Pemanfaatan Mesin Pengusangan Cepat (MPC IPB 77-1 MM) Menggunakan Etanol untuk Pendugaan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max L. Merr.).

PEMANFAATAN MESIN PENGUSANGAN CEPAT (MPC IPB
77-1 MM) MENGGUNAKAN ETANOL UNTUK PENDUGAAN
VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max L)

AUFAL ANIEF MANGKUBUMI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

0

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Mesin
Pengusangan Cepat (MPC IPB 77-1 MM) Menggunakan Etanol untuk Pendugaan
Vigor Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max L. Merr.) adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Aufal Anief Mangkubumi
NIM A24110172

ii

ABSTRAK
AUFAL ANIEF MANGKUBUMI. Pemanfaatan Mesin Pengusangan Cepat (MPC
IPB 77-1 MM) Menggunakan Etanol untuk Pendugaan Vigor Daya Simpan Benih
Kedelai (Glycine max L. Merr.). Dibimbing oleh M RAHMAD SUHARTANTO.
Mesin Pengusangan Cepat (MPC IPB 77-1 MM) merupakan mesin yang
dapat mempercepat kemunduran benih dengan memanfaatkan deraan uap etanol
96%. Pemanfaatan mesin ini dimaksudkan agar dapat melihat kemunduran benih
dan membandingkannya dengan kemunduran selama penyimpanan alami.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penurunan viabilitas, vigor

dan peningkatan daya hantar listrik benih kedelai yang telah diusangkan
menggunakan uap etanol dengan penyimpanan alami serta mempelajari vigor daya
simpannya. Penelitian terdiri atas dua percobaan yaitu penyimpanan alami dan
pengusangan. Penyimpanan alami terdiri atas 7 waktu penyimpanan yaitu 0, 1, 2,
3, 4, 5, 6 bulan dan pengusangan juga terdiri atas 7 waktu yaitu 0, 1x15, 2x15, 3x15,
4x15, 5x15 dan 6x15 menit. Hasil menunjukkan bahwa adanya kesesuaian laju
penurunan viabilitas, vigor dan peningkatan daya hantar listrik antara penyimpanan
alami dengan pengusangan cepat menggunakan uap etanol. MPC IPB 77-1 MM
dapat menduga vigor daya simpan benih kedelai pada tolok ukur DB, IV dan KCT.
Tolok ukur KCT lebih sensitif dalam menduga vigor daya simpan, namun tolok ukur
daya hantar listrik tidak sensitif dalam menduga vigor daya simpan. Varietas
Tanggamus dan Wilis memiliki vigor daya simpan tinggi, sedangkan varietas Kaba
dan Sinabung memiliki vigor daya simpan lebih rendah.
Kata kunci: MPC IPB 77-1 MM, vigor daya simpan, daya hantar listrik, deteriorasi

iii

ABSTRACT
AUFAL ANIEF MANGKUBUMI. The Use of Accelerated Aging Machine
(MPC IPB 77-1 MM) Using Ethanol to Estimate Vigor Storability of Soybean

(Glycine max L. Merr.) Seed. Suvervised by M RAHMAD SUHARTANTO.
Accelerated Aging Machine (MPC IPB 77-1 MM) is a tool that can
accelerate the deterioration of seed by using 96% ethanol vapor. Utilization of these
machines are intended to be seen accelerated aging of seeds and comparing it with
the natural deterioration during storage. This research aims to determine the
suitability of loss of viability, vigor and increased electrical conductivity of soybean
seeds that have accelerated aging using ethanol vapor compare to natural storage
and estimate the vigor storability. The research consisted of two experiments is a
natural storage and accelerated aging. Natural storage consists of 7 storage periods
are 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 months and accelerated aging also consists of 7 periods are 0,
1x15, 2x15, 3x15, 4x15, 5x15 and 6x15 minutes. Results showed that the rate of
decline suitability viability, vigor and an increase in electrical conductivity between
natural storage with accelerated aging using ethanol vapor. MPC IPB 77-1 MM can
estimate vigor storability of soybean seed on the benchmarks Germination (DB),
Vigor Index (IV) and Speed Growth (KCT). KCT benchmarks more sensitive in
predicting vigor storability, but a measure electrical conductivity is not sensitive in
predicting vigor storability. Tanggamus and Wilis varieties have high vigor
storability, while the varieties Kaba and Sinabung have lower vigor storability.
Key word: MPC IPB 77-1 MM, vigor storability, electrical conductivity,
deterioration


iv

v

PEMANFAATAN MESIN PENGUSANGAN CEPAT (MPC IPB
77-1 MM) MENGGUNAKAN ETANOL UNTUK PENDUGAAN
VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max L)

AUFAL ANIEF MANGKUBUMI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

vi

viii
PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
“Pemanfaatan Mesin Pengusangan Cepat (MPC IPB 77-1 MM) Menggunakan
Etanol untuk Pendugaan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max L.
Merr.)” dilaksanakan di laboratorium benih Agronomi dan Hortikultura, Institut
Pertanian Bogor pada bulan September 2014 hingga April 2015. Penghargaan dan
terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr Ir M Rahmad Suhartanto, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan dan saran selama penelitian dan penulisan skripsi.
2. Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan akademik kepada penulis.
3. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan moril maupun materil.

4. Lilis Zakiyatunnufus yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada
penulis.
5. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis.
6. Anis Arrisya selaku teman seperjuangan dalam pelaksanaan penelitian.
7. Teman-teman CSSMoRA IPB, Agronomi dan Hortikultura angkatan 48 dan
Tim Sarjana Pendamping Optimasi Padi IPB 3S atas dukungannya.

Bogor, Agustus 2015

Aufal Anief Mangkubumi

ix
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang

ix

x
x
1
1

Tujuan

2

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA
Vigor dan Viabilitas Benih

3
3

Penyimpanan Benih


3

Kemunduran Benih Kedelai

4

Daya Hantar Listrik

5

Mesin Pengusangan Cepat (MPC IPB 77-1 MM)

5

Vigor Daya Simpan

6

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

6
6

Bahan dan Alat

6

Pelaksanaan Penelitian

7

Analisis Data

7

Pengamatan

8


HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum

10
10

Kadar Air Benih selama Penyimpanan Alami dan Pengusangan

10

Viabilitas dan Vigor Benih selama Penyimpanan Alami dan Pengusangan

11

Hubungan Viabilitas dan Vigor Benih antara Penyimpanan Alami dengan
Pengusangan
15
Daya Hantar Listrik selama Waktu Penyimpanan Alami dan Pengusangan serta
Hubungannya dengan Viabilitas dan Vigor

16
Vigor Daya Simpan Benih secara Alami (VDS-alami) dengan Vigor Daya Simpan
secara buatan (VDS-buatan) pada Variabel DB, IV, KCT dan DHL
19
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

20
20
21
21
23
23

x

DAFTAR TABEL
1

Hubungan viabilitas antara penyimpanan alami dengan pengusangan

15

2

Hubungan daya hantar listrik antara penyimpanan alami dengan
pengusangan
Hubungan antara viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan
dengan daya hantar listrik selama pengusangan
Perbedaan 4 varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpan
secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan secara alami
(VDS-alami) pada variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan
tumbuh dan daya hantar listrik

