Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan
rnd
p
Petunjuk Teknis
•
amlnan
ali an
368.38
Ind
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretaris
p
Jenderal, Kementerian Kesehatan RI
Petunjuk teknis jaminan persalinan Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2011
1. Judul
I. HEALT INSURANCE II. DELIVERY
OF HEALTH CARE
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayahNya maka Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan dapat
diselesaikan dengan baik.
Petunjuk teknis ini disusun sebagai acuan penyelenggaraan
Jaminan Persalinan oleh semua pihak agar mempunyai kesamaan
pemahaman dalam pelaksanaannya sehingga dapat mempercepat
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan dan MDGs khususnya
penurunan AKI dan AKB. Pelaksanaan Jaminan Persalinan ini
terintegrasi dengan Jamkesmas, dengan demikian petunjuk teknis
Jaminan Persalinan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas .
Penyusunan petunjuk teknis ini melibatkan berbagai pihak, lintas
program, lintas sektor, profesi terkait dan para pakar, agar sesuai
dengan kebutuhan pada tingkat operasional di lapangan, yakni
pengaturan yang sederhana tetapi jelas dan tetap menjunjung
akuntabilitas. Kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusinya dalam penyusunan petunjuk teknis ini saya ucapkan
terimakasih.
Akhir kata, saya menyadari bahwa petunjuk teknis ini masih jauh
dari sempurna sehingga semua masukan yang konstruktif tentu
akan diterima dengan senang hati.
セ ョ。 NjS Pウゥエ。L@
II
MPHM
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
Dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan nasional serta
Millennium Development Goals (MDGs), pada
tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan
kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal).
Sebagaimana telah kita ketahui bersama dari
beberapa pencapaian tujuan pembangunan
... kesehatan nasional serta MDGs, kita
menghadapi
berbagai hal yang multi kompleks seperti masalah budaya, pendidikan
masyarakat, pengetahuan, lingkungan, kecukupan fasilitas kesehatan,
sumberdaya manusia dan lainnya. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang lebih sulit
dicapai dibandingkan target MDGs lainnya.
Oleh karena itu, upaya penurunan AKI tidak dapat lagi dilakukan dengan
intervensi biasa, diperlukan upayaupaya terobosan serta peningkatan
kerjasama lintas sektor untuk mengejar ketertinggalan penurunan AKI
agardapat mencapai target MDGs.
Salah satu faktor yang penting adalah perlunya meningkatkan akses
masyarakat terhadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan
kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki
jaminan persalinan .
iii
Jaminan Persalinan ini diberikan kepada semua ibu hamil agar
dapat mengakses pemeriksaan persalinan, pertolongan persalinan,
pemerikasaan nifas dan pelayanan KB oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan sehingga pada gilirannya dapat menekan angka kematian ibu
dan bayi.
Fasilitas pelayanan persalinan diberikan di pelayanan tingkat
pertama pada Puskesmas dan Puskesmas PONED serta jaringannya
termasuk Polindes, Poskesdes dan Fasilitas Kesehatan Swasta yang
melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam program in i. Pelayanan
persalinan tingkat lanjutan diberikan di fasilitas perawatan kelas III di
Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang bekerjasama dalam program
Jamkesmas.
Saya menyambut baik diterbitkannya Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan ini untuk digunakan sebagai acuan penyelenggaraan program
Jaminan Persalinan. Petunjuk teknis ini tidak hanya perlu diketahui oleh
institusi seperti Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota, seluruh fasilitas
kesehatan yang memberikan pelayanan jaminan persalinan , namun juga
perlu diketahui oleh masyarakaULSM agar dapat membantu pemerintah
dalam penyelenggaraan jaminan persalinan yang benar, transparan dan
akuntabel. Petunjuk teknis jaminan persalinan ini merupakan bagian tak
terpisahkan dari Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) .
Petunjuk Teknis ini telah disusun bersamasama secara lintas
sektor dan lintas program serta masukan dari ikatan profesi dan pelaksana
program di daerah . Kepada semua pihak yang memberikan kontribusinya
saya ucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya.
ayu Sedyaningsih , MPH,Dr.PH
IV
セ@
BkkbN
KEPALA BADAN KEPENDLIDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
Program Keluarga Berencana Nasional merupakan
rangkaian pembangunan kependudukan dan
keluarga kecil yang berkualitas sebagai langkah
penting dalam mencapai pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan ini diarahkan kepada
upaya pengendalian kuantitas penduduk melalui
keluarga berencana, serta peningkatan
kualitaspenduduk melalui perwujudan keluarga kecil
yang berkualitas.
Dalam rangka menurunkan laju pertumbuhan penduduk (LPP),
diantaranya dengan melakukan Revitalisasi KB yang antara lain
merupakan salah satu program prioritas utama yang tertuang dalam Inpres
Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional, dan juga merupakan salah satu sasaran MDG's
ke5 khususnya 5B dengan indikator yaitu meningkatkan CPR
(Contraceptive Prevalence Rate) modern menjadi 65%; menurunkan
unmetneed KB menjadi 5%; dan menurunkan angka kehamilan remaja
15%; pada tahun 2015. Dengan indikatorindikator tersebut, KB sangat
menentukan keberhasilan pencapaian sasaran MDGs 5B.
Dalam upaya mendukung penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs
keempat dan kelima, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah
meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) di tahun 2011 yang
v
terintegrasi dengan pelayanan KB. Dengan adanya kebijakan Jampersal
yang terintegrasi tersebut , pelayanan KB lebih diarahkan kepada
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) IUD, AKBKfsusuk KB, MOP dan
MOW. Agar Jampersal dapat berhasil dengan baik, BKKBN akan
mendukung sepenuhnya dalam penyediaan alatlobat kontrasepsi dan
sarana pendukung pelayanan KB; pendataan ibu hamil; Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE); KIP/Konseling saat pasca persalinan dan
pasca keguguran ; memfasilitasi pelatihan bagi dokter dan bidan
khususnya pelayanan KB MKJP.
Kepada jajaran BKKBN Provinsi diharapkan dapat mensosialisasikan
Pedoman Juknis Jampersal ini sehingga pelaksanaan di lapangan dapat
meningkatkan pemahaman tentang Program Jampersal secara utuh dan
pad a gilirannya memperkuat kinerja Program KB Nasional. Kepada
jajaran SKPD KB di Kabupaten/Kota diharapkan mampu meningkatkan
upayaupaya "demand side" sehingga para peserta yang memperoleh
pelayanan Jampersal dapat sekaligus "siap" menerima pelayanan KB
pasca persalinan dan pasca keguguran .
Dengan diterbitkannya Petunjuk Teknis Jampersal , diharapkan menjadi
acuan dalam penyelenggaraan Jampersal, dan dapat mempercepat
penurunan AKI dan AKB, sekaligus meningkatkan capaian kesertaan ber
KB untuk menurunkan LPP dalam mewujudkan Visi "Penduduk Tumbuh
Seimbang Tahun 2015".
vi
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 631/MENKES/PERlII1I2011
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSAll NAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a. bahwa dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu dan anak dan mempercepat
pencapaian lVIillenium Development Goals
(MDG's) , perlu meningkatkan akses
terhadap pelayanan persalinan oleh dokter
atau bidan melalui jaminan pembiayaan
dalam Program Jaminan Persalinan;
b. bahwa agar Program Jaminan Persalinan
dapat berjalan efektif dan efisien, perlu ada
petunjuk teknis ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Petunjuk
Teknis Jaminan Persalinan;
VII
Mengingat
1. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor4286);
2. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan I\legara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4355);
3. UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4400);
4. UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor4431);
5. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tarnbahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir
dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
viii
6. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
7. UndangUndang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4456);
8. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
9. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sa kit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
ix
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor4741);
13. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah NasionalTahun 20102014 ;
14. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi , Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara ;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkesl Per/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
0211Menkesl SK/I/2011 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 20102014;
x
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PER AT U RAN MEN T E R IKE S E HAT A N
TENTANG PETUNJUK TEKNIS JAMINAN
PERSALINAN.
Pasal1
Pengaturan Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan bertujuan untuk
memberikan acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak terkait yang
menyelenggarakan Program Jaminan Persalinan dalam rangka:
a. Meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, dan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan.
b. Meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan.
c. Meningkatkan cakupan pelayanan Keluarga Berencana (KB)
pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
d. Meningkatkan cakupan penanganan komplikasi ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan .
e. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel.
Pasal 2
Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini.
Pasal 3
(1) Pembiayaan pelayanan persalinan yang dijamin oleh Jaminan
Persalinan dilaksanakan mulai 1 Januari 2011.
(2) Pelayanan persalinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang diberikan sejak 1 Januari 2011 dapat diklaim
XI
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal2.
