HUBUNGAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TARI KLASIK GAYA SURAKARTA TERHADAP KESEIMBANGAN PADA Hubungan Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Tari Klasik Gaya Surakarta Terhadap Keseimbangan Pada Penari.

(1)

HUBUNGAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TARI KLASIK GAYA SURAKARTA TERHADAP KESEIMBANGAN PADA

PENARI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progam Studi Strata I Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

NERIYA ARWIDA J 120 120 036

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

 

i   


(3)

 

ii   

   

     


(4)

 

iii   

   


(5)

1

HUBUNGAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TARI

KLASIK GAYA SURAKARTA TERHADAP KESEIMBANGAN PADA PENARI

Abstrak

Tari klasik gaya Surakarta merupakan salah satu warisan budaya kota Solo. Dalam seni tari, tari klasik merupakan suatu bentuk seni yang telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Gerak tari klasik merupakan gerak yang diperhalus dan diberi unsur estetik. Dalam menari keseimbangan sangat diperlukan untuk membantu mempertahankan sikap tegak dan menstabilkan posisi tubuh saat bergerak. Mengetahui hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi Tari Klasik Gaya Surakarta terhadap keseimbangan pada penari. Sebagai informasi bagi para penari bahwa keseimbangan sangat dibutuhkan dalam menari. Jenis penelitian adalah

observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan pada kriteria tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Pengukuran keseimbangan dilakukan dengan menggunakan Berg Balance Scale. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi pearson. Perhitungan

korelasi pearson pada penari diperoleh nilai r = 0,767 dan p = 0,04 (<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara usia dengan usia dan keseimbangan. Nilai r = 0,812 dan p = 0,032 (<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara usia dengan IMT dengan keseimbangan. Nilai r = 0,961 dan p = - 0,007 (<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot dengan keseimbangan. Dan nilai r = 0,307 dan p = 0,138. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antar lama latihan tari dengan keseimbangan. Tidak ada hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi tari klasik gaya Surakarta terhadap keseimbangan pada penari.

Kata Kunci: Tari klasik gaya Surakarta, keseimbangan. Abstracts

Surakarta classical dance style is one of the cultural heritage of the city of Solo. In the art of dance, classical dance is an art form that has undergone a long history. Classical dance movement is a movement that is refined and given an aesthetic element. In the dance of balance is needed to help maintain an upright posture and stabilize body position while moving. Knowing the relationship factors - factors that affect Classical Dance Style Surakarta to the balance on the dancers. For information for the dancers that balance is needed in dance. The study was observational with cross sectional approach. The sampling technique used purposive sampling, that the sampling is based on specific criteria made by the researchers themselves.


(6)

2

Balance measurements performed using the Berg Balance Scale. Data were analyzed using Pearson correlation test. Calculation of the dancers earned korelasi Pearson r = 0.767 and p = 0.04 (<0.05), then H0 rejected and H1 accepted which means there is a relationship between age and the age and balance. R = 0.812 and p = 0.032 (<0.05), then H0 rejected and H1 accepted which means there is a relationship between age and BMI with balance. R = 0.961 and p = - 0.007 (<0.05), then H0 rejected and H1 accepted, which means there is a significant relationship between muscle strength with balance. And r = 0.307 and p = 0.138. This value is greater than 0.05 then H0 and H1 rejected, which means there is no significant relationship between the old dance training with balance. There is no relationship factors – factors that affect the classical dance style of Surakarta to the balance on the dancers.

Keywords: Classical dance style of Surakarta, balance.

1. PENDAHULUAN

Tari klasik gaya Surakarta merupakan tari istana yang telah lama sejak zaman kerajaan Majapahit. Kata klasik dalam masyarakat Jawa sering digunakan untuk menyebut kesenian istana Jawa, yang sering disebut seni klasik. Tari klasik yang kemudian muncul berkembang menjadi tari klasik yang mengandung sifat tertentu dan kemudian disebut gaya (Sriyadi, 2013). Menurut Birsi (2011) didalam konteks gerak tari, gerak yang dilakukan cenderung tidak sama dengan gerak sehari – hari. Menari memiliki beberapa unsur fisik yang harus dikembangkan kemampuannya melalui latihan. Unsur – unsur yang perlu dipersiapkan antara lain kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan, kelenturan, koordinasi, dan ketepatan. Dengan terpenuhinya unsur – unsur tersebut maka terbentuklah keseimbangan gerak pada penari.

Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan satu posisi tubuh baik keadaan gerak statis maupun keadaan gerak dinamis pada saat tubuh ditempatkan pada berbagai posisi (Juniarti, 2007). Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi keseimbangan pada penari antara lain usia, indeks massa tubuh (IMT), kekuatan otot, dan lama latihan tari. Dan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 memperlihatkan bahwa 48,2% penduduk Indonesia usia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas fisik (Depkes RI, 2008). Menurut data RISKESDAS tahun 2013 juga menunjukkan


(7)

3

bahwa gaya hidup bermalas – malasan dan aktivitas fisik yang kurang, dapat menurunkan kemampuan tonus otot. Tonus otot sangat berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh manusia (KEMENKES RI, 2013). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi tari klasik gaya Surakarta terhadap keseimbangan pada penari.

2. METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2016 di Sanggar Tari Semarak Candra Kirana dan Sanggar Tari Paseban Siwi. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota di Sanggar Tari Semarak Candra Kirana dan Sanggar Tari Paseban Siwi usia 10 – 20 tahun. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purporsive Sample, dimana teknik pengambilan sampel ini didasarkan pada kriteria tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2010). Besar sampel yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi didapatkan sampel sebanyak 57 orang. Adapun yang termasuk kriteria inklusi, antara lain a. Subjek merupakan remaja putri; b. Subjek berusia 10 – 20 tahun; c. Subjek dapat memahami dengan baik intruksi yang diberikan oleh peneliti; d. Subjek bersedia menjadi responden dalam penelitian; e. Subjek merupakan penari tari klasik gaya Surakarta; f. Subjek tidak mengikuti kegiatan rutin yang lain yang mempengaruhi keseimbangan (seperti olahraga secara rutin). Sedangkan kriteria eksklusi yaitu a. Responden memiliki kecacatan atau keterbatasan fisik seperti cedera (pada kaki); b. Responden menolak untuk dijadikan sample.

Latihan tari dilakukan selama 1 jam dengan pengulangan 2 kali dalam seminggu. Responden mulai mengikuti latihan tari sejak usia TK maupun SD sampai sekarang. Pengukuran keseimbangan menggunakan berg balance test

yang terdiri dari 14 jenis tes keseimbangan statis dan dinamis dengan skala 0 – 4. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji statistik korelasi pearson


(8)

4

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi tari klasik gaya Surakarta terhadap keseimbangan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Analisa Data

Tabel 1. Uji korelasi pearson pada penari

Variabel r p Keterangan

Usia

Keseimbangan

0,767 0,04 Signifikan

IMT 0,812 0,032 Signifikan

Kekuatan otot 0,961 -0,007 Signifikan

Latihan menari 0,307 0,138 Tidak Signifikan

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.6 diatas terlihat bahwa hasil perhitungan kerelasi pearson diperoleh nilai r = 0,767 dan p = 0,04 (<0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan antara usia dengan keseimbangan. Nilai r = 0,812 dan p = 0,032 (<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan yang signifikan antara IMT dan keseimbangan. Nilai r = 0, 961 dan p = -0,007 (<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot dengan keseimbangan. Nilai r = 0,307 dan p = 0,138. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara lama latihan menari dengan keseimbangan.

Tabel 2. Uji korelasi pearson pada bukan penari

Variabel r p Keterangan

Usia

Keseimbangan

0,734 0,046 Signifikan

IMT 0,818 0,031 Signifikan

Kekuatan otot 0,924 -0,013 Signifikan

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.7 di atas terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi pearson diperoleh nilai r = 0,734 dan p = 0,046 (<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan antara usia dengan keseimbangan. Nilai r = 0,818 dan p = 0,031 (<0,05)


(9)

5

maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan keseimbangan. Nilai r = 0,924 dan p = -0,013 (<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot dengan keseimbangan.

b. Pembahasan

1) Responden berdasarkan usia, IMT, kekuatan otot.