16

3
4

17
19

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

4
5

6

Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 MM

Hubungan antara waktu penyimpanan alami dengan kadar air (a) dan
waktu pengusangan dengan kadar air (b) pada benih kedelai
Hubungan antara waktu penyimpanan alami dengan daya
berkecambah (a) dan waktu pengusangan dengan daya berkecambah
(b) pada benih kedelai
Hubungan antara penyimpanan alami dengan indeks vigor (a) dan
waktu pengusangan dengan indeks vigor (b) pada benih kedelai
Hubungan antara waktu penyimpanan alami dengan kecepatan
tumbuh (a) dan waktu pengusangan dengan kecepatan tumbuh (b)
pada benih kedelai
Hubungan antara waktu penyimpanan alami dengan daya hantar
listrik (a) dan waktu pengusangan dengan daya hantar listrik (b) benih
kedelai

6
10
11

13
14

16

DAFTAR LAMPIRAN
1

Intruksi kerja MPC IPB 77-1 MM

22

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L. Merr.) merupakan tanaman semusim dan salah satu
jenis kacang-kacangan yang mengandung banyak protein nabati untuk kepentingan
gizi masyarakat Indonesia. Kedelai merupakan bahan dasar makanan pokok bagi
masyarakat Indonesia, seperti: tahu, tempe, kecap, susu kedelai, minyak dan lain
sebagainya. Kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan pertumbuhan penduduk. Setiap tahunnya rata-rata kebutuhan kedelai
nasional sebesar 2.3 juta ton biji kering, namun kemampuan produksi kedelai dalam
negeri saat ini baru mencapai 843 153 ton atau 36.5% dari kebutuhan nasional (BPS
2013). Oleh karena itu, sampai saat ini Indonesia masih mengimpor kedelai untuk
dapat memenuhi kebutuhan kedelai nasional.
Salah satu permasalahan dalam produksi kedelai di Indonesia adalah
kurangnya ketersediaan benih kedelai yang bermutu. Benih terlebih dahulu akan
selalu mengalami masa penyimpanan sebelum dibudidayakan di lahan. Proses
penyimpanan tersebut akan menyebabkan benih mengalami kemunduran mutu baik
viabilitas maupun vigor benih atau sering disebut dengan deteriorasi. Menurut
Sadjad (1980) benih kedelai cepat mengalami kemunduran selama penyimpanan
karena sifatnya yang sangat peka terhadap suhu dan kelembaban udara. Tatipata et
al. (2004) mengungkapkan bahwa benih kedelai cepat mengalami kemunduran
dalam penyimpanan karena kandungan lemak (16%) dan proteinnya yang relatif
tinggi (37%).
Menurut Copeland dan McDonald (2001) kemunduran benih merupakan
proses penurunan mutu secara berkelanjutan dan kumulatif serta tidak dapat balik
(irreversible) akibat perubahan fisiologi yang disebabkan oleh faktor internal.
Kemunduran benih kedelai dapat dilihat dari indikasi fisiologis dan biokimia.
Indikasi biokimia dapat dilihat dari terjadinya perubahan-perubahan dalam aktivitas
enzim, respirasi, laju sintesis, kebocoran membran sel, persediaan makanan, dan
perubahan dalam kromosom. Menurut ISTA (2014) benih yang memiliki
kebocoran elektrolit tinggi akan memiliki vigor yang rendah, sedangkan benih
dengan kebocoran elektrolit rendah memiliki vigor yang tinggi. Tingkat kebocoran
membran sel atau kebocoran elektrolit dapat diketahui dengan dilakukannya
pengujian daya hantar listrik.
Benih-benih yang telah disertifikasi dan beredar di masyarakat mempunyai
masa kadaluwarsa tertentu. Penetapan masa kadaluwarsa benih tersebut belum
mempunyai dasar ilmiah yang spesifik yang dapat melihat kemampuan benih
selama penyimpanan dalam keadaan suboptimum. Menurut Sadjad et al. (1999)
vigor daya simpan benih merupakan parameter vigor benih yang ditunjukkan
dengan kemampuan benih selama penyimpanan dalam keadaan suboptimum. Oleh
karena itu, vigor daya simpan benih merupakan informasi penting yang dibutuhkan
produsen, konsumen, ilmuwan, dan analis benih.
Vigor daya simpan dapat diketahui melalui pemanfaatan pengusangan cepat
kimia dengan menggunakan MPC IPB 77-1 MM yang selanjutnya dilakukan
pengujian vigor dan viabilitas menggunakan berbagai tolok ukur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa daya hantar listrik merupakan tolok ukur yang paling sesuai

2
untuk digunakan dalam penapisan vigor daya simpan beberapa varietas kedelai
dengan menggunakan MPC IPB 77-1 MM (Terryana 2013). Pengujian daya hantar
listrik merupakan uji cepat viabilitas yang dilihat dari tingkat kebocoran membran
sel benih. Hasil penelitian lain menunjukkan pola hubungan DHL dengan DB
memiliki slope negatif/turun yang artinya semakin tinggi daya hantar listrik benih
maka daya berkecambah yang terhitung akan semakin rendah (Fitriningtyas 2008).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan MPC IPB 77-1 MM dalam
melihat kemunduran benih kedelai dan membandingkan nilai vigor daya simpan
benih kedelai dengan penyimpanan alami, serta untuk mengetahui kesesuaian
penurunan viabilitas, vigor, dan kenaikan nilai daya hantar listrik benih kedelai
yang telah diusangkan menggunakan MPC IPB 77-1 MM dengan penyimpanan
alami.
Hipotesis
Penelitian ini memiliki beberapa hipotesis, di antaranya:
1. Mesin Pengusangan Cepat (MPC IPB 77-1 MM) dapat digunakan untuk
menduga vigor daya simpan benih kedelai.
2. Terdapat kesesuaian penurunan viabilitas dan vigor pada pengusangan cepat
dengan penyimpanan alami pada benih kedelai.
3. Terdapat kesesuaian peningkatan nilai daya hantar listrik pada pengusangan
cepat dengan penyimpanan alami pada benih kedelai.

