TS S TS

30 TS TS S S TS

Keterangan: S : Suka TS : Tidak Suka


(55)

Berdasarkan data uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap 30 orang panelis, diketahui bahwa sediaan lipstik yang paling disukai oleh panelis adalah sediaan 3 yaitu lipstik dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 20% dengan persentase kesukaan 70%. Hal ini karena lipstik dengan konsentrasi 20% sangat mudah dioleskan dan memberikan warna yang menarik dan tidak terlalu muda ataupun tua. Tidak jauh berbeda dengan sediaan 3, sediaan 4 yaitu ekstrak kubis merah 25% memiliki persentase kesukaan yang hampir sama yaitu sebesar 66,67%. Hal ini dikarenakan sediaan 4 mudah dioleskan seperti sediaan 3. Sediaan 1 yaitu lipstik dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 10% memiliki persentase kesukaan yang paling rendah yaitu sebesar 26,67%. Hal ini dikarenakan warna yang dihasilkan terlalu muda dan sukar memberikan warna pada saat dioleskan. Persentase kesukaan sediaan 2 dengan ekstrak kubis merah 15% lebih banyak dibandingkan ekstrak kubis merah 10% yaitu 56,67%, karena sediaan lebih mudah dioleskan dibandingkan sediaan 1 dan memberikan warna yang tidak terlalu muda.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Ekstrak kubis merah dapat diformulasi sebagai pewarna dalam sediaan lipstik dengan bantuan propilen glikol sebagai pelarut dan asam oleat sebagai emulgator. Bertambahnya konsentrasi ekstrak kubis merah yang digunakan dalam formula maka bertambah pekat warna sediaan lipstik yang dihasilkan. Lipstik yang paling disukai adalah lipstik dengan konsentrasi 20% yang memiliki persentase kesukaan sebesar 70%.

Hasil penentuan mutu fisik sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat stabil, tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk, warna dan bau dalam penyimpanan selama 30 hari, memiliki susunan yang homogen, pH 3,8-4,7, memiliki titik lebur 58-63 oC dan memiliki kekuatan lipstik 65-70 gram. Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat tidak menyebabkan iritasi dan cukup aman untuk digunakan.

5.2 Saran

Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai formulasi sediaan kosmetik lain seperti eye shadow ataupun pemerah pipi menggunakan ekstrak kubis merah sebagai pewarna.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, O.M. dan K. Bernard. (2001). Chemistry, Analysis and Application of

Anthocyanin Pigments from Flowers, Fruits and Vegetables. Available at

2011).

Anonim. (2006). Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

No: KH.00.01.3352 Tanggal 7 September 2006 Tentang Kosmetik yang Mengandung Bahan dan Zat Warna yang Dilarang . Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Astawan, M. (2008). Khasiat Warna-warni Makanan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Hal: 188-189

Deman, JM.(1997). Kimia Makanan. Bandung: ITB. Hal: 253-254.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 86, 96, 195-197.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 9, 63.

Harmanto, N. (2005). Mengusir Kolesterol Bersama Mahkota Dewa. Jakarta: Agro Media Pustaka. Hal: 46-47

Hendry, G.A.F. (1996). Natural Food Colours. 2nd edition. London: Blackie Academic & Proffesional.

Keithler. (1956). Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. New York: Drug and Cosmetic Industry. Page: 153-155.

Media, A. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat:431 Tanaman Penggempur Aneka

Penyakit. Cetakan Pertama. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal: 152

Pracaya, (2001), Kol Alias Kubis. Penebar Swadaya. Hal: 1-3.

Rawlins, E. A., (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London: Bailierre Tindall. Pages: 22, 355.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-6. Penerjemah: Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.

Suprapti,M.L. (2005), Teknologi Pengolahan Pangan, Yogyakarta. Kanisius. Hal: 8


(58)

Tensiska, M.S. Debby, dan P. Ayu. (2009). Stabilitas Pigmen Antosianin Kubis

Merah (Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L) Thell)Terenkapsulasi Pada Minuman Ringan Yang Dipasteurisasi. Jurnal Penelitian. Jatinangor: Universitas Padjadjaran.

Tranggono, R.I. dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik, Editor: Joshita Djajadisastra, Pharm., MS, Ph.D. Jakarta:

Penerbit Pustaka Utama. Hal: 8, 90-91,100-101.

