Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumber Daya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara

ANALISIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA SUMBER DAYA ALAM WILAYAH PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI PANTAI TALUGAWU DESA BANUAGEA KABUPATEN NIAS UTARA
SKRIPSI
RYANDO RESTU ELVIAN GEA 090302028
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA SUMBER DAYA ALAM WILAYAH PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI PANTAI TALUGAWU DESA BANUAGEA KABUPATEN NIAS UTARA
SKRIPSI
OLEH :
RYANDO RESTU ELVIAN GEA 090302028
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian
Nama Mahasiswa NIM Program Studi


: Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumber daya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara
: Ryando Restu Elvian Gea : 090302028 : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Oding Affandi, S.Hut, MP Ketua

Indra Lesmana, S.Pi, M.Si Anggota

Mengetahui
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Tanggal Seminar : 24 Desember 2013

Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Ryando Restu Elvian Gea Nim : 090302028 Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumber Daya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, 31 Januari 2014
Ryando Restu Elvian Gea NIM. 090302028
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
RYANDO R.E. GEA. Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara. Di bawah bimbingan ODING AFFANDI dan INDRA LESMANA.
Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik secara ekologis karena wilayah ini memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata. Bagian wilayah pesisir yang paling produktif adalah pantai. Salah satu bagian wilayah pesisir yang belum dikembangkan menjadi kawasan wisata adalah Pantai Talugawu di Kabupaten Nias Utara. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu analisis dengan melihat kondisi yang ada di pantai tersebut baik kondisi sosial ekonomi masyarakat, kondisi sumber daya alam pantai maupun kondisi lainnya.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis peran serta masyarakat dan analisis kebijakan. Analisis deskriptif dilakukan dengan melakukan observasi langsung di lapangan, analisis peran serta masyarakat dilakukan dengan wawancara langsung kepada masyarakat sekitar pantai, dan analisis kebijakan dilakukan dengan analisis SWOT. Pantai Talugawu memiliki keindahan alam yang menarik sehingga pengunjung berminat untuk datang ke pantai tersebut. Dari hasil kuisioner, masyarakat sekitar Pantai Talugawu memiliki keterlibatan yang cukup tinggi dalam pengembangan potensi wisata Pantai Talugawu. Dari hasil analisis SWOT, diperoleh bahwa Pantai Talugawu sampai saat ini belum dikembangkan menjadi kawasan wisata karena kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga ahli, kurangnya bantuan dana atau biaya dari pemerintah dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu dan juga sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Kata kunci : Wilayah pesisir, kawasan wisata, analisis SWOT, keindahan alam, potensi wisata, Pantai Talugawu
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RYANDO R.E. GEA. Analysis of Tourism Potency Development Natural Resources Coast Region Community Based at Talugawu Beach Banuagea Village North Nias Regency. Under academic supervision by ODING AFFANDI and INDRA LESMANA.
Coast region constitute appointment room between continent and ocean. Coast region constitute unique region ecological because this region have natural resources potency which can be developed as tourism area. The coast region part that most productive is beach. One of the coast region part which is not developed as tourism area is Talugawu Beach at North Nias Regency. Therefore, need to do an analysis by looking at the existing conditions at the beach such as conditions of community social economy, conditions of coastal natural resources and the other conditions.
Analysis which is used in this research is descriptive analysis, community participation analysis and policy analysis. Descriptive analysis is done by direct observation at the field, community participation analysis is done by direct interview to society around the coast, and policy analysis is done by SWOT analysis. Talugawu beach have an attractive natural beauty, so that the guest have an interested to come to the beach. From the results of questionnaire, the community around the Talugawu beach has a fairly high involvement in the development of Talugawu beach tourism potential. From the result of SWOT analysis, obtained that Talugawu beach so far is not developed as tourism area because lack of human resources or experts, lack of fund or cost from the government in the development of tourism potential at Talugawu beach, as well as inadequate infrastructure and facilities.
Keywords : Coast region, tourism area, SWOT analysis, natural beauty, tourism potential, Talugawu beach
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 November 1991, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan bapak Mesizaro Gea dan Ibu Martha Uliana Simanjuntak, SH. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah dimulai pada tahun 1997 di Sekolah Dasar (SD) Perguruan Kristen Methodist Indonesia-6 Medan dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Perguruan Kristen Methodist Indonesia-6 Medan dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-4 Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima di program studi Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (MSDP FP USU) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Program Studi Baru (SPMPSB). Penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Kelas I Medan II Belawan pada tahun 2012 dari bulan Juli sampai Agustus. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan asisten praktikum mata kuliah, diantaranya sebagai Anggota Komisi Pembinaan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Pertanian (UKM KMK USU UP FP) periode 2011, Anggota Kelompok Kecil Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan
Universitas Sumatera Utara

