TANGGUNG JAWAB PENYIDIK POLRI TERHADAP PENGGELAPAN BARANG BUKTI DI POLDA DIY.

JURNAL HUKUM

TANGGUNG JAWAB PENYIDIK POLRI TERHADAP
PENGGELAPAN BARANG BUKTI DI POLDA DIY

Diajukan oleh :
Cyntia Chrisma Nafiriyanti
NPM

: 13 05 11247

Program Studi

: Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Peradilan Pidana

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
FAKULTAS HUKUM
2016


TANGGUNG JAWAB PENYIDIK POLRI TERHADAP
PENGGELAPAN BARANG BUKTI DI POLDA DIY
Cyntia Chrisma Nafiriyanti

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

ABSTRACT

The function of exhibit in the criminal justice process is is very importantl, namely as a
means of proof to substantiate the belief of the judge in examining and decide a case.
Investigators as one of the law enforcement officer shall execute his responsibilities
properly and in accordance with existing procedures. Police investigators have a
responsibility towards the security and the integrity of the evidence. The purpose of this
research was based on the formulation of a problem is to find out the responsibility of the
police investigators against exhibit in Yogyakarta regional police and what sanctions are
imposed for police investigators who use exhibits a criminal offense. This type of research
is a kind of normative legal research. Based on the results of the research, it can be
concluded that the police investigator a responsibility to care exhibit is to maintain the
integrity of the exhibit obtained, by way of immediately leave the exhibit to the official the
Official maintainer of the exhibits within 1 x 24 hours. If the police investigators do not

carry out their responsibilities, then there will be the sanction given.
Keywords: Exhibit, Police investigators, Liability, Sanctions.

1.

cukup, sebelum penangkapan dilakukan,

PENDAHULUAN

haruslah terkumpul data dan fakta melalui

Proses peradilan yang sesuai dengan

kegiatan

prosedur menjadi penentu keberhasilan

penyidikan.

dalam penegakan hukum di Indonesia,


pembuka

peradilan
ditemukannya

jalan

pidana
barang

dalam
ialah
bukti.

dan/atau

Fungsi barang bukti dalam

proses peradilan sangat penting yaitu


khususnya dalam peradilan pidana. Salah
satu

penyelidikan
1

sebagai

proses

sarana

memperkuat

dengan
Untuk

1


pembuktian

keyakinan

untuk

hakim dalam

Harun M. Husein, 1991, Penyidikan dan
Penuntutan Dalam Proses Pidana, PT.
Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 111.

mengumpulkan bukti permulaan yang

1

memeriksa dan memutus suatu perkara.

angka 1 dan 2 Kitab Undang-Undang


Bukti permulaan yang sudah ditemukan

Hukum Acara Pidana (KUHAP) tertulis

oleh

pengertian

penyelidik

dalam

proses

Penyidik

dan

apa


itu

penyelidikan lalu diproses oleh penyidik.

penyidikan. Penyidik adalah pejabat polisi

Kemudian barang bukti tersebut untuk

negara Republik Indonesia atau Pejabat

sementara oleh pejabat yang berwenang,

Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi

dalam hal ini penyidik polri, diambil alih

wewenang khusus oleh undang-undang

dan/atau


untuk melakukan penyidikan. Sedangkan

disimpan

dibawah

penguasaannya karena diduga tersangkut

penyidikan

dalam suatu tindak pidana.2 Barang bukti

untuk mencari dan mengumpulkan bukti-

yang telah diperoleh penyidik tersebut

bukti untuk menemukan pelaku tindak

akan disimpan di Rumah Penyimpanan


pidana. Dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan

Benda

(Rupbasan).

Kepala

satu

Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 jo.

