3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar atau usaha menengah.
4. Berbentuk badan usaha orang perseorangan, tidak berbadan hukum, atau berbadan
hukum, termasuk koperasi Mudrajad Kuncoro, 1997. Badan Pusat Statistik BPS, menggolongkan industri pengolahan menjadi 4 kelompok
berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanamkan atau kekuatan mesin yang digunakan, yaitu :
a. Industri besar, mempunyai pekerja 100 orang atau lebih
b. Industri sedang, memiliki pekerja antara 20 orang sampai 99 orang
c. Industri kecil, mempunyai pekerja antara 5 orang sampai 19 orang
d. Industri rumah tangga, memiliki pekerja kurang dari 5 orang.
Departemen Perdagangan lebih menitikberatkan pada aspek permodalan, bahwa suatu usaha dapat disebut sebagai usaha kecil apabila permodalan kurang dari 25 juta rupiah.
Departemen Perindustrian mendefinisikan industri kecil sebagai sektor usaha yang memiliki aset maksimal 250 juta rupiah diluar nilai tanah dan bangunan, tenaga kerja paling banyak 300
orang dan nilai penjualan di bawah 100 juta rupiah Mudrajad Kuncoro, 1997.
3. METODE PENELITIAN
Untuk lebih menyederhanakan analisis data yang telah terkumpul maka digunakan sebuah model. Model matematis fungsi produksi Cobb-Douglas untuk industri kecil genteng
press dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut : LnG= β
+ β
1
LnTL + β
2
LnTK + β
3
LnKB + β
4
LnPend + u
i
.………………....3.1
Efisiensi teknis adalah proses produksi dengan menggunakan kombinasi beberapa input saja untuk menghasilkan output yang maksimal. Dalam penelitian ini nilai efisiensi teknisnya
secara otomatis terlihat dari hasil output software Frontier Version 4.1C. Efisiensi harga tercapai jika suatu perusahaan mampu memaksimalkan keuntungan
dengan menyamakan nilai produksi marjinal setiap faktor produksi dengan harganya. Menurut Nicholson 1995, untuk menghitung efisiensi harga rumus yang digunakan adalah :
NPM = Px
bYPx X = Px …………………………………………………………………3.2 Efisiensi ekonomis merupakan hasil kali antara seluruh efisiensi teknis dengan efisiensi harga
atau alokatif dari seluruh faktor input. Efisiensi industri kecil genteng press dapat dinyatakan sebagai berikut Soekartawi, 2003 :
EE = TER . AER ……………………………………………………………...3.3 dimana :
EE = Efisiensi ekonomi
TER = Tehnical Efficiency Rate AER = Allocative Efficiency Rate
Menurut Soekartawi 2003, terdapat tiga kemungkinan yang terjadi dalam konsep ini, yaitu :
1. Nilai efisiensi ekonomi lebih besar dari 1. Hal ini berarti bahwa efisiensi ekonomi yang
maksimal belum tercapai, untuk itu penggunaan faktor produksi perlu ditambah agar tercapai kondisi efisien.
2. Nilai efisiensi ekonomi lebih kecil dari 1. Hal ini berarti bahwa usaha yang dilakukan
tidak efisien, sehingga penggunaan faktor produksi perlu dikurangi. 3.
Nilai efisiensi ekonomi sama dengan 1. Hal ini berarti bahwa kondisi efisien sudah tercapai dan sudah memperoleh keuntungan yang maksimal.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terdapat gejala autokorelasi, heteroskedastisitas maupun multikolinieritas, sehingga prasyarat untuk
melakukan analisis regresi linier berganda telah terpenuhi. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen, yang meliputi : tanah liat
TL, tenaga kerja TK, kayu bakar KB, dan pendidikan Pend terhadap variabel dependen yaitu jumlah produksi genteng press. Hasil dari analisis regresi berganda dapat dilihat pada tabel
4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Colinearity
statistic B
Std. Error
Beta Tolerance
VIF
Konstanta 6,086 ,165
36,917 ,000 LnTL
,570 ,076
,569 7,486
,000 ,139
7,201 LnTK
,059 ,024
,085 2,409
,019 ,638
1,568 LnKB
,392 ,073
,372 5,344
,000 ,166
6,031 LnPend
,000 ,016
-,002 -,051
,959 ,561
1,782 Sumber : Data Primer 2010, SPSS, Lampiran C
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa besar koefisien regresi yang telah distandarkan yang paling tinggi adalah tanah liat sebesar 0,569, diikuti kayu bakar 0,372
dan tenaga kerja sebesar 0,085, dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang paling berpengaruh terhadap produksi genteng press adalah tanah liat.
