Efektivitas Komunikasi Penyuluhan Pertanian Di Tingkat Kelompok Tani Desa Margahayu, Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN
DI TINGKAT KELOMPOK TANI DESA MARGAHAYU,
KECAMATAN MANONJAYA KABUPATEN
TASIKMALAYA, JAWA BARAT

Nazar Kusumawijaya Saefudin

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas
Komunikasi Penyuluhan Pertanian di Tingkat Kelompok Tani Desa Margahayu,
Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat” adalah benar karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2016

Nazar Kusumawijaya Saefudin
NIM I34100098

ABSTRAK
NAZAR KUSUMAWIJAYA SAEFUDIN. Efektivitas Komunikasi Penyuluhan
Pertanian di Tingkat Kelompok Tani Desa Margahayu, Kecamatan Manonjaya
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO.
Pertanian merupakan sektor penting bagi Indonesia termasuk di Desa Margahayu
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat yang sebagian besar masyarakatnya bekerja
sebagai petani. Penyuluhan pertanian merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan petani. Keberhasilan kegiatan penyuluhan dapat
dipengaruhi oleh efektivitas komunikasi. Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkat

partisipasi petani, faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi
penyuluhan pertanian dan menganalisis tingkat efektivitas komunikasi
penyuluhan pertanian di tingkat kelompok tani. Penelitian ini dilakukan dengan
metode pendekatan kuantitatif didukung dengan data kualitatif dan dianalisis
menggunakan uji korelasi rank spearman. Pengumpulan data kuantitatif
menggunakan kuesioner kepada kelompok tani Jembar II dan Jembar Karya,
masing-masing 20 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat partisipasi
petani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan termasuk dalam kategori kurang
aktif dalam partisipasi perencanaan. Faktor yang paling menentukan dalam
efektivitas komunikasi penyuluhan pada penelitian ini yaitu karakteristik
penyuluh dan metode penyuluhan. Tingkat efektivitas komunikasi penyuluhan
termasuk kategori efektif.
Kata kunci: Efektivitas komunikasi, faktor efektivitas komunikas, partisipasi,
penyuluhan pertanian
ABSTRACT
NAZAR KUSUMAWIJAYA SAEFUDIN. Communication Effectiveness of
Agricultural Extension in Farmers Group at Margahayu village, Manonjaya,
Tasikmalaya, West Java. Supervised by SUTISNA RIYANTO.
Agriculture is an important sector in Indonesia, including in Margahayu village
Tasikmalaya District, West Java, which most of the people work as farmers.

Agricultural extension is one kind of method which capable of improving the
ability of farmers. The success of extension activities can be influenced by the
effectiveness of communication. This study was aimed to determine the level of
farmers participation, factors that determine the effectiveness of agricultural
extension communications, and determine the effectiveness level of agricultural
extension communication in the level of farmer groups. This study was conducted
using a quantitative approach supported by qualitative data and analyzed using
Spearman rank correlation test. Quantitative data was collected using
questionnaires to 20 people in both of Jembar II and Jembar Karya farmers'
groups. The results showed that the level of farmers were included into less active
in planning participation. The most decisive factor in the effectiveness of
communication extension in this study was the characteristic of counselor and the
extension methods. The effectiveness level of communication was categorized
into effective category.
Keywords: Communication effectiveness, factor of communication effectiveness
participation, agricultural extension

ii

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN DI

TINGKAT KELOMPOK TANI DESA MARGAHAYU,
KECAMATAN MANONJAYA KABUPATEN
TASIKMALAYA, JAWA BARAT

NAZAR KUSUMAWIJAYA SAEFUDIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

iv

vi


PRAKATA
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT
karena atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga skripsi “Efektivitas
Komunikasi Penyuluhan Pertanian di Tingkat Kelompok Tani Desa Margahayu,
Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat” dapat diselesaikan.
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui
bagaimana efektivitas komunikasi penyuluhan pertanian di tingkat kelompok tani
pada era otonomi daerah dimana setiap daerah memiliki kebijakan yang berbeda
dalam mengatur sistem pemerintahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
dianalisis terlebih dahulu bagaimana partisipasi para petani dalam kegiatan
penyuluhan pertanian. Selanjutnya dilihat bagaimana efektivitas komunikasi dari
kegiatan penyuluhan. Selain itu, dianalisis faktor apa saja yang berhubungan
dengan efektivitas komunikasi tersebut.
Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan semua pihak yang telah
membantu baik secara moral mupun materil. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada Ir. Sutisna Riyanto, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan kritik, saran, dan arahan selama penyusunan proposal skripsi ini.
Selain itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua serta seluruh
keluarga yang tak hentinya memberikan doa dan semangat kepada penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman khususnya Hana,
Anjas P, Fahmi Alby, Fatwa, Mas Hariri, Fadhianisa, Karina Mako serta seluruh
rekan yang tidak bisa ditulis satu persatu yang telah membantu penyelesaian
skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, April 2016

Nazar Kusumawijaya Saefudin

viii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

Xi

Xii
Xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian

1
2
3
3

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan pustaka
Konsep Komunikasi
Efektivitas Komunikasi
Komunikasi Penyuluhan Pertanian
Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Komunikasi

Penyuluhan Pertanian
Konsep Partisipasi
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional

5
5
9
11
14
17
18
19
19

PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Penentuan Informan dan Responden

Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

23
23
23
24
24

GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN RESPONDEN
Deskripsi Umum Desa Margahayu
Wilayah dan Geografis
Sosial Ekonomi
Penduduk
Deskripsi Kelompok Tani di Desa Margahayu
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Usia
Tingkat Pendidikan
Luas Lahan

Pengusahaan Lahan
Status Kepemilikan Lahan
Pekerjaan Lain
Keterdedahan Saluran Informasi
Ketersediaan Saluran Komunikasi di Lokasi
Tingkat Keterdedahan Saluran Komunikasi Responden
Keterdedahan Saluran Komunikasi Interpersonal
Keterdedahan Radio

25
25
25
26
26
28
29
29
30
30
31

31
32
33
33
34
35
36

x

Keterdedahan Televisi
Keterdedahan Media Cetak

37
37

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN PENYULUHAN
PERTANIAN
Tingkat Partisipasi Responden
Partisipasi dalam Perencanaan Penyuluhan
Partisipasi dalam Pelaksanaan Penyuluhan
Hubungan Karakteristik Petani dengan Partisipasi Penyuluhan

39
40
42
45

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN
Tingkat Efektivitas Komunikasi Penyuluhan
Efektivtas Kognitif Komunikasi Penyuluhan
Efektivitas Afektif Komunikasi Penyuluhan
Efektivitas Behavioral Komunikasi Penyuluhan
Hubungan Partisipasi Penyuluhan dengan Efektivitas Komunikasi

