Pengaruh naungan dan pemupukan MgSO4.H2O terhadap produksi antosianin daun dewa (Gynura pseudochina (L.) DC)

PENGARUH PERIODE NAUNGAN DAN PEMUPUKAN MgSO4.H2O
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI
ANTOSIANIN DAUN DEWA
(Gynura pseudochina (L) DC)

ELNI FITRANI

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Pengaruh Periode Naungan dan
Pemupukan MgSO4.H2O terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Antosianin
Daun Dewa (Gynura pseudochina (L) DC) adalah karya saya sendiri dengan arahan
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian Tesis ini.

Bogor, Maret 2010

Elni Fitrani
NIM A151060071

ABSTRACT

Elni Fitrani. The effect of Shade Period and MgSO4.H2O on Plant Growth and
Anthocyanin Production of Gynura pseudochina (L) DC. Under direction of MUNIF
GHULAMAHDI and MAYA MELATI
Gynura pseudochina (L) DC is one of important medicinal plants because it
contains anthocyanin which has been identified as a bioactive compound to treat tumor
or cancer. Anthocyanin production is expected to be enhanced through the addition of
light settings and Mg nutrients. Therefore, the purpose of this research was study the
effect of shade period and MgSO4.H2O on anthocyanin production of Gynura
pseudochina (L) DC. The experiment was carried out from July to October 2007 at IPB
Experimental station at Biofarmaka unit – Cikabayan Bogor. The experiment used Split
Plot Design with shade treatment as the main plot and MgSO4.H2O fertilizer dose as

subplot. The main plot consists of five periods of 50% shade: 0, 1, 2, 3, 4 month, and
subplot consists of five rates of MgSO4.H2O: 0, 1, 2, 3, 4 g MgSO4.H2O /kg soil.
Interaction of shade period and MgSO4.H2O significantly increased plant growth
and production. The maximum plant growth and fresh weight of leaves was achieved by
providing 3 months shading and 2.80 g MgSO4.H2O / kg soil. Shade period and
MgSO4.H2O did not significantly increase chlorophyll a, b, and anthocyanin content,
however, it significantly increased anthocyanin production. The maximum anthocyanin
production was achieved by providing 3 months shading and 2.80 g MgSO4.H2O / kg
soil.
Key word : flavonoid, light intensity, kieserit, secondary metabolites

RINGKASAN
Elni Fitrani. Pengaruh Periode Naungan dan Pemupukan MgSO4.H2O tehadap
Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Antosianin Daun Dewa (Gynura pseudochina (L)
DC). Dibimbing oleh MUNIF GHULAMAHDI and MAYA MELATI.
Daun dewa merupakan tanaman obat yang banyak manfaatnya karena
mengandung senyawa bioaktif antara lain golongan flavonoid. Antosianin termasuk
golongan flavonoid yang dapat berfungsi untuk mengobati beberapa jenis penyakit
khususnya tumor atau kanker pada manusia. Tanaman daun dewa mengandung berbagai
senyawa kimia, antara lain saponin, flavonoid, minyak atsiri, dan antikoagulan. Oleh

karena itu daun dewa mempunyai banyak kegunaan dan salah satunya adalah untuk
mengatasi stroke. Cahaya merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, karena selain berperan dominan pada proses fotosintesis, juga
sebagai pengendali, pemicu dan modulator respon morfogenesis khususnya pada tahap
awal pertumbuhan tanaman. Spektrum cahaya yang dibutuhkan tanaman berkisar antara
panjang gelombang 400-700 nm, yang biasa disebut photosynthetically active radiation
(PAR). Disamping pengaturan intensitas cahaya (naungan) untuk mendukung
pertumbuhan di lapang, pemberian unsur hara melalui pemupukan sangat penting untuk
mekanisme produksi bioaktif (flavonoid/ antosianin) pada tanaman daun dewa.
Magnesium dan sulfur yang merupakan unsur hara yang akan dicobakan pada penelitian
ini memiliki peran spesifik pada mekanisme produksi senyawa flavonoid. Sulfur dalam
bentuk SO42- merupakan elemen esensial dalam sintesis protein dan produksi senyawasenyawa metabolit sekunder dalam tanaman seperti flavonoid dan terpenoid, sedangkan
magnesium dapat membentuk senyawa cianidin Mg-compleks yang merupakan salah
satu aglikon antosianin. Penambahan kandungan Mg dalam tanah dapat dilakukan
dengan pemberian pupuk Mg yaitu kieserit (magnesium sulfate/ MgSO4.H2O) dengan
kandungan 29% Mg dan 23% S. Penentuan dosis magnesium dan sulfur yang tepat
untuk meningkatkan kandungan flavonoid daun dewa sangat penting untuk diketahui.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh naungan terhadap pertumbuhan
tanaman dan produksi antosianin daun dewa (Gynura pseudochina (L) DC),
Mengetahui pengaruh dosis pupuk MgSO4.H2O terhadap pertumbuhan tanaman dan

produksi antosianin tanaman daun dewa (Gynura pseudochina (L) DC), mengetahui
pengaruh interaksi antara naungan dan dosis pemupukan MgSO4.H2O terhadap
pertumbuhan dan produksi kandungan senyawa bioaktif tanaman daun dewa (Gynura
pseudochina (L) DC). Adapun hipotesa penelitian yaitu : ada periode naungan terbaik
yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi senyawa bioaktif tanaman daun dewa
(Gynura pseudochina (L) DC). Ada dosis pupuk MgSO4.H2O terbaik yang
menghasilkan pertumbuhan dan produksi senyawa bioaktif tanaman daun dewa
(Gynura pseudochina (L) DC). Ada interaksi terbaik naungan dan dosis pemupukan
MgSO4.H2O terhadap pertumbuhan dan produksi senyawa bioaktif tanaman daun dewa
(Gynura pseudochina (L) DC).
Produksi antosianin diharapkan dapat ditingkatkan melalui pengaturan cahaya
dan penambahan hara Mg. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mempelajari
pengaruh periode naungan dan dosis pemupukan MgSO4.H2O tehadap produksi
antosianin daun dewa. Penelitian periode naungan dan pemupukan MgSO4.H2 O
dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2007 di Kebun Instalasi Biofarmaka
Cikabayan IPB, Bogor. Kebun Percobaan terletak pada ketinggian 250 m di atas
permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah Latosol. Analisis bahan bioaktif dilaksanakan
di Laboratorium RGCI Institut Pertanian Bogor.

Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah (Split Plot Design), dengan

perlakuan naungan sebagai petak utama dan dosis pemupukan sebagai anak petak.
Petak utama terdiri atas lima periode naungan intensitas 50% : 0, 1, 2, 3 dan 4 bulan.
Anak petak terdiri atas lima taraf dosis : 0, 1, 2, 3, 4 g MgSO4.H2O / 6.5 kg tanah.
Interaksi periode naungan dan pemupukan MgSO4.H2O nyata meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Pertumbuhan tanaman dan bobot basah daun
tertinggi tercapai dengan perlakuan naungan 50% selama 3 bulan dan pemberian 2.80 g
MgSO4.H2O / tanaman. Periode naungan dan pemupukan MgSO4.H2O tidak nyata
meningkatkan klorofil a, b, dan kandungan antosianin, namun nyata meningkatkan
produki antosianin. Produksi antosianin tertinggi tercapai dengan perlakuan naungan
50% selama 3 bulan dan dosis pupuk 2.80 g MgSO4.H2O / 6.5 kg tanah.
Kata kunci : flovonoid, intensitas cahaya, kieserit, metabolit sekunder.

©Hak cipta milik IPB, tahun 2010
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PENGARUH PERIODE NAUNGAN DAN PEMUPUKAN
MgSO4.H2O TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DAN
PRODUKSI ANTOSIANIN DAUN DEWA
(Gynura pseudochina (L) DC)

ELNI FITRANI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

Judul Tesis

Nama
NIM

: Pengaruh Naungan dan Pemupukan MgSO4.H2O Terhadap
Produksi Antosianin Daun Dewa (Gynura pseudochina (L.) DC)
: Elni Fitrani
: A151060071

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Maya Melati, MS. MSc
Anggota

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS
Ketua

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian : 12 Februari 2010

Tanggal lulus :

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis yang berjudul
”Pengaruh Periode Naungan dan Pemupukan MgSO4.H2O terhadap Pertumbuhan
Tanaman dan Produksi Antosianin Daun Dewa (Gynura pseudochina (L.) DC)”.
Penelitian dan penulisan tesis ini dibawah bimbingan Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS
selaku ketua komisi dan ibu Dr. Ir. Maya Melati, MS. MSc selaku anggota komisi
pembimbing. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas waktu dan kesempatan yang telah diluangkan untuk membimbing
penulis.
Penelitian dan penyelesainyan tesis ini didanai oleh Hibah Bersaing XIV tahun
2006, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Latifah K.
Darusman, M.S. selaku Kepala Pusat Studi Biofarmaka IPB, Dr. Ir. Munif Ghulamahdi,
MS., Dr. Ir. Sandra A. Aziz, MS sebagai Ketua dan Anggota Tim Peneliti Hibah
Bersaing XIV.
Kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS selaku penguji luar komisi, penulis
mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan untuk membaca dan
menelaah kembali tesis ini. masukkan, cara pandang, dan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan pada saat ujian akhir sangat penulis hargai.
Kepada Prof. Dr. Ir. Satryas Ilyas, MS selaku penguji luar komisi wakil dari
IPB, penulis mengucapkan terima kasih atas waktu dan masukan yang diberikan selama
ujian akhir tesis ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada:
1. Dirjen DIKTI yang telah memberikan Beasiswa BPPS
2. Rektor Universitas Gajah Putih Takengon yang telah memberikan

izin tugas


belajar.
3. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih Takengon yang telah
mengizinkan penulis untuk melanjutkan studi dan memberikan sebagian dana
penelitian.
4. Kepala dan Staf Instalasi Biofarmaka Cikabayan Pusat Studi Biofarmaka IPB atas
kerjasama, kebersamaan dan bantuannya.

5. Kepala beserta staf Laboratorium Ekofisilogi Tanaman dan Laboratorium RGCI
atas kerjasama, kebersamaan dan bantuannya.
6. Mustika Tripatmasari, SP, MSi., Iwan Hasri, SPi., Maulidaini, SSi., Fahmi Wendra
Setiostono, SP, MSi., Zulhermana, SP, MSi., Yossita Fiana, SP., Taufik, SP.,
Yohanis Amos Mustamu, SP., Haryo Tri Adjie, SPi, MSi., Wawan, SP., Karmanah,
SP, MSi serta rekan-rekan Pascasarjana Agronomi angkatan 2006, atas dorongan,
bantuan dan kebersamaannya.
7. Papa (Alrm) dr. Suhaterir dan Mama Juniarti yang telah banyak mengorbankan
segalanya bagi penulis baik material maupun spiritual yang tiada henti – hentinya.
8. Kepada Mertua dr. Soetrima dan bunda Nadhirah, BA, kakak dr. Eka Novrida
Istiana, abang Ilham Dwi Istianto, ST atas dukungannya.
9. Kakak dan adik sekeluarga: Leny Sujanti, SKM., Ami Aristoni, SPPi, MSi., Lysni
Suciani, S.Si., Yuliani Fitri, SE., Alwinta Aristoni, SPdi., Maulizan Ara Arisandi

atas iringan do’a dan motivasinya.
10. Suami Tercinta Kiswah Tri Istiano, SP terima kasih atas dorongan, kesabaran,
pengertian, pengorbanan, kasih sayang dan perhatiannya selama ini.
11. Anakku Tersayang Fitrah Muhammad Nazril yang memberi semangat dan belahan
jiwa Umi.
12. Rekan-rekan di Universitas Gajah Putih Takengon, Ikatan Mahasiswa Aceh
Pascasarjana IPB serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuannya.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bogor, Maret 2010

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Aceh Tengah pada tanggal 6 Agustus 1979, merupakan putri ke
tiga dari tujuh bersaudara dari ayah Suhaterir dan Juniarti. Penulis menikah dengan
Kiswah Tri Istiano, SP dan telah dikaruniai 1 orang anak.
Tahun 1997 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Takengon dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk USU melalui Undangan PMP. Penulis memilih Program Studi
Ilmu Tanah, Jurusan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian dan menyelesaikan studi
pada bulan Juli 2002. Selanjutnya tahun 2006 mengikuti pendidikan Pascasarjana Strata
Dua di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Program Studi Agronomi,
Fakultas Pertanian. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari DIKTI. Penulis
bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas
Gajah Putih Takengon, Aceh Tengah, Sejak Oktober 2003.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.........................................................................................

i

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

ii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

iii

PENDAHULUAN ........................................................................................
Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan ..................................................................................................
Hipotesis ..............................................................................................

1
1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
Botani, Penyebaran dan Manfaat Daun Dewa .......................................
Senyawa Bioaktif Golongan Flavonoid ................................................
Pengaruh Naungan dan Pencahayaan terhadap Pertumbuhan Tanaman .
Pemupukan ..........................................................................................

4
4
6
8
10

BAHAN DAN METODE .............................................................................
Waktu dan Tempat ...............................................................................
Bahan dan Alat .....................................................................................
Metode Penelitian.................................................................................
Pelaksanaan Penelitian .........................................................................

