Manajemen Produksi Siaran Langsung Televisi Streaming Pertandingan PSS Sleman di Elja TV (Production Management Live Television Streaming Matches PSS Sleman on Elja TV)

(1)

Manajemen Produksi Siaran Langsung Televisi Streaming

Pertandingan PSS Sleman di Elja TV

(Production Management Live Television Streaming Matches PSS Sleman on Elja TV)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

MUHAMMAD BIMO APRILIANTO 20120530249

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

Manajemen Produksi Siaran Langsung Televisi Streaming

Pertandingan PSS Sleman di Elja TV

(Production Management Live Television Streaming Matches PSS Sleman on Elja TV)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

MUHAMMAD BIMO APRILIANTO 20120530249

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

KATA PENGANTAR

Dewasa ini kalangan suporter sepakbola tidak hanya sekedar menonton dan meneriakkan chant di stadion ketika timnya bermain, namun saat ini mereka tengah menggiatkan gerakan-gerakan komunitasnya secara positif dengan tujuan yang sama yaitu mendukung klub yang dibelanya. Perkembangan teknologi internet semakin membuat pertumbuhan komunitas tersebut menjadi sangat pesat. Dalam beberapa tahun terakhir di persepakbolaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah muncul media-media komunitas berbasis suporter yang hidup dengan memanfaatkan teknologi tersebut.

Elja TV merupakan salah satu televisi televisi streaming yang dibangun oleh suporter PSS Sleman untuk menyiarkan seluruh pertandingan kandang PSS selama dua tahun terakhir. Mereka memanfaatkan teknologi streaming untuk menyiarkan acaranya kepada Sleman Fans, julukan suporter PSS Sleman, yang berada di luar DIY atau bahkan di luar negeri sekalipun bisa mengakses siaran ini. Elja TV bukanlah media pertama yang menyiarkan pertandingan berupa audio visual secara langsung karena di DIY sendiri sebelumnya sudah ada PSIM TV. Namun, Elja TV bisa dikatakan televisi streaming berbasis suporter pertama di DIY yang sistem produksinya sudah dikelola secara profesional dibanding para pesaingnya dengan menggunakan multi kamera standar penyiaran, perangkat sound serta switcher.

Berangkat dari alasan tersebut skripsi ini dibuat. Dengan menggunakan metode deskriptif yang pada dasarnya menjabarkan melalui teks seluruh hasil wawancara dengan pimpinan produksi dari objek penelitian terkait serta hasil observasi atau pengamatan ketika proses produksi berlangsung. Penelitian ini dilakukan karena belum ada yang mengangkat Elja TV sebagai obyek penelitian sehingga peneliti ingin mengajak pembaca untuk memahami bagaimana proses berlangsungnya produksi acara dari televisi streaming berbasis suporter dalam bentuk deskriptif.


(4)

Alhamdulillah dalam jangka waktu kurang lebih tiga bulan penelitian ini dapat diselesaikan. Terima kasih kepada rekan-rekan yang telah mendukung dalam penelitian ini. Peneliti mengharapkan masukan dan kritik dari para pembaca untuk perbaikan penelitian ini selanjutnya.

Yogyakarta, 3 November 2016


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis berterimakasih dan mempersembahkan skripsi ini untuk:

 Allah S.W.T yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya.  Nabi Muhammad S.A.W yang membawa manusia keluar dari jaman jahiliyah

menuju jaman keemaasan. Shalawat serta salam selalu senantiasa panjatkan kepada Beliau.

 Kepada Ibu dan Ayah saya tercinta, Dewi Setia Ruchyati dan Muhammad Bustomi Jauhari, yang tak henti-hentinya memberi dukungan moral lewat semangat dan doa yang mereka panjatkan.

 Kakak saya, Mas Eq, yang banyak memberi saran dan kritikan lewat pengalamannya.

 Kepada Adik-adik saya, Teteh Rian dan Dede Okta, semoga kelak menyusul apa yang sudah Mas-mas capai. Semangat terus.

 Kepada teman seperjuangan, Ridwan, Devi dan Bayu. Kita lulus!

 Kepada Lisa, terima kasih banyak dukungannya dari awal kuliah hingga memasuki akhir.

 Kepada teman-teman Broadcasting angkatan 2012. Tri, Syahidul, Puspita, Yoska, Lisa, Cepi, Dovi dan teman-teman lain yang enggak bisa diucapin satu per satu. Terima kasih.

 Kepada teman-teman Ikom Radio yang telah memberikan banyak pengalaman pahit dan manisnya dalam berorganisasi. Sukses terus buat kalian.

 Untuk Kak Neni yang sudah mengoreksi sebagian dari skripsi ini, Abdillah dan Agam teman penghilang stres kala skripsi. Terima kasih banyak

 Spesial untuk temanku Alm. Naufal Dary M. Semoga tenang di sisi Allah S.W.T. Aamiin.


(6)

ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Departemen Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Broadcasting Muhammad Bimo Aprilianto (20120530249)

Manajemen Produksi Siaran Langsung Televisi Streaming Pertandingan PSS Sleman di Elja TV

Tahun Skripsi: 2016 + 88 halaman

Kepustakaan : 19 buku (1993-2014) + 2 jurnal + 1 website resmi

Pada era perkembangan informasi yang begitu pesat, membuat masyarakat tiap detiknya mengakses informasi melalui media massa dan menjadikan masyarakat itu sendiri sebagai masyarakat informasi. Dari beragam pilihan media massa yang dihadirkan di tengah-tengah masyarakat, televisi merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh khalayak luas. Masuknya era digital membuat membuat perkembangan televise di Indonesia semakin bertambah canggih. Saat ini kita bisa menonton televisi di mana saja hanya menggunakan perangkat telepon genggam atau tablet serta koneksi internet dengan teknologi siaran streaming. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti salah satu televisi streaming berbasis suporter PSS Sleman yaitu Elja TV. Penelitian ini berfokus pada manajemen produksi dan bagaimana penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam setiap produksi acara yang dilakukan Elja TV. Fungsi manajemen tersebut adalah fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengawasan. Keempat fungsi manajemen tersebut dilakukan pada tiap produksinya. Fungsi perencanaan selalu dilakukan pada satu hari sebelum proses produksi berlangsung dengan mengadakan rapat produksi. Fungsi pengorganisasian saat di mana para crew mendapatkan jobdesk-nya masing-masing. Fungsi pelaksanaan peneliti akan melihat bagaimana sang pimpinan produksi memberi arahan serta pengaruh kepada timnya. Fungsi pengawasan juga telah dilakukan mulai saat pra produksi, produksi hingga paska produksi berlangsung. Kata Kunci: manajemen produksi, televisi komunitas, televisi streaming.


(7)

ABSTRACT

University of Muhammadiyah Yogyakarta Faculty of Social and Political Sciences Department of Communication Studies Concentration of Broadcasting

Muhammad Bimo Aprilianto (20120530249)

Production Management Live Television Streaming Matches PSS Sleman on Elja TV

Thesis Year: 2016 + 88 pages

Literature: 19 books (1993-2014) + 2 journals + 1 official website

In the era of information that so rapidly, make public access information in every second through the mass media and making the community itself as the information society. From the various options presented by the mass media in the society, television is the mass media that most used by a community. The entry of the digital era makes the development of television in Indonesia increasingly sophisticated. Now, we can watch television anywhere just using a mobile phone or tablet device and an internet connection with broadcast streaming technology. In this research, researchers examined one of streaming television based supporters PSS Sleman is Elja TV. This research focuses on the management of production and how the application of management functions in each event production that undertaken by Elja TV. The management function such as function of planning, function of organizing, function of actuating and functions of controlling. The four functions of management is carried out at each production. The function of planning is always done on the day before the production process by organizing a production meeting. The functions of organizing is where the crew get their job-desk severally. The function of actuating, researchers will see how a head of production gives direction and influence to his team. The functions of controlling also have been done from the pre-production time, production to post-production be held.


(8)

DAFTAR ISI ABSTRAK

KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Kerangka Teori ... 12

F. Metode Penelitian ... 31

G. Sistematika Penulisan ... 37

BAB II GAMBARAN UMUM ELJA TV A. Media Komunitas Sepakbola Indonesia ... 39

B. Sejarah PSS Sleman ... 40

C. Sejarah Elja TV ... 43

D. Alat-alat Produksi... 45

BAB III SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data ... 51

B. Analisis Data ... 69

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Screenshoot tayangan Elja TV 25 September 2016 ... 5

Gambar 1.2. Screenshoot tayangan Elja TV 25 September 2016 ... 7

Gambar 2.1. Logo PSS Sleman ... 40

Gambar2.2. Peta persebaran penonton Elja TV ... 44

Gambar 2.3. Kamera Sony HXR-2500 ... 44

Gambar 2.4. Personal computer ... 45

Gambar 2.5. Laptop... 45

Gambar 2.6. Monitor ... 46

Gambar 2.7 & 2.8. Hand held mic & condenser mic ... 47

Gambar 2.9. Tripod ... 47

Gambar 2.10. Handy talky ... 48

Gambar 2.11. Aja Kona ... 48

Gambar 3.1. Pengumpulan crew dan alat... 60

Gambar 3.2. Kameramen dibantu dengan runner menyiapkan kamera ... 62

Gambar3.3. Pemasangan komputer dan monitor ... 65


(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Proses dasar streaming ... 20

Bagan 1.2. Tahapan pra produksi ... 28

Bagan 1.3 Tahapan produksi ... 30

Bagan 2.1 Proses persiapan alat produksi oleh masing-masing bagian ... 50

Bagan 2.2. Floor plan ruang kontrol ... 51

Bagan 2.3. Letak kamera dekat lapangan... 52

Bagan 2.4. Letak kamera di tribun barat lantai 1 ... 53

Bagan 2.5. Letak kamera di tribun barat lantai 2 ... 53

Bagan 4.1. Model siaran streamingElja TV ... 85


(11)