47
47
48
49
50

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN
Faktor-faktor Pelaksanaan Penyuluhan
Karakteristik Penyuluh
Materi Penyuluhan
Metode Penyuluhan
Sarana dan Prasarana Penyuluhan
Hubungan Faktor Pelaksanaan Penyuluhan dengan Efektivitas
Komunikasi Penyuluhan

51
52
56
58
61
63

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

67
67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

69
73
105

DAFTAR TABEL
1 Perbedaan karakteristik antara media massa dan
komunikasi interpersonal
2 Keuntungan dan kekurangan metode penyuluhan
individu
3 Jumlah sarana perekonomian di desa margahayu
menurut jenis usaha
4 Populasi penduduk desa margahayu menurut umur dan
jenis kelamin
5 Jumlah usaha tani Desa Margahayu
6 Persentase responden menurut karakteristik
7 Persentase responden menurut sumber informasi
8 Rataan skor partisipasi responden menurut kelompok
dan tahapan pengembangan program penyuluhan
9 Persentase responden menurut tingkat partisipasi dalam
perencanaan penyuluhan dan kelompok
10 Rataan skor aktivitas partisipasi perencanaan
penyuluhan menurut kelompok
11 Persentase responden menurut tingkat partisipasi dalam
pelaksanaan penyuluhan dan kelompok
12 Rataan skor aktivitas partisipasi pelaksanaan
penyuluhan menurut kelompok
13 Korelasi antara karakteristik responden dengan
partisipasi penyuluhan menurut kelompok
14 Rataan skor efektivitas komunikasi penyuluhan
menurut kelompok
15 Persentase responden menurut efektivitas komunikasi
penyuluhan dalam aspek kognitif dan kelompok
16 Persentase responden menurut efektivitas komunikasi
penyuluhan dalam aspek afektif dan kelompok
17 Persentase responden menurut efektivitas komunikasi
penyuluhan dalam aspek behavioral dan kelompok
18 Korelasi antara partisipasi penyuluhan dengan
efektivitas komunikasi penyuluhan menurut kelompok
19 Rataan skor persepsi responden tentang aspek-aspek
pelaksanaan penyuluhan menurut kelompok
20 Rataan skor persepsi responden tentang karakteristik
penyuluh menurut kelompok
21 Persentase responden menurut persepsi tentang sifatsifat pribadi penyuluh dan kelompok
22 Persentase responden menurut persepsi tentang sikap
penyuluh dan kelompok
23 Persentase responden menurut persepsi tentang
kemampuan berkomunikasi penyuluh dan kelompok
24 Persentase responden menurut persepsi tentang
pengetahuan penyuluh dan kelompok

13
14
25
26
26
28
35
39
40
41
43
43
45
47
48
49
49
50
51
52
54
54
55
56

xii

25 Persentase responden menurut persepsi tentang materi
penyuluhan dan kelompok
26 Rataan skor persepsi responden tentang materi
penyuluhan menurut kelompok
27 Rataan skor persepsi responden tentang metode
penyuluhan menurut kelompok
28 Persentase responden menurut persepsi tentang
kesesuaian metode penyuluhan dan kelompok
29 Persentase responden menurut persepsi tentang
efektivitas metode penyuluhan dan kelompok
30 Rataan skor persepsi responden tentang sarana dan
prasarana penyuluhan menurut kelompok
31 Persentase responden menurut tingkat persepsi tentang
sarana dan prasarana prasarana penyuluhan dan
kelompok
32 Persentase responden menurut persepsi tentang
aksesibilitas sarana penyuluhan dan kelompok
33 Korelasi antara aspek-aspek pelaksanaan penyuluhan
dengan efektivitas komunikasi penyuluhan menurut
total responden
34 Korelasi antara aspek-aspek pelaksanaan penyuluhan
dengan efektivitas komunikasi penyuluhan di
kelompok tani Jembar II dan Jembar Karya

56
57
59
59
60
61

62
63

64

65

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran
2 Struktur organisasi kelompok tani Jembar II
3 Struktur organisasi kelompok tani Jembar Karya

18
27
28

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Peta Lokasi Penelitian
Daftar Kerangka Sampling
Dokumentasi Penelitian
Hasil Uji Rank Spearman

74
75
77
78

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris di mana sebagian besar wilayahnya
digunakan untuk sektor pertanian serta mayoritas masyaraktnya hidup dari hasil
bercocok tanam atau bertani sehingga pertanian merupakan sektor penting dalam
meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat Indonesia. Data dari situs
resmi BPS1 mencatat sampai pada bulan Februari 2013 mencatat sebanyak
39.959.073 jiwa memiliki pekerjaan dalam sektor pertanian, perkebunan,
kehutanan, perburuan dan perikanan. Jumlah produksi padi Indonesia pada tahun
2010 menurut BPS sebesar 66.469.394 ton dengan rata-rata produktivitas
mencapai 50,15 Kw/ Ha dan luas lahan panen mencapai 13.253.450 ha. Data
tersebut menunjukan bahwa sektor pertanian masih memiliki peranan yang
penting dalam pembangunan.
Upaya pembangunan pertanian berhubungan erat dengan pengembangan
sumber daya manusia terutama petani sebagai pelaku utama pertanian. Para petani
harus mampu untuk beradaptasi dengan adanya perubahan seperti pengetahuan,
keterampilan dan teknologi yang dapat mendorong petani menjadi mandiri. Petani
mandiri menurut Sumardjo (1999) merupakan petani yang dalam upayanya
meningkatkan kualitas hidup tidak hanya bersandar pada petunjuk dari penyuluh
atau aparat lain tetapi lebih bersandar pada kemampuan mengambil keputusan
sendiri secara tepat dan didorong oleh motivasi sendiri untuk meningkatkan
kualitas hidupnya. Untuk mencapai hal tersebut maka dilakukan kegiatan
penyuluhan pertanian.
Menurut Maunder (1972) dikutip oleh Mugniesyah (2006) penyuluhan
adalah perpanjangan pelayanan yang menyebarluaskan keunggulan hasil dari
suatu institusi pendidikan kepada orang-orang yang tidak dapat mengikuti
kegiatan pendidikan tersebut dengan cara yang reguler. Hal tersebut menegaskan
bahwa bentuk dari penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan. Penyuluh
petanian tidak hanya diamanatkan untuk mampu menyebarluaskan informasi saja,
namun juga membantu petani dalam menganalisis situasi yang sedang dihadapi,
meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, membantu petani
memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat mereka, meningkatkan
motivasi petani, dan membantu petani untuk mampu mengevaluasi serta
meningkatkan keterampilan mereka.
Hafsah (2009) menyebutkan bahwa tujuan dari penyuluhan pertanian ialah
mempengaruhi para petani dan keluarganya agar merubah perilakunya.
Perkembangan penyuluhan pertanian di Indonesia tidak hanya berfokus pada
sistem dan pola penyuluhan tatapi juga metode yang digunakan dalam kegiatan
penyuluhan. Sadono (2009) dalam tulisannya menerangkan bahwa pada tahun
1960 penyuluhan pertanian di Indonesia menerapkan model SMCR searah.
Namun model ini dianggap gagal karena transfer teknologi tidak sampai pada
lapisan akar rumput serta cenderung bersifat instruksional.

