Proses XOR antara plainteks dengan kunci ditunjukkan pada tabel 2.4. Tabel 2.4. Proses XOR plainteks dengan kunci
plainteks 01010010 01000000 00110111
kunci 00000001 00000011 00000011
cipherteks 01010011 01000000 00110111
Cipher teks tersebut menghasilkan kata “S7”. Untuk mengembalikan cipherteks ke
dalam bentuk plainteks, maka dilakukan proses dekripsi dengan melakukan operasi XOR antara cipherteks dengan kunci menggunakan kunci yang sama dengan kunci
ekripsi. Proses ini ditunjukkan pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Proses XOR cipherteks dengan kunci
cipherteks 01010011
01000000 00110111
kunci 00000001
00000011 00000011
plainteks 01010010
01000000 00110111
2.5. Citra Digital
Citra adalah suatu representasi gambaran, kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,
bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada monitor televisi, atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu media penyimpanan. Citra
digital adalah gambar dua dimensi yang dapat ditampilkan pada layar monitor komputer sebagai himpunan berhingga diskrit nilai digital yang disebut pixel. Pixel
adalah elemen citra yang memiliki nilai yang menunjukkan intensitas citra Sutoyo, dkk. 2009.
2.5.1 Jenis-jenis citra digital
Berdasarkan warna-warna penyusunnya, citra digital dapat dibagi menjadi tiga jenis Sutoyo, dkk. 2009 yaitu
1. Citra biner, merupakan citra digital yang hanya memiliki dua kemungkinan nilai
pixel yaitu hitam dan putih. Citra biner juga disebut sebagai citra BW black and white atau citra monokrom. Hanya dibutuhkan 1 bit untuk mewakili nilai setiap
pixel dari citra biner yaitu 0 dan 1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Contoh citra biner 2.
Citra grayscale, merupakan citra digital yang hanya dibentuk oleh satu nilai kanal warna pada setiap pixel-nya. Nilai tersebut digunakan untuk menunjukkan tingkat
intensitas. Citra grayscale menghasilkan warna hitam, keabuan dan putih. Tingkatan keabuan disini merupakan warna abu dengan berbagai tingkatan dari
hitam hingga mendekati putih.
Gambar 2.5. Contoh citra grayscale 3.
Citra warna, merupakan citra yang nilai pixel-nya merepresentasikan warna tertentu. Banyaknya warna yang mungkin digunakan bergantung kepada
kedalaman pixel dari citra tersebut. Citra berwarna direpresentasikan dalam beberapa kanal yang menyatakan komponen-komponen warna penyusunnya.
Banyaknya kanal yang digunakan bergantung pada model warna yang digunakan pada citra tersebut.
Gambar 2.6. Contoh citra warna
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Format file citra digital
Berdasarkan format penyimpanan file digital, citra digital dapat dibagi menjadi dua jenis Sutoyo, dkk. 2009 yaitu
1. Citra Bitmap, menyimpan data kode citra secara digital dan lengkap tanpa
melakukan kompresi terhadap citra terlebih dahulu. Citra bitmap dipresentasikan dalam bentuk matriks atau dipetakan dengan menggunakan bilangan biner atau
sistem bilangan lain. Citra bitmap memiliki kelebihan untuk memanipulasi warna, tetapi untuk mengubah objek lebih sulit. Tampilan bitmap mampu menunjukkan
kehalusan gradasi bayangan dan warna dari sebuah gambar. Bila citra ini diperbesar akan mengakibatkan penurunan kualitas citra.
2. Citra Vektor, dihasilkan dari perhitungan matematis dan tidak berdasarkan pixel,
yaitu data tersimpan dalam bentuk vektor posisi, dimana yang tersimpan hanya informasi vektor posisi dengan sebuah fungsi. Pada file citra vektor, mengubah
warna lebih sulit dilakukan, tetapi membentuk objek dengan cara mengubah nilai lebih mudah. Oleh karena itu, bila citra diperbesar atau diperkecil, kualitas citra
relatif tetap baik dan tidak berubah.
2.6 Steganografi