DAFTAR TABEL


(12)

(13)

ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Departemen Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Broadcasting Muhammad Bimo Aprilianto (20120530249)

Manajemen Produksi Siaran Langsung Televisi Streaming Pertandingan PSS Sleman di Elja TV

Tahun Skripsi: 2016 + 88 halaman

Kepustakaan : 19 buku (1993-2014) + 2 jurnal + 1 website resmi

Pada era perkembangan informasi yang begitu pesat, membuat masyarakat tiap detiknya mengakses informasi melalui media massa dan menjadikan masyarakat itu sendiri sebagai masyarakat informasi. Dari beragam pilihan media massa yang dihadirkan di tengah-tengah masyarakat, televisi merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh khalayak luas. Masuknya era digital membuat membuat perkembangan televise di Indonesia semakin bertambah canggih. Saat ini kita bisa menonton televisi di mana saja hanya menggunakan perangkat telepon genggam atau tablet serta koneksi internet dengan teknologi siaran streaming. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti salah satu televisi streaming berbasis suporter PSS Sleman yaitu Elja TV. Penelitian ini berfokus pada manajemen produksi dan bagaimana penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam setiap produksi acara yang dilakukan Elja TV. Fungsi manajemen tersebut adalah fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengawasan. Keempat fungsi manajemen tersebut dilakukan pada tiap produksinya. Fungsi perencanaan selalu dilakukan pada satu hari sebelum proses produksi berlangsung dengan mengadakan rapat produksi. Fungsi pengorganisasian saat di mana para crew mendapatkan jobdesk-nya masing-masing. Fungsi pelaksanaan peneliti akan melihat bagaimana sang pimpinan produksi memberi arahan serta pengaruh kepada timnya. Fungsi pengawasan juga telah dilakukan mulai saat pra produksi, produksi hingga paska produksi berlangsung. Kata Kunci: manajemen produksi, televisi komunitas, televisi streaming.


(14)

ABSTRACT

University of Muhammadiyah Yogyakarta Faculty of Social and Political Sciences Department of Communication Studies Concentration of Broadcasting

Muhammad Bimo Aprilianto (20120530249)

Production Management Live Television Streaming Matches PSS Sleman on Elja TV

Thesis Year: 2016 + 88 pages

Literature: 19 books (1993-2014) + 2 journals + 1 official website

In the era of information that so rapidly, make public access information in every second through the mass media and making the community itself as the information society. From the various options presented by the mass media in the society, television is the mass media that most used by a community. The entry of the digital era makes the development of television in Indonesia increasingly sophisticated. Now, we can watch television anywhere just using a mobile phone or tablet device and an internet connection with broadcast streaming technology. In this research, researchers examined one of streaming television based supporters PSS Sleman is Elja TV. This research focuses on the management of production and how the application of management functions in each event production that undertaken by Elja TV. The management function such as function of planning, function of organizing, function of actuating and functions of controlling. The four functions of management is carried out at each production. The function of planning is always done on the day before the production process by organizing a production meeting. The functions of organizing is where the crew get their job-desk severally. The function of actuating, researchers will see how a head of production gives direction and influence to his team. The functions of controlling also have been done from the pre-production time, production to post-production be held.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, membuat masyarakat tiap detiknya mengakses informasi dan menjadikan masyarakat itu sendiri sebagai masyarakat informasi. Masyarakat informasi adalah masyarakat yang bergantung pada jejaring informasi dan komunikasi elektronik serta mengalokasikan sumber dayanya bagi aktivitas-aktivitas informasi dan komunikasi (McQuail, 1992:82). Masyarakat informasi bisa terbentuk karena media massa yang saat ini terus mengalami kemajuan dalam berbagai bentuknya. Media massa sendiri terbagi menjadi tiga jenis yaitu, media elektronik (radio dan televisi), media cetak (koran, majalah, tabloid dan lain-lain) dan media siber atau online (website, blog dan lain-lain).

Dari banyaknya pilihan yang dihadirkan di tengah-tengah masyarakat, televisi merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh khalayak luas sebagai media untuk menggali informasi. Pada awalnya, kehadiran televisi ditanggapi biasa-biasa saja oleh masyarakat. Selain harga pesawat televisi yang masih sangat mahal pada waktu itu, belum banyaknya acara yang dapat disaksikan juga menjadi faktor kurangnya peminat pada salah satu media massa elektronik ini. Namun seiring perkembangannya, saat ini televisi


(16)

sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, bahkan banyak orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya lebih banyak di depan televisi dibandingkan dengan bersosialisasi dengan orang-orang sekitar baik keluarga maupun teman. Indonesia sendiri baru memiliki stasiun televisi pada dekade 1960-an, ketika itu TVRI berdiri dan mengudara pada tanggal 17 Agustus 1962 (Junaedi, 2014: 115). Awalnya TVRI didirikan untuk menyukseskan gelaran Asian Games IV yang dilaksanakan di Jakarta pada tahun 1962. Perkembangan setelahnya berjalan stagnan karena televisi hanya dijadikan sebagai perangkat negara. Baru pada pasca reformasi tahun 1998, perkembangan media penyiaran di Indonesia, termasuk televisi melonjak pesat. Sebenarnya pada akhir-akhir masa orde baru, pemerintah yang berkuasa sudah membuka jalan bagi televisi swasta, kemudian mulai berdiri televisi swasta pertama di Indonesia yaitu RCTI yang mengudara pertama kali pada tahun 1989, kemudian diikuti oleh SCTV, ANTV, Indosiar, TPI dan berbagai stasiun televisi lain (Junaedi, 2014: 108). Dengan banyaknya stasiun televisi yang hadir saat ini, membuat pilihan masyarakat semakin banyak dari mulai mencari informasi, edukasi, hiburan hingga kebudayaan.

Era digital membuat perkembangan industri televisi, termasuk di Indonesia, semakin bertambah canggih. Tayangan dengan suara yang jernih, kualitas gambar high definition yang bahkan tidak ada titik-titik yang mengganggu dibandingkan ketika menonton televisi menggunakan antena


(17)

membuat televisi semakin menjadi primadona dalam kehidupan masyarakat. Internet yang sudah bukan lagi barang langka di negeri ini ditambah perangkat-perangkat mobile seperti telepon genggam maupun tablet yang bisa dibawa ke mana-mana, menambah kemudahan masyarakat untuk mengakses televisi lewat perangkat genggam mereka dengan layanan televisi berbasis

streaming. Dengan begitu, bagi banyak orang televisi adalah teman. Televisi adalah candu dan televisi mampu memasuki relung-relung kehidupan kita lebih dari yang lain (Morissan, 2005: 1). Menurut Askari Azikin (dalam Fachrudin, 2014: 200), streaming adalah proses pengiriman data terus-menerus yang dilakukan secara broadcast melalui internet untuk ditampilkan oleh aplikasi streaming pada personal computer (klien). Paket-paket data yang dikirimkan telah dikompresi untuk memudahkan pengirimannya melalui internet. Streaming akan menjalankan file video atau audio yang terletak pada

server secara langsung sesaat setelah ada permintaan dari pengguna. Maka,

streaming bisa dilakukan secara real time dan seluruh pengguna internet yang mengakses layanan streaming dari channel yang sama akan menerima data yang sama pula.

Sebelum teknologi streaming semaju saat ini, jika ingin melihat sebuah video atau suara di internet, kita diharuskan mengunduh file video tersebut secara utuh ke dalam komputer untuk bisa menontonnya atau mendengarkannya. Namun saat ini kita tidak perlu membuang banyak waktu


(18)

untuk mengunduh file streaming tersebut ke komputer kita karena kita bisa secara langsung menyaksikannya saat itu juga.

Keberadaaan televisi streaming dapat mengembangkan potensi teknologi informasi dalam masyarakat. Kelebihan stasiun televisi berbasis

streaming terletak pada kemudahan dari cara mengakses untuk menonton acara hingga menyiarkan sebuah acara atau program jika dilihat dari perkembangan teknologi internet yang saat ini sudah banyak sekali digunakan. Mudahnya mengakses dan menyiarkan program melalui televisi berbasis streaming membuat masyarakat bisa memproduksi dan menyiarkan program-program yang mereka buat sendiri. Biasanya, televisi berbasis

streaming ini digunakan oleh para komunitas-komunitas yang konten dan

audience-nya khusus untuk melayani kepentingan komunitasnya. Televisi

streaming komunitas tersebut masuk dalam kategori stasiun komunitas yang merupakan lembaga non partisan berbentuk badan hukum koperasi atau perkumpulan dengan seluruh modal usahanya berasal dari anggota komunitas (Morissan, 2011: 104).

Dengan kemudahan tersebut, mulai banyak bermunculan televisi komunitas berbasis live streaming. Saat ini dalam olahraga khususnya di persepakbolaan nasional, sudah banyak berdiri televisi-televisi komunitas berbasis streaming yang mengkhususkan menyiarkan secara langsung pertandingan-pertandingan klubnya. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik


(19)

untuk meneliti Elja TV, sebuah televisi berbasis streaming yang dimiliki oleh sebuah perkumpulan atau komunitas suporter sepakbola lokal, PSS Sleman. Peneliti tertarik untuk meneliti televisi komunitas Elja TV karena televisi ini diinisiasi oleh para suporter, bukan oleh manajemen PSS Sleman itu sendiri. Tanpa donatur yang memberikan modal, Elja TV mampu mandiri. Sejak awal mengudara pada tahun 2014, mereka mengandalkan pendapatan dari pemirsanya yang memang jika ingin menikmati layanan dari Elja TV, penonton harus membayar 35.000 rupiah hingga 50.000 rupiah untuk satu pertandingannya. Padahal menurut Casey dan kawan-kawan dalam bukunya

Television Studies The Key Concept (2008: 51) menyatakan bahwa keuangan adalah masalah utama yang dihadapi oleh televisi komunitas.