1

http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=06¬ab=2

2

Organisasi penyuluhan pertanian dijelaskan Sihana (2003) diatur dalam
Surat Keputusan Mendagri nomor 35 tahun 1996 tentang Pedoman Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP).
Kegiatan penyuluhan pertanian tidak lepas dari peran kelompoktani karena
seringkali kegiatan dilaksanakan pada tingkat kelompoktani. Merujuk pada
permentan No. 82 tahun 2013 kelompok tani adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi
lingkungan sosial, ekonomi dan sumberdaya, kesamaan komoditas dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan anggota.
Kegiatan penyuluhan seharusnya mampu untuk meningkatkan
kemandirian petani. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumardjo (1999)
menerangkan bahwa petani di Jawa Barat terutama di zona selatan dan tengah
memiliki tingkat kemandirian yang rendah terutama pada sikap dan keterampilan
petani. Selain itu, Siregar dan Saridewi (2010) dalam tulisannya menyebutkan
bahwa kinerja penyuluh pertanian mulai menurun sejak berlakunya otonomi
daerah. Beberapa daerah menganggap bahwa penyuluh pertanian tidak penting
karena anggapan tidak berpengaruh langsung terhadap pendapatan asli daerah
(PAD). Perubahan pada sistem penyuluhan pertanian mempengaruhi bentuk
komunikasi yang diterapkan dalam kegiatan penyuluhan karena komunikasi
merupakan ujung tombak dari kegiatan penyuluhan pertanian.
Komunikasi memegang kunci penting karena kegiatan penyuluhan
pertanian itu sendiri merupakan kegiatan komunikasi. Komunikasi merupakan
suatu alat yang digunakan dalam proses kegiatan penyuluhan. Penelitian yang
dilakukan oleh Murdiyanto (2010) menerangkan bahwa ada perbedaan hasil
antara kegiatan penyuluhan yang menggunakan metode komunikasi kelompok
dengan gabungan metode komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi.
Pada penyuluhan dengan menggunakan metode komunikasi kelompok
menyebabkan adanya beberapa petani yang tertinggal atau ditinggalkan dalam
transformasi teknologi pertanian karena karakter pribadi petani sendiri yang
menyebabkan petani merasa terpinggirkan. Pada metode penyuluhan pertanian
yang menggabungkan antara metode komunikasi kelompok dan komunikasi antar
pribadi yaitu adanya orang perantara dari kelompok yang menghubungkan antara
penyuluh dan petani sehingga proses komunikasi berjalan baik dan petani tidak
merasa terpinggirkan. Salah satu daerah yang termasuk dalam zona selatan Jawa
Barat yaitu Kabupaten Tasikmalaya khususnya Desa Margahayu. Hal tersebut
mendasari penelitian ini untuk melihat efektivitas komunikasi pada kegiatan
penyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Margahayu, Tasikmalaya, Jawa
Barat.
Perumusan Masalah
Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
hasil produksi serta meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani.
Efektivitas komunikasi adalah terjadinya kesamaan makna antara komunikan dan
komunikator. Dalam melihat kesamaan makna tersebut dapat dilihat pada dampak
yang ditimbulkan pada tingkat perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Tingkat
perubahan tersebut terjadi pada petani yang mengikuti kegiatan penyuluhan.
Mengingat hal tersebut maka penelitian tentang efektivitas komunikasi

3

penyuluhan ini diawali dengan pertanyaan mengenai bagaimana partisipasi
petani dalam kegiatan penyuluhan pertanian di kelompok tani?
Perbedaan dalam menetapkan jumlah sasaran kegiatan penyuluhan
mempengaruhi dalam penentuan penggunaan metode penyuluhan yang akan
digunakan. Hal tersebut dilakukan dengan harapan para penyuluh mampu
memberikan materi penyuluhan dengan baik kepada para petani. Tentunya
kegiatan penyuluhan pertanian merupakan kegiatan komunikasi. Dalam kegiatan
tersebut melibatkan sumber dan penerima pesan dimana sumber pesan yaitu
penyuluh dan penerima pesan yaitu para petani. Perbedaan jumlah partisipasi
petani dalam kegiatan penyuluhan mempengaruhi proses komunikasi sehingga
muncul pertanyaan bagaimana efektivitas komunikasi kegiatan penyuluhan
pertanian tingkat kelompok tani?
Komunikasi menjadi kunci dalam kegiatan penyuluhan karena penyuluhan
tersebut merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut
dipengaruhi oleh berbagai aspek sehingga komunikasi dapat berjalan efektif
sehingga diajukan pertanyaan faktor apa saja yang berhubungan dengan
efektivitas komunikasi penyuluhan pertanian?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas
komunikasi penyuluhan pertanian di Desa Margahayu. Tujuan khusus penelitian
ini yaitu menjawab pertanyaan permasalahan penelitan yaitu:
1. Mengkaji tingkat partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan pertanian di
tingkat kelompok tani.
2. Menganalisis efektivitas komunikasi penyuluhan pertanian di tingkat kelompok
tani.
3. Mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi
penyuluhan pertanian.
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak
yaitu:
1. Akademisi
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai
efektivitas koomunikasi terutama dalam kegiatan penyuluhan pertanian serta
menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini
diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan mengenai efektivitas
komunikasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
2. Lembaga penyuluhan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan para pelaku kegiatan
penyuluhan terutama lembaga penyuluhan dalam menentukan strategi
komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan sehingga kegiatan
penyuluhan dapat berjalan dengan efektif.
3. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu manambah pengetahuan bagi masyarakat
mengenai komunikasi yang terjadi dalam kegiatan penyuluhan pertanian.

