ISSN 2407-9189 The 3
rd
Universty Research Colloquium 2016
38
Para  ulama  berbeda  pendapat  tentang status hukum khitan perempuan; apakah wajib,
sunnah,  ataupun  hanya  anjuran  dan  suatu kehormatan,  disebabkan  dalil-dalil  sangat
sedikit  dan  tidak  tegas,  sehingga  memberikan ruangan untuk berbeda pendapat.
Sedangkan  kelompok  lain  berpandangan bahwa  khitan  terhadap  perempuan  hanyalah
budaya  sebuah  negara  yang  dipengaruhi  oleh lembah Nil tradisi pedalaman Nil. Jadi khitan
terhadap  perempuan  tidak  mempunyai  kaitan dengan syariat agama.
Di  Jawa  Tengah,  Pati  merupakan  salah satu  daerah  dengan  tradisi  khitan  perempuan
yang  masih  melekat.  Menurut    Ikatan  Bidan Indonesia  IBI  Cabang  Pati,  Kabupaten  Pati
pada tahun 2007; ditemukan 1 bayi mengalami perdarahan paska khitan oleh dukun kemudian
dirujuk  ke  Rumah  Sakit  dan  mendapatkan transfusi darah sebanyak 1 satu kantong 250
cc sehingga jiwanya dapat tertolong, tepatnya di  Desa  Kedungbulus  Kecamatan  Gembong
Kabupaten  Pati.  Sementara  informasi  dari Ikatan  Bidan  Indonesia  sekaresidenan  Pati
Kudus,  Jepara,  Grobogan,  Rembang,  Blora belum pernah ada kejadian seperti halnya yang
terjadi di Pati.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan penelitian
deskriptif dengan metode explanatory research yang  bersifat  observasional  yang  memberikan
gambaran tentang
karakteristik ibu,
kepercayaan,  pengetahuan, sikap dalam  khitan perempuan, faktor kelompok acuan dukungan
suami, dukungan keluarga, dukungan tetangga, dukungan  bidan  berkaitan  dengan  praktik  ibu
dalam  khitan  bayi  perempuan  di  Kabupaten Pati. Pendekatan waktu yang digunakan adalah
cross sectional.
Pengambilan sampel
menggunakan metode  total  sampling,  didapatkan  sampel
sejumlah 337 ibu sesuai kriteria di Kecamatan Gembong  karena  pernah  terjadi  kasus
perdarahan  dan  merupakan  daerah  pedesaan yang mempunyai kebiasaan khitan perempuan
dan Kecamatan Pati kota karena belum pernah terjadi  kasus  komplikasi  khitan    merupakan
daerah perkotaan. 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil  penelitian  secara  lengkap  dapat dilihat pada tabel berikut:
a. Umur Responden
Tabel 1. Umur Responden Umur Ibu
f 20 tahun
12 3,6
20 – 35 tahun 301
89,3 35 tahun
24 7,1
Total 337
100 Sebagian  besar  responden  berumur  20-35
tahun  sebanyak  301  orang  89,3,  berumur lebih  dari  35 tahun  sebanyak  24  orang  7,1
dan berumur kurang dari 20 tahun sebanyak 12 orang 3,6. Rata-rata umur responden 27,36
tahun  dengan  umur  terendah  18  tahun  dan tertinggi 38 tahun.
Responden dengan  umur  yang lebih muda lebih  banyak  yang  melakukan  khitan.  Hal  ini
mungkin  disebabkan  karena  responden  masih muda  maka  cenderung  harus  mengikuti
keinginan  atau  pendapat  orang  yang  lebih  tua yang  dianggap  lebih  dewasa  dan  bijak  dalam
mengambil suatu keputusan.
