AUDIT TEKNISMORFOLOGI SUNGAI PROGO (Studi Kasus : Tengah-Hilir Sungai Progo Yogyakarta)

(1)

TUGAS AKHIR

AUDIT TEKNISMORFOLOGI SUNGAI PROGO (Studi Kasus : Tengah-Hilir Sungai Progo Yogyakarta)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusunoleh : FANDI REZA SYAMSU

20120110145

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

(Studi Kasus : Tengah-Hilir Sungai Progo Yogyakarta)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusunoleh : FANDI REZA SYAMSU

20120110145

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

AUDIT TEKNIS MORFOLOGI SUNGAI PROGO (Studi Kasus : Tengah-Hilir Sungai Progo Yogyakarta)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : FANDI REZA SYAMSU

20120110145

Telah disetujui dan disahkan oleh : Tim Penguji

Nursetiawan, ST., MT.,Ph.D Dosen Pembimbing I

……… Tanggal :

Puji Harsanto, ST.,MT.,Ph.D Dosen Pembimbing II

……… Tanggal :

Burhan Barid., ST.,MT. Dosen Penguji

……… Tanggal :


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Mu Ya Allah, atas segala karunia, rahmat dan kasih sayangmu yang senantiasa dicurahkan kepada hambamu yang lemah ini, dan atas pertolonganmu juga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir, yang berjudul “Assessment Morfologi Sungai Progo”.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan – kekurangan baik teori dan metedologinya, sehingga Tugas Akhir ini jauh dari sempurna. Disamping itu penulis juga menyadari, tanpa adanya bekal pengetahuan, bimbingan, dorongan moril dan materil serta bantuan dari berbagai pihak maka belum tentu Tugas Akhir ini bisa selesai. Oleh karena itu dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya, kepada yang terhormat:

1. Jaza’ul Ikhsan,S.T., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ir. Anita Widianti, M.T. selaku Kepala Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Nursetiawan,ST.,MT.,Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan dan penulisan Tugas Akhir ini.

4. Puji Harsanto, ST., MT., Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan demi selesainya Tugas Akhir ini.

5. Burhan Barid., ST.,MT. selaku dosen penguji yang telah memberikan pengarahan dalam terselesaikanya ujian dan terselesaikanya penulisan Tugas Akhir ini.

6. Seluruh dosen jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Seluruh staf dan karyawan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UMY atas bantuannya selama ini.

8. Keluarga, Bapak dan Ibu yang selalu senantiasa memberikan dukungan yang berupa materi maupun imateri.


(5)

iv

9. Sahabat-sahabat penulis, Ika Novia, Deni Hidayat, Dani Buceri, Ahmad Khomaini, Iska, Sigit, Ridwan, yang bersedia berbagi canda tawa, keluh kesah dan motivasinya.

10.Rekan-rekan kerja Tugas Akhir Penulis, Ika Novia, Iska, Ahmad Khomaini, Sigit, Ridwan, Adit yang bersedia saling membantu dalam terselesaikannya Tugas Akhir ini.

11.Teman – teman Teknik Sipil B angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan serta motivasinya.

12.Semua pihak yang tidak tersebutkan dan telah membantu meyelesaikan Tugas Akhir ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan penulis, oleh karena itu dengan segala keterbukaan penulis, akan menerima kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan dan kebenaraan Tugas Akhir ini dan semoga nantinya tulisan ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian.

Dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih untuk semua yang telah memberikan bantuan dan dorongan dan atas banyak salah serta kekeliruan yang telah diperbuat oleh penulis, maka penulis memohon maaf.

Yogyakarta, November 2016


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

HALAMAN MOTTO ...iii

KATA PENGAN TAR ...vi

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

INTISARI ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...2

C. Tujuan Penelitian ...2

D. Manfaat Penelitian ...2

E. Batasan Penelitian ...3

F. Keaslian Penelitian...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...4

A.Morfologi...4

B. Audit Teknis ...5

BAB III LANDASAN TEORI ...6

A. Morfologi Sungai ...6

B. Tipe-tipe Sungai ...8

C. Audit Teknis Sungai dan Prasarana Sungai ...11

BAB IV METODE PENELITIAN ...15

A. Lokasi Penelitian ...15

B. Waktu Penelitian ...16

C. Konsep Penelitian...16


(7)

vi

E. Metode Pengumpulan Data ...18

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...19

A. Kondisi Morfologi ...19

1. Ruas 1...22

2. Ruas 2 ...27

3. Ruas 3 ...32

4. Ruas 4 ...36

5. Ruas 5 ...41

6. Ruas 6 ...48

7. Ruas 7 ...54

8. Ruas 8 ...58

9. Ruas 9 ...64

10.Ruas 10...68

B. Rekomendasi ...74

BAB VI PEN UTUP ...75

A. Kesimpulan ...75

B. Saran...75 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lingkup Kegiatan OP Prasarana Sungai serta Pemeliharaan

Sungai ...12

Tabel 3.2 Pemeliharaan Ruang Sungai ...13

Tabel 5.1 Pembagian Ruas Lokasi Penelitian...19

Tabel 5.2 Morfologi Sungai Ruas 1 ...26

Tabel5.3 Morfologi Sungai Ruas 2 ...31

Tabel 5.4 Morfologi Sungai Ruas 3 ...35

Tabel 5.5 Morfologi Sungai Ruas 4 ...40

Tabel 5.6 Morfologi Sungai Ruas 5 ...47

Tabel 5.7 Morfologi Sungai Ruas 6 ...53

Tabel 5.8 Morfologi Sungai Ruas 7 ...57

Tabel 5.9 Morfologi Sungai Ruas 8 ...63

Tabel 5.10 Morfologi Sungai Ruas 9 ...67

Tabel 5.11 Morfologi Sungai Ruas 10 ...72


(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Morfologi Sungai ...6

Gambar 3.2 Tipe-Tipe Sungai...8

Gambar4.1 Peta Lokasi Penelitian ...15

Gambar 4.2 Tahapan Penelitian ...17

Gambar 5.1 Peta Lokasi Bangunan Air Sungai Progo...21

Gambar5.2.2 Peta Lokasi Ruas 1...22

Gambar 5.2 Detail Morfologi Pengamatan 1 ...23

Gambar 5.3 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 1 ...24

Gambar 5.4 Detail Morfologi Pengamatan 2 ...24

Gambar 5.5 Detail Morfologi Pengamatan 3 ...25

Gambar 5.6 Detail Morfologi Pengamatan 4 ...25

Gambar 5.2.3 Peta Lokasi Ruas 2 ...27

Gambar 5.7 Detail Morfologi Pengamatan 4 ...38

Gambar 5.8 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 4 ...39

Gambar5.9 Detail Morfologi Pengamatan 5 ...30

Gambar 5.2.4 PetaLokasiRuas 3 ...32

Gambar 5.10 Detail Morfologi Pengamatan 5 ...33

Gambar 5.11 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 5 ...34

Gambar5.12 Detail Morfologi Pengamatan 6 ...35

Gambar5.2.5 Peta Lokasi Ruas 4 ...36

Gambar5.13 Detail Morfologi Pengamatan 6...37

Gambar5.14 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 6 ...38

Gambar5.15 Detail Morfologi Pengamatan 7 ...39

Gambar5.2.6 PetaLokasiRuas 5...41

Gambar5.16 Detail Morfologi Pengamatan 7 ...42

Gambar5.17 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 7 ...43

Gambar5.18 Detail Morfologi Pengamatan 8 ...44

Gambar5.19 Detail Morfologi Pengamatan 9 ...44


(10)

Gambar5.21 Detail Morfologi Pengamatan 11 ...45

Gambar5.22 Detail Morfologi Pengamatan 12 ...46

Gambar5.2.7 Peta Lokasi Ruas 6...48

Gambar5.23 Detail Morfologi Pengamatan 12 ...49

Gambar5.24 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 12 ...51

Gambar5.25 Detail Morfologi Pengamatan 13 ...51

Gambar5.26 Detail Morfologi Pengamatan 14 ...52

Gambar5.27 Detail Morfologi Pengamatan 15 ...52

Gambar5.2.8 Peta Lokasi Ruas 7...54

Gambar5.28 Detail Morfologi Pengamatan 15 ...55

Gambar5.29 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 15 ...56

Gambar5.2.9 Peta Lokasi Ruas 8...58

Gambar5.30 Detail Morfologi Pengamatan 16 ...59

Gambar5.31 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 16 ...59

Gambar5.32 Detail Morfologi Pengamatan 17 ...60

Gambar5.33 Detail Morfologi Pengamatan 18 ...60

Gambar5.34 Detail Morfologi Pengamatan 19 ...61

Gambar5.35 Detail Morfologi Pengamatan 20 ...61

Gambar5.36 Detail Morfologi Pengamatan 21 ...62

Gambar5.37 Detail Morfologi Pengamatan 22 ...62

Gambar5.38 Detail Morfologi Pengamatan 23 ...63

Gambar5.2.10 Peta Lokasi Ruas 9 ...64

Gambar5.39 Detail Morfologi Pengamatan 23 ...65

Gambar5.40 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 23 ...66

Gambar5.41 Detail Morfologi Pengamatan 24 ...66

Gambar5.2.11 Peta Lokasi Ruas 10 ...68

Gambar5.42 Detail Morfologi Pengamatan 24 ...79

Gambar5.43 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 24 ...70

Gambar5.44 Detail Morfologi Pengamatan 25 ...71

Gambar5.45 Detail Morfologi Pengamatan 26 ...71


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Formulir Survei Ruas 1

Lampiran 2. Formulir Survei Ruas 2 Lampiran 3. Formulir Survei Ruas 3 Lampiran 4. Formulir Survei Ruas 4 Lampiran 5. Formulir Survei Ruas 5 Lampiran 6. Formulir Survei Ruas 6 Lampiran 7. Formulir Survei Ruas 7 Lampiran 8. Formulir Survei Ruas 8 Lampiran 9. Formulir Survei Ruas 9 Lampiran 10. Formulir Survei Ruas 10