12
12
12
12
13

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
Keadaan Umum Penelitian ...................................................................
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan ....................
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Produksi ...........................
Pengaruh Periode Naungan dan Pemupukan MgSO4.H2O terhadap
Pertumbuhan Daun Dewa Pada Umur 1-16 MST..................................
Pengaruh Periode Naungan dan Pemupukan MgSO4.H2O terhadap
Pertumbuhan Daun Dewa Pada Umur 16 MST .....................................
Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Bobot Basah Daun Dewa .........
Kandungan Klorofil..............................................................................
Kandungan Antosianin .........................................................................
Produksi Antosianin .............................................................................

17
17
18
21

23
32
34
35
36

SIMPULAN..................................................................................................
Simpulan ..............................................................................................

41
41

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

42

LAMPIRAN .................................................................................................

48

22

DAFTAR TABEL
Halaman

1. Kandungan flavonoid (mg/g) pada kulit apel “janagold” yang dipengaruhi
posisi buah pada pohon ..........................................................................

9

2. Rekapitulai hsasil sidik ragam pengaruh periode naungan dan
pemupukan MgSO4.H2O terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi antosianin
daun dewa (Gynura pseudochina (L) DC) .............................................. 18
3. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh periode naungan dan
pemupukan MgSO4.H2O terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi antosianin
daun dewa (Gynura pseudochina (L) DC) ............................................. 21
4. Pengaruh periode naungan terhadap tinggi tanaman daun dewa ..............

24

5. Pengaruh dosis pupuk MgSO4.H2O terhadap tinggi tanaman daun dewa .

24

6. Pengaruh periode naungan terhadap jumlah daun dewa ..........................

25

7. Pengaruh dosis pupuk MgSO4.H2O terhadap jumlah daun dewa .............

25

8. Pengaruh periode naungan terhadap panjang daun dewa .........................

26

9. Pengaruh dosis pupuk MgSO4.H2O terhadap panjang daun dewa ...........

26

10. Pengaruh periode naungan terhadap lebar daun dewa .............................

27

11. Pengaruh dosis pupuk MgSO4.H2O terhadap lebar daun dewa ................

27

12. Pengaruh periode naungan terhadap jumlah anakan daun dewa ..............

28

13. Pengaruh dosis pupuk MgSO4.H2O terhadap jumlah anakan daun dewa.

28

14. Pengaruh periode naungan terhadap jumlah cabang daun dewa ..............

29

15. Pengaruh dosis pupuk MgSO4.H2O terhadap jumlah cabang daun dewa..

29

16. Interaksi pengaruh periode naungan dan pemupukan MgSO4.H2O
terhadap pertumbuhan daun dewa 16 MST .............................................

30

17. Pengaruh periode naungan dan pemupukan MgSO4.H2O terhadap kandungan
klorofil a, b dan rasio a/b daun dewa umur 16 MST ................................. 34
18. Pengaruh periode naungan dan pemupukan MgSO4.H2O terhadap kandungan
antosianin daun dewa umur 16 MST ....................................................... 35
19. Matriks korelasi antara komponen pertumbuhan dan produksi antosianin daun dewa
pada berbagai perlakuan .......................................................................... 40

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gynura pseoduchina (L) DC ...................................................................

4

2. Rumus bangun antosianin........................................................................

7

3. Interaksi pengaruh periode naungan dan pemupukan MgSO4.H2O terhadap
produksi bobot basah daun dewa 16 MST ............................................... 32
4. Hasil biomassa tanaman daun dewa pada berbagai perlakuan ..................

33

5. Interaksi pengaruh periode naungan dan pemupukan MgSO4.H2O terhadap produksi
antosianin daun dewa 16 MST................................................................. 37

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Biosintesis antosianin ..............................................................................

48

2. Metode analisis a dan b metode (Arnon 1949) .........................................

49

3. Metode analisis antosianin metode (Francis 1982) ...................................

50

4. Hasil analisis kesuburan tanah Cikabayan ...............................................

51

5. Denah percobaan .....................................................................................

52

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai daerah tropis memiliki sekitar 90% dari 7000 spesies
tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan di antaranya adalah daun dewa (Badan
POM 2001). Sebagian besar (hampir 80%) dari tumbuhan obat tersebut telah
dipergunakan sebagai obat-obatan tradisional meskipun belum diuji secara klinis
(Simanjuntak 1998). Negara-negara yang sudah maju banyak memanfaatkan sumber
hayati dari daerah tropis untuk pengembangan ilmu biologi terapan seperti farmakologi
dan bioteknologi dalam bidang rekayasa genetika (Posey dan Dutfield 1996), sehingga
negara-negara berkembang di daerah tropis seperti Indonesia berpotensi menjadi
konsumen bahan tanaman dan bahan baku obat dari negara-negara yang lain. Sebagai
upaya untuk mengimbangi kemajuan teknologi di bidang tumbuhan obat pada negaranegara berkembang, maka perlu dilakukan penelitian dan uji klinis secara berkelanjutan.
Tanaman daun dewa mengandung berbagai unsur kimia, antara lain saponin,
flavonoid, minyak atsiri, dan antikoagulan. Oleh karena itu daun dewa mempunyai
banyak kegunaan dan salah satunya adalah untuk mengatasi stroke. Selain stroke, daun
dan umbi tanaman daun dewa juga memiliki khasiat sebagai obat untuk: rematik,
kencing manis, mencairkan darah yang membeku pada luka sekaligus menghentikan
pendarahan dan pembengkakan payudara, membersihkan racun, mengatasi peradangan
pada jaringan tubuh, seperti radang pankreas pada penderita diabetes militus dan infeksi
herves (Hembing et al. 1996; Soedibyo 1998; Lemmens dan Bunyapraphatsara 2003;
Kardinan dan Taryono 2003).
Cahaya merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, karena selain berperan dominan pada proses fotosintesis, juga sebagai
pengendali, pemicu dan modulator respon morfogenesis khususnya pada tahap awal
pertumbuhan tanaman (McNellis dan Deng 1995). Spektrum cahaya yang dibutuhkan
tanaman berkisar antara panjang gelombang 400-700 nm, yang biasa disebut
photosynthetically active radiation (PAR).
Hasil penelitian Nirwan et al. (2007) pada tanaman daun dewa menunjukkan
bahwa terjadi perubahan mekanisme adaptasi tanaman daun dewa antara yang tumbuh
pada cahaya 100% dan dalam naungan dengan periode pencahayaan yang berbedabeda. Jumlah stomata, jumlah trichoma dan tebal daun cenderung lebih rendah pada

naungan yang semakin tinggi dibanding dengan cahaya yang 100%. Kandungan enzim
superoxide dismutase (SOD) mengalami peningkatan dengan semakin meningkatnya
persentase naungan, sedangkan rasio klorofil a/b semakin rendah dan kloroplas
mengalami pembengkakan (dilatasi). Struktur kloroplas antara 50 dan 25% naungan
memiliki bentuk yang proposional. Naungan dan periode pencahayaan optimum yang
menghasilkan antosianin, total flavonoid kasar (17.371%) dan kadar kuersetin tertinggi
adalah naungan 50% dibandingkan dengan periode pencahayaan 25 dan 100%.
Disamping pengaturan intensitas cahaya

