Toksisitas Moluskisida Fentin Asetat Terhadap Karakteristik Hematologi Dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Sp)

TOKSISITAS MOLUSKISIDA FENTIN ASETAT TERHADAP
KARAKTERISTIK HEMATOLOGI DAN PERTUMBUHAN
IKAN NILA (Oreochromis sp.)

AISYAH LUKMINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Toksisitas Moluskisida
Fentin Asetat terhadap Karakteristik Hematologi dan Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis sp.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Aisyah Lukmini
NIM C151130101

RINGKASAN
AISYAH LUKMINI. Toksisitas Moluskisida Fentin Asetat terhadap Karakteristik
Hematologi dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp.). Dibimbing oleh
EDDY SUPRIYONO dan TATAG BUDIARDI.
Fentin asetat (C20H18O2Sn) merupakan senyawa organotin yang banyak
digunakan sebagai bahan aktif dalam formulasi moluskisida pertanian.
Penggunaan senyawa ini akan meninggalkan residu dalam lingkungan biotik dan
abiotik. Lebih lanjut, fentin asetat bersifat mudah larut dalam lemak (lipofilik)
sehingga dapat terserap dan terakumulasi di dalam tubuh organisme dan dapat
mengganggu fisiologi biota budidaya. Senyawa ini diketahui mampu menurunkan
laju pengambilan makanan, laju pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup dan
menghambat sekresi hormon insulin.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis toksisitas fentin asetat pada
kondisi akut, serta menganalisis pengaruh fentin asetat pada kondisi sublethal
terhadap karakteristik hematologi, kadar glukosa, kelangsungan hidup dan

pertumbuhan juvenil ikan nila. Bahan uji yang digunakan adalah fentin asetat
(C20H18O2Sn). Hewan uji yang digunakan adalah juvenil ikan nila dengan bobot
rata-rata 8,90±0,13 g. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan perlakuan konsentrasi fentin asetat berbeda. Penelitian
dilakukan dalam tiga tahap meliputi uji nilai kisaran, uji akut, dan uji toksisitas
sublethal. Pada uji nilai kisaran digunakan 8 taraf konsentrasi yaitu K (kontrol), A
(0,0075 ppm), B (0,025 ppm), C (0,0375 ppm), D (0,05 ppm), E (0,0625 ppm), F
(0,06875 ppm), dan G (0,075 ppm) masing-masing dengan dua kali ulangan. Uji
akut menggunakan 8 taraf konsentrasi yaitu K (kontrol), A (0,011 ppm), B (0,015
ppm), C (0,021 ppm), D (0,029 ppm), E (0,04 ppm), F (0,056 ppm), dan G (0,075
ppm) masing-masing dengan tiga kali ulangan. Uji toksisitas sublethal
menggunakan 4 taraf konsentrasi yaitu K (kontrol), A (0,003 ppm), B (0,008 ppm)
dan C (0,015 ppm) masing-masing dengan tiga kali ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konsentrasi ambang bawah
moluskisida fentin asetat (LC0-48 jam) adalah 0,0075 ppm dan nilai ambang atas
(LC100-24 jam) adalah 0,075 ppm. Nilai LC50- 24 ; 48; 72; dan 96 jam moluskisida
fentin asetat terhadap ikan nila adalah 0,058 ppm, 0,047 ppm, 0,036 ppm dan 0,03
ppm. Konsentrasi sublethal moluskisida fentin asetat berpengaruh nyata terhadap
penurunan total eritrosit, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, laju pertumbuhan,
dan kelangsungan hidup. Total eritrosit, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, laju

pertumbuhan, dan kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada kontrol sedangkan
yang terendah pada perlakuan C. Hasil penelitian juga menunjukkan terjadi
peningkatan total leukosit serta kadar glukosa darah ikan uji. Total leukosit dan
kadar glukosa tertinggi ada pada perlakuan C, sedangkan yang terendah pada
kontrol.
Nilai LC50-96 jam moluskisida fentin asetat adalah sebesar 0,03 ppm.
Terjadi penurunan total eritrosit, kadar hemoglobin, dan kadar hematokrit, tingkat
kelangsungan hidup serta peningkatan leukosit dan kadar glukosa pada tingkat
sublethal yang terjadi mulai konsentrasi 0,003 ppm.
Kata kunci: toksisitas, hematologi, ikan nila, fentin asetat