(12)

INTISARI

Tuntutan kebutuhan sosial dan ekonomi manusia yang kian berkembang telah mendorong perkembangan teknologi pendayagunaan sungai mulai dari tingkat yang paling sederhana hingga teknologi yang sangat maju. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendayagunaan dan perlindungan sungai telah melahirkan berbagai jenis prasarana sungai yang tersebar di Indonesia.Tanpa dilakukan pemeliharaan yang memadai, baik terhadap prasarana sungai maupun sungainya sendiri tentu akan cepat mengalami degradasi fisik dan fungsi sehingga efektivitas eksploitasi atau operasi prasarana sungai akan terganggu, bahkan tindakan operatif pemenuhan kebutuhan air dan pengendalian aliran air menjadi tidak optimal ataupun dapat terhenti. Untuk itu perlu dilakukan kegian audit teknis sungai dan pemeliharaan sungai. Audit teknis sungai adalah teknik pengumpulan data dengan ,etode penilaian kondisi fisik sungai,penilaian dilakukan dengan menggunakan form catatan inspeksi sungai dan di sertai dengan foto kondisi fisik di lapangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai morfologi Sungai Progo dan memberikan rekomendasi terhadap hasil penilaian morfologi Sungai Progo. Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Surat Edaran Nomor: 05/SE/D/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Operasi Dan Pemeliharaan Prasarana Sungai dan Pemeliharaan Sungai. Metode yang digunakan adalah metode walking trough (penelusuran) di lapangan dengan dilakukan pengisian formulir survei kerusakan aliran sungai serta dokumentasi berupa f oto-foto kerusakan di lapangan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat dari hasil foto-foto survei di lapangan terdapat sekitar 65% agradasi dan 30% degradasi yang ada di sepanjang Sungai Progo, agradasi berupa material Gunung Merapi yaitu pasir dan bebatuan sehingga banyak ditemukan penambangan liar di sekitar Sungai Progo. Morfologi sungai yang parah terdapat di ruas 9 dan 10 yaitu dibagian hilir.


(13)

(14)

Tuntutan kebutuhan sosial dan ekonomi manusia yang kian berkembang telah mendorong perkembangan teknologi pendayagunaan sungai mulai dari tingkat yang paling sederhana hingga teknologi yang sangat maju. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendayagunaan dan perlindungan sungai telah melahirkan berbagai jenis prasarana sungai yang tersebar di Indonesia.Tanpa dilakukan pemeliharaan yang memadai, baik terhadap prasarana su ngai maupun sungainya sendiri tentu akan cepat mengalami degradasi fisik dan fungsi sehingga efektivitas eksploitasi atau operasi prasarana sungai akan terganggu, bahkan tindakan operatif pemenuhan kebutuhan air dan pengendalian aliran air menjadi tidak optimal ataupun dapat terhenti. Untuk itu perlu dilakukan kegian audit teknis sungai dan pemeliharaan sungai. Audit teknis sungai adalah teknik pengumpulan data dengan ,etode penilaian kondisi fisik sungai,penilaian dilakukan dengan menggunakan form catatan inspeksi sungai dan di sertai dengan foto kondisi fisik di lapangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai morfologi Sungai Progo dan memberikan rekomendasi terhadap hasil penilaian morfologi Sungai Progo. Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Surat Edaran Nomor: 05/SE/D/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Operasi Dan Pemeliharaan Prasarana Sungai dan Pemeliharaan Sungai. Metode yang digunakan adalah metode walking trough (penelusuran) di lapangan dengan dilakukan pengisian formulir survei kerusakan aliran sungai serta dokumentasi berupa foto-foto kerusakan di lapangan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat dari hasil foto -foto survei di lapangan terdapat sekitar 65% agradasi dan 30% degradasi yang ada di s epanjang Sungai Progo, agradasi berupa material Gunung Merapi yaitu pasir dan bebatuan sehingga banyak ditemukan penambangan liar di sekitar Sungai Progo. Morfologi sungai yang parah terdapat di ruas 9 dan 10 yaitu dibagian hilir.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan kebutuhan sosial dan ekonomi manusia yang kian berkembang telah mendorong perkembangan teknologi pendayagunaan sungai mulai dari tingkat yang paling sederhana hingga teknologi yang sangat maju. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendayagunaan dan perlindungan sungai telah melahirkan berbagai jenis prasarana sungai yang tersebar di Indonesia.Tanpa dilakukan pemeliharaan yang memadai, baik terhadap prasarana sungai maupun sungainya sendiri tentu akan cepat mengalami degradasi fisik dan fungsi sehingga efektivitas eksploitasi atau operasi prasarana sungai akan terganggu, bahkan tindakan operatif pemenuhan kebutuhan air dan pengendalian aliran air menjadi tidak optimal ataupun dapat terhenti.

Sungai secara umum memiliki suatu karakteristik sifat yaitu terjadinya perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi dikarenakan oleh faktor alam dan faktor manusia seperti halnya pembuatan bangunan-bangunan air seperti pilar dan abutmen pada jembatan, groundsill, bendung dan sebagainya. Sifat sungai yang dinamis, dalam waktu tertentu akan mampu menjadikan pengaruh kerusakan terhadap bangunan yang ada disekitarnya.

Sungai Progo merupakansungai yang mengalir di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di Indonesia. Sungai ini berhulu di Gunung Sindoro dengan panjang sungai utama sekitar 138 km dan mempunyai daerah aliran seluas sekitar 243.833,086 hektar. Sungai Progo memiliki anak-anak sungai yang berhulu di beberapa gunung, salah satunya adalah gunung Merapi yang masih memiliki status gunung api aktif. Anak-anak sungai yang berhulu dari gunung Merapi diantaranya adalahSungai Bedog, Sungai Krasak, Sungai Apu, Sungai Bebeng, Sungai Batang, Sungai Putih, Sungai Pabelan, dan Sungai Blokeng.Sungai Progo merupakan sungai alami yang memiliki salah satu hulu yang bersumber di Gunung Merapi,


(16)

yangmengakibatkan Sungai Progo menerima dampak dari material yang terbawa oleh lahar dingin. Aliran debris lahar dingin berpotensi merubah morfologi aliran Sungai Progo secara signifikan. Tidak hanya aliran sepanjang sungai saja yang menerima dampak banjir lahar dingin, namun bangunan di sepanjang aliran sungai juga menerimanya. Sedimentasi dapat di definisikan sebagai pengangkutan, melayangnya (suspensi) atau mengendapnya 2 material fragmental oleh air.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan yang telah diungkapkan pada latar belakang penelitian, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan di tinjau, yaitu:

1. Bagaimana kondisi fisik Sungai Progo ? 2. Bagaimana kondisi morfologi Sungai Progo ? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Melakukan penilaian morfologi Sungai Progo.

2. Memberikan rekomendasi terhadap hasil penilaian kondisi fisik morfologi Sungai Progo.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan sebuah manfaat dari penelitian ini, yaitu :

1. Memberikan informasi tentang kondisi fisik lapangan morfologi sungai yang ada di Sungai Progo.

2. Memberikan informasi dari sebuah metode yang dapat digunakan dalam penilaian kondisi fisik (morfologi) sungai.


(17)

3

E. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, 1. Penelitian ini tidak mengkaji mengenai sosial ekonomi masyarakat yang

terkena dampak dari erupsi Gunung Merapi.

2. Morfologi Sungai Progo dianggap hanya dipengaruhi oleh erupsi Gunung Merapi tahun 2010.

3. Menilai morfologi sungai progo diantaranya gerusan dan sedimen, studi kasus bagian tengah sampai hilir Sungai Progo.

4. Memperkirakan kelayakan fisik Sungai Progo. F. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis, belum ada Tugas Akhir ataupun penelitian tentang Audit Teknis Sungai dan Morfologi Sungai di wilayah SungaiProgo.


(18)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi

Jazaul Ikhsan dan Galih Wicaksono (2012), meliputi tentang Pengaruh Lahar Dingin Pasca Erupsi Merapi 2010 Terhadap Kondisi Fisik Sungai Progo Bagian Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengeatahui perubahan fisik Sungai Progo bagian tengah yang diakibatkan oleh lahar dingin pasca erupsi merapi 2010 dan angkutan sedimen yang terjadi pada pias sungai tersebut. Parameter yang digunakan untuk mengetahui perubahan fisik adalah perubahan morfologi sungai dan porositas sedimen dasar sungai. Data untuk analisis tipe morfologi sungai, angkutan sedimen dan nilai porositas dilakukan dengan pengambilan data lapangan dan pengujian di laboratorium. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan morfologi sungai, terutama di pertemuan Sungai Progo-Pabelan dan Sungai Progo-Putih. Untuk parameter porositas sedimen dasar sungai, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilainya sama besar dari hulu ke hilir. Angkutan sedimen di pertemuan Sungai Progo- Pabelan mempunyai nilai yang paling besar dibandingkan dengan angkutan sedimen yang terjadi di titik tinjauan yang lain.