Keadaan  ini  berbeda  dengan  pendapat bahwa  makin  dewasa  seseorang  maka  makin
mempunyai  kemampuan  berfikir  yang  bijak dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi
anak. Semakin
tua seseorang
semakin bertambah  pengalaman  dan  pengetahuan  yang
ia dapatkan. Menurut Muchlas  1999, dengan pengalaman  dan  pengetahuan  mereka  akan
lebih  bijaksana  dalam  mengambil  keputusan. Sedangkan  menurut  Budiarto  2001  semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang  akan  lebih  matang  dalam  berfikir
dan  bekerja.    Notoatmodjo  mengemukakan bahwa  umur  merupakan  lama  hidup  yang
dihitung  sejak  dilahirkan.  Semakin  bertambah umur seseorang, semakin bertambah pula daya
tanggapnya.  Melalui  perjalanan  umurnya semakin  dewasa  individu    yang  bersangkutan
akan  melakukan  adaptasi  perilaku  terhadap lingkungan.  Oleh  karena  itu  idealnya  seorang
ibu yang memiliki kematangan usia akan lebih peka  terhadap  masalah,  sehingga  diharapkan
bersikap lebih bijaksana membedakan hal yang baik  dengan  hal  kurang  baik  sesuai  dengan
norma.
ISSN 2407-9189 The 3
rd
Universty Research Colloquium 2016
39
Kematangan  dalam  berfikir  ini  juga tampak  dalam  pengambilan  keputusan  apakah
dilakukan  khitan  atau  tidak  bagi  bayi perempuannya  meskipun  beberapa  faktor
memberikan pengaruh tersendiri.
b. Pendidikan Responden
Tabel 2. Pendidikan Responden Pendidikan Ibu
f SD
29 8,6
SMPsederajat 40
11,9 SMAsederajat
195 57,9
Diploma 23
6,8 Sarjana
40 11,9
Total 337
100 Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa
sebagian besar responden  berpendidikan SMA atau  sederajat  sebesar  195  orang  57,9,
berpendidikan  SMP  dan  sarjana  masing- masing  40  orang  11,9,  berpendidikan  SD
sebesar  29  orang  8,6  serta  berpendidikan diploma sebesar 23 orang 6,8.
Pendidikan yang
dimaksud dalam
penelitian  ini  adalah  kelas  terakhir  yang responden  selesaikan  dalam  sekolah  formal
yakni sekolah umum atau sekolah agama yang disamakan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang  akan  meningkatkan  pengetahuan seseorang  dan  berpengaruh  pada  perilaku
seseorang.  Semakin banyak pengetahuan  yang mereka  dapatkan,  mereka  akan  makin  bijak
dalam  pengambilan  keputusan  bagi  kesehatan anaknya.
Hasil  penelitian  menunjukkan  tidak  ada hubungan.  Hal  ini  dapat  disebabkan  oleh
beberapa faktor lain, misalnya pengaruh orang penting  dalam  kehidupan  sehari-hari  ibu.
Orang  tua  salah  satunya.  Orang  tua  sebagai generasi  yang  lebih  tua  cenderung  masih
mempunyai  kepercayaan  yang  kuat  sehingga akan  berupaya  mempengaruhi  generasi  yang
lebih  muda,  termasuk  dalam  pengambilan keputusan
berkhitan. Dengan
demikian, pendidikan  responden  dalam  penelitian  ini
tidak  berhubungan  dengan  praktik  ibu  dalam khitan perempuan
. c.
Pekerjaan Responden Tabel 3. Pekerjaan Responden
Jenis Pekerjaan Ibu f
Tidak bekerja 107
31,7 Petaniburuh
126 37,4
Pedagang 16
4,7 Wiraswasta
40 11,9
Pegawai 48
14,2 Total
337 100
Hasil  analisis  univariat  menunjukkan sebagian  besar  responden  bekerja  sebagai
petaniburuh sebanyak 126 orang 37,4, ibu tidak  bekerja  sebanyak  107  orang  31,7,
bekerja sebagai
pegawai swasta
dan pemerintah  sebanyak  48  orang  14,2,
berwiraswasta  sebanyak  40  orang  11,9, serta berdagang sebanyak 16 orang 4,7.