Pasal4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal1 April2011
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011
NOMOR 188
xii
DAFTAR lSI
ii
iii
v
vii
xiii
xv
Kata Pengantar
Sambutan Menteri Kesehatan
Sambutan Kepala BKKBN
Peraturan Menteri Kesehatan
Daftar lsi
Daftar Istilah dan Singkatan
BABI
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
B Sasaran
C Kebijakan Operasional
D Pengertian
3
3
5
RUANG LlNGKUP JAMINAN PERSALINAN
A Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama
B Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
7
8
セket@
9
セnfat
JAMINAN PERSALINAN
BAB IV PENDANAAN JAMINAN PERSALINAN
A Ketentuan Umum Pendanaan
B Sumber dan Alokasi Dana
C Penyaluran dana
D Besaran Tarif Pelayanan
E Pengelolaan Dana
F Kelengkapan Pertanggungjawaban/Klaim
G Pemanfaatan Dana di Puskesmas,
Bidang Praktek Swasta dan Lainnya
XIII
1
11
12
13
17
18
22
25
BAB V
PENGORGANISASIAN
A Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK
28
B Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK
32
BAB VI INDIKATOR KEBERHASILAN, PEMANTAUAN
DAN EVALUASI
A. Indikator Keberhasilan
45
B. Pemantauan dan Evaluasi
46
C. Penanganan Keluhan
47
D. Pembinaan dan Pengawasan
47
E. Pencatatan , Pelaporan dan Umpan Balik
48
50
BAB VI PENUTUP
Lampiran
XIV
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
AnteNatal Care
Aparat Pengawasan Fungsional
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Angka kematian Ibu
Anka kematian Bayi
Alat Kontrapeksi bawah kulit
Angka Kematian Neonnatus
Alat Kontrapeksi Dalam Rahim
Badan kependudukan dan keluarga Berencana
nasional
Bina Administrasi Keuangan Daerah
BAKD
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bappeda
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BOK
Bantuan Operasional Kesehatan
BPK
Badan Pemeriksa Keuangan
BPKP
Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
CPR
Contraceptive Prevalence Rate
Ditjen
Direktorat Berencana
Dinkes
Dinas Kesehatan
Dirjen
Direktur Jenderal
DPR
Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Irjen
Inspektur Jenderal
Itjen
Inspektorat Jenderal
IUD
Intra Uterine Device
INA CBGs Indonesia Case Base Group
Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat
Keluarga Berencana dan Metode Kontrasepsi
KB MKJP
Jangka Panjang
ANC
APF
APBN
AKI
AKB
AKBK
AKN
AKDR
BKKBN
xv
KET
KPPN
KN 1
Kabag
Kabid
Kasubid
KB
Kemendagri
Kemenkes
Kemenkeu
Kemenko Kesra
Kehamilan Ektopik Terganggu
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Kunjungan Neonatus 1
Kepala Bagian
Kepala Bidang
Kepala SubBidang
Keluarga Berencana
Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Kesehatan
Kementerian Keuangan
Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat
KIA
Kesehatan Ibu dan Anak
KB
Keluarga Berencana
KPA
Kuasa Pengguna Anggaran
LPP
Laju Perturnbuhan Penduduk
Lokakarya Mini Pertemuan untuk penggalangan dan
pemantauan yang diselenggarakan dalam
rangka pengorganisasian untuk dapat
terlaksananya Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Puskesmas
MKJP
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Metode Operatif Pria
MOP
Metode Operatif Wanita
MOW
Millennium Development Goals, yaitu
MDGs
komitmen global untuk mengupayakan
pencapaian delapan tujuan bersama pada tahun
2015
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
P2JK
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
P2PL
Lingkungan
Program Perencanaan Persalinan dan
P4K
Pencegahan Komplikasi
XVI
SP3
Peraturan Presiden
Perjanjian Kerja Sama
PostNatal Care
Plan of Action
Pos Kesehatan Desa
Pos Pelayanan Terpadu
Pemberi Pelayanan Kesehatan
Pejabat Pembuat Komitmen
Pasangan Usia Subur
Pusat Data dan Informasi
Pusat Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Pembantu
Risiko Tinggi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional
Satuan Kerja Perangkat Daerah
Survei Kesehatan Rumah Tangga
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Surat Permintaan Pembayaran Dana
Surat Perintah MelTlbayar
Surnber Daya Manusia
Sekretaris Direktorat Jenderal
Surat Keputusan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas
SJSN
UU
Waskat
Sistem Jaminan Sosial Nasional
UndangUndang
Pengawasan melekat
Perpres
PKS
PNC
POA
Poskesdes
Posyandu
PPK
PUS
Pusdatin
Puskesmas
Pustu
Risti
RPJMN
SKPD
SKRT
SDKI
SP2D
SPM
SDM
Sesditjen
SK
SP2TP
xvii
BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
UndangUndang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) menyebutkan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin ,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Selanjutnya pada Pasal 34 ayat (3) ditegaskan bahwa negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
pada Pasal 5 ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan . Selanjutnya pada ayat (2)
ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu , dan
terjangkau . Kemudian pada ayat (3) bahwa setiap orang berhak
secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Selanjutnya
pada Pasal 6 ditegaskan
bahwa setiap orang berhak
mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat
kesehatan .
Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh
penduduk termasuk penduduk miskin dan tidak mampu,
pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya
di bidang kesehatan yang adil dan merata
1
bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan
yang setinggitingginya.
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran
hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian
Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan
kesepakatan global pencapaian MDG's (Millenium Development
Goals) pada Tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu
menurun dari 228 pada Tahun 2007 menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada
Tahun 2007 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab
langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia
(24%), infeksi (11 %), komplikasi pueperium 8%, partus macet
5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lainlain
11 % (SKRT 2001).
Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor risiko
keterlambatan (tiga terlambat), di antaranya terlambat dalam
pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh
pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat
sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan
emergensi . Salah satu upaya pencegahannya adalah
melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan.
2
Menurut hasil Riskesdas 2010 , persalinan oleh tenaga
kesehatan pada kelompok sasaran miskin (Quintile 1) baru
mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai
55,4%. Salah satu kendala penting yang dihadapi masyarakat
untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya
sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan . Jaminan
Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan
finansial bagi ibu hamil dan bersalin serta pasca persalinan
termasuk Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan, dan
pelayanan bayi baru lahir. Dengan demikian, kehadiran Jaminan
Persalinan diharapkan dapat mengurangi terjadinya tiga
terlambat tersebut sehingga dapat mengakselerasi tujuan
pencapaian MDG's terutama tujuan ke4 dan ke5
B. SASARAN
Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah :
a. Ibu hamil
b. Ibu bersalin
c. Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan)
d. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
C. KEBIJAKAN OPERASIONAL
1. Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap
jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota)
menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas .
3
2. Kepesertaan Jaminan Persalinan merupakan perluasan
kepesertaan dari Jamkesmas , yang terintegrasi dan dikelola
mengikuti tata kelola dan manajemen Jamkesmas .
3. Peserta Program Jaminan Persalinan adalah seluruh
sasaran yang belum memiliki jaminan untuk pelayanan
persalinan .
4. Peserta Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan
pelayanan di seluruh jaringan fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) di kelas III yang
memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola
Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota .
5. Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada
standar pelayanan Kesehatan Ibu danAnak (KIA).
6. Pembayaran atas pelayanan jaminan persalinan dilakukan
dengan cara klaim oleh fasilitas kesehatan. Untuk persalinan
tingkat pertama d i fasil itas kesehata n pemeri nta h
(puskesmas dan jaringannya) dan fasilitas kesehatan swasta
yang bekerjasama dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota .
7. Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani
ibu hamil/persalinan dari luar wilayahnya , tetap melakukan
klaim kepada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan setempat dan
bukan pada daerah asal ibu hamil tersebut.
8. Fasilitas kesehatan seperti Bidan Praktik , Klinik Bersalin ,
Dokter praktik yang berkeinginan ikut serta dalam program ini
melakukan perjanjian kerjasama (PKS) dengan Tim
Pengelola setempat, dimana yang bersangkutan dikeluarkan
ijin prakteknya.
4
9. Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan
prinsip portabilitas, pelayanan terstruktur berjenjang
berdasarkan rujukan, dengan demikian jaminan
persalinan tidak mengenal batas wilayah (Iihat angka 7
dan 8).
10. Tim Pengelola Pusat dapat melakukan realokasi dana
antar kabupaten/kota, disesuaikan dengan penyerapan
dan kebutuhan daerah serta disesuaikan dengan
ketersediaan dana yang ada secara nasional.
D. PENGERTIAN
1. Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan
pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas
termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan
bayi baru lahir.
2. Perjanjian Kerja Sama (PKS) adalah dokumen perjanjian
yang ditandatangani bersama antara Tim Pengelola
Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota dengan
penanggung jawab institusi fasilitas kesehatan
swasta yang mengatur hak dan kewajiban
para pihak dalam jaminan persalinan.
3. Fasilitas kesehatan adalah institusi pelayanan kesehatan
sebagai tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
TNIIPOLRI, dan Swasta.
5
4. Puskesmas PONED adalah Puskesmas yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetri
dan neonatus emergensi dasar (Referensi
Berdasarkan rujukan dari Pedoman Pengembangan
Pelayanan ObstetriNeonatal Emergensi Dasar,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2004) .
5. Rumah Sakit PONEK adalah Rumah Sakit yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetri dan
neonatus emergensi komprehensif.
6
BAB II
RUANG LlNGKUP JAMINAN PERSALINAN
Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang
berdasarkan rujukan. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan
terdiri dari pelayanan persalinan tingkat pertama dan pelayanan
persalinan tingkat lanjutan.
A. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan
berwenang memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca
persalinan, pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan
persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi tingkat
pertama.
Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan
Puskesmas PONED serta jaringannya termasuk Polindes dan
Poskesdes , fasilitas kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian
Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota .
Jenis Pelayanan Jaminan Persalinan di tingkat pertama
meliputi:
1. Pemeriksaan kehamilan
2. Pertolongan persalinan normal
3. Pelayanan nifas , termasuk KB pasca persalinan
4. Pelayanan bayi baru lahir
5. Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir
7
B. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari
pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil,
bersalin , nifas, dan bayi dengan risiko tinggi dan komplikasi,
di rumah sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat
ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
dilaksanakan berdasarkan rujukan , kecuali pada kondisi
kegawatdaruratan .
Pelayanan
tingkat
lanjutan
diberikan
di
fasilitas
perawatan kelas III di Rumah Sakit Pemerintah dan
Rumah Sakit Swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sarna
(PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.
Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi :
1. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (RISTI) dan
penyulit.
2. Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang
tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama .
3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di
Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan yang setara .
8
BAB III
PAKET MANFAAT JAMINAN PERSAll NAN
Peserta jaminan persalinan mendapatkan manfaat pelayanan yang
meliputi :
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC)
Pemeriksaan kehamilan dengan tata laksana pelayanan
mengacu pada buku Pedoman KIA. Selama harnil sekurangkurangnya ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali dengan frekuensi
yang dianjurkan sebagai berikut:
a. 1 kali pada triwulan pertama
b. 1 kali pada triwulan kedua
c. 2 kali pada triwulan ketiga
2. Persalinan normal.
3. Pelayanan nifas normal, termasuk KB pasca persalinan.
4 . Pelayanan bayi baru lahir normal.
5. Pemeriksaan kehamilan pada kehamilan risiko tingg i.
6. Pelayanan pasca keguguran.
7. Persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar.
8. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi dasar.
9. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar.
10. Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi.
11. Penanganan rujukan pasca keguguran .
12. Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET) .
13. Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif.
14. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi komprehensif.
15. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi
komprehensif.
16. Pelayanan KB pasca persalinan .
9
Tatalaksana PNC dilakukan sesuai dengan buku pedoman KIA.
Ketentuan pelayanan pasca persalinan meliputi pemeriksaan
nifas minimal3 kali.
Pada pelayanan pasca nifas ini dilakukan upaya KIE/Konseling
untuk memastikan seluruh ibu pasca bersalin atau
pasangannya menjadi akseptor KB yang diarahkan kepada
kontrasepsi jangka panjang seperti alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) atau kontrasepsi mantap/kontap (MOP dan
MOW) untuk tujuan pembatasan dan IUD untuk tujuan
penjarangan , secara kafetaria disiapkan alat dan obat semua
jenis kontrasepsi oleh BKKBN.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai , perlu dilakukan koordinasi
yang sebaikbaiknya antara tenaga di fasilitas
kesehatan/pemberi pelayanan dan Dinas Kesehatan selaku Tim
Pengelola serta SKPD yang menangani masalah keluarga
berencana serta BKKBN atau (BPMP KB) Provinsi.
10
BABIV
PENDANAAN JAMINAN PERSALINAN
Pendanaan Jaminan Persalinan terintegrasi dengan Jamkesmas.
Pengelolaan dana Jaminan Persalinan, dilakukan sebagai bagian
dari Pengelolaan dana Jamkesmas.
Pengelolaan dana Jaminan Persalinan dan Jamkesmas pelayanan
dasar (Tingkat Pertama) dilakukan oleh Dinas Kesehatan selaku Tim
Pengelola Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kota.
Pengelolaan dana jaminan persalinan dan Jamkesmas dipelayanan
rujukan dilakukan oleh Rumah SakitlKlinik yang bekerja sama
dengan Tim Pengelola
A. Ketentuan Umum Pendanaan
1. Dana Jaminan Persalinan di pelayanan dasar disalurkan ke
kabupaten/kota, terintegrasi dengan dana Jamkesmas di
pelayanan kesehatan dasar, sedangkan untuk jaminan
persalinan tingkat lanjutan dikirimkan langsung ke rumah
sakit menjadi satu kesatuan dengan dana Jamkesmas yang
disalurkan ke rumah sa kit.
2. Dana Jamkesmas dan Jaminan Persalinan merupakan
belanja bantuan sosial bersumber dari dana APBN yang
dimaksudkan untuk mendorong percepatan pencapaian
MDG's pad a Tahun 2015, sekaligus peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan termasuk persalinan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan, sehingga pengaturannya
tidak melalui mekanisme APBD, dengan demikian tidak
langsung menjadi pendapatan daerah.
3. Dana belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pad a
angka 2 adalah dana yang diperuntukkan untuk pelayanan
kesehatan peserta Jamkesmas dan pelayanan persalinan
bagi seluruh ibu hamillbersalin yang membutuhkan.
11
4 . Setelah dana sebagaimana dimaksud angka 2 dan 3,
disalurkan pemerintah melalui SP2D ke rekening Kepala
Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab program, maka
status dana tersebut berubah menjadi dana masyarakat
(sasaran), yang dititipkan di rekening Dinas Kesehatan dan
rekening Rumah Sa kit.
5. Setelah dana sebagaimana dimaksud angka 3 digunakan
oleh Puskesmas dan jaringannya, fasilitas kesehatan lainnya
serta Rumah Sakit (yang bekerjasama), maka status dana
tersebut berubah menjadi pendapatan fasilitas kesehatan .
(Iihat pengaturan pemanfaatan dana di Puskesmas)
6. Pemanfaatan dana jaminan persalinan pad a pelayanan
lanjutan mengikuti mekanisme pengelolaan pendapatan
fungsional fasilitas kesehatan dan berlaku sesuai status
rumah sakit tersebut.
B. Sumber dan Alokasi Dana
1. SumberDana
Dana Jaminan Persalinan bersumber dari APBN
Kementerian Kesehatan yang dialokasikan pad a Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan .
2. Alokasi Dana
Alokasi dana Jaminan Persalinan di Kabupaten/Kota
diperhitungkan berdasarkan perkiraan jumlah sasaran yang
belum memilikijaminan persalinan di daerah tersebut.
12
C. Penyaluran Dana
Dana Jamkesmas untuk pelayanan dasar di Puskesmas dan
jaringannya serta Jaminan Persalinan menjadi satu kesatuan ,
disalurkan langsung dari bank operasional Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V ke:
Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai
penanggungjawab program a/n Institusi dan dikelola Tim
Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota untuk pelayanan
kesehatan dasar dan persalinan di Fasilitas kesehatan
Tingkat Pertama;
Rekening Rumah Sakit untuk pelayanan persalinan di
Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan yang menjadi satu
kesatuan dengan dana pelayanan rujukan yang sudah
berjalan selama ini.
1. Penyaluran Dana Ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku
penanggung jawab program, membuka rekening
khusus Jamkesmas dalam bentuk giro bank, atas
nama dinas kesehatan (institusi) untuk menerima dana
Jamkesmas pelayanan dasar dan dana Jaminan
Persalinan, dan selanjutnya nomor rekening tersebut
dikirim ke alamat:
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan,
Gedung Prof. Dr. Sujudi, Lt.14
JI. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 49,
Jakarta Selatan 12950
Telp(021) 5221229, 5277543
Fax; (021)52922020,5279409
Email: jamkesmas@yahoo.com
13
b. Pengiriman nomor rekening melalui surat resmi ditanda
tangan kepala dinas kesehatan dan menyertakan nomor
telepon yang langsung dapat dihubungi.
c. Menteri Kesehatan membuat Surat Keputusan tentang
penerima dana penyelenggaraan Jamkesmas dan
Jaminan Persalinan di pelayanan dasar untuk tiap
kabupaten/kota yang merupakan satu kesatuan dan tidak
terpisahkan. Penyaluran dana dilakukan secara bertahap
dan disesuaikan dengan kebutuhan serta penyerapan
kabupaten/kota.
d. Kepala Dinas kesehatan kabupaten/kota membuat surat
edaran ke Puskesmas untuk:
1. Membuat Plan of Action (POA) tahunan dan bulanan
untuk pelayanan Jamkesmas dan Jaminan
Persalinan sebagai dasar perkiraan kebutuhan
Puskesmas untuk pelayanan Jamkesmas dan
Jaminan Persalinan.
2. Plan of Action (POA) sebagaimana dimaksud
merupakan bag ian dari POA Puskesmas secara
keseluruhan sebagai hasil perumusan rencana
kerja lokakarya mini puskesmas.
Tim Pengelola Pusat dapat melakukan realokasi dana
antar Kab/Kota, disesuaikan dengan penyerapan
dengan mempertimbangkan ketersediaan dana yang
ada secara nasional.
14
2. Penyaluran Dana Ke Rumah Sakit
a. Dana Jamkesmas dan Jaminan Persalinan untuk
Pelayanan Kesehatan di Fasilitas kesehatan Tingkat
Lanjutan disalurkan langsung dari Kementerian
Kesehatan melalui KPPN ke rekening Fasilitas
kesehatan Pemberi Pelayanan Kesehatan secara
bertahap sesuai kebutuhan.
b. Penyaluran Dana Pelayanan ke Fasilitas kesehatan
Tingkat Lanjutan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan yang mencantumkan nama PPK
Lanjutan dan besaran dana luncuran yang diterima.
c. Perkiraan besaran penyaluran dana pelayanan
kesehatan dilakukan berdasarkan realisasi
penggunaan dana di Rumah Sakit yang
diperhitungkan dari laporan pertanggungjawaban
dana PPK Lanjutan.