Ulil Amri (2014), meliputi tentang Tinjauan Morfologi, porositan dan angkutan sedimen material dasar sungai progo hilir pasca erupsi gunung merapi tahun 2010. Bertuan untuk mengetahui tipe morfolohi sungai, porositas dan angkutan sedimen material dasar sungai progo hilir pasca erupsi merapi 2010. Untuk menentukan morfologi sungai digunakan acuan menurut Rosgen (1996), dan porositas sedimen menggunakan persamaan Sulaiman (2008), sedangkan untuk menentukan besarnya angkutan sedimen dasar sungai progo menggunakan persamaan Formula Einstein (1950). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lokasi 1 Jembatan Srandakan menunjukkan morfologi sungai bertipe D5b, rata–rata diameter material dasar permukaan adalah 0,88 mm, nilai porositas 0,15610 atau 15,61% dan kapasitas angkutan sedimen sebesar 1,428 ton/hari. Pada lokasi 2 Dusun


(19)

5

Singgelo Kecamatan Srandakan, morfologi sungai bertipe D5b, rata-rata diameter material dasar permukaan adalah 0,5 mm, nilai porositas 0,29109 atau 29,11%, dan kapasitas angkutan sedimen sebesar 1,699 ton/hari. Pada lokasi 3 Dusun Blibis Kecamatan Srandakan, morfologi sungai bertipe E5 dan rata-rata diameter material dasar permukaan adalah 0,6 mm, nilai porositas 0,29108 atau 29,11% dan kapasitas angkutan sedimen sebesar 4,982 ton/hari. B. Audit Teknis

Audit teknis sarana dan prasarana sungai merupakan metode pemeliharaan sarana dan prasarana sungai dengan cara mengevaluasi kondisi fisik sarana dan prasarana sungai. Tanpa dilakukan pemeliharaan yang memadai, baik terhadap prasarana sungai maupun sungainya sendiri tentu akan cepat mengalami degradasi fisik dan fungsi sehingga efektivitas eksploitasi atau operasi prasarana sungai akan terganggu, bahkan tindakan operatif pemenuhan kebutuhan air dan pengendalian aliran air menjadi tidak optimal ataupun dapat terhenti (Pedoman OP Prasarana Sungai dan Pemeliharaan Tahun 2016).


(20)

6 BAB III LANDASAN TEORI

A. Morfologi Sungai

Morfologi (Morpologie) berasal dari kata yunani yaitu morpe yang berarti bentuk dan logos yang berarti ilmu, dengan demikian maka morfologi berarti ilmu yang mempelajari tentang bentuk (Wikipedia, 2011). Morfologi sungai merupakan hal yang menyangkut kondisi fisik sungai tentang geometri, jenis, sifat, dan perilaku sungai dengan segala aspek perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu, dengan demikian menyangkut sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Morfologi sungai sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya, kondisi aliran, proses angkutan sedimen, kondisi lingkungan, serta aktivitas manusia di sekitarnya. Proses geomorfologi utama yang terjadi di sungai adalah erosi, longsor tebing, dan sedimentasi. Air yang mengalir di sungai sebagai fungsi dari gaya gravitasi merupakan sarana transport material yang longsor dan atau tererosi, kemudian tersedimentasi pada daerah yang lebih rendah. Erosi adalah kombinasi proses pengikisan, pengangkutan, dan pemindahan materi lapukan batuan, kemudian dibawa ke tempat lain oleh tenaga pengangkut. Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang berasal dari tempat lain (Dibyosaputro, 1997).

Sumber : geosetia.blogspot.com


(21)

7

Keterangan Gambar Morfologi sungai :

Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai mengalami proses pelapukan, erosi, pelarutan dan sebagainya akan bergabung membentuk sungai utama.

Oxbow lake atau Danau tapal kuda merupakan danau yang dihasilkan dari suatu meander atau sungai yang berkelok-kelok dengan sifat airnya meluber melintasi daratan mengambil jalan pintas dan meninggalkan potongan-potongan yang akhirnya membentuk danau tapal kuda. Oxbow lake terbentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi dari tanah disekitar sungai meander

Meander adalah bentuk sungai yang berkelok-kelok terjadi akibat adanya pengikisan dan pengendapan. Apa bila terjadi secara berulang-ulang akan membentuk kelokan pada sungai. Dan apabila proses ini terjadi pada beberapa bagian sungai, maka akan membentuk sungai yang berkelok-kelok yang di sebut sebagai meander. Pada lengkungan meander masing-masing terdapat dua sisi bagian dari lengkung meander yang selalu mendapat sedimentasi sehingga menyebabkan aliran tersebut berpindah disebut undercut. Aliran air mengalir lebih cepat pada sisi luar lengkung di badingkan arus pada sisi dalam, sehingga sisi luar lingkungan tererosi hasil terendapkan pada sisi dalam.

Degradasi adalah penurunan lapisan fluvial akibat proses erosi. Fluvial adalah proses terkait keberadaan arus sungai, dan endapan hasil erosi.

Agradasi adalah penumpukan bahan-bahan yang terjadi oleh karena gaya angkut berhenti, misalkan karen dasar sungai tempat berlangsungnya pengakutan tidak lagi berlanjud melainkan berubah menjadi datar. Proses terjadinya agradasi dasar sungai pada hulu akibat adanya pemasangan bangunan air. Selain itu degradasi juga dipengaruhi oleh debit, waktu pengaliran dan angkutan sedimen.

Ciri–ciri Karakteristik fisik sungai progo bagian tengah yaitu arus air sungai tidak begitu deras, erosi sungai mulai ke samping (erosi horizontal), aliran sungai mulai berkelok-kelok, mulai terjadi proses sedimentasi (pengendapan) karena kecepatan air mulai berkurang sedangkan pada bagian


(22)

hilir sungai progo memiliki karakteristik yaitu arus air sungai tenang, banyak terjadi sedimentasi, erosi ke arah samping (horizontal), sungai berkelok-kelok (terjadi proses meander).

B. Tipe-tipe Sungai

Sumber : Amri, 2014

Gambar 3.1 Tipe-Tipe Sungai 1. Tipe sungai Aa+

Tipe sungai Aa+ memiliki kemiringan yang sangat curam (>10%), saluran berparit yang baik, memiliki rasio lebar/kedalaman (W/D ratio) yang rendah dan sepenuhnya dibatasi oleh saluran kecil. Bentuk dasarnya merupakan cekungan luncur atau aliran terjun ( super kritis), Tipe sungai Aa+ banyak dijumpai pada dataran dengan timbunan agregat, zona pengendapan seperti aliran sungai bersalju, bentuk lahan yang secara struktural dipengaruhi oleh patahan, dan zona pengedapan yang berbatasan dengan tanah residu. Arus sungai umumnya beraliran deras atau terjun (super kritis), Tipe sungai Aa+ disebut sebagai sistem suplai sedimen di sebabkan lereng saluran yang curam dan potongan melintang yang sempit serta dalam.


(23)

9

2. Tipe sungai kecil A

Tipe sungai A hampir sama dengan tipe sungai Aa+ yang telah dijelaskan sebelumnya, yang membedakan adalah kemiringan lereng saluran mencapai 4% sampai 10% dan arus sungai umumnya meupakan cekungan dengan air kantung (scourpool).

3. Tipe sungai kecil B

Tipe sungai B umumnya terdapat pada tanah dengan kemiringan yang curam dan sedikit miring. Dengan bentukan lahan utama sebagai kolom belerang yang sempit, banyak sungai tipe B adalah hasil dari zona struktural, patahan, sambungan, dan bagian lereng lembah yang terkontrol secara struktural menjadi lemah yang sempit yang membatasi pengembangan dataran banjir. Tipe sungai B mempunyai saluran berparit rasio lebar per kedalaman (W/D ratio) (<2), sinousitas saluran rendah dan didominasi oleh saluran deras (super kritis). Morfologi bentuk dasar yang dipengaruhi runtuhan dan perbatasan lokal, Umumnya menghasilkan air kantung (scour pool) dan aliran deras serta tingkat erosi pinggir sungai yang relatif rendah.

4. Tipe sungai kecil C

Tipe sungai C terdapat pada lembah yang relatif sempit sampai lembah yang lebar berasan dari endapan alluvial. Saluran tipe C memiliki dataran banjir yang berkembang dengan baik, kemiringan saluran < 2%dan morfologi dasar yang mengindikasikan konfigurasi cekungan. Potongan dan bentuk dari tipe sungai C dipengaruhi oleh rasio lebar perkedalaman (W/D ratio) yang umumnya (<12) dan sinusitas > 1,4. Bentuk morfologi utama dari tipe sungai C adalah saluran dengan relief rendah, kemiringa rendah, sinusitas sedang, saluran berparit rendah, rasio perkedalaman tinggi, serta dataran banjir yang berkembang baik.

