Kampanye Pencegahan Kebiasaan Merokok Pada Remaja Wanita

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

KAMPANYE PENCEGAHAN KEBIASAAN

MEROKOK PADA REMAJA WANITA

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh: Veri Fadli NIM: 51907134 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya pada Alllah SWT maha segala yang telah memberikan nikmatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini disusun dengan judul "Perancangan Kampanye Pencegahan Kebiasaan Merokok Pada Remaja Wanita" dengan tujuan menyelesaikan studi program Desain Komunikasi Visual yang menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi agar mendapat gelar sarjana.

Akhir kata, penulis berharap bahwa tugas ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dalam melakukan perancangan kampanye sosial. Kekurangan, keterbatasan dan kemampuan yang yang penulis miliki membuat tugas akhir ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis sangat berharap banyak saran dan kritik yang dapat membangun. Terima kasih.

Bandung, 29 Juli 2011


(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali ditemui wanita merokok, baik di kantin, di pasar ataupun tempat umum lainnya atau di kalangan rumah tangga. Kebiasaan merokok pada wanita dulunya sangat jarang, meskipun ada perokok wanita tetapi sembunyi atau tidak ditempat umum. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama. Umumnya rokok pertama dimulai saat remaja. Sejumlah studi menemukan penghisapan rokok pertama pada wanita dimulai saat usia remaja. Sejumlah studi menemukan penghisapan rokok pertama dimulai pada saat usia 13-15 tahun di kota-kota besar (Smet, 1994). Studi Mirnet (Tuakli dkk, 1990 dalam Nasution, 2007) menemukan bahwa perilaku merokok diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman. (Smet, 1994) bahwa mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai prilaku merokok (Sarafino, 1994).

Merokok pada wanita merupakan aktualisai dalam diri, menurut ahli psikologi (Nilam Widyarini, 2009) aktualisasi diri berarti mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Salah satu yang dibutuhkan untuk menyokong adalah mengembangkan peran feminin untuk wanita. Kepribadian seseorang akan berkembang sehat bila terpenuhi kebutuhannya untuk aktualisasi diri. Namun, dalam


(4)

2

kenyataan, tidak banyak orang yang dapat mencapainya. Untuk mengembangkan berbagai kapasitas manusiawi yang dimiliki, baik fisik, psikis, sosial, dan spiritual, setiap orang butuh lingkungan sosial yang kondusif. Lingkungan sosial itu terutama adalah keluarga dan sekolah.

Dalam penelitian yang dilakukan di beberapa SMA kota Bandung, dapat disimpulkan para perokok wanita pada umumnya berkarakter feminim dan tomboy. Karakter yang ditanggapai negatif mengakibatkan menjadi pecandu rokok agar dapat menunjukkan eksistensi diri, aktualisasi dan, dan ketenangan diri, hal ini yang menyebabkan perokok wanita ingin keliatan lebih beda dari wanita lainnya. Menurut Titi Kusrini, (2001) eksistensi diri seakan membuat perokok wanita ingin menunjukan identitas diri kepada lawan jenis agar ingin disamakan derajat dan diterima dalam pergaulan. Aktualisai diri yang negatif memberikan pilihan yang salah terhadap perokok wanita karena pada umumnya perokok wanita memulai kebiasaan merokok akibat dari pergaulan yang salah akibat rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Kebiasaan merokok dianggap dapat menenangkan diri dari berbagai masalah seperti adanya tekanan atau kurangnya komunikasi dari keluarga dan lingkungan yang mendukung, perokok wanita menanggapi secara negatif bahwa rokok sebagai pilihan yang tepat agar dapat sejenak menghilangkan masalah dalam diri.

Oskamp (Whitler, 1984) menyatakan bahwa setelah mencoba rokok pertama, seorang wanita menjadi ketagihan merokok, dengan alasan-alasan seperti kebiasaan, menurunkan kecemasan, dan


(5)

3

mendapatkan penerimaaan. Graham (dalam Ognen, 2000) menyatakan bahwa efek positif dari merokok adalah menghasilkan efek mood yang positif dan membantu individu dalam menghadapi masalah yang sulit. Studi Mirnet (Tuakli dkk, 1990) juga menambahkan bahwa dari survei tehadap para perokok wanita, dilaporkan bahwa orang tua dan saudara yang merokok, rasa bosan, stres dan kecemasan, kebiasaan teman sebaya merupakan faktor yang menyebabkan keterlanjutan kebiasaan merokok pada wanita.

Apabila diperhatikan pengaruh iklan baik di media massa dan elektronik banyak menampilkan lambang kejantanan atau glamour, yang mengakibatkan salah persepsi bagi perokok wanita dengan memanfaatkan karakteristik wanita, ketidaktahuan konsumen, dan ketidak berdayaan mereka yang sudah kecanduan merokok. Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya kebebasan, independensi, dan berontak dari norma-norma dimanfaatkan pelaku industri rokok dengan memunculkan slogan-slogan promosi yang mudah tertangkap mata dan telinga serta memberikan sugesti. Slogan-slogan tidak hanya gencar dipublikasikan melalui berbagai media elektronik, cetak, dan luar ruang, tetapi industri rokok pada saat ini banyak mensponsori setiap event anak muda seperti konser musik dan olahraga di Indonesia di sponsori oleh industri rokok, secara khusu dalam event tersebut membagikan rokok secara gratis atau mudah mendapatkan dengan menukarkan potongan tiket masuk acara tersebut yang dampaknya dapat menambah jumlah perokok wanita.


(6)

4

Sebagian besar dari perokok wanita mengetahui akibat yang akan ditimbulkan dari merokok, tetapi informasi yang diketahui hanya sedikit dan karena akibat yang ditimbulkan oleh merokok itu tidak datang secara langsung. Hal tersebut menjadikan perokok wanita tidak memperdulikannya bahkan ada yang menganggap remeh akibat dari merokok tersebut. Apabila perokok wanita telah mengetahui secara serius bahwa bahaya yang diakibat merokok pada wanita sangatlah banyak, apalagi bagi seorang wanita yang sudah ditakdirkan menjadi orang tua yang akan mengandung anak, akibat dari merokok tersebut akan berdampak pada calon anak yang akan dilahirkan. Seorang anak yang akan dilahir tanpa dosa harus menanggung akibat dari perbuatan ibu yang tidak peduli pada kesehatan diri sendiri bahkan pada anak yang akan dilahirkan, demi memperoleh kesenangan dan kenikmatan sesaat yang diberikan oleh rokok.

Rokok merambah di semua lapisan masyarakat, kaya atau miskin, tua atau muda, mulai dari orang dewasa hingga generasi muda dan pelajar, wanita dan pria. Padahal dalam bisnis rokok yang sebenarnya rokok diciptakan hanya untuk kalangan dewasa yang memilih merokok atau tidak. Di Indonesia dapat diketahui kampanye larangan merokok hanya berlangsung di kota Jakarta saja dan kampanye itu belum sukses meskipun diadakan sarana untuk perokok, tetapi larangan merokok di Jakarta yang tidak sukses karena sasaran yang ditujukan pemerintah tidak jelas dan tepat target segmentasinya.


(7)

5 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi masalahnya sebagai berikut:

a. Eksistensi diri, aktualisasi diri dan ketenangan diri yang negatif menganggap rokok dapat menyelesaikan sejenak masalah.

b. Kurang pemahaman wanita tentang bahaya merokok pada kesehatan.

c. Upaya yang dilakukan pemerintah terhadap permasalahan merokok pada wanita belum tercapai.

1.3. Fokus Masalah

Seperti diuraikan diatas, fokus masalah yang terlihat adalah berkembangnya jumlah perokok wanita yang belum teratasi dan bagaimana cara membuat suatu perancangan sistem komunikasi untuk menekan dan menyadarkan masyarakat yaitu dengan cara memberikan edukasi yang tepat kepada wanita sesuai pilihan negatif pada diri wanita perokok.

1.4. Tujuan Perancangan

Tujuan kampanye ini dimaksudkan untuk menekan jumlah perokok wanita dengan pilihan negatif dalam diri wanita perokok.


(8)

6 BAB II

ROKOK DI KALANGAN WANITA

2.1. Rokok

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:834), “Rokok

diartikan sebagai gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking)

yang dibungkus (daun nipah, kertas).” Di Indonesia sendiri, terdapat

berbagai jenis rokok yang diberi penamaan sesuai dengan barang yang ditambahkan pada gulungan tembakau tersebut. Misalnya saja, rokok kawung adalah rokok yang pembungkusnya terbuat dari daun enau atau aren, rokok kelembak adalah rokok yang tembakaunya dibubuhi kelembak, rokok kretek adalah rokok yang tembakaunya dibubuhi cengkeh. Bahkan ada legenda yang mengatakan bahwa Roro Mendut menjual rokok Kelobot sisa hisapan bibirnya dengan harga mahal kepada laki-laki yang jatuh hati padanya.

Saat ini sudah banyak industri rokok yang beroperasi di Indonesia, kurang lebih terdapat 100 produsen rokok, walaupun sebagian besar merupakan produsen skala menengah dan kecil. Namun angka tersebut belum termasuk perwakilan perusahaan atau industri rokok asing di Indonesia. Kesemuanya membuat produksi dan konsumsi rokok di Indonesia semakin meningkat, sejalan dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang mereka pekerjakan serta cukai rokok yang dihasilkan. Tahun 2004 saja, industri rokok memberikan pemasukan bagi negara sebesar Rp 27, 9 triliun. Tak mengherankan


(9)

7

jika pemerintah terlihat seperti memiliki standar ganda dalam penanggulangan masalah rokok ini. Namun sebenarnya keuntungan yang didapat adalah ilusi belaka. Sebagai contoh, jika pemerintah mendapatkan cukai rokok sebesar Rp 27 triliyun, menurut data di berbagai negara, biaya kesehatan yang ditanggung pemerintah dan masyarakat sebesar 3 kali lipat dari cukai yang dihasilkan. Jika menggunakan kalkulator untuk menghitung Rp 27 triliyun dikali 3, maka biaya kesehatan yang harus ditanggung pemerintah dan masyarakat Indonesia akibat kebiasaan merokok adalah sebesar Rp 81 triliyun.