Berdasarkan hasil analisis data diatas menunjukkan bahwa usia, IMT, dan kekuatan otot mempunyai hubungan yang signifikan dengan keseimbangan, baik penari maupun bukan penari. Pada usia remaja perubahan fisik akan mengalami perubahan hingga mencapai puncaknya yang akan mempengaruhi kehidupan sehari – hari. Usia dapat mempengaruhi keseimbangan, kestabilan postur, dan kekuatan. Keseimbangan dapat meningkat sesuai umur kronologis yaitu antara 11 – 16 tahun. Rentan usia ini merupakan fase dimana massa otot sangat baik. Masa ini juga sering disebut sebagai golden age periode dimana merupakan masa emas atau masa yang paling baik untuk membentuk potensi (Tang, 2004).

Budiwibowo dan Anis (2015) menjelaskan bahwa IMT yang baik dapat mempengaruhi keseimbangan yang baik pula. IMT juga memberikan peranan yang besar terhadap tingkat keseimbangan tubuh, titik berat tubuh, dan pergerakan tubuh saat berubah pada seseorang. Karunia et al., (2016) juga menjelaskan bahwa IMT yang kurang dari normal cederung mempunyai keseimbangan yang lebih rendah karena kemampuannya untuk menolak pengaruh gaya dari luar lebih rendah, sehingga untuk mempertahankan keseimbangan juga sulit.

Kekuatan merupakan salah satu fitur yang paling penting dari kenerja otot serta memiliki peran penting dalam pemeliharaan otot, dan apabila otot tidak dipelihara dengan baik maka dapat mengakibatkan penurunan atau tidak ada perubahan pada otot. Kekuatan otot berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus


(10)

6

mempengaruhi posisi tubuh. Kekuatan otot harus kuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada saat adanya gaya dari luar. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari – hari dapat berjalan dengan baik (Utomo, 2015). Hal tersebut selaras dengan penelitian Budiwibowo dan Anies (2015) yang mengatakan bahwa kekuatan otot memberikan sumbangan yang besar terhadap tubuh seseorang.

Kekuatan otot tungkai adalah kemampuan dalam menggunakan sekelompok otot tungkai untuk melakukan suatu gerak komplek dan dapat bertahan lama. Dalam hal ini terkait dengan kekuatan otot tungkai pada penari dan bukan penari yang diukur menggunakan test vertical jump diperoleh hasil yang terbanyak terdapat pada kategori Sedang yaitu sebanyak 24 orang pada penari dan kategori 25 orang pada bukan penari. 2) Responden berdasarkan lama latihan menari.

Pada saat menari otot – otot pada tubuh akan bekerja, hal ini dapat melatih otot menjadi lebih kuat dan seimbang. Dengan latihan menari semua organ – organ tubuh akan berfungsi dengan baik serta membentuk postur tubuh menjadi lebih baik dan otot – otot siap menerima aktivitas yang akan dilakukan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan latihan menari yaitu untuk membantu meningkatkan kemampuan organ – organ dan otot – otot tubuh bagi seorang penari, sehingga dapat menambah kualitas dalam menari dan menghasilkan prestasi yang lebih baik bagi seorang penari serta dapat meningkatkan keseimbangan bagi penari (Setianingsih, 2014). Namun pernyataan diatas tidak sesuai dengan hasil analisa yang didapat karena keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang menyebabkan lama latihan menari tidak memiliki hubungan terhadap keseimbangan, yaitu usia, IMT, dan kekuatan otot.


(11)

7 3) Responden berdasarkan keseimbangan.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa keseimbangan yang diukur menggunakan tes keseimbangan Berg Balance Scale

didapatkan hasil resiko jatuh rendah sebanyak 57 orang, baik dalam kelompok penari maupun bukan penari. Berarti keseimbangan penari tidaklah jauh berbeda dengan keseimbangan bukan penari. Keseimbangan merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan aktivitas, tubuh selalu membutuhkan kontrol keseimbangan yang bertujuan untuk mecapai postur berdiri yang stabil pada setiap aktivitas (Agustina et al., 2014).

c. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti hanya menggunakan metode observasional, sehingga hanya melakukan pengamatan dan pengambilan data pada hari yang sama dan peneliti tidak dapat memonitoring latihan tari klasik gaya Surakarta di Sanggar Tari Semarak Candra Kirana dan Sanggar Tari Paseban Siwi yang dilakukan oleh responden.

4. PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian berdasarkan hasil uji statistik korelasi pearson yang dilakukan adalah H0 diterima dan dan H1 ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara faktot – factor yang mempengaruhi tari klasik gaya Surakarta terhadap keseimbangan pada penari. Beberapa saran yang diberikan peneliti bagi peneliti lain diharapkan dimasa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor lainnya dan variabel yang berbeda dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk memilih responden bagi kategori dewasa atau lansia.

PERSANTUNAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untuk saya dalam


(12)

8

mengerjakan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati skripsi ini dipersembahkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Slamet Riyanto dan Almh. Ibunda Nur Hamidah yang tak pernah lupa memberiku semangat dan kasih sayangnya, mendidik dan senantiasa memberikan motivasi dan masukan yang tak terhingga. Terimakasih untuk segalanya bapak, ibu, mbah uti, kakakku tercinta Andyna Mufidatun Ni’am dan adikku tersayang Nayla Binta Hana dan Niha Sofiya Najwa yang selalu menghibur dan memberikan semangatnya. Kepada dosen pembimbing, Bapak Totok Budi Santoso, S.Fis., S.Pd., M.P.H, terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Terimakasih untuk kalian sahabatku Rizky Meilynno Crisvantikno, Fadma Putri, Melinda Ramadyani, Riski Diana Fafilia dan Muhammad Mirda Marits Najib yang sudah banyak membantu, memotivasi dan selalu memberi masukkan kepada saya dan selalu setia membantu saya kapanpun dan dalam keadaan apapun, serta terimakasih kepada teman-teman yang sudah setia membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, P.E., I Wayan, S., dan Sang, A.K.C. 2014. Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh Pada Lansia Di Banjar Pande Mengwi.

Keperawatan Jiwa, Komunitas dan Manajeme. 1 (2): 224.

Bisri, M.H. 2011. Manfaat Olah Tubuh Bagi Seorang Penari. Harmoni Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran. 2 (3): 61 – 71.

Budiwibowo, F dan Anis, S. 2015. Unsur Massa Tubuh dan Kekuatan Otot Tungkai Dalam Keseimbangan. Journal of Sport Sciences and Fitness. 4 (2): 31 – 36.

Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Laporan Nasional 2007.

Juniarti, D.N. 2007. Pengaruh Latihan Hatha Yoga Modifikasi Selama 12 Minggu Terhadap Keseimbangan Statik. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Karunia, N.L.P.G., Wibawa, A., dan Adiputra, L.M.I.S.H. 2016. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Keseimbangan Statis Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia. 2 (1): 29 – 33.


(13)

9

KEMENKES RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Setianingsih, Y. 2014. Peranan Olah Tubuh Untuk Meningkatkan Keterampilan

Gerak Dalam Tari Pada Anak – Anak SMP Negeri 01 Karangkobar.

Jurnal Seni Tari. 3 (1): 1 – 9.

Sriyadi. 2013. Sekilas Tentang Tari Klasik Gaya Surakarta. Harmonia Journal of Arts Research and Education. 4 (3): 732.

Tang, A. 2014. Gambaran Tingkat Keseimbangan Atlet Sepakbola PusatPendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. 5 (1): 5.

Utomo, B., Sukadarwanto., dan Syatibi, M.M. 2015. Peningkatan Kecepatan Jalan Dan Keseimbangan Usia Lanjut Menggunakan Metode Aquatic Exercise Dan Land Exercise Therapy. Peningkatan Kecepatan Jalan Dan Keseimbangan. 82 – 89.


(1)

4

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi tari klasik gaya Surakarta terhadap keseimbangan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Analisa Data

Tabel 1. Uji korelasi pearson pada penari

Variabel r p Keterangan

Usia

Keseimbangan

0,767 0,04 Signifikan IMT 0,812 0,032 Signifikan Kekuatan otot 0,961 -0,007 Signifikan Latihan menari 0,307 0,138 Tidak Signifikan

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.6 diatas terlihat bahwa hasil perhitungan kerelasi pearson diperoleh nilai r = 0,767 dan p = 0,04 (<0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan

antara usia dengan keseimbangan. Nilai r = 0,812 dan p = 0,032 (<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan yang signifikan

antara IMT dan keseimbangan. Nilai r = 0, 961 dan p = -0,007 (<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan yang signifikan

antara kekuatan otot dengan keseimbangan. Nilai r = 0,307 dan p = 0,138. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Berarti

tidak ada hubungan yang signifikan antara lama latihan menari dengan keseimbangan.

