KELOMPOK AHLI SURGA DAN KEUTAMAAN LAPAR SERTA DIAM
BAB V: KELOMPOK AHLI SURGA DAN KEUTAMAAN LAPAR SERTA DIAM
“Wahai Ahmad! Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, tidak ada satu hamba yang demi Aku ia melakukan empat
perkara kecuali Aku masukkan ia ke dalam surga: orang yang menjaga lisannya, maka ia tidak membuka lisannya kecuali seperlunya dan yang bermanfaat baginya; orang yang menjaga hatinya dari waswas; orang yang sadar bahwa Aku mengetahui tentangnya serta mengawasi semua keadannya; dan orang yang laparnya menjadikan ia menjadi belahan mata-Ku. ”
“Wahai Ahmad! engkau telah merasakan manisnya lapar, diam, kesendirian serta apa yang diwariskan (keutamaan) dari itu semua. ”
Nabi saw. berkata, “Wahai Tuhanku! Apa keutamaan dari lapar? “
Allah swt. berfirman, “Hikmah, menjaga hati, dekat kepada-Ku, kesedihan yang terus menerus, sedikit kebutuhan di antara manusia, ucapan yang hak serta tidak peduli baik hidupnya susah atau pun senang. ”
“Wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat dengan-Ku? ”
Nabi saw. menjawab, “Tidak wahai Tuhanku.” Allah swt. berfirman, “Tatkala ia dalam keadaan lapar
dan sujud. ”
Empat Kekhususan
Allah swt. berfirman kepada Nabi Muhammad saw., “Wahai Ahmad! Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, setiap hamba yang melakukan empat perkara maka Aku akan memasukkan ia ke dalam surga. ” Empat perkara tersebut adalah: pertama, menjaga lisannya dari ucapan yang tidak perlu dan tidak bermanfaat
62 MENJADI MANUSIA ILAHI
baginya. Kedua, menjaga hatinya dari penyakit waswas. Ketiga, menyadari bahwa Allah swt. mengetahui keadaannya dan melihat kepadanya. Keempat, laparnya menjadikan ia menjadi belahan mata-Ku (Allah swt.).
Kemudian Allah swt. berfirman kepada kekasih-Nya, Muhammad saw., “Wahai Ahmad! engkau telah merasakan manisnya lapar, diam, kesendirian serta apa yang diwariskan (keutamaan) dari itu semua. ” Nabi saw. berkata, “Wahai Tuhanku! Apa keutamaan dari lapar? ” Allah swt. berfirman, “Hikmah, menjaga hati, dekat kepada-Ku, kesedihan yang terus menerus, sedikit kebutuhan di antara manusia, ucapan yang hak serta tidak peduli baik hidupnya susah atau pun senang. ” “Wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat dengan-Ku? ” Nabi saw. menjawab, “Tidak wahai Tuhanku.” Allah swt. berfirman, “Tatkal ia dalam keadaan lapar dan sujud. ”
Warisan yang Berharga
Wahai Ahmad! Jika engkau mengetahui betapa manisnya lapar dan diam serta betapa banyak efek positif dari keduanya. Nabi saw. bertanya, “Wahai Allah swt.ku! Apa keutamaan serta pengaruh dari lapar dan diam? ” Allah swt. menjawab bahwa pengaruh tersebut sebagai berikut:
Hikmah: lapar dan diam merupakan pendahuluan atau salah satu syarat untuk mendapat hikmah serta ilmu hakekat
Menjaga hati: dalam semua keadaan ikhtiar hati manusia berada di tangannya.
Dekat kepada Allah swt.: dengan lapar dan diam, seorang hamba bisa dekat kepada-Nya dan meraih kedekatan maknawi.
Kesedihan yang lama: kondisi sedih merupakan keadaan yang terpuji, (pada kesepatan yang akan datang akan dibahas masalah keutamaan sedih) kondisi ini muncul ketika manusia lapar dan diam.
Kebutuhan yang sedikit kepada orang lain.