3
TINJAUAN PUSTAKA
Vigor dan Viabilitas Benih
Benih bermutu mempunyai vigor dan viabilitasnya yang baik. Sadjad
(1994) menyatakan bahwa viabilitas adalah gejala hidup benih yang dapat
ditunjukkan dari peningkatan laju respirasi benih dalam proses metabolisme.
Copeland dan McDonald (2001) mengungkapkan bahwa viabilitas benih mencapai
tingkat tertinggi saat masak fisiologis dan secara berangsur-angsur akan mengalami
kemunduran. Menurut Sadjad et al. (1999) vigor merupakan daya tumbuh benih
pada kondisi yang suboptimum, sedangkan viabilitas diartikan sebagai daya
tumbuh benih pada kondisi optimum. Vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat
dibedakan, terutama terhadap lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Proses
kemunduran vigor benih terjadi bersamaan dengan viabilitasnya, namun pada
tingkatan yang lebih rendah.
Menurut Justice dan Bass (2002) vigor benih pada saat disimpan merupakan
faktor penting yang mempengaruhi umur simpan benih. Sadjad (1993)
mengungkapkan bahwa vigor adalah kemampuan benih atau bibit tumbuh menjadi
tanaman normal yang berproduksi normal dalam keadaan yang suboptimum dan
di atas normal dalam keadaan yang optimum, atau mampu disimpan dalam kondisi
simpan yang suboptimum dan tahan disimpan lama dalam kondisi optimum.
Copeland dan McDonald (2001) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi vigor benih antara lain kondisi genetik, lingkungan selama
perkembangan benih, dan lingkungan penyimpanan benih. Faktor genetik meliputi
tingkat kekerasan benih, vigor tanaman induk, dan komposisi kimia benih. Faktor
lingkungan perkembangan benih meliputi kelembaban, kesuburan tanah, dan
pemanenan benih. Faktor penyimpanan benih meliputi waktu penyimpanan dan
lingkungan penyimpanan (suhu, kelembaban dan oksigen).
Penyimpanan Benih
Penyimpanan benih bertujuan untuk mempertahankan dan memperpanjang
viabilitas benih tetap tinggi. Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa viabilitas
benih dapat diperpanjang bila benih disimpan pada kondisi dengan suhu,
kelembaban dan oksigen yang rendah. Sadjad (1994) mengungkapkan bahwa dalam
konsep Steinbauer, penyimpanan benih berada pada periode II ketika benih telah
mencapai masak fisiologis dan viabilitas maksimum dipertahankan.
Berdasarkan hukum Harrington, suhu penyimpanan benih sangat
berpengaruh terhadap laju deteriorasi. Selain itu, hukum Thumb rules yang juga
ditemukan oleh Harrington mengatakan bahwa daya simpan benih akan bertambah
dua kali lipat setiap penurunan suhu sebesar 5oC atau berkurangnya kadar air
sebesar 1% (Justice dan Bass 2002). Tempat penyimpanan berpengaruh nyata
terhadap viabilitas, vigor serta kadar air benih. Penyimpanan benih dalam kondisi
kedap udara akan lebih dapat memperpanjang daya simpannya karena mampu
mempertahankan kadar air benih tetap rendah. Hasil penelitian penyimpanan benih
kedelai dalam kaleng tertutup, kantong plastik, kantong kertas dan kantong kain
menunjukkan bahwa persentase kecambah tertinggi didapat pada perlakuan kaleng
tertutup, yaitu 94.80% dan terendah pada perlakuan kantong kain, yaitu 81.60%

4
(Rinaldi 2001). Penelitian lain menunjukkan bahwa daya berkecambah dan vigor
benih kedelai yang disimpan dengan kadar air 8% dan 10% dalam semua kemasan
sampai 6 bulan belum menurun secara nyata dan lebih tinggi dibanding dengan
kadar air 12% (Tatipata et al. 2004).
Menurut Justice dan Bass (2002) daya simpan benih dipengaruhi oleh faktor
genetik antara lain struktur benih dan komposisi kimia dalam benih. Sadjad (1981)
benih kedelai cepat mengalami kemunduran selama penyimpanan karena sifatnya
yang sangat peka terhadap suhu dan kelembaban udara. Oleh karena itu,
penyimpanan benih merupakan salah satu tahap dalam pascapanen kedelai yang
penting untuk diperhatikan, sehingga mutu fisiologis benih tetap terjaga.
Penyimpanan benih kedelai yang baik dalam menjaga mutu tetap tinggi sangat
diperlukan untuk penyediaan benih kepada petani. Benih sering kali mengalami
proses penyimpanan sebelum dibudidayakan untuk musim tanam berikutnya.
Kemunduran Benih Kedelai
Menurut Copeland dan McDonald (2001) kemunduran benih merupakan
masalah utama dalam produksi pertanian. Secara umum masalah kemunduran benih
tersebut sering dialami oleh negara sedang berkembang dan pada wilayah yang
memiliki suhu dan kelembaban tinggi. Justice dan Bass (2002) mengungkapkan
beberapa proses yang dialami benih saat mengalami kemunduran di antaranya,
perubahan pada struktur protein, berkurangnya cadangan makanan, pembentukan
asam lemak, aktivitas enzim, perubahan kromosom, kerusakan membran, dan
respirasi. Kemunduran viabilitas benih secara buatan disebut devigorasi, sedangkan
kemunduran benih secara alami disebut dengan istilah deteriorasi. Purwanti (2004)
mengungkapkan bahwa proses penuaan pada kedelai kuning yang disimpan pada
suhu tinggi mengalami kebocoran membran sel-sel benih yang semakin tinggi dan
permeabilitas sel juga menurun. Hal tersebut nampak pada penurunan daya tumbuh
dan vigor benihnya menjadi 41% setelah disimpan selama enam bulan. Hasil
penelitian Baktisari (2011) menunjukkan bahwa benih kedelai bermutu baik pada
awal periode simpan (0 minggu), lalu mengalami penurunan vigor mulai periode
simpan 1 bulan, 2 bulan dan seterusnya yang ditandai oleh turunnya daya
berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan kadar air serta
peningkatan daya hantar listrik.
Benih kedelai memiliki kandungan lemak dan protein yang tinggi sebesar
18-50%. Hal tersebut mengakibatkan benih kedelai cepat mengalami kemunduran.
Sadjad (1981) benih kedelai cepat mengalami kemunduran selama penyimpanan
karena sifatnya yang sangat peka terhadap suhu dan kelembaban udara. Hasil
penelitian Tatipata et al (2004) menunjukkan bahwa benih kedelai yang mengalami
kemunduran dapat dicerminkan oleh menurunnya kadar fosfolipid, protein
membran, fosfor anorganik mitokondria, aktivitas spesifik suksinat dehidrogenase
dan sitokrom oksidase serta laju respirasi.
Benih akan selalu mengalami kemunduran dan tidak dapat dihentikan,
namun dapat ditekan seminimum mungkin. Copeland dan McDonald (2001)
mengungkapkan bahwa kemunduran benih dapat diprediksi selama kita mengetahui
tipe benihnya, viabilitas awal, kadar air, suhu dan kelembaban.