Bagan penyaluran Dana Jamkesmas dan Jaminan
Persalinan di Fasilitas Kesehatan Tingkat I seperti pad a
bagan berikut:
15
BAGAN ALUR DANA JAMKESMAS
Umpan Balik (Feedback)
Umpan Balik (Feedback)
I
Pertanggungjawaban
dg INA-CBG's
(0
セ@
!) I セ
poaKkャ。ゥュセ@
I,'" I: \11,1 "'\1 \'"
( " .I • • .', \ I \\ I
セ@
Dg Perda Tarif
I, I '" I, \ II, "() I \
Klaim..
'.
. '
;;;0;;;;;;;;;;;
.... , -...... ...
セ@
.............
' ;0
KETERANGAN :
MKセ@
MKセ@
: Alur Pencairan Dana Yankes
: Alur Pertanggungjawaban Dana Yankes
MKセ@
: A lur Umpan Balik (Feedback)
D. Besaran Tarif Pelayanan
Besaran tarif pelayanan jaminan persalinan di fasilitas kesehatan
dasarditetapkan sebagaimana tabel berikut:
Tabel-1
Besaran Tarif Pelayanan Jaminan Persalinan Pada
Pelayanan Tingkat Pertama
No
1.
Jenis Pelayanan
Pemeriksaan
kehamilan
Frek
Tarif
Jumlah
(Rp)
(Rp)
4 kali
10 .000
40 .000
2.
Persalinan normal
1 kali
350.000
350.000
3.
Pelayanan nifas
3 kali
10.000
30.000
1 kali
100.000
100.000
Ket
Standar 4x
Standar 3x
termasuk pelayanan
bayi baru lahir dan
KB pasea p e r sa linan
4.
Pelayanan persalinan
Pada saat
menoJong
tak maju dan atau
pelayan a n pra-
persalinan
rujukan bayi baru
ternyata
lahir dengan
ada
komplikasi.
komplikasi,
wajib
segera
dirujuk
5.
PeJayanan pasea
500.000
1 kali
500.000
Dilakukan
keguguran ,
di Puskesmas
persalinan per
vaginam dengan
PONED
tindakan emergensi
dasar.
17
Keterangan :
a) Klaim persalinan ini tidak harus dalam paket (menyeluruh)
tetapi dapat dilakukan klaim terpisah, misalnya ANC saja,
persalinan saja atau PNC saja.
b) Pelayanan nomor 5 dilakukan pada Puskesmas yang
mempunyai kemampuan dan kompetensi PONED.
c) Apabila diduga/diperkirakan adanya risiko persalinan
sebaiknya pasien sudah dipersiapkan jauh hari untuk
dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih baik dan
mampu seperti Rumah Sakit.
d) Sedangkan besaran biaya untuk pelayanan Jaminan
persalinan tingkat lanjutan menggunakan tarif paket
Indonesia Case Based Group (INACBGs).
E. Pengelolaan Dana
Agar penyelenggaraan Jamkesmas termasuk Jaminan
Persalinan terlaksana secara baik, lancar, transparan dan
akuntabel, pengelolaan dana dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan merujuk pada ketentuan pengelolaan
keuangan yang berlaku.
1. Pengelolaan Dana Jamkesmas Dan Jaminan Persalinan
Di Pelayanan Dasar
Pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dibentuk Tim
Pengelola Jamkesmas tingkat Kabupaten/Kota. Tim ini
berfungsi dan bertanggung dalam pelaksanaan
penyelenggaraan Jamkesmas di wilayahnya. Salah satu
tugas dari Tim Pengelola Jamkesmas adalah melaksanakan
pengelolaan keuangan Jamkesmas yang meliputi
penerimaan dana dari Pusat, verifikasi atas klaim,
pembayaran, dan pertanggungjawaban klaim dari fasilitas
kesehatan Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya.
18
LangkahIangkah pengelolaan dilaksanakan sebagai
berikut:
a . Kepala Dinas Kesehatan menunjuk seorang staf di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pengelola
keuangan Jamkesmas pelayanan dasar dan Jaminan
Persalinan .
b. Pengelola keuangan di Kabupaten/Kota harus
memiliki buku catatan (buku kas umum) dan
dilengkapi dengan buku kas pembantu untuk
mencatat setiap uang masuk dan keluar dari kas.
Pencatatan dilakukan terpisah dengan sumber
pembiayaan yang lain, dan pembukuan terbuka bagi
pengawas intern maupun ekstern setelah memperoleh
ijin Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
c. Petugas Pengelola keuangan Jamkesmas (termasuk
Jaminan Persalinan) seyogyanya menjadi satu
kesatuan dengan bendahara keuangan pengelolaan
dana BOK apabila beban kerjanya masih
memungkinkan agar terjadi sinergi dalam
pelaksanaannya .
d. Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota
melakukan pembayaran persalinan atas klaim dengan
langkah sbb :
1) Puskesmas melakukan pengajuan klaim atas:
a) Pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan
oleh Puskesmas danjaringannya.
19
b) Pelayanan Persalinan mengacu pada paketpaket
yang ditetapkan (Iihat bagan tarif Pelayanan
Jaminan Persalinan).
2) Klaim pelayanan Jaminan Persalinan yang diajukan
fasilitas/tenaga kesehatan swasta (Bidan praktik ,
Klinik Bersalin, dsb) yang telah memberikan pelayanan
persalinan, sesuai tarif sebagaimana dimaksud (Iihat
tarif pelayanan persalinan )
3) . Pembayaran atas klaimklaim sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b dilakukan berdasarkan hasil
Verifikasi yang dilakukan Tim Pengelola Kabupatenl
Kota.
4) Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota
melakukan verifikasi atas klaim mencakup:
a) Kesesuaian realisasi pelayanan
dan besaran
tarif disertai bukti pendukungnya.
b) Pengecekan klaim dari fasilitas/tenaga kesehatan
swasta yang memberikan pelayanan Jaminan
Persalinan beserta bukti pendukungnya.
c) Melakukan kunjungan ke lapangan untuk
pengecekan kesesuaian dengan kondisi sebenarnya
bila diperlukan .
d) Me m be r i k an r e k 0 men d a sid a n I a po ran
pertanggungjawaban atas klaimklaim tersebut
kepada Kepala Dinas Kesehatan setiap bulan yang
akan dijadikan laporan pertanggungjawaban
keuangan ke Pusat sebagai dasar pertimbangan
besaran pengiriman dana dan tahap berikutnya .
e. Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan negara,
Jasa Giro/Bunga Bank harus disetorkan oleh Tim Pengelola
Jamkesmas Kabupaten/Kota Kas Negara .
20
f. Seluruh berkas rincian buktibukti yakni;
1. Dokumen pengeluaran dana dan dokumen atas klaim
Jamkesmas dan Jaminan Persalinan di Pelayanan
Dasar oleh Puskesmas dan Fasilitas kesehatan
swasta serta,
2. Buktibukti pendukung klaim sebagaimana
dipersyaratkan , disimpan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagai dokumen yang dipersiapkan
apabila dilakukan audit oleh Aparat Pengawas
Fungsional (APF) .
g. Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota membuat dan
mengirimkan Rekapitulasi Realisasi Laporan
Penggunaan Dana Pelayanan Jamkesmas dan Jaminan
Persalinan di Pelayanan Dasar yang telah dibayarkan ke
Puskesmas dan Fasilitas kesehatan swasta ke Tim
Pengelola PusatiPusat Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan dengan tembusan ke Dinas Kesehatan
Provinsi .
2. Pengelolaan Dana Pada Fasilitas Kesehatan Lanjutan
Pengelolaan dana pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
dilakukan mulai dari persiapan pencairan dana , pencairan
dana , penerimaan dana, dan pertanggungjawaban dana .
Adapun pengelolaan dana pada fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan adalah sebagai berikut;
a . Dana pelayanan Jamkesmas dan Jaminan Persalinan
dipelayanan kesehatan lanjutan
21
disalurkan ke rekening Fasilitas kesehatan Tingkat
Lanjutan dalam satu kesatuan (terintegrasi).
b. Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan (Rumah SakitlBalai
Kesehatan) membuat laporan
pertanggungjawaban/klaim dengan menggunakan INACBGs
c. Selanjutnya laporan pertanggungjawaban/klaim tersebut
sebagaimana dimaksud angka 3 dilaksanakan
sebagaimana pertanggungjawaban yang selama ini telah
berjalan di Rumah Sakit (sesuai pengaturan
sebelu mnya).
d. Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan
negara , Jasa Giro/Bunga Bank harus disetorkan oleh
Rumah Sa kit ke Kas Negara.
e . Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan mengirimkan
laporan pertanggungjawaban/klaim dana Jamkesmas
termasuk di dalamnya , Jaminan Persalinan kepada Tim
Pengelola Jamkesmas Pusat dan tembusan kepada Tim
Pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota dan Provinsi
sebagai bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
f. Seluruh berkas dokumen pertanggungjawaban dana
disimpan oleh Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan untuk
bahan dokumen kesiapan audit kemudian oleh Aparat
Pengawas Fungsional (APF).
F. Kelengkapan Pertanggungjawaban Klaim
Pertanggungjawaban klaim pelayanan Jaminan Persalinan dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama ke Tim Pengelola
Kabupaten/Kota dilengkapi :
22
1. Fotokopi
lembar pelayanan
pada
Buku
KIA
sesuai
pelayanan yang diberikan untuk Pemeriksaan kehamilan,
pelayanan nifas, termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB
pasca persalinan. Apabila tidak terdapat buku KIA pada
daerah setempat dapat digunakan buktibukti
p
Petunjuk Teknis
•
amlnan
ali an
368.38
Ind
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretaris
p
Jenderal, Kementerian Kesehatan RI
Petunjuk teknis jaminan persalinan Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2011
1. Judul
I. HEALT INSURANCE II. DELIVERY
OF HEALTH CARE
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayahNya maka Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan dapat
diselesaikan dengan baik.
