Latar Belakang PERSUASI POLITIK DALAM FILM HOLLYWOOD ( Analisis Isi Film The Iron Lady Karya Phyllida Lloyd )

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari peneliti adalah untuk mengetahui unsur-unsur persuasi politik apa saja yang muncul dan berapa banyak porsi kemunculan scene yang mengandung unsur-unsur persuasi politik dalam film The Iron Lady Karya Phyllida Lloyd.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti serta menambah referensi dan informasi bagi peneliti-peneliti lain dan khususnya pada mahasiswa Ilmu Komunikasi konsentrasi Audio Visual. 2. Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan pemahaman untuk membuat acuan dalam memproduksi film sejenis tentang politik. Serta juga dapat memberikan pertimbangan maupun informasi dalam menyeleksi sebuah informasi dalam film untuk dikonsumsi E. Tinjauan Pustaka E.1. Pemahaman Tentang Film Suatu peristiwa budaya telah terjadi ketika dua bersaudara August dan Louis Lumiere menggemparkan pengunjung Grand Café yang terletak di Boulevard de Capucines pada 28 Desember 1895 saat film bisu Worker Leaving the Lumiere Factory diputar. Sambutan penonton pada saat itu demikian hangat dan sensasional. Dengan membayar karcis, masyarakat perancis berbondong - bondong menyaksikan film yang hanya bermassa putar beberapa menit dan memperlihatkan serombongan pekerja meninggalkan pabrik foto Lumiere tempat mencari nafkah. Hal itu yang menjadi cikal bakal film yang berkembang pada saat ini Baksin, 2003 : 2 . Seiring dengan perkembangannya mula - mula hanya dikenal film hitam putih dan tanpa suara. Kreativitas terus berlanjut hingga dalam bentuk seperti apa yang kita tonton saat ini. Film bicara memang sudah mulai diperkenalkan secara umum sejak tahun 1927 di Amerika serikat. Tetapi belum sempurna, baru setelah delapan tahun kemudian film bicara memang sudah dinikmati khalayak umum dalam pemutaran yang lebih lama dan relatif sempurna. Usaha penyempurnaan dunia perfilman itu terus berlangsung baik dari segi suara, tata warna, sampai ia harus berhadapan dengan perkembangan televisi yang muncul ketika perang dunia ke II berakhir. Bersama radio dan televisi, film termasuk kategori media massa periodik. Artinya, kehadirannya tidak terus - menerus, tetapi berperiode dan termasuk media elektronik, yakni media yang dalam penyajian pesannya sangat bergantung pada adanya listrik. Sebagai media massa elektronik dan adanya banyak unsur kesenian lain, film menjadi media massa yang memerlukan proses lama dan mahal. Dahulu dikenal istilah gambar hidup yang betapapun sempurna teknik yang digunakan belum mendekati kenyataan sehari - hari. Sehingga untuk meningkatkan kesan dan dampak, suatu film harus diiringi dengan suara berupa dialog atau berupa musik sebagai alat penguat ekspresi. Di samping itu suara, musik dan warna juga dapat menimbulkan nilai riil sebuah film. Jadi film terkesan sungguh - sungguh terjadi dan sedang dialami dan dirasakan oleh penonton. Sebagai suatu media komunikasi dan seni, nilai film lebih mudah menyajikan suatu hiburan daripada bentuk komunikasi lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sifatnya yang ringan dan menitik - beratkan pada ‘estetika’ dan ‘etika’. Pada dasarnya film memiliki nilai hiburan dan artistik. Hampir semua film dalam beberapa hal bermaksud untuk menghibur, mendidik dan menawarkan rasa keindahan. Ada beberapa jenis film diantaranya yaitu : a. Film cerita Story Film. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang atau dimainkan oleh actor dan aktris. Film cerita ini bias berupa film drama, horror, komedi, musical, fiksi , ilmiah dan lain sebagainya. b. Film berita. Film berita atau news real adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada public harus mengandung nilai berita news value. Proses pembuatan dan penyajian film berita memerlukan waktu yang cukup lama, maka suatu berita harus bersifat actual. c. Film documenter Dokumentary Film. Film documenter hanya merekam kejadian tanpa diolah lagi, misalnya dokumentasiperistiwa perang, upacara kenegaraan, film documenter mengandung fakta dan mengandung subyektifitas pembuat.subyektifitas diartikan sebagai sikp atau opini terhadap peristiwa. d. Film kartun. Film kartun atau film animasi adalah suatu sequence gambar yang diekspos pada tenggang waktu tertentu sehingga tercipta sebuah ilusi gambar bergerak. E.2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa Ada banyak definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Hingga kini ada sekitar ratusan definisi komunikasi. Seringkali definisi komunikasi berbeda dan bertentangan dengan definisi lainnya. Menurut Carl I. Hovland. Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang komunikator menyampaikan rangsangan biasanya lambang- lambang verbal untuk mengubah perilaku orang lain komunikate . Sedangkan menurut Everett M. Rogers. Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka Winarni. 2003; 2 . Film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa, karena sifatnya yang mampu menjangkau khalayak masyarakat secara luas. Kemampuan film sebagai alat media komunikasi massa, adalah hasil dari perkembangan teknologi komunikasi yang mampu memvisualkan pesan dan gambar dengan yang mampu menjangkau wilayah masyarakat di mana pun. Ada banyak juga definisi komunikasi massa pada dasarnya misalnya menurut bittner komunikasi massa adalah pesan yang di komunikasikan melalui media massa pada sejumlah khalayak besar Winarni, 2003:5. Sedangkan menurut rahmat Komunikasi massa menurut Rakhmat diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak, atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat winarni, 2003:6.