5
Daya Hantar Listrik
Pengujian daya hantar listrik merupakan uji cepat viabilitas yang dilihat dari
tingkat kebocoran membran sel benih. Menurut Sadjad (1999), Kerusakan
membran merupakan akibat rusaknya fosfolipid yang terdapat sebagai komponen
membran. Byrd (1968) mengungkapkan bahwa benih hidup maupun benih mati
mengalami reaksi yang berbeda bila dialiri arus listrik. Benih-benih mati lebih
permeabel dibanding benih-benih hidup dan elektrolit dari benih-benih mati setelah
direndam dalam air akan tercuci lebih cepat. Benih yang memiliki kebocoran
elektrolit tinggi akan memiliki vigor yang rendah, sedangkan benih dengan
kebocoran elektrolit rendah memiliki vigor yang tinggi (ISTA 2014). Hasil
penelitian Fitriningtyas (2008) menunjukkan pola hubungan DHL dengan DB
memiliki slope negatif/turun yang artinya semakin tinggi daya hantar listrik benih
maka daya berkecambah yang terhitung akan semakin rendah.
Menurut Vieira et al (2008) nilai daya hantar listrik meningkat seiring
lamanya waktu penyimpanan dan peningkatan suhu dalam penyimpanan. Hasil
penelitian Terryana (2013) menunjukkan bahwa terdapat keragaman dan fluktuasi
nilai daya hantar listrik antar varietas benih kedelai seiring dengan semakin
bertambahnya periode simpan benih. Keragaman nilai daya hantar listrik yang
terjadi antar varietas diduga diakibatkan oleh perbedaan ketebalan kulit biji yang
dimiliki oleh masing-masing varietas. Soepriaman (1989) mengungkapkan bahwa
kulit biji kedelai memiliki ketebalan yang bervariasi sehingga daya serap airnya
juga berbeda.
Mesin Pengusangan Cepat (MPC IPB 77-1 MM)
Mesin Pengusangan Cepat (MPC IPB 77-1 MM) merupakan alat yang dapat
melakukan pengusangan cepat secara fisik dan kimia. Sadjad merancang Mesin
Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 pada tahun 1977, saat itu Sadjad telah
menemukan bahwa etanol berpengaruh terhadap viabilitas benih (Sadjad 1991).
Perangkat keras MPC IPB 77-1 digunakan untuk pengusangan cepat kimia dengan
tolok ukur VDSalk, sedangkan MPC IPB 88-1A untuk tolok ukur VDSfis dengan
deraan uap panas (Sadjad 1994).
MPC IPB 77-1 MM telah mengalami modifikasi dari MPC IPB 77-1 dan
MPC IPB 77-1 M untuk menyempurnakan sistem pergerakan benih dalam ruang
deraan yang lebih efisien dalam rangka uji Sistem Multiplikasi Devigorasi (SMD)
(Suhartanto 1994). Pada tahun 2011, Suhartanto memodifikasi lebih lanjut MPC
IPB 77-1 MM dengan membuat model tampilan yang lebih kecil (60% dari
prototype MPC sebelumnya). Ukuran MPC IPB 77-1 MM yang semakin kecil
bertujuan untuk mencegah kebocoran uap sehingga deraan uap lebih tepat
mengenai benih dalam ruang deraan. Tabung wadah benih dalam ruang deraan
dapat berputar sehingga benih dalam keadaan non-stationer dan memudahkan uap
etanol mengenai keseluruhan permukaan benih. Penelitian Terryana (2013)
menyebutkan bahwa metode pengusangan cepat benih secara kimia menggunakan
MPC IPB 77-1 MM cenderung lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan
pengusangan cepat benih secara fisik. Penderaan uap etanol pada benih
menyebabkan benih tersebut mengalami kemunduran mutu fisiologis, berbeda

6
dengan penderaan dengan uap panas atau pengusangan cepat fisik yang
menyebabkan benih mengalami kemunduran mutu fisik.
Vigor Daya Simpan
Parameter vigor daya simpan merupakan parameter yang penting untuk
diketahui karena dapat menunjukkan sejauh mana benih dapat disimpan. Menurut
Sadjad et al. (1999) vigor daya simpan adalah parameter vigor benih yang
ditunjukkan dengan kemampuan benih untuk disimpan dalam keadaan
suboptimum. Benih dengan vigor daya simpan yang tinggi menunjukkan bahwa
benih tersebut memiliki daya simpan yang lebih panjang dalam ruang simpan
optimum dan mampu disimpan untuk masa simpan yang normal pada kondisi
simpan yang suboptimum.
Vigor daya simpan tergantung pada vigor benih menghadapi keadaan
lingkungan simpan yang suboptimum dan bagaimana vigor benih sebelum
disimpan atau vigor awal benih (Sadjad 1994). Nilai vigor daya simpan diperoleh
dari nisbah antara vigor awal (VA) dengan sudut kemiringan (α) garis linier.
Analisis vigor daya simpan dapat dikembangkan berkat ditemukannya metode
pengusangan cepat yang menjabarkan kemunduran benih secara buatan. Metode
pengusangan cepat dapat melihat kemunduran benih secara buatan sehingga akan
lebih mudah dan cepat untuk melihat nilai vigor daya simpan benih dibandingkan
dengan terlebih dahulu menyimpan benih secara alami. Menurut Justice dan Bass
(2002) terdapat dua metode untuk menduga daya simpan benih yaitu uji
pengusangan cepat (the accelerated aging test) dan uji pengusangan dimodifikasi
(the modified aging test).

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2014 – Maret 2015.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Tanggamus,
Sinabung, Kaba, dan Wilis. Bahan lainnya yaitu etanol 96%, aquades, kertas CD,
label, karung dan plastik.
Alat-alat yang digunakan yaitu Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1
MM (Gambar 1), alat pengecambah benih tipe IPB 72-1, alat pengepres kertas tipe
IPB 75-1, pengukur DHL (conductivitymeter), sealer, thermohigrometer,
timbangan analitik, desikator, glassjar, oven, cawan kadar air, handsprayer, dan
keranjang plastik.

7

Gambar 1. Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 MM

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan. Percobaan I yaitu pengusangan
cepat benih secara kimia dengan menggunakan deraan uap etanol 96% pada Mesin
Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 MM. Percobaan II yaitu penyimpanan benih
secara alami pada suhu kamar 26-30 oC dengan kelembaban 60-70%..
Percobaan I adalah pengusangan cepat benih menggunakan uap etanol.
Empat varietas kedelai (Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis) terlebih dahulu
dilembabkan selama 11 jam supaya proses metabolisme dan aktivasi enzim di
dalam benih mulai berjalan. Selanjutnya benih didera dengan uap etanol 96% dalam
ruang deraan. Benih didera dengan etanol dalam MPC IPB 77-1 MM selama 0
(kontrol), 1x15, 2x15, 3x15, 4x15, 5x15 dan 6x15 menit dengan tiga ulangan. Suhu
dan kelembaban dalam ruang deraan selama proses pengusangan cepat benih
berlangsung pada 30-32 oC dan RH 80-82%. Benih dikecambahkan dengan metode
Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKDdp) dalam Alat Pengecambah Benih IPB
72-1.
Percobaan II yaitu penyimpanan alami, dilakukan penyimpanan alami pada
empat varietas kedelai (Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis) dengan waktu
penyimpanan yaitu 0, 4, 8, 12, 16, 20 dan 24 minggu dengan masing-masing diulang
sebanyak tiga kali. Benih kedelai dikemas menggunakan karung dan di-press
menggunakan sealer lalu dimasukkan ke keranjang plastik dan disimpan dengan
kondisi suhu kamar yaitu 26-30 oC dan RH 60-70%. Setiap bulan lot benih tersebut
diuji dengan berbagai parameter vigor dan viabilitas.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi dan korelasi. Analisis regresi
bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan hubungan berbagai peubah vigor
daya simpan, vigor kecepatan tumbuh, viabilitas, dan daya hantar listrik antara
benih setelah diusangkan dengan benih selama penyimpanan alami. Analisis
korelasi (r) digunakan untuk melihat seberapa besar peubah (y) dapat dipengaruhi
oleh peubah (x) dan melihat keeratan hubungannya. Nilai koefisien korelasi yang
mendekati 1 (r ≈ 1) menggambarkan adanya korelasi atau keeratan hubungan. Nilai
koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar keragaman
peubah (y) dapat digambarkan oleh pubah (x). Nilai R2 yang tinggi menunjukkan
hubungan yang erat secara kuantitatif antara peubah tersebut.