(naungan)

untuk mendukung

pertumbuhan di lapang, pemberian unsur hara melalui pemupukan sangat penting untuk
mekanisme produksi bioaktif (flavonoid/ antosianin) pada tanaman daun dewa.
Magnesium dan sulfur yang merupakan unsur hara yang akan dicobakan pada penelitian
ini memiliki peran spesifik pada mekanisme produksi senyawa flavonoid. Menurut
Hornok (1992) sulfur dalam bentuk SO42- merupakan elemen esensial dalam sintesis
protein dan produksi senyawa-senyawa metabolit sekunder dalam tanaman seperti
flavonoid dan terpenoid, sedangkan magnesium dapat membentuk senyawa cianidin
Mg-compleks yang merupakan salah satu aglikon antosianin (Vickery dan Vickery
1981). Penambahan kandungan Mg dalam tanah dapat dilakukan dengan pemberian
pupuk Mg yaitu kieserit (magnesium sulfate/ MgSO4.H2O) dengan kandungan 29% Mg
dan 23% S. Penentuan dosis magnesium dan sulfur yang tepat untuk meningkatkan
kandungan flavonoid daun dewa sangat penting untuk diketahui.
Tujuan
(1) Mengetahui pengaruh naungan terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi
antosianin daun dewa (Gynura pseudochina (L) DC).
(2) Mengetahui pengaruh dosis pupuk MgSO4.H2O terhadap pertumbuhan tanaman dan
produksi antosianin tanaman daun dewa (Gynura pseudochina (L) DC).
(3) Mengetahui pengaruh interaksi antara naungan dan dosis pemupukan MgSO4.H2O
terhadap pertumbuhan dan produksi kandungan senyawa bioaktif tanaman daun
dewa (Gynura pseudochina (L) DC).
Hipotesis
(1) Ada periode naungan terbaik yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi
senyawa bioaktif tanaman daun dewa (Gynura pseudochina (L) DC).
(2) Ada dosis pupuk MgSO4.H2O terbaik yang menghasilkan pertumbuhan dan
produksi senyawa bioaktif tanaman daun dewa (Gynura pseudochina (L) DC).

(3) Ada interaksi terbaik naungan dan dosis pemupukan MgSO4.H2O terhadap
pertumbuhan dan produksi senyawa bioaktif tanaman daun dewa (Gynura
pseudochina (L) DC).

TINJAUAN PUSTAKA
Botani, Penyebaran Dan Manfaat Daun Dewa
Daun dewa disebut Gynura procumbens (back), mempunyai nama sinonim
Gynura pseudochina (L) DC, merupakan tanaman asli Birma Dan China. Menurut
Winarto (2003), tanaman dewa diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi Spermatophyta;
Sub Divisi

Angiospermae; Kelas Dicotyledonae; Sub Kelas

Sympetalae; Bangsa

Asterales/Campanulatae; Suku Asteraceae/Compositae; Marga Gynura; Jenis Gynura
pseudochina (L) DC. Tanaman ini tumbuh menahun berupa terna dan termasuk

kedalam famili asteraceae, marga gynura, tinggi mencapai 40-75 cm dan tumbuh tegak,
berbatang pendek dan lunak, berbentuk segi lima, penampang lonjong, berambut halus
dan berwarna ungu kehijauan.

Gambar 1 Gynura pseudochina (L) DC
Daunnya termasuk tunggal, tersebar mengelilingi batang, bertangkai pendek,
berbentuk bulat lonjong, berbulu halus, ujung lancip, tepi bertoreh, pangkal meruncing,
pertulangan menyirip, berwarna hijau, panjang daun sekitar 20 cm dan lebar 10 cm.
Bunganya termasuk bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang, bentuk bongkol,
berbulu, kelopak hijau berbentuk cawan, benang sari kuning dan berbentuk jarum.
Akarnya merupakan akar serabut, berwarna kuning muda, membentuk umbi sebagai
tempat cadangan makanan (Winarto 2003; Heyne 1987). Daerah pertumbuhan daun
dewa tersebar mulai dataran rendah sampai dataran tinggi yang mencapai ketinggian 11200 m di atas permukaan laut (dpl), namun paling banyak ditemui pada ketinggian 500
m dpl. Daun dewa menghendaki iklim pertumbuhan berupa curah hujan dengan kisaran
1500-3500 mm/tahun (iklim sedang sampai basah), tanah agak lembab sampai lembab
serta subur (Syukur dan Hermani 2001)
Menurut Heyne (1987) daun dewa merupakan tanaman asli dari Birma dan
China, di Indonesia dikenal dengan nama beluntas cina (nama lokal). Di pulau Jawa
(Burkill 1953) tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman berkhasiat obat. Hasil
pengamatan habitat daun dewa oleh Hidayat (2000) di daerah Aceh, tanaman ini
tumbuh secara liar pada daerah kisaran suhu 22-26°C, kelembaban 67-90%, pH tanah
6.6-7 dan cahaya yang masuk 75-90%, sedangkan di daerah Sulawesi Tengah daun
dewa tumbuh pada ketinggian 840-1250 m dpl, suhu 25-30°C, kelembaban 75-85% dan
cahaya yang masuk 50-75%. Daun dewa tergolong tumbuhan lindung, karena dapat
tumbuh dan tahan pada tempat dengan intensitas cahaya yang rendah.