d. Kepercayaan Responden
Tabel 4. Kepercayaan Responden Kepercayaan tentang
Khitan Perempuan f
Kuat   skor ≥ 7 209
62 Lemah  skor  7
128 38
Total 337
100 Kepercayaan  merupakan  asumsi-asumsi
atau  keyakinan  akan  kemungkinan  tindakan seseorang  akan  bermanfaat,  menguntungkan
atau  setidaknya  tidak  mengurangi  keuntungan yang  lainnya.  Dalam  hal  khitan  perempuan,
responden  dengan  kepercayaan  kuat  meyakini bahwa  khitan  berarti  tindakan  penyucian  atau
pembersihan  terhadap  perempuan  77,2, khitan  perempuan  dilakukan  sebagai  syarat
seorang  Islam  75,  perempuan  perlu dikhitan  sebagai  bagian  dari  masyarakat
73,  perempuan  dikhitan  untuk  membuang “kotoran” 72,4, 63,8 meyakini khitan itu
untuk membuang kulit kafir, 60,2 responden percaya  bahwa  khitan  perempuan  akan
membedakan  perempuan  ras  Jawa  dengan China,  57,9  responden  meyakini  bahwa  jika
tidak  dikhitan  maka  anak  akan  menjadi omongan  masyarakat,  54,6  meyakini  bahwa
khitan  akan  mengurangi  keinginan  seksual perempuan.
Data  ini  diperkuat  dengan  apa  yang diungkapkan oleh responden utama bahwa dua
ibu  mengkhitankan  anak  perempuannya  agar tidak  mendapat  celaka,  agar  selamat  dalam
hidupnya  serta  agar  menjadi  bersih  karena bagian kotor dalam tubuh telah dihilangkan.
ISSN 2407-9189 The 3
rd
Universty Research Colloquium 2016
40
Hasil  penelitian  kepercayaan  tentang khitan  perempuan  dengan  khitan  perempuan
menunjukkan  bahwa  lebih  banyak  khitan perempuan  dilakukan  oleh  responden  yang
mempunyai kepercayaan
kuat 89,5
dibandingkan  responden  yang  mempunyai kepercayaan  lemah  68.  Sebagian  besar
responden mempunyai kepercayaan yang kuat. Hal  ini  dapat  disebabkan  oleh  beberapa  hal,
antara  lain  oleh  karena  pendidikan  responden yang  20,5  berpendidikan  dasar  SD  dan
SMP.
Pendidikan yang
rendah memungkinkan  ibu  sulit  menerima  informasi
baru.  Disamping  itu,  ibu-ibu  masih  sulit meninggalkan kebiasaan atau tradisi yang telah
dijalankan  secara  turun-temurun.  Hal  ini  juga diungkapkan  oleh  responden  utama  dalam
wawancara mendalam.
Menurut L.
Green, kepercayaan
merupakan  salah  faktor  yang  memungkinkan seseorang
berperilaku bertindak.
Hasil penelitian  tentang  kepercayaan  ini  hampir
sama  dengan  hasil  penelitian  Sumarni  2005 bahwa  responden  merasa  lega  setelah  disunat
dan  lebih  percaya  diri  karena  tidak  dikucilkan secara sosial.
e. Pengetahuan Responden
Tabel 5. Pengetahuan Responden Pengetahuan tentang
Khitan Perempuan f
Baik skor ≥ 7 225
66,8 Kurang baik  skor7
112 33,2
Total 337
100 Hasil penelitian pengetahuan menunjukkan
bahwa  lebih  banyak  pengetahuan  responden untuk  kategori  baik  66,8  dibandingkan
responden dengan
kategori pengetahuan
kurang  baik  33,2.  Dari  jawaban  tentang pengetahuan
khitan perempuan
bahwa sebagian  besar  pengetahuan  responden  dalam
kategori  baik  namun  yang  perlu  mendapat perhatian  yaitu  pengetahuan  yang  kurang
dalam hal
diperbolehkannya memotong
kelentit sebanyak
46,3, hanya
54 responden  yang  mengetahui  bahwa  khitan
perempuan dengan melukai kelamin tidak akan memberikan  manfaat  berupa  kesehatan,  hanya
40,9  responden  yang  mengetahui  bahwa komplikasi
khitan berupa
perdarahan, sebanyak  44,2  responden  yang  mengetahui
bahwa  khitan  dapat  mengurangi  rangsangan seksual, sementara itu hanya 38,3 responden
yang  mengetahui  bahwa  dukun  tidak  mampu melakukan  khitan  menggunakan  ujung  jarum
steril,  29,2  responden  yang  mengetahui bahwa  komplikasi  khitan  berupa  infeksi,  serta
khitan  dapat  mengganggu  lubrikasi  vagina sebanyak 24,9 responden.
