Thawaf. Diharamkan bagi wanita yang sedang haid melakukan thawaf di

setelah terbit fajar, maka sah puasanya. Dasarnya, hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha : ﻲ مﻮﺼی ﺙ م ا ﺮ عﺎ ﻦ ﺎﺒ ﺒﺼی و ﷲا ﻰ ﺹ ﻲﺒ ا نﺎآ نﺎﻀ ر “ Pernah suatu pagi pada bulan Ramadhan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam berada dalam keadaan junub karena jima’, bukan karena mimpi, lalu beliau berpuasa hadits muttafaq ‘alaih

3. Thawaf. Diharamkan bagi wanita yang sedang haid melakukan thawaf di

Ka’bah, baik yang wajib maupun sunnah, dan tidak sah thawafnya, berdasarkan sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam kepada Aisyah : يﺮﻬ ﻲ ﺒ ﺎﺏ ﻲ ﻮ نأ ﺮ جﺎ ا ی ﺎ ﻲ ا “ lakukanlah apa saja yang dilakukan jamaah haji, hanya saja jangan melakukan thawaf di Ka’bah sebelum kamu suci” Adapun kewajiban lainnya seperti sa’i antara Shafa dan marwah, wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah dan Mina, melempar jumrah dan amalan haji dan umrah selain itu, tidak diharamkan. Atas dasar ini, jika seorang wanita melakukan thawaf dalam keadaan suci, kemudian keluar darah haid langsung setelah thawaf atau di tengah-tengah melakukan sa’i, maka tidak apa-apa hukumnya. Thawaf wada’ Jika seorang wanita mengerjakan seluruh manasik haji dan umroh, lalu datang haid sebelum keluar untuk kembali ke negerinya dan haid ini terus berlangsung sampai batas waktu pulang, maka ia boleh berangkat tanpa thawaf wada’. Dasarnya hadits Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma : ﺾﺉﺎ ا ﻦ ﻥأ إ ، ﺒ ﺎﺏ هﺪﻬ ﺮ ﺁ نﻮﻜی نأ سﺎ ا ﺮ أ “Diperintahkan kepada jamaah haji saat saat terakhir bagi mereka berada di baitullah malakukan thawaf wada’, hanya saja hal ini tidak dibebankan kepada wanita yang sedang haid” hadits muttafaq alaih. Dan tidak disunnatkan bagi wanita yang sedang haid ketika hendak bertolak, mendatangi pintu Masjidil Haram dan berdo’a. karena hal ini tidak ada dasarnya dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, sedangkan seluruh ibadah harus berdasarkan pada ajaran sunnah nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam. Bahkan, menurut ajaran Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah sebaliknya. Sebagaimana disebutkan dalam kisah Shafiyah Radhiyallahi ‘anha ketika dalam keadaan haid setelah thawaf ifadhah Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : “kalau demikian, hendaklah ia berangkat” hadits muttafaq alaih . dalam hadits ini, Nabi tidak menyuruhnya mendatangi pintu Masjidil Haram. Andaikata hal itu disyariatkan, tentu nabi sudah menjelaskannya. Adapun thawaf untuk haji dan umrah tetap wajib bagi wanita yang sedang haid, dan dilakukan setelah suci.

4. Berdiam dalam masjid Diharamkan bagi wanita yang sedang haid berdiam dalam masjid,