(20)

Selain itu, dibanding pesaingnya Elja TV termasuk televisi suporter yang sudah dikelola secara profesional dalam sistem produksinya dengan menggunakan multi kamera standar penyiaran, sistem sound serta switcher

untuk memindahkan gambar dari kamera satu ke kamera lain. Pada saat siaran langsung juga terdapat papan skor digital dan tampilan waktu yang muncul di tampilan televisi, komentator juga dihadirkan untuk memandu jalannya pertandingan. Baru-baru ini, Elja TV juga sudah berhasil menampilkan tayangan ulang (replay) dari peluang-peluang serta gol-gol yang terjadi di pertandingan saat siaran langsung. Hal yang belum bisa dilakukan oleh para pesaingnya. Menurut pengamatan peneliti, televisi komunitas berbasis

streaming yang dimiliki klub sepakbola lainnya seperti PSIM TV dan Persib TV belum dapat menampilkan papan skor, tampilan waktu hingga tayangan ulang saat siaran langsung. Merekapun hanya menggunakan perangkat single


(21)

(Gambar 1.2. Screenshoot tayangan Elja TV 25 September 2016) Elja TV menyiarkan live atau secara langsung seluruh pertandingan kandang PSS Sleman. Padahal Elja TV sendiri dikelola oleh para suporter yang latar belakang dan kemampuannya berbeda-beda dalam aktifitas

broadcasting, namun televisi komunitas ini dapat dikelola secara profesional layaknya televisi nasional. Dikarenakan kualitas gambar yang sangat baik (high definition) sehingga membutuhkan koneksi internet yang cepat, namun kualitas jaringan internet di stadion-stadion selain Maguwoharjo (stadion yang digunakan homebase oleh PSS Sleman) belum secepat koneksi di stadion Maguwoharjo, maka untuk pertandingan luar kandang Elja TV belum dapat menyiarkan. Jika dipaksakan mengudara dengan koneksi internet yang lambat, maka akan berdampak pada siaran pertandingan itu sendiri, misalnya


(22)

siaran akan sering buffering (tidak lancar) ataupun gambar yang dihasilkan tidak akan high definition.

Targetting audiens Elja TV adalah para penyuka klub PSS Sleman yang sedang tidak berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga tetap bisa menyaksikan lewat layanan televisi streaming yang disediakan. Siarannya sendiri dimulai setengah jam sebelum pertandingan dan akan berlangsung selama kurang lebih dua jam. Pertandingan live dapat disaksikan melalui portal web resmi PSS Sleman, www.pss-sleman.co.id. Namun sebelumnya diharuskan untuk melakukan registrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan kode dan sandi untuk masuk ke halaman Elja TV melalui portal web PSS Sleman.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu tentang media komunitas sebagai acuan. Yang pertama, peneliti menggunakan hasil penelitian dari Pawito yang diambil dari Jurnal Ilmu Komunikasi, volume 4, nomor 2, Desember 2007 dengan judul “Media

Komunitas dan Media Literacy”. Esai tersebut berhubungan dengan media

komunitas dalam kaitannya dengan melek media (media literasi), Pawito menunjukkan bahwa media komunitas dapat memainkan beberapa peran penting dalam pembangunan, yaitu (a) menyebarkan informasi, (b) memfasilitasi diskusi publik, (c) membantu untuk mencapai solusi dari sebuah masalah, (d) mendorong partisipasi masyarakat, dan (e) mendorong


(23)

pengembangan literasi media. Poin-poin dalam penelitian terdahulu ini yaitu menekankan masalah media literasi dalam media komunitas, menggunakan media komunitas untuk mengembangkan potensi daerah dan masalah biaya dalam media komunitas.

Yang kedua yaitu penelitian terdahulu dari Reza Aprianti dalam Jurnal Wardah (Jurnal Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Patah) edisi 24, nomor 25, Desember 2012 yang berjudul “Televisi Komunitas: di Tengah Eksistensi yang Bermasalah”. Dalam esai tersebut dijelaskan bahwa televisi komunitas lahir dari keinginan individu-individu yang berkeinginan memiliki wadah untuk mengakomodasi kebutuhan mereka berdasarkan kepentingan bersama, geografi, identitas dan budaya. Untuk mempertahankan keberadaannya, televisi komunitas ini tidak jarang harus berurusan dengan berbagai masalah, mulai dari ketidakjelasan dalam regulasi, kurangnya dana hingga manajerial yang buruk.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu tersebut di atas, yaitu:

Pertama, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dibahas pertama adalah bahasan yang dibahas memang sama-sama media komunitas, namun penelitian ini lebih fokus kepada media komunitas televisi. Selain itu, penelitian ini tidak banyak membahas tentang media literasi dalam media komunitas dan pendanaan dalam media komunitas, namun penelitian


(24)

ini lebih membahas tentang bagaimana manajemen produksi sebuah televisi komunitas itu berlangsung.

Kedua, perbedaan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Reza Aprianti adalah penelitian ini tidak membahas tentang eksistentsi dari televisi komunitas Elja TV, namun peneliti menulis tentang bagaimana manajemen produksi sebuah televisi komunitas itu berlangsung.

Dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana manajemen produksi siaran langsung televisi streaming pertandingan PSS Sleman di televisi komunitas Elja TV. Manajemen produksi yang tepat mulai dari planning, organizing, actuating dan controlling yang dilakukan oleh tim Elja TV yang akan dianalisa oleh peneliti.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana manajemen produksi siaran langsung televisi streaming pertandingan PSS Sleman di siaran televisi komunitas Elja TV?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:


(25)

1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen produksi siaran televisi streaming. 2. Untuk menambah wawasan mengenai proses produksi siaran langsung

pertandingan sepakbola melalui siaran televisi komunitas Elja TV. D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Dari sisi akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah serta melengkapi penelitian tentang manajemen produksi televisi yang sudah ada. Serta menambah wawasan serta pengetahuan tentang bagaimana proses manajemen produksi siaran sepakbola melalui televisi komunitas Elja TV. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pada jurusan Ilmu Komunikasi, khususnya dalam konsentrasi broadcasting

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan manajemen produksi siaran televisi.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini dapat dijadikan acuan pedoman bagi mahasiswa yang ingin terjun ke dunia manajemen produksi siaran televisi.

2) Penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi untuk tim Elja TV dalam memperkuat manajemen produksi yang dimiliki oleh tim Elja TV dalam menyiarkan programnya.


(26)

E. Kerangka Teori

1. Televisi Sebagai Media Massa

Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibandingkan media cetak dan media radio ternyata memberikan dampak dalam sisi-sisi kehidupan manusia yang luar biasa besar. Dengan daya tariknya, televisi mampu menarik perhatian massa bahwa media televisi mampu menguasai jarak geografis dan sosiologis. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dengan munculnya televisi di tengah-tengah kehidupan masyarakat membuat dunia seakan-akan menjadi sempit. Karena sebagai media massa manfaat dari televisi sangat besar dirasakan, di mana suatu peristiwa yang terjadi di belahan bumi yang berbeda, dalam waktu bersamaan, dapat diikuti oleh khalayak yang berada di belahan bumi yang lain (Subroto, 1994: 14). Selain berdampak pada kehidupan pribadi, perkembangan teknologi komunikasi massa televisi juga akan memberikan pengaruh-pengaruh dalam banyak sisi kehidupan manusia secara luas. Pengaruh tersebut bisa dalam sisi politik, ekonomi, sosial, budaya bahkan pertahanan dan keamanan negara (Kuswandi, 1996: 7).

Televisi telah menjadi fenomena besar pada abad ke-20, perannya yang sangat besar dalam mempengaruhi pola dan pendapat khalayak umum, termasuk pendapat umum untuk menyukai produk-produk dari industri tertentu. Hal ini bisa terjadi karena program siaran yang disajikan


(27)

makin lama semakin menarik dan dibiayai dengan dana yang cukup tinggi, sehingga tidak mengherankan dapat memaksa khalayak penontonnya betah duduk berjam-jam di depan layar televisi (Subroto, 1995: 20). Televisi memang sudah menjadi kebutuhan sehingga permintaan produksinya meningkat dari tahun ke tahun, diikuti oleh produsen yang berusaha meningkatkan kualitas dari produksi serta layanannya. Hal ini wajar terjadi karena televisi bisa memuaskan penontonnya lewat berbagai program yang ditayangkan.

1.1. Karakteristik Televisi

Dibandingkan dengan media massa lain seperti radio dan surat kabar yang hanya menggunakan satu stimulus alat indra, pada radio indra pendengaran yang digunakan dan pada surat kabar adalah indra penglihatan. Sedangkan jika menonton televisi ada dua indra yang mendapatkan stimulus yaitu indra penglihatan dan indra pendengaran. Hal ini disebabkan karena televisi memiliki karakteristik audiovisual. Berikut merupakan karakteristik televisi yaitu (Karyanti, 2005: 137-139)

a) Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainnya, yaitu dapat didengar juga dilihat. Jika khalayak


(28)

mendengarkan radio hanya berupa suara, musik dan efek suara, maka khalayak yang menonton televisi dapat melihat gambar yang bergerak serta suara. Maka dari itu televisi disebut media massa elektronik audiovisual. Meski begitu, bukan berarti gambar lebih penting daripada kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

b) Berpikir dalam Gambar

Berpikir dalam gambar akan terjadi ketika kita menonton tayangan televisi. Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, visualisasi yaitu menerjemakan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, penggambaran yaitu kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung suatu makna tertentu.

c) Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi jauh lebih kompleks dan lebih butuh banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan lebih banyak dan pengoperasiannya lebih sulit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan terampil.