4

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Komunikasi
Manusia tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan komunikasi karena
sebagian besar waktu manusia digunakan untuk berkomunikasi. Bentuk
komunikasi suatu masyarakat dapat berbeda tergantung pada lingkungan dan
budaya yang dimilikinya. Bahkan Schramn (1982) yang dikutip oleh Cangara
(2006) menerangkan bahwa komunikasi dan masyarakat merupakan dua kata yang
tidak bsa dipisahkan karena tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat
terbentuk dan sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat
mengembangkan komunikasi. Komunikasi mampu untuk membangun kontak
antar manusia yang menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha memahami
kehendak, sikap dan perilaku orang lain. Pada ruang lingkup yang lebih rinci,
komunikasi menggambarkan bagaimana seseorang menyampaikan sesuatu lewat
bahasa atau simbol-simbol tertentu kepada orang lain. Sebagaian besar kegiatan
penyuluhan adalah proses komunikasi yaitu komunikasi manusia sehingga
komunikasi menjadi kunci penting dalam kegiatan penyuluhan. Pada kegiatan
penyuluhan, penyuluh menyampaiakan informasi yang berkaitan dengan
pengembangan usahatan baik melalui tatap muka, diskusi kelompok ataupun
melalui saluran radio dengan harapan informasi tersebut mampu untuk
meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Komunikasi berasal dari kata
communicatio, dari kata dasar communis yang memiliki arti kesamaan dalam
suatu hal. Terdapat perbedaan pandangan mengenai definisi mengenai komunikasi
diantaranya Black dan Bryant (1992) dikutip oleh Lubis ( 2010) mendefinisikan
komunikasi sebagai :
1. Proses di mana orang-orang berbagi makna
2. Proses di mana seseorang (komunikator) mengirim rangsang untuk mengubah
perilaku orang lain (komunikan)
3. Terjadi ketika informasi melintas dari satu tempat ke tempat lain
4. Pengalihan pesan sehingga orang saling mempengaruhi
5. Terjadi bila si A menyampaikan pesan kepada si B melalui saluran C kepada si
D dengan akibat E
Effendy (2002) menerangakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu
atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan,
maupun tak langsung melalui media. Selain itu, Cangara (2006) mengutip Book
(1980) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu interaksi, proses simbolik yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun
hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan
sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku
itu. Beberapa definisi tersebut memiliki kesamaan yang menunjukan bahwa
komunikasi berhubungan dengan proses dan informasi. Kedua kata tersebut
merupakan kunci dalam komunikasi. Kincaid (1976) dikutip oleh Lubis (2010)
menjelaskan mengenai komunikasi yaitu :

6

1. Tidak semua komunikasi adalah komunikasi antar manusia
2. Tidak semua peserta komunikasi harus hadir pada saat yang sama
3. Informasi dapat diciptakan, disimpan, diproses, diinterpretasikan, diambil
kembali, sehingga komunikasi dapat berlangsung melampaui batasan ruang
dan waktu
4. Tidak semua komunikasi berlangsung dengan kata
5. Komunikasi tidak selalu memerlukan dua orang atau lebih partisipan
6. Berfikir adalah salahsatu bentuk komunikasi karena berfikir adalah berbicara
dengan diri sendiri
Dari penjelasan mengenai definisi komunikasi tersebut terlihat bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator atau sumber
kepada komunikan atau penerima melalui suatu saluran dan menciptaan suatu
pengertian atau kesamaan makna antara komunikator dan komunikan serta
menimbulkan suatu akibat dari hasil proses komunikasi tersebut di mana peserta
komunikasi tidak selalu memerlukan dua orang atau lebih dan harus hadir pada
saat yang sama.
Beberapa definisi komunikasi tersebut terlihat bahwa komunikasi memiliki
beberapa unsur yang terdapat dalam proses komunikasi itu sendiri. Lubis (2010)
mengutip Berlo (1960) menjelaskan bahwa unsur komunikasi adalah sumber,
penerima, pesan, saluran, akibat, umpan-balik. Sumber yaitu orang atau
sekelompok orang yang sengaja dan bertujuan untuk berkomunikasi. Semua
peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat pesan atau
informasi. Pada komunikasi antarmanusia, sumber terdiri dari satu orang atau juga
dalam bentuk kelompok mapupun organisasi. Penerima yaitu orang atau
sekelompok orang pada sisi lain proses komunikasi dimana penerima merupakan
sasaran dari komunikasi.
Penerima merupakan pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber dimana penerima terdiri satu orang atau lebih. Keberadaan penerima
adalah akibat dari adanya sumber sehingga tidak akan ada penerima jika tidak ada
sumber. Pesan adalah sesuatu yang dikirimkan sumber kepada penerima. Sesuatu
tersebut disalurkan dalam bentuk pesan. Pesan dapat berupa ide atau tujuan yang
dikemukakan dalam bentuk kode atau kumpulan simbol yang tersusun secara
sistematis. Pesan dapat disampaikan melalui cara tatap muka atau melalui media
komunikasi lainnya. Isi pesan dapat berupa hiburan, informasi, pengetahuan dan
lainnya.
Saluran komunikasi merupakan moda membuat kode dan menerjemahakan
kode dari pesan, kendaraan pesan dan pembawa pesan. Saluran merupakan alat
yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Bentuk
dari saluran komunikasi dapat berbeda-beda seperti dalam komunikasi
antarpribadi pancaindera manusia dianggap sebagai media saluran komunikasi.
Pada komunikasi massa, saluran komunikasi yaitu alat yang dapat
menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka dimana setiap
orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Cangara (2006) menjelaskan
bahwa saluran pada komunikasi massa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
saluran media cetak dan elektronik. Saluran media cetak yaitu koran, majalah,
buku leaflet dan lainnya. Sedangkan saluran media elektronik yaitu radio, televisi,
komputer dan lainnya. Akibat adalah hasil dari komunikasi atau respon dari