BAB V: KELOMPOK AHLI SURGA DAN …
Ucapan yang hak: karena tidak memiliki sifat rakus terhadap harta orang lain, maka di mana saja ia bisa berkata hak dan sama sekali tidak memiliki rasa takut dan khawatir dari siapa pun.
Ia tidak peduali apakah kehidupannya penuh dengan kesulitan atau kesenangan. Artinya, manusia yang sedikit banyak kebutuhannya ia tidak banyak berfikir baik kaya atau miskin.
Kemudian Allah swt. berfirman, “Wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat kepada-Ku? ” Nabi saw. menjawab, “Aku tidak tahu wahai Tuhanku.” Allah swt. berfirman, “Adalah ketika seorang hamba dalam keadaan lapar atau dalam keadaan sujud, mereka dekat kepada-Ku. ”
Penjelasan
Tujuan dari penciptaan manusia adalah mengantarkan mereka kepada kesempurnaan akhir dan menyampaikan kepada kedudukan abadi. Untuk mencapai kedudukan tersebut, ditetapkan agar memiliki empat syarat yang telah disebutkan dalam penggalan hadis Mikraj sebelumnya. Dengan menjalankan keempat syarat tersebut, Allah swt. menjamin mereka untuk masuk ke dalam surga. Dua dari empat syarat tersebut berhubungan dengan anggota badan lahiriah (berkenaan dengan lisan dan perut), dan dua syarat lain berkenaan dengan perkara-perkara hati dan batiniah. Salah satu dari dua syarat terakhir memiliki sisi negatif. Artinya, menjaga hati dari waswas setan. Syarat yang lain memiliki sisi positif, yaitu kesadaran manusia akan kehadiran Allah swt. dan pengawasan-Nya terhadap mereka. Jelas, menjalankan dua syarat pertama lebih mudah. Berbeda dengan dua syarat terakhir, sulit untuk menjalankannya; kita membutuhkan latihan batiniah yang banyak.
Secara mendasar, menjaga lisan dari ucapan yang tidak benar dan menjaga perut dari sifat rakus merupakan salah satu jalan untuk melawan setan. Walau perangkap setan tidak terbatas pada lisan dan perut saja. Akan tetapi keduanya merupakan alat yang paling kuat bagi setan dalam rangka membuat manusia menyimpang. Sebab, barangsiapa yang bisa mengontrol perutnya, maka ia pun akan bisa
64 MENJADI MANUSIA ILAHI
mengkontrol syahwatnya. Juga, barangsiapa yang mampu menjaga lisannya maka ia akan mudah menjaga indra yang lain.
Faktor paling besar yang menghilangkan kesadaran, perasaan, pengetahuan serta menghilangkan kehadiran hati dari manusia adalah perut yang penuh dengan makanan. Manusia yang perutnya penuh tidak akan bisa berfikir, dan tidak akan bisa berhasil dalam belajar. Ia juga tidak akan bisa meraih kehadiran hati ketika shalat atau ketika melakukan amalan yang lain. Masalah ini sudah terbukti, Karenanya, sudah menjadi yang populer perumpamaan “ibadahnya orang yang kenyang bagaikan orang yang merengek dalam keadaan mabuk. 1 ”
Orang yang dalam keadaan mabuk tidak memiliki kesadaran, sebab ketika ia merengek, perbuatan tersebut tidak bernilai dan tidak sah. Karena itu, doa dan amalan manusia yang kenyang serta beribadah dengan perut yang penuh tidak akan memiliki nilai.
Ketika perut dalam keadaan penuh, maka pemahaman serta kesadaran yang menjadi kekhususan manusia akan hilang. Persis seperti seekor burung yang kakinya dibebani oleh sesuatu yang berat, semakin berat beban tersebut, semakin sulit baginya untuk bisa terbang. Maka, penuhnya perut bagaikan beban berat yang diikatkan di kaki burung. Itu akan membuat ruh manusia menjadi tertutup dan menjadi penghalang ia untuk terbang. Bahkan sebaliknya, akan membuat ia jatuh ke dalam materi dan hilangnya cahaya serta kelembutan hati manusiawinya. Akibatnya, kesempurnaan ruhani tidak akan bisa diraih.