8
Persamaan regresi linier yang diperoleh dari analisis (Walpole 1992) yaitu:
Y = a + bX
Keterangan :
Y= parameter peubah viabilitas, vigor, dan daya hantar listrik (peubah bebas)
a = koefisien regresi
b = kemiringan garis regresi linier
X = waktu pengusangan benih dan waktu penyimpanan alami (peubah tetap)
Pengamatan

1.

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
Kadar Air Benih
Pengujian kadar air benih dilakukan dengan menggunakan metode
langsung yaitu dengan oven suhu rendah konstan (103±2 °C) selama ±17 jam.
Kadar air benih dapat dihitung dengan rumus:
KA =





x 100%

Keterangan:
KA = Kadar air benih (%)
M1 = Berat cawan + tutup kosong
M2 = Berat cawan + tutup + benih sebelum dipanaskan
M3 = Berat cawan + tutup + benih setelah dipanaskan
2.

Daya Berkecambah (DB)
Daya Berkecambah adalah persentase total kecambah normal selama
pengamatan. Kriteria kecambah normal untuk kedelai adalah perakaran yang
terdiri dari akar primer dan sekunder, hipokotil (calon batang yang terletak di
bawah kotiledon), kedua kotiledon, epikotil, dan plumula. Pengamatan
dilakukan dua kali yaitu pada hari ke-3 dan hari ke-5 setelah dikecambahkan.
Daya berkecambah dapat dihitung dengan rumus:
DB =

Σ

Σ K I + Σ K II
y

x 100%

Keterangan:
DB
= Daya berkecambah (%)
Σ KN I = jumlah kecambah normal pada hari ke-3
Σ KN II = jumlah kecambah normal pada hari ke-5
3.

Indeks Vigor (IV)
Indeks vigor adalah persentase kecambah normal pada hitungan pertama
yaitu pada hari ke-3 saja. Rumus untuk menghitung Indeks Vigor yaitu:
IV =

Σ

y

ΣK I

x 100%

9
Keterangan:
IV
= Indeks vigor (%)
Σ KN I = jumlah kecambah normal pada hari ke-3
4.

Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan Tumbuh adalah persentase kecambah normal per satuan
waktu atau etmal. KCT dihitung atas dasar waktu yang digunakan untuk tumbuh.
KCT =
atau
+
KCT =

...

Keterangan:
KCT = Kecepatan Tumbuh benih
NTotal = Persen Kecambah Normal pada akhir pengamatan
Wa
= Waktu yang diperlukan untuk pengujian hingga
selesai
N1,2...a = Bertambahnya persen (%) Kecambah Normal pada
waktu W1,2...a
W1,2...a = Jumlah waktu dari saat tanam sampai dengan saat
pengamatan ke 1, 2 ... a
5.

Daya Hantar Listrik (μS cm-1 g-1)
Pengujian daya hantar listrik merupakan metode pengujian untuk
mengetahui tingkat kebocoran zat metabolik dalam benih yang berasal dari
adanya kerusakan membran kulit benih akibat deraan. Lot benih kedelai
diambil sebanyak 50 butir secara acak, kemudian dimasukkan ke dalam
glassjar, kemudian ditambahkan 250 ml air bebas ion. Glassjar ditutup dengan
aluminium foil kemudian benih disaring dan air hasil perendaman benih diukur
daya hantar listriknya menggunakan conductivity meter. Daya hantar listrik
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
DHL (μS/cm g) =

6.



μS



Vigor Daya Simpan (VDS)
Vigor daya simpan merupakan parameter yang dapat menunjukkan
sejauh mana benih dapat disimpan. Nilai vigor daya simpan diperoleh dari nilai
vigor awal (VA) benih dibagi dengan sudut kemiringan garis regresi (α) hasil
analisis regresi linier. Sudut kemiringan (α) diperoleh dari persamaan regresi
linier (Y=a + bx) yaitu dengan menghitung tan-1 b.
Vigor Daya Simpan (VDS) =

A

A

α

10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penyimpanan Alami
Penyimpanan alami dilakukan dengan cara mengemas benih kedelai di
dalam karung lalu dipress. Per kemasan berisi 40 gram benih yang berisi lot benih
untuk satu ulangan pengujian semua tolok ukur. Benih yang telah dikemas tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam keranjang plastik dan disimpan pada suhu kamar
27°C–29°C dan RH 70%–75% selama enam bulan. Penyimpanan tersebut
menyebabkan benih mengalami kemunduran alami yang sering disebut dengan
istilah deteriorasi.
Pengusangan Cepat Benih Kedelai secara Kimia dengan MPC IPB 77-1 MM
Pengusangan cepat benih secara kimia dilakukan dengan menggunakan
Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 MM. Benih kedelai didera dengan uap
etanol 96% dalam ruang deraan yang terdapat pada MPC IPB 77-1 MM. Suhu dan
kelembaban di dalam ruang deraan selama proses pengusangan kimia adalah 32oC
dan RH 82%.
Kadar Air Benih selama Penyimpanan Alami dan Pengusangan
Kadar air benih merupakan informasi yang sangat penting untuk diketahui
sebelum dilakukannya penyimpanan. Kadar air 6% - 8% merupakan kadar air yang
optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih. Kadar air pada awal
penyimpanan alami untuk kedelai varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis
berturut-turut sebesar 8.20%, 7.09%, 7.88% dan 7.77%. Kadar air keempat varietas
benih tersebut terus mengalami peningkatan selama penyimpanan alami berturutturut mencapai 14.37%, 13.57%, 13.86% dan 13.92%. Hubungan antara kadar air
benih dengan penyimpanan alami menunjukkan korelasi yang sangat nyata
(Gambar 2a). Hasil analisis regresi antara kadar air benih (y) dengan waktu
penyimpanan alami (x) menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (r) pada benih
varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis berturut-turut sebesar 0.98, 0.96,
0.97 dan 0.97. Nilai r yang mendekati 1 (r ≈ 1) menunjukkan hubungan yang sangat
erat antara kadar air benih dengan waktu penyimpanan. Hasil tersebut juga
menunjukkan bahwa semakin lama benih disimpan maka kadar air semakin
meningkat. Copeland dan McDonald (2001) mengungkapkan bahwa kadar air
benih akan meningkat jika kelembaban lingkungan simpan tinggi.
Kadar air awal sebelum didera dengan etanol 96% untuk kedelai varietas
Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis sangat tinggi yaitu berturut-turut sebesar
29.77%, 29.32%, 29.31% dan 29.81%. Kadar air awal tersebut cukup tinggi karena
sebelumnya telah dilembabkan terlebih dahulu selama 11 jam. Pelembaban tersebut
dimaksudkan agar benih mengalami imbibisi yang dapat memudahkan uap etanol
masuk ke dalam benih selama proses pengusangan. Hubungan antara kadar air
benih dengan waktu pengusangan menunjukkan korelasi yang tidak nyata (r 0.80)
kecuali pada benih kedelai varietas Wilis (Gambar 2b). Hasil analisis regresi antara
kadar air benih (y) dengan waktu pengusangan (x) menunjukkan bahwa nilai

11
koefisien korelasi (r) pada benih varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis
berturut-turut sebesar 0.62, 0.40, 0.12 dan 0.90. Kadar air benih selama
pengusangan cenderung konstan, tidak menunjukkan peningkatan maupun
penurunan secara nyata. Penderaan benih dengan uap etanol 96% seharusnya
menyebabkan kadar air menurun karena sifat etanol adalah menyerap air
(higroskopis).
15

