PRINSIP KERAGAMAN TEORI DAN APLIKASI KETAHANAN POPULASI TANAMAN TERHADAP EPIDEMI PENYAKIT.

5

BAB II. PRINSIP KERAGAMAN

DALAM STABILITAS EKOSISTEM Keragaman adalah fungsi kesetabilan, maka diperlukan inventarisasi teknologi pertanian alternatif yang mampu mempertahankan dan menjamin keanekaragaman serta meningkatkan produksi dengan dampak lingkungan seminimal mungkin, mampu mengkonservasi dan mempertahankan produktivitas lahan. Kunci untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan adalah mengubah sistem pertanian konvensional yang memiliki ketergantungan kuat pada masukan energi dari luar usahatani, menuju ke sistem pertanian yang mampu mengembangkan dan mengkonservasi bekerjanya komponen-komponen ekosistem baik fisik maupun biotik secara internal. Swift dan Anderson 1993 mengemukakan bahwa keragaman merupakan prinsip lingkungan yang dapat diterapkan dalam kerangka perlindungan tanaman. Dalam suatu ekosistem alami, fungsi pengaturan yang terjadi merupakan produk keragaman. Ada teknik banyak kemungkinan untuk mencapai stabilitas populasi termasuk melalui manipulasi langsung dari sistem pertanian misalnya pola tanam seperti rotasi, tumpangsari, penanaman pendamping dan tanaman perangkap untuk melengkapi manajemen habitat misalnya pagar tanaman pohon, bidang tepi, air dan lahan basah. 6 Metode ini juga dapat digunakan untuk mendorong lingkungan alam yang cocok untuk organisme agensia hayati yang mengendalikan patogen melalui efek antagonis. Strategi yang dibutuhkan untuk meningkatkan keanekaragaman hayati dalam agroekosistem adalah menggalakkan sinergisitas berbagai tanaman, pepohonan, seperti: tumpangsari, agroforestri, rotasi tanaman, tanaman penutup, pengolahan tanah, penggunaan pupuk kompos dan pupuk daun, kombinasi tanaman-ternak dan lain-lain. Pada pertanaman monokultur sangat sulit dilakukan pengendalian hayati yang tepat dan efisien karena kurang jelasnya penampakan efektif dari musuh alami dan adanya gangguan beberapa perlakuan dalam sistem ini. Sebaliknya pada pertanaman polikultur, sumber-sumber daya tertentu untuk musuh-musuh alami telah tersedia karena adanya keragaman tanaman, lebih mudah untuk dimanipulasi dan tidak digunakannya pestisida. Konsekuensi dari pengurangan keanekaragaman hayati akan lebih jelas terlihat pada pengelolaan penyakit tanaman. Adanya perluasan monokultur tanaman yang mengorbankan vegetasi alami sehingga mengurangi keragaman habitat lokal, akhirnya menimbulkan ketidakstabilan agroekosistem. Komoditi tanaman yang dimodifikasikan untuk memenuhi kebutuhan manusia rusak karena tingginya serangan patogen. Umumnya semakin intensif tanaman tersebut dimodifikasi maka akan semakin 7 intensif pula patogen yang menyerangnya. Karakteristik sifat-sifat pengaturan sendiri komoditi alami akan hilang bila manusia memodifikasi komoditi tersebut dengan memecah interaksi kehidupan tanaman dan akhirnya menjadi rapuh. Pemecahan ini dapat diperbaiki dengan pemulihan komponen komoditi melalui penambahan atau peningkatan keanekaragaman hayati. Pada pertanaman monokultur sangat sulit dilakukan pengendalian hayati yang tepat dan efisien karena kurang jelasnya penampakan efektif dari musuh alami dan adanya gangguan beberapa perlakuan dalam sistem ini. Sebaliknya pada pertanaman polikultur, sumber-sumber daya tertentu untuk musuh-musuh alami telah tersedia karena adanya keragaman tanaman, lebih mudah untuk dimanipulasi dan tidak digunakannya pestisida. 8

BAB III. KONSEPSI KETAHANAN POPULASI DALAM PENCAMPURAN VARIETAS