Penyidik

Sitaan

Negara

sebagai


salah

aparat

adalah

tindakan

Kepolisian

Negara

penyidik

Republik

penegak hukum haruslah menjalankan

Peraturan


tanggung jawabnya dengan baik dan

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014

sesuai dengan prosedur yang ada. Proses

Tentang Tata Cara Pengelolaan Barang

peradilan, dalam hal ini proses penyidikan

Bukti di Lingkungan Kepolisian Negara

yang berjalan dengan baik

Republik

menjadi

langkah

tersebut

utama

dalam

tertulis

bahwa

penyidikan oleh undang-undang. Dalam
Pasal 60 ayat (4) Peraturan Kapolri

Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

Nomor

1945 berisi bahwa Negara Indonesia

14

Tahun

2012

Tentang

Manajemen Penyidikan tertulis bahwa

merupakan negara hukum sehingga setiap

setiap benda sitaan harus disimpan dan

warga negara Indonesia termasuk aparat

dititipkan di Rumah Penyimpanan Benda

penegak hukumnya harus patuh pada

Sitaan Negara (Rupbasan).

hukum demi mencapai kesejahteraan dan
penyidik

Indonesia

Negara

diberi wewenang khusus untuk melakukan

Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-

Pengertian

Kepolisian

penyidik adalah pejabat POLRI yang

penegakan hukum di Indonesia.

keadilan.

Kepala

Berdasarkan

dan

mengenai

penyidikan di Indonesia diatur dalam

berbagai

penyidik,

peraturan

penyidikan,

dan

barang bukti di atas, dapat dipahami

berbagai undang-undang. Dalam Pasal 1

bahwa antara satu peraturan dengan
2

peraturan

Ratna Nurul Afiah, 1989, Barang Bukti
dalam Proses Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm. 23.

yang

lain

telah

terjadi

sinkronasi, artinya tidak ada hal yang

2

bertentangan satu sama lain. Berbagai

2.

peraturan tersebut sama-sama mengatur

METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian

bahwa dalam pengelolaan barang bukti

Jenis

penelitian

ini

oleh penyidik polri harus dititipkan

merupakan jenis penelitian hukum

terlebih

normatif.

dahulu

untuk

selanjutnya

Penelitian

hukum

disimpan di Rumah Penyimpanan Benda

normatif adalah penelitian yang

Sitaan Negara (Rupbasan). Yang menjadi

berfokus

problematik

positif

hukum

dari

berbagai

pada

norma

berupa

hukum
peraturan

peraturan tersebut ialah mengenai fakta

perundang-undangan.

Peraturan

sosial yang terjadi di masyarakat. Jelas

perundang-undangan

yang

bahwa penyidik dalam proses pengelolaan

digunakan

barang bukti

untuk

tanggung jawab penyidik polri

disimpan terlebih dahulu di Rupbasan,

terhadap penggelapan barang bukti

tetapi faktanya berbeda. Banyak penyidik,

di polda DIY.

khususnya

harus

dititipkan

penyidik

Polri

tidak

berkaitan

dengan

2. Sumber Data

menyimpan dan menitipkan barang bukti

Sumber data yang digunakan

yang diperoleh, tetapi mempergunakan

adalah data sekunder yaitu data

barang

yang diperoleh dari bahan-bahan

bukti

kepentingannya

tersebut
sendiri.

untuk

Hal

tersebut

pustaka.

Data

sekunder

yang

berarti ada ketidaksesuaian antara fakta

digunakan antara lain:

sosial dengan berbagai peraturan yang

a. Bahan hukum primer terdiri

sudah ada.

atas:

Rumusan masalah yang diangkat

1) Pasal 1 ayat (3) Undang-

adalah:

Undang Dasar Tahun 1945

Berdasarkan

latar

belakang

berisi

bahwa

Negara

masalah yang ada maka rumusan

Indonesia

masalahnya adalah sebagai berikut :

negara

hukum

sehingga

1. Apakah bentuk tanggung jawab

setiap

warga

negara

penyidik

POLRI

pengelolaan

barang

terhadap
bukti

Indonesia termasuk aparat

di

penegak hukumnya harus

POLDA DIY?
2. Apakah

sanksi

merupakan

patuh pada hukum demi
bagi

penyidik

mencapai kesejahteraan dan

POLRI yang menggelapkan barang

keadilan.

bukti suatu tindak pidana?

3

2) Undang-Undang Nomor 8
Tahun

1981

pegawai negeri sipil, Pasal

Tentang

1

angka

Hukum Acara Pidana yang

pengertian

selanjutnya disebut Kitab

pembantu.