7

penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh sumber. Perbedaan antara apa
yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sesudah menerima pesan.
De Fleur (1982) yang dikutip oleh Cangara (2006) menerangkan bahwa
akibat dari proses komunikasi terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku
seseorang sehingga akibat dapat diartikan sebagai perubahan atau penguatan
keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat dari
penerimaan pesan atau informasi. Umpan-balik yaitu respon dari penerima yang
diterima oleh sumber. Dengan adanya penjelasan mengenai unsur-unsur
komunikasi tersebut menegaskan bahwa komunikasi merupakan suatu proses di
mana terdapat serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan
serta berkaitan satu sama lain dalam kurun waktu tertentu (Riswandi, 2009).
Komunikasi tergantung pada tujuan yang akan dicapai pada proses
kegiatan tersebut. Terdapat perbedaan pandangan mengenai tujuan dari
komunikasi menurut Berlo (1960), DeVito (2001) dan Tubbs dan Moss (1973)
yang dikutip oleh Lubis (2010). Berlo (1960) menjelaskan bahwa terdapat tiga
tujuan dari komunikasi yaitu memberitahu, membujuk dan menghibur.
Memberitahu yaitu komunikasi ditujukan untuk menyampaiakan suatu hal
(gagasan, pemikiran dan perasaan).
Membujuk yaitu komunikasi digunakan untuk mengubah perasaan. Pada
hal ini komunikasi tidak hanya menekankan untuk mempengaruhi pikiran namun
juga emosi seseorang dan menghibur yaitu komunikasi digunakan untuk
menyenangkan orang lain. DeVito (2001) menjelaskan bahwa komunikasi
memiliki empat tujuan diataranya adalah penemuan diri, memulai dan memelihara
hubungan dengan orang lain, mengubah perilaku, dan bermain dan menghibur
diri. Tujuan komunikasi lainnya yaitu menurut Tubbs dan Moss (1973) yaitu
agar komunikan memperoleh pemahaman yang tepat terhadap pesan yang
disampaikan oleh komunikator, menyenangkan pelaku-pelaku komunikasi,
mempengaruhi sikap komunikan, memperbaiki hubungan antar manusia,
mempengaruhi tindakan komunikan ke arah yang diharapkan oleh komunikator.
Riswandi (2009) mengatakan bahwa model adalah suatu gambaran yang
sistematis dan abstrak yang menggambarkan potensi-potensi tertentu yang
berkaitan dengan berbagai aspek dalam suatu proses. Model merupakan
representasi suatu fenomena baik nyata maupun abstrak dengan menonjolkan
unsur terpenting pada fenomena tersebut dan dapat dikatakan sempurna jika
mampu untuk memperlihatkan semua aspek yang mendukung terjadinya suatu
proses. Model dalam komunikasi merupakan alat untuk mempermudah penjelasan
mengenai komunikasi. Riswandi (2009) menyebutkan bahwa model merupakan
gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori dengan kata lain
teori yang disederhanakan.
Mugniesyah (2010) menerangkan terdapat tiga tipologi model komunikasi
menurut Tubbs dan Moss (1983) serta DeVito (1996) yaitu model transaksional,
interaksional dan linear. Pada tipologi model interaksional, pembicara dan
pendengar berbicara dan mendengar secara bergantian. Ketika sumber berbicara
dan penerima mendengarkannya. Ketika penerima kemudian berbicara maka
giliran pembicara yang mendengarkannya sehingga komunikasi berlangsung dua
arah. Model komunikasi pada komunikasi interaksional yaitu model Schramn dan
model Watzlawick, Beavin dan Jackson. Riswandi (2009) mengatakan bahwa
model komunikasi Schramn terdiri dari tiga unsur komunikasi yaitu sumber,

8

pesan dan sasaran. Sumber dapat berupa individu atau organisasi. Pada model
Schramn memisahkan antara source dan encoder
maupun decoder dan
destination.
Pada model Watzlawick, Beavin, dan Jackson menerangkan bahwa peserta
komunikasi befungsi menjadi sumber dan penerima secara bergantian.
Komunikasi pada model ini yaitu suatu proses yang melakukan kegiatan memberi
dan menerima pesan. Pada model transaksasional berlangsung jika komunikasi
dipandang dalam konteks hubungan antara dua orang atau lebih dan berlangsung
secara simultan selama pihak-pihak terlibat berkomunikasi. Tipologi model
transaksasional, setiap orang berperan sebagai pembicara dan pendengaryang
berlangsung secara simultan ketika mereka berkomunikasi. Model komunikasi
pada tipologi ini yaitu model Schramn dan model Konvergensi Kincaid. Model
Schramn melihat bahwa proses komunikasi tidak memiliki ujungpangkal serta
peserta dalam proses komunikasi memiliki kedudukan yang sederajat yaitu
sebagai interpreter, decoder dan encoder serta mengirim pesan yang saling
mempengaruhi. Model Konvergensi Kincaid adalah suatu kecenderungan bagi dua
orang atau lebih untuk bergerak menuju satu titik dengan tujuan untuk
menyatukan minat besama sehingga muncul pemahaman bersama.
Pada komunikasi linear, proses komunikasi dimulai dari sumber
menciptakan pesan yang dikirim agar menimbulkan pengaruh kepada penerima
sehingga komunikasi berlangsung searah dan sumber kepada penerima.
Komunikasi linier terbagi menjadi beberapa model komunikasi yaitu model
Aristoteles, model Lasswell, model Shanon dan Weaver, Model Katz dan
Lazarfeld, model Berlo, dan model Rogers dan Shoemaker. Pada model
Aristoteles terdiri dari tiga unsur komunikasi yaitu pembicara, pesan, dan
pendengar. Sumber merupakan orang yang melakukan atau menyampaikan pesan
atau informasi dan penerima merupakan orang yang menerima pesan sedangkan
pesan adalah sesuatu yang disampaikan sumber kepada penerima. Model
Aristotele tidak terdapat unsur media karena pada masa tersebut media
komunikasi belum tersedia. Pada model ini, komunikasi merupakan aktivitas
verbal dimana pembicara berusaha membujuk pendengarnya agar tujuannya
tercapai yang dilakukan melalui keterampilan dalam menyampaikan pendapat
atau argumen kepada khalayak. Model komunikasi Aristotele menekankan bahwa
komunikas merupakan aktivitas verbal dengan tujuan agar para pendengar dapat
terbujuk dengan argumen yang disampaiakan oleh pembicara.
Model Lasswell memiliki pandangan lain dalam melihat proses
komunikasi. Unsur komunikasi pada model Laswell terdiri dari who, what,
channel, whom dan effect. Unsur komunikasi who merupakan sumber yang
mampu untuk mengendalikan pesan berasal. Unsur what merupakan pesan dimana
pesan tersebut akan disalurkan melalui unsur channel yang merupakan saluran
komunikasi dan akan diterima oleh unsur whom yaitu penerima pesan. Unsur
effect merupakan hasil atau pengaruh yang ditimbulkan dari komunikasi. Pada
model ini, arus pesan terjadi searah dari sumber atau who menuju penerima atau
whom dan melihat bagaimana akibat atau efek yang ditimbulkan setelah menerima
pesan dari sumber tanpa melihat bagaimana timbal balik dari akibat tersebut
terhadap sumber pesan. Riswandi (2009) menyatakan bahwa model komunikasi
Lasswell lebih menekankan bagaimana melihat pengaruh terhadap khalayak dan