Kesehatan adalah hal yang paling dirugikan akibat kebiasaan merokok ini. Dapat diketahui bahwa terdapat lebih dari 4.000 senyawa kimia yang diidentifikasi dalam asap rokok, sebagian di antaranya dikenal sebagai, karsinogen, akselerator dan promotor terjadinya kanker, serta iritan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:

Bahan Kimia

 Amonia (pencuci lantai dan kamar mandi)

 Arsenik (racun tikus)

 Acetone(peluntur pewarna kuku)

 Acid Acetik (cuka)

 Acid Stearik (lilin)

 Butane (Bahan pembuat korek api)

 Cadmium (Salah satu bahan dasar aki mobil)

 DDT/Deildrin (racun serangga)

 Karbon Monoksida (asap kenderaan bermotor)

 Metane (gas paya)

 Metanol (minyak roket)

 Naftalene (kapur barus)

 Nikotin (racun serangga) Nitrobenzine

 Toluena (pelarut industri)

 Vinil Klorida (bahan untuk membuat PVC)


(10)

8

 Etanol (Alcohol)

 Fenol Nitros Oksida (bahan pencegah penyakit)

 Formaldehid (pengawet tisu dan kain)

 Heksamin

 Hidrogen Sianida (kamar gas) Logam Berat  Aluminum  Emas  Magnesium  Perak  Plumbum

 Raksa

 Silikon

 Tembaga

 Titanium

 Zinc

Tabel 2.1. Daftar kandungan zat-zat berbahaya yang terdapat dalam rokok

Dari ribuan kandungan zat pada rokok tersebut, tiga komponen toksik utama yang paling berbahaya adalah tar, nikotin dan karbon monoksida. Masing-masing senyawa toksik di dalam asap rokok

Penyebab Kanker

 Benzopyrene

 B-Naftilamin

 Dibenz Acidin

 Kadmium

 Krysin

 Nikel

Nitrosamin

N. Nitrosom

Policyrilic aromatic hydrocarbon

Polonium 201 (radio aktif)

Toluidin

Urethane


(11)

9

menimbulkan akibat yang berbeda. Tar merupakan komponen dalam asap rokok yang tinggal sebagai sisa sesudah dihilangkannya komponen nikotin dan cairan serta bersifat karsinogen atau pemicu timbulnya kanker dalam tubuh (Alwi, 2001:834). Kira-kira 3-5% asap rokok terdiri atas karbonmonoksida, yaitu suatu gas racun yang tidak berwarna dan tidak berbau. Hemoglobin yang fungsinya mengikat oksigen untuk keperluan tubuh memiliki kemampuan mengikat karbonmonoksida jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya mengikat oksigen. Itulah sebabnya sangat berbahaya jika berada pada ruangan yang mengandung Karbon monoksida.

Dewi Winata (2007) nikotin adalah suatu alkaloid yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan merupakan racun bagi saraf. Kadar nikotin yang tinggi dapat menghambat informasi rangsang saraf sehingga mengakibatkan menurunnya aktivitas refleks tubuh. Nikotin dapat menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikis, meningkatkan produksi bermacam-macam mediator saraf, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan metabolisme. Absorbsi nikotin berlangsung sangat cepat dan secara cepat pula didistribusikan ke otak, yang selanjutnya menimbulkan efek pada sistem saraf pusat yang manifestasinya dapat timbul dengan segera, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi berbagai sistem di dalam tubuh. Nikotin itu di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya


(12)

10

perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus

yang mengeluarkan sorotonin. Meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. (Agnes Tineke, Kompas Minggu 5 Mei 2002: 22). Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang.

Zat-zat toksik, nikotin maupun tar, dapat melumpuhkan silia, yaitu rambut-rambut halus yang ada di permukaan dalam saluran pernapasan yang berfungsi sebagai penyaring benda-benda asing yang masuk bersama udara pernapasan, serta mengendap di sepanjang saluran pernapasan maupun pembuluh-pembuluh yang lain.

Meskipun kadarnya rendah, namun jika mengisap rokok ini berlangsung bertahun-tahun, ditambah lagi dengan mudah lolosnya benda-benda asing yang ikut masuk bersama udara pernapasan, maka kondisi ini menjadikan perokok aktif maupun pasif rentan terhadap gangguan sistem pernapasan, termasuk rentan terhadap timbulnya kanker paru.

Hasil penelitian membuktikan, terdapat hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dengan timbulnya penyakit jantung koroner dan pembuluh darah. Efek jangka pendek yang dirasakan ialah jantung berdebar-debar. Ini membuktikan bahwa merokok sangat


(13)

11

mempengaruhi fisiologi jantung. Selain itu, efek jangka pendek lainnnya adalah nafas berbau, pakaian berbau, penurunan tingkat kesehatan, kinerja serta prestasi olahraga, mengurangi daya kecap dan penciuman.

Penelitian lain membuktikan bahwa perokok berat sering menjadi mandul (infertil). Hal ini disebabkan nikotin dapat menghambat

proliferasi sel-sel spermatogenik (sel bakal spermatozoa) maupun sel-sel oogenik (sel-sel bakal sel-sel telur). Pada wanita, salah satu efek kerugian akibat nikotin ialah menghambat pembentukan estrogen. Seperti diketahui estrogen ialah hormon wanita yang sangat esensial bagi fungsi-fungsi fisiologis wanita, termasuk fungsi-fungsi yang berkaitan dengan reproduksi.

Hingga saat ini, menurut laporan organisasi kesehatan dunia (WHO), diperkirakan jumlah perokok di dunia sebesar 1,3 milyar orang sementara kematian yang diakibatkan olehnya mencapai angka 4,9 juta orang pertahun. Berdasarkan data WHO ini jika kebiasaan merokok terus berlanjut, maka angka kematian akibat merokok diperkirakan akan meningkat menjadi 10 juta per tahun pada tahun 2020, dan 50 persen di antaranya berada di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI), data resmi di Indonesia menyebutkan bahwa setiap tahun ada 57.000 orang yang meninggal karena rokok. Sayangnya, tidak ada data berapa jumlah perokok aktif dan berapa jumlah perokok pasif dari 57.000 orang tersebut.


(14)

12 2.1.1 Konsumsi Rokok

Secara nasional dan dari data Lembaga Survey Indonesia, konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang yang merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi tertinggi pada tahun yang sama.

Tabel 2.2.Daftar 10 negara di dunia dengan konsumsi rokok tertinggi tahun 2002

Sumber: http://www.litbang.depkes.go.id

Hasil riset terbaru (Dr. Olson, 2010) mengungkapkan 22,78% dari 3.040 pelajar SMP putri hingga mahasiswi (13-25 tahun) Indonesia merokok. Mereka mengonsumsi 1-10 batang dalam hidup mereka. Riset yang baru mencakup sebagian kecil wilayah Indonesia itu melaporkan sebanyak 7,18% dari remaja dan perempuan muda pernah merokok

No. Negara 2002 (milyar batang)

1 Republik Rakyat Cina 1.697,291

2 Amerika Serikat 463,504

3 Rusia 375,000

4 Jepang 299,085

5 Indonesia 181,958

6 Jerman 148,400

7 Turki 116,000

8 Brasilia 108,200

9 Italia 102,357


(15)

13

11-100 batang. Bahkan 4,06% dari 3.040 remaja dan perempuan telah mengisap rokok lebih dari 100 batang.

2.1.2 Tren Konsumsi Rokok

Secara keseluruhan, konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat selama periode 1970-2000 dari 33 milyar batang pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang pada tahun 2000. Kenaikan konsumsi rokok yang paling tinggi (159%) terjadi antara tahun 1970-1980, yaitu dari 33 milyar batang menjadi 84 milyar batang, bersamaan dengan mekanisasi industri rokok kretek tahun 1974.

Konsumsi meningkat terus , yaitu sebesar 67% pada kurun waktu 1980-1990; dan 54% selama periode 1990-2000. pada tahun 2001, konsumsi menurun sampai 199 milyar batang berdasarkan data USDA 1960-2002.

Gambar 2.1. Grafik konsumsi rokok Indonesia (dalam milyar batang) Sumber: http://www.litbang.depkes.go.id


(16)

14

2.1.3 Prevalensi Merokok Menurut Wilayah

Penduduk yang tinggal di pedesaan mempunyai prevalensi merokok yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan. Prevalensi merokok di pedesaan adalah sebesar 2,0% dan di perkotaan sebesar 1,2%. Sedangkan prevalensi merokok wanita umur 15 tahun ke atas di desa 1,5%, dan di kota 1,1% hasil tersebut didapat dari jumlah perokok wanita dalam setiap wilayah Indonesia.

Wilayah

1995 2001

Perempuan Perempuan

Desa 2,0 1,5

Kota 1,2 1,1

Desa dan Kota

1,7 1,3

Tabel 2.3. Prevalensi merokok penduduk umur 15 tahun ke atas menurut kelompok wilayah dan jenis kelamin, Susenas 1995 dan 2001

Sumber: http://www.litbang.depkes.go.id

2.1.4 Prevalensi Merokok Menurut Provinsi

Prevalensi merokok di tingkat provinsi, prevalensi merokok wanita meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat antara tahun 1995 dan 2001 di Papua, Kalimantan Timur,


(17)

15

Jawa Tengah dan Bali, mesipun secara menyeluruh prevalensinya masih tetap sangat rendah.

Provinsi 1995 2001

P P

DI Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Bangka Belitung DKI Jakarta Jabar Jateng DI Yogya Jatim Banten Bali HTB NTT Timtim 2,2% 2,5% 1,5% 3,7% 1,7% 1,7% 2,4% 1,8% - 1,8% 1,3% 0,5% 1,3% 0,9% - 0,5% 1,0% 0,9% 6,0% - 1,7% 2,5% 2,1% 1,5% 1,7% 0,6% 1,6% 1,3% 1,5% 1,7% 1,0% 0,2% 0,8% 0,8% 1,3% 0,4% 0,5% -


(18)

16 Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Maluku Irja 2,4% 2,3% 1,9% 0,9% 3,3% 2,3% 2,4% 1,0% - 4,3% 0,6% 2,9% 1,0% 1,2% 2,6% 1,9% 3,0% 1,2% 1,7% 0,9% - 3,7% Semua Propinsi 1,7% 1,3%

Tabel 2.4. Prevalensi merokok umur 15 tahun ke atas menurut propinsi dan jenis kelamin perempuan, Susenas 1995 dan 2001

Sumber: http://www.litbang.depkes.go.id/

2.1.5 Prevalensi Merokok Menurut Kelompok Umur

Selama tahun 1995-2001 terjadi penurunan prevalensi merokok pada semua kelompok umur, kecuali pada 15-19 tahun. Peningkatan tertinggi pada tahun 2001 terjadi pada kelompok umur 15-19 tahun dari 0.3% menjadi 1.1% atau naik 74% dibandingkan tahun 1995, yang diikuti kelompok umur 20-24 tahun dari 1.0% menjadi 1.6% (peningkatan sebesar 60% dari tahun 1995). Prevalensi


(19)

17

merokok pada usia 25-29 tahun sampai dengan 50-54 tahun bahkan menurun 75% dengan prevalensi penurunan tertinggi terdapat pada perempuan 45-49 tahun sebesar 36% pada tahun 2001.