Petunjuk teknis ini disusun sebagai acuan penyelenggaraan
Jaminan Persalinan oleh semua pihak agar mempunyai kesamaan
pemahaman dalam pelaksanaannya sehingga dapat mempercepat
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan dan MDGs khususnya
penurunan AKI dan AKB. Pelaksanaan Jaminan Persalinan ini
terintegrasi dengan Jamkesmas, dengan demikian petunjuk teknis
Jaminan Persalinan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas .
Penyusunan petunjuk teknis ini melibatkan berbagai pihak, lintas
program, lintas sektor, profesi terkait dan para pakar, agar sesuai
dengan kebutuhan pada tingkat operasional di lapangan, yakni
pengaturan yang sederhana tetapi jelas dan tetap menjunjung
akuntabilitas. Kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusinya dalam penyusunan petunjuk teknis ini saya ucapkan
terimakasih.
Akhir kata, saya menyadari bahwa petunjuk teknis ini masih jauh
dari sempurna sehingga semua masukan yang konstruktif tentu
akan diterima dengan senang hati.
セ ョ。 NjS Pウゥエ。L@
II
MPHM
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
Dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan nasional serta
Millennium Development Goals (MDGs), pada
tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan
kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal).
Sebagaimana telah kita ketahui bersama dari
beberapa pencapaian tujuan pembangunan
... kesehatan nasional serta MDGs, kita
menghadapi
berbagai hal yang multi kompleks seperti masalah budaya, pendidikan
masyarakat, pengetahuan, lingkungan, kecukupan fasilitas kesehatan,
sumberdaya manusia dan lainnya. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang lebih sulit
dicapai dibandingkan target MDGs lainnya.
Oleh karena itu, upaya penurunan AKI tidak dapat lagi dilakukan dengan
intervensi biasa, diperlukan upayaupaya terobosan serta peningkatan
kerjasama lintas sektor untuk mengejar ketertinggalan penurunan AKI
agardapat mencapai target MDGs.
Salah satu faktor yang penting adalah perlunya meningkatkan akses
masyarakat terhadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan
kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki
jaminan persalinan .
iii
Jaminan Persalinan ini diberikan kepada semua ibu hamil agar
dapat mengakses pemeriksaan persalinan, pertolongan persalinan,
pemerikasaan nifas dan pelayanan KB oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan sehingga pada gilirannya dapat menekan angka kematian ibu
dan bayi.
Fasilitas pelayanan persalinan diberikan di pelayanan tingkat
pertama pada Puskesmas dan Puskesmas PONED serta jaringannya
termasuk Polindes, Poskesdes dan Fasilitas Kesehatan Swasta yang
melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam program in i. Pelayanan
persalinan tingkat lanjutan diberikan di fasilitas perawatan kelas III di
Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang bekerjasama dalam program
Jamkesmas.
Saya menyambut baik diterbitkannya Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan ini untuk digunakan sebagai acuan penyelenggaraan program
Jaminan Persalinan. Petunjuk teknis ini tidak hanya perlu diketahui oleh
institusi seperti Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota, seluruh fasilitas
kesehatan yang memberikan pelayanan jaminan persalinan , namun juga
perlu diketahui oleh masyarakaULSM agar dapat membantu pemerintah
dalam penyelenggaraan jaminan persalinan yang benar, transparan dan
akuntabel. Petunjuk teknis jaminan persalinan ini merupakan bagian tak
terpisahkan dari Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) .
Petunjuk Teknis ini telah disusun bersamasama secara lintas
sektor dan lintas program serta masukan dari ikatan profesi dan pelaksana
program di daerah . Kepada semua pihak yang memberikan kontribusinya
saya ucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya.
ayu Sedyaningsih , MPH,Dr.PH
IV
セ@
BkkbN
KEPALA BADAN KEPENDLIDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
Program Keluarga Berencana Nasional merupakan
rangkaian pembangunan kependudukan dan
keluarga kecil yang berkualitas sebagai langkah
penting dalam mencapai pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan ini diarahkan kepada
upaya pengendalian kuantitas penduduk melalui
keluarga berencana, serta peningkatan
kualitaspenduduk melalui perwujudan keluarga kecil
yang berkualitas.
Dalam rangka menurunkan laju pertumbuhan penduduk (LPP),
diantaranya dengan melakukan Revitalisasi KB yang antara lain
merupakan salah satu program prioritas utama yang tertuang dalam Inpres
Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional, dan juga merupakan salah satu sasaran MDG's
ke5 khususnya 5B dengan indikator yaitu meningkatkan CPR
(Contraceptive Prevalence Rate) modern menjadi 65%; menurunkan
unmetneed KB menjadi 5%; dan menurunkan angka kehamilan remaja
15%; pada tahun 2015. Dengan indikatorindikator tersebut, KB sangat
menentukan keberhasilan pencapaian sasaran MDGs 5B.
Dalam upaya mendukung penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs
keempat dan kelima, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah
meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) di tahun 2011 yang
v
terintegrasi dengan pelayanan KB. Dengan adanya kebijakan Jampersal
yang terintegrasi tersebut , pelayanan KB lebih diarahkan kepada
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) IUD, AKBKfsusuk KB, MOP dan
MOW. Agar Jampersal dapat berhasil dengan baik, BKKBN akan
mendukung sepenuhnya dalam penyediaan alatlobat kontrasepsi dan
sarana pendukung pelayanan KB; pendataan ibu hamil; Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE); KIP/Konseling saat pasca persalinan dan
pasca keguguran ; memfasilitasi pelatihan bagi dokter dan bidan
khususnya pelayanan KB MKJP.
Kepada jajaran BKKBN Provinsi diharapkan dapat mensosialisasikan
Pedoman Juknis Jampersal ini sehingga pelaksanaan di lapangan dapat
meningkatkan pemahaman tentang Program Jampersal secara utuh dan
pad a gilirannya memperkuat kinerja Program KB Nasional. Kepada
jajaran SKPD KB di Kabupaten/Kota diharapkan mampu meningkatkan
upayaupaya "demand side" sehingga para peserta yang memperoleh
pelayanan Jampersal dapat sekaligus "siap" menerima pelayanan KB
pasca persalinan dan pasca keguguran .
Dengan diterbitkannya Petunjuk Teknis Jampersal , diharapkan menjadi
acuan dalam penyelenggaraan Jampersal, dan dapat mempercepat
penurunan AKI dan AKB, sekaligus meningkatkan capaian kesertaan ber
KB untuk menurunkan LPP dalam mewujudkan Visi "Penduduk Tumbuh
Seimbang Tahun 2015".
vi
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 631/MENKES/PERlII1I2011
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSAll NAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a. bahwa dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu dan anak dan mempercepat
pencapaian lVIillenium Development Goals
(MDG's) , perlu meningkatkan akses
terhadap pelayanan persalinan oleh dokter
atau bidan melalui jaminan pembiayaan
dalam Program Jaminan Persalinan;
b. bahwa agar Program Jaminan Persalinan
dapat berjalan efektif dan efisien, perlu ada
petunjuk teknis ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Petunjuk
Teknis Jaminan Persalinan;
VII
Mengingat
1. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor4286);
2. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan I\legara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4355);
3. UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4400);
4. UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor4431);
5. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tarnbahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir
dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
viii
6. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
7. UndangUndang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4456);
8. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
9. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sa kit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
ix
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor4741);
13. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah NasionalTahun 20102014 ;
14. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi , Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara ;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkesl Per/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
0211Menkesl SK/I/2011 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 20102014;
x
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PER AT U RAN MEN T E R IKE S E HAT A N
TENTANG PETUNJUK TEKNIS JAMINAN
PERSALINAN.
Pasal1
Pengaturan Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan bertujuan untuk
memberikan acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak terkait yang
menyelenggarakan Program Jaminan Persalinan dalam rangka:
a. Meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, dan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan.
b. Meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan.
c. Meningkatkan cakupan pelayanan Keluarga Berencana (KB)
pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
d. Meningkatkan cakupan penanganan komplikasi ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan .
e. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel.
Pasal 2
Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini.
Pasal 3
(1) Pembiayaan pelayanan persalinan yang dijamin oleh Jaminan
Persalinan dilaksanakan mulai 1 Januari 2011.
(2) Pelayanan persalinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang diberikan sejak 1 Januari 2011 dapat diklaim
XI
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal2.