Undang-Undang

Hukum

12

perihal
penyidik

5) Peraturan

Pemerintah

Acara Pidana (KUHAP),

Republik Indonesia Nomor

Pasal 1 angka 1 dan 2

2 Tahun 2003 Tentang

perihal

Peraturan Disiplin Anggota

penyidik

dan

penyidikan, Pasal 2 ayat

Kepolisian

(16)

Republik

perihal

pengertian

Negara
Indonesia

barang bukti, Pasal 6 ayat

(Lembaran

(1)

pembagian

Republik Indonesia Tahun

penyidik, Pasal 7 ayat (1)

2003 Nomor 2), Pasal 6

perihal wewenang penyidik

huruf i perihal larangan

polri,

penggunaan barang bukti

perihal

Pasal

32

perihal

penggeledahan

oleh

Negara

secara

pribadi

oleh

penyidik polri, dan Pasal 44

penyidik polri, Pasal 7

ayat

perihal sanksi bagi penyidik

(2)

perihal

penyimpanan barang bukti

polri

dan larangan penggunaan

pelanggaran,

barang bukti oleh pihak

perihal

yang tidak berkepentingan.

penyidik polri tidak secara

3) Kitab

Undang-Undang

Pasal

13

pemberhentian

6) Peraturan

Pemerintah

perihal

Republik Indonesia Nomor

penggelapan dalam jabatan.

58 Tahun 2010 Tentang

4) Undang-Undang Nomor 2

Perubahan Atas Peraturan

Tahun

417

melakukan

terhormat.

Hukum Pidana (KUHP),
Pasal

yang

2002

Kepolisian
Republik

Tentang

Pemerintah

Negara
Indonesia

Tahun

(

Nomor

1983

27

Tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-

Lembaran Negara Republik

Undang

Indonesia

2002

Pidana (Lembaran Negara

Nomor 2), Pasal 1 angka 11

Republik Indonesia Tahun

perihal pengertian penyidik

2010 Nomor 90), Pasal 2A

Tahun

4

Hukum

Acara

ayat

(1)

untuk

perihal

syarat

diangkat

prosedur

pengelolaan

menjadi

barang

penyidik polri, Pasal 3 ayat

perihal

(1) perihal syarat untuk

wewenang

diangkat menjadi penyidik

pengelola

barang

pembantu, Pasal 3A perihal

Pasal

24

syarat

pengawasan

untuk

diangkat

bukti,

Pasal

tugas

11
dan

pejabat
bukti,
perihal
terhadap

menjadi penyidik pegawai

pengelolaan barang bukti,

negeri sipil.

Pasal

7) Peraturan

26

perihal

Kepala

pengawasan

Negara

barang bukti secara khusus.

Republik Indonesia Nomor

8) Peraturan Kapolri Nomor

Kepolisian

10

Tahun

2010

jo.

pengelolaan

14 Tahun 2011 Tentang

Peraturan

Kepala

Kode

Kepolisian

Negara

Kepolisian

Etik

Profesi
Negara

Republik Indonesia Nomor

Republik Indonesia (Berita

8 Tahun 2014 Tentang Tata

Negara Republik Indonesia

Cara Pengelolaan Barang

Tahun 2011 Nomor 608),

Bukti

Lingkungan

Pasal 21 ayat (1) perihal

Negara

sanksi pelanggaran kode

Republik Indonesia (Berita

etik profesi polri dan sanksi

Negara Republik Indonesia

administratif.

di

Kepolisian

Tahun 2010 Nomor 204

9) Peraturan Kapolri Nomor

dan Berita Negara Republik

14 Tahun 2012 Tentang

Indonesia

Manajemen

Tahun

2014),

Penyidikan

Pasal 1 angka 5 perihal

Tindak

pengertian

bukti,

Negara Republik Indonesia

Pasal 1 angka 8 perihal

Tahun 2012 Nomor 686),

pejabat

Pasal 15 perihal tahapan

bertugas

barang

negara
dan

yang

berwenang

Pidana

pelaksanaan

(Berita

penyidikan,

dalam pengelolaan barang

Pasal 91 dan 92 perihal

bukti, Pasal 6A perihal

sanksi bagi penyidik polri

pengelompokan

barang

yang

perihal

pelanggaran.

bukti,

Pasal

8

5

melakukan

b. Bahan hukum sekunder
Bahan

3.

