KETERKAITAN MANAJEMEN KINERJA DENGAN MANAJEMEN SDM

40 Menyelaraskan dengan PP 60-2008, maka dalam konsep SKI telah diterapkan indikator kinerja pegawai. Indikator kinerja yang diterapkan adalah indikator atas unjuk kerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing pegawai.

C. KETERKAITAN MANAJEMEN KINERJA DENGAN MANAJEMEN SDM

Program manajemen kinerja adalah bagian dari sebuah skenario besar program Manajemen Sumber Daya Manusia. Kaitan antara manajemen kinerja dan program manajemen SDM sebuah organisasi dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini: GAMBAR 3 KETERKAITAN MANAJEMEN KINERJA DAN MANAJEMEN SDM Dari gambar 3 Keterkaitan antara Program Manajemen Kinerja dengan Program Manajemen SDM di atas, dapat dilihat bahwa program manajemen kinerja sangat mendukung pelaksanaan Manajemen SDM lainnya. Dan pemberian dukungan itu diberikan untuk kegiatan yang sifatnya strategis dalam manajemen SDM yaitu di bidang manajemen karir, perencanaan suksesi serta dalam pemberian reward. Penerapan manajemen kinerja di Mahkamah Agung dengan SKI, membantu Pimpinan Mahkamah Agung dan Pejabat Struktural Eselon II Biro Kepegawaian dan Biro Perencanaan dan Organisasi dalam hal: 1. Menyediakan alat ukur prestasi kerja yang obyektif. Dengan SKI, prestasi kinerja diukur sesuai kontrak kerja contractual agreement yang telah ditetapkan pada awal periode dengan penetapan indikator kinerjanya, sehingga dapat dihindari unsur subyektifitas penilaian. 2. Mengoptimalkan prestasi pegawai, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dilakukan dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan Mahkamah Agung. Dengan catatan SKI, dapat diidentifikasi siapa saja pegawai yang mempunyai potensi untuk dikembangkan kariernya dan dipromosikan pada masa yang akan datang. Dalam hal ini Mahkamah Agung Organization Job Strategic Operasional Job Description Performance Appraisal Job Competences Recruitment Job Evaluation Compensation Human Resources Training Career Management Succesion 41 akan memanfaatkan catatan misalnya selama tiga sampai lima tahun berturut-turut apakah terus menerus baik secara konsisten atau bersifat “eratik” seperti permainan ”yoyo”. 3. Meningkatkan prestasi individu yang dapat mendorong kinerja sumber daya manusia Mahkamah Agung , yaitu diantaranya dengan menumbuhkan minat pegawai melakukan pengembangan kompetensi individu dalam rangka meningkatkan hasil karya dan prestasinya. Hal ini dilakukan dengan pemberian umpan balik kepada pegawai tentang hasil pelaksanaan kerja mereka. 4. Membantu Mahkamah Agung dalam menyusun program pengembangan serta pendidikan dan pelatihan pegawai yang lebih tepat guna. Dengan melaksanakan SKI dapat diketahui dan diidentifikasi pendidikan dan pelatihan tambahan apa saja yang masih harus diberikan kepada pegawai agar mampu melaksanakan tugas dengan baik dan mencapai standar prestasi yang ditetapkan. 5. Memberikan informasi sebagai dasar pembayaran remunerasi atau imbalan. Suatu sistem imbalan yang baik mengaitkan tingkat pembayaran imbalan dengan prestasi yang dicapai pegawai. Pelaksanaan SKI mendasarkan penilaian kinerja sesuai hasil kerja yang diperoleh pegawai; yaitu dengan membandingkan tingkatan output yang dihasilkan dengan target yang telah ditetapkan. Penilaian ini akan memudahkan pimpinan Mahkamah Agung atau unit kerja untuk mengidentifikasi individu yang ”berhasil” dalam mencapai target kinerjanya maupun individu yang ”gagal”. Pegawai yang berkinerja baik mendapatkan penghargaan reward, sedangkan yang gagal mendapatkan hukuman punishment. Dengan penerapan SKI, reward dan punishment yang diberikan bersifat obyektif tidak lagi subyektif.

D. TUJUAN DAN MANFAAT KERANGKA