Kelompok Umur

1995 2001

P P

10-14 0,1 0,3

15-19 0,3 1.1

20-24 1,0 1,6

25-29 1,1 0,6

30-34 1,2 0,9

35-39 1,7 1,3

40-44 2,3 1,9

45-49 3,1 2,2

50-54 3,4 2,6

55-59 3,3 3,0

60-64 2,8 2,8

65-69 3,8 2,7

70-74 3,1 2,1

75+ 1,9 1.5

Tabel 2.5. Prevalensi merokok penduduk umur 10 tahun ke atas menurut kelompok umur perempuan, Susenas 1995 dan 2001


(20)

18 2.1.6 Tren Umur Mulai Merokok

Dari data Susenas 1995 dan 2001, rata-rata umur mulai perokok usia 14 tahun ke atas pada wanita semakin bertambah muda yaitu dari 15,2 tahun pada 1995 menjadi 25,4 tahun pada tahun 2001.

Kelompok Umur

Perubahan rata-rata usia mulai merokok (dalam tahun)

1995 2001

14-19 15,2 15,4

20-24 17,2 17,1

25-29 18,0 17,8

30-34 18,5 18,2

35-39 18,8 18,5

40-44 19,3 18,7

45-49 19,6 19,0

50+ 23,7 22,5

Rata-rata Umur Mulai Merokok Semua Kelompok Umur

18,8 18,3

Tabel 2.6. Rata-rata umur mulai merokok penduduk umur 15 tahun ke atas, Susenas 1995 dan 2001


(21)

19

2.1.7 Prevalensi Merokok Menurut Kelompok Sosial Ekonomi Secara nasional, prevalensi tertinggi dengan pola konsisten pada tahun 1995 dan 2001 terjadi pada kuantil 2 dan kuantil 3 sebesar masing-masing 33%, kemudian menurun prevalensinya dengan meningkatnya pendapatan.

Kelompok Pendapatan

(Kuantil)

1995 2001

P P

1 2,2 1,7

2(Terendah) 1,8 1,2

3 1,7 1,3

4(Tertinggi) 1,4 1,3

5 1,4 1,1

Semua kelompok pendapatan

1,7 1,3

Tabel 2.7. Prevalensi merokok penduduk umur 15 tahun ke atas menurut kelompok pendapatan, Susenas 1995 dan 2001

Sumber: http://www.litbang.depkes.go.id

2.1.8 Prevalensi Merokok Menurut Pendidikan

Data Susenas 1995 dan 2001, pada tahun 2001, prevalensi merokok tertinggi penduduk terjadi pada kelompok tamat SD dan tamat SMA masing-masing sebesar 0.9% dan 1.3%. Kondisi ini berbeda dengan tahun 1995


(22)

20

dimana prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok tidak sekolah/ tidak tamat SD (2.8%) dan tamat SD (1.0%)

Tingkat Pendidikan

1995 2001

P P

Tidak Sekolah/ Tidak tamat SD

2,8 2,4

Tamat SD 1,0 0,9

Tamat SLTP 0,8 0,6

Tamat SLTA 0,8 1.3

Akademi 0,6 0,3

Semua Penduduk

1,7 1,3

Tabel 2.8. Prevalensi merokok penduduk umur 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan, Susenas 1995 dan 2001

Sumber: http://www.litbang.depkes.go.id

2.2. Rokok Pada Wanita

Merokok pada wanita timbul setelah sebelumnya menjadi kebiasaan pada kaum pria. Pada awalnya, tingkat prevalensi merokok pada wanita jauh dibawah pria. Hal ini dapat dilihat pada


(23)

21

kebiasaan wanita yang awalnya pada tempat tertutup tetapi sekarang banyak terlihat pada tempat - tempat umum, tidak hanya itu perokok wanita yang dulunya kebanyakan wanita dewasa, tetapi saat ini terlihat banyak pelajar wanita merokok di tempat umum.

Faktor kemungkinan penyebab wanita merokok adalah : 1. Pengaruh Orang Tua

Baer dan Corado (dalam Atkinson, Pengantar Psikologi, 1999:294), wanita perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan anak wanita yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Anak wanita yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Prilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (Single Parent).


(24)

22

merokok dari pada ayah yang merokok. Hal ini lebih terlihat pada remaja wanita.

2. Pengaruh Teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banya wanita yang merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temanya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, Pertama anak tersebut terpengaruh oleh teman-temanya atau sebaliknya. Diantara wanita perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan wanita non perokok.

3. Faktor Kepribadian

Orang mencoba untuk mrokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada pengguna obat-obat (termasuk rokok) ialah sikap penyesuaian sosial. Pendapat ini didukung Atkinson (1999) yang menyatakan bahwa orang yang memiliki skor tertinggi pada berbagai tes sikap penyesuaian sosial lebih menjadi perokok


(25)

23

dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah.

4. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kesaksian atau glamour, membuat wanita sering kali terpicu untuk mengikuti prilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (Sarafino, 1994) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:

1. Faktor Biologis

Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang mengatakan nikotin dalam darah perokok cukup tinggi.

2. Faktor Psikilogis

Merokok dapat bermakna untuk meningkatakan konsentrasi, menghalau rasa kantuk,


(26)

24

mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.

3. Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian indivdu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya.

4. Faktor Demografis

Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis kelamin Zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena bik pria maupun wanita sekarang sudah merokok.

5. Faktor Sosial-Kurtural

Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi pekerjaan akan


(27)

25

mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet, 1994).

6. Faktor Sosial Politik

Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah polotik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di negara-negara yang berkembang seperti Indonesia (Smet, 1994).

2.3 Aspek Kepribadian Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Pada Wanita.

Dalam artikelnya yang berjudul Merokok dan Gaya Hidup (Titi Kusrini, 2001) menyebutkan pada umumnya para perokok wanita terbagi dalam dua jenis karakter pribadi, yaitu: perokok feminim dan tomboy, hal ini dapat diperhatikan secara rinci sifat perokok masing-masing.

1. Perokok wanita feminim, secara psikologis pada umumnya merokok karena ingin keliatan glamour dan menantang atau mencari perhatian kepada lawan jenis, perokok feminim merokok karena sering kali terhimpit masalah pribadi yang berhubungan


(28)

26

dengan cinta sehingga menganggap rokok dapat menghilangkan sedikit letih dalam diri.

2. Perokok wanita tomboy, secara psikologis pada umumnya perokok wanita tomboy merokok karena perokok wanita senang dan ingin menyamakan derajatnya dengan kaum laki-laki.

2.4. Aspek Psikologis Kebiasaan Merokok Pada Wanita

Kebiasaan perokok wanita setiap merokok mempunyai alasan yang beragam, dari berbagai hasil penelitian antara lain, coba-coba, ikut-ikutan, ingin tahu enaknya rokok, sekedar ingin merasakan, kesepian, agar terlihat gaya, meniru orang tua, iseng, menghilangkan ketegangan, kebiasaan saja untuk pergaulan, biar tidak dikatakan banci, lambang kedewasaan, mencari inspirasi. Alasan lain adalah sebagai penghilang stres, penghilang jenuh, pencari ilham, gengsi, sukar melepaskan diri, pengaruh lingkungan, iseng, anti mulut asam, pencuci mulut, kenikmatan. Alya & Dyan (2009)

Khusus bagi wanita, suatu studi di Australia tahun 1981 terhadap 5686 wanita menunjukkan besarnya pengaruh iklan; wanita tersebut diwawancarai dua kali dengan selang waktu satu tahun dan ditemukan bahwa kemungkinan untuk menjadi perokok pada wanita yang menyetujui iklan rokok dua kali lebih besar


(29)

27

daripada mereka yang tidak menyetujui iklan rokok Sumantyo (1998).

Dari kebiasaan merokok pada wanita mempengaruhi aspek psikologis pada diri secara positif dan negatif. Dari aspek psikologis sisi positif perokok wanita mengakibatkan perokok merasa nyaman, santai, menghilangkan stres, percaya diri dan membantu dalam memecahkan masalah dan dari sisi negatifnya perokok wanita merasakan kecanduan karena sulit untuk mengurangi kebiasaan merokok dan juga merasa ketergantungan percaya diri terhadap rokok dan menganggu konsentrasi dalam beraktivitas.

Menurut data penelitian WHO, merokok merupakan kebiasaan yang merugikan bagi kesehatan salah satunya adalah bagi wanita yang merokok. Banyak fakta tentang kesehatan seputar wanita merokok.

Fakta tersebut adalah:

1. Resiko meninggal akibat kanker paru-paru 12 kali lebih tinggi pada wanita yang merokok dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah merokok.

2. Merokok dapat mempengaruhi kemampuan untuk hamil 3. Merokok selama hamil meningkatkan resiko keguguran,

kelahiran mati, prematur, dan bayi lahir dengan berat badan rendah.


(30)

28

paru-paru, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru kronis. 5. Penyakit jantung merupakan pembunuh wanita nomer satu.

Wanita biasanya menderita penyakit jantung lebih lambat dari pada pria, namun tidak begitu halnya jika wanita merokok. Faktanya wanita perokok akan menderita serangan jantung lebih cepat 12 tahun dari pada wanita yang tidak merokok. Hal ini terkait hormon terpenting wanita yaitu estrogen. Pada masa remaja dan usia produktif, hormon ini melindungi wanita dari penyakit jantung. Estrogen juga meningkatkan kolesterol baik dalam tubuh dan juga membantu menjaga peredaran darah, sehingga mencegah penyumbatan pada pembuluh darah yang beresiko memicu serangan jantung. Wanita perokok mempunyai risiko terhadap kanker mulut, faring, laring (pita suara), esophagus, pankreas, ginjal, kandung kemih, leher rahim khususnya kanker paru-paru lebih tinggi dibandingkan laki-laki perokok.

