PENDAHULUAN Identifikasi Penyakit Diabetes Millitus Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Dengan Metode Perambatan-Balik (Backpropagation)

Infor mat ics Business Instit ut e Dar majaya 80

1. PENDAHULUAN

Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit kronik yang serius di Indonesia saat ini. Diabetes Mellitus DM yang umunya dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglisemia peningkatan kadar gula darah yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. DM adalah keadaan hiperglisemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron. Semua jenis DM memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglisemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular risiko ganda, kegagalan kronis ginjal penyebab utama dialisis, kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk. Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengakui tiga bentuk Diabetes Mellitus , yaitu : 1 DM tipe 1 penyebab diabetes yang utama adalah karena kurangnya produksi insulin; 2 DM tipe 2, penyebab kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin ; 3 DM pada kehamilan, penyebab resistensi insulin pada masa kehamilan. DM tipe 1 membutuhkan terapi insulin,sedangkan DM tipe 2 hanya membutuhkan insulin apabila penanganan sebelumnya tidak efektif. Diabetes Mellitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan sendirinya setelah persalinan. Pemahaman dan partisipasi pasien sangat penting karena tingkat glukosa darah berubah terus. Kesuksesan menjaga kadar gula darah dalam batasan normal dapat mencegah terjadinya komplikasi. Faktor lainnya yang dapat mengurangi komplikasi adalah: berhenti merokok, Infor mat ics Business Instit ut e Dar majaya 81 mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil, mengontrol tekanan darah tinggi, dan melakukan olah raga teratur. Penyakit DM dapat diderita oleh berbagai lapisan umur, dari mulai anak- anak sampai dengan orang lanjut usia. Untuk dapat mengenali apakah seseorang menderita penyakit Diabetes Millitus DM dapat dilihat dari gejala- gejala maupun dengan cara pemeriksaan darah. Tentu saja hal ini tidak mudah untuk dilakukan dan memerlukan bantuan dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk dapat mengidentifikasi penyakit ini dengan akurat. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah sistem yang mampu menganalisa karakteristik Diabetes Millitus sehingga mempermudah dalam mengidentifikasi seseorang terkena Diabetes Millitus dan terkena jenis yang mana. Dengan menggunakan jaringan saraf tiruan metode perambatan-balik backpropagation dapat dibuat sebuah sistem yang mampu menganalisis dan mengidentifikasi penyakit Diabetes Millitus seseorang. Jaringan syaraf tiruan akan melakukan diagnosa, dengan menyelidiki nilai variabel biner dari data, apakah pasien menunjukkan tanda-tanda diabetes menurut kriteria yang telah ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO yaitu jika ditemukan konsentrasi glukosa plasma 2 jam dalam tes glukosa oral sedikitnya 200 mg dl atau jika ditemukan dalam perawatan medis yang rutin berkala. Jaringan syaraf tiruan dibangun menggunakan algoritma Feed-Forward Backpropagation. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan melakuan training pelatihan dengan beberapa data. Setelah pelatihan, jaringan syaraf tiruan diuji. Diharapkan hasil pengujian dengan jaringan syaraf tiruan yang dirancang dapat memberikan perkiraan dengan keakuratan lebih dari 90 dengan memperhatikan beberapa faktor pengujian seperti jumlah berapakali hamil, konsentrasi glukosa plasma 2 jam dalam tes toleransi glukosa oral, tekanan darah diastolik mm Hg, Triceps ketebalan lipatan mm, 2-Jam Infor mat ics Business Instit ut e Dar majaya 82 serum insulin mu U ml , Indeks Massa Tubuh berat dalam kg tinggi dalam m 2, silsilah diabetes, Usia tahun. Jaringan syaraf tiruan Artifical Neural Network merupakan salah satu metode soft computing yang perkembangannya diinspirasi dari cara kerja syaraf manusia. Implementasi dan riset jaringan syaraf tiruan berjalan pesat di berbagai bidang seperti pemetaan pola dan klasifikasi pola, analisis citra dan pengkodean, pengolahan sinyal, optimasi, manipulasi grafis, pengenalan karakter, robotik, pengolahan pengetahuan dan sistem pakar, diagnosis kesehatan, peredaman kebisingan, dan sebagainya Marimin 2009. Di bidang Biometrik, jaringan syaraf tiruan berperan dalam pengklasifikasian pola bersama dengan metode soft computing lainnya seperti