Vishwakarma, B. Sumeet, D. Kushagra, D. dan Heman, J. (2011). Formulation

and evaluation of herbal lipstick .International Journal Of Drug Discovery And Herbal Research (IJDDHR). India: Ujjain Institute of Pharmaceuti cal Sciences, Ujjain, (M.P.).

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press. Hal: 26-30, 47-48, 122, 124-125.

Young, A. (1974). Pratical Cosmetic Science. London: Mills & Boon Limited. Page: 86.


(59)

(60)

Lampiran 2. Gambar Kubis Merah

Gambar 1. Kubis Merah

Lampiran 3. Gambar Wadah Sediaan Lipstik


(61)

Lampiran 4. Gambar Sediaan Lipstik Tanpa Ekstrak Kubis Merah


(62)

Lampiran 5. Gambar Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kubis Merah

Gambar 4. Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kubis Merah Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 10% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 15% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 20% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 25%


(63)

Lampiran 6. Gambar Hasil Uji Homogenitas dan uji Oles

Gambar 5. Hasil Uji Homogenitas dan uji Oles

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 10% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 15% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 20% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 25%


(64)

Lampiran 7. Perhitungan Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test

Persentase Kesukaan = x100%

panelis seluruh Jumlah suka yang panelis Jumlah

Persentase Kesukaan Sediaan 1 = x100% 26,67% 30

8

=

Persentase Kesukaan Sediaan 2 = x100% 56,67% 30

17

=

Persentase Kesukaan Sediaan 3 = x100% 70% 30

21

=

Persentase Kesukaan Sediaan 4 = x100% 66,67% 30

20

=

Persentase Kesukaan Sediaan 5 = x100% 0% 30

0

= Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 10% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 15% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 20% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 25% Sediaan 5: Formula tanpa ekstrak kubis merah


(1)

(2)

Lampiran 2. Gambar Kubis Merah

Gambar 1. Kubis Merah


(3)

Lampiran 4. Gambar Sediaan Lipstik Tanpa Ekstrak Kubis Merah


(4)

Lampiran 5. Gambar Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kubis Merah

Gambar 4. Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kubis Merah Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 10% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 15% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 20% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 25%


(5)

Lampiran 6. Gambar Hasil Uji Homogenitas dan uji Oles

Gambar 5. Hasil Uji Homogenitas dan uji Oles

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 10% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 15% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 20% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 25%


(6)

Lampiran 7. Perhitungan Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test

Persentase Kesukaan = x100%

panelis seluruh Jumlah suka yang panelis Jumlah

Persentase Kesukaan Sediaan 1 = x100% 26,67% 30

8

=

Persentase Kesukaan Sediaan 2 = x100% 56,67% 30

17

= Persentase Kesukaan Sediaan 3 = x100% 70%

30 21

=

Persentase Kesukaan Sediaan 4 = x100% 66,67% 30

20

= Persentase Kesukaan Sediaan 5 = x100% 0%

30 0

= Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 10% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 15% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 20% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kubis merah 25% Sediaan 5: Formula tanpa ekstrak kubis merah


Dokumen yang terkait

Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Angkak (Monascus Purpureus) Sebagai Pewarna

34 155 71

Pengaruh Ekstrak Bunga Brokoli (Brassica Oleracea L. Var. Italica Plenck) Terhadap Penghambatan Penuaan Kulit Dini (Photoaging): Kajian Pada Ekspresi Matriks Metalloproteinase-1 Dan Prokolagen Tipe 1 Secara In Vitro Pada Fibroblas Kulit Manusia

4 51 241

Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Beras Ketan Hitam (Oryza sativa L var forma glutinosa) Sebagai Pewarna

40 188 64

Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Daun Jati (Tectona grandis L.f.) Sebagai Pewarna

101 368 65

Formulasi Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Pewarna

84 349 74

Uji aktivitas antibakteri ekstrak kubis (brassica oleracea l.var. capitata l.) terhadap bakteri Escherichia Coli

0 5 0

Karakterisasi Simplisia dan Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. Rubra) pada Tikus Jantan

16 76 76

Stabilitas Pigmen Antosianin Kubis Merah (Brassica Oleraceae Var Capitata L.F. Rubra (L) Thell) Terenkapsulasi Pada Minuman Ringan Yang Dipasteurisasi (Stability Of Encapsulation Red Cabbage (Brassica Oleraceae Var Capitata L.F. Rubra (L) Thell) Anthocyan

1 3 19

Karakterisasi Simplisia dan Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. Rubra) pada Tikus Jantan

0 1 15

Karakterisasi Simplisia dan Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. Rubra) pada Tikus Jantan

0 0 2