2.5. Kajian Permasalahan

Berdasarkan permasalahan yang ada maka dengan merancang kampanye pencegahan kebiasaan merokok pada wanita ini dapat lebih menumbuhkan rasa kepedulian dan kesadaran terhadap masalah peningkatan perokok wanita pada saat remaja.


(31)

29

Wanita yang mempunyai permasalahan akibat kebiasaan merokok terhadap kesehatan juga sangat rentan mengalami masalah psikososial, yakni masalah yang rentan terhadap kejiwaan yang timbul sebagai perubahan sosial. Hal-hal negatif lebih mudah diterima salah satunya banyaknya korban akibat merokok pada wanita semakin meningkat. Selain berisiko banyak menimbulkan hal negatif, dari pengakuan para perokok sendiri mereka menyatakan bahwa merokok itu mudah untuk memulainya tetapi sulit untuk menghentikannya dan seperti yang sudah dijelaskan sebenarnya rokok mempunya dampak negatif terhadap kesehatan pada wanita. Kebiasaan wanita dan rokok bisa timbul dari kelompok yang terbentuk dimana kebiasaan terbentuk dari pengaruh teman dikelompok tersebut. Kebanyakan dari perokok wanita timbul dari kebiasaan berteman yang berkelompok dan berkumpul di luar lingkungan rumah yang tidak terawasi oleh orang tua atau keluarga.

Oleh karena itu dengan cara melakukan kampanye pencegahan merokok pada wanita diharapkan dapat menjadi sebuah solusi akan peningkatan angka perokok dan korban perokok pada wanita yang semakin tahun semakin bertambah.


(32)

30 2.6 Segmentasi

1. Geografis

Sebagai sampel diambil dari siswi SMA yang tinggal di kota Bandung di daerah perkotaan dan Bandung merupakan yang dikenal sebagai kota fashion, musik dan termasuk salah satu kota trendsetter dalam aktivitas pergaulan remajanya. 2. Demografis

Umur : 15 – 19 tahun masa remaja putri pertengahan (Monks,1985)

Jenis Kelamin : wanita

Pekerjaan : Pelajar Siswi Sekolah Menengah Atas.

2.7 Psikografi

Bergaya modern ingin selalu trendi, suka akan gaya glamour dalam pegaulan menggunakan sebagian besar waktunya bersama dengan teman-teman kelompoknya, dan menggunakan sebagian besar uangnya untuk membeli sesuatu yang meningkatkan aktualisasi diri di depan kelompoknya atau teman sebayanya.

Karakteristik Siswi SMA: Karakteristik siswi SMA sama antara daerah satu dengan daerah lain, tetapi yang membedakan adalah dari segi kecepatan penyebaran informasi dan fasilitas komunikasi lebih mudah didapatkan membuat siswi SMA di kota besar, ini menyebabkan lebih cepat dalam menerima perubahan


(33)

31

sosial dan sesuatu yang sedang trend. Dari situ terbentuklah kelompok-kelompok karena adanya rasa kesamaan selera, jenis dan minat. Dari kelompok tersebut tidak menutup kemungkinan menimbulkan suatu kebiasaan lain yang dijalankan oleh kelompok tersebut baik bersifat positif ataupun negatif.


(34)

32 Bab III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Komunikasi

Konsep jenis kegiatan kampanye yang digunakan yaitu

Ideologically or cause oriented campaigns, adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan social. Menurut istilah Kotler (seperti dikutip Frian, 2010) disebut social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah social melalui perubahan sikap dan perilaku public terkait ( Venus, 2004 : 11)

Dalam perancangan kampanye pencegahan kebiasaan merokok pada remaja wanita, adalah bersifat fakta, dimaksudkan untuk mempengaruhi sasaran melalui pendekatan secara nyata terlebih dahulu fungsinya untuk memaksimalkan kampanye, strategi kampanye mempunyai peranan penting agar pesan dan kesan yang menjadi informasi dapat disampaikan kepada sasaran dapat diterima dan dimengerti dengan baik serta memiliki kesan yang dapat mengubah prilaku masyarakat yang melihatnya.

Dalam strategi perancangan kampanye pencegahan kebiasaan merokok pada remaja wanita adalah:

1. Memberitahukan bahwa dampak merokok dalam kehidupan nyata tidak memberikan hal yang positif.


(35)

33

2. Memberikan pemahaman tentang zat yang terkandung dalam rokok.

3. Informasi dampak merokok bagi kesehatan dalam tubuh.

4. Menggunakan bahasa visual secara fakta (nyata).

3.1.1 Tujuan Komunikasi

Kampanye pencegahan merokok pada wanita remaja ini bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas mengenai anggapan - anggapan salah yang beredar di masyarakat yang menyebabkan seseorang merokok. Apalagi dengan alasan mereka menganggap rokok sebagai pilihan agar tercapainya eksistensi diri, aktualisasi diri dan ketenangan dalam diri. Memberi pemahaman betapa besar pengaruh anggapan yang ditanamkan oleh rokok dalam kehidupan wanita yang salah dan menimbulkan efek buruk pada wanita.

3.1.2 Tema dan Pesan Utama

Dalam perancangan kampanye pencegahan kebiasaan merokok pada remaja wanita ini ingin memberi pemahaman terhadap wanita untuk menyadari bahwa merokok merupakan pilihan yang negatif dalam diri. Kampanye ini diberi nama "Wanita Stop Merokok", wanita yang berfikir bahwa rokok adalah solusi dari sebuah pencapaian eksistensi diri agar dihargai dalam


(36)

34

pergaulan maka dalam kampanye ini diartikan untuk pencapaian eksistensi dengan cara merokok merupakan pencapaian yang negatif dimana rokok sebenarnya tidak dapat memberikan eksistensi diri yang baik dalam pergaulan tetapi memberikan dampak buruk bagi kesehatan.

3.1.3 Pendekatan Bahasa

Dalam pendekatan bahasa yang akan digunakan yaitu bahasa yang ringan sehingga mudah diterima oleh target audiens. Gaya bahasa yang digunakan mempunyai kesan fakta pada dampak merokok pada wanita serta dibuat menarik perhatian sehingga dapat secara utuh ditangkap pesan tersebut. Dibuat empat tema dalam pendekatan bahasa ini dengan tema diantaranya "ingin menarik malah ngga cantik", "ingin nikmat malah keracunan", “ingin keren malah penyakitan”, dan "ingin bahagia malah berduka".

3.1.4 Materi Tahapan Pesan

Dalam penyampaiannya, perancangan media kampanye ini memerlukan materi yang akan disampaikan sebagai pesan dari kegiatan kampanye. Adapun materi yang akan disampaikan adalah:


(37)

35

 Memberikan informasi tentang dampak secara fakta anggapan rokok sebagai pilihan negatif yang akan dapat menjerumuskan wanita kedalam masalah baru.

3.2. Strategi Kreatif

3.2.1 Pendekatan Kreatif

Sesuai target audiens memiliki karakteristik yang feminisme, sehingga diperlukan sebuah strategi kreatif agar penyampaian pesan kampanye dapat tersampaikan secara efektif.

Dalam menyampaikan pesan lebih mengutama-kan bahasa visual, yaitu dengan menggali bahasa visual yang realistis (menggambarkan keadaan yang sebenarnya) yang dipadu dengan visualisasi yang mengandung unsur simbolik. Dengan menggunakan gambar yang realistis diharapkan target audiens dapat mengerti edukasi yang tepat pada wanita sesuai aktualisasi negatif pada diri wanita perokok. Sedangkan beberapa visual yang mengandung simbolik dengan kesan unik dimaksudkan agar lebih terkesan ringan, bersifat memberitahu sehingga lebih menarik perhatian target audiens.


(38)

36

 Pembuatan Tag Line Visual

Konsep strategi kreatif dalam pembuatan tagline visual didasarkan dari hasil penelitian di lapangan yaitu pencapaian eksistensi diri, ketidaktahuan informasi, aktualisasi, dan ketenangan diri. Hal ini yang menyebabkan perokok wanita ingin kelihatan lebih beda dari wanita lainnya. Banyaknya anggapan salah tentang rokok, wanita yang berfikir ingin merokok agar dapat memberikan pilihan yang positif dalam hidupnya bahwa justru memberikan pilihan yang negatife dalam diri wanita perokok. Tagline yang diambil dari hasil penilitian lapangan dan dampak yang terjadi pada wanita perokok maka tagline

yang didapat adalah “Wanita Stop Merokok”

 Pencarian Gagasan Visual

Dalam pencarian gagasan visual berawal dari pesan yang akan disampaikan melalui kampanye ini yaitu: "Menyampaikkan fakta yang sebenarnya efek merokok bagi remaja wanita", dimana banyak perokok wanita menganggap rokok sebagai solusi. Di dalam kampanye ini dibuat empat versi yang akan ditampilkan yaitu


(39)

37

"merokok bukan menambah kecantikan pada wanita agar disukai lawan jenis tetapi malah mengurangi kecantikan akibat merokok" , " informasi dengan jelas kepada wanita bahwa kandungan yang terdapat dalam rokok sangat berbahaya bagi wanita", "dampak yang terjadi tentang kesehatan pada wanita karena akibat rokok adalah pembunuh nomor satu pada wanita",

“dan “rokok berdampak pada kehamilan dan

janin”. Lalu mencari apa yang harus disampaikan yaitu dengan cara pendekatan psikologis dan emosional. Gambaran yang ingin ditampilkan dari gagasan visual kampanye ini adalah agar memunculkan psikologis dan emosional sewaktu melihat visualisasi maupun bahasanya dan memotivasi target audiens agar nantinya mengerti paham dan sadar apa sebenarnya dampak yang ditimbulkan dari rokok, dan merubah persepsi juga pandangan yang salah tentang rokok yang berkembang pada wanita.