Jelas, pengetahuan tentang hubungan antara ruh dengan badan bukanlah perkara mudah, yang bisa disampaikan dengan kajian yang pendek. Akan tetapi kesimpulannya, bahwa barangsiapa yang perutnya penuh dengan makanan, ia akan merasakan bahwa ruhnya tidak mampu untuk terbang dan mencapai puncaknya. Ini bagaikan seekor burung yang kakinya terikat oleh beban yang sangat berat.
1- Dinukil dari Imam Ali as. dua riwayat yang terkait dengan hal ini: 1. “Kecerdasan tidak akan berkumpul dengan perut yang penuh”. Mustadrak Al-Wasâ'il, jld 16, hlm. 221, hadis no. 19652. 2. “keinginan kuat dan ketamakan tidak akan berkumpul”. Nahj Al-Balâghah, Faidh Al-Islam, hlm. 692, H. 221. Syarh Nahj Al-Balâghah, Ibnu abi Al-Hadid, jld 11, hlm. 142.
BAB V: KELOMPOK AHLI SURGA DAN …
65 Penafisran Positif dari Lapar
Pujian atas kondisi lapar yang ada dalam riwayat-riwayat bukan berarti membenarkan untuk berada dalam penderitaan lapar secara mutlak. Akan tetapi yang dimaksud adalah lapar dalam rangka memberi kesadaran bagi manusia tentang penghalang-penghalang yang menghalangi terbangnya ruh manusiawi, juga hal yang mengganggu aktivitas-aktivitas ruhani, baik dari sisi-sisi hudhuri, yaitu kesadaran-kesadaran hati, atau sisi-sisi hushuli, yaitu berfikir dan belajar.
Karena itu, sebegitu rupa manusia merasakan lapar sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi penderitaan tersebut, atau terlalu banyak makan sehingga menghalangi aktivitasnya. Seperti yang di kemukakan oleh Allamah Thabathabai’, yang dimaksud dengan riwayat-riwayat semacam ini adalah ringannya perut –sebagai kebalikan dari banyak makan –bukan berarti kelaparan. Memakan makanan yang dianjurkan, selain tidak membahayakan, bahkan sangat penting dan perlu untuk kesehatan, namun juga harus diperhatikan hal-ihwal keseimbangan.
Mengenai menahan lapar sudah sering dibahas dalam banyak buku; orang-orang besar bisa meraih kesempurnaan-kesempurnaan dan maqam-maqam yang tinggi akibat menahan lapar. Untuk meringkas pembahasan, kita cukupkan sampai di sini.
Nabi Muhammad saw. menanyakan tentang pengaruh dari lapar dan diam. Beliau juga memperoh jawabannya. Ini bukan berarti beliau tidak tahu masalah dan belum mengamalkannya ( a’udzubillah), akan tetapi sebagai pelajaran bagi umat manusia.
Pengaruh Positif dari Lapar dan Diam Pertama
Pengaruh pertama yang berharga dari lapar dan diam adalah hikmah. Artinya, manusia akan sampai pada hakikat serta kenyataan yang tidak bisa diraih oleh yang lain; mereka bisa memahaminya dengan jelas dan terang.
Manusia, dengan eksperimentasinya yang terbatas, juga bisa merasakan betapa dua masalah ini sangat berpengaruh dalam penyingkapan hakikat. Seperti yang dirasakan di akhir bulan
66 MENJADI MANUSIA ILAHI
Ramadhan, dimana manusia merasakan ruhnya seperti siap terbang, juga kesegaran, kecerahan dan kelezatan maknawi menguasai seluruh wujudnya. Oleh karenanya, kita hanya memerhatikan badan dalam rangka berkhidmat untuk terbangnya ruh, bukan malah menjadi penghalang terbang dan mikraj-nya ruh, serta perhatian ruh terhadap perkara maknawi dan alam malakut. Akal manusia termasuk ke dalam salah satu kekuatan ruhaninya; dengan ringannya perut, ia akan bisa beraktivitas dan akan bisa memahami hakikat.