Daun dewa merupakan tanaman obat yang banyak dimanfaatkan karena banyak
khasiatnya antara lain untuk menurunkan kadar gula dalam darah, obat kulit,
menyembuhkan migraine, hepatitis B dan anti tumor atau anti kanker. Di samping itu
air perasan daun dewa dapat digunakan sebagai penurun panas dan menghilangkan
bengkak-bengkak. Secara tradisional daun dewa telah banyak digunakan sebagai obat
anti kanker. Pembuktian pada penelitian skala laboratorium menunjukkan bahwa
ekstrak daun dewa mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit (tikus)
(Suharmiati dan Maryani 2003). Pada habitat asalnya, tanaman ini digunakan sebagai
sumber sayuran sehat, sedangkan di pulau Jawa digunakan sebagai sumber obat
khususnya untuk penyakit ginjal (Heyne 1987). Daun dan umbi tanaman ini
mengandung bahan aktif seperti flavonoid, terpenoid, saponin, tannin, alkaloid dan
minyak atsiri (Ratnaningsih et al. 1985; Syamsuhidayat dan Hutapea 1991; Nugroho et
al. 2000; Siregar dan Utami 2002). Hasil penelitian Soetarno et al. (2000) menunjukkan
bahwa senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun dewa termasuk golongan
glikosida kuersetin. Pada penelitian ini juga ditemukan delapan asam fenolat di
antaranya asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksi benzoate dan
asam vanilat, sedangkan tiga asam fenolat lainnya belum teridentifikasi. Hasil penelitian
Agusta et al. (1998) menunjukkan bahwa daun dewa mengandung 0.05% minyak atsiri
dari bagian daunnya yang terdiri atas 22 komponen senyawa yang didominasi oleh
seskuiterpena.
Senyawa Bioaktif Golongan Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang banyak
terdapat dalam tumbuh tumbuhan hijau. Diperkirakan 2% dari seluruh karbon yang
digunakan dalam proses fotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau
senyawa yang berkaitan dengannya (Markham 1988). Flavonoid juga salah satu
senyawa aromatik dalam tanaman yang memberikan pengaruh menguntungkan bagi
manusia (Jaakola 2003).
Telah banyak penelitian dilaksanakan tentang penggunaan senyawa flavonoid,
di antaranya senyawa senyawa anti oksidan alami yang terpenting adalah senyawa
flavonoid. Menurut Bartolene et al. (2005) antigenetoksitas sampel tanaman adalah
bagian yang mendukung
antioksidan

adanya senyawa polifenol dalam tanaman dan kapasitas

mereka. Beberapa sudi in vitro menunjukkan aktivitas antioksidan

flavonoid, yaitu mencegah bergabungnya oksigen dan zat lain sehingga tidak

menimbulkan kerusakan sel sel pada tubuh (Miller 1996; Nakamura et al. 2000; Liu dan
Guo 2006). Senyawa flavonoid bersifat antibakteri, antiinflamasi, antialergi,
antimutagen, antineoplastik dan anti trombosit (Miller 1996; Nakamura et al. 2000;
Trouilas et al. 2006; Lin et al. 2006). Senyawa flavonoid juga dapat meningkatkan
aktivitas enzim lipase (Darusman et al. 2001)
Antosianin merupakan zat pewarna alami yang tergolong kedalam turunan
benzopiran. Struktur utama turunan benzopiran ditandai dengan adanya dua cincin
aromatik benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan tiga atom karbon membentuk
cincin. Antosianin merupakan pigmen alami yang dapat menghasilkan warna biru,
ungu, violet, magenta dan kuning. Pigmen ini larut dalam air yang terdapat pada bunga,
buah dan daun tumbuhan (Moss 2002). Antosianin terdapat dalam vakuola sel bagian
tanaman. Vakuola adalah organel sitoplasmik yang berisikan air, serta dibatasi oleh
membran yang indentik dengan membran tanaman (Kimbal 1993). Secara kimia
antosianin merupakan turunan garam flavilum atau benziflavilum. Antosianin
merupakan satuan gugus glikosida yang terbentuk dari gugus aglikon dan glikon
(Markakis 1982). Terdapat lima jenis gula yang ditemui pada molekul antosianin, yaitu:
glukosa, rhamnosa, galaktosa, xilosa dan arabinosa. Sedangkan senyawa-senyawa
bentuk lainnya sangat jarang ditemui (Francis 1985).
Antosianin merupakan produk metabolisme sekunder yang menyebabkan
warna merah jambu, ungu dan biru. Antosianin dibentuk dari asam Phenylalanine
melalui lintasan sikimat di sitoplasma dan ditimbun dalam vakuola sel parenkim
dewasa. PAL (phenylalanine Ammonia Lyase ) merupakan enzim kunci dalam
metabolisme, aktivitasnya meningkat seiring dengan umur daun dan berhubungan
dengan proses penuaan (Noh dan Spalding 1998), Buchanan et al. 2000). Lintasan
pembentukan antosianin disajikan pada Gambar 3.
Pembentukan antosianin dipengaruhi oleh cahaya (ultra violet dan cahaya
tampak) juga stress hara, kekeringan serta suhu rendah (Hoch et al. 2003). Sifat dan
warna antosianin di dalam jaringan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
jumlah pigmen, letak dan jumlah gugus hidroksi dan metoksi, kopigmentasi, dan
sebagainya (Markakis1982). Warna antosianin berubah dengan berubahnya pH. Pada
pH tinggi antosianin akan berwarna biru, kemudian berwarna violet dan akhirnya
berwarna merah pada pH rendah (DeMan 1997). Menurut Salisbury dan Ross (1995)
antosianin pada tanaman berfungsi dalam hal resistensi terhadap penyakit. Choung et al.

(2001) melaporkan bahwa antosianin memiliki efek farmakologi dan telah digunakan
dalam perawatan berbagai penyakit inflamasi serta dapat mengurangi resiko serangan
jantung karena sifat antioksidannya.
Antosianin mampu menghambat pertumbuhan sel kanker diantaranya sel kanker
perut, kanker usus besar, kanker payudara, dan kanker paru-paru (Zhang et al. 2005).
Penelitian Katsuba et al. (2003) menyatakan bahwa antosianin khususnya delphinidin
yang diekstrak dari bilberry mampu menghambat pertumbuhan sel kanker darah
(leukimia) dan colon carcinoma secara in vitro. Suprapta (2004) juga melaporkan
bahwa antosianin dapat berfungsi sebagai pencegah tumbuhnya bibit penyakit kanker.

Gamba
r2
Rumus
bangun
antosianin

Pengaruh Naungan dan Pencahayaan Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Tanaman daun dewa dalam proses pertumbuhannya di lapangan membutuhkan
intensitas cahaya tertentu dan tergolong tanaman toleran naungan. Di daerah Aceh
ditemukan bahwa daun dewa dapat tumbuh baik pada cahaya yang masuk berkisar 7590%, dan di Sulawesi tengah 50-75% (Hidayat 2000). Pertumbuhan daun dewa akan
lebih baik pada naungan 25%. Daun dewa tergolong tumbuhan lindung, karena dapat
tumbuh dan tahan pada tempat dengan intensitas cahaya rendah, dan idealnya
memperoleh 60% sinar matahari (Suharmiati dan Maryani 2003).
Daun dewa yang tumbuh di daerah yang ternaungi menghasilkan daun yang
lebih lebar, renyah, warna lebih cerah dan halus sehingga rasanya lebih enak bila
dimakan segar. Sedangkan daun dewa yang ditanam pada intensitas cahaya yang tinggi
(tanpa naungan) menghasilkan daun yang keras. Penipisan daun pada intensitas cahaya
yang rendah disebabkan oleh pengurangan lapisan palisade dan sel-sel mesofil (Taiz
dan Zeiger 1991). Tanaman daun dewa memiliki satu lapis sel lapisan palisade
(Suharmiati dan Maryani 2003).