(29)

1.2. Fungsi Televisi

Fungsi televisi sama seperti fungsi media massa lainnya, yaitu memberi informasi (to inform), menghibur (to entertain) dan mempengaruhi (to persuade). Menurut Effendy (1993: 24), ada tiga fungsi televisi sebagai media massa: fungsi penerangan, pendidikan dan hiburan. Sebagai subsistem dari sistem negara dan pemerintah, di mana stasiun televisi beroperasi, maka sifat penerangan, pendidikan dan hiburan akan berbeda dan tergantung dari sistem negara dan pemerintahan yang bersangkutan. Sifat penerangan, pendidikan dan hiburan di negara liberal seperti Amerika Serikat akan berbeda dengan di negara komunis seperti Uni Soviet, berbeda pula dengan di negara yang berdasarkan Pancasila, Indonesia (Effendy, 1993: 24).

a) Fungsi Penerangan (The Information Function)

Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar dan pemirsa. Masyarakat lebih puas ketika mendapatkan informasi melalui media televisi. Hal ini disebabkan dua faktor, pertama adalah faktor immediacy dan yang kedua adalah faktor realism (Effendy, 1993: 25). Pengertian immediacy

mempunyai arti langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan melalui televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu


(30)

berlangsung walaupun jarak antara pemirsa yang berada di rumah dengan tempat peristiwa yang terjadi berjauhan, namun mereka dapat menyaksikannya dengan jelas dan dari jarak yang amat dekat.

Realism mempunyai arti kenyataan. Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audial dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataan (Effendy, 1993: 25). Ketika Presiden sedang berpidato, pemirsa akan melihat dan mendengar sendiri wajah dan suara Presiden. Tidak seperti ketika membaca surat kabar, walaupun mengenai peristiwa yang sama namun konten atau isinya sudah terlebih dahulu diolah oleh para wartawan.

b) Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya banyak. Sesuai makna pendidikan yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat (Effendy, 1993: 26). Dalam menjalankan fungsi pendidikan ini, stasiun televisi menyiarkan acara pendidikan tertentu secara teratur seperti pelajaran bahasa, matematika dan lain-lain. Di Indonesia sendiri sudah terdapat stasiun televisi edukasi, TV Edukasi (TVE) yang mulai tayang sejak 2004 di saluran TVRI (2004-2014) dan iNews TV (2014-2015) serta di saluran televisi kabel.


(31)

c) Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Salah satu fungsi televisi yang paling banyak dimanfaatkan oleh khalayak yaitu sebagai hiburan. Pengguna televisi menggunakan televisinya sebagai pencari hiburan setelah seharian disibukkan oleh pekerjaan atau sekadar mengisi waktu senggang. Hal ini dapat dimengerti karena televisi yang menampilkan gambar hidup serta suara yang menarik perhatian dan dapat disaksikan di rumah oleh seluruh keluarga. Di Amerika Serikat, kehadiran televisi sebagai penyedia hiburan sempat membuat industri olahraga dan bioskop kalah saing. Jumlah penonton dalam pertandingan-pertandingan seperti football dan baseball mengalami penurunan, begitu juga dengan penonton yang datang ke bioskop merosot hingga 54% bahkan di Inggris tercatat hingga 65%. Presentase yang hampir sama terjadi di negara-negara Eropa (Effendy, 1993: 27).

2. Televisi Komunitas

Dalam UU No. 32 /2002 tentang Penyiaran pasal 20 ayat (1), disebutkan bahwa lembaga penyiaran komunitas adalah lembaga yang berbentuk badan hukum Indonesia yang didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani komunitasnya. Televisi komunitas termasuk dalam media komunitas, menurut Pawito (2007: 167), media komunitas


(32)

merupakan jenis media (cetak maupun elektronik) yang hadir di dalam lingkungan masyarakat atau komunitas tertentu dan dikelola oleh dan diperuntukkan bagi warga komunitas tertentu (Pawito, 2007: 167). Media komunitas memungkinkan suatu kelompok memproduksi konten apa yang sesuai dengan kebutuhan seluruh anggota komunitas itu sendiri. Adapun karakteristik media komunitas menurut Pawito (2010:167-168), yaitu: (a) memiliki jangkauan terbatas (lokal), (b) menampilkan isi yang bersifat konstekstual mengacu pada kondisi komunitas, (c) pengelola serta target adalah orang-orang dari komunitas yang sama dan (d) hadir dengan misi melayani – tidak ada orientasi mencari keuntungan modal (capital gain) (Pawito, 2007: 167-168).

Elja TV sebenarnya memang dikategorikan sebagai televisi komunitas karena Elja TV dibentuk dan dikelola dari komunitas suporter dan diperuntukkan bagi warga komunitas suporter PSS Sleman itu sendiri. Namun ada beberapa perbedaan dari karakteristik media komunitas menurut Pawito dan UU No.32 /2002 tentang Penyiaran pasal 20 ayat (1) dengan karakteristik dari Elja TV. Yang pertama jangkauan televisi ini tidaklah terbatas atau berdaya pancar rendah, karena berbasis streaming siaran dari Elja TV ini bisa disaksikan oleh siapapun yang berada di bagian belahan dunia manapun. Yang kedua, target penonton memang yang diutamakan adalah suporter PSS Sleman yang berada di luar Provinsi DIY. Karena jangkauan siaran yang luas


(33)

bahkan tidak terbatas, penonton yang bukan merupakan anggota dari suporter klub tersebut pun dapat menyaksikan siaran ini. Orang yang hanya iseng sekedar mencari hiburan, orang yang ingin mengamati permainan dari klub PSS Sleman atau bahkan suporter rival pun bisa menyaksikan siaran dari Elja TV. Oleh karena itu, Elja TV di sini bukan sebagai televisi komunitas. Walaupun dari sub bab latar belakang masalah peneliti menyebutkan Elja TV sebagai televisi komunitas, namun setelah ditinjau ulang maka Elja TV bukan sebagai televisi komunitas. Meskipun televisi ini didirikan dan dikelola oleh komunitas tertentu, namun dari karakteristik yang disebutkan di atas ada perbedaan dari apa yang disebutkan ahli dan Undang-undang.

3. Siaran Televisi Streaming

Streaming adalah proses pengiriman data terus-menerus yang bisa dilakukan secara broadcast melalui internet untuk ditampilkan oleh aplikasi

streaming pada komputer (Azkirin dalam Fachrudin, 2014: 200). Streaming

diambil dari Bahasa Inggris, stream berarti aliran. Streaming diibaratkan seperti aliran (air) yang terus berjalan tidak pernah terputus kecuali jika sumber aliran tersebut telah habis. Seperti aliran, aliran data streaming

dilakukan secara terus-menerus hingga data tersebut habis. Menurut Fachrudin dalam bukunya, Dasar-dasar Produksi Televisi (2014: 202), proses dasar pengiriman video streaming digambarkan dalam bagan di bawah ini:


(34)

(Bagan 1.1. Proses dasar streaming)

Sistem televisi streaming adalah sebuah teknologi yang memainkan audio dan video secara langsung maupun tidak langsung dari sebuah media

server yang sudah terhubung dengan master control room dari televisi tersebut. Siaran televisi streaming sangat bergantung kepada kecepatan internet, jika kecepatan internet yang dipakai untuk mengunggah data ke media server kurang memadai, maka siaran streaming yang dihasilkan tidak akan lancar atau patah-patah. Siaran seperti ini biasa disebut buffering. Buffering adalah proses yang terjadi ketika player yang digunakan untuk media streaming sedang menyimpan bagian-bagian file ke penyimpanan lokal (Fachrudin, 2014: 201). Jika kecepatan yang dipakai kurang memadai atau lambat, maka proses penyimpanan akan menjadi lambat pula, dan kemungkinan besar akan terjadi buffering, sebaliknya jika kecepatan internet


(35)

yang dipakai sangat memadai, maka proses penyimpanan data juga akan berlangsung cepat sehingga siaran yang dihasilkan akan lancar.

Sampai penelitian ini ditulis, belum ada Undang-undang yang mengatur secara jelas untuk siaran televisi streaming baik itu dalam UU Penyiaran maupun UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Namun Menteri Komunikasi dan Informatika (MENKOMINFO) dalam surat edaran nomor 3 tahun 2016 dalam pasal 5 ayat (1.2) mengkategorikan layanan penyedia konten melalui internet dalam bentuk tulisan, suara, gambar, musik dan video atau kombinasi dari sebagian dan/atau semuanya yang dalam bentuk streaming atau download disebut Over The Top (penyediaan layanan aplikasi dan/atau konten melalui internet). Jadi, posisi Elja TV menurut surat edaran MENKOMINFO nomor 3 tahun 2016 adalah sebagai Over The Top

atau penyedia layanan aplikasi dan/atau konten melalui internet termasuk juga dengan siaran televisi berbasis streaming.

4. Manajemen Produksi Televisi a. Pengertian Manajemen

Manullang (2009: 3) membagi pengertian manajeman menjadi tiga yakni manajemen sebagai suatu proses, manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dan yang terakhir manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu. Pengertian yang pertama menurut Haiman dalam Manullang (2009: 3), dikatakan


(36)

bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut George R. Terry dalam Manullang (2009: 3) mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Manajemen adalah suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian serta pengendalian. Adapun fungsi dari manajemen yaitu:

a. Fungsi Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan fungsi pertama dan yang paling utama dalam perihal manajemen. Di sinilah pondasi dasar diletakkan dalam kegiatan manajemen. Ketika stasiun televisi didirikan, pemiliknya pasti telah merencanakan tujuan dari stasiun televisi tersebut dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut. Perspektif yang berorientasi ke masa mendatang dalam fungsi perencanaan ini berhubungan dengan visi dan misi organisasi, karena fungsi perencanaan selalu berkaitan dengan tujuan organisasi. Tujuan organisasi yang baik adalah berasal dari visi dan misi organisasi (Junaedi, 2014: 38).