Kedua
Pengaruh kedua yang sangat berharga dari lapar dan diam adalah menjaga hati dari waswas setan. Orang-orang beriman yang melakukan puasa akan mendapatkan pengalaman. Yaitu, mereka akan lebih berhasil dalam konsentrasi pancaindra, juga dalam menjaga hati. Sebaliknya, orang yang membiasakan diri dengan memakan banyak makanan juga bisa mengetahui dengan benar bahwa mereka akan sulit menjaga hatinya dan kesulitan dalam mengkonsentrasikan indra dan fikirannya yang dipenuhi dengan banyak khayalan.
Ketiga
Pengaruh ketiga dari lapar dan diam adalah taqarrub ila-Allah. Kedekatan dengan Allah swt. merupakan kesempurnaan hakiki dan tujuan paling utama serta cita-cita kaum mukmin. Untuk bisa sampai pada tujuan tinggi dan penting ini, hendaklah hati ini bersih dari hawa hafsu serta kecenderungan materi yang palsu. Perkara ini tidak bisa dilakukan selain dengan keinginan yang kuat dan niat yang kokoh dalam membentuk identitas Ilahi dan maknawi manusia. Dalam hal ini, tidak diragukan lagi bahwa puasa memiliki peran sangat penting dan berharga dalam rangka menguatkan keinginan dan mengarahkan kehendak tersebut pada taqarrub ila-Allah.
Keempat
Pengaruh keempat dari lapar dan diam adalah kesedihan yang langgeng. Dalam banyak riwayat telah disebutkan pujian terhadap kesedihan serta orang-orang yang sedih. Ungkapan ini bukan berarti manusia harus selalu cemberut dan bermuka muram serta masam. Tetapi maksudnya adalah supaya manusia mendapatkan kondisi sebagai lawan dari kesenangan dan kegembiraan yang tidak pada
BAB V: KELOMPOK AHLI SURGA DAN …
tempatnya dan tidak terbatas, karena hal ini merupakan sifat-sifat hewani yang rendah.
Seseorang yang diam dan lapar sama sekali tidak memiliki kebahagiaan palsu, kesenangan dari ketidaktahuan serta tertawa yang tidak pada tempatnya. Sebaliknya, ia akan bersikap dengan tegas dan selalu tenang. Akan tetapi, mungkin saja kesedihan muncul karena perkara-perkara duniawi, atau karena kemiskinan, atau karena kekalahan dalam perlombaan memperbanyak kekayaan; ini sama sekali bukan kesedihan yang terpuji. Sementara kesedihan yang layak dipuji adalah kesedihan sebagai lawan dari kegembiraan tiada batas; kesedihan yang membuat manusia lupa diri.
Peringatan bagi manusia merupakan sesuatu yang paling penting dari kewajiban-kewajiban para utusan Ilahi. Ini dalam rangka memperingatkan manusia untuk menggunakan umurnya dengan baik, supaya mereka mengkontrol perbuatannya, juga agar manusia menggunakan dengan benar semua fasilitas serta kekuatan yang diberikan Allah swt. Sangat disayangkan bila seorang mukmin tidak memanfaatkan umurnya dengan sesuatu yang bernilai dan penting, atau minimal memanfaatkan hal-hal yang mubah, sebab telah berkurang modalnya dan tidak bisa mendapatkan keuntungan dari perniagaan hidup ini.
Bukan tanpa alasan bila sebagian manusia besar menghindar dari banyak perkara-perkara yang mubah. Ketika seorang mukmin melihat kehidupan orang-orang mulia ini, membandingkan dengan dirinya, dimana umurnya dihabiskan untuk perkara-perkara yang mubah dan tidak berfaedah, maka ia akan merasa sedih dan kecewa. Akhirnya, mereka berniat untuk memperbaiki masa lalunya dan betul-betul memanfaatkan sisa dari umurnya.