hukum

dianalisis sesuai dengan 5 tugas

sekunder

ilmu

hukum

merupakan inti dari pendapat

berikut :

hukum yang diperoleh melalui

a. Deskripsi

normatif

sebagai

peraturan

buku, hasil penelitian, surat

perundang-undangan

kabar, internet, fakta hukum,

menguraikan atau memaparkan

dan

pasal-pasal sebagaimana telah

statistik

dari

instansi

resmi. Bahan hukum sekunder

disebutkan

juga dari narasumber yaitu

hukum primer.

dalam

yaitu

bahan

Kepala Unit Simin Direktorat

b. Sistematisasi akan dilakukan

Tahanan dan Barang Bukti

secara vertikal dan horisontal.

Polda DIY.

Secara

vertikal

terdapat

Cara Pengumpulan Data

sinkronisasi antara Pasal-pasal

a. Studi Kepustakaan

dalam Undang-Undang Dasar

Studi

kepustakaan

dilakukan

dengan

mempelajari

Republik

Indonesia

cara

Tahun 1945, Undang-Undang

peraturan

Nomor 8 Tahun 1981 Tentang

perundang-undangan, buku,

Hukum

Acara

jurnal,

Peraturan

Kepala Kepolisian

hasil

internet,

b.

Negara

penelitian,

fakta

hukum,

Negara

Republik

Pidana,

Indonesia

statistik dari instansi resmi,

Nomor 10 Tahun 2010 jo.

dan dokumen.

Paraturan Kepala Kepolisiam

Narasumber

Negara

Wawancara
kepada

Indonesia

dilakukan

Nomor 8 Tahun 2014 Tentang

narasumber

Tata Cara Pengelolaan Barang

menggunakan
pertanyaan

Republik

yang

daftar

Bukti

sudah

Kepolisian Negara Republik

di

Lingkungan

disiapkan sebagai pedoman

Indonesia,

untuk

Kapolri Nomor 14 Tahun 2012

wawancara

dilakukan

pada

yang
obyek

Tentang

penelitian.

dan

Peraturan

Manajemen

Penyidikan sehingga prinsip

4. Analisis Data

hukumnya

Data sekunder terdiri atas

adalah subsumsi

sehingga tidak diperlukan asas

bahan hukum primer yang akan

berlakunya

6

peraturan

perundang-undangan.

Disisi

bahasa

lain secara horisontal sudah

hukum

ada harmonisasi antara Pasal-

sehari-hari

b) Sistematisasi

atau

yaitu

pasal dalam Peraturan Kepala

mendasarkan sistem aturan

Kepolisian Negara Republik

mengartikan

Indonesia Nomor 10 Tahun

ketentuan hukum

2010

Tentang

Tata

Cara

suatu

c) Teleologi

yaitu

setiap

Pengelolaan Barang Bukti di

interprestasi pada dasarnya

Lingkungan Kepolisian Negara

teleologi atau tujuan yang

Republik

ingin dicapai

Indonesia

dengan

Peraturan Kapolri Nomor 14
Tahun

2012

Manajemen

e. Menilai peraturan perundang-

Tentang

Penyidikan

undangan sebagaimana yang

.

terdapat pada bahan hukum

Prinsip penalaran hukumnya

primer yaitu tanggung jawab

adalah

penyidik

Non

Kontradiksi.

terhadap

penggelapan barang bukti.

Sehingga tidak diperlukan asas
berlakunya

polri

5. Proses Berpikir

perundang-

Proses berpikir atau prosedur

undangan.

bernalar

c. Analisis peraturan perundangundangan yang berupa bahan

deduktif,

hukum primer

preposisi

yang dapat

digunakan
yaitu

secara

bertolak

umum

dari
yang

dievaluasi atau dikritisi atau

kebenarannya telah diketahui dan

dikaji

peraturan

berakhir pada kesimpulan yang

itu

bersifat khusus. Dalam hal ini

sebab

perundang-undangan

berkaitan

sistemnya terbuka.
d. Interpretasi

hukup

positif,

dengan

peraturan

perundang-undangan

mengenai

yaitu manafsirkan peraturan

tanggung jawab penyidik polri,

perundang-undangan

dengan

penggelapan barang bukti dan

menggunakan

metode

berakhir

3

intepretasi, yaitu :
a) Gramatikal
mengartikan
bagian

yaitu
terminologi

kalimat

pada

hasil

mengenai

tanggung

penyidik

polri

penelitian
jawab
terhadap

penggelapan barang bukti di polda

menurut

DIY.