(37)

b. Fungsi pengorganisasian (organizing)

Fungsi pengorganisasian dalam manajemen menempati posisi yang penting dalam rangka mencapai tujuan organisasi, bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan penyusunan struktur organisasi dan sumber daya yang ada di organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Aktivitas organisasi yang sifatnya sejenis dikelompokkan dalam divisi atau departemen yang sama, di mana masing-masing divisi saling berhubungan dalam alur kerja yang diatur dengan seksama dan terkoordinasi. Agar pembagian kerja lebih mudah dipahami dan dilakukan oleh para individu-individu dalam organisasi maka dibuatlah job description (deskripsi pekerjaan). Deskripsi pekerjaan ini berisi paparan kerja yang harus dilakukan dan menjadi tanggung jawab dari setiap posisi di organisasi (Junaedi, 2014: 42-43).

c. Fungsi Pelaksanaan (actuating)

Fungsi pelaksanaan ini meliputi bagaimana manajer memberikan pengarahan dan pengaruhnya kepada individu-individu dalam organisasi untuk melakukan kewajiban sesuai dengan paparan pekerjaannya. Dengan pelaksanaan, visi, misi dan tujuan organisasi berusaha dicapai dengan langkah-langkah yang kongkret. Pelaksanaan dalam fungsi manajemen tidak bisa dilakukan hanya dengan memberikan pengarahan saja. Aspek


(38)

penting dalam pengarahan adalah kemampuan untuk melakukan komunikasi secara efektif (Junaedi, 2014: 44-45)

d. Fungsi Pengawasan (controlling)

Fungsi pengawasan dilakukan dengan mengevaluasi fungsi-fungsi kegiatan yang telah berlangsung dalam organisasi. Pengawasan dilakukan bukan hanya pada diakhir proses manajemen, namun pada hakikatnya pengawasan dilakukan sejak fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan. Secara lebih operasional, aktivitas dalam organisasi diukur dengan indikator yang jelas agar mudah untuk menjalankan pengawasan. Pengawasan yang dilakukan secara teratur dapat memberi manfaat bagi organisasi dalam rangka mengetahui tantangan dan hambatan yang ada dalam organisasi.

Pada dasarnya manajemen dibutuhkan oleh setiap organisasi ataupun komunitas karena tanpa adanya manajemen, semua kegiatan yang telah dirancang baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang akan sulit terlaksanakan. Ada tiga alasan mengapa manajemen diperlukan oleh setiap organisasi ataupun komunitas:


(39)

a) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan dalam organisasi. b) Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan,

sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan.

c) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda, salah satu yang umum dan menjadi patokan adalah efisiensi dan efektifitasnya (Morissan, 2008: 135).

b. Proses Produksi Televisi

Di dalam bukunya Television Production Alan Wurtzel, dalam Subroto (1994: 157), menguraikan prosedur kerja untuk memproduksi program siaran televisi, disebut sebagai Four Stage of Television Production. Keempat tahapan tersebut sesuai dengan Standart Operation Procedure (SOP) adalah sebagai berikut:

1) Pre Production Planning

2) Setup and Rehearsal

3) Production

4) Post Production (Subroto, 1994: 157)

Keempat tahapan tersebut di atas memiliki pengertian masing-masing sebagai berikut:


(40)

1) Pre Production Planning

Pre production atau pra produksi merupakan tahap awal dari proses awal dari seluruh kegiatan dalam produksi acara televisi atau juga sering disebut tahap perencanaan. Ada tiga tahap dalam proses pra produksi.

a) Penemuan Ide

Tahap ini dimulai dari datangnya sebuah ide dari produser, namun bukan berarti hanya produser yang dapat menggagas ide tersebut bisa saja dari anggota lain maupun ide datangnya dari luar. Tetapi tanggung jawab ide tersebut harus diambil alih oleh produser. Setelah penemuan ide, produser dituntut untuk mengumpulkan data-data untuk kemudian diserahkan kepada penulis naskah untuk kemudian dikembangkan menjadi naskah dengan format dan durasi yang telah ditentukan (Subroto, 1994: 157).

b) Perencanaan

Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan anggota (crew) dan pemilihan lokasi. Selain itu, ditetapkan juga estimasi biaya. Estimasi biaya dan alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.


(41)

c) Persiapan

Tahap ini meliputi pemberesan semua urusan pra produksi mulai dari perijinan tempat, setting dan melengkapi alat-alat yang dibutuhkan. Semua persiapain ini baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Holland dalam bukunya The Television Handbook (1997: 39-40), tahapan pra produksi bisa dilihat melalui bagan berikut ini:


(42)

(Bagan 1.2. Tahapan pra produksi) Ide

Sinopsis

Rapat Produksi

Menyusun Anggota Produser

Penanggung Jawab Produksi Sutradara

Penulis Naskah Asisten Sutradara

Desainer Penata Busana Penata Gambar Penata Cahaya Penata Suara

Editor

Budgeting PRA PRODUKSI

Survei Lokasi

Pengajuan Proposal Ditolak

Diterima

Penjadwalan

Pengembangan Treatment


(43)

2) Setup and Rehearsal

Setup merupakan tahapan persiapan-persiapan yang bersifat teknis dan

dilakukan oleh anggota inti bersama dengan kerabat kerjanya (Subroto, 1994: 158). Sejak dari mempersiapkan peralatan yang diperlukan

untuk di dalam studio maupun di luar studio, sampai mempersiapkan denah untuk setting lampu, mikrofon hingga tata dekorasi. Sedangkan rehearsal

berarti latihan atau juga biasa disebut gladi bersih. Menurut Subroto (1994: 158), rehearsal tidak saja berlaku bagi para artis tetapi juga sangat penting pula bagi anggota kerabat kerja mulai dari switcher, penata lampu, penata suara, floor director, penata gambar sampai ke pengarah acaranya itu sendiri.

3) Production

Yang dimaksud dengan proses produksi adalah upaya sutradara bersama para artis dan crew mengubah bentuk bentuk naskah (shooting script) menjadi gambar atau menjadi bentuk visual. Pelaksanaan produksi sangat bergantung kepada naskah, oleh karena itu karakter produksi lebih ditentukan oleh karakter naskah, sebab seperti yang sudah dijelaskan di awal, naskah merupakan hasil penuangan idea tau gagasan.

Menurut Holland dalam bukunya The Television Handbook (1997: 41), tahapan pra produksi bisa dilihat melalui bagan berikut ini:


(44)

(Bagan 1.3. Tahapan produksi) 4) Post Production

Post production atau paska produksi merupakan tahap terakhir dalam proses produksi televisi yang dimaksudkan untuk penyelesaian atau

PRODUKSI

Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan

Rapat Produksi Naskah, jadwal, casting Naskah final

Cek lokasi

Mematangkan jadwal

SHOOTING DI LOKASI Mengambil gambar sesuai urutan jadwal. Mengambil gambar tidak

sesuai urutan naskah. Mencatat semua pengambilan gambar dan

menandai gambar yang terbaik

Merekam atmosfer/suara suasana secara terpisah.

Gladi bersih

Menyeleksi gambar atau

urutan gambar sesuai naskah.


(45)

penyempurnaan, baik dari audio maupun visual-nya. Tahap penyelesaian meliputi:

a. Melakukan editing baik gambar maupun suara. b. Pengisian grafik visualisasi.

c. Pengisian narasi.

d. Pengisian sound effect dan ilustrasi.

e. Melakukan evaluasi terhadap hasil produksinya. Di dalam evaluasi ini bisa saja hasil produksi dinyatakan layak siar, tetapi dapat pula

dinyatakan belum layak siar dan harus di-edit ulang (Subroto, 1994: 159-160)

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengklasifikasikan mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan masalah yang diteliti. Alasan menggunakan metode kualitatif yaitu; pertama, metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden dan yang ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman


(46)

pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002:5).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini bertempat di studio Elja TV yang beralamat di Stadion Maguwoharjo, Jalan Kepuhsari, Maguwoharjo, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584.

3. Teknik Pengumpulan Data 1) Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan peneliti langsung dari sumber utamanya. Data primer merupakan data penelitian yang berupa informasi-informasi penelitian yang diperoleh secara langsung ataupun dengan observasi di lapangan. Untuk teknik pengumpulan data penelitian ini, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1) Wawancara

Wawancara merupakan cara pengumpulan data melalui tanya jawab dengan daftar pertanyaan yang berisi pokok-pokok masalah terhadap pihak-pihak yang sengaja dipilih. Tanya jawab dilakukan oleh dua pihak, yiaut pewawancara (interviewer) yang mengajukan


(47)

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2001: 135). Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur, jenis ini bersifat luwes, susunan pertanyaannya dapat diubah pada saat wawancara dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara (Mulyana, 2001:180).

2) Observasi

Teknik observasi bertujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan data yang diperoleh dari hasil wawancara. Observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2009:145). Pengamatan yang dilakukan pada Elja TV yaitu tempat (place), perilaku atau aktifitas (activities) serta proses kerja setiap karyawan (actor) dalam sebuah susunan organisasi dan kemudian memaknainya. Teknik observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipasi pasif. Dalam hal ini peneliti datang ke lokasi penelitian guna mengamati aktifitas individu sesuai dengan profesinya, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

b. Data Sekunder 1) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Pengumpulan data yang diperoleh dapat berupa


(48)

tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009:240). Dokumen berupa tulisan atau gambar harus mendasari dan relevan dengan penelitian. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

4. Teknik Pengambilan Informan

Dalam penelitian ini, informan ditentukan secara purposive yaitu sampel yang ditujukan langsung kepada obyek penelitian dan tidak diambl secara acak, tetapi sampel bertujuan untuk memperoleh narasumber yang mampu memberikan data secara baik. Dengan tujuan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rencana teori yang muncul (Moloeng, 2000:111).