Kadar Air (%)

14
13
12
11
10
9
8
7
6
0

1

2

3

4

5

6

Linear (Tanggamus)
y = 0,959x + 8,3279
R² = 0,9757
Linear (Sinabung)
y = 1,0127x + 7,8797
R² = 0,921
Linear (Kaba)
y = 1,0057x + 8,2434
R² = 0,9389
Linear (Wilis)
y = 1,0285x + 8,0611
R² = 0,9565

Waktu Penyimpanan Alami (bulan)
36
Linear (Tanggamus)
y = -0,0016x + 29,694
R² = 0,0384
Linear (Sinabung)
y = -0,0191x + 30,343
R² = 0,1644
Linear (Kaba)
y = -0,0028x + 30,044
R² = 0,0368
Linear (Wilis)
y = -0,036x + 29,925
R² = 0,8203

Kadar Air (%)

31
26
21
16
11
6
0

15

30

45

60

75

90

Waktu Pengusangan (menit)
Gambar 2 Hubungan antara waktu penyimpanan alami dengan kadar air (a) dan
waktu pengusangan dengan kadar air (b) pada benih kedelai
Viabilitas dan Vigor Benih selama Penyimpanan Alami dan Pengusangan
Daya Berkecambah Benih selama Penyimpanan Alami dan Pengusangan
Hasil analisis regresi antara daya berkecambah dengan waktu penyimpanan
alami pada benih kedelai varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis
menunjukkan korelasi yang negatif. Korelasi negatif tersebut memperlihatkan
hubungan yang berbanding terbalik, artinya semakin lama waktu penyimpanan
alami maka daya berkecambah semakin rendah. Hasil analisis regresi antara daya
berkecambah dengan waktu pengusangan juga menunjukkan korelasi yang negatif.
Deraan uap etanol menyebabkan meningkatnya kandungan etanol dalam benih
yang semakin lama penderaan maka kandungan etanol semakin tinggi. Deraan uap
etanol tersebut mensimulasi proses kemunduran benih secara alami, semakin lama
benih disimpan maka kandungan etanol dalam benih meningkat. Hasil penelitian

12
Groot et al (2011) menunjukkan adanya korelasi yang negatif antara produksi etanol
dalam benih dengan kualitas benih. Pengusangan cepat menggunakan uap etanol
memperlihatkan laju penurunan daya berkecambah yang lebih cepat dibandingkan
laju penurunan daya berkecambah selama penyimpanan alami.
Nilai korelasi (r) antara daya berkecambah dengan waktu penyimpanan
alami kedelai varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis berturut-turut yaitu
sebesar 0.82, 0.90, 0.88 dan 0.91, artinya peubah daya berkecambah (y) dipengaruhi
oleh penyimpanan alami (x) sebesar 82%, 90%, 88% dan 91%. Nilai korelasi antara
daya berkecambah dengan waktu pengusangan kedelai varietas Tanggamus,
Sinabung, Kaba dan Wilis berturut-turut yaitu sebesar 0.97, 0.99, 0.96 dan 0.97,
artinya peubah daya berkecambah (y) dipengaruhi oleh waktu pengusangan (x)
sebesar 97%, 99%, 96% dan 97% (Gambar 3).
Laju penurunan daya berkecambah yang berbeda-beda antar varietas selama
penyimpanan alami menghasilkan sudut kemiringan (α) yang berbeda dan dapat
membedakan vigor daya simpan antar varietas. Tolok ukur daya berkecambah
selama penyimpanan dapat memperlihatkan perbedaan vigor daya simpan antar
varietas lebih jelas dibanding dengan selama pengusangan. Laju penurunan daya
berkecambah selama pengusangan lebih signifikan dibanding dengan laju
penurunan daya berkecambah selama penyimpanan.
Daya Berkecambah (%)

100

80

60

40

20

0
0

1

2

3

4

5

6

Linear (Tanggamus)
y = -9,3694x + 105,97
R² = 0,6811
Linear (Sinabung)
y = -12,928x + 107,93
R² = 0,8212
Linear (Kaba)
y = -12,262x + 108,69
R² = 0,7863
Linear (Wilis)
y = -6,2619x + 99,31
R² = 0,8366

Waktu Penyimpanan Alami (bulan)
Daya Berkecambah (%)

100

80

60

40

20

0
0

15

30

45

60

75

90

Linear (Tanggamus)
y = -1,0905x + 105,6
R² = 0,9508
Linear (Sinabung)
y = -1,0825x + 98
R² = 0,9828
Linear (Kaba)
y = -1,0659x + 100,58
R² = 0,9199
Linear (Wilis)
y = -1,1373x + 102,61
R² = 0,9497

Waktu Pengusangan (menit)
Gambar 3 Hubungan antara waktu penyimpanan alami dengan daya berkecambah
(a) dan waktu pengusangan dengan daya berkecambah (b) pada benih
kedelai

13
Indeks Vigor Benih selama Penyimpanan Alami dan Pengusangan
Indeks vigor merupakan salah satu tolok ukur vigor benih yang
menunjukkan kemampuan benih untuk berkecambah pada hitungan pertama
(Copeland dan McDonald 2001). Hasil analisis regresi antara indeks vigor dengan
waktu penyimpanan alami pada benih kedelai varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba
dan Wilis menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang negatif. Hasil analisis regresi
antara indeks vigor dengan waktu pengusangan juga menunjukkan korelasi yang
negatif. Korelasi negatif tersebut memperlihatkan hubungan yang berbanding
terbalik, artinya semakin lama waktu penyimpanan alami maupun waktu
pengusangan maka indeks vigor semakin rendah. Zanzibar (2007) mengungkapkan
bahwa uap etanol berpengaruh buruk terhadap penurunan kualitas fisiologi benih.
Nilai korelasi (r) antara indeks vigor dengan penyimpanan alami kedelai
varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis berturut-turut yaitu sebesar 0.93,
0.94, 0.92 dan 0.94, artinya peubah indeks vigor (y) dipengaruhi oleh waktu
penyimpanan alami (x) sebesar 93%, 94%, 92% dan 94%. Nilai korelasi antara
indeks vigor dengan waktu pengusangan kedelai varietas Tanggamus, Sinabung,
Kaba dan Wilis berturut-turut yaitu sebesar 0.98, 0.97, 0.98 dan 0.98, artinya
peubah indeks vigor (y) dipengaruhi oleh waktu pengusangan (x) sebesar 98%,
97%, 98% dan 98% (Gambar 4). Kurva regresi indeks vigor selama penyimpanan
alami dan kurva regresi indeks vigor selama pengusangan menunjukkan laju
penurunan indeks vigor yang hampir sama signifikannya. Indeks vigor cepat
mengalami penurunan karena indeks vigor merupakan parameter vigor benih yang
ditunjukkan dengan kemampuan tumbuh benih dalam kondisi suboptimum. Sadjad
(1993) mengemukakan bahwa vigor benih dalam hitungan viabilitas absolut
merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di
lapang dalam kondisi yang suboptimum dan tahan untuk disimpan dalam kondisi
yang tidak ideal. Kurva regresi indeks vigor dengan waktu penyimpanan alami
menunjukkan perbedaan sudut regresi linier antar varietas, begitu juga dengan
kurva regresi indeks vigor dengan pengusangan.
100