fuzzy logic dan algoritma genetika hingga bisa diimplementasikan secara nyata saat ini. Metode algoritma jaringan syaraf tiruan banyak variasinya dari yang paling sederhana seperti Perceptron, kemudian berkembang menjadi Adaline Adaptive Linear dan Madaline Multi-Adaline di bidang pengolahan sinyal. Metode paling terkenal hingga saat ini adalah algoritma Propagasi balik Backpropagation yang dikembangkan secara formal oleh Werbos, dan kemudian Parker serta Rummelhart dan McClelland Siang 2009 . Jaringan syaraf tiruan Propagasi balik Backpropagation menggunakan pelatihan terarah supervised training yang memudahkan dalam melakukan pembelajaran. Dengan merancang data pelatihan yang berupa pasangan pola input dan target output yang diinginkan, maka jaringan syaraf tiruan Propagasi balik Backpropagation akan melakukan pembelajaran sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang paling mendekati data pelatihan. Jaringan syaraf tiruan bersifat lebih adaptif dan fleksibel dibandingkan dengan metode soft computing lainnya sehingga Infor mat ics Business Instit ut e Dar majaya 83 memudahkan dalam melakukan ragam variasi dan kombinasi percobaan tanpa memerlukan banyak perubahan pada kode program. Arsitektur jaringan syaraf tiruan propagasi balik Backpropagation cukup sederhana dan terdiri atas lapisan input dan lapisan output serta di antaranya terdapat satu atau lebih lapisan antara yang disebut Hidden Layer. Di setiap lapisan terdapat unit- unit sel yang saling berhubungan satu sama lain membentuk jaringan seperti gambar 1. dibawah ini. Gambar 1 Arsitektur Lapisan Jaringan Syaraf Tiruan JST Gambar 2 Pemrosesan Di Satu Sel Neuron In p u ts Output Hidden Infor mat ics Business Instit ut e Dar majaya 84 Gambar 2 menunjukan koneksi antar sel mempunyai bobot W. Output O adalah fungsi f dari perkalian bobot W dengan input V yang merupakan output dari sel neuron sebelumnya yang dinyatakan sebagai berikut. Bias diikutsertakan dalam penjumlahan dan diasumsikan bernilai 1. Namun, bias ini bersifat pilihan atau bisa digunakan bisa tidak Siang 2009. f adalah fungsi aktivasi dan yang sering digunakan adalah fungsi sigmoid : Bobot W akan menentukan besarnya nilai output dan nilai bobot W selalu berubah selama tahapan pembelajaran. Awalnya bobot diberi inisialisasi nilai acak pada rentang nilai tertentu. Akhirnya setelah pembelajaran selesai, bobot W mencapai nilai yang sedemikian rupa, sehingga untuk setiap input yang diberikan maka output bernilai sesuai dengan pola pembelajaran yang telah dilakukan. Bobot W adalah pengetahuan yang disimpan dalam JST sebagaimana halnya informasi yang disimpan dalam jaringan syaraf otak. Jumlah sel neuron di hidden layer akan menentukan jumlah bobot W yang dapat disimpan. Beberapa literatur JST mengatakan bahwa : 1 Jumlah sel neuron N H terlalu besar mengakibatkan training error menjadi kecil, namun test error menjadi tinggi; 2 Jumlah sel neuron N H terlalu sedikit berakibat training error menjadi tinggi dan test error menjadi tinggi. Dengan mencari nilai optimum, yakni jumlah sel neuron N H tidak terlalu besar atau terlalu kecil sedemikian rupa sehingga training error dan test error mencapai nilai optimum yang cukup memadai. JST diarahkan dalam proses pembelajaran dengan nilai yang diinginkan target sedemikian rupa sehingga JST akan melakukan perubahan bobot W dan nilai output Infor mat ics Business Instit ut e Dar majaya 85 akan mendekati nilai target. Nilai kesalahan target dengan output dinyatakan dalam persamaan berikut. Nilai kesalahan pada hidden unit akan ditentukan secara berulang rekursif sedemikian rupa oleh unit dan bobot lain yang saling berhubungan secara langsung sebagai berikut. Fungsi f harus differensiabel dan dengan fungsi sigmoid dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut. Nilai kesalahan akan menentukan perubahan bobot dalam persamaan berikut : Laju pembelajaran Learning rate η adalah parameter untuk menentukan seberapa cepat JST mencapai nilai target yang diinginkan Convergen. Laju pembelajaran berupa konstanta atau variabel yang berubah setiap kali terjadi perulangan. Bila laju ini terlalu besar, maka JST bisa terjebak ke dalam kondisi Local Minima yaitu suatu keadaan dimana JST mengira sudah konvergen dengan tingkat kesalahan pelatihan yang kecil, namun masih menghasilkan tingkat kesalahan pengujian yang besar. Bobot W dalam JST disimpan dan akan dipanggil kembali saat dibutuhkan untuk melakukan pengenalan pola.

2. METODE