Pendahuluan Konsep Dasar Evaluasi

1 Disampaikan pada Penataran Guru-Guru SLB Se Propinsi Banten pada tanggal 14 Agustus 2005 EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN Sunardi Jurusan PLB FIP UPI

A. Pendahuluan

Evaluasi pembelajaran adalah sistem. Artinya suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur mempunyai fungsi dan peran tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur akan berpengaruh pada unsur yang lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan proses pembelajaran. Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Sebab guru tidak akan memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan-kelemahan siswa dalam belajar, serta kekuatan-kelemahan guru dalam proses pembelajaran yang dikembangkan. Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah merupakan pekerjaan rutin guru, namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan sistem evaluasi dalam pembelajaran bukan berarti tanpa persoalan. Berdasar pengamatan sepintas di lapangan, beberapa persoalan tersebut paling tidak berkaitan dengan pemahaman konsep dasar evaluasi, pelaksanaan dan pemanfaatannya, serta evaluasi program pengajaran. Hal-hal ini yang selanjutnya akan dijadikan kajian pokok dalam tulisan ini. Tulisan ini juga perlu perdebatan dan kajian lebih lanjut khususnya dikaitkan dengan persamaan dan perbedaan dengan pembelajaran dan atau siswa yang lainnya.

B. Konsep Dasar Evaluasi

Evaluasi bukan monopoli dunia persekolahan atau milik guru saja, sebab faktanya setiap saat setiap manusia tidak lepas dari pekerjaan evaluasi melalui kegiatan pengukuran measurement dan penilaian evaluation. Misal : Ketika seseorang ditawari untuk memilih antara dua cincin emas yang tidak sama beratnya, tentu kita tidak memilih yang lebih berat atau gram-nya lebih banyak kecuali ada alasan tertentu, atau ketika kita berbelanja di pasar membeli jeruk, maka kita akan memilih jeruk yang lebih baik menurut ukuran kita. Misalnya yang besar, kuning, dan kulitnya halus karena berdasar pengalaman jeruk demikian yang rasanya manis. Dari contoh di atas, sebelum kita menentukan pilihan kita mengadakan penilain terlebih dahulu, dan sebelum melakukan penilaian terlebih dahulu melakukan pengukuran. Kita tidak dapat melakukan penilaian sebelum melakukan pengukuran. Dalam contoh pertama sebelum kita memilih, kita menilai dulu mana cincin yang lebih berat, dan untuk mengetahui mana yang lebih berat perlu melakukan pengukuran dahulu, dengan menimbangnya sehinggga diketahui gram-nya. Dalam contoh kedua sebelum kita menentukan pilihan, kita menilai dahulu mana jeruk yang kira-kira rasanya 2 Disampaikan pada Penataran Guru-Guru SLB Se Propinsi Banten pada tanggal 14 Agustus 2005 manis dengan “mengukur” berdasar ukuran besar, kuning, dan halus kulitnya. Jeruk mana yang memenuhi ukuran itu yang akan kita pilih. Dengan demikian ukuran ada yang terstandar meter, kilogram, dsb dan yang tidak terstandar depa, jengkal, dsb. serta ukuran perkiraan berdasar hasil pengalaman dan keduanya dapat dan biasa digunakan untuk dasar penilaian. - Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Pengukuran bersifat kuantitatif. - Penilaian adalah pengambilan suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. - Evaluasi meliputi keduanya, yaitu mengukur dan menilai. S. Hamid Hasan 1996 menegaskan bahwa dalam evaluasi pendidikan masih dihadapkan pada berbagai persoalan, terutama berkaitan dengan: 1 Pemahaman mengenai istilah evaluasi, 2 peran yang dapat dilakukan evaluasi, 3 pemanfaatan hasil evaluasi, dan 4 kebijakan tentang evaluasi. Dalam kaitannya dengan pemahaman mengenai istilah evaluasi, dijelaskan bahwa sampai saat ini di samping masih muncul keragaman tentang definisi juga masih terjadi penyalah gunaan istilah evaluasi. Evaluasi cenderung diartikan orang berdasarkan ruang lingkup tugas yang akan dilakukan dalam kegiatan evaluasi tersebut. Evaluasi untuk hasil belajar diartikan agak berbeda dengan evaluasi kurikulum, evaluasi program studi, dsb. Akibatnya pengertian evaluasi sangat tergantung pada konteksnya. Disamping itu, dalam dunia pendidikan kita sehari-hari masih sering terjadi penyalahgunaan atau kesalahan pemakaian istilah evlauasi, dengan istilah lain seperti ulangan dan tes.. Ulangan, tes, dan evaluasi memang memiliki kesamaan, tetapi juga perbedaan-perbedaan, bahkan perbedaannya cukup prinsipil sehingga ada yang mengatakan bahwa evaluasi dapat dilakukan tanpa adanya tes ataupun ulangan. Tes dan ulangan adalah alat pengumpul informasi tentang hasil belajar, sedang informasi hasil belajar tersebut dapat pula dilakukan dengan cara-cara yang lain. Tes dan ulangan juga belum merupakan evaluasi, sebab evaluasi harus sampai pada mengolah informasi yang dikumpulkan dan mengambil kesimpulan-kesimpulan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan. Sekalipun ada keragaman definisi, namun secara mendasar terdapat tiga karakteristik penting dalam suatu kegiatan evaluasi, yaitu: 1. Kriteria atau standar Kriteria adalah tolok ukur yang digunakan untuk mengetahuimengukur aspek- aspek atau apa yang telah terjadi dalam kegiatan pendidikan. Kriteria menentukan jenis data yang akan dikumpulkan. Misal: - Untuk melakukan evaluasi mengenai CBSA, maka terlebih dahulu harus dikembangkan aspek atau ciri yang dapat menggambarkan CBSA. Aspek-aspek ini adalah criteria yang akan menentukan informasi yang diperlukan untuk evaluasi. 