Hasil penelitian Sopandie et al. (2003a) pada tanaman padi gogo menyebutkan
bahwa morfologi daun tanaman dan kandungan klorofil a, b serta nisbah klorofil a/b
berbeda antara tanaman toleran dan peka terhadap naungan. Luas daun genotype padi
gogo toleran naungan lebih tinggi dibandingkan dengan genotype yang peka, tetapi
ketebalan daun, ketebalan mesofil dan kerapatan stomata rendah. Nisbah klorofil a/b
pada genotipe toleran dan peka terjadi penurunan pada naungan 50% dibandingkan
dengan control, namun penurunan yang tajam terjadi pada genotype peka.
Hidema et al. (1992) melaporkan bahwa intensitas cahaya rendah menurunkan
nisbah klorofil a/b, yang disebabkan oleh peningkatan klorofil b pada tanaman yang
ternaungi, yang berkaitan dengan peningkatan klorofil a/b pada Light Harvesting
Complex II (LHC II). Membesarnya antena untuk fotosistem II ini akan meningkatkan
efisiensi pemanenan cahaya. Efisiensi respirasi juga lebih tinggi pada tanaman toleran
naungan. Menurut Sopandie et al. (2003b) pada tanaman padi gogo toleran naungan
yang ditumbuhkan pada kondisi gelap memiliki efisiensi respirasi yang tinggi dengan
kandungan pati dan karbohidrat yang lebih tinggi disbandingkan dengan tanaman yang
peka kondisi gelap.
Adaptasi tanaman terhadap naungan menurut Levitt (1980) dilakukan melalui :
1) mekanisme penghindaran (avoidance) terhadap kekurangan cahaya, dan 2)
mekanisme toleran terhadap kekurangan cahaya. Mekanisme penghindaran oleh
tanaman dengan cara meningkatkan luas area penangkapan cahaya dan meningkatan
penangkapan cahaya per unit luas fotosintesis, sedangkan pada mekanisme toleran,
tanaman akan menurunkan titik kompensasi cahaya dan mengurangi laju respirasi di
bawah titik kompensasi cahaya.
Cahaya sangat penting untuk fotosintesis, tetapi terdapat kemungkinan
terjadinya stress oksidatif pada intensitas cahaya yang tinggi (tanpa naungan). Intensitas
cahaya yang tinggi (tanpa naungan) menyebabkan proses fotosintesis akan mengalami
penurunan karena penghambatan oleh cahaya yang tinggi (photoinhibition) yang
memproduksi radikal bebas (O2) yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan membran
tylakoid pada kloroplas, kerusakan pada pusat reaksi dan penghambatan tranpor
electron pada FS II (Hideg 1997).
Energi cahaya dalam proses fotosintesis dikonversi ke molekul lebih tinggi
(ATP) dan NADPH, terjadi di dalam pigmen atau kompleks protein yang menempel
pada membran tilakoid yang terletak pada kloroplas. Pigmen tanaman yang meliputi

klorofil a, klorofil b, dan karatenoid xantofil menyerap PAR terbaik pada panjang
gelombang tertentu. Klorofil a menyerap cahaya tertinggi pada kisaran panjang
gelombang 420 dan 660 nm. Klorofil a menyerap cahaya tertinggi pada kisaran panjang
gelombang 420 dan 660 nm. Klorofil b menyerap cahaya paling efektif pada panjang
gelombang 440 dan 640 nm, sedangkan karotenoid termasuk xanthofil mengabsorbsi
cahaya pada panjang gelombang 425 dan 470 nm (Salisbury dan Ross 1992).
Salah satu enzim yang bekerja untuk menghambat kerusakan pusat reaksi pada
proses photoinhibition adalah superoxide dismutase (SOD) (Ismail et al. 2001; Slooten
1995; Yu et al. 1999). Pengamatan pada aktivitas enzim ini akan membantu
pembahasan pada respon tanaman pada lama pencahayaan.
Intensitas cahaya juga berperan penting pada pembentukan senyawa metabolit
sekunder dalam tanaman. Awad et al. (2001) melaporkan bahwa intensitas cahaya yang
berbeda dapat menghasilkan kandungan flavonoid yang berbeda pada kulit buah apel
kultivar “ janagold ” (Tabel 1).

Tabel 1 Kandungan flavonoid (mg/g) pada kulit apel “janagold” yang dipengaruhi
posisi buah pada pohon
Posisi buah
Cyanidin
Phloridzin
pada Pohon 3-galaktoside
Atas
0.55
1.2
DalamTajuk
0.02
1.1
TimurTajuk
0.23
1.2
Barat Tajuk
0.25
1.2
Sumber : Awad et al. (2001)

Catechin
3.0
3.6
3.7
3.5

Quercetin
3-glycosides
8.8
2.5
7.0
6.8

Total
Flavonoid
13.5
7.2
12.2
11.8

Kandungan triterpenoid, steroid, dan flavanoid dihasilkan cukup banyak oleh
tanaman pegagan (Centalla asiatica L. (Urban)) jenis besar pada naungan 20%,
sedangkan pada naungan 55-75% kandungan ketiga golongan metabolit sekunder
tersebut mengalami penurunan (Rahmawaty 2004).

Pemupukan

Magnesium Sulfat (MgSO4.H2O) atau biasa disebut dengan kieserit mempunyai
kandungan 29% MgO dan 23% S. Kieserit masuk dalam kelompok pupuk Mg yang
larut dalam air, berbentuk kristal, berwarna putih berbintik coklat-hitam, kelarutannya
lebih kecil dari garam Inggris (Epson Salt), dan aplikasi pupuk ini efektif apabila