Fakultas Pertanian (AKK UKM KMK USU UP FP) dari tahun 2009 sampai sekarang, Kepala Bidang Agama Kristen Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (HIMMASPERA) periode 2012-2013, Ketua Panitia Hari Ulang Tahun Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara (HUT UKM KMK USU) ke-33 pada tahun 2013 dan Pemimpin Kelompok Kecil Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Pertanian (PKK UKM KMK USU UP FP) dari tahun 2010 sampai sekarang.
Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar Ilmu Perairan (DIP) dan Dasar Limnologi pada semester ganjil tahun ajaran 2011-2012, asisten praktikum mata kuliah Dasar Limnologi pada semester ganjil tahun ajaran 2012-2013 dan asisten praktikum mata kuliah Mikrobiologi Akuatik pada semester genap tahun ajaran 2012-2013.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara”. Skripsi ini diajukan sebagai satu dari beberapa syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana perikanan pada program studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yaitu kepada Bapak Oding Affandi, S.Hut, M.P. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Indra Lesmana, S.Pi, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan semangat, dorongan, bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini, kepada bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si dan Pindi Patana, S.Hut, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dan kepada seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis Bapak Mesizaro Gea dan Ibu Martha Uliana Simanjuntak, SH yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis sampai saat ini bahkan juga yang telah memberikan kasih sayang, motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta dukungan doa yang tidak pernah henti-hentinya
Universitas Sumatera Utara

diberikan kepada penulis mulai dari menjalankan kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini, kepada adek saya Arnando Gea dan Christin Gea yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Sodania Gea selaku Kepala Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara, kepada bapak Edison Gea selaku Camat Tuhemberua Kabupaten Nias Utara, kepada bapak Herman Waruwu selaku Kepala Bidang Pariwisata Kabupatan Nias Utara di Kecamatan Lotu, kepada Mr. Bjorn dari Australia dan kepada Miss Shanty dari Malaysia selaku tenaga khusus/tenaga ahli yang membantu kepala bidang pariwisata dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Nias Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perairan terkhusus temanteman angkatan 2009 dan juga adik-adik junior mulai dari stambuk 2010 sampai stambuk 2013 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.
Medan, Desember 2013
Ryando R. E. Gea
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................

ABSTRACT ...............................................................................................
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
DAFTAR TABEL .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
PENDAHULUAN Latar Belakang................................................................................... Rumusan Permasalahan ..................................................................... Kerangka Pemikiran .......................................................................... Tujuan Penelitian............................................................................... Manfaat Penelitian.............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Pesisir dan Pantai ............................................................... Pariwisata dan Ekowisata .................................................................. Wisata Pantai ..................................................................................... Lingkungan dan Sumber Daya Wilayah Pesisir ................................ Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Sektoral........ Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu.................................... Perencaaan Terpadu........................................................................... Pengertian dan Kebijakan Pengembangan Masyarakat Wilayah Pesisir .................................................................................. Ekowisata Berbasis Masyarakat ........................................................ Pemberdayaan Masyarakat Pesisir .................................................... Partisipasi Masyarakat Pesisir ........................................................... Analisis SWOT..................................................................................
METODE PENELITIAN

i
ii
iii
v
vii
ix
x
xi
1 3 4 6 6

7 8 11 11 12 13 13
14 15 16 18 20

Universitas Sumatera Utara

Waktu dan Tempat............................................................................. Alat dan Bahan .................................................................................. Metoda Pengambilan Data................................................................. Analisis Data...................................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Kabupaten Nias Utara .......................................... Potensi Wisata di Pantai Talugawu....................................................
Potensi alam ................................................................................. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan pengunjung Pantai Talugawu........................................................................... Potensi ekologi ............................................................................. Sarana dan prasarana pendukung yang ada di Pantai Talugawu.. Potensi budaya ............................................................................ Potensi sosial................................................................................ Potensi ekonomi ........................................................................... Peran Serta Masyarakat dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu................................................................................. Peran serta dalam perencanaan .................................................... Peran serta dalam pelaksanaan..................................................... Peran serta dalam monitoring dan evaluasi.................................. Persepsi masyarakat sekitar tentang tingkat keamanan Pantai Talugawu jika dikembangkan sebagai kawasan ekowisata ......... Pembahasan Potensi Wisata di Pantai Talugawu.................................................... Potensi alam ................................................................................. Potensi ekologi ............................................................................. Potensi budaya ............................................................................. Potensi sosial................................................................................ Potensi ekonomi ........................................................................... Peran Serta Masyarakat dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu................................................................................. Peran serta masyarakat dalam perencanaan ................................. Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan.................................. Peran serta masyarakat dalam monitoring dan evaluasi .............. Strategi Kebijakan dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu................................................................................. Faktor Internal.............................................................................. Faktor Eksternal ...........................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................