5. Informan

Informan yang ditunjuk sebagai pusat data adalah pihak-pihak yang dapat memberikan informasi selengkap-lengkapnya. Adapun dalam penelitian ini peneliti menetapkan beberapa orang informan, yaitu:


(49)

Jabatan Alasan

Produser / Sutradara Produser merupakan orang terpenting dalam produksi televisi. Mulai dari ide, teknik hingga berjalannya acara sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari produser dan sutradara.

Kameramen Kameramen mempunyai tugas penting dalam produksi

program televisi. Sebuah acara dinilai menarik selain dari naskah yang telah ditentukan, juga bisa dilihat dari pengambilan gambar-gambar yang dilakukan oleh sang kameramen itu sendiri.

Editor Editor menjadi orang terakhir yang menyempurnakan

sebuah program. Program bisa dilihat menarik, lucu, menegangkan atau menakutkan tergantung dari bagaimana editor mengemas program tersebut. Oleh karena itu, editor sering kali disebut sebagai sutradara kedua.

(Tabel 1.1. Informan) 6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Analisa kualitatif merupakan analisis terhadap data yang diperoleh baik primer maupun sekunder tanpa


(50)

menggunakan kaidah-kaidah statistik. Adapun tujuan dari analisis data menurut Sutopo (2002: 91) adalah:

a. Reduksi

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian.

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi dan deskripsi. Sajian ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga dapat dibaca dan dipahami dengan mudah. Sajian data ini merupakan narasi yang disusun dengan pertimbangan permasalahan dengan menggunakan logika penelitian.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan tidak akan terjadi hingga pengumpulan data berakhir. Simpulan nantinya akan terlebih dahulu diverifikasi agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

7. Validasi Data

Dalam penelitian kualitatif, agar data dapat tervalidasi maka perlu dilakukan uji validasi data dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding terhadap data yang


(51)

sudah diperoleh (Moleong. 2001: 178). Peneliti menggunakan model triangulasi data sumber, karena dalam triangulasi sumber peneliti dapat mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi dengan cara: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sumber sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, seperti orang yang berpendidikan lebih tinggi atau ahli dalam bidang yang sedang diteliti.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang berkaitan.

G. Sistematika Penulisan

Guna mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian yang dilakukan, maka disusun sistematika penulisan yang berisi informasi yang mencakup materi dan hal-hal yang dibahas pada setiap bab, adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut:


(52)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab 1 ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang gambaran dan profil umum serta sejarah dari PSS Sleman. Gambaran, profil umum, sejarah dan struktur organisasi dari Elja TV.

BAB III PEMBAHASAN DAN PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai manajemen produksi dari televisi komunitas Elja TV yang menitikberatkan pada aktifitas dalam memproduksi acara. Dalam bab ini juga akan dipaparkan bahasan dari hasil penelitian serta analisis berdasarkan teori-teori yang disampaikan pada bab I dan dipadukan dengan hasil keseluruhan data penelitian.

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan beserta saran dari peneliti


(53)

BAB II

GAMBARAN UMUM ELJA TV

A. Media Komunitas Sepakbola Indonesia

Media komunitas di sepakbola sudah hadir pada jangka waktu yang lama. Di Inggris contohnya, perkembangan internet yang sangat cepat dimanfaatkan oleh suporter Arsenal untuk mendirikan media komunitas bernama Black Scarf Movement (BSM). Komunitas ini sering mengkritik kebijakan-kebijakan manajemen klub yang dirasa merugikan para suporter seperti mahalnya harga tiket yang tiap musim mengalami kenaikan. Sejak 2009 mereka terus mengajak banyak suporter lain untuk sadar dan ikut dalam pergerakan mereka.

Elja TV bukanlah satu-satunya media komunitas dalam sepakbola Indonesia. Sebelum Elja TV berdiri sudah banyak media komunitas yang didirikan oleh fans klub-klub tertentu yang lebih dulu hadir. Kehadiran internet dengan akses yang mudah dan sangat luas dapat dimanfaatkan oleh para suporter untuk mendirikan media komunitas. Karena dahulu ketika media masih bersifat analog dan internet belum bisa diakses dengan mudah seperti sekarang ini, media komunitas akan sulit berkembang karena mahalnya biaya cetak serta publikasi. Pemanfaatan teknologi internet bisa menekan biaya-biaya tersebut.


(54)

Sebut saja Sambernyawa.com, merupakan portal berita yang didirikan oleh Pasoepati, kelompok supporter klub Persis Solo. Portal berita tersebut berisi berita-berita dari Persis Solo. Sambernyawa.com juga menjadi wadah bagi Pasoepati untuk mencari berita-berita yang sudah resmi dari klub. Di PSS Sleman sendiri, sebelum Elja TV sudah ada media komunitas yang hadir. Contohnya adalah Elja Radio yang berdiri pada tahun 2012 silam. Merupakan radio streaming buatan suporter PSS yang juga menyiarkan live streaming

pertandingan PSS dalam bentuk audio. Selain itu Elja Radio juga menjadi wadah bagi Sleman Fans yang kreatif untuk menampung karya-karya lagu yang bertemakan PSS Sleman untuk kemudian dikompilasikan ke dalam album lalu kemudian album tersebut dijual. Gerakan ini bersifat positif karena mereka tetap memberikan sumbangsih terhadap klub seperti pemasangan

adboard (papan iklan di pinggir lapangan) yang tentunya uang pemasangan tersebut akan masuk ke kantong PSS Sleman itu sendiri.

B. Sejarah PSS Sleman

Perserikatan Sepak bola Sleman (PSS) merupakan sebuah klub asal Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang saat ini sedang berkompetisi di

Indonesia Soccer Championship B, sebuah turnamen berformat liga yang mengisi kekosongan kompetisi Liga Indonesia yang sedang absen akibat dibekukannya Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) oleh

Federation Internationale de Football Association (FIFA), atau setara dengan Divisi Utama pada Liga Indonesia. PSS Sleman lahir pada tanggal 20 Mei


(55)

1976 semasa periode kepemimpinan Bupati Drs. KRT. Suyoto Projosuyoto. Ada lima tokoh penting dalam lahirnya klub yang dijuluki Super Elang Jawa (Super ElJa) ini, yaitu H. Suryo Saryono, Sugiarto SY, Subardi, Sudarsono KH dan Hartadi. Lahirnya PSS dilatarbelakangi bahwa pada waktu itu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) baru ada dua perserikatan yaitu PSIM Yogyakarta dan Persiba Bantul

(Gambar 2.1. Logo PSS Sleman)

Tiga tahun pasca resmi berdiri, tepatnya pada tahun 1979, PSS memulai perjuangannya dalam mengikuti kompetisi yang diadakan oleh PSSI. Pada waktu itu PSS memulai dari Divisi II, beberapa kali Super Elang Jawa menjuarai babak penyisihan di wilayah DIY mengalahkan saudara-saudaranya seperti Persiba Bantul, Persig Gunung Kidul dan Persikup Kulon Progo. Namun mereka beberapa kali gagal untuk melaju ke babak tingkat nasional karena persaingan yang cukup berat ketika harus bertemu perserikatan-perserikatan dari Jawa Tengah seperti Jepara, Rembang dan Batang. Barulah


(56)

pada tahun 1996 PSS bisa promosi ke Divisi I atau tingkat nasional setelah berhasil menang pada pertandingan playoff melawan PERSISS Sorong, Aceh Putra dan Persipal Palu.

Empat tahun bertahan di Divisi I akhirnya klub yang berdiri pada tahun 1979 ini bisa menembus Divisi Utama, divisi paling atas yang ada di Liga Indonesia pada waktu itu, pada tahun 2000. Sempat berganti nama menjadi PSS Yogyakarta dan berpindah homebase dari Stadion Tridadi ke Stadion Mandala Krida pada musim 2001-2002. Pada musim itu juga PSS untuk pertama kalinya diperkuat pemain asing yaitu Jaldecir “Deca” Dos Santos dan Fabiano Guarillha. Musim 2002-2003 menjadi musim paling berprestasi bagi PSS Sleman di persepak bolaan nasional, pada musim itu Super Elang Jawa berhasil menempati posisi empat di akhir musim, hanya terpaut tujuh poin dari peringkat pertama yang diduduki oleh Persik Kediri. Prestasi itu diulangi pada musim 2003-2004, walau harus kembali pindah ke

homebase awal yaitu Stadion Tridadi, namun mereka tetap bisa mempertahankan posisi empat di akhir musim di bawah Persebaya, PSM dan Persija. Pada musim ini juga PSS Sleman masuk empat besar Copa Dji Sam Soe yang diadakan pada jeda kompetisi (sumber: http://pss-sleman.co.id/category/history, diakses pada 6 Oktober 2016, 12:00 WIB).

Hingga saat ini, PSS Sleman masih berdiri dan masih aktif dalam persepakbolaan nasional. Sempat menjuarai Divisi Utama versi Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) pada tahun 2013 lalu, walau gagal naik ke


(57)

Indonesia Super League (ISL) pada musim berikutnya. Sempat terlibat skandal “sepak bola gajah” setahun sesudahnya, namun sekarang PSS Sleman bermain pada turnamen ISC B dan sudah lolos ke tahap 16 besar.