Hasil wawancara
mendalam dengan
responden  utama  terkait  tentang  pengertian khitan  bahwa  khitan  perempuan  mengandung
pengertian  adanya  pemotongan  sebagian  alat kelamin perempuan. Sementara untuk manfaat
khitan,  pendapat  responden  bervariasi;  satu responden  mengatakan  bahwa  manfaat  khitan
perempuan akan membuat anak menjadi sehat, satu responden mengatakan anak mudah diatur
serta satu responden lain mengatakan tidak ada manfaat khitan perempuan
. Precede  logic  model  mengangkat  faktor
determinan  personal  berada  pada  tingkat individual. Yang termasuk di dalamnya adalah
faktor predisposisi
pengetahuan, sikap,
kepercayaan, persepsi,
perilaku yang
memfasilitasi atau menghalangi motivasi untuk berubah  dengan  bertambahnya  skill  yang  ada.
Sedangkan  faktor  enabling  dan  reinforcing termasuk  dalam
external  dan  environmental determinant.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang
mengadakan penginderaan  terhadap  suatu  obyek  tertentu
Notoatmodjo,  2003.  Penginderaan  terhadap obyek  terjadi  melalui  panca  indera  manusia
yakni  penglihatan,  pendengaran,  penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.
Sebagian  besar  responden  berpengetahuan baik dapat disebabkan oleh beberapa hal antara
lain  adalah  pendidikan.  Sebagian  besar responden  berpendidikan  SMA  atau  sederajat
sebesar  195  orang  57,9,  berpendidikan SMP  dan  sarjana  masing-masing  40  orang
11,9,  berpendidikan  SD  sebesar  29  orang 8,6 serta berpendidikan diploma sebesar 23
orang  6,8.  Pendidikan  diperlukan  untuk mendapat  informasi  misalnya  hal-hal  yang
menunjang
kesehatan sehingga
dapat meningkatkan  kualitas  hidup.  Pendidikan
dapat  mempengaruhi  seseorang  termasuk  juga
ISSN 2407-9189 The 3
rd
Universty Research Colloquium 2016
41
perilaku  seseorang  akan  pola  hidup  terutama dalam  memotivasi  untuk  sikap  berperan  serta
dalam  pembangunan  Notoatmodjo,  2003. Sedangkan  pada  umumnya  makin  tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi  Niven,  2000.  Sebagaimana makin
tinggi
pendidikan maka
makin mudah
menerima informasi
tentang khitan
perempuan. Pengetahuan
seseorang juga
dapat dipengaruhi  oleh  umur.  Sebagian  besar
responden berumur reproduksi sehat 20-35 th sebanyak 89,3. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan  dan  kekuatan  seseorang  akan lebih  matang  dalam  berfikir  dan  bekerja.  Dari
segi  kepercayaan  masyarakat  seseorang  yang lebih  dewasa  maka  lebih  dipercaya  dari  orang
yang  belum  tinggi  kedewasaannya  Rahmat, 1998.
Sesuai  dengan  teori  tingkah  laku  manusia semata-mata  ditentukan  oleh  kemampuan
berfikirnya.  Makin  berpendidikan  seseorang maka  akan  makin  baik  perbuatannya  untuk
memenuhi  kebutuhannya.  Menurut  Ancok, pengetahuan
merupakan proses
yang dikumpulkan  secara  bertahap  dari  penglihatan
dan  pendengaran.  Sedangkan  menurut  Green, pengetahuan  sebelum  melakukan  tindakan
adalah penting
dan merupakan
faktor determinan  internal.  Menurut  Notoatmodjo,
pengetahuan  biasanya  diperoleh  dari  berbagai macam  sumber  media,  yaitu  media  massa,
media elektronik,
buku-buku, petugas
kesehatan, poster,
kerabat dekat
dan sebagainya.