5. Tipe sungai kecil D

Tipe sungai D mempunyai konfigurasi yang unik sebagai sistem saluran yang menunjukan pola berjalin dengan rasio lebar per kedalaman (W/D ratio) yang sangat tinggi (> 40), dan lereng salura yang umumnya


(24)

sama dengan lereng lembah. Tingkat erosi yang sangat tinggi dan rasio lebar saluran yang sangat rendah, dengan suplai sedimen yang sangat tidak terbatas. Bentuk saluran merupak tipe pulau yag bervegetasi. Pola saluran berjalin dapat berkembbang pada daerah yang bermaterial sangat kasar yang terletak pada lebah dengan lereng yang cukup curam, sampai lembh dengan gradien yang rendah, rata, dan sangat bebas yang berisi material yang sangat halus.

6. Tipe sungai kecil DA (branastomosis)

Tipe sungai DA (branastomosis) adalah suatu sistem saluran berjalin dengan gradien yang sangat rendah dan lebar aliran setiap saluran bervariasi. Tipe sungai DA merupakan suatu sistem sungai stabil dan memiliki banyak saluran dan rasio lebar per saluran serta sinousitas bervariasi dari sangat rendah sampe sangat tinggi.

7. Tipe sungai E

Tipe sungai E merupakan perkembangan tie sungai F, yaitu mulai saluran yang lebar, berparit, dan berkelok mengikuti perkembangan daerah banjir dan pemulihan vegetasi dari bekas saluran F. Tipe sungai kecil E agak berparit, yang menunjukan rasio lebar per kedalaman (W/D ratio) tertinggi dari semua tipe sungai. Tipe sungai E adalah suatu cekungan konsisten yang menghasilkan jumlah cekungan dari setiap unit jarak saluran, sistem sungai E umumnyan terjadi di lebah aluvial yang mempunyai elevasi rendah.

8. Tipe sungai F

Tipe sungai F adalah saluran berkelok yang berparit klasik, mempunyai elevasi yang relatif rendah yang berisis batuan yang sangat lapuk atau mudah terkena erosi. Karakteristik sungai F adalah mempunyai rasio lebar per kedalaman saluran (W/D ratio) yang sangat tinggi dan bentuk dasar sebagai cekungan sederhana.


(25)

11

9. Tipe sungai G

Tipe sungai G adalah saluran bertingkat, berparit, sempit dan dalam dengan sinusitas tinggi sampai sederhana. Kemiringan saluran umumnya >0,02, meskipun saluran dapat mempunyai lereng yang ladai di maa sebagai lereng yang di potong ke bawah. Tipe sungai G laju erosi tepi yang sangat besar, suplai sedimen yang tinggi, lereng saluran yang sederhana sampai curam, rasio lebar per kedalaman (W/D ratio) yang rendah, bebn dasar tinggi dan laju transport sedimen terlarut sangat tinggi. C. Audit Teknis Sungai dan Prasarana Sungai

Audit teknis sungai dan prasarana sungai adalah teknik pengumpulan data dengan metode penilaian kondisi fisik prasarana sungai, penilaian dilakukan dengan menggunakan form catatan inspeksi prasarana sungai dan di sertai dengan foto kondisi fisik di lapangan. Pedoman OP prasarana sungai dan pemeliharaan sungai membahas tentang tata cara operasi pemeliharaan prasarana dan sungai. Operasi prasarana sungai mencakup tiga fungsi yaitu: pengaturan, pengalokasian, serta penyediaan air dan ruang sungai. Operasi prasarana sungai bertujuan untuk mengoptimalkan kemanfaatan sungai dan prasarananya. Sedangkan pemeliharaan sungai dan prasarananya meliputi fungsi perawatandan perlindungan sungai dan prasarananya serta daerah tangkapan air yang bertujuan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan dan ketercapaian tujuan operasi prasarana sungai.


(26)

Tabel 3.1 Lingkup Kegiatan OP Prasarana Sungai serta Pemeliharaan Sungai Jenis

Kegiatan

Lingkup Prasarana OP

Sungai Prasarana Sungai

Operasi 1) Pengoperasian bangunan

pengatur atau pengendali debit dan arah aliran air sungai. 2) Pengoperasian bangunan atau

pos pemantau kondisi hidrologi, hidroklimatologi, dan kualitas air sungai.

3) Pengoperasian prasarana penunjang atau pendukung kegiatan OP (peralatan dan kendaraan, perahu,

telekomunikasi).

Pemeliharaan 1) Penatausahaan sungai

2) Pemeliharaan ruang sungai dan

pengendalian pemanfaatan ruang sungai

3) Pemeliharaan dataran banjir dan

pengendalian pemanfaatan dataran banjir

4) Restorasi sungai

1) Penatausahaan bangunan sungai. 2) Pemeliharaan bangunan sungai. 3) Pemeliharaan bangunan/pos

pemantau kondisi hidrologi, hidroklimatologi, dan kualitas air sungai.

4) Pemeliharaan prasarana penunjang dan pendukung kegiatan OP baik berupa gedung, peralatan berat, serta peralatan transportasi dan telekomunikasi.

Sumber : Pedoman OP Prasarana Sungai dan Pemeliharaan Tahun 2016

Pemeliharaan ruang sungai sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (2) huruf b bertujuan untuk menjaga:

1. Palung sungai senantiasa berfungsi sebagai tempat air mengalir dan tempat berlangsungnya kehidupan ekosistem sungai, dan

2. Sempadan sungai senantiasa berfungsi sebagai tempat penyangga antara ekosistem sungai dan daratan, agar fungsi sungai dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.

Faktor yang perlu diperhatikan dan dikerjakan oleh unit pelaksana OP sungai dalam pemeliharaan ruang sungai diuraikan dalam tabel 3.2.


(27)

13

Tabel 3.2 Pemeliharaan Ruang Sungai

No Faktor yang perlu diperhatikan Fokus Perhatian Uraian kegiatan Pemeliharaan sungai 1 Struktur dan

formasi dasar sungai

1. Fitur alami bebatuan pada dasar sungai 2. Pepohonan dan

rumput tetumbuhan di tepi sungai 3. Degradasi dan

Agradasi dasar sungai

1. Melaksanakan inspeksi dan pengawasan rutin

2. Mencegah pengambilan bebatuan dasar sungai

3. Mencegah pembabatan terhadap pepohonan di tepian sungai

4. Merawat rumput pertumbuhan di tepi sungai

5. Memasang rambu peringatan atau Larangan

2 Dimensi palung Sungai

1. Perubahan dimensi palung sungai 2. Perubahan arah

aliran air 3. Sampah

mengambang atau menumpuk di sungai

4. Serasah tanaman yang hanyut atau menyangkut di sungai

1. Memberikan pertimbangan teknis terhadap kegiatan pengerukan 2. Melaksanakan pembersihan rutin

terhadap sampah di sungai

3. Menyingkirkan ranting dan batang pohon tumbang yang mengganggu kelancaran aliran sungai

4. Melakukan pemantauan dan evaluasi periodik 2 tahunan terhadap

perubahan dimensi palung. 5. Menjaga kestabilan tebing Sungai

3 Kemiringan dasar sungai

1. Kemiringan dasar sungai

2. Lebar dan kedalaman alur

1. Melakukan inspeksi dan pengawasan rutin.

2. Melaksanakan pengawasan terhadap aktivitas pengerukan sungai dan pengambilan batuan sungai

3. Melaksanakan pengerukan periodik paling lama 2 tahunan pada ruas yang mengalami pendangkalan 4. .Melakukan pemantauan dan

evaluasi periodik 2 tahunan terhadap perubahan kemiringan dasar sungai


(28)

Tabel 3.2 Lanjutan 4 Dinamika

Meander

1. Dinamika perubahan lateral meander

2. Potensi bahaya longsor atau keruntuhan tebing sungai pada tikungan luar meander 3. Penggerowongan (local scouring) pada bagian dasar/pondasi bangunan di sungai. 4. Stabilitas lereng

sungai

1. Melakukan pemantauan dan

evaluasi periodik 2 tahunan terhadap dinamika perubahan meander 2. Melaksanakan pencegahan terhadap

penggerusan dan pengikisan tebing 3. Melaksanakan pemeliharaan

korektif terhadap tebing yang tidak stabil dan membahayakan

lingkungan dan prasarana yang ada didekatnya

5 Eksistensi sempadan Sungai

1. Potensi pelanggaran terhadap ketentuan batas sempadan sungai

2. Dinamika

penggunaan ruang di dalam sempadan sungai

1. Memasang patok batas sempadan sungai

2. Memasang rambu peringatan dan larangan

3. Melaksanakan pengawasan periodik satu bulan sekali terhadap

penggunaan ruang di dalam 4. sempadan sungai

5. Menjaga ketertiban penggunaan ruang di dalam sempadan sungai Sumber : Pedoman OP Prasarana Sungai dan Pemeliharaan Tahun 2016


(29)

15 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di bagian tengah sampai hilir Sungai Progo. Di mulai dari Jl. Jendral Sudirman, Magelang sampai hilir Sungai Progo (Samudra Hindia atau pantai Laut Selatan) lihat Gambar 4.1 sungai berwarna biru.


(30)

B. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus 2016 pada saat musim panas, dikarenakan pada saat cuaca panas tidak menghalangi jalannya penelitian di lapangan.