melalui tanah. Pupuk ini baik untuk jenis tanah kecuali tanah masam sebaiknya dipakai
dolomit agar menaikkan pH tanah (Tisdale et al. 1985). Penambahan pupuk magnesium
(Mg) dan sulfur (S) pada tanaman daun dewa diharapkan dapat meningkatkan kapasitas
fotosintesis dan hasil metabolisme sekunder tanaman (senyawa bioaktif).
Magnesium
Magnesium (Mg) adalah unsur hara makro esensial. Tanaman mengambil unsur
ini dalam bentuk ion Mg2- melalui intersepsi dan aliran massa. Dibanding dengan N dan
K, kebutuhan terhadap tanaman terhadap Mg relatif rendah, sehingga sering disebut
unsur makro sekunder. Magnesium berperan sebagai penyusun klorofil, mengaktifkan
enzim pada proses fosforilasi dan fotosintesis, serta translokasi karbohidrat (Marschner
1995). Magnesium diperlukan ebagai aktivator enzim pada metabolisme karbohidrat
dan terutama dalam siklus asam sitrat yang penting dalam respirasi sel (Leiwakabessy
1988). Kekurangan Mg dapat menghambat fotosintesis karena hambatan pada transport
fosfor (Frederick dan Linch 1985).
Penambahan kandungan Mg dalam tanah adalah dolomitic limestone (CaCO3 +
MgCO3) dengan kandungan 6-12% Mg, Kieserite (magnisium sulfate) (MgSO4.H2O)
dengan kandungan 18% Mg serta magnesium oxide (MgO) dengan kandungan 50-55%
Mg (Jones 1998).
Sulfur
Sulfur (S) diperoleh melalui tanah dan udara yang masing-masing dalam bentuk
anion sulfat (SO42-) dan sulfur dioksida (SO2). Sulfur dikenal sebagai faktor pembatas
yang intakenya sebanding dengan kebutuhan fosfor pada daerah tropis. Sulfur
merupakan elemen esensial yang berhubungan dengan sintesis protein. Sulfur dalam
bentuk (SO42-) berperan pada produksi seyawa-senyawa metabolit sekunder dalam
tanaman seperti flavonoid dan terpenoid (Hornok 1992). Gejala kekurangan unsur ini
mirip dngan gejala kekurangan N yaitu tanaman berwarna pucat, terkadang berwarna
coklat-kuning terang atau seperti warna jerami, dan pertumbuhannya terhenti (Ahn
1993). Kekurangan S menghambat sintesis protein (Marschner 1995) dan S dalam
bentuk SO42- menghambat sintesis senyawa metabolit sekunder terutama pada golongan
flavonoid (Vagujfalvi 1992).
Pupuk S biasanya diberikan dalam bentuk garam sulfida bersama dengan N, P,
atau K. Gypsum (CaSO4.2H2O) kadang digunakan sebagai sumber, tetapi potasium
sulfat, ammonium trisulfat merupakan alternatif sumber S yang tersedia (Lamond et al.

1995 dalam Whitehead 2000). Pemberian pupuk S pada daun dewa bertujuan untuk
meningkatkan kandungan antosianin pada tanaman tersebut (Hornok 1992). Nirwan et
al. (2007) menyatakan bahwa, untuk menghasilkan kadar SO4 jaringan daun dan total
flavonoid daun dewa tertinggi, pemberian pupuk SO4 pada daun dewa dianjurkan
sebanyak 0.8 g/tanaman.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan

pada bulan Juli sampai Oktober 2007. Penelitian

dilaksanakan di Instalasi Biofarmaka Darmaga (Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka,
Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor), Cikabayan, Darmaga, Bogor. Kebun
Percobaan terletak pada ketinggian 250 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jenis
tanah Latosol. Analisis bahan bioaktif dilaksanakan di Laboratorium RGCI Institut
Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang akan digunakan pada penelitian ini adalah bahan tanaman
hasil skrining pada perlakuan keragaman dari 9 klon yang diuji di lapangan. Satu klon
terbaik asal Kalimantan Timur dari hasil penelitian sebelumnya tersebut akan dicobakan
pada pemupukan MgSO4.H2O dan periode pencahayaan. Alat yang digunakan adalah
polybag ukuran 10 cm x 15 cm dan 35 cm x 30 cm, timbangan, Spektrofotometer,
sentrifuse, oven, sprayer alat-alat penunjang laboratorium untuk analisis kandungan
bioaktif secara kualitatif dan kuantitatif.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah (Split Plot Design) yang
mengkombinasikan dua faktor, dengan perlakuan naungan ditempatkan dalam petak
utama dan dosis pemupukan dalam anak petak sesuai denah percobaan pada Lampiran
5. Petak utama terdiri atas lima taraf periode naungan (intensitas naungan 50%) : 0, 1,

2, 3 dan 4 bulan. Anak petak terdiri atas lima taraf dosis pemupukan MgSO4.H2O: 0, 1,
2, 3, 4 g MgSO4.H2O /tanaman.
Terdapat 25 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali
sehingga diperoleh 75 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 6 tanaman.

Model statistika untuk rancangan yang digunakan adalah:
Yijk = µ + αi + κk+ δik+ βj+ (αβ)ij + εijk
Keterangan:
Yijk

: nilai pengamatan pada perlakuan petak utama ke-i, anak petak ke-j, ulangan
ke-k

µ

: rata-rata hasil pengamatan untuk setiap satuan percobaan.

αi

: nilai tambah karena pengaruh naungan taraf ke-i

κk

: pengaruh

δik

: galat petak utama (naungan)

βj

: pengaruh perlakuan dosis pemupukan taraf ke-j

ulangan ke-k

(αβ)ij : interaksi antara perlakuan petak utama ke-i dengan anak petak ke-j
εijk

: pengaruh galat anak petak (dosis pemupukan).

i

: untuk pengaruh naungan (1, 2, 3, 4, 5)

j

: perlakuan dosis pemupukan (1, 2, 3, 4, 5)

k

: ulangan (1, 2, 3)
Hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf α 5

%. Pada pengaruh nyata, uji dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s
Multiple Range Test) pada taraf kesalahan α 5 %.
Pelaksanaan Penelitian
Pembibitan
Umbi disemaikan terlebih dahulu dengan cara ditumbuhkan dalam bak yang
berisikan campuran tanah dan pupuk kotoran ternak. Tempat pembibitan harus teduh
dan sejuk. Selama pembibitan dilakukan penyiraman secara teratur untuk menjaga
kelembaban dengan menggunakan sprayer. Media yang digunakan saat pembibitan

adalah tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Periode pembibitan ini
dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama pembibitan dilakukan pada wadah plastik.
Bibit tanaman daun dewa ditumbuhkan sampai umur 1 (satu) minggu. Tahap berikutnya
tanaman dipindahkan ke polybag ukuran 10 cm x 15 cm dan dibiarkan tumbuh sampai
umur 4 minggu. Pemindahan ini dilakukan dengan tujuan agar perkembangan akar
optimal yang akan mendukung pertumbuhan tanaman. Keseragaman bibit dilihat dari
tinggi tanaman dan jumlah daun.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah tanaman berumur 4 minggu setelah pembibitan.
Bibit tanaman dipindahtanamkan ke polybag dengan ukuran 35 cm x 30 cm yang diisi
tanah sebanyak 6.5 kg/polybag, petak bedengan dengan ukuran 2 m x 5 m dengan jarak
tanam 40 cm x 50 cm. Media tanah yang digunakan adalah tanah dengan menggunakan
pupuk 2.7 g Urea/polybag, 3.9 g SP-36/polybag, 1.95 g KCl/polybag sebagai pupuk
dasar.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan
gulma, pemberantasan hama dan penyakit tanaman (secara manual atau menggunakan
pestisida nabati). Selama masa pemeliharaan ini perlakuan diterapkan yaitu berupa
pemotongan bunga dan pemupukan nitrogen.
Panen dan Pasca Panen
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan. Untuk mendapatkan
umbi daun dewa yang utuh, panen dilakukan dengan membongkar tanaman dalam tanah
secara hati-hati. Umbi dibersihkan dari tanah yang melekat.
Pengamatan
Pengamatan meliputi pengamatan komponen pertumbuhan tanaman, komponen
produksi dan komponen fisiologi tanaman. Sebagai data penunjang dilakukan analisa
tanah dan analisa pupuk.
Komponen Pertumbuhan
1. Tinggi Tanaman (cm). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu dengan
cara mengukur dari pangkal sampai titik tumbuh yang terletak di ujung batang
utama.
2. Jumlah Daun. Perhitungan jumlah daun dilakukan setiap minggu.