Kelima
Pengaruh lain dari lapar dan diam adalah sedikitnya kebutuhan kepada orang lain. Artinya, semakin sedikit kebutuhan seseorang kepada masyarakat, maka ia akan semakin bebas. Sementara orang yang perhatiannya hanya urusan perut –dimana pikirannya berputar sekitar makanan-makanan yang enak –ia akan kehilangan kebebasan. Ia bagaikan hewan yang hanya memikirkan pakanannya. Demikian
68 MENJADI MANUSIA ILAHI
sebagaimana dalam mutiara hikmah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as., “Perhatian mereka hanya pada rumputnya.”
Pada akhirnya, mereka akan berhadapan dengan masalah yang banyak, di antaranya mereka butuh kepada penghasilan yang lebih banyak untuk menyiapkan makanan-makanan lezat, bahkan terkadang terpaksa harus berbuat yang tidak benar untuk bisa memenuhi keinginan.
Keenam
Pengaruh lain yang bisa didapat dari lapar dan diam adalah menjaga hak dan hakikat. Orang yang memiliki kehidupan yang biasa, sederhana dan tidak hingar-bingar, maka lisannya akan terbuka dan akan mampu membela yang hak di mana saja. Berbeda dengan orang yang hanya mementingkan perut, mereka tidak memiliki kekuatan untuk membela yang hak dan selalu memerhatikan dan tergantung kepada yang lain, sehingga jangan sampai mereka tidak mengganggu sumber-sumber penghasilannya. Orang yang ringan dan khafîf al- ma’ûnah (sedikit bebannya) tidak memiliki ketakutan pada yang lain dalam menyampaikan yang hak, atau ketakutan orang lain mengganggu kehidupannya. Sebab, ia melewati hidupnya dengan fasilitasnya yang sedikit dan penuh keberanian, dimana ia berani membela yang hak di hadapan ketidakadilan dan kemunkaran. Manusia yang ringan bebannya dan khafîf al- ma’ûnah akan selalu berusaha agar hidupnya penuh dengan harga diri. Akan tetapi orang yang mementingkan perut akan selalu berusaha agar hidupnya penuh dengan kesenangan. Kedua jenis kehidupan ini sangat berbeda jauh.
Ketujuh
Dengan memerhatikan poin-poin yang telah lalu, akan jelas lagi satu faedah dan pengaruh dari lapar dan diam. Yaitu, seorang mukmin yang bertakwa sama sekali tidak akan berpikir bagaimana melewati kehidupannya, entah itu susah ataupun senang. Sebab, ia akan selalu ridha dengan takdir dan qadha Ilahi, juga menjalani kehidupannya di dunia dengan penuh qana'ah, dan dengan sedikit kebutuhan serta tidak mementingkan harta benda, dimana itu semua membuat ia menderita penyakit-penyakit psikologis yang banyak menimpa orang- orang kaya.
69
BAB V: KELOMPOK AHLI SURGA DAN …
Allah swt. melanjutkan: “Apakah engkau mengetahui kapan seorang hamba lebih
mendekat kepada-Ku? ” Nabi saw. menjawab, “Tidak tahu.” Allah swt. berfirman, “Tatkala ia dalam keadaan lapar dan bersujud. ”
Tidak diragukan lagi bahwa sebaiknya keduanya digabungkan, sebab dengan sujud dalam keadaan lapar, ruhnya akan lebih siap untuk terbang dan mendekat kepada Allah swt., karena merasakan beratnya lapar akan membuat ia merasa lemah dan kecil serta tawadhu di hadapan Allah swt. Sementara pengaruh dari sujud akan membuat indra menjadi konsentrasi yang, pada gilirannya, akan menghasilkan kehadiran hati yang lebih kuat.