SUMMARY
AISYAH LUKMINI. Toxicity of Fentin Acetate Molluscicide on Haematological
Characteristics and Growth of Tilapia (Oreochromis sp). Supervised by EDDY
SUPRIYONO and TATAG BUDIARDI.
Fentin acetate is an organotin compound which widely used as active agent
in molluscicide formulation on agriculture. Fentin acetate usage will leave
residues to both biotic and abiotic environment. This compound characteristic
includes high solubility in fat (lipophillic) so the compound can easily be
absorbed and accumulated inside the body of organisms, therefore, harming the

physiology of cultured organism. The compound largely known to decrease the
rate of food intake, growth rate, survival rate, and inhibits insulin secretion.
This study aimed to analyze fentin acetate toxicity in its lethal condition and
analyze the effect of the compound to the sublethal condition based on the
haematological characteristic, glucose level, survival rate, and the growth of
tilapia. Experiment material includes fentin acetate with tilapia juveniles as the
object of the study. Juveniles used has average weight of 8.90±0.13 g. The study
design was using complete randomized design with different fentin concentration
as treatment. This study done in three steps : finding range test, acute test, and
sublethal toxicity test.
Study on finding range test using 8 diffferent concentrations. Differences
include control, A (0.0075 ppm), B (0.025 ppm), C (0.0375 ppm), D (0.05 ppm),
E (0.0625 ppm), F (0.06875 ppm), and G (0.075). Two replications were being
done for each concentration. Acute test were done using 8 different
concentrations, those were K (control), A (0.011 ppm), B (0.015 ppm), C (0.021
ppm), D (0.029 ppm), E (0.040 ppm), F (0.056 ppm), and G (0.075ppm), with
each concentration repeated three times. Sublethal toxicity test done using 4 level
of concentrations, C (kontrol), A (0.003 ppm), B (0.008 ppm) and C (0.015 ppm),
each concentration was being done in two repetitions.
Result shows that minimal concentration threshold of fentin acetate

molluscicides was 0.0075 ppm while maximum concentration threshold (LC100-24
hours) was 0.075 ppm. LC50 value for 24h, 48h, 72h, and 96 hours of fentin
acetate molluscicides to affect tilapia were 0.058 ppm, 0.047 ppm, 0.036 ppm and
0.03 ppm. Sublethal concentration of fentin acetate decrease the total amount of
erythrocytes, hemoglobin level, hematocrit level, growth rate, and survival rate.
The highest value of erythrocytes, hemoglobin level, hematocrit level, growth
rate, and survival rate is control. Result shows that fentin acetate increasing the
total amount of leucocytes and glucose level.
The LC50-96 hours of fentin acetate for tilapia was 0,03 ppm. On sublethal
concentration, fentin acetate significantly affecting the decreasing of total
erythrocytes, hemoglobin level, hematocrit level, and survival rate, also causing
the increase of leucocytes level and glucose level from 0.003 ppm concentration.
Keywords: fentin acetate, haematological, tilapia, toxicity.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

TOKSISITAS MOLUSKISIDA FENTIN ASETAT TERHADAP
KARAKTERISTIK HEMATOLOGI DAN PERTUMBUHAN
IKAN NILA (Oreochromis sp.)

AISYAH LUKMINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :

Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2015 ini ialah
toksikologi, dengan judul Toksisitas Moluskisida Fentin Asetat terhadap Karakteristik
Hematologi dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp.).
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini tidak lepas dari segala
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik ide, tenaga, moril maupun
material. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam
pada Dr Ir Eddy Supriyono, MSc dan Dr Ir Tatag Budiardi, MSi sebagai komisi
pembimbing atas waktu dan bimbingannya mulai dari penyusunan proposal,
pelaksanaan penelitian hingga penulisan tesis. Penulis juga menyampaikan rasa
terimakasih pada Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc sebagai penguji luar komisi dan Dr
Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi sebagai perwakilan dari Program Studi Ilmu

Akuakultur yang memberikan saran selama ujian tesis.
Terima kasih disampaikan pada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) atas penyediaan
Beasiswa Unggulan Tahun 2013 sehingga penulis dapat melanjutkan studi di Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis haturkan pada Mama Siti
Jedia dan Bapa Ismail Surdi, suamiku Muhammad As’ad, dua bidadariku Kanita
Delphi Afiqa dan Kaniya Delphi Afiqa, serta seluruh keluarga atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan S2 Ilmu Akuakultur angkatan
2013 atas kebersamaannya dalam menempuh studi.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya perikanan.
Bogor, Juni 2016
Aisyah Lukmini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Manfaat Penelitian

1
1
2
3

3
3

2 METODE
Waktu dan tempat
Bahan
Prosedur Penelitian
Parameter Penelitian
Analisis Data

3
3
3
4
5
7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan


8
8
14

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

16
16
17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Analisis parameter fisika kimia air pada uji toksisitas sublethal
Nilai LC50 fentin asetat pada juvenil ikan nila
Kelangsungan hidup (%) ikan nila selama penelitian
Bobot rata-rata dan laju pertumbuhan spesifik pada akhir penelitian

7
9
13
14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Persentase tingkat kematian kumulatif ikan nila selama uji nilai kisaran
Persentase tingkat kematian ikan nila selama uji akut
Jumlah eritrosit (x106 sel mm-3) ikan nila selama penelitian
Kadar hemoglobin (g%) ikan nila selama penelitian
Kadar hematokrit (%) ikan nila selama penelitian
Jumlah leukosit (x104 sel mm-3) ikan nila selama penelitian
Kadar glukosa (mg dL-1) ikan nila selama penelitian