21 21 21 22
25 26 26
28 29 29 30 31 32
33 33 33 34
34
36 36 36 37 37 38
39 39 40 42
44 44 45
51

Universitas Sumatera Utara


Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ LAMPIRAN

52 53

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No. Teks 1. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan 2. Matriks SWOT 3. Faktor-faktor internal Pantai Talugawu 4. Faktor-faktor eksternal Pantai Talugawu 5. Matriks SWOT Pantai Talugawu

Halaman 11 24 44 45 47

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks 1. Matriks Metodologi Penelitian 2. Foto Potensi dan Keindahan Alam di Pantai Talugawu 3. Data umum responden penduduk sekitar Pantai Talugawu 4. Data umum responden pengunjung Pantai Talugawu 5. Kuesioner untuk penduduk sekitar Pantai Talugawu 6. Kuesioner untuk pengunjung Pantai Talugawu

Halaman 56 57 58 59 60 64


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No. Teks

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian

5

2. Keindahan Alam Pantai Talugawu

27

3. Persentase pendapat masyarakat sekitar dan pengunjung terhadap

keindahan alam Pantai Talugawu


27

4. Persentase kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan

pengunjung Pantai Talugawu

28

5. Persentase terganggu atau tidaknya masyarakat sekitar jika Pantai

Talugawu dijadikan sebagai kawasan wisata

35

6. Persentase keterlibatan masyarakat sekitar jika Pantai Talugawu

dijadikan sebagai kawasan wisata

43


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RYANDO R.E. GEA. Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara. Di bawah bimbingan ODING AFFANDI dan INDRA LESMANA.
Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik secara ekologis karena wilayah ini memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata. Bagian wilayah pesisir yang paling produktif adalah pantai. Salah satu bagian wilayah pesisir yang belum dikembangkan menjadi kawasan wisata adalah Pantai Talugawu di Kabupaten Nias Utara. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu analisis dengan melihat kondisi yang ada di pantai tersebut baik kondisi sosial ekonomi masyarakat, kondisi sumber daya alam pantai maupun kondisi lainnya.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis peran serta masyarakat dan analisis kebijakan. Analisis deskriptif dilakukan dengan melakukan observasi langsung di lapangan, analisis peran serta masyarakat dilakukan dengan wawancara langsung kepada masyarakat sekitar pantai, dan analisis kebijakan dilakukan dengan analisis SWOT. Pantai Talugawu memiliki keindahan alam yang menarik sehingga pengunjung berminat untuk datang ke pantai tersebut. Dari hasil kuisioner, masyarakat sekitar Pantai Talugawu memiliki keterlibatan yang cukup tinggi dalam pengembangan potensi wisata Pantai Talugawu. Dari hasil analisis SWOT, diperoleh bahwa Pantai Talugawu sampai saat ini belum dikembangkan menjadi kawasan wisata karena kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga ahli, kurangnya bantuan dana atau biaya dari pemerintah dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu dan juga sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Kata kunci : Wilayah pesisir, kawasan wisata, analisis SWOT, keindahan alam, potensi wisata, Pantai Talugawu
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RYANDO R.E. GEA. Analysis of Tourism Potency Development Natural Resources Coast Region Community Based at Talugawu Beach Banuagea Village North Nias Regency. Under academic supervision by ODING AFFANDI and INDRA LESMANA.
Coast region constitute appointment room between continent and ocean. Coast region constitute unique region ecological because this region have natural resources potency which can be developed as tourism area. The coast region part that most productive is beach. One of the coast region part which is not developed as tourism area is Talugawu Beach at North Nias Regency. Therefore, need to do an analysis by looking at the existing conditions at the beach such as conditions of community social economy, conditions of coastal natural resources and the other conditions.
Analysis which is used in this research is descriptive analysis, community participation analysis and policy analysis. Descriptive analysis is done by direct observation at the field, community participation analysis is done by direct interview to society around the coast, and policy analysis is done by SWOT analysis. Talugawu beach have an attractive natural beauty, so that the guest have an interested to come to the beach. From the results of questionnaire, the community around the Talugawu beach has a fairly high involvement in the development of Talugawu beach tourism potential. From the result of SWOT analysis, obtained that Talugawu beach so far is not developed as tourism area because lack of human resources or experts, lack of fund or cost from the government in the development of tourism potential at Talugawu beach, as well as inadequate infrastructure and facilities.
Keywords : Coast region, tourism area, SWOT analysis, natural beauty, tourism potential, Talugawu beach
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan,
karenanya wilayah ini merupakan suatu wilayah yang unik secara geologis, ekologis, dan merupakan wilayah biologis yang sangat penting bagi banyak kehidupan di daratan dan di perairan, termasuk manusia. Wilayah pesisir juga unik dari segi ekonomi karena wilayah ini menyediakan ruang bagi aktivitas manusia yang menghasilkan manfaat ekonomi yang besar. Selain itu, wilayah pesisir merupakan susunan dari ekosistem dan sumberdaya yang sangat beragam, sehingga pesisir merupakan wilayah yang strategis bagi kondisi ekonomi dan kesejahteraan sosial serta pembangunan negara (Cincin-Sain dan Robert, 1998).