Sedikit  berbeda  dengan  hasil  penelitian Riska  di  Medan  bahwa  pengetahuan  ibu
mengenai  khitan  perempuan  dalam  kategori cukup,  hal  ini  dipengaruhi  oleh  karakteristik
responden  seperti  umur,  pendidikan,  paritas serta peran tenaga kesehatan Riska, 2009.
f. Sikap Responden
Tabel 6. Sikap Responden Sikap terhadap Khitan
Perempuan f
Mendukung skor ≥ 5 246
73 Kurang mendukung  skor
5 91
27 Total
337  100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
banyak  ibu  yang  bersikap  mendukung  khitan perempuan  73  dibandingkan  ibu  yang
kurang mendukung
27. Ibu
yang mendukung  khitan  perempuan  tersebut  setuju
bahwa  khitan  perempuan  harus  dilakukan 67,7,  khitan  dilakukan  untuk  memenuhi
tradisiadat  72,1.  Cara  khitan  dilakukan, 61,4  setuju  dilakukan  secara  simbolis
sedangkan  60,2  setuju  dilakukan  dengan menggores  menggunakan  ujung  jarum  steril.
66,2  reponden  setuju  jika  khitan  dilakukan pada saat bayi berusia selapan 40 hari. 86,3
setuju  jika  petugas  khitan  adalah  petugas terlatih,  misal  bidan.  Tentang  manfaatnya,
72,4
responden setuju
bahwa khitan
memberikan  manfaat  kesehatan  dan  akan menghindari  omongan  negatif  masyarakat
57,3. Sikap
yang mendukung
ini juga
diungkapkan oleh responden dalam wawancara mendalam  bahwa  dua  responden  mengatakan
mendukung khitan
perempuan karena
berkaitan dengan kebiasaan nenek moyangnya. Satu responden tidak mendukung karena tidak
ada anjuran dan manfaat yang jelas. Sikap  adalah  reaksi  atau  respon  yang
masih  tertutup  terhadap  suatu  stimulus  atau objek.  Menurut  Secord    Bockman  yang
dikutip  oleh  Saifuddin  Azwar,  sikap  adalah keteraturan  tertentu  dalam  hal  perasaan
afeksi,  pemikiran  kognisi,  dan  predisposisi tindakan  konasi  seseorang  terhadap  suatu
aspek  di  lingkungan  sekitarnya.  Sikap  dan keyakinan  seseorang  terhadap  bagaimana  dan
apa  yang  difikirkan  orang-orang    yang dianggapnya  penting  reference  person  dan
motivasi  seseorang  untuk  mengikuti  pikiran tersebut,  memerlukan  pertimbangan  mengenai
tindakan action, sasaran target, konteks dan waktu Notoatmodjo, 1997.
Dalam  interaksi  sosial,  terjadi  hubungan saling  mempengaruhi  di  antara  individu  yang
satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik  yang  turut  mempengaruhi  pola  perilaku
masing–masing  individu  sebagai  anggota masyarakat  Kotler,  2007.    Menurut  Green,
sikap merupakan salah satu faktor predisposisi untuk  terbentuknya  suatu  perilaku  baru  dalam
hal ini perilaku melakukan khitan perempuan.
ISSN 2407-9189 The 3
rd
Universty Research Colloquium 2016
42
Hasil  penelitian  ini  sama  dengan  hasil penelitian  Ida  bahwa  sunat  perempuan  masih
diterima  oleh  sebagian  besar  masyarakat Madura.  Sunat  perempuan  masih  diyakini
sebagai  tradisi,  sebagian  sebagai  kewajiban agama.
Penelitian oleh Azzahra didapatkan bahwa sebagian  besar  ibu  tidak  mendukung  sunat
sehat 56,1. g.
Dukungan Suami Tabel 7. Dukungan Suami
Dukungan Suami f
Mendukung skor ≥ 7 225  66,8
Kurang mendukung skor 7
112  33,2 Total
337  100 Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa
sebagian  besar  suami  responden  mendukung khitan  perempuan  sebesar  66,8  dan  sisanya
kategori  kurang  mendukung  sebesar  33,2. Dukungan suami dapat diketahui bahwa 94,9
suami menyediakan biaya khitan, 86,9 suami meminta  petugas  khitan  datang  ke  rumah,
83,4 suami membicarakan khitan perempuan baik  yang  membicarakan  untuk  kemudian
diputuskan
dilakukan khitan
maupun sebaliknya,  82,5  suami  menganjurkan
dilakukannya khitan,
79,8 suami
mendampingi  atau  tidak  jauh  dari  prosesi khitan, serta 75,4 suami menentukan petugas
khitan. Hasil  wawancara  mendalam  bahwa  dua
responden  mengatakan  pernah  membicarakan khitan  pada  suami,  namun  suami  cenderung
menanggapi  tidak  serius  dan  menyerahkan urusan  khitan  pada  istrinya  meskipun  suami
tetap  memberikan  dukungan  .  Satu  responden pernah  membicarakan  dengan  suami  secara
serius sampai mencari informasi tentang khitan dari  sisi  agama  dan  kesehatan.  Dengan
demikian,  sebenarnya  suami  memberikan dukungan
dalam  prosesi  dilakukannya  khitan, namun
berkaitan dengan
pengambilan keputusan  untuk  dilakukan  atau  tidak,  suami
cenderung menyerahkan
kepada istri.