C. Konsep Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi sungai terutama dibagian yang mengalami erosi, longsor tebing, dan sedimentasi pada bagian tengah sampai hilir Sungai Progo. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data primer yaitu dengan cara walking trough (penelusuran) sungai disertai dengan pengambilan foto di lapangan.


(31)

17

D. Tahapan Penelitian

Gambar 4.2 Tahapan Penelitian Persiapan Alat dan Bahan

1. GPS 2. Kamera 3. Form Survei

Pengumpulan Data

Penentuan Wilayah Tinjauan dan Rekapitulasi Data

Mulai

Kajian Pustaka

Data Primer : 1. Foto Morfologi

2. Koordinat Lokasi Morfologi

Data Sekunder:

1. Peta Citra Satelit Google

Pembahasan

Selesai

Penilaian Kondisi Morfologi Sungai


(32)

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang dipakai adalah data primer yaitu peninjauan lapangan dengan metode walking trough (penulusuran) di lapangan dengan dilakukan pengisian form survei kerusakan aliran sungai serta dokumentasi berupa foto-foto kerusakan di lapangan.

Dalam mengumpulkan data lapangan dan pengamatan melalui peta citra satelite, lokasi penelitian dibagi menjadi 10 ruas yang setiap ruasnya dibatasi oleh bangunan air yaitu Jembatan, kemudian dibagian akhir dibatasi oleh ujung sungai Progo yaitu Samudra Hindia atau pantai Laut Selatan. Berikut bisa di lihat di Tabel 5.1 yang menjelaskan pembagian ruas lokasi penelitian.

1. Alat.

a. Global Position System (GPS) Garmin 64, digunakan untuk melakukan penentuan koordinat dari lokasi yang ditinjau.

b. Kamera, digunakan untuk mengambil gambar di lokasi yang ditinjau. c. ArcGIS Desktop 10.3, digunakan untuk melakukan pemetaan lokasi

penelitian.

d. Microsoft Word 2013, digunakan untuk melakukan rekapitulasi dan pembuatan laporan.

2. Bahan.

a. Peta Citra Satelit Google 2016, digunakan untuk melakukan pemetaan lokasi yang ditinjau.

b. Data Jejaring Aliran DAS Progo.

Waktu pengumpulan data yang dilakukan selama 2 hari pada hari pertama dimulai dari Jembatan Bronjonalan di Jl Jendral Sudirman pada pukul 15.30 WIB berakhir di Jembatan Kreo di Jalan Raya Banjararum pada pukul 17.20 WIB. Hari kedua dimulai dari Bendung Sapon – Jl. Alternatif Bendo Sapon pada pukul 13.35 WIB dilanjudkan sampai hilir Sungai Progo (Samudra Hindia) pada pukul 15.00 WIB, selanjutnya survei dilakukan di Jembatan Ngapak yang berada di Jalan Godean pukul 16.00 WIB dan berakhir di Groundsill Bantar.


(33)

19 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Morfologi

Berdasarkan peta lokasi studi secara keseluruhan (lihat Gambar 5.1), kemudian batasan daerah tinjauan per ruas digambarkan melalui peta citra satelit. Sedangkan untuk kondisi morfologi sungai dijelaskan dalam tabel agradasi dan degradasi disertai gambar citra satelit bentuk morfologi dan foto lapangan hasil survei morfologi.

Tabel 5.1 Pembagian Ruas Lokasi Penelitian

Ruas Dari Sampai Panjang

(km)

1

Jembatan Brojonalan (J1) (X UTM: 414147,2184) (Y UTM: 9159541,184)

Jembatan Klangon (J2) (X UTM: 417706,4905) (Y UTM: 9155186,228)

19,5

2

Jembatan Klangon (J2) (X UTM: 417706,4905) (Y UTM: 9155186,228)

Jembatan Ancol (J3) (X UTM 419179,7936) (Y UTM 9152728,933)

7,5

3

Jembatan Ancol (J3) (X UTM 419179,7936) (Y UTM 9152728,933)

Jembatan Gantung Duwet (J4) (X UTM: 419210,4988) (Y UTM: 9149379,568)

8,2

4

Jembatan Gantung Duwet (J4)

(X UTM: 419210,4988) (Y UTM: 9149379,568)

Jembatan Kreo (J5) (X UTM: 415239,1759)

(Y UTM: 9146234,787) 14,1

5

Jembatan Kreo (J5) (X UTM: 415239,1759) (Y UTM: 9146234,787)

Jembatan Ngapak (J6) (X UTM: 413933,4445) (Y UTM: 9142867,439)


(34)

Tabel 5.1 Lanjutan

6

Jembatan Ngapak (J6) (X UTM: 413933,4445) (Y UTM: 9142867,439)

Jembatan Mbeling (J7,J8) (X UTM: 415511,0673) (Y UTM: 9136030,274) (X UTM: 415525,5329) (Y UTM: 9136018,25)

17,3

7

Jembatan Mbeling (J7,J8) (X UTM: 415511,0673) (Y UTM: 9136030,274) (X UTM: 415525,5329) (Y UTM: 9136018,25)

Jembatan bantaran Lama (J9) (X UTM: 415521,5012)

(Y UTM: 9135264,772) 1,4

8

Jembatan bantaran Lama (J9) (X UTM: 415521,5012) (Y UTM: 9135264,772)

Jembatan Alternatif Bendung Sapon (12)

(X UTM: 417920,8387) (Y UTM: 9124085,906)

47,5

9

Jembatan Alternatif Bendung Sapon (12)

(X UTM: 417920,8387) (Y UTM: 9124085,906)

Jembatan Srandakan (baru) (J14)

(X UTM: 416457,3452) (Y UTM: 9122324,347)

2

10

Jembatan Srandakan (baru) (J14)

(X UTM: 416457,3452) (Y UTM: 9122324,347)

Hilir Sungai Progo

17,8

Berikut merupakan peta yang menunjukkan lokasi bangunan air pada Wilayah hilir Sungai Progo (lihat Gambar5.1).


(35)

21

Gambar 5.1 Peta Lokasi Bangunan Air Sungai Progo

Keterangan :

Groundsill : Jembatan : Bendung :

Groundsill Ancol Bendung Karangtalun

Groundsill Kebonagung

Bendung Sapon Groundsill Srandakan


(36)

1. Ruas 1

Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 1.

Gambar 5.2.2 Peta Lokasi Ruas 1

Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai mengalami proses pelapukan, erosi, pelarutan dan sebagainya akan bergabung membentuk sungai utama.

(Jembatan Brojonalan)

Pengamatan 1

Pengamatan 2

Pengamatan 4


(37)

23

Gambar 5.2 Detail Morfologi Pengamatan 1


(38)

Gambar 5.3 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 1

Gambar 5.4 Detail Morfologi Pengamatan 2


(39)

25

Gambar 5.5 Detail Morfologi Pengamatan 3


(40)

Tabel 5.2 Morfologi Sungai Ruas 1 No

Gambar

Keterangan Gambar

Agaradasi Degradasi

1

Di bagian hulu Jembatan

Brojonalan terdapat Agradasi yang berupa tanah.

Tidak ada

2

Di bagian hulu Jembatan

Brojonalan terdapat Agradasi yang berupa krikil, bebatua, dan pasir.

Tidak ada

3 Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Brojonalan terdapat Degradasi yang berupa tanah.


(41)

27

2. Ruas 2

Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 2.

Gambar 5.2.3 Peta Lokasi Ruas 2

(Jembatan Klangon)

Pengamatan 4


(42)

Gambar 5.7 Detail Morfologi Pengamatan 4


(43)

29

Gambar 5.8 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 4

3 4

2 3


(44)

(45)

31

Tabel 5.3 Morfologi Sungai Ruas 2 No

Gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Agradasi yang

berupa bebatuan dan rumput. Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan

Klangon terdapat Agradasi yang berupa bebatuan.

Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Klangon terdapat Agaradasi yang berupa pasir, kerikil dan bebatuan.

Tidak ada

4. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

6. Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan.


(46)

3. Ruas 3

Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 3.

Gambar 5.2.4 Peta Lokasi Ruas 3

(Jembatan Ancol)

Pengamatan 5


(47)

33

Gambar 5.10 Detail Morfologi Pengamatan 5

2 1


(48)

Gambar 5.11 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 5 5

3 3


(49)

35

Gambar 5.12 Detail Morfologi Pengamatan 6

Tabel 5.4 Morfologi Sungai Ruas 3 No

Gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa pasir dan bebatuan.

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa

bebatuan dan pasir. Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

4.

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

5. Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa tanah.


(50)

4. Ruas 4

Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 4.

Gambar 5.2.5 Peta Lokasi Ruas 4

(Jembatan Gantung Duwet)

Pengamatan 6


(51)

37

Gambar 5.13 Detail Morfologi Pengamatan 6

2 1


(52)

Gambar 5.14 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 6

3 4


(53)

39


(54)

Tabel 5.5 Morfologi Sungai Ruas 4

No Gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa batuan dan pasir.

Tidak ada

2.

Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa pasir dan batuan.

Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa pasir dan bebatuan

Tidak ada

4.

Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat

Agradasi yang berupa bebatuan.

Tidak ada

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat Degradasi yang berupa tanah dan kerikil.

6. Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Degradasi yang berupa tanah dan bebatuan.


(55)

41

5. Ruas 5

Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 5.