(40)

38

 Materi Visual

Materi visual berawal dari headline yang akan disampaikan melalui kampanye ini yaitu: "Rokok Bukan Pilihan Wanita" dimana agar dapat mengubah persepsi yang salah tentang rokok dan mengerti bagaimana sebenarnya rokok hanya pilihan yang dapat menimbulkan masalah untuk masa depan.

3.2.2 Tema Visual

Tema visual dari kampanye ini adalah penyampaian secara fakta dampak dari merokok oleh remaja secara langsung dengan gaya visual yang ringan dan mudah ditanggap oleh target audiens remaja ketika berinteraksi dengan visualisasi yang akan disampaikan. Diharapkan tema visual yang dimulai dari ide verbal kemudian dikembangkan ke dalam bahasa visual. Dalam hal ini visualisasi yang ditampilkan memuat pesan-pesan yang akan disampaikan kepada target audiens secara terencana dan konseptual. Harmonisasi gaya dan kesan, layout, warna, dan sebagainya, dimaksudkan untuk memperkuat dan mengefektifkan kemampuan komunikasi dari pesan yang disampaikan.


(41)

39 3.2.3 Rasionalisasi Visual

Rasionalisasi visual yang digunakan yaitu menggunakan teknik ilustrasi berupa gambar vektor yang berbasik manual yang distilasi secara realistis. Penggunaan gambar vektor berbasis manual pun agar penyampaian pesan lebih mudah dalam mengolah visualisasi yang memiliki makna simbolik. Kesan unik dan lebih mendekat kepada remaja, dimana masa remaja menurut ahli psikologi remaja Hurlock (1992), adalahmasa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan. Gaya visual yang disampaikan dapat menyampaikan peran perokok wanita dan dimengerti oleh target audiens. Misalnya penggambaran psikologis wanita, dampak rokok dan suasana glamour yang akan ditonjolkan. Sedangkan untuk nuansa warna menggunakan warna-warna yang berkarakter sesuai karakter wanita dan sesuai makna yang akan disampaikan.


(42)

40

Elemen Visual

Elemen pada visual yang dibuat merupakan gambar berbasis manual dengan ilustrasi bergaya pop art yang berkarakter glamour dan feminim. Dalam hubungannya sebagai elemen visual, bergaya pop art yang terdapat dalam visualisasi yaitu agar kampanye ini berkarakter wanita dan berkesan unik.

Di buku Pop Art (Basic) keluaran (Taschen, 1997), definisi ini diakui dengan mengeluarkan pernyataan pop art yang

sebenarnya, yaitu “Mengkomunikasikan

keindahan kepada rakyat awam dengan cara-cara

yang mudah dimengerti oleh mereka.”


(43)

41

Penggunaan ilustrasi bergaya pop art yang yang digunakan pada kampanye Wanita Stop Merokok berkarakter glamour terdapat pada visualisasi adalah ungkapan perokok wanita yang ingin kelihatan menarik terhadap lawan jenis dan ingin disamakan derajat agar tercapainya eksistensi yang diinginkan tetapi dari setiap visualisasi tersebut mempunyai efek yang negatife secara fakta terhadap perokok wanita.

Gambar 3.2. ilustrasi visual

Format Desain

Format desain yang digunakan bersifat simetris, dimana letak-letak unsur visual hampir sama, namun disesuaikan pula dengan media yang akan digunakan seperti peletakan gambar,


(44)

42

tagline ataupun teks, letaknya disesuaikan dengan media yang akan digunakan.

Layout

Layout yang digunakan pada media kampanye ini umumnya berupa portrait dan landscape, yang akan tampak dengan alur dari atas ke bawah, kiri ke kanan. Dengan menggunakan jenis layout ini sangat efektif untuk tingkat keterbacaan yang mudah dan tidak terkesan membosankan. Unsur-unsur pendukung kampanye seperti lembaga yang mendukung ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan membantu terlaksananya kampanye.

Ilustrasi

Ilustrasi atau gambar menjadi kekuatan dalam kampanye ini karena dapat berbicara tentang pesan yang disampaikan. Gambar yang ditampilkan berupa gambar utama. Gambar utama yang diharapkan mampu mengesankan glamour yang feminim yaitu menjelaskan secara tidak langsung mengenai karakter perokok dan efek-efek dari rokok. Dengan menggunakan gambar


(45)

43

yang realistis diharapkan agar khalayak yang melihatnya mudah mengerti mengenai proses rokok bukan pilihan pada wanita. Dengan gambar yang realistis juga dirasa lebih efektif jika ditujukan bagi target yang banyak berlalu lalang dengan berbagai aktivitas kesibukannya, sehingga ketika melihat tampilan visual akan langsung memahami pesan yang disampaikan, yaitu mengenai rokok bukan pilihan wanita.

Tipografi

Penggunaan tipografi yang jelas sangat dibutuhkan dalam memudahkan faktor keterbacaan dan penyerapan pesan kampanye. Oleh karena itu jenis huruf yang dipilih dalam kampanye ini ialah jenis huruf yang berkesan sederhana dengan tingkat keterbacaan yang jelas dan formal.

Jenis huruf yang digunakan adalah sebagai berikut:


(46)

44 Arial

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 ~ ! @ # $ % ^ & * ( ) _ - + = | \ { } [ ] : ; “ „ < > / ? . ,

Arial Bold Arial

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 ~ ! @ # $ % ^ & * ( ) _ - + = | \ { } [ ] : ; “ ‘ < > / ? . ,

Warna

Pemilihan warna menggunakan warna-warna yang bisa mewakili karakter dari kampanye mengenai proses Rokok Bukan Pilihan Wanita.


(47)

45

Pemilihan warna yang di ambil dapat mewakilkan perasaan wanita menurut ahli psikologi (Jenie Kumala, (2008), warna adalah getaran, getaran itu selalu direspon, secara sadar maupun tidak dan warna mempengaruhi kenyamanan perasaan dan mood. Pemilihan warna yang digunakan pada kampanye dapat mewakilkan karakter yang diharapkan. Berikut ini sejumlah karakter warna yang dipilih pada kampanye Rokok Bukan Pilihan Wanita secara emosional dan dapat diartikan menurut ahli psikologi (Jenie Kumala, 2008): a. pink : melambangkan cinta, kasih sayang, kelembutan, feminine dan kecantikan pada wanita

b. Biru muda : memberikan makna

ketenangan dan memberikan rasa keingin tahuan pada wanita.

c. Merah : memberikan makna kuat, berani percaya diri, gairah dan bahaya

d. Hijau : Melambangkan adanya suatu ketabahan, keinginan namun keras hati.


(48)

46

Gambar 3.3. Warna layout

Konsep dan Studi Karakter Visual.

Dalam pembuatan konsep studi karakter visual diambil dari kisah 3 sahabat yang memilih rokok sebagai salah satu pilihan untuk mencapai kepuasan dalam diri.

Ilustrasi 1, berasal dari perokok wanita yang bernama ulan, alasan merokok karena ingin terlihat lebih menarik diantara teman-temannya , tetapi ulan tidak tahu dampak rokok terhadap kecantikan fisiknya.

Gambar 3.4. Proses Study karakter visual 1.

Ilustrasi 2, berasal dari perokok wanita yang bernama Hilda, alasan merokok karena ingin merasakan nikmatnya rokok yang bisa membuat


(49)

47

perasaan tenang tetapi tidak tahu secara jelas kandungan-kandungan yang terdapat dalam rokok.

Gambar 3.5. Proses Study karakter visual 2.

Ilustrasi 3, Masih berasal dari perokok bernama Hilda karena ingin keliahatan keren dan sudah merasakan sesak nafas ketika bangun pagi.

Gambar 3.6. Proses Study karakter visual 3.

Ilustrasi 4, berasal dari perokok bernama Vero karena merokok bisa menjadikan solusi ketenangan atau kebahagian dari setiap masalah yang dihadapi tetapi merokok bukan menyelesaikan masalah, malah menambah masalah untuk masa depan.


(50)

48

Gambar 3.7. Proses Study karakter visual 4.

3.3 Strategi Media

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Jadi, strategi media adalah perancangan alat atau sarana yang digunakan untuk disesuaikan dengan kebutuhan konsep perancangan agar pesan yang disampaikan terealisasi dengan baik dan mendapatkan tanggapan dari penerima pesan.

3.3.1 Pemilihan Media

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka dalam pemilihan suatu media media diharapkan dapat menjadi solusi dan menjawab permasalahan. Dalam pemilihan media yang digunakan terbagi dua yaitu media utama dan media pendukung serta sesuai mekanisme dan penempatan media-media tersebut dalam masyarakat.


(51)

49 a. Media Utama

1. Poster

Poster dianggap sebagai salah satu media yang dianggap cukup efektif untuk penyampaian pesan kampanye sosial tentang wanita stop merokok, poster sendiri berbentuk media dua dimensi, dengan format satu halaman yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari kampanye. Karena poster mampu menciptakan kesan tersendiri dan dapat memberikan pengaruh pada yang melihatnya melalui pesan visual yang menarik dan pesan verbal yang lugas sehingga mampu menyampaikan pesan melalui informasi yang dimuat pada poster -poster tersebut. Poster juga betujuan untuk menarik perhatian target audiens, maka poster-poster kampanye ini dipasang di tempat-tempat yang strategis untuk memudahkan target audiens melihatnya.

2. Web banner

Pemilihan Iklan web banner karena media banner dianggap cukup efektif dan media ini bisa dijangkau tanpa batas jarak, website pada


(52)

50

kampane ini berfungsi sebagai media penghubung antara kampanye dengan target audiennya

b. Media Pendukung

1. Spanduk

Media spanduk dipilih karena dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama serta dapat dilihat dari jarak dekat maupun jauh.

2. Brosur

Pemilihan brosur karena brosur dianggap media yang mudah untuk disebarkan dan dibaca ketika beraktifitas.

3. Majalah

Pemilihan majalah karena majalah karena adanya factor selektivitas, yakni kemampuan media untuk menjangkau khalayak secara efektif.


(53)

51

4. Situs Website Pendukung

Pemilihan media situs website pendukung adalah media yang sudah ada oleh penyelenggara. Kampanye yang berisi tentang info-info kesehatan melalui media ini target sasaran dapat melihat info-info permasalahan merokok dengan lengkap.