Mahfoedz 2007
menyampaikan bahwa
pengaruh  dan  dampak  terbesar  biasanya digunakan  oleh  kelompok  primer,  yang
didefinisikan  sebagai  agregasi  sosial  yang cukup
kecil  untuk memungkinkan
dan memudahkan interaksi bertatap muka face-to-
face  yang  tak  terbatas.  Contoh  paling  nyata dalam  kelompok  primer  ini  adalah  keluarga,
dimana  keluarga  menjalankan  pengaruh  yang dominan  pada  pilihan  individu.  Bagian  dari
keluarga yang paling dekat adalah suami. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
suami menyediakan  biaya  khitan,  meminta  petugas
khitan datang ke rumah, membicarakan khitan
perempuan, menganjurkan
dilakukannya khitan,  mendampingi  atau  tidak  jauh  dari
prosesi  khitan,  serta  menentukan  petugas khitan dan sebagainya.
h. Dukungan Keluarga
Tabel 8. Dukungan Keluarga Dukungan Keluarga
f Mendukung skor ≥ 5
177  52,5 Kurang  mendukung skor
5 160  47,5
Total 337  100
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa sedikit lebih banyak keluarga responden dalam
kategori  mendukung  yaitu  sebesar  177  orang 52,5,
dibandingkan keluarga
dengan kategori kurang mendukung sebesar 160 orang
47,5.  Dukungan  keluarga  dalam  penelitian ini  merupakan  hal-hal  yang  dilakukan  oleh
keluarga  ibu,  bapak,  nenek  atau  keluarga dekat  lainnya  berkaitan  dengan  khitan
perempuan,
meliputi apakah
keluarga membicarakan  khitan,  mencari  informasi
tentang khitan,
menganjurkan, memberi
pendapat, menentukan
petugas khitan,
menyediakan  biaya,  meminta  petugas  khitan datang serta mendampingi anak saat dikhitan.
Mengenai  dukungan  keluarga,  sebagian besar 78,3 keluarga membicarakan tentang
khitan perempuan,
69,4 keluarga
menganjurkan dilakukan
khitan, 66,5
keluarga  mendampingitidak  jauh  dari  prosesi khitan,  58,4  keluarga  memberikan  pendapat
tentang  waktu  dan  petugas  khitan,  51,6 keluarga  mencarikan  informasi  khitan,  48,1
keluarga  menentukan  petugas  khitan,  45,1 keluarga  meminta  petugas  khitan  datang  ke
rumah,  serta  ada  18,4  keluarga  yang menyediakan biaya.
ISSN 2407-9189 The 3
rd
Universty Research Colloquium 2016
43
Hasil  analisis  ini  sesuai  dengan  teori Mahfoedz 2007 bahwa pengaruh dan dampak
terbesar  biasanya  digunakan  oleh  kelompok primer,  yang  berupa  keluarga  dekat,  misalnya
ibu,  bapak,  kakak,  adik,  bulik,  budhe  dan sebagainya  dimana  kedekatan  itu  tidak  hanya
karena  hubungan  darah  namun  bisa  juga karena  seringnya  mereka  berinteraksi  dan
bertatap  muka.  Interaksi  yang  terjadi  juga meliputi adanya dukungan yang diberikan oleh
keluarga
untuk dilakukannya
khitan perempuan.