Gambar 5.2.6 Peta Lokasi Ruas 5

(Jembatan Kreo)

Pengamatan 7 Pengamatan 8

Pengamatan 9

Pengamatan 10

Pengamatan 11


(56)

Gambar 5.16Detail Morfologi Pengamatan 7

2


(57)

43

Gambar 5.17 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 7 4

5 6


(58)

Gambar 5.18 Detail Morfologi Pengamatan 8


(59)

45

Gambar 5.20 Detail Morfologi Pengamatan 10


(60)

(61)

47

Tabel 5.6 Morfologi Sungai Ruas 5

No Gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa

pasir dan kerikil. Tidak ada

2.

Di bagian hulu Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa

bebatuan. Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa

pasir dan bebatuan. Tidak ada

4.

Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa

bebatuan dan pasir. Tidak ada

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Degradasi yang berupa pasir dan kerikil.

6. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan kreo terdapat Degrdasi yang berupa bebatuan dan pasir.


(62)

6. Ruas 6

Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 6.

Gambar 5.2.7 Peta Lokasi Ruas 6

(Jembatan Ngapak)

Pengamatan 12

Pengamatan 13

Pengamatan 14


(63)

49

Gambar 5.23 Detail Morfologi Pengamatan 12


(64)

6 4 3

5


(65)

51

Gambar 5.24 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 12

Gambar 5.25 Detail Morfologi Pengamatan 13


(66)

Gambar 5.26 Detail Morfologi Pengamatan 14


(67)

53

Tabel 5.7 Morfologi Sungai Ruas 6 No

Gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan, pasir dan sisa reruntuhan bangunan groundsil.

Tidak ada

2.

Di bagian hulu Jembatan Ngapal terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil.

Tidak ada

3.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan.

Tidak ada

4.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

5.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa reruntuhan dari bangunan groundsil yaitu berupa bebatuan.

Tidak ada

6.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

7.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

8.

Di bagian hilir Groundsil Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

9. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Degradasi yang berupa bebatuan.

10. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Ngapal terdapat Degradasi yang berupa bebatuan.


(68)

7. Ruas 7

Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 7.

Gambar 5.2.8 Peta Lokasi Ruas 7

(Jembatan KA. Mbeling ) Pengamatan 15


(69)

55

Gambar 5.28 Detail Morfologi Pengamatan 15


(70)

Gambar 5.29 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 15

3 4


(71)

57

Tabel 5.8 Morfologi Sungai Ruas 7 No

Gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hulu Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa pasir.

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa kerikil.

Tidak ada

3.

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil.

Tidak ada

4. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Degradasi yang berupa tanah.

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Degradasi yang berupa tanah.


(72)

8. Ruas 8

Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 8.

Gambar 5.2.9 Peta Lokasi Ruas 8

(Jembatan Bantar Lama)

Pengamatan 16

Pengamatan 17

Pengamatan 18

Pengamatan 19

Pengamatan 20

Pengamatan 21

Pengamatan 22 Pengamatan 22


(73)

59

Gambar 5.30 Detail Morfologi Pengamatan 16

Gambar 5.31 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 16 1


(74)

Gambar 5.32 Detail Morfologi Pengamatan 17

Gambar 5.33 Detail Morfologi Pengamatan 18


(75)

61

Gambar 5.34 Detail Morfologi Pengamatan 19


(76)

Gambar 5.36 Detail Morfologi Pengamatan 21


(77)

63

Gambar 5.38 Detail Morfologi Pengamatan 23

Tabel 5.9 Morfologi Sungai Ruas 8 No

Gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Groundsil Bantaran terdapat Agradasi yang berupa tanah, bebatuan dan rumput.


(78)

9. Ruas 9

Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 9.

Gambar 5.2.10 Peta Lokasi Ruas 9

(Jembatan Alternatif Bendung Sapon)

Pengamatan 23


(79)

65

Gambar 5.39 Detail Morfologi Pengamatan 23


(80)

Penambangan pasir yang ada di sekitar Bendung Sapon merupakan penambangan pasir ilegal, pengerukan pasir yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu lama membuat tumpukan pasir terus berkurang, sehingga dasar sungai semakin dalam. Penambangan ini kalau tidak dikendalikan bisa berdampak pada rusaknya bendung dan jembatan disekitarnya.

Gambar 5.40 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 23

Gambar 5.41 Detail Morfologi Pengamatan 24


(81)

67

Tabel 5.10 Morfologi Sungai Ruas 9 No

Gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi dan penambangan pasir yang berupa pasir dan kerikil

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi yang berupa tanah dan rumput.

Tidak ada

3.

Di bagian hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi yang berupa rumput, tanah dan bebatuan.


(82)

10. Ruas 10

Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 10.

Gambar 5.2.11 Peta Lokasi Ruas 10

(Jembatan Srandakan Lama Dan Jembatan Srandakan Baru)

Pengamatan 24

Pengamatan 25

Pengamatan 26


(83)

69

Gambar 5.42 Detail Morfologi Pengamatan 24


(84)

Dataran Banjir adalah dataran rendah di kanan kiri sungai yang terbentuk dari meterial hasil pengendapan banjir aliran sungai. Pada saat banjir datang, air meluap ke kanan kiri alur sungai. Luapan air ini membawa material sedimen yang kemudian diendapkan di kanan kiri sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga terbentuk dataran banjir seperti gambar 1, 2 dan 3.

3 4

5


(85)

71

Gambar 5.44 Detail Morfologi Pengamatan 25


(86)

Gambar 5.46 Detail Morfologi Pengamatan 27

Tabel 5.12 Morfologi Sungai Ruas 10 No

gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Srandakan terdapat Agrdasi yang berupa tanah, kerikil dan bebatuan.

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan Srandakan terdapat Agredasi yang berupa tanah dan rumput.

Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Srandakan terdapat Agradasi yang berupa tanah dan rumput.

Tidak ada

4.

Di bagian hilir Groundsil Srandakan terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

5.

Di bagian hilir Groundsil Srandakan terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil.


(87)

73

B. Rekomendasi

Berdasarkan kajian kondisi morfologi sungai melalui pengamatan lapangan dan peta citra satelit, maka dapat disimpulkan kondisi umum dari morfologi sungai Progo, yang kemudian diberikan beberapa rekomendasi yang dapat menjadi referensi dalam pemeliharaan sungai beserta infrastrukturnya (lihat tabel 5.3.1).

Tabel 5.13 Kondisi Umum Sungai dan Rekomendasi No

Ruas

Kondisi Umum

Rekomendasi

Agradasi Degradasi

1. Agradasi banyak terlihat di sepanjang aliran sungai, agradasi yang dominan adalah material Gunung Merapi berupa pasir dan bebatuan.

Aliran sungai meander

menyebabkan banyak degradasi yang terjadi di sepanjang aliran sungai.

Perlu di lakukan pengerukan untuk agradasi yang menutupi aliran sungai agar tidak terjadi degradasi yang lebih parah.

2. Agradsi material Gunung Merapi yang berupa pasir dan bebatuan sangat terlihat jelas melalui peta citra satelit dan hampir menutupi aliran sungai

Degradasi sangai banyak dikarenakan banyak agradasi di tengah sungai.

Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Pengerukan agradasi agar sungai lebih luas. Dibangun pengaman tebing.

3. Agradasi sangat banyak terlihat berupa material material Gunung Merapi dan hampir menutupi aliran sungai.

Degradasi sangat banyak dikarenakan disepanjang J3-J4 tidak terlihat bangunan pengaman tebing sungai. Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Pengerukan agradasi. Dibangun pengaman tebing.

4. Sama dengan ruas sebelumnya, agradasi sangat terlihat jelas di peta citra satelit, di sekitar J6 terdapat agradasi yang disebabkan oleh penambangan pasir ilegal.

Degrasasi terlihat dari peta citra satelit. Tidak terlalu banyak

dikarenakan agradasi yang lebih dominan di ruas ini.

Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Pengerukan agradasi yang hampir menutupi aliran sungai.

Penyuluhan atau peringatan bahaya penambangan pasir di sungai.

5. Agradasi sangat sedikit terlihat.

Degradasi yang terlihat sedikit.

Pemantauan dan pemeliharaan sungai.


(88)

Tabel 5.13 Lanjutan 6. Agradasi terlihat di

peta citra satelit, agradasi merupakan material dari Gunung Merapi yang berupa batu dan pasir.

Degrasasi terlihat dari peta citra satelit.

Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Pengerukan agradasi yang mengganggu aliran sungai.

7. Agradasi terlihat di peta citra satelit, ada penambangan pasir ilegal.

Degradasi sangat sedikit yang terlihat.

Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Penyuluhan atau larangan keras untuk penambangan pasir ilegal.

8. Sangat banyak agradasi yang terlihat jelas dan hampir menutupi aliran sungai.

Degradasi tidak terlalu banyak terlihat dikarenakan di kiri/kanan sungai banyak agradasi. Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Pengerukan agradasi yang hampir menutupi aliran sungai.

9. Sangat banyak agradasi berupa pasir dan menjadi tempat penambangan pasir ilegal disekitar Bendung Sapon.

Sedikit degradasi yang terlihat.

Penertiban dan pelarangan para

penambang pasir ilegal. Pemantauan dan pemeliharaan sungai.

10. Agradasi sangat banyak hampir di sepanjang ruas

terdapat agradasi pasir yang lebih dominan. Oleh karena itu di ruas ini sangat banyak penambangan pasir.