8
9
10
11
11
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis ragam dan uji lanjut (Duncan) karakteristik hematologi ikan
nila
2 Analisis ragam dan uji lanjut (Duncan) kadar glukosa ikan nila
3 Analisis ragam dan uji lanjut (Duncan) kelangsungan hidup (KH) ikan
nila
4 Analisis ragam bobot rata-rata (g/ekor) ikan nila pada akhir penelitian
5 Analisis ragam dan uji lanjut (Duncan) laju pertumbuhan spesifik ikan
nila

20
22
23
23
23

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Polusi air saat ini sudah menjadi masalah global. Salah satu bahan yang
diketahui menyebabkan polusi air adalah pestisida. Penggunaan pestisida yang
sudah semakin luas, selain membawa dampak positif berupa meningkatnya hasilhasil pertanian juga memiliki potensi dampak negatif terutama di ekosistem
perairan. Hal ini bisa terjadi karena jika digunakan dengan metode spray, sekitar
60-99% pestisida yang akan tertinggal pada target atau sasaran, sedangkan jika
digunakan dalam bentuk serbuk hanya 10-40% yang mencapai target, sisanya
melayang bersama aliran angin atau segera mencapai tanah (Sudarmo 1991).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Komisi Pestisida telah mengidentifikasi
berbagai kemungkinan yang timbul akibat penggunaan pestisida, antara lain
adalah keracunan terhadap ikan. Penggunaan pestisida pada padi sawah atau
lingkungan perairan lainnya dapat mengakibatkan kematian pada ikan yang
dipelihara di sawah atau di kolam. Pada konsentrasi tertentu, pestisida akan
terkonsentrasi di dalam lingkungan perairan sehingga berpotensi mengganggu
keseimbangan ekosistem perairan. Selain itu, pestisida akan masuk ke dalam
proses metabolisme organisme dan mengganggu fisiologi biota budidaya (Connel
& Miller 1995).
Salah satu pestisida yang diketahui bersifat toksik terhadap organisme
akuatik adalah fentin asetat dengan nama kimia trifeniltin asetat (berdasarkan
IUPAC). Fentin asetat merupakan senyawa organotin yang banyak digunakan
sebagai pestisida dalam bidang pertanian (Watermann et al. 2008). Senyawa
organotin adalah senyawa organometalik yang disusun oleh satu atau lebih ikatan
stannum-karbon (Sn-C).
Penggunaan senyawa organotin sudah dilarang di beberapa negara di Eropa
dan Amerika, sedangkan di beberapa negara di Asia, seperti Indonesia, Malaysia,
dan India penggunaannya masih diizinkan. Di Indonesia, senyawa ini digunakan
untuk mengendalikan siput murbei (Pomacea canaliculata) di padi sawah, siput
trisipan (Cheritidea sp.) di tambak udang windu dan bandeng, dan siput
Parmarion pupilaris di tanaman kubis bunga (Ditjen PSP 2014). Menurut
Guevarra et al. (1987), fentin asetat dengan dosis 0,6-1,2 kg ha-1 merupakan
moluskisida yang paling efektif untuk mengontrol populasi siput murbei
(Pomacea canaliculata Lamarck) di sawah.
Adanya larangan terhadap penggunaan senyawa organotin disebabkan
toksisitasnya yang sangat tinggi bagi organisme akuatik (Okoro et al. 2011).
Senyawa ini bersifat lipofilik atau mudah larut dalam lemak sehingga dapat
terserap dan terakumulasi di dalam tubuh organisme sehingga merupakan masalah
dalam kegiatan budidaya (Cima et al. 1996). Dua jenis senyawa organotin yang
diketahui bersifat sangat toksik bagi organisme akuatik adalah tributiltin dan
trifeniltin. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua senyawa ini
mampu mengganggu pertumbuhan dan menurunkan tingkat kelangsungan hidup
Mytilus edulis (Haggera et al. 2005), serta menghambat sekresi hormon insulin
pada hamster (Miura et al. 2012). Hasil penelitian Stonner (1966) menunjukkan
bahwa pada dosis 300 ppm, trifeniltin asetat dapat menyebabkan kematian pada

2
tikus. Pada dosis 25 ppm, trifeniltin mampu menurunkan laju pertumbuhan pada
tikus dan babi (Verschuuren et al. 1966).
Kannan dan Lee (1996) melaporkan bahwa trifeniltin yang digunakan
sebagai pestisida dan kemudian lepas ke perairan akan terakumulasi di sedimen.
Hasil penelitian Harino et al. (2012) di tiga lokasi perairan di Indonesia yaitu
Bitung, Manado, dan Teluk Jakarta menemukan bahwa sedimen di tiga lokasi
tersebut mengandung senyawa trifeniltin dengan konsentrasi yang sangat tinggi.
Konsentrasi senyawa trifeniltin yang terdeteksi di tiga lokasi tersebut masingmasing berkisar antara