Tabel diatas menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut :
LnG = 6,086 + 0,570LnTL + 0,059LnTK + 0,392LnKB - 0,0008LnPend Dalam penelitian ini variabel tanah liat berpengaruh positif dan signifikan terhadap
jumlah produksi genteng press. Besar koefisien regresi tanah liat terhadap jumlah produksi genteng press adalah sebesar 0,570. Hasil ini menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 persen
dalam penggunaan tanah liat untuk satu kali proses produksi maka akan meningkatkan rata-rata sekitar 0,570 persen dalam jumlah produksi genteng press, dengan asumsi variabel tenaga kerja,
kayu bakar, dan pendidikan pengusaha adalah konstan atau tetap. Berdasarkan penelitian ini variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap jumlah produksi genteng press. Besar koefisien regresi tenaga kerja terhadap jumlah
produksi genteng press adalah sebesar 0,059. Hasil ini menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 persen dalam penggunaan tenaga kerja untuk satu kali proses produksi maka akan meningkatkan
rata-rata sekitar 0,059 persen dalam jumlah produksi genteng press, dengan asumsi variabel tanah liat, kayu bakar, dan pendidikan pengusaha adalah konstan atau tetap.
Dalam penelitian ini variabel kayu bakar berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi genteng press. Besar koefisien regresi kayu bakar terhadap jumlah produksi
genteng press adalah sebesar 0,392. Hasil ini menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 persen dalam penggunaan kayu bakar untuk satu kali proses produksi maka akan meningkatkan rata-rata
sekitar 0,392 persen dalam jumlah produksi genteng press, dengan asumsi variabel tanah liat, tenaga kerja, dan pendidikan pengusaha adalah konstan atau tetap.
Variabel pendidikan pengusaha dalam penelitian ini berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah produksi genteng press. Tidak berpengaruhnya tingkat pendidikan
pengusaha genteng press di daerah penelitian disebabkan karena dalam menjalankan usaha pembuatan genteng press, pengusaha tidak terlalu mementingkan tingkat pendidikan formal. Hal
tersebut dikarenakan pengelolaan usaha industri kecil genteng press di Desa Meteseh lebih menitikberatkan pada kemampuan teknis yang diperoleh secara turun temurun dan pengusaha
tidak mendapatkan pendidikan formal dan pendidikan khusus dalam menjalankan usahanya melainkan dari pengalaman selama bertahun-tahun menjalankan usaha tersebut.
Tabel 4.2 Hasil Distribusi Tingkat Efisiensi Teknis
Kategori Jumlah
0,968-0,971 15
0,972-0,975 35
0,976-0,979 19
Mean Technical Efficiency 0,974
Responden 69
Sumber : Data Primer 2010, Lampiran E Suatu usaha dapat dikatakan efisien secara teknis jika nilai efisiensi teknis usaha
tersebut sama dengan 1. Berdasarkan Tabel 4.2, nilai rata-rata efisiensi teknis dari 69 responden sebesar 0,974. Nilai efisiensi teknis tersebut mengartikan bahwa penggunaan faktor produksi
tanah liat, tenaga kerja, kayu bakar, dan pendidikan oleh para pengusaha genteng press di Desa Meteseh masih belum efisien walaupun nilai efisiensi teknisnya hampir mencapai 1 persen.