Degradasi tidak terlihat dikarenakan agradasi dikira dan kanan sungai.

Penertiban dan larangan untuk tambang pasir ilegal.

Pemantauan dan pemeliharaan sungai.


(89)

75

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan mengenai morfologi Sungai Progo, diperoleh 2 kesimpulan yaitu :

1. Terdapat sekitar 65% agradasi dan 30% degradasi di sepanjang Sungai Progo yang mempengaruhi Morfologi Sungai Progo terutama pada ruas J9 sampai ruas J10.

2. Dari hasil penilaian kodisi fisik morfologi Sungai Progo direkomendasikan agar di lakukan pengerukan untuk Agradasi yang menutupi aliran Sungai Progo. Perlu juga dibangun pengaman tebing agar mencegah terjadi Degradasi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan, terdapat 2 saran yang perlu di lakukan untuk penelitian selanjutnya yaitu :

1. Perlu di lakukan pengerukan untuk Agradasi dan juga pembangunan untuk pengaman tebing Sungai. Pemantauan , pemeliharan, dan larangan buat penambang pasir ilegal yang berada di Sungai Progo terutama di ruas J9 dan J10

2. Pada penelitian selanjutnya disarankan setelah melakukan survei lapangan dengan menggunakan metode Walking Trough (penelusuran) selanjudnya dilakukan aknop sungai untuk mengetahui biaya pemeliharaan prasarana sungai dan menghitung luasan dari Agradasi tersebut.


(90)

A.Fauzan., Khomaini. 2016.”Analisis Karakteristik Fisik DAS dengan DEM SRTM 1 ARC SECOND di Sungai Progo”. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Amri., Ulil. 2014.”Tinjauan Morfologi, Porositas dan Angkutan Sefimen Msterial Dasar Sungai Progo Hilir Pasca Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010”. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Dibyosaputro, Suprapto. Buku Catatan Geomorfologi. Yogyakarta 1995. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Fakultas Geografi UGM.

Emsal lewarang, 2011. ”Bahan Ajar Morfologi

Sungai” https://www.scribd.com/doc/67066505/Bahan-Ajar-Morfologi-Sungai diakses tanggal 11 September 2016.

Ikhsan, Jazaul & Wicaksono, Galih. 2012.”Pengaruh Lahar Dingin Pasca Erupsi Merapi 2010 Terhadap Kondisi Fisik Sungai Progo Bagian Tengah”. Prosiding. Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. Direktorat Jendral

Sumber Daya Air. Surat Edaran Nomor: 05/SE/D/2016. Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Operasi Dan Pemeliharaan Prasarana Sungai Serta Pemeliharaan Sungai. 2016.

Nur., Robbi. 2015.”Tinjauan Penambangan Pasir Di Sungai Progo Terhadap Laju Degradasi Agradasi Elevasi Dasar Sungai Pasca Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010”. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Ierah Jamal, 2014. “Morfologi Sungai”.

http://sj-chelsea.blogspot.co.id/2014/11/morfologi-sungai.html. Diakses tanggal 16


(91)

AUDIT TEKNIS MORFOLOGI SUNGAI Ruas 1

Nama Jembatan : Jembatan Brojonalan – Jembatan Klangon

Koordinat :UTM

X : 414147,2184 X : 417706,4905 Y : 9159541,184 Y : 9155186,228 Panjang Sungai : 19,5 Km

Tanggal Suervei : 10 Agustus 2016

Cuaca : Cerah

No

Keterangan

Agaradasi Degradasi

1

Di bagian hulu Jembatan

Brojonalan terdapat Agradasi yang berupa tanah.

Tidak ada

2

Di bagian hulu Jembatan

Brojonalan terdapat Agradasi yang berupa krikil, bebatua, dan pasir.

Tidak ada

3 Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Brojonalan terdapat Degradasi yang berupa tanah.


(92)

Nama Jembatan : Jembatan Klangon – Jembatan Ancol

Koordinat :UTM

X : 417706,4905 X : 419179,7936 Y : 9155186,228 Y : 9152728,933

Panjang Sungai : 7,5 Km

Tanggal Suervei : 10 Agustus 2016

Cuaca : Cerah

No

Keterangan

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Agradasi yang

berupa bebatuan dan rumput. Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan

Klangon terdapat Agradasi yang berupa bebatuan.

Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Klangon terdapat Agaradasi yang berupa pasir, kerikil dan bebatuan.

Tidak ada

4. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

6. Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan.


(93)

AUDIT TEKNIS MORFOLOGI SUNGAI Ruas 3

Nama Jembatan : Jembatan Ancol – Jembatan Gantung Duwet

Koordinat :UTM

X : 419179,7936 X : 419210,4988 Y : 9152728,933 Y : 9149379,568

Panjang Sungai : 8,2 Km

Tanggal Suervei : 10 Agustus 2016

Cuaca : Cerah

No

Keterangan

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa pasir dan bebatuan.

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa

bebatuan dan pasir. Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

4.

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

5. Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa tanah.


(94)

Nama Jembatan : Jembatan Gantung Duwet – Jembatan Kreo

Koordinat :UTM

X : 419210,4988 X : 415239,1759 Y : 9149379,568 Y : 9146234,787 Panjang Sungai : 14,1 Km

Tanggal Suervei : 10 Agustus 2016

Cuaca : Cerah

No

Keterangan

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa batuan dan pasir.

Tidak ada

2.

Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa pasir dan batuan.

Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa pasir dan bebatuan

Tidak ada

4.

Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat

Agradasi yang berupa bebatuan.

Tidak ada

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat Degradasi yang berupa tanah dan kerikil.

6. Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Degradasi yang berupa tanah dan bebatuan.


(95)

AUDIT TEKNIS MORFOLOGI SUNGAI Ruas 5

Nama Jembatan : Jembatan Kreo – Jembatan Ngapak

Koordinat :UTM

X : 415239,1759 X : 413933,4445 Y : 9146234,787 Y : 9142867,439

Panjang Sungai : 9,4 Km

Tanggal Suervei : 10 Agustus 2016

Cuaca : Cerah

No

Keterangan

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa

pasir dan kerikil. Tidak ada

2.

Di bagian hulu Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa

bebatuan. Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa

pasir dan bebatuan. Tidak ada

4.

Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa

bebatuan dan pasir. Tidak ada

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Degradasi yang berupa pasir dan kerikil.

6. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan kreo terdapat Degrdasi yang berupa bebatuan dan pasir.


(96)

Nama Jembatan : Jembatan Ngapak – Jembatan KA Mbeling 1

Koordinat :UTM

X : 413933,4445 X : 415511,0673 Y : 9142867,439 Y : 9136030,274 Panjang Sungai : 17,3 Km

Tanggal Suervei : 11 Agustus 2016

Cuaca : Cerah

No

Keterangan

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan, pasir dan sisa reruntuhan bangunan groundsil.

Tidak ada

2.

Di bagian hulu Jembatan Ngapal terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil.

Tidak ada

3.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan.

Tidak ada

4.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

5.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa reruntuhan dari bangunan groundsil yaitu berupa bebatuan.

Tidak ada

6.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

7.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

8.

Di bagian hilir Groundsil Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.


(97)

AUDIT TEKNIS MORFOLOGI SUNGAI Ruas 7

Nama Jembatan : Jembatan KA Mbeling – Jembatan Bantar Lama

Koordinat :UTM

X : 415511,0673 X : 415521,5012 Y : 9136030,274 Y : 9135264,772

Panjang Sungai : 1,4 Km

Tanggal Suervei : 11 Agustus 2016

Cuaca : Cerah

No

Keterangan

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hulu Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa pasir.

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa kerikil.

Tidak ada

3.

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil.

Tidak ada

4. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Degradasi yang berupa tanah.

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Degradasi yang berupa tanah.


(98)

Nama Jembatan : Jembatan Bantar Lama – Jembatan Alt. Bendung Sapon

Koordinat :UTM

X : 415521,5012 X : 417920,8387 Y : 9135264,772 Y : 9124085,906 Panjang Sungai : 47,5 Km

Tanggal Suervei : 11 Agustus 2016

Cuaca : Cerah

No

Keterangan

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Groundsil Bantaran terdapat Agradasi yang berupa tanah, bebatuan dan rumput.


(99)

AUDIT TEKNIS MORFOLOGI SUNGAI Ruas 9

Nama Jembatan : Jembatan Alt. Bendung Sapon – Jembatan Srandakan 1

Koordinat :UTM

X : 417920,8387 X : 416457,3452 Y : 9124085,906 Y : 9122324,347

Panjang Sungai : 2 Km

Tanggal Suervei : 11 Agustus 2016

Cuaca : Cerah

No

Keterangan

Agradasi Degradasi

1.

Di hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi dan penambangan pasir yang berupa pasir dan kerikil

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi yang berupa tanah dan rumput.

Tidak ada

3.

Di bagian hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi yang berupa rumput, tanah dan bebatuan.


(100)

Nama Jembatan : Jembatan Srandakan – Hilir Sungai Progo

Koordinat :UTM

X : 416457,3452 X : Y : 9122324,347 Y :

Panjang Sungai : 2 Km

Tanggal Suervei : 11 Agustus 2016

Cuaca : Cerah

No

Keterangan

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Srandakan terdapat Agrdasi yang berupa tanah, kerikil dan bebatuan.