7

3.

HASIL

PENELITIAN

waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh

DAN

empat) jam wajib dimusnahkan sejak

PEMBAHASAN

saat ditemukan, setelah sebagian

Barang bukti memiliki peranan yang

disisihkan

sangat penting dalam proses penyelesaian

penyidikan,

perkara pidana, dimana barang bukti dapat
digunakan

untuk

membuat

penyidik polri dalam pengelolaan barang
bukti, yaitu adalah segera menitipkan

Indonesia, prosedur pengelolaan barang

barang bukti kepada Pejabat Pengelola

bukti diatur dalam Pasal 8 Peraturan

Barang Bukti (PPBB) dalam waktu 1 x 24

Kapolri Nomor 10 Tahun 2010 jo.

jam.

Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2014

Apabila

melakukan

Tentang Tata Cara Pengelolaan Barang

dimaksud

Bukti di Lingkungan Kepolisian Negara

polri

penitipan
di

atas,

tidak

sebagaimana

maka

ia

harus

dan keamanan barang bukti tersebut.

sebagai berikut :

Menurut Pasal 44 ayat (2) Kitab

Barang bukti temuan yang telah

Undang-Undang Hukum Acara Pidana

disita penyidik paling lama 1 x 24

tertulis bahwa :

(satu kali dua puluh empat) jam

“Penyimpanan benda sitaan
dilaksanakan dengan sebaikbaiknya dan tanggung jawab
atasnya ada pada pejabat yang
berwenang sesuai dengan
tingkat pemeriksaan dalam
proses peradilan dan benda
tersebut
dilarang
untuk
dipergunakan oleh siapapun
juga.”

wajib diserahkan kepada Pejabat
Pengelola Barang Bukti (PPBB);
PPBB wajib melakukan pencatatan
ke dalam buku register dan disimpan
pada tempat penyimpanan barang
bukti;
Barang bukti temuan berupa benda
mudah

membahayakan,

d.

penyidik

bertanggung jawab terhadap keselamatan

Republik Indonesia. Prosedurnya adalah

yang

dan

diketahui tugas dan tanggung jawab

sesuai dengan prosedur yang benar. Di

c.

penuntutan,

Berdasarkan peraturan tersebut, dapat

karena itu, barang bukti harus dikelola

b.

kepentingan

pemeriksaan di sidang pengadilan.

terang

terjadinya suatu tindak pidana. Oleh

a.

untuk

rusak
dapat

atau

Berkaitan

diambil

penulis

telah

dengan

hal

melakukan

tersebut,
wawancara

tindakan sebagaimana diatur dalam

dengan narasumber, yaitu Ipda Sularni

Hukum Acara Pidana;

yang menjabat sebagai Kepala Unit Simin

Barang
narkotika

bukti
jenis

temuan

berupa

Barang Bukti Direktorat Tahanan dan

tanaman,

dalam

Barang Bukti Polda DIY. Narasumber

8

Ipda

Sularni

penyidik

mengemukakan

polri

yang

bahwa

2010 jo. Peraturan Kepala Kepolisian

melakukan

Negara Republik Indonesia Nomor 8

penyidikan dan mendapatkan barang bukti

Tahun

memiliki tanggung jawab untuk segera

Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan

melapor dan menitipkan barang bukti

Kepolisian Negara Republik Indonesia).

tersebut ke tempat-tempat yang sudah

Kejadian yang bersifat khusus tersebut

tersedia. Adapun tempat penitipan barang

antara lain :

bukti yang dimaksud ialah Bagtahti dan

a. Adanya laporan atau ditemukannya

Subbagtahti pada tingkat Mabes Polri;

2014

Tentang

Tata

penyimpangan;

Dittahti pada tingkat Polda; Sattahti pada

b. Penyalahgunaan barang bukti;

tingkat

c. Hilangnya barang bukti; dan

Polres;

Urtahti pada

Cara

tingkat

Polsek; Rupbasan.

d. Adanya

Dalam Pasal 24 Perkapolri Nomor

bencana

yang

bisa

mengakibatkan barang bukti hilang

10 Tahun 2010 jo. Peraturan Kepala

atau rusak.