C. Sejarah Elja TV

Elja TV pertama kali berdiri pada tahun 2014, pada tahun yang sama mereka mulai mengudara dengan siaran percobaan belum dengan sistem berbayar dan mengudara dengan alat seadanya. Berkat masukan dari berbagai pihak, Elja TV kemudian terus berkembang dan setelah mengudara dengan siaran percobaan satu sampai dua kali akhirnya mereka mulai mengudara dengan sistem berbayar. Ada tiga pilihan harga yang diberikan Elja TV kepada pemirsanya, yaitu 30.000 rupiah, 50.000 rupiah dan yang terakhir di atas 50.000 rupiah. Pilihan yang terakhir merupakan optional bagi pemirsa yang ingin membeli voucher lebih dari harga yang sudah ditentukan.

“Kita pertama sekali (sampai) dua kali (masih siaran) trial, yang ketiga

sudah langsung berbayar. Dulu berbayarnya masih 20.000 rupiah, kita juga belum bisa memberi kualitas yang bagus. Istilahnya, harga segitu hanya untuk

biaya produksi agar satu kali produksi itu tetap bisa jalan” (hasil wawancara

dengan Syahrul Ramadhan, Pimpinan Produksi, 16 Oktober 2016).

Berdirinya Elja TV sepenuhnya diinisiasi oleh para suporter, bukan ide dari manajemen klub itu sendiri. Ide tersebut muncul karena keresahan dari para Sleman Fans (pendukung PSS Sleman) yang bertempat tinggal di luar DIY karena tidak bisa menyaksikan pertandingan kandang PSS, karena tidak ada satu pun stasiun televisi yang menyiarkan pertandingan-pertandingan dari


(58)

Divisi Utama dan hanya menayangkan pertandingan dari divisi tertinggi yaitu ISL. Oleh karena itu, Elja TV berdiri dan melayani khusus untuk Sleman Fans yang sedang atau bertempat tinggal di luar DIY. Dari awal hingga sekarang mereka pun tetap konsisten hanya melayani bagi mereka yang berada di luar DIY, jika Sleman Fans yang masih dalam wilayah DIY tidak dapat menggunakan layanan Elja TV dan diharuskan untuk datang ke stadion.

“Jadi kenapa kita khususkan untuk (Sleman Fans) luar DIY karena

supaya stadion tetap penuh dan kecil kemungkinan orang Sleman dengan bayar harga sama dengan tiket nonton langsung di stadion, mereka lebih (memilih) nonton streaming” (Hasil wawancara dengan Syahrul Ramadhan, Pimpinan Produksi, 16 Oktober 2016)

Elja TV merupakan televisi komunitas berbasis streaming, yang artinya semua orang di seluruh dunia ini bisa menyaksikan tayangannya, hanya membutuhkan perangkat komputer atau tablet dan koneksi internet saja. Oleh karena itu, pengguna layanan Elja TV tidak hanya di Indonesia saja. Namun pengguna layanan televisi komunitas suporter ini tersebar dari berbagai negara seperti Singapura, Korea Selatan, Jepang, Belanda hingga Selandia Baru. Berikut peta persebaran penonton Elja TV pada pertandingan antara PSS Sleman vs Persita Tangerang pada tanggal 16 Oktober 2016:


(59)

(Gambar 2.2. Peta persebaran penonton Elja TV pada tanggal 16 Oktober 2016)

D. Alat-alat Produksi

1. Kamera Sony HXR-2500

(Gambar 2.3. Kamera Sony HXR-2500)

Dalam setiap produksinya, Elja TV menggunakan kamera Sony HXR-2500. Kamera yang digunakan sebanyak empat unit yang


(60)

masing-masing ditempatkan di pinggir lapangan sebanyak dua unit,

atas bagian tengah stadion sebanyak satu unit dan di bagian tribun paling atas sebanyak satu unit.

2. Personal Computer

(Gambar 2.4. Personal computer)

Untuk menampilkan gambar yang direkam kamera dan mengunggah gambar tersebut agar dapat dilihat pemirsanya, Elja TV menggunakan perangkat komputer. Perangkat komputer yang digunakan sebanyak dua unit.

3. Laptop


(61)

Laptop dibutuhkan untuk menampilkan preview siaran

streaming yang sedang tayang sehingga para crew yang berada di ruang kontrol, terutama pengarah acara mampu memantau jalannya siaran. Laptop yang dipakai dalam produksi sebanyak tiga unit. Selain untuk memantau jalannya siaran, dua laptop lainnya digunakan untuk memantau jaringan dan kecepatan unggah data agar siaran streaming

tetap stabil. Satu sisanya digunakan oleh admin yang menangani untuk menjawab keluhan-keluhan dari penonton ketika ada yang bermasalah. 4. Monitor

(Gambar 2.6. Monitor)

Monitor dibutuhkan untuk menampilkan tampilan dari komputer yaitu menampilkan gambar yang direkam oleh kamera. Dalam produksinya Elja TV menggunakan dua unit monitor.


(62)

5. Microphone

(Gambar 2.7 & 2.8. Hand held mic & condenser mic)

Tiga unit mikrofon digunakan dalam setiap produksi siaran Elja TV. Diantaranya dua unit hand held mic, mik ini digunakan oleh pembawa acara dan komentator dan satu unit condenser mic yang digunakan untuk merekam suara atmosfer stadion.

6. Tripod


(63)

Tripod digunakan untuk menyangga kamera supaya kamera dapat berdiri dan stabil untuk mengambil gambar. Tripod yang dipakai sebanyak empat unit dengan model tripod Libec.

7. Handy Talky

(Gambar 2.10. Handy talky)

Alat ini sangat berguna untuk komunikasi jarak jauh. Pengarah acara akan mengarahkan para kameramen yang posisinya tersebar melalui handy talky (HT). Dalam setiap produksi, Elja TV membutuhkan enam HT yang digunakan oleh pengarah acara dan kameramen.

8. Aja Kona


(64)

Alat ini berfungsi untuk membagi gambar yang direkam oleh empat kameramen yang bertugas sehingga memudahkan switcher untuk memilih gambar mana yang akan ditampilkan pada saat siaran.

Berikut adalah proses persiapan alat-alat produksi oleh masing-masing bagian atau masing-masing

jobdesk:


(65)

Berikut adalah floor plan atau peletakan alat-alat di atas dalam produksi siaran Elja TV pada tanggal 16 Oktober 2016:

a. Ruang Kontrol

(Bagan 2.2. Floor plan ruang kontrol)

Monitor 1 dan CPU 1 digunakan oleh switcher untuk membagi gambar yang akan ditampilkan di layar televisi. Laptop 1 digunakan oleh operator untuk memantau jaringan internet sedangkan laptop 2 digunakan oleh admin yang bertugas untuk membantu penonton yang mengalami kendala dalam mengakses siaran. Laptop 3 digunakan oleh operator untuk mengecek traffic dari siaran Elja TV. Monitor 2 dan CPU 2 digunakan oleh operator yang bertugas untuk membuat ruang siaran di akun YouTube, operator ini juga bertugas untuk membuat tayangan ulang atau replay. Terakhir, laptop 4 digunakan oleh komentator yang memandu jalannya pertandingan.


(66)

b. Letak Kamera Dekat Lapangan

(Bagan 2.3. Letak kamera dekat lapangan)

Ada dua kamera yang disiapkan di pinggir lapangan. Kamera ini merekam kejadian-kejadian yang terjadi dengan jarak yang dekat. Selain kameramen yang mengoperasikan kamera, ada juga runner yang selalu siaga membantu.


(67)

c. Letak Kamera Tribun Barat Lantai 1

(Bagan 2.4. Letak kamera di tribun barat lantai 1)

Kamera 3 ini merupakan kamera master. Kamera yang merekam jalannya pertandingan dari atas tribun barat Stadion Maguwoharjo ini dioperasionalkan oleh seorang kameramen dan seorang runner.

d. Letak Kamera Tribun Barat Lantai 2

(Bagan 2.5. Letak kamera di tribun barat lantai 2)

Yang terakhir adalah kamera 4. Kamera ini diletakkan di tribun barat lantai 2. Sama seperti yang lain, kamera ini dioperasionalkan oleh seorang kameramen dan seorang runner.


(68)

BAB III

SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

Menjalankan produksi program televisi harus mengikuti prosedur yang biasa dilakukan. Alan Wurtzel dalam Subroto (1994: 157) menguraikan prosedur kerja untuk memproduksi siaran televisi yang biasa disebut dengan Standart Operation Procedure (SOP). Ada empat tahap SOP yang dilakukan dalam produksi acara televisi, yaitu:

1. Pre Production Planning

Tahap pra produksi ini merupakan tahap awal dari seluruh kegiatan dalam produksi acara televisi atau juga sering disebut tahap perencanaan mulai dari tahap penemuan ide, tahap perencanaan dan tahap persiapan.

2. Setup and Rehearsal

Setup merupakan persiapan-persiapan yang bersifat teknis dan dilakukan oleh anggota inti bersama dengan kerabat kerjanya (Subroto, 1994: 158). Sejak dari mempersiapkan peralatan hingga mempersiapkan denah setting tata lampu, mikrofon hingga tata dekorasi. Sedangkan rehearsal berarti latihan atau juga biasa disebut dengan gladi bersih. Menurut Subroto (1994: 158), rehearsal tidak


(69)

hanya dilakukan oleh para artis saja, tetapi juga dilakukan oleh para kerabat kerja yang bertugas. Mulai dari kameramen, penata lampu, penata suara hingga switcher.

3. Production

Yang dimaksud dengan proses produksi adalah upaya sutradara bersama para artis dan crew mengubah bentuk naskah (shooting script) menjadi gambar atau menjadi bentuk visual. Pelaksanaan produksi sangat bergantung kepada naskah, oleh karena itu karakter produksi lebih ditentukan oleh karakter naskah sebab naskah merupakan hasil penuangan ide atau gagasan.