Selain menyediakan berbagai sumberdaya tersebut, wilayah pesisir Indonesia memiliki berbagai fungsi lain seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah. Bagian kawasan pesisir yang paling produktif adalah wilayah muka pesisir atau pantai. Pantai merupakan wilayah dimana berbagai kekuatan alam yang berasal dari laut, darat dan udara saling berinteraksi dan menciptakan bentuk pantai. Bentuk pantai bersifat dinamis dan selalu berubah. Perubahan ini dapat terjadi secara alamiah (yang diakibatkan oleh arus, gelombang dan cuaca) dan akibat ulah manusia (misalnya pembuatan break water/pemecah gelombang, pencemaran di pantai, dan lain-lain). Perubahan terhadap bentuk pantai oleh ulah manusia tidak terlepas dari upaya pemanfaatan kawasan pantai baik dari sisi eksploitasi sumberdaya alam maupun pemanfaatan
Universitas Sumatera Utara

ruang untuk berbagai aktivitas lain seperti wisata, perikanan, industri, pelabuhan, dan lain-lain (Dahuri, dkk., 2001).
Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau ± 17.508 pulau yang dimilikinya dan garis pantai sepanjang 95.181 km tentunya memiliki modal untuk mengembangkan potensi pariwisata pantai yang dimilikinya. Potensi wisata bahari dan pantai dapat dieksplorasi secara optimal, dengan berbagai pendekatan pembangunan serta kebijakan ekonomi dan sosial, yang mendasarkan pada nilai-nilai budaya lokal, sehingga akar budaya masyarakat pantai setempat memberi warna eksotisme pengembangan pariwisata dan pelestarian lingkungan hayati daerah pantai (Wulandari, 2012).
Potensi pariwisata pantai yang dimiliki oleh negara Indonesia belum seluruhnya dikembangkan dengan optimal. Salah satu potensi pariwisata pantai yang belum dikembangkan dengan optimal adalah potensi pariwisata yang ada di Kepulauan Nias yaitu di Kabupaten Nias Utara adalah Pantai Talugawu, Pantai ini terletak di Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara dan juga terletak 35 kilometer dari kota Gunung Sitoli.
Pantai Talugawu merupakan pantai yang sangat indah dan sering dikunjungi oleh masyarakat sekitar pantai tersebut. Namun kenyataannya, Pantai Talugawu ini belum dikembangkan secara optimal untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan menganalisis kondisi yang ada di pantai tersebut baik kondisi sosial ekonomi masyarakat pantai, kondisi sumber daya alam pantai maupun kondisi lainnya.
Universitas Sumatera Utara

Rumusan Permasalahan Pengembangan potensi wisata dengan mengandalkan potensi alam yang
ada di Kabupaten Nias Utara belum bisa memberikan kontribusi yang signifikan karena belum dikelola dengan baik dan professional sehingga belum dapat meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Pengelolaan wisata yang dilaksanakan saat ini, relatif belum ada keterpaduan antar berbagai sektor sehingga terjadi konflik pemanfaatan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Begitu pula, kebijakan pengembangan potensi wisata belum terfokus dan belum mempertimbangkan aspek sosial dan ekologi secara terpadu.
Keterbelakangan kehidupan masyarakat pesisir juga disebabkan oleh kurang tersedianya sarana dan prasarana serta infrastruktur yang memadai. Lemahnya kemampuan lembaga organisasi ekonomi masyarakar pesisir juga berpengaruh terhadap rendahnya kesejahteraan masyarakat serta kurang tersedianya sarana dan prasarana air bersih, perhubungan, penerangan, dan komunikasi di wilayah pesisir. Pengembangan kegiatan wisata maupun penyediaan penunjang kepariwisataan khususnya di wilayah pesisir, berdampak pada lingkungan fisik, sosial, budaya dan ekonomi kawasan pesisir tersebut.
Upaya peningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir selama ini belum melibatkan masyarakat setempat baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hingga tahap evaluasi, dalam program pembangunan. Di lain pihak, pengembangan potensi wisata harus bermanfaat secara ekologis dan secara ekonomis, baik bagi pemerintah daerah maupun bagi masyarakat lokal.
Berdasarkan uraian di atas, secara umum masalah pokok penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara

1. Bagaimana potensi wisata sumberdaya pesisir di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara?
2. Bagaimana peran serta masyarakat dalam pengembangan wisata di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara?
3. Bagaimana strategi kebijakan pengembangan wisata di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara?
Kerangka Pemikiran Potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir sangat besar untuk dijadikan

sebagai kawasan wisata tetapi potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal sehingga perlu dilakukan analisis dalam pengembangan potensi sumberdaya alam tersebut. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner kepada masyarakat sekitar pantai, pengunjung pantai dan juga instansi pemerintahan terkait sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur/studi pustaka, buku-buku dan jurnal yang terkait dengan penelitian ini. Setelah data dikumpulkan, kemudian dilakukan analisis data. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis potensi, analisis peran serta masyarakat pesisir, analisis kebijakan. Analisis potensi dan analisis peran serta masyarakat dilakukan dengan cara analisis deskriptif sedangkan analisis kebijakan dilakukan dengan cara analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threath). Sehingga melalui analisis yang dilakukan tersebut, potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir tersebut dapat diketahui apakah cocok untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata. Bagan kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Universitas Sumatera Utara

Potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir Pantai Talugawu Pemanfaatan potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir yang belum optimal

Kurangnya tenaga ahli atau Sumber Daya Manusia (SDM)

Kurangnya bantuan dana dalam pengembangan potensi wisata

Sarana dan prasarana yang kurang memadai
Pengembangan potensi wisata sumberdaya alam di wilayah pesisir Pantai Talugawu
Usulan kebijakan pengembangan potensi wisata Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui potensi wisata di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kecamatan
Tuhemberua Kabupaten Nias Utara. 2. Mengetahui sejauh mana peran serta masyarakat dalam pengembangan potensi
wisata di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara.

Universitas Sumatera Utara

3. Merumuskan strategi kebijakan yang tepat untuk pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai sumber sarana promosi pariwisata Pantai Talugawu di Kabupaten
Nias Utara. 2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat dalam membangun perekonomian
di sekitar Pantai Talugawu. 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian sumberdaya
alam di Pantai Talugawu.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Kawasan Pesisir dan Pantai Defenisi wilayah pesisir menurut Soegiarto (1976) yang diacu oleh
Dahuri, dkk. (2004) adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Definisi wilayah pesisir tersebut memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam baik di darat maupun dilaut serta saling berinteraksi antara habitat tersebut.
Bagian kawasan pesisir yang paling produktif adalah wilayah muka pesisir atau pantai. Daerah pantai adalah suatu kawasan pesisir beserta perairannya dimana daerah tersebut masih terpengaruh baik oleh aktivitas darat maupun laut (Pratikto, dkk., 1997). Garis pantai merupakan suatu garis batas pertemuan (kontak) antara daratan dengan air laut. Posisinya bersifat tidak tetap, dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Pantai terletak antara garis surut terendah dan air pasang tertinggi (Bengen, 2001).
Tipe pantai dapat dibedakan berdasarkan tipe substrat yang membentuk hamparan pantainya yaitu pantai berpasir, pantai berlumpur dan pantai berbatu. Pantai berpasir umumnya terdiri dari batu kuarsa dan feldspar, bagian yang paling banyak dan paling keras sisa-sisa pelapukan batu di gunung. Pantai yang berpasir
Universitas Sumatera Utara

dibatasi hanya di daerah dimana gerakan air yang kuat mengangkut partikel yang halus dan ringan dan juga terendap pada daratan pantai yang landai. Pantai berlumpur merupakan daerah pantai yang paling subur dibandingkan daerah pantai lainnya. Pantai berlumpur dicirikan dengan kandungan lumpur yang berlimpah dan terendapkan di daerah pantai. Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel sedimen yang butirannya halus. Pantai berbatu merupakan pantai yang berbatu-batu memanjang ke laut dan terbenam di air. Pantai berbatu yang tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat mikroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Keadaan ini berlawanan dengan pantai berpasir dan berlumpur yang hampir tandus (Nybakken, 1992). Pariwisata dan Ekowisata
Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Damanik dan Weber, 2006). Pariwisata juga merupakan kegiatan perpindahan/perjalanan orang secara temporer dari tempat mereka biasa bekerja dan menetap ke tempat luar, guna mendapatkan kenikmatan dalam perjalanan atau di tempat tujuan (Holloway dan Plant, 1989). Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata (Yulianda, 2007).
Istilah kepariwisataan (tourism) mencakup orang-orang yang melakukan perjalanan pergi dari rumahnya dan perusahaan-perusahaan yang melayani mereka dengan cara memperlancar atau mempermudah perjalanan mereka atau membuatnya lebih menyenangkan. Seorang wisatawan didefinisikan sebagai
Universitas Sumatera Utara