Sesuai  teori  reason  action,  komponen norma  subjektif  bahwa  norma  sosial  mengacu
pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan  apa  yang  dipikirkan  orang-orang  yang
dianggapnya  penting  dan  motivasi  seseorang untuk  mengikuti  pikiran  tersebut.  Dalam  hal
ini,  orang-orang  yang  dianggap  penting  oleh responden  dalam  pengambilan  keputusan
dilakukannya
khitan atau
tidak adalah
keluarga.  Menurut  L.  Green,  dukungan keluarga  merupakan  faktor  penguat  bagi
seseorang  dalam  bertindak,  termasuk  dalam melakukan  khitan  perempuan.  Hal  ini  juga
diungkapkan  oleh  penuturan  responden  dalam wawancara
mendalam, dua
responden mengatakan bahwa ibunya yang menganjurkan
untuk  khitan  perempuan.  Satu  responden mengatakan
bahwa keluarganya
pernah membicarakan, tapi tidak mengharuskan untuk
dilakukan  khitan.  Seperti  halnya  penuturan responden  tentang  dukungan  suami  bahwa
suami  cenderung  menyerahkan  urusan  khitan kepada istri. Karena suami telah menyerahkan,
maka  menjadi  hal  mungkin  jika  responden kemudian
membicarakan khitan
kepada keluarga  terdekat  lain,  terutama  orang  tua
responden. Pada  masyarakat  Pati,  budaya  hidup
berdekatan  rumah  dengan  orang  tua,  paklik, pakdhe  dan  saudara  dekat  lain  cenderung
masih merupakan
sesuatu yang
lebih diupayakan. Mereka akan merasa lebih tenang
jika  dekat  dengan  saudara-saudara  sedarah. Apalagi  jika  salah  satu  kerabat  mempunyai
hajat  atau  musibah  maka  keluarga  akan  sigap membantu,
meskipun ada
juga yang
berpendapat  bahwa  hidup  terlalu  berdekatan juga  ada  kekurangannya,  misalnya  menjadi
lebih  sensitif  sehingga  mudah  terjadi  bentrok. Lebih  dari  itu,  intinya  mereka  lebih  sering
berinteraksi  dalam  segala  yang  berkaitan dengan  urusan  hidup  dan  tidak  jarang  yang
memberikan  bantuan,  pendapat  maupun  saran untuk dilakukannya khitan perempuan.
i. Dukungan Tetangga
Tabel 9. Dukungan Tetangga Dukungan Tetangga dalam
Khitan Perempuan f
Mendukung skor ≥ 3 176  52,2
Kurang mendukung  skor 3
161  47,8 Total
337  100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
banyak tetangga yang mendukung khitan yaitu 52,2  dibandingkan  tetangga  yang  kurang
mendukung  yaitu  47,8.  Dukungan  tetangga responden
antara lain
bahwa tetangga
responden  juga  melakukan  khitan  terhadap anak
perempuannya 72,7,
tetangga menganjurkan  dilakukannya  khitan  55,8,
tetangga membicarakan khitan bayi perempuan responden  54,  bahkan  ada  tetangga
responden  yang  menyediakan  biaya  khitan 2,1.
Tidak  adanya  dukungan  tetangga  dalam khitan
perempuan juga
diungkapkan responden,  satu  responden  mengatakan  bahwa
tetangga tidak ada dukungan dalam khitan bayi responden. Tapi mereka datang saat peringatan
selapan  usia  bayinya  yang  bertepatan  dengan hari  khitan.  Satu  responden  lagi  mengatakan
tidak  ada  dukungan  tetangga,  tapi  tetangga juga  mengkhitankan  bayi  perempuannya.  Satu
responden  lagi  mengatakan  tidak  pernah membicarakan  khitan  perempuan  dengan
tetangga.  Kehadiran  tetangga  dalam  khitan perempuan  belum  merupakan  dukungan  nyata
responden
dalam khitan,
namun lebih
disebabkan oleh
karena responden
mengundang  tetangga  dalam  acara  yang menyertai khitan, misalnya upacara selametan,
barzanji  atau  datang  memberikan  ucapan selamat  atas  kelahiran  bayinya  dengan
membawa kado, sembako atau bentuk lain. Hal ini  merupakan  sesuatu  yang  wajar  dan  sering
dilakukan oleh masyarakat di beberapa tempat
ISSN 2407-9189 The 3
rd
Universty Research Colloquium 2016
44
sebagai  bentuk  rasa  ikut  bersuka  cita  atas kebahagiaan yang dialami tetangga.