9

mengabaikan faktor umpan balik. Model komunikasi Lasswell lebih banyak
diterapkan dalam komunikasi massa.
Selain itu, model komunikasi Shanon dan Weaver memandang bahwa
dalam proses komunikasi terdapat noise atau gangguan. Proses komunikasi
menurut model ini yaitu sumber informasi (information source) memilih sebuah
pesan dan dikirim melalui alat pengirim atau transmiter. Transmiter tersebut
mengubah pesan menjadi sinyal dan masuk ke dalam saluran yang sesuai dengan
sinyal. Pada unsur saluran atau channel ini terdapat gangguan atau noise yang
dapat mengganggu bentuk pesan. Gangguan atau noise menurut Riswandi (2009)
adalah setiap stimulus tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat menganggu
kecermatan pesan. Proses selanjutnya yaitu saluran atau channel tersebut
mengubah kembali menjadi sinyal yang akan sampai kepada penerima dalam
bentuk pesan dan menyalurkannya ke tujuan (destination). Dalam model Shannon
dan Weaver setiap informasi atau pesan yang disampaikan tujuan seperti untuk
menambah pengetahuan, mengubah sikap, dan perilaku.
Model komunikasi linear lainnya yaitu model Katz dan Lazarsfeld yang
lebih dikenal dengan model komunikasi dua tahap. Pada tahap pertama informasi
atau pesan dikirim dari sumber kepada pemuka pendapat melalui media massa dan
pada tahap kedua pesan akan dikirim dari pemuka pendapat kepada khalayak atau
anggota masyarakat yang menjadi anggota masyarakat dari pemuka pendapat
tersebut. Model komunikasi selanjutnya yaitu model Berlo yang dikenal dengan
model SMCR (Source, Message, Channel, Receiver). Pada model ini menganggap
bahwa sumber yaitu pihak yang memproduksi pesan maupun penerima sebagai
penerjemah pesan merupakan satu kesatuan.
Proses komunikasi pada model ini yaitu sumber akan menyandikan
menjadi sebuah pesan dan pesan tersebut dikirim melalui suatu saluran
selanjutnya pesan tersebut akan diterjemahkan oleh penerima. Selanjutnya Rogers
dan Shoemaker mengungkapkan bahwa proses komunikasi memiliki unsur
SMCRE (Source, Message, Channel, Receiver, Effect) di mana alur pada model
komunikasi ini tidak berbeda jauh dengan model komunikasi Berlo. Namun pada
model SMCRE terdapat efek atau pengaruh pada penerima yang ditimbulkan dari
proses komunikasi. Pada model komunikasi SMCRE banyak digunakan dalam
kegiatan penyuluhan pertanian karena dianggap relevan dengan adopsi inovasi.
Efektivitas Komunikasi
Efektivitas komunikasi dapat menentukan keberhasilan dalam kegiatan
penyuluhan. Komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat menyampaikan apa
yang dimaksudkannya. Tubbs dan Moss (1996) seperti yang dikutip Ropiah
(2010) menyatakan bahwa komunikasi efektif adalah komunikasi di mana makna
yang distimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator.
Bila S adalah pengirim dan R adalah penerima pesan, maka komunikasi
dikatakan efektif jika responyang diinginkan S dan R sama.

Schramn dan Forter (1973) yang dikutip Purwatiningsih (2013)
menyebutkan bahwa efektivitas komunikasi ditujukkan oleh kondisi saling

10

melengkapi antara komunikan secara umum dengan penggunaan media
komunikasi dalam mengantarkan suatu perubahan. Effendy (2002) menerangkan
dalam efektivitas komunikasi terdapat kesamaan makna antara pengirim dan
penerima mengenai pesan dan menimbulkan tiga dampak yaitu kognitif, afektif
dan behavioral.
Dampak kognitif merupakan adanya peningkatan pengetahuan bagi
penerima yang diakibatkan oleh pesan yang diterimanya. Pengetahuan akan
mempengaruhi seseorang dalam membentuk sikap. Mantra (1984) seperti yang
dikutip Syadzali (2007) mengungkapkan bahwa pengetahuan seseorang akan
menentukan sikap menerima atau menolak kemudian akan berperilaku mengenai
sesuatu yang dianggap positif baginya. Adanya dampak afektif menyebabkan
terjadinya perubahan sikap pada diri penerima yang diakibatkan pesan yang
diterima. Sikap menggambarkan respon seseorang terhadap suatu stimulus yang
diterimanya. Zenden (1984) dalam tulisan Syadzali (2007) menyebutkan sikap
merupakan penilaian atau perasaan seseorang terhadap orang lain, peristiwa,
kegiatan dan pendapat orang lain dan lain-lain. Dampak behavioral yaitu adanya
perubahan tindakan yang terjadi pada penerima. Berlo (1960) seperti yang dikutip
Purwatiningsih (2013) mengemukakan bahwa komunikasi akan berjalan efektif
apabila ketepatan dapat ditingkatkan dan gangguannya (noise) dapat diperkecil.
Hal tersebut dapat terjadi jika :
1. Seorang komunikator harus memiliki keterampilan berkomunikasi, bersikap
positif terhadap komunikan dan pesan yang disampaikan serta mapu
menyesuaikan diri dengan sistem sosial budaya.
2. Seorang komunikan harus memiliki kemampuan berkomunikasi, bersikap
positif terhadap komunikator dan pesan yang disampaikan, memahami isi
pesan yang disampaikan serta perilaku kebiasaan dalam menerima dan
menafsirkan pesan.
3. Pesan yang disampaikan harus memenuhi persyaratan kode atau bahasa pesan,
kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi serta pemilihan dan
pengetahuan bahasa dan isi pesan.
4. Media komunikasi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sesuai
dengan isi pesan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta efisien
dalam memilih media. Prinsip penggunaan media harus dapat dilihat, didengar,
disentuh, dicium, dan dirasakan.
Selain itu, komunikasi akan berjalan efektif jika komunikator
menyesuaikan komunikasinya dengan komunikan yaitu memahami kepentingan
komunikator, kebutuhan, pengalaman, kesulitan dan kecakapannya. Tubbs dan
Moss (1974) dikutip oleh Rachmat (2001) mengemukakan bahwa komunikasi
yang efektif memiliki lima tanda yaitu :
1. Pengertian yaitu penerimaan yang cermat dari isi pesan yang disampaikan
komunikator sehingga tidak terjadi kesalah penafsiran pesan oleh komunikan.
2. Kesenangan yaitu suasana yang menjadikan hubungan menjadi hangat, akrab
dan menyenangkan. Tingkat kesenangan dalam berkomunikasi berkaitan erat
dengan perasaan terhadap orang yang berinteraksi.
3. Mempengaruhi sikap, yaitu kemampuan persuasif komunikator dalam
menyampaikan pesan yang menimbulkan efek pada diri komunikan.