Tabel 2. Uji korelasi pearson pada bukan penari

Variabel r p Keterangan

Usia

Keseimbangan

0,734 0,046 Signifikan IMT 0,818 0,031 Signifikan Kekuatan otot 0,924 -0,013 Signifikan

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.7 di atas terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi pearson diperoleh nilai r = 0,734 dan p = 0,046 (<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan


(2)

5

maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan

antara IMT dengan keseimbangan. Nilai r = 0,924 dan p = -0,013 (<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan

antara kekuatan otot dengan keseimbangan. b. Pembahasan

1) Responden berdasarkan usia, IMT, kekuatan otot.

Berdasarkan hasil analisis data diatas menunjukkan bahwa usia, IMT, dan kekuatan otot mempunyai hubungan yang signifikan dengan keseimbangan, baik penari maupun bukan penari. Pada usia remaja perubahan fisik akan mengalami perubahan hingga mencapai puncaknya yang akan mempengaruhi kehidupan sehari – hari. Usia dapat mempengaruhi keseimbangan, kestabilan postur, dan kekuatan. Keseimbangan dapat meningkat sesuai umur kronologis yaitu antara 11 – 16 tahun. Rentan usia ini merupakan fase dimana massa otot sangat baik. Masa ini juga sering disebut sebagai golden age periode dimana merupakan masa emas atau masa yang paling baik untuk membentuk potensi (Tang, 2004).

Budiwibowo dan Anis (2015) menjelaskan bahwa IMT yang baik dapat mempengaruhi keseimbangan yang baik pula. IMT juga memberikan peranan yang besar terhadap tingkat keseimbangan tubuh, titik berat tubuh, dan pergerakan tubuh saat berubah pada seseorang. Karunia et al., (2016) juga menjelaskan bahwa IMT yang kurang dari normal cederung mempunyai keseimbangan yang lebih rendah karena kemampuannya untuk menolak pengaruh gaya dari luar lebih rendah, sehingga untuk mempertahankan keseimbangan juga sulit.

Kekuatan merupakan salah satu fitur yang paling penting dari kenerja otot serta memiliki peran penting dalam pemeliharaan otot, dan apabila otot tidak dipelihara dengan baik maka dapat mengakibatkan penurunan atau tidak ada perubahan pada otot. Kekuatan otot berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus


(3)

6

mempengaruhi posisi tubuh. Kekuatan otot harus kuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada saat adanya gaya dari luar. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari – hari dapat berjalan dengan baik (Utomo, 2015). Hal tersebut selaras dengan penelitian Budiwibowo dan Anies (2015) yang mengatakan bahwa kekuatan otot memberikan sumbangan yang besar terhadap tubuh seseorang.

Kekuatan otot tungkai adalah kemampuan dalam menggunakan sekelompok otot tungkai untuk melakukan suatu gerak komplek dan dapat bertahan lama. Dalam hal ini terkait dengan kekuatan otot tungkai pada penari dan bukan penari yang diukur menggunakan test vertical jump diperoleh hasil yang terbanyak terdapat pada kategori Sedang yaitu sebanyak 24 orang pada penari dan kategori 25 orang pada bukan penari. 2) Responden berdasarkan lama latihan menari.

Pada saat menari otot – otot pada tubuh akan bekerja, hal ini dapat melatih otot menjadi lebih kuat dan seimbang. Dengan latihan menari semua organ – organ tubuh akan berfungsi dengan baik serta membentuk postur tubuh menjadi lebih baik dan otot – otot siap menerima aktivitas yang akan dilakukan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan latihan menari yaitu untuk membantu meningkatkan kemampuan organ – organ dan otot – otot tubuh bagi seorang penari, sehingga dapat menambah kualitas dalam menari dan menghasilkan prestasi yang lebih baik bagi seorang penari serta dapat meningkatkan keseimbangan bagi penari (Setianingsih, 2014). Namun pernyataan diatas tidak sesuai dengan hasil analisa yang didapat karena keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang menyebabkan lama latihan menari tidak memiliki hubungan terhadap keseimbangan, yaitu usia, IMT, dan kekuatan otot.