seseorang yang berada jauh dari tempat tinggalnya dimana jarak jauhnya ini berbeda-beda (Lunberg, dkk., 1997). Pariwisata pesisir adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan di sekitar pantai seperti : berenang, berselancar, berjemur, berdayung, menyelam, snorkling, beachombing/reef walking, berjalan-jalan atau berlari sepanjang pantai, menikmati keindahan suasana pesisir dan bermeditasi (Dahuri, dkk., 2004 diacu oleh Rahmawati, 2009).
Ekowisata pertama kali dikenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi The Ecotourism Society, sebagai perjalanan ke daerah-daerah yang masih alami yang dapat mengkonservasi lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat setempat (Linberg dan Hawkins, 1993). Ekowisata merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam dan industri kepariwisataan (META, 2002). Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Selanjutnya kegiatan wisata berkembang di daerah-daerah konservasi atau daerahdaerah yang masih memiliki sumberdaya alami dengan tetap mempertahankan keseimbangan alam. Fenomena ini memberikan manfaat positif bagi kelestarian alam dan keberadaan kawasan konservasi. Dengan demikian, ekowisata juga dapat dikatakan merupakan suatu konsep pemanfaatan sumberdaya alam dengan pendekatan konservasi untuk pengembangan wisata.
Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Wood, 1999 diacu oleh Fandeli dan Muchlison, 2000). Ekowisata merupakan wisata yang lebih mengandalkan karakter sumberdaya alam
Universitas Sumatera Utara

dari pada sumberdaya lainnya. Sumberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu (Fandeli dan Muchlison, 2000; META, 2002 diacu oleh Yulianda, 2007) :
a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata
bahari dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu wisata pantai dan wisata bahari. Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga dan menikmati pemandangan, sedangkan wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut (Yulianda, 2007).
Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan disajikan pada Tabel 1.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan

Wisata Pantai

Wisata Bahari

1. Rekreasi 2. Panorama 3. Resort/Peristirahatan 4. Berenang, berjemur 5. Olahraga Pantai (volley pantai,
jalan santai, lempar cakram dan lain-lain) 6. Berperahu 7. Memancing 8. Wisata Mangrove

1. Rekreasi pantai dan laut 2. Resort/peristirahatan 3. Wisata selam (diving) dan wisata
snorkling 4. Selancar, jet ski, banana boat, perahu
kaca, kapal selam 5. Wisata ekosistem lamun, wisata
nelayan, wisata pulau, wisata pendidikan, wisata pancing 6. Wisata satwa (penyu, duyung, paus, lumba-lumba, burung, mamalia, buaya)

Sumber : Yulianda (2007)

Wisata Pantai

Wisata pantai merupakan bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di daerah

pantai yang umumnya memanfaatkan sumberdaya pantai dan permukaan air laut.

Wisata pantai terdiri dari dua kategori yaitu kategori rekreasi pantai dan wisata

mangrove. Kegiatan-kegiatan wisata yang masuk kategori rekreasi pantai antara

lain berjemur, jalan-jalan menikmati panorama, berenang, memancing, berperahu

di sekitar perairan pantai, wisata mangrove, wisata nelayan, olahraga pantai dan

olahraga air. Wisata pantai kategori rekreasi merupakan jenis kegiatan yang paling

dominan di daerah pantai. Kegiatan rekreasi memanfaatkan sumberdaya pantai

seperti pasir putih, hamparan pantai, pemandangan (view), biota dan perairan

pantainya (Kusharjani, dkk., 2009).

Lingkungan dan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan
(ekosistem) dan sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami ataupun bersifat buatan (man made). Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah terumbu karang (coral reefs), hutan mangroves, padang

Universitas Sumatera Utara

lamun (sea grass), pantai berpasir (sandy beach), formasi pes caprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman (Dahuri, dkk., 2004 diacu oleh Rahmawati, 2009).
Sumberdaya di wilayah pesisir terdiri dari sumber daya alam yang dapat pulih dan sumber daya alam yang tidak dapat pulih. Sumber daya alam yang dapat pulih antara lain meliputi sumber daya perikanan (plankton, benthos, ikan, moluska, krustacea, mamalia laut), rumput laut (seaweed), padang lamun, hutan mangrove, dan terumbu karang. Sedangkan sumber daya alam yang tidak dapat pulih antara lain yaitu minyak, gas, bijih besi, pasir, timah, bauksit, dan mineral serta bahan tambang lainnya (Dahuri, dkk., 2004). Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Sektoral
Perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral biasanya berkaitan dengan hanya satu macam pemanfaatan sumber daya atau ruang pesisir oleh satu instansi pemerintah untuk memenuhi tujuan tertentu, seperti perikanan tangkap, tambak, pariwisata, pelabuhan atau industri minyak dan gas. Pengelolaan semacam ini dapat menimbulkan konflik kepentingan antar sektor yang berkepentingan yang melakukan aktivitas pembangunan pada wilayah pesisir dan lautan yang sama. Selain itu, pendekatan sektoral semacam ini pada umumnya kurang mengindahkan dampaknya terhadap yang lain, sehingga dapat mematikan usaha sektor lain. Contohnya kegiatan industri yang membuang limbahnya ke lingkungan pesisir dapat mematikan usaha tambak, perikanan tangkap, pariwisata pantai, dan membahayakan kesehatan manusia (Dahuri, dkk., 2004).
Universitas Sumatera Utara

Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu Wilayah pesisir dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki
hubungan sangat erat dengan daerah lahan atas (upland) baik melalui aliran air sungai, air permukaan (run off) maupun air tanah (ground water), dan dengan aktivitas manusia. Keterkaitan tersebut menyebabkan terbentuknya kompleksitas dan kerentanan di wilayah pesisir. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Keterpaduan yang dimaksud mengandung tiga dimensi yaitu sektoral, bidang ilmu dan keterkaitan ekologis (Dahuri, dkk., 2004). Perencanaan Terpadu
Perencanaan terpadu dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor dalam perencanaan pembangunan dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan. Perencanaan terpadu biasanya dimaksudkan sebagai suatu upaya secara terprogram untuk mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan dan mengoptimalkan antara kepentingan untuk memlihara lingkungan, keterlibatan masyarakat, dan pembangunan ekonomi. Seringkali keterpaduan juga diartikan sebagai koordinasi antara tahapan pembangunan di wilayah pesisir dan lautan yang meliputi : pengumpulan dan analisis data, perencanaan, implementasi, dan kegiatan konstruksi (Sorensen dan Mc Creary, 1990).
Sementara itu, Lang (1986) menyarankan bahwa keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam, seperti pesisir dan lautan,
Universitas Sumatera Utara

hendaknya dilakukan pada tiga tataran (level) yaitu : teknis, konsultatif dan koordinasi. Pada tataran teknis, segenap pertimbangan teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan hendaknya secara seimbang atau proporsional dimasukkan ke dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan. Pada tataran konsultatif, segenap aspirasi dan kebutuhan para pihak yang terlibat (stakeholders) atau terkena dampak pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan hendaknya diperhatikan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan. Tataran koordinasi mensyaratkan diperlukannya kerjasama yang harmonis antarsemua pihak yang terkait dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan, baik itu pemerintah, swasta maupun masyarakat umum. Pengertian dan Kebijakan Pengembangan Masyarakat Wilayah Pesisir
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah sepanjang pantai atau pesisir laut, kebanyakan masyarakatnya hidup sebagai nelayan, petambak, pemasang bagan di laut dangkal atau petani rumput laut dan lain sebagainya yang berkaitan dengan sumberdaya kelautan. Strategi pengembangan masyarakat pesisir dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu bersifat struktural dan non struktural. Pendekatan struktural adalah pendekatan yang mengutamakan peranan instansi yang berwewenang atau organisasi yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir. Di lain pihak pendekatan non struktural adalah pendekatan yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat pesisir secara mental dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan dan permasalahan pesisir laut. Kedua pendekatan tersebut harus saling melengkapi dan dilaksanakan secara integratif (Supomo, 2006).
Universitas Sumatera Utara

Stretegi pengembangan masyarakat pesisir dalam meningkatkan kemandirian daerah sesungguhnya dapat dibagi dua yaitu, pertama merupakan strategi jangka pendek yang bertujuan untuk mengatasi berbagai masalah pengembangan masyarakat pesisir dengan menyesuaikan urgensi kebutuhan melalui pendekatan srtuktural dan non struktural. Kedua adalah strategi jangka panjang dengan tujuan yang menitikberatkan pada : (1) Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha; (2) Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan, pemanfaatan secara optimal dan lestari sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan; (3) Peningkatan kemampuan dan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian lingkungan; dan (4) Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan di wilayah pesisir dan lautan. Keempat tujuan jangka panjang tersebut hanya mungkin dicapai bila disusun strategi dan kebijakan pembangunan kawasan pesisir dan laut secara berkesinambungan (Hidayat dan Surochim, 2003). Ekowisata Berbasis Masyarakat
Denman (2001) menjelaskan bahwa ekowisata berbasis masyarakat dapat membantu memelihara penggunaan sumberdaya alam dan penggunaan lahan yang berkelanjutan. Lebih dari itu ekowisata berbasis masyarakat mengambil dimensi sosial ekowisata sebagai suatu langkah lebih lanjut dengan mengembangkan bentuk ekowisata menempatkan masyarakat lokal yang mempunyai kendali penuh dan keterlibatan di dalamnya baik itu manajemen dan pengembangannya dan proporsi yang utama menyangkut sisa manfaat di dalam masyarakat. Beberapa syarat dasar dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat adalah :
Universitas Sumatera Utara