5. MMS 2.0

Pemilihan media mms 2.0 karena zaman sekarang para remaja rata-rata sudah

menggunakan teknologi handphone yang sudah bisa menerima pesan bergambar dan diharapkan pesan kampanye langsung sampai ketarget sasaran.

6. Situs Jejaringan Sosial

Pemilihan situs jejaringan sosial karena sesuai target audiens yang suka dan sudah bisa menggunakan situs internet dan jejaringan sosial.


(54)

52 7. Gimmick

Media ini digunakan karena media ini langsung ke target audiens. Diaplikasikan melalui media-media yang memiliki kegunaan seperti: pin, stiker, penggaris, mug, kalender, isi binder, goodie bag, penggaris, jam, daftar pelajaran sekolah.

8. Ambience Media

Pemilihan ambience media karena merupakan salah satu strategi beriklan yang tujuan utamanya adalah untuk membangkitkan kenyamanan dan ketertarikan target audiens agar merasa nyaman dan suka ketika berinteraksi. Semangat yang dibawa oleh ambience media adalah memberikan pengalaman tak terlupakan kepada konsumen.

3.4 Strategi Penyebaran Media

Kampanye ini merupakan kampanye jangka pendek, maka dilakukan selama empat bulan. yaitu dari bulan Juni hingga November 2012 yang bertepatan dengan tanggal 21 Juni hari tembakau sedunia.


(55)

53

3.4.1 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media

Adapun pertimbangan berdasarkan sampel target audiense yang berdomisili di kota Bandung. Pertimbangan dasar dari penyebaran media ini merupakan fase dari pemberian informasi yang paling terpenting adalah fase informasi dalam penyebaran media lebih teratur. Dengan kata lain pada bagian ini merupakan suatu perrtimbangan yang didasari atas terciptanya suatu bentuk keselarasan dalam penyebaran media.

3.4.2 Tahap Perencanaan

Dalam percenanaan media kampenye ini, dibutuhkan beberapa tahapan dalam pembagiannya:

1. Tahap Memperkenalkan

Tahap ini dimaksudkan untuk memperkenalkan kampanye kepada target audiens yang dituju. Media yang digunakan pada tahap ini yaitu, poster, web banner, majalah, situs web pendukung, situs jejaringan sosial, brosur, spanduk.

2. Tahap Persuasif

Tahapan ini dimaksudkan untuk mempersuasikan kesadaran atau pola perilaku target audiens, bahwa


(56)

54

peran sertanya sangat dibutuhkan untuk kelancaran program kampanye rokok bukan pilihan wanita. Media yang digunakan pada tahap ini yaitu poster, web banner, sms 2.0, billboard.

3. Tahap Pengingat

Tahapan ini dimaksudkan agar dapat mengingatkan atau mengulang kembali apa yang sudah diketahui oleh masyarakat. Media yang digunakan pada tahap ini ialah ambient media penutup kaca salon, t-shirt, pin, hanging out, kalender, pembatas buku.

Media Bulan

Jun Jul Jug Jep

Poster Web banner Website pendukung Bilboard MMS 2.0 majalah Kalender


(57)

55 Brosur

Situs jejaringan sosial

Spanduk Gimmick Ambient media

Tabel 3.1. Tabel Strategi Distribusi

Agar kampanye “Wanita Stop Merokok” berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan persiapan yang cukup serius dan matang agar segala sesuatunya berjalan dengan lancar dan maksimal. Maka dari itu telah direncanakan media apa saja yang akan digunakan dalam pembuatan event tersebut.

Tujuan Sasaran Media

Pembentukan Panitia

Pemerintah

Daerah Kota Bandung,

Departemen Kesehatan dan


(58)

56

LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah

Merokok) Pendekatan dan

Isu

wanita Poster, web

banner. gimmick

Tabel 3.2. Skema Pra Event Media

3.5 Strategi Distribusi

Strategi distribusi digunakan agar media kampanye dapat terjangkau oleh target sehingga target audiens dapat menangkap isi pesan kampanye.

3.5.1 Pertimbangan Dasar Distribusi

Pertimbangan dasar distribusi kampanye ini adalah bagaimana informasi atau pesan yang disampaikan dapat efektif dan mampu diterima oleh target yang dituju.

3.5.2 Jalur Distribusi

Jalur distribusi yang dipilih menggunakan media yang terkoordinir oleh pemerintah setempat seperti Dinas Kesehatan Kota Bandung yang bekerja sama dengan LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok) dan Departemen Kesehatan yang kemudian disebarkan ke


(59)

57

sarana-sarana umum di wilayah menjadi target audiens di kota Bandung serta mudah untuk dijangkau oleh masyarakat umum.

3.6 Konsep Visual

3.6.1. Konsep dan Studi Logo

Dalam pembuatan logo kampanye ini dibuatlah sebuah identitas yang mengandung beberapa makna berdasarkan stilasi atau penyederhanaan bentuk yang dapat mewakili kampanye sosial ini secara keseluruhan. Mengambil bentuk dua jari telunjuk dan tengah yang terikat dengan pita merah memberikan kesan mengajak para perokok untuk tidak merokok dan dibantuk dengan tulisan wanita stop merokok agar identitas logo lebih kuat didukung dengan jenis huruf belshaw yang memiliki karakteristik lembut dari setiap lengkungan yang tidak terlalu tajam dan mudah dibaca dari jarak jauh atau dekat.


(60)

58

Gambar 3.9. studi Logo 2.


(61)

59

Warna merah pada pita yang berarti untuk memperlihatkan kesan tegas untuk mengajak tidak merokok pada wanita, warna hitam pada outline logo memberikan kesan memperjelas identitas logo agar lebih mudah dilihat dan diingat.


(62)

60 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Media Utama

4.1.1 Poster Tahap Pertama

Konsep poster pra kampanye merupakan media lini atas yang juga termasuk media luar ruang, poster dapat ditempatkan atau dipasang di tempat-tempat umum dan informasi yang akan disampaikan dapat cepat tersampaikan kepada target sasaran yang berfungsi memberikan isu kampanye. Poster ini bertujuan untuk manarik perhatian dan menarik rasa penasaran target audiens memperkenalkan kampanye terhadap target audiens yang dibantu dengan visual, keyword dan warna yang didalam poster yang terdiri dari dua tema dimana gambar yang ada di poster ini adalah dampak merokok bagi kecantikan dan merokok tanpa memahami zat-zat yang terkandung dalam rokok.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 29.7 cm x 42 cm - Bahan : Art Paper 200 gr - Teknis produksi : Cetak offset


(63)

61

Gambar 4.1. Poster memperkenalkan dan informasi

4.1.2 Poster Tahap Kedua

Poster tahap kedua merupakan media lini atas yang juga termasuk media luar ruang, poster dapat ditempatkan atau dipasang di tempat-tempat umum dan informasi yang akan disampaikan dapat cepat tersampaikan kepada target sasaran yang berfungsi memberikan isu kampanye. Konsep poster tahap kedua adalah persuasif memberikan isu kampanye yang dibantu dengan keyword yang di dalam poster yang terdiri dari dua tema dimana gambar yang ada di poster ini adalah menyampaikan secara fakta bahaya dampak rokok yang menyebabkan kanker dan serta penyampaian secara emosional dampak merokok bagi bayi dan janin untuk masa depan. Poster ini bertujuan untuk menyadarkan dan mengajak untuk berhenti merokok.


(64)

62 a. Spesifikasi

- Ukuran : 29.7 cm x 42 cm - Bahan : Art Paper 200 gr - Teknis produksi : Cetak offset

. Gambar 4.2. Poster persuasif dan emosional

4.1.3 Web Banner

Web Banner adalah salah media iklan yang digunakan di Internet. Web banner merupakan gambar grafis dengan ukuran tertentu yang disisipkan di antara isi suatu halaman web. Web banner dilengkapi dengan link yang bila diklik akan membawa ke homepage penyelenggara kampanye. Web banner berisi caption atau informasi dari visual menggunakan media internet dan penempatan media ini di situs universal yang sering dikunjungi oleh target sasaran seperti: femina, harian wanita, kaskus dan yahoo.


(65)

63 a. Spesifikasi

- Ukuran : 300 x 300 pixel (ukuran

sebenarnya)

- Format : .flash movie

- Teknis produksi : Adobe flash dan adobe

dreamweaver

Gambar 4.3. Web Banner

4.2 Media Pendukung 4.2.1 Spanduk

Spanduk merupakan media yang digunakan dalam menyampaikan pesan informatif dan persuasif yang sifatnya mendukung dan menguatkan pesan kampanye. Dalam kampanye ini pemilihan media spanduk sebagai pesan persuasif akan adanya pesan yang dimunculkan dan sebagai media inforrmasi bahaya merokok. Spanduk akan dipasang didepan sekolah yang akan dapat menjaring cukup banyak audiens setiap harinya, dan memungkinkan pengulangan


(66)

64

pesan secara rutin terhadap pengguna jalan yang rutin melewatinya.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 1 m x 3.5 m (ukuran sebenarnya) - Bahan : Vynil

- Teknis produksi : Digital printing

Gambar 4.4. Spanduk

4.2.2 Brosur

Fungsi brosur sebagai media yang memberikan pemahaman mengenai informasi dampak bahaya merokok, karena tujuan kampanye ini lebih mengajak wanita untuk berhenti merokok. Brosur akan dibagikan di tempat umum agar tujuan kampanye dapat secara langsung sampai kepada target audiens.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 21 cm x 29.7 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Glossy (mengkilap)


(67)

65

Gambar 4.5. Brosur

4.2.3 Majalah

Pemilihan majalah karena adanya faktor selektivitas, yakni kemampuan media untuk menjangkau khalayak secara efektif. Pemilihan majalah Suave adalah majalah fashion remaja yang digunakan untuk menjangkau para remaja wanita sesuai dengan target market majalah Suave.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 24.5 cm x 17 cm (ukuran

sebenarnya)

- Bahan : matt paper (mengkilap) - Teknis produksi : cetak offset


(68)

66 4.3 Media Elektronik

4.3.1 MMS 2.0

MMS 2.0 adalah media elektronik yang dapat berinteraksi secara langsung dan penyampaian pesan kampanye bisa langsung sampai ke target audiens.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 240 x 230 pixel (ukuran sebenarnya)

- Kapasitas : 100 kb

Gambar 4.7. MMS 2.0

4.3.2 Situs Penyelenggara

Situs www.depkes.go.id adalah situs sebagai media internet yang brfungsi sebagai penyedia informasi tentang tujuan kampanye. Informasi dalam situs web penyelenggara memberikan informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan wanita.