Kepolisian Negara Republik Indonesia

Penyidik polri yang menggunakan atau

Nomor 8 Tahun 2014 tertulis bahwa pada

menghilangkan barang bukti bukan untuk

dasarnya kegiatan pengelolaan barang

kepentingan-kepentingan

bukti ini dilakukan pengawasan, baik

diatur dalam Perkapolri Nomor 10 Tahun

pengawasan

maupun

2010 jo. Peraturan Kepala Kepolisian

pengawasan secara khusus. Pengawasan

Negara Republik Indonesia Nomor 8

secara umum dilakukan melalui kegiatan-

Tahun 2014 atau dengan kata lain ia telah

kegiatan sebagai berikut :

menggelapkan

a.

Memeriksa administrasi dan buku

diajukan agar dilakukan pemeriksaan

register daftar barang bukti;

untuk dilihat apakah terjadi pelanggaran

b.

secara

Memeriksa

umum

kondisi

Memeriksa

kondisi

bukti,

dapat

disiplin atau kode etik.3

tempat

Menurut Peraturan Kapolri Nomor

penyimpanan;
c.

barang

sebagaimana

fisik

14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi

barang

bukti.

Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Pengawasan secara khusus dilakukan

apabila ada anggota Polri yang melakukan

apabila terjadi kejadian yang berdifat

pelanggaran kode etik profesi polri, maka

khusus, sehingga perlu dibentuk tim yang

akan ada sanksi yang dijatuhkan. Sanksi

ditunjuk berdasarkan surat perintah (Pasal

3

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/1
t54201d5dd397f/sanksi-jika-penyidikmenggunakan -barang-bukti, diakses pada 31
Oktober 2016 pukul 23.33 WIB.

26 Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

9

tersebut diputuskan melalui pemeriksaan

d. Penundaan kenaikan pangkat untuk

dalam sidang oleh Komisi Kode Etik

paling lama 1 (satu) tahun;

Kepolisian Negara Republik Indonesia

e. Mutasi yang bersifat demosi;

yang didasarkan pada drajad pelanggaran

f. Pembebasan dari jabatan;

yang dilakukan. Menurut Pasal 21 ayat

g. Penempatan dalam tempat khusus

(1), anggota polri yang dinyatakan sebagai

paling lama 21 (dua puluh satu)

pelanggar

hari.

akan

dikenakan

sanksi

pelanggaran kode etik profesi polri dan

Berdasarkan

sanksi administratif.

Perkapolri

Dalam Pasal 6 huruf i Peraturan

Tentang

Pasal

Nomor
Kode

28

14

Etik

ayat

(2)

Tahun

2011

Profesi

Polri,

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2

penjatuhan sanksi kode etik profesi Polri

Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin

dan/atau

Anggota Kepolisian Negara Republik

menghapuskan tuntutan pidana dan/atau

Indonesia

anggota

perdata. Dalam hal ini penyidik polri yang

Kepolisian Negara Republik Indonesia

melakukan penggelapan barang bukti juga

dilarang menggunakan barang bukti untuk

dapat dikenai sanksi pidana. Adapun

kepentingan

sanksi pidana yang dimaksud adalah Pasal

berisi

bahwa

pribadi.

Berdasarkan

sanksi

pemaparan narasumber, penyidik polri

417

yang terbukti melakukan pelanggaran

Pidana (KUHP).

disiplin

akan

tindakan

diberi

disiplin

sanksi

maupun

dengan

Pasal

hukuman

7

Undang-Undang

tidak

Hukum

berupa
4. KESIMPULAN

disiplin. Pemaparan narasumber tersebut
sesuai

Kitab

disiplin

Berdasarkan

hasil

penelitian

Peraturan

pembahasan

yang

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2

sebelumnya,

maka

Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin

kesimpulan sebagai berikut:

telah
dapat

dan

diuraikan
diambil

Anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

Tindakan

disiplin

1. Bentuk tanggung jawab penyidik

berupa

polri terhadap pengelolaan barang

teguran lisan dan/atau tindakan fisik,

bukti adalah menjaga keutuhan

sedangkan hukuman disiplin dalam Pasal

barang bukti yang didapatkan,

9 berupa:

dengan cara segera menitipkan

a. Teguran tertulis;
b. Penundaan

mengikuti

barang

pendidikan

bukti

tersebut

kepada

Pejabat Pengelola Barang Bukti

paling lama 1 (satu) tahun;