1. Tata ruang atau flora dan fauna yang dianggap menarik bagi para pengunjung khusus atau bagi pengunjung yang lebih umum.
2. Ekosistem yang masih dapat menerima kedatangan jumlah tertentu tanpa menimbulkan kerusakan.
3. Komunitas lokal yang sadar akan kesempatan-kesempatan potensial, resiko dan perubahan yang akan terjadi serta memiliki ketertarikan untuk menerima kedatangan pengunjung.
4. Adanya struktur yang potensial untuk pengambilan keputusan komunitas yang efektif.
5. Tidak adanya ancaman yang nyata-nyata dan tidak bisa dihindari atau dicegah terhadap budaya dan tradisi lokal.
6. Penaksiran pasar awal menunjukkan adanya permintaan yang potensial untuk ekowisata dan terdapat cara yang efektif untuk mengakses pasar tersebut. Selain itu juga harus diketahui bahwa pasar potensial tersebut tidak terlalu banyak menerima penawaran ekowisata (Denman, 2001).
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Untuk keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi sumber daya alam di
wilayah pesisir dan laut, perlu dicarikan strategi yang tepat diantaranya adalah pemberdayaan atau peningkatan kesadaran masyarakat dalam pelestarian sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut. Peningkatan kesadaran masyarakat ditujukan untuk meyakinkan kepada masyarakat pesisir (nelayan), akan manfaat jangka panjang dari perlindungan kawasan, yaitu manfaat berkelanjutan yang dihasilkan oleh usaha perlindungan kawasan pesisir. Karenanya peran serta masyarakat harus dipusatkan pada identifikasi, perancangan dan pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara

berbagai kemungkinan manfaat yang dapat diperoleh dari usaha perlindungan kawasan wilayah pesisir. Pemberdayaan atau peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat tersebut dapat dilakukan antara lain sebagai berikut : (a) Melakukan pendidikan, latihan dan bimbingan moral kepada masyarakat; (b) Mengembangkan sarana dan prasarana yang diperlukan; (c) Menyebarluaskan arti konservasi ekosistem sumberdaya wilayah pesisir,
dalam kaitannya dengan kegiatan di masyarakat dengan segala aspek kebudayaan; (d) Menyebarluaskan pemanfaatan sumberhayati laut dan ekosistem wilayah pesisir dan laut secara lestari dan budidaya; (e) Melakukan pengawasan terhadap sumberdaya hayati yang telah langka dan kritis; dan (f) Melakukan pemulihan habitat sumberdaya alam hayati yang telah rusak.
Peningkatan kesadaran masyarakat pantai atau pesisir umumnya lebih banyak diarahkan kepada masyarakat nelayan. Namun pada kenyataannya, para nelayan hanya sebagai pelaku, sehingga pembinaan juga perlu diarahkan kepada para “stakeholders” lainnya. Karenanya perlu disusun program pemberdayaan masyarakat pesisir yang jelas. Program pemberdayaan masyarakat mencakup paling tidak tiga aspek, yaitu : (a) Pemberdayaan usaha, yaitu mencakup peningkatan kualitas usaha nelayan
sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. (b) Pemberdayaan sumberdaya manusia, yaitu mencakup peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam konteks pola sikap dan perilaku, keterampilan, kemampuan manajerial, maupun aspek gizi dan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara

(c) Pemberdayaan lingkungan, mencakup peningkatan kesadaran dan kemampuan para kaum nelayan untuk konservasi sumberdaya pesisir (Supriharyono, 2007).
Partisipasi Masyarakat Pesisir Semua langkah menuju pendekatan yang demokratis dalam
mengimplementasikan kawasan konservasi perairan laut harus mendapatkan pujian, tetapi yang paling utama yaitu ketika suatu masyarakat memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaannya, terdapat kemungkinan yang bagus bahwa mereka akan lebih peduli dan hati-hati dalam memanfaatkan sumber daya. Misalnya, jumlah ikan dan kerang yang mereka ambil akan lebih dikontrol, tidak akan menangkap selama masa bertelur ikan, dan penggunaan cara menangkap ikan yang merusak akan berkurang. Mereka juga akan memiliki kesediaan yang lebih besar untuk mencegah pencemaran dan memelihara habitat-habitat yang ada. Masyarakat pantai harus dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan laut. Masyarakat lokal tidak dapat dengan mudah dipindahkan oleh pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat dalam pembentukan kawasan konservasi atau disisihkan dalam proses perenc