(69)

67

Gambar 4.8. Layout websit

4.3.3 Situs Jejaringan sosial

Situs jejaringan sosial berfungsi sebagai media penghubung antara target audiens agar dapat berinteraksi langsung dengan cara memberi respon ketika adanya update status dan informasi bahaya merokok di situs jejaringan sosial tersebut. Situs jejaringan sosial yang digunakan adalah facebook dan twitter.


(70)

68 4.4 Media Ambience

4.4.1 Mobil Penyelenggara

Pemilihan mobil penyelenggara karena dianggap media transportasi dan media promosi berjalan yang cukup baik dalam kampanye. Mobil penyelenggara berfungsi sebagai sarana transportasi yang digunakan selama kampanye berlangsung yang dapat digunakan ketika dilapangan.

Gambar 4.10. Mobil Penyelenggara

4.4.2 Gorden Kaca Salon

Pemilihan gorden kaca sebagai salah satu media ambience karena dianggap salah satu target beriklan yang bertujuan membangkitkan feeling dan mood target sasaran agar merasa nyaman ketika berinteraksi. Gorden kaca salon berfungsi sebagai media penutup kaca salon dan

penempatannya di salon yang sering di kujungi oleh target sasaran.


(71)

69 a. Spesifikasi

- Ukuran : 60 cm x 140 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : puring

- Teknis produksi : cetak sablon

Gambar 4.11. Gorden Kaca

4.4.3 Jam

Pemilihan jam karena jam dianggap sebagai media yang membangkitan feeling dan mood ketika berinteraksi langsung dengan target audiens ketika melihat waktu. Penempatan jam lebih diutamakan diatas meja atau lemari karena sesuai jenis jam yang digunakan yaitu jam keramik. a. Spesifikasi

- Ukuran : 20 cm x 20 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Keramik


(72)

70

Gambar 4.12. Jam

4.5 Merchandise 4.5.1 Stiker

Pemilihan media stiker dalam kampanye karena stiker mempunyai fungsi yang bisa ditempel dimana saja. Produk cetak yang paling penting dalam hal mempromosikan kampanye agar kampanye gampang dikenal oleh target audiens.

a. Spesifikasi Stiker cutting

- Ukuran : 7 cm x 3.7 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Scotlite

- Teknis produksi : Cutting b. Spesifikasi Print Laser

- Ukuran : 2.2 cm x 18 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Chromo


(73)

71

Gambar 4.13. Stiker cutting dan Stiker Cetak 4.5.2 Pin

Pin dalam kampanye berfungsi sebagai media merchandise yang berfungsi sebagai pengingat dan aksesoris dan penyebarannya dilakukan selama kampanye berlangsung. a. Spesifikasi

- Ukuran : 5 cm diameter lingkar (ukuran

sebenarnya)

- Bahan : Plastik

- Teknis produksi : Cetak


(74)

72 4.5.3 Gantungan Kunci

Gantungan kunci dalam kampanye berfungsi sebagai media merchandise yang berfungsi sebagai pengingat dan aksesoris dan penyebarannya dilakukan selama kampanye berlangsung.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 10 cm x 5.4 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Akrilik

- Teknis produksi : Laser

Gambar 4.15. Gantungan Kunci

4.6 Gimmick

4.6.1 Jadwal Pelajaran Sekolah

Pemilihan jadwal pelajaran sekolah sebagai salah satu media kampanye karena jadwal pelajaran sekolah dianggap sebagai salah satu media yang bisa bermanfaat oleh target audiens secara langsung. Penyebaran jadwal pelajaran sekolah ketika event berlangsung.


(75)

73 a. Spesifikasi

- Ukuran : 21 cm x 29.7 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Art Paper 120 gr (dop)

- Teknis produksi : Print Digital

Gambar 4.16. Jadwal Pelajaran Sekolah

4.6.2 Isi Binder

Pemilihan isi binder sebagai salah satu media kampanye karena isi binder dianggap sebagai salah satu media yang bisa bermanfaat oleh target audiens secara langsung. Penyebaran isi binder ketika event berlangsung. a. Spesifikasi

- Ukuran : 21 cm x 29.7 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Art Paper 120 gr (dop)


(76)

74

Gambar 4.17. Isi Binder

4.6.3 Kalender

Pemilihan kalender sebagai salah satu media kampanye karena kalender dianggap sebagai salah satu media yang bisa bermanfaat oleh target audiens secara langsung untuk melihat tanggal dan bulan dan penempatannya diatas meja. Penyebaran kalender ketika event berlangsung.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 21 cm x 15 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Art Paper 140 gr

- Teknis produksi : Print Digital


(77)

75 4.6.4 Mug

Pemilihan mug sebagai salah satu media kampanye karena mug dianggap sebagai salah satu media yang bisa bermanfaat oleh target audiens secara langsung untuk minum. Penyebaran kalender ketika event berlangsung.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 8.5 cm diameter lingkar x 8.5 cm tinggi - Bahan : Keramik

- Teknis produksi : Print Transfer paper

Gambar 4.19. Mug

4.6.5 Tas Jinjing

Pemilihan tas jinjing sebagai salah satu media kampanye karena tas jinjing dianggap sebagai salah satu media yang bisa bermanfaat oleh target audiens secara langsung yang berfungsi untuk penimpanan alat-alat tulis. Penyebaran tas jinjing ketika event berlangsung.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 15.5 cm x 25 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Saten


(78)

76

- Teknis produksi : Print Offset

Gambar 4.20. Tas Jinjing

4.6.6 Penggaris

Pemilihan penggaris sebagai salah satu media kampanye karena penggaris dianggap sebagai salah satu media yang bisa bermanfaat oleh target audiens secara langsung untuk minum. Penyebaran kalender ketika event berlangsung.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 4.5 cm x 32 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Plastik


(79)

77 4.6.7 T-Shirt

Pemilihan t-shirt sebagai salah satu media kampanye karena t-shirt dianggap sebagai salah satu media yang digunakan oleh penyuluh ketika event berlangsung.

a. Spesifikasi

- Ukuran : Costum - Bahan : cotton 24's

- Teknis produksi : Sablon dan Jahit


(80)

78

DAFTAR PUSTAKA

Alya., & Dyan. 2009 (7 April). Diakses pada 13 Februari 2010 Tersedia di: http://www.pkbi-diy.info/?lang=id&cid=7&id=481

Bart, Smet, (1994). Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Darmaprawira, Sulasmi, (2002). Warna, Teori, dan Kreatifitas Penggunaanya, Edisi ke-2, penerbit ITB, Bandung.

Dwitagama, Dedi. 2007 (1 Januari). Diakses pada 13 Februari 2010. Tersedia di:

http://dedidwitagama.wordpress.com/2007/12/01/kandungan-rokok/

Hidayat, Yudi. 2010 (1 Januari). Diakses pada 3 #ebruari 2011. Tersedia di:

http://karyailmiah.tarumanagara.ac.id/index.php/S1DKV/article/view/31 47

Hilman, (2000).Resiko Rokok Bagi Kehamilan, Majalah Ibu dan Anak, Jakarta


(81)

79

http://www.litbang.depkes.go.id. Diakses pada 8 Maret 2011

Http://www.lsi.or.id/?q=rokok&pilihan. Diakses pada 14 Februari 2011.

Hurlock, E.B. (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.

Monks, F.J., dkk (1999), Psikologi Perkembangan. Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Alih bahasa oleh Siti Rahayu Haditono). Yogyakarta.

University Press.Nasution, Indri, K. (2007). Perilaku Merokok pada Remaja (Research). Universitas Sumatera Utara.

Widyarini, M.Si. (2009). Seri Psikologi Populer. Jakarta: Elex Media.

Sari, Rina. (2002.)Budaya Anti Merokok pada Perempuan harus Dipertahankan. Tersedia di : www.witt-online.org

Sarafino, E.P. (1994). Healrth Psychology (2). New York : John Wiley and Sons.

Tersedia di : http://www.scribd.com/doc/52255299/MAKALAH-ASERTIVITAS


(82)

80

Venus, Antar, Drs, M.A. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

---2010. Diakses pada 3 Februari 2011. Tersedia di : http://www.who.int/tobacco/en/

---2008. Diakses pada 7 Februari 2011

Tersedia di : http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=529

---2008 : Diakses pada 14 Februari 2011 Tersedia di :

http://freedomofme.multiply.com/journal/item/186/Masih_remaja_kok_ sudah_merokok

---2010. Diakses pada 14 Februari 2011

Tersedia di : http://www.wartaterkini.com/news/makalah-tentang-bahaya-wanita-merokok.html


(83)

(84)

(85)

(86)

60 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Media Utama

4.1.1 Poster Tahap Pertama

Konsep poster pra kampanye merupakan media lini atas yang juga termasuk media luar ruang, poster dapat ditempatkan atau dipasang di tempat-tempat umum dan informasi yang akan disampaikan dapat cepat tersampaikan kepada target sasaran yang berfungsi memberikan isu kampanye. Poster ini bertujuan untuk manarik perhatian dan menarik rasa penasaran target audiens memperkenalkan kampanye terhadap target audiens yang dibantu dengan visual, keyword dan warna yang didalam poster yang terdiri dari dua tema dimana gambar yang ada di poster ini adalah dampak merokok bagi kecantikan dan merokok tanpa memahami zat-zat yang terkandung dalam rokok.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 29.7 cm x 42 cm - Bahan : Art Paper 200 gr - Teknis produksi : Cetak offset


(87)

61

Gambar 4.1. Poster memperkenalkan dan informasi

4.1.2 Poster Tahap Kedua

Poster tahap kedua merupakan media lini atas yang juga termasuk media luar ruang, poster dapat ditempatkan atau dipasang di tempat-tempat umum dan informasi yang akan disampaikan dapat cepat tersampaikan kepada target sasaran yang berfungsi memberikan isu kampanye. Konsep poster tahap kedua adalah persuasif memberikan isu kampanye yang dibantu dengan keyword yang di dalam poster yang terdiri dari dua tema dimana gambar yang ada di poster ini adalah menyampaikan secara fakta bahaya dampak rokok yang menyebabkan kanker dan serta penyampaian secara emosional dampak merokok bagi bayi dan janin untuk masa depan. Poster ini bertujuan untuk menyadarkan dan mengajak untuk berhenti merokok.