(4)

7 3) Responden berdasarkan keseimbangan.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa keseimbangan yang diukur menggunakan tes keseimbangan Berg Balance Scale

didapatkan hasil resiko jatuh rendah sebanyak 57 orang, baik dalam kelompok penari maupun bukan penari. Berarti keseimbangan penari tidaklah jauh berbeda dengan keseimbangan bukan penari. Keseimbangan merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan aktivitas, tubuh selalu membutuhkan kontrol keseimbangan yang bertujuan untuk mecapai postur berdiri yang stabil pada setiap aktivitas (Agustina et al., 2014).

c. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti hanya menggunakan metode observasional, sehingga hanya melakukan pengamatan dan pengambilan data pada hari yang sama dan peneliti tidak dapat memonitoring latihan tari klasik gaya Surakarta di Sanggar Tari Semarak Candra Kirana dan Sanggar Tari Paseban Siwi yang dilakukan oleh responden.

4. PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian berdasarkan hasil uji statistik korelasi

pearson yang dilakukan adalah H0 diterima dan dan H1 ditolak, yang berarti

tidak ada hubungan antara faktot – factor yang mempengaruhi tari klasik gaya Surakarta terhadap keseimbangan pada penari. Beberapa saran yang diberikan peneliti bagi peneliti lain diharapkan dimasa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor lainnya dan variabel yang berbeda dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk memilih responden bagi kategori dewasa atau lansia.

PERSANTUNAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untuk saya dalam


(5)

8

mengerjakan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati skripsi ini dipersembahkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Slamet Riyanto dan Almh. Ibunda Nur Hamidah yang tak pernah lupa memberiku semangat dan kasih sayangnya, mendidik dan senantiasa memberikan motivasi dan masukan yang tak terhingga. Terimakasih untuk segalanya bapak, ibu, mbah uti, kakakku tercinta

Andyna Mufidatun Ni’am dan adikku tersayang Nayla Binta Hana dan Niha Sofiya Najwa yang selalu menghibur dan memberikan semangatnya. Kepada dosen pembimbing, Bapak Totok Budi Santoso, S.Fis., S.Pd., M.P.H, terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Terimakasih untuk kalian sahabatku Rizky Meilynno Crisvantikno, Fadma Putri, Melinda Ramadyani, Riski Diana Fafilia dan Muhammad Mirda Marits Najib yang sudah banyak membantu, memotivasi dan selalu memberi masukkan kepada saya dan selalu setia membantu saya kapanpun dan dalam keadaan apapun, serta terimakasih kepada teman-teman yang sudah setia membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, P.E., I Wayan, S., dan Sang, A.K.C. 2014. Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh Pada Lansia Di Banjar Pande Mengwi.

Keperawatan Jiwa, Komunitas dan Manajeme. 1 (2): 224.

Bisri, M.H. 2011. Manfaat Olah Tubuh Bagi Seorang Penari. Harmoni Jurnal

Pengetahuan Dan Pemikiran. 2 (3): 61 – 71.

Budiwibowo, F dan Anis, S. 2015. Unsur Massa Tubuh dan Kekuatan Otot Tungkai Dalam Keseimbangan. Journal of Sport Sciences and Fitness. 4 (2): 31 – 36.

Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Laporan Nasional 2007.

Juniarti, D.N. 2007. Pengaruh Latihan Hatha Yoga Modifikasi Selama 12 Minggu

Terhadap Keseimbangan Statik. Skripsi. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Karunia, N.L.P.G., Wibawa, A., dan Adiputra, L.M.I.S.H. 2016. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Keseimbangan Statis Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia. 2 (1): 29 – 33.


(6)

9

KEMENKES RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Setianingsih, Y. 2014. Peranan Olah Tubuh Untuk Meningkatkan Keterampilan

Gerak Dalam Tari Pada Anak – Anak SMP Negeri 01 Karangkobar.

Jurnal Seni Tari. 3 (1): 1 – 9.

Sriyadi. 2013. Sekilas Tentang Tari Klasik Gaya Surakarta. Harmonia Journal of

Arts Research and Education. 4 (3): 732.

Tang, A. 2014. Gambaran Tingkat Keseimbangan Atlet Sepakbola PusatPendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar Sulawesi Selatan. Jurnal

Ilmiah Kesehatan Diagnosis. 5 (1): 5.

Utomo, B., Sukadarwanto., dan Syatibi, M.M. 2015. Peningkatan Kecepatan Jalan Dan Keseimbangan Usia Lanjut Menggunakan Metode Aquatic Exercise Dan Land Exercise Therapy. Peningkatan Kecepatan Jalan Dan