11

4. Hubungan sosial yang baik yaitu tumbuhnya perasaan ingin bergabung dengan
orang lain, ingin mengendalikan dan dikendalikan.
5. Tindakan yaitu tindakan nyata yang dilakukan komunikan setelah terjadi
pengertian, pembentukan dan perubahan sikap serta tumbuhnya hubungan yang
baik.
Efektivitas kegiatan penyuluhan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Jahi dan Kurniawan (2005) dapat dilihat melalui pencapaian tujuan dari kegiatan
yang dilakukan dalam penyuluhan tersebut sehingga tidak hanya berpatokan pada
indikator yang ditetapkan pemerntah. Indikator keberhasilan kegiatan penyuluhan
telah diatur dalam pertauran pemerintah. Terdapat sembilan indikator keberhasilan
PPL yang tercantum dalam SK Menteri Pertanian No. 671 yaitu :
1. Penyebarluasan informasi yaitu tugas seorang penyuluh untuk menyampaikan
informasi tentang teknologi maupun kebijakan pemerintah di bidang
pembangunan pertanian.
2. Memfasilitasi penumbuhkan dan pengembangkan kelompok/Gapoktan adalah
tugas penyuluh untuk memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan
kelompok dan gabungan kelompoktani.
3. Memotivasi petani/kelompoktani adalah tugas penyuluh untuk selalu
membangkitkan semangat petani/kelompoktani untuk mengembangkan
komoditas usahatani yang ditekuni.
4. Bimbingan pemecahan masalah adalah tugas penyuluh untuk membina dan
memfasilitasi pemecahan masalah yang tidak bisa dilakukan oleh
petani/kelompoktani.
5. Menginventarisasi/mengidentifikasi
adalah
tugas
penyuluh
untuk
menginventarisasi/ mengidentifikasi monografi dan potensi dan agroekosistem.
6. Memfasilitasi forum penyuluhan adalah tugas penyuluh untuk memfasilitasi
proses pembelajaran petani dan keluarganya.
7. Pengembangan swadaya dan swakarsa adalah tugas penyuluh untuk
mengarahkan sasaran menuju swadaya dan swakarsa dalam melaksanakan
kegiatannya.
8. Kelengkapan administrasi adalah tugas penyuluh untuk selalu membuat
laporan dan mencatat permasalahan dan upaya pemecahan masalah petani/
kelompoktani.
9. Bimbingan penerapan teknologi adalah tugas penyuluh untuk selalu membantu
petani dalam meningkatkan pendapatan.
Komunikasi Penyuluhan Pertanian
Kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia telah dilakukan sejak zaman
penjajahan Belanda yang ditujukan meningkatkan produksi hasil pertanian untuk
memenuhi kebutuhan penjajah dan pribumi. Kegiatan penyuluhan pertanian terus
dilakukan hingga zaman sekarang, terutama untuk mendorong pembangunan
pertanian tidak hanya dalam peningkatan produksi hasil pertanian saja, namun
juga pengembangan sumberdaya manusia yang terkait pada sektor pertanian. Ban
dan Hawkins (1999) menerangkan bahwa kegiatan penyuluhan merupakan
keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar
dengan tujuan membantu sesamanya dalam memeberikan pendapat sehingga bisa
membuat keputusan yang benar.

12

Menurut Mugniesyah (2006) mengutip Maunder (1972) penyuluhan
adalah perpanjangan dari pelayanan yang menyebarluaskan keunggulan hasil
suatu institusi pendidikan kepada orang-orang yang tidak dapat mengikuti
kegiatan pendidikan tersebut dengan cara yang reguler. Wiriaatmadja (1973)
mengungkapkan bahwa definisi penyuluhan pertanian adalah suatu sistem
pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, di mana
mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan
sendiri masalah-masalah yang dihadapainya secara baik, menguntungkan dan
memuaskan. Hal tersebut menjelaskan bahwa tugas utama penyuluh yaitu
membantu petani dalam pengambilan keputusan.
Penyuluhan pertanian merupakan suatu bentuk pendidikan yang cara,
bahan, dan sarananya disesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan
sasaran sehingga penyuluhan dapat disebut dengan pendidikan nonformal.
Kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia berada dalam suatu organisasi yang
dikelola di bawah departemen pertanian. Peraturan sistem penyuluhan di
Indonesia tertuang dalam Undang-undang nomor 16 tahun 2006 Tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K). Pada Bab I pasal 1
menyebutkan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian selain ditujukan sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan juga
menekankan pada peningkatan kesejahteraan, serta kesadaran dalam pelestarian
lingkungan hidup. Penjelasan tersebut menegaskan kegiatan penyuluhan pertanian
merupakan suatu bentuk pendidikan nonformal bagi keluarga petani di pedesaan
tidak hanya untuk meningkatkan produksi hasil pertanian pada usahataninya
namun juga peningkatan kesejahteraan di mana penyuluh memiliki tugas utama
agar para petani memiliki kemampuan dalam memilih keputusan dan
menyelesaikan sendiri terhadap maslah-masalah yang dihadapinya.
Metode penyuluhan digunakan untuk membantu petani dalam membentuk
pendapat dan mengambil keputusan. Pemilihan penyuluh dalam mengambil satu
metode penyuluhan tergantung pada situasi kerjanya. Wiriaatmadja (1973)
menjelaskan bahwa penggunaan metoda penyuluhan harus didasarkan pada
beberapa persyaratan yaitu sesuai dengan keadaan sasaran, cukup dalam jumlah
dan mutu, tepat mengenai sasaran dan pada waktunya, amanat harus mudah
diterima dan dimengerti, serta pembiayaan murah. Ban dan Hawkins (1999)
membagi metode penyuluhan menjadi tiga yaitu metode kelompok, penyuluhan
individu dan media massa. Metode penyuluhan berpengaruh terhadap komunikasi
yang digunakan pada metode tersebut. Wiriaatmadja (1973) mnerangkan bahwa
terdapat hubungan antara metode penyuluhan dengan tahap komunikasi yang
digunakan. Pada metode dengan menggunakan media massa atau penyuluhan
massal tahap komunikasi yang terjadi yaitu untuk menggugah hati dan menarik
perhatian sasaran. Tahapan komunikasi pada metode penyuluhan kelompok yaitu
meyakinkan dan membangkitkan keinginan sedangkan pada penyuluhan individu,
tahapan komunikasi yang terjadi adalah menggerakan usaha.
Media menurut Ruben (1992) adalah alat-alat teknologi yang
meningkatkan
kemampuan
alamiah
manusia
untuk
menciptakan,
mentransmisikan, menerima, serta memproses pesan komunikasi baik secara
visual, terdengar, tercium, terperaga, terasa atau tersentuh. Penggunaan media
massa seperti radio, majalah, leaflet, dan surat kabar pada kegiatan penyuluhan
dinilai efektif karena menjangkau khalayak luas namun penggunaan media massa