Pembahasan dari efisiensi harga dan efisiensi ekonomi akan menghasilkan tiga kemungkinan yaitu : 1 jika nilai efisiensi lebih besar dari 1, artinya bahwa efisiensi yang
maksimal belum tercapai sehingga penggunaan faktor produksi perlu ditambah agar mencapai kondisi yang efisien. 2 Jika nilai efisiensi lebih kecil dari 1, artinya bahwa usaha yang
dilakukan tidak efisien sehingga penggunaan dari faktor produksi perlu dikurangi. 3 Jika nilai efisiensi sama dengan 1, artinya bahwa kondisi efisien sudah tercapai dan sudah memperoleh
keuntungan yang maksimal. Hasil analisis efisiensi harga dan efisiensi ekonomi untuk industri genteng press dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Nilai Efisiensi Harga dan Efisiensi Ekonomi
Industri Kecil Genteng Press Desa Meteseh Kecamatan Boja Kabupaten Kendal
Variabel Koefisien
NPM Efisiensi
Tanah Liat 0,570
4,66 EH = 2,562
Tenaga Kerja 0,059
0,72 ET = 0,974
Kayu Bakar 0,392
4,87 EE = 2,50
Pendidikan -0,0008
-0,002 Sumber : Data Primer 2010, Lampiran E
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa industri kecil genteng press di daerah penelitian belum efisien, dengan nilai efisiensi harga sebesar 2,562. Hal ini berarti bahwa
efisiensi harga belum tercapai sehingga penggunaan faktor produksi perlu ditambah agar tercapai kondisi yang optimal. Nilai efisiensi teknis ET sebesar 0,974 dan nilai efisiensi harga EH
adalah 2,562 maka efisiensi ekonomi EE yang merupakan hasil kali dari efisiensi teknis dan efisiensi harga, dapat diketahui sebesar 2,50. Efisiensi ekonomi industri kecil genteng press
sebesar 2,50 yang artinya industri kecil genteng press di daerah penelitian belum efisien jika dilihat dari sisi ekonominya. Efisiensi ekonomi dapat tercapai jika efisiensi secara teknis dan
harga sudah tercapai. Apabila secara teknis dan harga industri kecil tersebut sudah efisien maka secara otomatis efisiensi ekonomi akan tercapai. Ketiga nilai efisiensi yang telah dihitung
ternyata tidak ada yang tepat nilainya sebesar 1, hal ini menunjukkan bahwa industri kecil
genteng press di Desa Meteseh tidak efisien, baik secara teknis, harga, dan ekonomi. Dengan demikian perlu untuk dilakukan penambahan penggunaan faktor produksi yang masih
dimungkinkan untuk ditambahkan agar tercapai kondisi efisien, sehingga diharapkan penggunaan input yang efisien akan menghasilkan produksi genteng press yang lebih optimal.
Return to scale adalah suatu keadaan dimana output meningkat sebagai respon dari adanya kenaikan yang proporsional dari seluruh input Nicholson, 1995. Return to scale terbagi
menjadi tiga, yaitu increasing retrun to scale, constant return to scale, dan decreasing return to scale. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas koefisien setiap variabel dependen merupakan
elastisitas terhadap variabel independen. Berdasarkan Tabel 4.11, bisa diketahui bahwa returt to scale produksi genteng press di Desa Meteseh Kecamatan Boja melalui penjumlahan setiap
koefisien variabel independen. Skala hasil produksi genteng press di Desa Meteseh Kecamatan Boja adalah sebesar
1,0202. Berdasarkan hasil tersebut, angka return to scale lebih dari 1 yang artinya berada pada kondisi increasing return to scale. Hal ini terjadi jika kenaikan output lebih besar dari kenaikan
input dan kondisi seperti ini umumnya muncul ketika skala operasi masih kecil hingga sedang. Bagi skala operasi yang masih kecil maka masih terdapat peluang untuk meningkatkan produksi.
Hal ini sesuai dengan hasil efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi yang masih belum mencapai kondisi efisien pada industri kecil genteng press, yang artinya masih ada
peluang untuk mencapai kondisi yang optimal. Nilai increasing return to scale sebesar 1,0202 berarti jika terjadi penambahan faktor produksi sebesar 1 persen akan menaikkan output sebesar
1,0202 persen. Berdasarkan hasil return to scale yang lebih dari 1 maka kondisi industri kecil genteng press di daerah penelitian layak untuk dilanjutkan atau dikembangkan.
5. PENUTUP