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan Srandakan terdapat Agredasi yang berupa tanah dan rumput.

Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Srandakan terdapat Agradasi yang berupa tanah dan rumput.

Tidak ada

4.

Di bagian hilir Groundsil Srandakan terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

5.

Di bagian hilir Groundsil Srandakan terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil.


(1)

mempunyai

daerah

aliran

seluas

sekitar

243.833,086 hektar. Sungai Progo memiliki

anak-anak sungai yang berhulu di beberapa

gunung, salah satunya adalah gunung Merapi

yang masih memiliki status gunung api aktif.

Sungai Progo merupakan sungai alami yang

memiliki salah satu hulu yang bersumber di

Gunung Merapi, yang mengakibatkan Sungai

Progo menerima dampak dari material yang

terbawa oleh lahar dingin.

Dari hasil penelitian yang di lakukan dari

Sungai Progo terutama di bagian transisi sampai

hilir. Terdapat berbagai macam tipe sungai yang

diantaranya. Ruas J1 sampai J3 terdapat tipe

sungai E karena saluran yang lebar, berparit, dan

berkelok mengikuti perkembangan daerah banjir

dan pemulihan vegetasi dari bekas saluran. Tipe

sungai E adalah suatu cekungan konsisten yang

menghasilkan jumlah cekungan dari setiap unit

jarak saluran, dan sepanjang Ruas J3 sampai J8

terdapat tipe sungai DA (branastomosis) karena

suatu sistem saluran berjalin dengan gradien yang

sangat rendah dan lebar aliran setiap saluran

bervariasi. Tipe sungai DA merupakan suatu

sistem sungai stabil dan memiliki banyak saluran

dan rasio lebar per saluran serta sinousitas

bervariasi dari sangat rendah sampe sangat tinggi.

Sedangkan Ruas J9 sampai Hilir Sungai Progo

terdapat tipe sungai D karena mempunyai

konfigurasi yang unik sebagai sistem saluran

yang menunjukan pola berjalin dengan rasio

lebar per kedalaman (W/D ratio) yang sangat

tinggi (> 40), dan lereng salura yang umumnya

sama dengan lereng lembah. Tingkat erosi yang

sangat tinggi dan rasio lebar saluran yang sangat

rendah, dengan suplai sedimen yang sangat tidak

terbatas. Bentuk saluran merupakan tipe pulau

yang bervegetasi. Pola saluran berjalin dapat

berkembang pada daerah yang bermaterial sangat

kasar yang terletak pada lebah dengan lereng

yang cukup curam, sampai lembah dengan

gradien yang rendah, rata, dan sangat bebas yang

berisi material yang sangat halus.

Terbentuknya agradasi di hilir sungai progo

dikarenakan arus yang tenang mengakibatkan

angkutan material hasil erupsi gunung merapi

mengendap tidak terbawa oleh arus akibatnya

proses agradasi lebih dominan terjadi.

B. Kondisi Morfologi

Berdasarkan

peta

lokasi

studi

secara

keseluruhan (lihat Gambar 2), kemudian batasan

daerah tinjauan per ruas digambarkan melalui

peta citra satelit. Sedangkan untuk kondisi

morfologi sungai dijelaskan dalam tabel agradasi

dan degradasi disertai gambar citra satelit bentuk

morfologi dan foto lapangan hasil survei

morfologi.

Ruas 1

Berikut merupakan foto citra satelit yang

menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan

pada ruas 1.

Gambar 2.3 Peta Lokasi Ruas 1


(2)

Gambar 5 Lokasi Penelitian Ruas 1

Tabel 2 Kondisi Morfologi Sungai Ruas 1

Tabel 3 Kondisi Morfologi Sungai Ruas 2

No Gambar

Keterangan Gambar Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan rumput.

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Agradasi yang berupa bebatuan.

Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Klangon terdapat Agaradasi yang berupa pasir, kerikil dan bebatuan.

Tidak ada

4. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

6. Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan.

Tabel 4 Kondisi Morfologi Sungai Ruas 3

No Gambar

Keterangan Gambar Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa pasir dan bebatuan.

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

4.

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

5. Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa tanah. No

Gambar

Keterangan

Agaradasi Degradasi

1

Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa tanah.

Tidak ada

2

Di bagian hulu Jembatan Brojonalan terdapat sedimen yang berupa krikil, bebatua, dan pasir.

Tidak ada

3 Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Brojonalan terdapat gerusan yang berupa tanah.


(3)

Tabel 5 Kondisi Morfologi Sungai Ruas 4

No Gambar Keterangan Gambar Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa batuan dan pasir.

Tidak ada

2.

Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa pasir dan batuan.

Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa pasir dan bebatuan

Tidak ada

4.

Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa bebatuan.

Tidak ada

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat Degradasi yang berupa tanah dan kerikil.

6. Tidak ada

Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Degradasi yang berupa tanah dan bebatuan.

Tabel 6 Morfologi Sungai Ruas 5

No Gambar

Keterang Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil.

Tidak ada

2.

Di bagian hulu Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa bebatuan.

Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa pasir dan bebatuan.

Tidak ada

4.

Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan

pasir. Tidak ada

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Degradasi

ang berupa pasir dan erikil.

6. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan kreo terdapat Degrdasi yang berupa

ebatuan dan pasir.

Tabel 5.6 Morfologi Sungai Ruas 6

No Gambar

Keterangan Gambar Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan, pasir dan sisa reruntuhan bangunan groundsil.

Tidak ada

2.

Di bagian hulu Jembatan Ngapal terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil.

Tidak ada

3.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan.

Tidak ada

4.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

5.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa reruntuhan dari bangunan groundsil yaitu berupa bebatuan.

Tidak ada

6.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

7.

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

8.

Di bagian hilir Groundsil Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

9. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Degradasi yang berupa bebatuan.

10. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Ngapal terdapat Degradasi yang berupa bebatuan.


(4)

Tabel 5.7 Morfologi Sungai Ruas 7

No Gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hulu Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa pasir.

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa kerikil.

Tidak ada

3.

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil.

Tidak ada

4. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Degradasi yang berupa tanah.

5. Tidak ada

Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Degradasi yang berupa tanah.

Tabel 5.8 Morfologi Sungai Ruas 8

No Gambar

Keterangan Gambar Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Groundsil Bantaran terdapat Agradasi yang berupa tanah, bebatuan dan rumput.

Tidak ada

Tabel 5.9 Morfologi Sungai Ruas 9

No Gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi dan penambangan pasir yang berupa pasir dan kerikil

Tidak ada

2.

Di hilir bagian hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi yang berupa tanah dan rumput.

Tidak ada

3.

Di bagian hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi yang berupa rumput, tanag dan bebatuan.

Tidak ada

Tabel 5.11 Morfologi Sungai Ruas 10

No gambar

Keterangan Gambar

Agradasi Degradasi

1.

Di bagian hilir Jembatan Srandakan terdapat Agrdasi yang berupa tanah, kerikil dan bebatuan.

Tidak ada

2.

Di bagian hilir Jembatan Srandakan terdapat Agredasi yang berupa tanah dan rumput.

Tidak ada

3.

Di bagian hulu Jembatan Srandakan terdapat Agradasi yang berupa tanah dan rumput.

Tidak ada

4.

Di bagian hilir Groundsil Srandakan terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir.

Tidak ada

5.

Di bagian hilir Groundsil Srandakan terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil.

Tidak ada

C. Rekomendasi

Berdasarkan kajian kondisi morfologi

sungai melalui pengamatan lapangan dan

peta citra satelit, maka dapat disimpulkan

kondisi umum dari morfologi sungai

Progo,

yang

kemudian

diberikan

beberapa

rekomendasi

yang

dapat

menjadi referensi dalam pemeliharaan

sungai beserta infrastrukturnya (lihat

tabel 5.3.1).


(5)

A. Kesimpulan

1.terdapat

banyak

Agradasi

dan

Degradasi di daerah Sungai Progo yang

mempengaruhi Morfologi Sungai Progo terutama

pada ruas J9 sampai ruas J10.

2.Perlu di lakukan pengerukan untuk

Agradasi yang menutupi aliran Sungai Progo

agar tidak terjadi Agradasi yang lebih parah.

Perlu juga dibangun pengaman tebing agar

mencegah terjadi Degradasi.

B. Saran

1.Perlu di lakukan pengerukan untuk

Agradasi

dan

juga

pembangunan

untuk

pengaman

tebing

Sungai.

Pemantauan

,

pemeliharan, dan larangan buat penambang pasir

ilegal yang berada di Sungai Progo terutama di

ruas J9 dan J10

2.Pada penelitian selanjutnya disarankan

setelah melakukan survei lapangan dengan

menggunakan

metode

Walking

Trough

(penelusuran) selanjudnya dilakukan aknop

sungai untuk mengetahui biaya pemeliharaan

prasarana sungai dan menghitung luasan dari

Agradasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dian Eva Solikha (2011). : Perubahan Morfologi

Sungai Code Akibat Aliran Lahar Pasca

Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

Trimida

Suryani

(UGM,

2011).Pendekatan

Morfologi Sungai Untuk Analisis Luapan

Lahar Akibat Erupsi Merapi Tahun 2010

Di Sungai Putih, Kabupaten Magelang.

SE. Dirjen SDA Penyelenggaraan Kegiatan OP

Prasarana Surat Edaran Nomor: 05/

SE / D / 2016


(6)