13

memberikan sedikit kesempatan bagi petani untuk berinteraksi atau memberikan
umpan balik dengan penyuluh.
Penggunaan media massa mampu untuk menarik perhatian atau
menyadarkan adanya informasi atau pesan terkait usatani kepada para petani. Van
Den Ban dan Hawkins (1999) menjelaskan bahwa penggunaan media massa
efektif untuk menyadarkan para petani tentang informasi inovasi pertanian namun
media kurang berpengaruh ketika pada tahap pengambilan keputusan. Hal tersebut
diakibatkan karena pengirim dan penerima pesan cenderung menggunakan prosesproses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan mengalami
distorsi. Proses tersebut meliputi publikasi selektif, perhatian selektif, persepsi
selektif, daya ingat selektif, penerimaan selektif, dan diskusi selektif.
Selain itu, cara penyampaian pesan melalui media massa mempengaruhi
terhadap keefektifan penyuluhan. Pesan yang disampaikan harus mudah untuk
dimengerti sehingga petani paham dengan mudah mengenai informasi yang
diberikan. Terdapat empat faktor menurut Ban dan Hawkins (1999) agar pesan
atau informasi mudah untuk dimengerti yaitu bahasa yang digunakan sederhana
dimana pada penggunaan istilah-istilah teknis diterangkan dengan menggunakan
kalimat-kalimat yang singkat dan jelas, menggunakan kata-kata sehari-hari, susun
dan rangkaikan perbedaan pendapat dengan jelas di mana gagasan disajikan
dengan menonjolkan tema utama, nyatakan hal-hal pokok dengan singkat, jadikan
tulisan menarik untuk dibaca dengan menggunakan gaya penulisan yang menarik,
memberi inspirasi untuk mempertahankan minat pembaca.
Penentuan jumlah sasaran penyuluhan mempengaruhi dalam pemilihan
saluran atau media massa yang digunakan. Van Den Ban dan Hawkins (1999)
mengemukakan bahwa terdapat tiga pola dalam perkembangan teknik komunikasi
massa yaitu penambahan skala, pengurangan skala, dan sentuhan pribadi.
Penambahan skala yaitu media yang digunakan bertujuan untuk menambah
jumlah orang seperti contoh dengan menggunakan media televisi. Pengurangan
skala yaitu menggunakan media atau alat komunikasi yang disesuaikan dengan
kelompok kecil. Sedangkan sentuhan pribadi yaitu penyebaran informas yang
dapat menyebar dengan luas dan cepat sehingga orang dapat memilih informasi
teknis secara spesifik dan umum sesuai dengan keinginan masing-masing.

Tabel 1 Perbedaan karakteristik antara media massa dan komunikasi interpersonal
No. Karakteristik

Saluran Interpersonal

1.
2.
3.
4.
5.

Cenderung dua arah
Saling berhadapan
Relatif lambat
Tinggi
Rendah

Saluran
Media
Massa
Cenderung searah
Ditempatkan
Relatif cepat
Rendah
Tinggi

Tinggi

Rendah

6.

Arus pesan
Konteks komunikasi
Kecepatan penyampaian pesan
Biaya per orang yang bisa dijangkau
Kemungkinan
diabaikan
oleh
pembaca/pemirsa
Kemungkinan untuk menyesuaikan
pesan dengan pembaca/pemirsa

Sumber : Rogers dan Shoemaker (19712)

2

AW. Van Den Ban dan H.S Hawkins (1998) dalam Penyuluhan Pertanian

14

Metode penyuluhan kelompok seperti ceramah, demonstrasi dan diskusi
kelompok memungkinkan adanya umpan balik sehingga mengurangi salah
pengertian dalam menerima pesan atau informasi dari penyuluh. Dari hal tersebut
terlihat bahwa metode penyuluhan kelompok lebih menguntungkan jika dibanding
dengan menggunakan media massa karena kemungkinan petani mengerti akan
pesa atau informasi lebih besar. Penyuluhan kelompok mampu untuk memberikan
ruang bagi peserta untuk berinteraksi sehingga terjadi pertukaran pengalaman
yang mungkin dapat bermanfaat bagi kegiatan usahatani. Menurut Van Den Ban
dan Hawkins (1999) dalam tulisannya mengungkapkan bahwa metode kelompok
sering mencapai kelompok sasaran karena hanya petani yang betul-betul berminat
pada penyuluhan yang hadir dalam pertemuan. Salah satu metode penyuluhan
individu yang paling penting yaitu dialog karena pada metode ini penyuluh dan
petani dapat berinteraksi sehingga terjadi umpan-balik dari petani ke penyuluh
sehingga pola komunikasi menjadi komvergen.
Terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan mengani penggunaan
metode penyuluhan individu menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999) yaitu:
Tabel 2 Keuntungan dan kekurangan metode penyuluhan individu
No.
1.

2.

3.

4.

Keuntungan
Memberikan
informasi
yang
diperlukan untuk memecahkan
masalah khusus
Memberikan kesempatan kepada
penyuluh untuk mengetahui kondisi
petani dengan baik terutama ketika
melakukan kunjungan rumah
Penyuluh dapat memberitahu petani
untuk menjernihkan pikirannya dan
memilih beberapa tujuan yang
masih simpangsiur
petanidapat
meningkatkan
kepercayaan terhadap penyuluh

Kekurangan
Membutuhkan biaya besar dalam bentuk
curahan waktu
Ket

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMUNIKASI KELOMPOK TERHADAP EFEKTIVITAS PENYULUHAN PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI CITARUM DESA KEDUNGMALANG KECAMATAN PAPAR KABUPATEN KEDIRI

1 8 56

PERBANDINGAN KEBUTUHAN PENYULUHAN PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI SIDO MAKMUR DI KECAMATAN SUMBER PUCUNG DAN KELOMPOK TANI LESTARI WIDODO KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR

0 27 17

Pola Komunikasi Kelompok Tani Dewa Family (studi Deksriptif Mengenai Pola Komunikasi Kelompok Tani Di Desa Pairlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat Dalam Meningkatkan Hasil Pertanian)

0 18 1

Organisasi Kelembagaan Penyuluhan Pertanian dan Proses Difusi Inovasi Pertanian dalam Kelompok Tani (Kasus di WKBPP PAnjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)

0 4 95

Efektivitas Komunikasi Penyuluh Pertanian di Tingkat Kelompok Tani Berdasarkan Faktor-faktor Motivasi Kondusif di Kabupaten Sukabumi

0 7 178

Efektivitas Penyuluhan PHT melalui Pendekatan Sekolah Lapang (Studi Kasus Kegiatan SLPHT di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

0 11 96

Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Kelompok Tani di Desa Margamulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat)

0 11 106

Kepemimpinan Kontaktani dalam Meningkatkan Efektivitas Kelompok Tani : Kasus pada Kelompok Tani di Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 5 107

TARI DALAM KESENIAN ANGKLUNG LANDUNG DI DESA MARGALUYU KECAMATAN MANONJAYA KABUPATEN TASIKMALAYA.

1 6 35

ANALISIS KERAJINAN GOLOK GALONGGONG DI DESA CILANGKAP, KECAMATAN MANONJAYA, KABUPATEN TASIKMALAYA.

5 31 30