(88)

62 a. Spesifikasi

- Ukuran : 29.7 cm x 42 cm - Bahan : Art Paper 200 gr - Teknis produksi : Cetak offset

. Gambar 4.2. Poster persuasif dan emosional

4.1.3 Web Banner

Web Banner adalah salah media iklan yang digunakan di Internet. Web banner merupakan gambar grafis dengan ukuran tertentu yang disisipkan di antara isi suatu halaman web. Web banner dilengkapi dengan link yang bila diklik akan membawa ke homepage penyelenggara kampanye. Web banner berisi caption atau informasi dari visual menggunakan media internet dan penempatan media ini di situs universal yang sering dikunjungi oleh target sasaran seperti: femina, harian wanita, kaskus dan yahoo.


(89)

63 a. Spesifikasi

- Ukuran : 300 x 300 pixel (ukuran

sebenarnya)

- Format : .flash movie

- Teknis produksi : Adobe flash dan adobe

dreamweaver

Gambar 4.3. Web Banner

4.2 Media Pendukung 4.2.1 Spanduk

Spanduk merupakan media yang digunakan dalam menyampaikan pesan informatif dan persuasif yang sifatnya mendukung dan menguatkan pesan kampanye. Dalam kampanye ini pemilihan media spanduk sebagai pesan persuasif akan adanya pesan yang dimunculkan dan sebagai media inforrmasi bahaya merokok. Spanduk akan dipasang didepan sekolah yang akan dapat menjaring cukup banyak audiens setiap harinya, dan memungkinkan pengulangan


(90)

64

pesan secara rutin terhadap pengguna jalan yang rutin melewatinya.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 1 m x 3.5 m (ukuran sebenarnya) - Bahan : Vynil

- Teknis produksi : Digital printing

Gambar 4.4. Spanduk

4.2.2 Brosur

Fungsi brosur sebagai media yang memberikan pemahaman mengenai informasi dampak bahaya merokok, karena tujuan kampanye ini lebih mengajak wanita untuk berhenti merokok. Brosur akan dibagikan di tempat umum agar tujuan kampanye dapat secara langsung sampai kepada target audiens.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 21 cm x 29.7 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Glossy (mengkilap)


(91)

65

Gambar 4.5. Brosur

4.2.3 Majalah

Pemilihan majalah karena adanya faktor selektivitas, yakni kemampuan media untuk menjangkau khalayak secara efektif. Pemilihan majalah Suave adalah majalah fashion remaja yang digunakan untuk menjangkau para remaja wanita sesuai dengan target market majalah Suave.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 24.5 cm x 17 cm (ukuran

sebenarnya)

- Bahan : matt paper (mengkilap) - Teknis produksi : cetak offset


(92)

66 4.3 Media Elektronik

4.3.1 MMS 2.0

MMS 2.0 adalah media elektronik yang dapat berinteraksi secara langsung dan penyampaian pesan kampanye bisa langsung sampai ke target audiens.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 240 x 230 pixel (ukuran sebenarnya)

- Kapasitas : 100 kb

Gambar 4.7. MMS 2.0

4.3.2 Situs Penyelenggara

Situs www.depkes.go.id adalah situs sebagai media internet yang brfungsi sebagai penyedia informasi tentang tujuan kampanye. Informasi dalam situs web penyelenggara memberikan informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan wanita.


(93)

67

Gambar 4.8. Layout websit

4.3.3 Situs Jejaringan sosial

Situs jejaringan sosial berfungsi sebagai media penghubung antara target audiens agar dapat berinteraksi langsung dengan cara memberi respon ketika adanya update status dan informasi bahaya merokok di situs jejaringan sosial tersebut. Situs jejaringan sosial yang digunakan adalah facebook dan twitter.


(94)

68 4.4 Media Ambience

4.4.1 Mobil Penyelenggara

Pemilihan mobil penyelenggara karena dianggap media transportasi dan media promosi berjalan yang cukup baik dalam kampanye. Mobil penyelenggara berfungsi sebagai sarana transportasi yang digunakan selama kampanye berlangsung yang dapat digunakan ketika dilapangan.

Gambar 4.10. Mobil Penyelenggara

4.4.2 Gorden Kaca Salon

Pemilihan gorden kaca sebagai salah satu media ambience karena dianggap salah satu target beriklan yang bertujuan membangkitkan feeling dan mood target sasaran agar merasa nyaman ketika berinteraksi. Gorden kaca salon berfungsi sebagai media penutup kaca salon dan

penempatannya di salon yang sering di kujungi oleh target sasaran.


(95)

69 a. Spesifikasi

- Ukuran : 60 cm x 140 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : puring

- Teknis produksi : cetak sablon

Gambar 4.11. Gorden Kaca

4.4.3 Jam

Pemilihan jam karena jam dianggap sebagai media yang membangkitan feeling dan mood ketika berinteraksi langsung dengan target audiens ketika melihat waktu. Penempatan jam lebih diutamakan diatas meja atau lemari karena sesuai jenis jam yang digunakan yaitu jam keramik. a. Spesifikasi

- Ukuran : 20 cm x 20 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Keramik


(96)

70

Gambar 4.12. Jam

4.5 Merchandise 4.5.1 Stiker

Pemilihan media stiker dalam kampanye karena stiker mempunyai fungsi yang bisa ditempel dimana saja. Produk cetak yang paling penting dalam hal mempromosikan kampanye agar kampanye gampang dikenal oleh target audiens.

a. Spesifikasi Stiker cutting

- Ukuran : 7 cm x 3.7 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Scotlite

- Teknis produksi : Cutting b. Spesifikasi Print Laser

- Ukuran : 2.2 cm x 18 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Chromo


(1)

76

- Teknis produksi : Print Offset

Gambar 4.20. Tas Jinjing

4.6.6 Penggaris

Pemilihan penggaris sebagai salah satu media kampanye karena penggaris dianggap sebagai salah satu media yang bisa bermanfaat oleh target audiens secara langsung untuk minum. Penyebaran kalender ketika event berlangsung.

a. Spesifikasi

- Ukuran : 4.5 cm x 32 cm (ukuran sebenarnya) - Bahan : Plastik


(2)

77 4.6.7 T-Shirt

Pemilihan t-shirt sebagai salah satu media kampanye karena t-shirt dianggap sebagai salah satu media yang digunakan oleh penyuluh ketika event berlangsung.

a. Spesifikasi

- Ukuran : Costum - Bahan : cotton 24's

- Teknis produksi : Sablon dan Jahit


(3)

78

DAFTAR PUSTAKA

Alya., & Dyan. 2009 (7 April). Diakses pada 13 Februari 2010 Tersedia di: http://www.pkbi-diy.info/?lang=id&cid=7&id=481

Bart, Smet, (1994). Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Darmaprawira, Sulasmi, (2002). Warna, Teori, dan Kreatifitas Penggunaanya, Edisi ke-2, penerbit ITB, Bandung.

Dwitagama, Dedi. 2007 (1 Januari). Diakses pada 13 Februari 2010. Tersedia di:

http://dedidwitagama.wordpress.com/2007/12/01/kandungan-rokok/

Hidayat, Yudi. 2010 (1 Januari). Diakses pada 3 #ebruari 2011. Tersedia di:

http://karyailmiah.tarumanagara.ac.id/index.php/S1DKV/article/view/31

47

Hilman, (2000).Resiko Rokok Bagi Kehamilan, Majalah Ibu dan Anak, Jakarta


(4)

79

http://www.litbang.depkes.go.id. Diakses pada 8 Maret 2011

Http://www.lsi.or.id/?q=rokok&pilihan. Diakses pada 14 Februari 2011.

Hurlock, E.B. (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.

Monks, F.J., dkk (1999), Psikologi Perkembangan. Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Alih bahasa oleh Siti Rahayu Haditono). Yogyakarta.

University Press.Nasution, Indri, K. (2007). Perilaku Merokok pada Remaja (Research). Universitas Sumatera Utara.

Widyarini, M.Si. (2009). Seri Psikologi Populer. Jakarta: Elex Media.

Sari, Rina. (2002.)Budaya Anti Merokok pada Perempuan harus Dipertahankan. Tersedia di : www.witt-online.org

Sarafino, E.P. (1994). Healrth Psychology (2). New York : John Wiley and Sons.

Tersedia di : http://www.scribd.com/doc/52255299/MAKALAH-ASERTIVITAS


(5)

80

Venus, Antar, Drs, M.A. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

---2010. Diakses pada 3 Februari 2011. Tersedia di : http://www.who.int/tobacco/en/

---2008. Diakses pada 7 Februari 2011

Tersedia di : http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=529

---2008 : Diakses pada 14 Februari 2011 Tersedia di :

http://freedomofme.multiply.com/journal/item/186/Masih_remaja_kok_ sudah_merokok

---2010. Diakses pada 14 Februari 2011

Tersedia di : http://www.wartaterkini.com/news/makalah-tentang-bahaya-wanita-merokok.html


(6)

Daftar Riwayat Hidup Data Pribadi

Nama : Veri Fadli

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Bukittinggi, 11 November 1987

Kewarganegaraan : Indonesia

Status perkawinan : Lajang

Tinggi, berat badan : 175cm, 58 kg

Kesehatan : Baik

Agama : Islam

Alamat lengkap : Jln. Srigadis No 41 - Muhammad Ramdan

Telepon : 085265872428

E-mail : gekiretsudanketsushin@yahoo.co.id

Kemampuan

1. Menguasai berbagai software desain, coreldraw, 2. Sistem Perpajakan.

3. Kemampuan Komputer (MS Word, MS Excel, MS Power Point, MS

Access, MS Outlook).

4. Kemampuan Internet.

Pengalaman Kerja

Membuka usaha sendiri (clothing, konveksi dan sablon) Periode

Status Posisi

: 2008 - Agustus 2011 : Pemilik

: Pemilik

Uraian singkat pekerjaan :

 Designer fashion

 Pengontrol jalan kerja usaha.

 Konsultan Distro dan clothing

 Menghitung perputaran keuangan dalam usaha.