Pasal4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal1 April2011
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011
NOMOR 188
xii
DAFTAR lSI
ii
iii
v
vii
xiii
xv
Kata Pengantar
Sambutan Menteri Kesehatan
Sambutan Kepala BKKBN
Peraturan Menteri Kesehatan
Daftar lsi
Daftar Istilah dan Singkatan
BABI
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
B Sasaran
C Kebijakan Operasional
D Pengertian
3
3
5
RUANG LlNGKUP JAMINAN PERSALINAN
A Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama
B Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
7
8
セket@
9
セnfat
JAMINAN PERSALINAN
BAB IV PENDANAAN JAMINAN PERSALINAN
A Ketentuan Umum Pendanaan
B Sumber dan Alokasi Dana
C Penyaluran dana
D Besaran Tarif Pelayanan
E Pengelolaan Dana
F Kelengkapan Pertanggungjawaban/Klaim
G Pemanfaatan Dana di Puskesmas,
Bidang Praktek Swasta dan Lainnya
XIII
1
11
12
13
17
18
22
25
BAB V
PENGORGANISASIAN
A Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK
28
B Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK
32
BAB VI INDIKATOR KEBERHASILAN, PEMANTAUAN
DAN EVALUASI
A. Indikator Keberhasilan
45
B. Pemantauan dan Evaluasi
46
C. Penanganan Keluhan
47
D. Pembinaan dan Pengawasan
47
E. Pencatatan , Pelaporan dan Umpan Balik
48
50
BAB VI PENUTUP
Lampiran
XIV
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
AnteNatal Care
Aparat Pengawasan Fungsional
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Angka kematian Ibu
Anka kematian Bayi
Alat Kontrapeksi bawah kulit
Angka Kematian Neonnatus
Alat Kontrapeksi Dalam Rahim
Badan kependudukan dan keluarga Berencana
nasional
Bina Administrasi Keuangan Daerah
BAKD
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bappeda
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BOK
Bantuan Operasional Kesehatan
BPK
Badan Pemeriksa Keuangan
BPKP
Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
CPR
Contraceptive Prevalence Rate
Ditjen
Direktorat Berencana
Dinkes
Dinas Kesehatan
Dirjen
Direktur Jenderal
DPR
Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Irjen
Inspektur Jenderal
Itjen
Inspektorat Jenderal
IUD
Intra Uterine Device
INA CBGs Indonesia Case Base Group
Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat
Keluarga Berencana dan Metode Kontrasepsi
KB MKJP
Jangka Panjang
ANC
APF
APBN
AKI
AKB
AKBK
AKN
AKDR
BKKBN
xv
KET
KPPN
KN 1
Kabag
Kabid
Kasubid
KB
Kemendagri
Kemenkes
Kemenkeu
Kemenko Kesra
Kehamilan Ektopik Terganggu
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Kunjungan Neonatus 1
Kepala Bagian
Kepala Bidang
Kepala SubBidang
Keluarga Berencana
Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Kesehatan
Kementerian Keuangan
Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat
KIA
Kesehatan Ibu dan Anak
KB
Keluarga Berencana
KPA
Kuasa Pengguna Anggaran
LPP
Laju Perturnbuhan Penduduk
Lokakarya Mini Pertemuan untuk penggalangan dan
pemantauan yang diselenggarakan dalam
rangka pengorganisasian untuk dapat
terlaksananya Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Puskesmas
MKJP
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Metode Operatif Pria
MOP
Metode Operatif Wanita
MOW
Millennium Development Goals, yaitu
MDGs
komitmen global untuk mengupayakan
pencapaian delapan tujuan bersama pada tahun
2015
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
P2JK
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
P2PL
Lingkungan
Program Perencanaan Persalinan dan
P4K
Pencegahan Komplikasi
XVI
SP3
Peraturan Presiden
Perjanjian Kerja Sama
PostNatal Care
Plan of Action
Pos Kesehatan Desa
Pos Pelayanan Terpadu
Pemberi Pelayanan Kesehatan
Pejabat Pembuat Komitmen
Pasangan Usia Subur
Pusat Data dan Informasi
Pusat Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Pembantu
Risiko Tinggi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional
Satuan Kerja Perangkat Daerah
Survei Kesehatan Rumah Tangga
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Surat Permintaan Pembayaran Dana
Surat Perintah MelTlbayar
Surnber Daya Manusia
Sekretaris Direktorat Jenderal
Surat Keputusan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas
SJSN
UU
Waskat
Sistem Jaminan Sosial Nasional
UndangUndang
Pengawasan melekat
Perpres
PKS
PNC
POA
Poskesdes
Posyandu
PPK
PUS
Pusdatin
Puskesmas
Pustu
Risti
RPJMN
SKPD
SKRT
SDKI
SP2D
SPM
SDM
Sesditjen
SK
SP2TP
xvii
BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
UndangUndang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) menyebutkan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin ,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Selanjutnya pada Pasal 34 ayat (3) ditegaskan bahwa negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
pada Pasal 5 ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan . Selanjutnya pada ayat (2)
ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu , dan
terjangkau . Kemudian pada ayat (3) bahwa setiap orang berhak
secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Selanjutnya
pada Pasal 6 ditegaskan
bahwa setiap orang berhak
mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat
kesehatan .
Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh
penduduk termasuk penduduk miskin dan tidak mampu,
pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya
di bidang kesehatan yang adil dan merata
1
bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan
yang setinggitingginya.
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran
hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian
Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan
kesepakatan global pencapaian MDG's (Millenium Development
Goals) pada Tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu
menurun dari 228 pada Tahun 2007 menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada
Tahun 2007 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab
langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia
(24%), infeksi (11 %), komplikasi pueperium 8%, partus macet
5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lainlain
11 % (SKRT 2001).
Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor risiko
keterlambatan (tiga terlambat), di antaranya terlambat dalam
pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh
pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat
sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan
emergensi . Salah satu upaya pencegahannya adalah
melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan.
2
Menurut hasil Riskesdas 2010 , persalinan oleh tenaga
kesehatan pada kelompok sasaran miskin (Quintile 1) baru
mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai
55,4%. Salah satu kendala penting yang dihadapi masyarakat
untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya
sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan . Jaminan
Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan
finansial bagi ibu hamil dan bersalin serta pasca persalinan
termasuk Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan, dan
pelayanan bayi baru lahir. Dengan demikian, kehadiran Jaminan
Persalinan diharapkan dapat mengurangi terjadinya tiga
terlambat tersebut sehingga dapat mengakselerasi tujuan
pencapaian MDG's terutama tujuan ke4 dan ke5
B. SASARAN
Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah :
a. Ibu hamil
b. Ibu bersalin
c. Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan)
d. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
C. KEBIJAKAN OPERASIONAL
1. Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap
jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota)
menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas .
3
2. Kepesertaan Jaminan Persalinan merupakan perluasan
kepesertaan dari Jamkesmas , yang terintegrasi dan dikelola
mengikuti tata kelola dan manajemen Jamkesmas .
3. Peserta Program Jaminan Persalinan adalah seluruh
sasaran yang belum memiliki jaminan untuk pelayanan
persalinan .
4. Peserta Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan
pelayanan di seluruh jaringan fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) di kelas III yang
memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola
Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota .
5. Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada
standar pelayanan Kesehatan Ibu danAnak (KIA).
6. Pembayaran atas pelayanan jaminan persalinan dilakukan
dengan cara klaim oleh fasilitas kesehatan. Untuk persalinan
tingkat pertama d i fasil itas kesehata n pemeri nta h
(puskesmas dan jaringannya) dan fasilitas kesehatan swasta
yang bekerjasama dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota .
7. Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani
ibu hamil/persalinan dari luar wilayahnya , tetap melakukan
klaim kepada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan setempat dan
bukan pada daerah asal ibu hamil tersebut.
8. Fasilitas kesehatan seperti Bidan Praktik , Klinik Bersalin ,
Dokter praktik yang berkeinginan ikut serta dalam program ini
melakukan perjanjian kerjasama (PKS) dengan Tim
Pengelola setempat, dimana yang bersangkutan dikeluarkan
ijin prakteknya.
4
9. Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan
prinsip portabilitas, pelayanan terstruktur berjenjang
berdasarkan rujukan, dengan demikian jaminan
persalinan tidak mengenal batas wilayah (Iihat angka 7
dan 8).
10. Tim Pengelola Pusat dapat melakukan realokasi dana
antar kabupaten/kota, disesuaikan dengan penyerapan
dan kebutuhan daerah serta disesuaikan dengan
ketersediaan dana yang ada secara nasional.
D. PENGERTIAN
1. Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan
pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas
termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan
bayi baru lahir.
2. Perjanjian Kerja Sama (PKS) adalah dokumen perjanjian
yang ditandatangani bersama antara Tim Pengelola
Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota dengan
penanggung jawab institusi fasilitas kesehatan
swasta yang mengatur hak dan kewajiban
para pihak dalam jaminan persalinan.
3. Fasilitas kesehatan adalah institusi pelayanan kesehatan
sebagai tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
TNIIPOLRI, dan Swasta.
5
4. Puskesmas PONED adalah Puskesmas yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetri
dan neonatus emergensi dasar (Referensi
Berdasarkan rujukan dari Pedoman Pengembangan
Pelayanan ObstetriNeonatal Emergensi Dasar,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2004) .
5. Rumah Sakit PONEK adalah Rumah Sakit yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetri dan
neonatus emergensi komprehensif.
6
BAB II
RUANG LlNGKUP JAMINAN PERSALINAN
Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang
berdasarkan rujukan. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan
terdiri dari pelayanan persalinan tingkat pertama dan pelayanan
persalinan tingkat lanjutan.
A. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan
berwenang memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca
persalinan, pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan
persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi tingkat
pertama.
Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan
Puskesmas PONED serta jaringannya termasuk Polindes dan
Poskesdes , fasilitas kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian
Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota .
Jenis Pelayanan Jaminan Persalinan di tingkat pertama
meliputi:
1. Pemeriksaan kehamilan
2. Pertolongan persalinan normal
3. Pelayanan nifas , termasuk KB pasca persalinan
4. Pelayanan bayi baru lahir
5. Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir
7
B. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari
pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil,
bersalin , nifas, dan bayi dengan risiko tinggi dan komplikasi,
di rumah sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat
ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
dilaksanakan berdasarkan rujukan , kecuali pada kondisi
kegawatdaruratan .
Pelayanan
tingkat
lanjutan
diberikan
di
fasilitas
perawatan kelas III di Rumah Sakit Pemerintah dan
Rumah Sakit Swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sarna
(PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.
Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi :
1. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (RISTI) dan
penyulit.
2. Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang
tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama .
3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di
Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan yang setara .
8
BAB III
PAKET MANFAAT JAMINAN PERSAll NAN
Peserta jaminan persalinan mendapatkan manfaat pelayanan yang
meliputi :
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC)
Pemeriksaan kehamilan dengan tata laksana pelayanan
mengacu pada buku Pedoman KIA. Selama harnil sekurangkurangnya ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali dengan frekuensi
yang dianjurkan sebagai berikut:
a. 1 kali pada triwulan pertama
b. 1 kali pada triwulan kedua
c. 2 kali pada triwulan ketiga
2. Persalinan normal.
3. Pelayanan nifas normal, termasuk KB pasca persalinan.
4 . Pelayanan bayi baru lahir normal.
5. Pemeriksaan kehamilan pada kehamilan risiko tingg i.
6. Pelayanan pasca keguguran.
7. Persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar.
8. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi dasar.
9. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar.
10. Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi.
11. Penanganan rujukan pasca keguguran .
12. Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET) .
13. Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif.
14. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi komprehensif.
15. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi
komprehensif.
16. Pelayanan KB pasca persalinan .
9
Tatalaksana PNC dilakukan sesuai dengan buku pedoman KIA.
Ketentuan pelayanan pasca persalinan meliputi pemeriksaan
nifas minimal3 kali.
Pada pelayanan pasca nifas ini dilakukan upaya KIE/Konseling
untuk memastikan seluruh ibu pasca bersalin atau
pasangannya menjadi akseptor KB yang diarahkan kepada
kontrasepsi jangka panjang seperti alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) atau kontrasepsi mantap/kontap (MOP dan
MOW) untuk tujuan pembatasan dan IUD untuk tujuan
penjarangan , secara kafetaria disiapkan alat dan obat semua
jenis kontrasepsi oleh BKKBN.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai , perlu dilakukan koordinasi
yang sebaikbaiknya antara tenaga di fasilitas
kesehatan/pemberi pelayanan dan Dinas Kesehatan selaku Tim
Pengelola serta SKPD yang menangani masalah keluarga
berencana serta BKKBN atau (BPMP KB) Provinsi.
10
BABIV
PENDANAAN JAMINAN PERSALINAN
Pendanaan Jaminan Persalinan terintegrasi dengan Jamkesmas.
Pengelolaan dana Jaminan Persalinan, dilakukan sebagai bagian
dari Pengelolaan dana Jamkesmas.
Pengelolaan dana Jaminan Persalinan dan Jamkesmas pelayanan
dasar (Tingkat Pertama) dilakukan oleh Dinas Kesehatan selaku Tim
Pengelola Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kota.
Pengelolaan dana jaminan persalinan dan Jamkesmas dipelayanan
rujukan dilakukan oleh Rumah SakitlKlinik yang bekerja sama
dengan Tim Pengelola
A. Ketentuan Umum Pendanaan
1. Dana Jaminan Persalinan di pelayanan dasar disalurkan ke
kabupaten/kota, terintegrasi dengan dana Jamkesmas di
pelayanan kesehatan dasar, sedangkan untuk jaminan
persalinan tingkat lanjutan dikirimkan langsung ke rumah
sakit menjadi satu kesatuan dengan dana Jamkesmas yang
disalurkan ke rumah sa kit.
2. Dana Jamkesmas dan Jaminan Persalinan merupakan
belanja bantuan sosial bersumber dari dana APBN yang
dimaksudkan untuk mendorong percepatan pencapaian
MDG's pad a Tahun 2015, sekaligus peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan termasuk persalinan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan, sehingga pengaturannya
tidak melalui mekanisme APBD, dengan demikian tidak
langsung menjadi pendapatan daerah.
3. Dana belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pad a
angka 2 adalah dana yang diperuntukkan untuk pelayanan
kesehatan peserta Jamkesmas dan pelayanan persalinan
bagi seluruh ibu hamillbersalin yang membutuhkan.
11
4 . Setelah dana sebagaimana dimaksud angka 2 dan 3,
disalurkan pemerintah melalui SP2D ke rekening Kepala
Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab program, maka
status dana tersebut berubah menjadi dana masyarakat
(sasaran), yang dititipkan di rekening Dinas Kesehatan dan
rekening Rumah Sa kit.
5. Setelah dana sebagaimana dimaksud angka 3 digunakan
oleh Puskesmas dan jaringannya, fasilitas kesehatan lainnya
serta Rumah Sakit (yang bekerjasama), maka status dana
tersebut berubah menjadi pendapatan fasilitas kesehatan .
(Iihat pengaturan pemanfaatan dana di Puskesmas)
6. Pemanfaatan dana jaminan persalinan pad a pelayanan
lanjutan mengikuti mekanisme pengelolaan pendapatan
fungsional fasilitas kesehatan dan berlaku sesuai status
rumah sakit tersebut.
B. Sumber dan Alokasi Dana
1. SumberDana
Dana Jaminan Persalinan bersumber dari APBN
Kementerian Kesehatan yang dialokasikan pad a Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan .
2. Alokasi Dana
Alokasi dana Jaminan Persalinan di Kabupaten/Kota
diperhitungkan berdasarkan perkiraan jumlah sasaran yang
belum memilikijaminan persalinan di daerah tersebut.
12
C. Penyaluran Dana
Dana Jamkesmas untuk pelayanan dasar di Puskesmas dan
jaringannya serta Jaminan Persalinan menjadi satu kesatuan ,
disalurkan langsung dari bank operasional Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V ke:
Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai
penanggungjawab program a/n Institusi dan dikelola Tim
Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota untuk pelayanan
kesehatan dasar dan persalinan di Fasilitas kesehatan
Tingkat Pertama;
Rekening Rumah Sakit untuk pelayanan persalinan di
Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan yang menjadi satu
kesatuan dengan dana pelayanan rujukan yang sudah
berjalan selama ini.
1. Penyaluran Dana Ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku
penanggung jawab program, membuka rekening
khusus Jamkesmas dalam bentuk giro bank, atas
nama dinas kesehatan (institusi) untuk menerima dana
Jamkesmas pelayanan dasar dan dana Jaminan
Persalinan, dan selanjutnya nomor rekening tersebut
dikirim ke alamat:
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan,
Gedung Prof. Dr. Sujudi, Lt.14
JI. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 49,
Jakarta Selatan 12950
Telp(021) 5221229, 5277543
Fax; (021)52922020,5279409
Email: jamkesmas@yahoo.com
13
b. Pengiriman nomor rekening melalui surat resmi ditanda
tangan kepala dinas kesehatan dan menyertakan nomor
telepon yang langsung dapat dihubungi.
c. Menteri Kesehatan membuat Surat Keputusan tentang
penerima dana penyelenggaraan Jamkesmas dan
Jaminan Persalinan di pelayanan dasar untuk tiap
kabupaten/kota yang merupakan satu kesatuan dan tidak
terpisahkan. Penyaluran dana dilakukan secara bertahap
dan disesuaikan dengan kebutuhan serta penyerapan
kabupaten/kota.
d. Kepala Dinas kesehatan kabupaten/kota membuat surat
edaran ke Puskesmas untuk:
1. Membuat Plan of Action (POA) tahunan dan bulanan
untuk pelayanan Jamkesmas dan Jaminan
Persalinan sebagai dasar perkiraan kebutuhan
Puskesmas untuk pelayanan Jamkesmas dan
Jaminan Persalinan.
2. Plan of Action (POA) sebagaimana dimaksud
merupakan bag ian dari POA Puskesmas secara
keseluruhan sebagai hasil perumusan rencana
kerja lokakarya mini puskesmas.
Tim Pengelola Pusat dapat melakukan realokasi dana
antar Kab/Kota, disesuaikan dengan penyerapan
dengan mempertimbangkan ketersediaan dana yang
ada secara nasional.
14
2. Penyaluran Dana Ke Rumah Sakit
a. Dana Jamkesmas dan Jaminan Persalinan untuk
Pelayanan Kesehatan di Fasilitas kesehatan Tingkat
Lanjutan disalurkan langsung dari Kementerian
Kesehatan melalui KPPN ke rekening Fasilitas
kesehatan Pemberi Pelayanan Kesehatan secara
bertahap sesuai kebutuhan.
b. Penyaluran Dana Pelayanan ke Fasilitas kesehatan
Tingkat Lanjutan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan yang mencantumkan nama PPK
Lanjutan dan besaran dana luncuran yang diterima.
c. Perkiraan besaran penyaluran dana pelayanan
kesehatan dilakukan berdasarkan realisasi
penggunaan dana di Rumah Sakit yang
diperhitungkan dari laporan pertanggungjawaban
dana PPK Lanjutan.