Dalam  penelitian  ini,  ada  72,7  tetangga responden  melakukan  khitan  terhadap  anak
perempuan  tetangga.  Hal  ini  memberikan pengaruh tersendiri untuk melakukan  juga  apa
yang  dilakukan  oleh  tetangga.  Pengaruh  yang ada mungkin bukan pengaruh langsung karena
secara  statistik  tidak  ada  hubungan  dengan perilaku  ibu  dalam  khitan  perempuan.  Namun
masih  dari  penelitian  yang  sama  bahkan  ada tetangga  responden  yang  menyediakan  biaya
khitan 2,1. Data ini sangat kecil dan jarang terjadi.  Mungkin  responden  mempersepsikan
bahwa  sumbangan  tetangga  berupa  uang  itu yang
dialokasikan untuk
biaya khitan
perempuan. j.
Dukungan Bidan Tabel 10. Dukungan Bidan
Dukungan Bidan dalam Khitan Perempuan
f Mendukung skor ≥ 3
186  55,2 Kurang mendukung  skor
3 151  44,8
Total 337  100
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa proporsi  bidan  yang  mendukung  khitan
55,2  lebih  besar  dibandingkan  dengan bidan yang kurang mendukung 44,8. Bidan
yang  tidak  memberikan  dukungan  dalam khitan  perempuan  ini  tampak  dalam  hasil
penelitian  bahwa  bahwa  78,7  responden tidak  mendapat  informasi  tentang  komplikasi
yang  mungkin  terjadi,  54,3  responden  tidak mendapat  informasi  tentang  petugas  yang
dapat  melakukan  khitan,  48,1  responden tidak  mendapat  informasi  tentang  manfaat
khitan,  serta  44,8  responden  tidak  mendapat informasi tentang cara khitan.
Menurut  hasil  wawancara  mendalam,  satu responden pernah diingatkan oleh bidan bahwa
kalau mengkhitankan bayi perempuannya, bisa menggunakan  jasa  bidan.  Satu  responden  lagi
tidak  pernah  bidannya  membicarakan  khitan perempuan.  Satu  responden  lagi  justru
menanyakan tentang khitan perempuan kepada bidan.  Hal  ini  hampir  sama  dengan  penuturan
bidan  bahwa  dukungan  bidan  sebatas  datang kalau  diminta  melakukan  sunat  bagi  bayi
perempuan masyarakat.
Bidan tidak
membicarakan  tentang  khitan  sebelumnya. Masyarakat  yang  meminta  layanan  khitan
perempuan dan
bidan tidak
pernah menawarkan.
Bidan  tidak  menawarkan  layanan  khitan perempuan mungkin disebabkan oleh apa yang
diketahui  oleh  bidan  bahwa  khitan  perempuan tidak  membawa  manfaat  secara  medis,  semua
yang  dipercayai  masyarakat  tentang  manfaat khitan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Di
sisi  lain,  setiap  bidan  melakukan  khitan ternyata  bidan  tidak  melakukan  tindakan
invasif, hanya membersihkan labia mayora dan labia minora menggunakan kassa iodin sebagai
bentuk upaya membersihkan dari kotoran yang jarang  dibersihkan  misalnya  bedak.  Tindakan
khitan hanya dilakukan sebagai syarat saja.
Menurut  Yulifah  dan  Yusanto,  bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional
maupun internasional dengan sejumlah praktisi di  seluruh  dunia.  Berkaitan  dengan  khitan
perempuan,  bidan  merupakan  unsur  yang dipercaya
masyarakat  untuk melakukannya
pada  bayi  mereka.  Hal  ini  menjadi  bagian dukungan  bidan  dalam  memberikan  asuhan
kepada  bayi  baru  lahir  meskipun  hal  ini  tidak dianjurkan
secara medis
namun sesuai
Permenkes  1636  tahun  2010  bahwa  bidan merupakan  salah  satu  tenaga  terampil  yang
diberikan kewenangan untuk melakukan khitan perempuan.
4. SIMPULAN