Linear (Tanggamus)
y = -14,548x + 101,4
R² = 0,868

Indeks Vigor (%)

80

Linear (Sinabung)
60

y = -15,719x + 95,243
R² = 0,8881
Linear (Kaba)
y = -16,929x + 99,5
R² = 0,8564

40

20

Linear (Wilis)
y = -10,417x + 97,536
R² = 0,8782

0
0

1

2

3

4

5

Waktu Penyimpanan Alami (bulan)

6

14
100

Indeks Vigor (%)

Linear (Tanggamus)
80

y = -1,0873x + 97,405
R² = 0,9595

60

Linear (Sinabung)
y = -0,9286x + 74,929
R² = 0,9373
Linear (Kaba)
y = -1,05x + 86,679
R² = 0,9589

40

20

Linear (Wilis)
y = -1,0937x + 90,5
R² = 0,9575

0
0

15

30

45

60

75

90

Waktu Pengusangan (menit)
Gambar 4 Hubungan antara penyimpanan alami dengan indeks vigor (a) dan waktu
pengusangan dengan indeks vigor (b) pada benih kedelai
Kecepatan Tumbuh Benih selama Penyimpanan Alami dan Pengusangan
Kecepatan tumbuh benih merupakan parameter yang dianggap secara
umum dapat mengindikasikan vigor benih dalam keadaan lapang yang suboptimum
(Sadjad 1994). Nilai KCT diperoleh dari nisbah jumlah kecambah normal persatuan
waktu (per etmal). Hasil analisis regresi antara waktu penyimpanan alami dengan
kecepatan tumbuh pada benih kedelai varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan
Wilis menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang negatif. Korelasi negatif tersebut
memperlihatkan hubungan yang berbanding terbalik, artinya semakin lama waktu
penyimpanan alami maka kecepatan tumbuh benih semakin menurun. Hasil analisis
regresi antara waktu pengusangan dengan kecepatan tumbuh benih juga
menunjukkan korelasi yang negatif. Korelasi negatif tersebut memperlihatkan
bahwa semakin lama waktu pengusangan maka kecepatan tumbuh benih semakin
menurun. Zanzibar (2007) mengungkapkan bahwa parameter KCT sangat peka oleh
perlakuan uap etanol.
Nilai korelasi (r) antara penyimpanan alami dengan kecepatan tumbuh benih
kedelai varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis berturut-turut yaitu sebesar
0.94, 0.95, 0.96 dan 0.94, artinya peubah kecepatan tumbuh (y) dipengaruhi oleh
waktu penyimpanan alami (x) sebesar 94%, 95%, 96% dan 94%. Nilai korelasi
antara waktu pengusangan dengan kecepatan tumbuh benih kedelai varietas
Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis berturut-turut yaitu sebesar 0.98, 0.99, 0.98
dan 0.97, artinya peubah kecepatan tumbuh (y) dipengaruhi oleh waktu
pengusangan (x) sebesar 98%, 99%, 98% dan 97% (Gambar 3). Nilai r yang
mendekati 1 (r ≈ 1) menunjukkan hubungan yang sangat erat antara kecepatan
tumbuh dengan waktu penyimpanan alami dan antara kecepatan tumbuh dengan
waktu pengusangan. Garis regresi pada kurva hubungan antara KCT dengan waktu
pengusangan terdapat perbedaan besaran sudut regresi antar varietas yang lebih
jelas dibanding KCT selama penyimpanan alami. Hal tersebut menunjukkan bahwa
parameter KCT selama pengusangan lebih dapat membedakan vigor daya simpan

15
antara keempat varietas kedelai. Vigor daya simpan dapat dilihat dari perbandingan
antara vigor awal (VA) dengan sudut kemiringan (α) garis linier.

Kecepatan Tumbuh

50

Linear (Tanggamus)
y = -5,031x + 43,28
R² = 0,89
Linear (Sinabung)
y = -4,785x + 35,41
R² = 0,91

40
30
20

Linear (Kaba)
y = -5,0318x + 37,40
R² = 0,93

10
0
0

1

2

3

4

5

6

Linear (Wilis)
y = -4,12x + 41,20
R² = 0,89

Waktu Penyimpanan Alami (bulan)

Kecepatan Tumbuh

50

Linear (Tanggamus)
y = -0,4967x + 45,06
R² = 0,97

40

Linear (Sinabung)
y = -0,344x + 30,41
R² = 0,98

30

Linear (Kaba)
y = -0,402x + 35,968
R² = 0,96

20

10

Linear (Wilis)
y = -0,471x + 40,316
R² = 0,95

0
0

15

30

45

60

Waktu Pengusangan (menit)

75

90

Gambar 5 Hubungan antara waktu penyimpanan alami dengan kecepatan tumbuh
(a) dan waktu pengusangan dengan kecepatan tumbuh (b) pada benih
kedelai
Hubungan Viabilitas dan Vigor Benih antara Penyimpanan Alami dengan
Pengusangan
Viabilitas dan vigor benih menurun seiring dengan lamanya waktu
penyimpanan dan waktu pengusangan. Hubungan antara viabilitas dan vigor
penyimpanan dengan pengusangan benih kedelai varietas Tanggamus, Sinabung,
Kaba dan Wilis memiliki nilai korelasi yang tinggi (r 0.80) sehingga viabilitas
dan vigor selama pengusangan menggunakan uap etanol memiliki hubungan yang
sangat erat dengan viabilitas dan vigor selama penyimpanan alami, artinya
pengusangan menggunakan uap etanol dapat digunakan untuk melihat kemunduran
benih seperti halnya kemunduran benih secara alami (Tabel 1). Pengusangan cepat
menggunakan uap etanol mampu memperlihatkan laju kemunduran benih dalam
waktu pengujian yang singkat. Kapoor et al (2010) menyatakan bahwa benih yang
mengalami deteriorasi berkorelasi positif dengan benih yang mengalami
pengusangan. Hasil penelitian Pawestri (2013) juga menunjukkan adanya