3 Disampaikan pada Penataran Guru-Guru SLB Se Propinsi Banten pada tanggal 14 Agustus 2005 - Untuk mengevaluasi hasil belajar siswa melalui keterampilan proses, maka kriterianya adalah bagaimana kemampuan siswa yang sudah dikuasi, mencakup: pengetahuannya, kemampuan merumuskan masalah, menentukan data, sumber data, prosedur pengumpulan, pengolahan, data, penafsiran, dan generalisasi. - Untuk evaluasi hasil belajar, kriteria dapat dikembangkan dari tujuan yang ingin dicapai kurikulum ke dalam aspek-aspek yang dianggap penting secara rinci. Dalam kontek tujuan instruksional, criteria dapat digali dari aspek-aspek yang terumuskan dalam tujuan instruksional khusus TIK. Standar adalah kualitas yang seharusnya dicapai oleh kegiatan pembelajaran pada suatu atau sejumlah kriteria yang digunakan atau merujuk pada sesuatu yang harus should. Standar menuntut identifikasi yang jelas tentang apa yang seharusnya diketahui atau dapat dilakukan oleh siswa. Standar juga memiliki arti yang lebih luas dari pada criteria, karena ia mencakup berbagai criteria yang digunakan. Standar untuk evaluasi terbatas satu pertemuan, misalnya berbeda dengan standar yang digunakan untuk evaluasi hasil belajar setelah satu cawu, satu tahun, atau akhir masa pendidikan, karena perbedaan criteria yang digunakan. Perbedaan dalam standar sangat mungkin terjadi antara guru yang satu dengan guru yang lain, atau antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain, karena adanya perbedaan pandangan mengenai kualitas belajar. Karena itu angka 6 dari guru atau sekolah A dapat berbeda dengan angka 6 dari guru atau sekolah B. EBTANAS dapat dikatakan menggunakan standar yang sama secara nasional, tetapi tidak ada standar kelulusan yang sifantnya nasional. Keputusan evaluasi hasil belajar ditentukan oleh standar yang digunakan. 2. Tujuan dan fungsi evaluasi Kegiatan evaluasi selalu memiliki tujuan dan tujuan apa yang ingin dicapai membawa pengaruh terhadap informasi yang akan dikumpulkan. Dalam dunia persekolahan, paling tidak ada dua tujuan besar, yaitu untuk mengetahui: a. Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari sesuatu, sehingga diketahui kedudukannya. Evaluasi ini memiliki fungsi sumatif. Pengertian sumatif berlaku baik untuk evaluasi proses maupun hasil belajar. Misal nilai 6 dalam rapor mencerminkan status pencapaian tujuan yang minimal dapat diterima atau standar minimal yang disebut lulus. b. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki siswa atau suatu proses pembelajaran. Aspek mana yang sudah dikuasai dan yang belum agar guru dapat memberikan bantuan pada siswa secara tepat, mungkin secara individual atau kelompok. Tujuan ini berkaitan dengan fungsi formatif. Secara teknis guru mungkin tidak harus membuat instrumen dan melakukan pengolahan data secara khusus, tetapi dilakukan dalam konteks ulangan dan dalam pengolahan tidak sekedar menskor tetapi yang lebih penting adalah melakukan identifikasi pada siswa yang belum menguasai serta soal-soal yang dianggap sukar, baik secara individual atau kelompok, sehingga diketahui kelemahannya dan ini dijadikan dasar untuk memberikan bantuan atau remedial. Hal ini penting, agar lebih berkembang sehingga dapat menunjang penguasaan materi berikutnya. 4 Disampaikan pada Penataran Guru-Guru SLB Se Propinsi Banten pada tanggal 14 Agustus 2005 3. Keputusan yang akan diambil. Karakteristik ketiga dari evaluasi adalah jenis keputusan yang akan diambil dan ini erat kaitannya dengan tujuan dan fungsi evaluasi. Evaluasi dengan tujuan dan fungsi formatif akan memberikan warna keputusan yang berbeda dari tujuan dan fungsi sumatif. Misal untuk tujuan dan fungsi formatif diharapkan guru dapat mengambil keputusan mengenai kelemahan dan kekuatan dari siswa dalam belajar , proses belajar yang dialami, proses pembelajaran yang dilakukan guru, sumber belajar yang tersedia, maupun alat evaluasi yang digunakan. Sedangkan untuk tujuan dan fungsi sumatif, keputusan yang diambil lebih banyak berkaitan dengan kenaikan kelas atau kelulusan. Keputusan apa yang diambil hendaknya tidak lepas dari pertimbangan aspek psikologis, sosial, maupun pedagogis.

C. Evaluasi Pembelajaran