4. Post Production

Paska produksi merupakan tahap terakhir dalam proses produksi program televisi. Tahap ini berupa penyelesaian atau penyempurnaan baik berupa audio maupun visual.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa membuat program televisi akan melewati tahapan yang rumit, membutuhkan waktu yang lama dan melibatkan banyak orang. Untuk itu manajemen dalam produksi program televisi sangatlah penting agar dalam produksinya dapat berjalan dengan baik dan program yang dihasilkan dapat dinikmati oleh para pemirsanya. Menurut Haiman dalam Manullang (2009: 3) manajemen adalah fungsi untuk mencapai


(70)

sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut George R. Terry dalam Manullang (2009:3) mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Manajemen merupakan hal yang penting untuk menghasilkan sebuah produk atau karya. Manajemen sebagai proses yang menggerakkan organisasi karena tanpa manajemen yang efektif dan efisien hasil yang dicapai tidak akan maksimal.

Dengan penerapan manajemen pada kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi, tim atau dalam penelitian ini kelompok pembuat acara televisi komunitas, maka fungsi manajemen akan sangat berguna dalam keberlangsungan seluruh proses atau tahapan suatu produksi acara televisi. Ada empat fungsi manajemen yaitu: fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengawasan.

1. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan dalam produksi Elja TV secara keseluruhan terjadi pada tahapan pra produksi. Pada tahap pra produksi, pimpinan produksi akan mengadakan rapat rutin yang dilakukan satu hari sebelum proses produksi berlangsung. Pada


(71)

tahapan ini penyatuan visi dan misi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama.

“Jadi sudah kita rutinkan satu hari sebelum produksi crew

kita kumpul dulu (dalam rapat)” (Wawancara dengan Syahrul Ramadhan, 16 Oktober 2016).

2. Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian juga termasuk dalam tahapan pra produksi. Pengorganisasian Elja TV juga dilakukan saat rapat produksi. Pada tahapan ini penyusunan dan pemilihan crew serta bagaimana pembagian jobdesk atau tanggung jawab akan ditentukan pada tahapan pengorganisasian ini.

“…(dalam rapat) kita bagi job desk, yang kameramen kita

kasih shoot list. Kamera atas shoot list-nya apa, kamera tengah

shoot list-nya apa dan kamera bawah shoot list-nya apa. Jadi nanti saat akan mulai produksi kita tinggal briefing sebentar lalu mulai

jalan produksi” (Wawancara dengan Syahrul Ramadhan, 16

Oktober 2016).

3. Fungsi Pelaksanaan

Fungsi pelaksanaan akan terjadi pada tahapan produksi sampai pada tahapan paska produksi. Segala sesuatu yang sudah direncanakan di dalam rapat produksi akan diaplikasikan pada tahapan produksi. Kemudian akan ditambah dan disesuaikan dengan beberapa temuan di lapangan yang tidak terencanakan.


(72)

4. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan juga dilakukan pada saat produksi dan paska produksi. Fungsi pengawasan pada produksi Elja TV lebih kepada saling menjaga komunikasi antara Pimpinan Produksi dan

crew.

“Kalau nanti crew sudah menempati posisinya

masing-masing, aku hanya bisa (komunikasi) lewat HT (handy talky), ya. Karena kan (posisinya) sudah mencar, ada yang di atas dan di bawah. Kalau operator dan admin ada di sini (ruang kontrol) terus jadi mengontrolnya gampang. Tapi kalau kameramen kan udah jauh” (wawancara dengan Syahrul Ramadhan, 16 Oktober 2016).

Keempat fungsi manajemen tersebut diterapkan dalam proses produksi acara televisi komunitas Elja TV. Untuk lebih rinci, maka akan diuraikan sebagai berikut:

a. Pra Produksi

Dalam sebuah produksi acara televisi, pra produksi merupakan langkah awal. Baik itu produksi secara live maupun

recorded. Tahapan ini jika dikaitkan dengan fungsi manajemen merupakan bagian dari fungsi perencanaan. Hal-hal yang dilakukan dalam tahapan pra produksi seperti pengumpulan ide, masukan dari para crew serta pembagian job desk untuk produksi yang akan datang. Elja TV menggunakan cara mengadakan rapat produksi yang dihadiri oleh seluruh crew yang akan dilaksanakan satu hari sebelum proses berlangsungnya produksi. Selain


(73)

pengumpulan ide dan pembagian jobdesk, dalam tahap pra produksi ini para crew akan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk keperluan pada saat hari produksi. Hal ini diungkapkan oleh Andi selaku kameramen dari Elja TV:

“Biasanya (sebelum produksi) kameramen sudah loading

alat. Kita udah sewa alat intinya. Kalau di stadion kita bekerja sama dengan crew bagian teknis jadi kita para kameramen bagian nyiapin kamera dari awal” (wawancara dengan Andi, 16 Oktober 2016).

Dalam tahapan ini penentuan crew dan pengorganisasian

crew dibutuhkan sejak proses tahapan pra produksi. Pada tiap musim kompetisi berlangsung, Elja TV sudah mempunyai crew

tetap sehingga pada saat rapat produksi hanya akan membahas pembagian jobdesk. Dan setiap orang akan mendapatkan jobdesk

yang sama pada setiap kali produksinya. Karena merupakan televisi komunitas maka Elja TV pun mengambil orang-orang dari komunitas tersebut untuk menjadi bagian dari Elja TV.

“Alasan kita tidak menggunakan jasa professional atau orang yang sudah berpengalaman karena ini movement PSS, gitu lho, movement supporter. Jadi, biar yang bisa melanjutkan ini temen-temen sendiri. Jadi tidak akan ada fungsinya jika kita membayar orang professional (untuk melakukan produksi), nanti ke depannya tidak berkelanjutan (bagi komunitas), gitu lho” (wawancara dengan Syahrul Ramadhan, 16 Oktober 2016).


(74)

Oleh karena seluruh crew diambil dari para anggota komunitas penyuka klub PSS Sleman, maka Elja TV menerapkan persyaratan khusus bagi kameramen dan editor, yaitu harus berlatar belakang atau setidaknya mempunyai kemampuan dasar perihal broadcasting. Orang yang menjadi kameramen tentu saja dipilih dari orang yang bisa mengoperasikan kamera dan editor akan dipilih dari orang yang bisa mengedit video. Sedangkan bagian admin dan runner tidak diharuskan dari seseorang yang berlatar belakang broadcasting.

“Kalau kameramen dan editor, iya (harus berlatar belakang

broadcasting). Kalau admin dan runner, enggak” (wawancara

dengan Syahrul Ramadhan, 16 Oktober 2016).

Hal tersebut secara tidak langsung dikonfirmasi oleh Vikan selaku editor dan switcher:

“Saya pernah jadi editor (sebelumnya) di produksi

-produksi film saya. Kalau jadi editor acara sepakbola baru di Elja TV” (wawancara dengan Vikan, 16 Oktober 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh Andi selaku kameramen dari Elja TV:

“Sebelumnya pernah jadi kameramen. Banyak, mas. Soalnya freelance. Sebelum ini cuma motret sih, mas. Kalau acara olahraga baru ini, baru di Elja TV” (wawancara dengan Andi, 16 Oktober 2016).

Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah mengenai


(75)

sumber dana Elja TV datang dari dalam komunitas itu sendiri. Seperti yang sudah disebutkan pada pasal 22 ayat 1 dalam UU Penyiaran tahun 2002 yang menyatakan bahwa lembaga penyiaran komunitas didirikan atas biaya yang diperoleh dari kontribusi komunitas tertentu dan menjadi milik komunitas tersebut. Karena siaran streaming ini berbayar, maka mereka juga mendapatkan sumber pendanaan dari jumlah penonton yang menyaksikan siaran. Dalam satu kali siarannya, Elja TV mematok harga 30 ribu hingga 50 ribu, namun sebenarnya mereka tidak membatasi nominal dari pembayaran tersebut, seperti yang diungkapkan Syahrul Ramadhan selaku pimpinan produksi:

“Sebenarnya (pembayaran) tidak kita batasi, ada yang 20, 30 dan 50. Di atasnya 50 itu kita buat slot kosong, terserah mau isi berapa dan itu bentuknya donasi. Bahkan ada yang sampai mengisi 100 sampai 200, (biasanya) dari luar-luar (negeri) itu banyak” (wawancara dengan Syahrul Ramadhan, 16 Oktober 2016).

Jumlah penonton dalam satu pertandingan sangat menentukan nominal yang akan dibawa pulang oleh tiap-tiap crew. Karena sumber utama pendanaan mereka dalam membuat produksi adalah dari penonton.

“…temen-temen suporter kan kerjanya hanya per

pertandingan. Jadi kita ngasihnya lebih ke uang saku. Yang pertama jelas konsumsi (makan berat) pasti dapet, sama uang saku sebelum pulang. Ya, nilainya tergantung dari jumlah penonton, jadi semakin banyak jumlah penonton mereka dapetnya juga


(76)

semakin banyak” (wawancara dengan Syahrul Ramadhan, 16 Oktober 2016).

(Gambar 3.1. Pengumpulan crew dan alat. Dokumentasi tanggal 16 Oktober 2016)

Untuk alat-alat produksi sendiri Elja TV mendapatkannya dengan cara menyewa dan pinjam, seperti kamera, kabel-kabel dan alat-alat lainnya. Termasuk Aja Kona, alat yang digunakan untuk membagi gambar yang digunakan oleh switcher.

“Kita punya empat kamera, satu pinjam dari PSS dan tiga

sewa. Kita sewa kamera, kabel dan beberapa alat. Alat switcher itu Aja Kona, itu sewa. Sebenarnya kita mau beli, tapi di Indonesia belum ada” (wawancara dengan Syahrul Ramadhan, 16 Oktober 2016).

Untuk koneksi internet, Elja TV melakukan kerja sama melalui orang yang sudah dikenalnya. Namun kerja sama ini


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)