3. Panjang dan Lebar Daun. Pengukuran panjang dan lebar daun terbesar dilakukan
setiap minggu.
4. Jumlah Cabang. Perhitungan jumlah cabang dilakukan setiap minggu dengan cara
menghitung jumlah cabang yang keluar dari batang utama.
5. Jumlah Anakan. Perhitungan jumlah anakan dilakukan setiap minggu dengan cara
menghitung jumlah anakan yang keluar dari batang utama.

Komponen produksi
1. Bobot basah tajuk, akar dan umbi tanaman. Pengukuran bobot seluruh bagian
tanaman daun dewa dilakukan setelah panen dengan cara menimbang tajuk, akar
dan umbi tanaman (g) persatuan tanaman yang dihasilkan.
2. Bobot kering tajuk, akar dan umbi tanaman. Pengukuran bobot seluruh bagian
tanaman daun dewa dilakukan setelah panen dengan cara menimbang bobot kering
tajuk, akar dan umbi (g) yang telah dioven pada suhu 105°C selama 2 hari.
3. Uji bahan bioaktif (analisis kuantitatif)
a. Analisis antosianinn daun (metode Francis 1982). Sampel daun yang digunakan
adalah daun yang telah berbentuk sempurna dan daun yang terkena langsung
matahari pada posisi daun ke3-5 dari arah pucuk. Metode kerja terdapat pada
Lampiran 2.
b. Analisis klorofil (mg/g), dilakukan dengan metode Arnond (1949) yang telah
dimodifikasi untuk menentukan rasio klorofil a/b (Lampiran 3).

Komponen fisiologi
Analisis klorofil. Analisis klorofil dilakukan satu bulan sekali selama empat
bulan dengan mnggunakan metode Yosida et al. (1976) yang telah dimodifikasi.
Sampel daun segar dihaluskan, ditambahkan 2 ml Aseton 80%, kemudian disentrifuse.
Ekstraksi diulang lagi sampai tidak terbentuk warna, kemudian ditera sampai 10 ml.
Spektrofotometer dilakukan pada panjang gelombang λ 645 dan 663 nm. Selanjutnya
dilakukan penghitungan kandungan klorofil a dan b (mg/mg).

Komponen bioaktif

Analisis antosianin. Analisis dilakukan satu bulan sekali selama empat bulan
dengan menggunakan metode Francis (1982). Sampel daun yang diambil yang telah
terbentuk sempurna. Sampel daun segar ditimbang, dibersihkan, kemudian dihancurkan
dengan menggunakan mortal porselin, selanjutanya dilarutkan dalam ethanol : HCl 1 N
(85 : 15 v/v) sampai campuran menjadi homogen. Supernatan disaring ke dalam labu
takar 25 ml. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV/VIS
pada panjang gelombang 535 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen
Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan pH
H2O sebesar 4.50, dan bertekstur liat karena kandungan liatnya lebih dari 30%. KTK
yang terdapat didalamnya tergolong rendah yaitu 10.88 me/100 g, sehingga kekuatan
mengikat unsur hara sangat rendah (Lampiran 4).
Lingkungan sekitar lahan penelitian banyak ditumbuhi gulma dari jenis rumput
seperti Cynodon dactylon, Axonopus compressus dan dari jenis gulma berdaun lebar
Borreria alata, Mimosa sp dan Euphorbia hitra. Pembersihan gulma sering dilakukan
secara manual. Tanaman juga mengalami serangan hama kupu-kupu belalang dan ulat.
Ketiga hama ini menimbulkan kerusakan pada daun yang meninggalkan bekas gigitan.
Usaha pencegahan yang dilakukan dengan menggunakan pestisida alami berupa larutan
daun nimba dan menanami sekeliling lingkungan penelitian dengan jinten. Namun
usaha ini masih belum bisa mengurangi serangan ulat dan belalang secara cepat.
Meskipun demikian akibat yang ditimbulkan oleh hama ini tidak begitu mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk itu dilakukan pencegahan dengan cara
lain yaitu dengan menggunakan florbac dan decis EC dengan konsentrasi 1 cc/l .
Setelah 4 MST tanaman mulai mengeluarkan bunga. Setiap minggu dilakukan
pemangkasan bunga dengan tujuan mengoptimalkan pertumbuhan daun dan umbi
tanaman. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari karena curah hujan yang ada
kurang mencukupi bagi pertumbuhan optimal daun dewa.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan
Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumuhan tanaman dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekaptulasi hasil sidik ragam pengaruh periode naungan dan pemupukan
MgSO4.H2O terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi antosianin daun dewa
(Gynura pseudochina (L)DC)
Peubah
Tinggi Tanaman
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
12 MST
13 MST
14 MST
15 MST
16 MST
Jumlah Daun
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
12 MST
13 MST
14 MST
15 MST
16 MST

Naungan

Pemupukan

Interaksi

KK(%)

**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
*
*
*
**

+
+
tn
+
**
*
*
*
+
**
*
**
+
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
**
*
**
*
**

10.14
9.53
9.38
11.68
8.85
12.00
11.48
11.86
13.34
12.28
13.50
12.02
16.86
18.71
25.54
22.37

tn
tn
tn
*
**
**
tn
*
*
*
*
**
tn
tn
*
*

tn
tn
tn
**
*
**
*
*
**
**
tn
tn
tn
tn
tn
+

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
+
tn
+
tn

20.65
20.60
20.81
15.53
14.31
12.32
11.72
11.21
12.38
19.80
25.78
20.80
21.30
29.40
28.05
30.01

Peubah
Panjang Daun
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
12 MST
13 MST
14 MST
15 MST
16 MST
Lebar Daun
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
12 MST
13 MST
14 MST
15 MST
16 MST

Naungan