Bagan penyaluran Dana Jamkesmas dan Jaminan
Persalinan di Fasilitas Kesehatan Tingkat I seperti pad a
bagan berikut:
15
BAGAN ALUR DANA JAMKESMAS
Umpan Balik (Feedback)
Umpan Balik (Feedback)
I
Pertanggungjawaban
dg INA-CBG's
(0
セ@
!) I セ
poaKkャ。ゥュセ@
I,'" I: \11,1 "'\1 \'"
( " .I • • .', \ I \\ I
セ@
Dg Perda Tarif
I, I '" I, \ II, "() I \
Klaim..
'.
. '
;;;0;;;;;;;;;;;
.... , -...... ...
セ@
.............
' ;0
KETERANGAN :
MKセ@
MKセ@
: Alur Pencairan Dana Yankes
: Alur Pertanggungjawaban Dana Yankes
MKセ@
: A lur Umpan Balik (Feedback)
D. Besaran Tarif Pelayanan
Besaran tarif pelayanan jaminan persalinan di fasilitas kesehatan
dasarditetapkan sebagaimana tabel berikut:
Tabel-1
Besaran Tarif Pelayanan Jaminan Persalinan Pada
Pelayanan Tingkat Pertama
No
1.
Jenis Pelayanan
Pemeriksaan
kehamilan
Frek
Tarif
Jumlah
(Rp)
(Rp)
4 kali
10 .000
40 .000
2.
Persalinan normal
1 kali
350.000
350.000
3.
Pelayanan nifas
3 kali
10.000
30.000
1 kali
100.000
100.000
Ket
Standar 4x
Standar 3x
termasuk pelayanan
bayi baru lahir dan
KB pasea p e r sa linan
4.
Pelayanan persalinan
Pada saat
menoJong
tak maju dan atau
pelayan a n pra-
persalinan
rujukan bayi baru
ternyata
lahir dengan
ada
komplikasi.
komplikasi,
wajib
segera
dirujuk
5.
PeJayanan pasea
500.000
1 kali
500.000
Dilakukan
keguguran ,
di Puskesmas
persalinan per
vaginam dengan
PONED
tindakan emergensi
dasar.
17
Keterangan :
a) Klaim persalinan ini tidak harus dalam paket (menyeluruh)
tetapi dapat dilakukan klaim terpisah, misalnya ANC saja,
persalinan saja atau PNC saja.
b) Pelayanan nomor 5 dilakukan pada Puskesmas yang
mempunyai kemampuan dan kompetensi PONED.
c) Apabila diduga/diperkirakan adanya risiko persalinan
sebaiknya pasien sudah dipersiapkan jauh hari untuk
dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih baik dan
mampu seperti Rumah Sakit.
d) Sedangkan besaran biaya untuk pelayanan Jaminan
persalinan tingkat lanjutan menggunakan tarif paket
Indonesia Case Based Group (INACBGs).
E. Pengelolaan Dana
Agar penyelenggaraan Jamkesmas termasuk Jaminan
Persalinan terlaksana secara baik, lancar, transparan dan
akuntabel, pengelolaan dana dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan merujuk pada ketentuan pengelolaan
keuangan yang berlaku.
1. Pengelolaan Dana Jamkesmas Dan Jaminan Persalinan
Di Pelayanan Dasar
Pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dibentuk Tim
Pengelola Jamkesmas tingkat Kabupaten/Kota. Tim ini
berfungsi dan bertanggung dalam pelaksanaan
penyelenggaraan Jamkesmas di wilayahnya. Salah satu
tugas dari Tim Pengelola Jamkesmas adalah melaksanakan
pengelolaan keuangan Jamkesmas yang meliputi
penerimaan dana dari Pusat, verifikasi atas klaim,
pembayaran, dan pertanggungjawaban klaim dari fasilitas
kesehatan Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya.
18
LangkahIangkah pengelolaan dilaksanakan sebagai
berikut:
a . Kepala Dinas Kesehatan menunjuk seorang staf di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pengelola
keuangan Jamkesmas pelayanan dasar dan Jaminan
Persalinan .
b. Pengelola keuangan di Kabupaten/Kota harus
memiliki buku catatan (buku kas umum) dan
dilengkapi dengan buku kas pembantu untuk
mencatat setiap uang masuk dan keluar dari kas.
Pencatatan dilakukan terpisah dengan sumber
pembiayaan yang lain, dan pembukuan terbuka bagi
pengawas intern maupun ekstern setelah memperoleh
ijin Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
c. Petugas Pengelola keuangan Jamkesmas (termasuk
Jaminan Persalinan) seyogyanya menjadi satu
kesatuan dengan bendahara keuangan pengelolaan
dana BOK apabila beban kerjanya masih
memungkinkan agar terjadi sinergi dalam
pelaksanaannya .
d. Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota
melakukan pembayaran persalinan atas klaim dengan
langkah sbb :
1) Puskesmas melakukan pengajuan klaim atas:
a) Pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan
oleh Puskesmas danjaringannya.
19
b) Pelayanan Persalinan mengacu pada paketpaket
yang ditetapkan (Iihat bagan tarif Pelayanan
Jaminan Persalinan).
2) Klaim pelayanan Jaminan Persalinan yang diajukan
fasilitas/tenaga kesehatan swasta (Bidan praktik ,
Klinik Bersalin, dsb) yang telah memberikan pelayanan
persalinan, sesuai tarif sebagaimana dimaksud (Iihat
tarif pelayanan persalinan )
3) . Pembayaran atas klaimklaim sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b dilakukan berdasarkan hasil
Verifikasi yang dilakukan Tim Pengelola Kabupatenl
Kota.
4) Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota
melakukan verifikasi atas klaim mencakup:
a) Kesesuaian realisasi pelayanan
dan besaran
tarif disertai bukti pendukungnya.
b) Pengecekan klaim dari fasilitas/tenaga kesehatan
swasta yang memberikan pelayanan Jaminan
Persalinan beserta bukti pendukungnya.
c) Melakukan kunjungan ke lapangan untuk
pengecekan kesesuaian dengan kondisi sebenarnya
bila diperlukan .
d) Me m be r i k an r e k 0 men d a sid a n I a po ran
pertanggungjawaban atas klaimklaim tersebut
kepada Kepala Dinas Kesehatan setiap bulan yang
akan dijadikan laporan pertanggungjawaban
keuangan ke Pusat sebagai dasar pertimbangan
besaran pengiriman dana dan tahap berikutnya .
e. Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan negara,
Jasa Giro/Bunga Bank harus disetorkan oleh Tim Pengelola
Jamkesmas Kabupaten/Kota Kas Negara .
20
f. Seluruh berkas rincian buktibukti yakni;
1. Dokumen pengeluaran dana dan dokumen atas klaim
Jamkesmas dan Jaminan Persalinan di Pelayanan
Dasar oleh Puskesmas dan Fasilitas kesehatan
swasta serta,
2. Buktibukti pendukung klaim sebagaimana
dipersyaratkan , disimpan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagai dokumen yang dipersiapkan
apabila dilakukan audit oleh Aparat Pengawas
Fungsional (APF) .
g. Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota membuat dan
mengirimkan Rekapitulasi Realisasi Laporan
Penggunaan Dana Pelayanan Jamkesmas dan Jaminan
Persalinan di Pelayanan Dasar yang telah dibayarkan ke
Puskesmas dan Fasilitas kesehatan swasta ke Tim
Pengelola PusatiPusat Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan dengan tembusan ke Dinas Kesehatan
Provinsi .
2. Pengelolaan Dana Pada Fasilitas Kesehatan Lanjutan
Pengelolaan dana pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
dilakukan mulai dari persiapan pencairan dana , pencairan
dana , penerimaan dana, dan pertanggungjawaban dana .
Adapun pengelolaan dana pada fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan adalah sebagai berikut;
a . Dana pelayanan Jamkesmas dan Jaminan Persalinan
dipelayanan kesehatan lanjutan
21
disalurkan ke rekening Fasilitas kesehatan Tingkat
Lanjutan dalam satu kesatuan (terintegrasi).
b. Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan (Rumah SakitlBalai
Kesehatan) membuat laporan
pertanggungjawaban/klaim dengan menggunakan INACBGs
c. Selanjutnya laporan pertanggungjawaban/klaim tersebut
sebagaimana dimaksud angka 3 dilaksanakan
sebagaimana pertanggungjawaban yang selama ini telah
berjalan di Rumah Sakit (sesuai pengaturan
sebelu mnya).
d. Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan
negara , Jasa Giro/Bunga Bank harus disetorkan oleh
Rumah Sa kit ke Kas Negara.
e . Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan mengirimkan
laporan pertanggungjawaban/klaim dana Jamkesmas
termasuk di dalamnya , Jaminan Persalinan kepada Tim
Pengelola Jamkesmas Pusat dan tembusan kepada Tim
Pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota dan Provinsi
sebagai bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
f. Seluruh berkas dokumen pertanggungjawaban dana
disimpan oleh Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan untuk
bahan dokumen kesiapan audit kemudian oleh Aparat
Pengawas Fungsional (APF).
F. Kelengkapan Pertanggungjawaban Klaim
Pertanggungjawaban klaim pelayanan Jaminan Persalinan dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama ke Tim Pengelola
Kabupaten/Kota dilengkapi :
22
1. Fotokopi
lembar pelayanan
pada
Buku
KIA
sesuai
pelayanan yang diberikan untuk Pemeriksaan kehamilan,
pelayanan nifas, termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB
pasca persalinan. Apabila tidak terdapat buku KIA pada
daerah setempat dapat digunakan buktibukti