(PPBB) dalam waktu 1 x 24 jam.

c. Penundaan kenaikan gaji berkala;

10

Barang

bukti

Bagtahti

dititipkan

dan

di
Website :

Subbagtahti,

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/1t

Dittahti, Sattahti, Urtahti, atau di

54201d5dd397f/sanksi-jika-penyidik-

Rupbasan. Di Polda DIY sendiri,
penyidik

polri

menggunakan -barang-bukti, diakses

melakukan

pada 31 Oktober 2016 pukul 23.33

penitipan barang bukti di Dittahti
atau

jika

di

memungkinkan,

Dittahti
maka

WIB.

tidak

Perundang-undangan :

barang

Undang-Undang

bukti akan dititipkan di Rupbasan
DIY.

Penitipan

dilakukan

barang

sebagai

Hukum Acara Pidana. Lembaran

wujud

keselamatan

Indonesia

Nomor 8 Tahun 1981 Tentang

bukti

Negara Republik Indonesia Tahun

tanggung jawab penyidik polri
terhadap

Republik

1982 Nomor 76. Sekretariat Negara.

dan

Jakarta.

keamanan barang bukti.
2. Sanksi bagi penyidik polri yang

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

menggelapkan barang bukti suatu
tindak pidana adalah :

Undang-Undang

a. Sanksi pelanggaran kode etik
profesi

polri

dan

disiplin

berupa

tindakan

maupun

hukuman

Indonesia

Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

sanksi

administratif;
b. Sanksi

Republik

Kepolisian

Negara

Indonesia.

Lembaran

Republik
Negara

Republik Indonesia Tahun 2002
nomor 2. Sekretariat Negara. Jakarta.

disiplin.
c. Sanksi pidana.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2003 Tentang

5.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Harun M. Husein, 1991, Penyidikan dan

Peraturan

Disiplin

Anggota

Kepolisian

Negara

Republik

Indonesia.

Lembaran

Negara

Penuntutan Dalam Proses Pidana, PT.

Republik Indonesia Tahun 2003

Rineka Cipta, Jakarta.

Nomor

2.

Sekretaris

Republik Indonesia. Jakarta.
Ratna Nurul Afiah, 1989, Barang Bukti
dalam Proses Pidana, Sinar Grafika,

Jakarta.

11

Negara

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor

204 dan

Berita

Negara

Nomor 58 Tahun 2010 Tentang

Republik Indonesia Tahun 2014.

Perubahan

Menteri Hukum Dan HAM. Jakarta.

Atas

Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
Tentang Pelaksanaan Kitab UndangUndang

Hukum

Lembaran

Acara

Negara

Peraturan Kepala Kepolisian Republik

Pidana.

Indonesia Nomor 14 Tahun 2011

Republik

Tentang

Kode

Etik

Profesi

Indonesia Tahun 2010 Nomor 90.

Kepolisian

Menteri Hukum Dan HAM. Jakarta.

Indonesia. Berita Negara Republik

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 608.
Peraturan

Kepala

Kepolisian

Negara

Menteri Hukum dan HAM. Jakarta.

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2010 jo. Peraturan Kepala Kepolisian

Peraturan Kepala Kepolisian Republik

Negara Republik Indonesia Nomor 8

Indonesia Nomor 14 Tahun 2012

Tahun 2014 Tentang Tata Cara

Tentang

Pengelolaan

Barang

Tindak

Lingkungan

Kepolisian

Bukti

di

Manajemen
Pidana.

Penyidikan

Berita

Negara

Negara

Republik Indonesia Tahun 2012

Republik Indonesia. Berita Negara

Nomor 686. Menteri Hukum dan

Republik Indonesia Tahun 2010

HAM. Jakarta.

12