16
kesesuaian penurunan daya berkecambah antara penyimpanan alami dan
pengusangan.
Tabel 1 Hubungan viabilitas antara penyimpanan alami dengan pengusangan
Hubungan penyimpanan x pengusangan
Persamaan regresi
R2
r
Varietas Tanggamus
DB penyimpanan x DB pengusangan
y = 0.5452x + 47.042 0.65 0.80*
IV penyimpanan x IV pengusangan
y = 0.9016x + 14.057 0.92 0.96**
KCT penyimpanan x KCT pengusangan
y = 0.6572x + 13.265 0.87 0.93**
Varietas Sinabung
DB penyimpanan x DB pengusangan
y = 0.7834x + 30.533 0.81 0.90**
IV penyimpanan x IV pengusangan
y = 1.0539x + 13.158 0.82 0.91**
KCT penyimpanan x KCT pengusangan
y = 0.9066x + 7.5152 0.88 0.94**
Varietas Kaba
DB penyimpanan x DB pengusangan
y = 0.7592x + 31.954 0.83 0.91**
IV penyimpanan x IV pengusangan
y = 1.0741x + 6.3626 0.89 0.94**
KCT penyimpanan x KCT pengusangan
y = 0.822x + 7.6129
0.93 0.96**
Varietas Wilis
DB penyimpanan x DB pengusangan
y = 0.3479x + 62.633 0.79 0.89**
IV penyimpanan x IV pengusangan
y = 0.59x + 41.929
0.79 0.89**
KCT penyimpanan x KCT pengusangan
y = 0.5606x + 18.119 0.86 0.92**
*Angka yang diikuti (*) nyata pada taraf 5% dan (**) sangat nyata pada taraf 1%
Daya Hantar Listrik selama Waktu Penyimpanan Alami dan Pengusangan
serta Hubungannya dengan Viabilitas dan Vigor
Daya Hantar Listrik Benih selama Penyimpanan Alami dan Pengusangan
Benih semakin lama disimpan maka nilai daya hantar listrik akan semakin
tinggi, begitu juga ketika semakin lama benih didera dengan uap etanol maka nilai
daya hantar listrik akan semakin tinggi. Benih yang memiliki nilai daya hantar
listrik tinggi menandakan bahwa benih tersebut mengalami kebocoran pada
membran sel benih. Menurut ISTA (2014) benih yang memiliki kebocoran
elektrolit tinggi dianggap memiliki vigor rendah, sedangkan yang kebocoran
elektrolitnya rendah merupakan benih bervigor tinggi. Uji daya hantar listrik mudah
dilakukan dan dapat menunjukkan gejala kemunduran benih lebih dini
dibandingkan uji daya berkecambah, indeks vigor dan kecepatan tumbuh.
Hasil analisis regresi antara waktu penyimpanan dengan daya hantar listrik
kedelai varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis menunjukkan korelasi yang
positif, artinya semakin lama waktu penyimpanan maka daya hantar listrik benih
semakin tinggi. Nilai korelasi (r) antara waktu penyimpanan dengan daya hantar
listrik kedelai varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis berturut-turut sebesar
0.94, 0.93, 0.96 dan 0.98. Nilai korelasi yang tinggi menunjukkan hubungan yang
sangat erat antara nilai daya hantar listrik dengan penyimpanan alami (Gambar 6a).
Hasil analisis regresi antara waktu pengusangan dengan daya hantar listrik
kedelai varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis juga menunjukkan korelasi
yang positif. Nilai korelasi (r) antara waktu pengusangan dengan daya hantar listrik
kedelai varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis berturut-turut sebesar 0.96,
0.98, 0.99 dan 0.99 (Gambar 6b). Laju peningkatan nilai daya hantar listrik selama

17

Daya Hantar Listrik (μS cm-1 g-1)

penyimpanan alami antar varietas hampir sama, sedangkan pada pengusangan
secara kimia terdapat perbedaan peningkatan nilai daya hantar listrik antar varietas.
Perbedaan laju peningkatan daya hantar listrik menunjukkan adanya perbedaan
sudut kemiringan garis regresi linier antar varietas, sehingga terlihat perbedaan nilai
vigor daya simpannya.
50

40

30

20

10
0

1

2

3

4

5

6

Linear (Tanggamus)
y = 1,7908x + 19,03
R² = 0,89
Linear (Sinabung)
y = 2,0098x + 18,89
R² = 0,87
Linear (Kaba)
y = 1,438x + 19,33
R² = 0,92
Linear (Wilis)
y = 1,6781x + 20,04
R² = 0,96

Waktu Penyimpanan Alami (bulan)
Daya Hantar Listrik (μS cm-1 g-1)

50

40

30

20

10
0

15

30

45

60

75

90

Linear (Tanggamus)
y = 0,3684x + 10,85
R² = 0,92
Linear (Sinabung)
y = 0,1718x + 14,44
R² = 0,97
Linear (Kaba)
y = 0,2305x + 12,60
R² = 0,98
Linear (Wilis)
y = 0,2286x + 12,98
R² = 0,98

Waktu Pengusangan (menit)
Gambar 6 Hubungan antara waktu penyimpanan alami dengan daya hantar listrik
(a) dan waktu pengusangan dengan daya hantar listrik (b) benih kedelai
Daya hantar listrik benih pada penyimpanan alami memiliki hubungan yang
sangat erat terhadap daya hantar listrik selama pengusangan. Nilai korelasi (r) daya
hantar listrik kedelai varietas Tanggamus, Sinabung, Kaba dan Wilis antara
penyimpanan dengan pengusangan berturut-turut yaitu sebesar 0.95, 0.95, 0.91 dan
0.96 (Tabel 2).
Tabel 2 Hubungan daya hantar listrik antara penyimpanan alami dengan
pengusangan
DHL penyimpanan x DHL pengusangan Persamaan regresi
R2
r
Varietas Tanggamus
y = 15,769 + 0,3149x
0.91 0.95*
Varietas Sinabung
y = 7.5587 + 0.7831x
0.90 0.95*
Varietas Kaba
y = 14,617 + 0,3929x
0.84 0.91*
Varietas Wilis
y = 13,975 + 0,4771x
0.93 0.96*
*Angka yang diikuti (*) sangat nyata pada taraf 1%

18

Hubungan antara Viabilitas dan Vigor Benih selama Penyimpanan Alami
dengan Daya Hantar Listrik selama Pengusangan
Benih yang telah disimpan secara alami dan diusangkan dengan MPC IPB
77-1 MM mengalami kemunduran mutu fisiologis benih. Hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara penurunan viabilitas dan
vigor benih dengan peningkatan daya hantar listrik selama pengusangan (Tabel 3).
Nilai korelasi (r) yang sangat nyata tersebut menunjukkan bahwa nilai daya hantar
listrik selama pengusangan dapat melihat kamunduran viabilitas dan vigor benih
selama penyimpanan alami. Kemunduran benih secara alami akan lebih mudah dan
cepat diperkirakan cukup dengan menguji daya hantar listrik selama pengusangan
menggunakan uap etanol.
Tabel 3 Hubungan antara viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan dengan
daya hantar listrik selama pengusangan
Viabilitas dan vigor benih x DHL Persamaan regresi
R2
r
Varietas Tanggamus
DB x DHL
y = -1,8503x + 128,61
0,88 0,94*
IV x DHL
y = -2,5383x + 127,38
0,87 0,93*
KCT x DHL
y = -0,9179x + 53,368
0,98 0,99*
Varietas Sinabung
DB x DHL
y = -5,1479x + 183,26
0,88 0,94*
IV x DHL
y = -6,1168x + 183,68
0,91 0,95*
KCT x DHL
y = -1,8725x + 62,568
0,94 0,97*
Varietas Kaba
DB x DHL
y = -3,5183x + 152,75
0,79 0,89*
IV x DHL
y = -5,019x + 164,04
0,92 0,96*
KCT x DHL
y = -1,4493x + 55,608
0,94 0,97*
Varietas Wilis
DB x DHL
y = -1,7385x + 120,98
0,77 0,88*
IV x DHL
y = -2,9737x + 135,49
0,85 0,92*
KCT x DHL
y = -1,1721x + 56,124
0,86 0,93*
*Angka yang diikuti (*) sangat nyata pada taraf 1%
Hasil analisis regresi antara viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan
dengan daya hantar listrik kedelai varietas Tanggamus, Sinabun