PBM Klik Di Sini Buku_PBM

(1)

Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Desa

PANDUAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan pertolongan-Nya, Panduan Pemantauan Berbasis Masyarakat ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.

Pemantauan berbasis masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan atau sekelompok masyarakat untuk memantau proses perencanaan dan pelaksanaan dalam penyelenggaraan Desa dan pembangunan Desa.

Hak masyarakat tersebut dijamin oleh Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 8 , Masyarakat Desa berhak

mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan

Pe a gu a Desa . 2 Masyarakat Desa erhak elakuka pe a taua terhadap pelaksa aa Pe a gu a Desa . Dan PP no 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang no 6 tahun 2014, pasal 127. (j). Melakuka pe gawasa da pe a taua penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa yang dilakuka se ara partisipatif oleh asyarakat Desa .

Dalam menjalankan fungsi pemantauan tersebut, masyarakat berhak mendapat pemberdayaan melalui kaderisasi yang dilakukan oleh pendamping Desa. Dengan kaderisasi tersebut, akan tumbuh transformasi sosial di dalam masyarakat secara bertahap dan berkelanjutan sebagaimana amanat Undang-Undang Desa.

Akhirnya, kepada tim penyusun Panduan Pemantauan Berbasis Masyarakat, saya sampaikan terima kasih, semoga panduan ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 22 Agustus 2015 Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi


(3)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR . . . 1

DAFTAR ISI. . . 2

BAB I PENDAHULUAN. . . 4

A. Latar Belakang. . . 4

B. Definisi Operasional. . . 5

C. Dasar Hukum. . . 6

D. Tujuan & Sasaran. . . 6

E. Ruang Lingkup. . . .7

BAB II PRINSIP-PRINSIP. . . .8

BAB III PEMANTAUAN BERBASIS MASYARAKAT. . . 10

BAB IV TAHAPAN PELAKSANAAN. . . 11

A. Persiapan. . . 11

1. Pengenalan dan Pelatihan Modul. . . . . 11

2. Pembentukan Tim Pemantau atau Sebutan Lainnya . . . . 12

3. Pembekalan Tim. . . . 15

B. Sosialisasi. . . 16

C. Penyusunan Rencana Kerja. . . 16

1. Mapping Pemangku Kepentingan.. . . 16

2. Identifikasi Program atau Kegiatan . . . 17

3. Menentukan Kerangka Kerja dan Waktu . . . 29

D. Pelaksanaan Kegiatan PBM. . . 20

1. Pemantauan . . . 20

a. Wawancara . . . 20

b. Focus Group Discussion (FGD) . . . 21

c. Observasi Langsung. . . 21

2. Pembahasan Hasil . . . .21

a. Pendataan . . . 22

b. Analis Data . . . . . . . . 23


(4)

a. Saat Proses Pemantauan . . . 24

b. Setelah Proses Pemantauan . . . 24

i. Laporan . . . 24

ii. Musyawarah Desa Penyampaian Hasil. . . 25

iii. Publikasi. . . 27

BAB IV PEMBINAAN. . . 28

A. Pemerintah (Pusat/Provinsi) . . . 28

B. Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) . . . 28

C. Kecamatan. . . 28

D. Desa. . . 29

BAB V PEMBIAYAAN. . . . . . 30

BAB VI PENUTUP. . . 31

DAFTAR PUSTAKA. . . .. . . 33

LAMPIRAN. . . 34

Contoh Instrumen PBM . . . 35


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 serta peraturan pelaksanaannya (PP no 43 tahun 2014 dan PP no 47 tahun 2014) menyatakan Masyarakat Desa berkewajiban untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa. Hal ini mengakibatkan masyarakat desa menjadi pelaku utama kegiatan pembangunan di desa, baik kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pelestarian, pemantauan, maupun pengawasan.

Bahkan, dalam kegiatan pemantauan pembangunan desa, hak masyarakat desa untuk memantau telah tertuang di pasal 82, (1) Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa. (2) Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa. Dan PP no 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang no 6 tahun 2014, pasal 127. (j). Melakukan pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa.

Berdasarkan poin-poi di atas, aka perlu dibuat Pa dua

Pe a taua Berbasis Masyarakat , ya g bisa dijadikan sebagai pedoman atau acuan oleh masyarakat desa dalam memantau program-program pembangunan di desanya.


(6)

B. Definisi Operasional

1. Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi melalui proses melihat kinerja pelaksanaan kegiatan dan memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang ditetapkan serta sesuai dengan prinsip dan prosedur.

2. Pembangunan Desa (kegiatan perencanaan dan pelaksanaan) merupakan objek pemantauan, dimana kegiatan pembangunan desa ini merupakan pelaksanaan kegiatan yang sumber keuangannya berasal dari APBDesa.

3. Berbasis Masyarakat adalah metode pelaksanaan kegiatan yang memberdayakan masyarakat untuk menjadi pelaksana.

4. Pemantauan Berbasis Masyarakat dalam konteks panduan ini adalah pemantauan oleh masyarakat desa secara aktif terhadap kegiatan pembangunan desa yang didanai APBDesa.

5. Transformasi Sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya; termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat; atau proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan ini terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan.

6. Profil Desa adalah gambaran menyeluruh tentang karakter desa yang meliputi data dasar keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, sarana dan prasarana, serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa. 7. Tenaga Pendamping Profesional, adalah tenaga ahli yang

dipersiapkan oleh pemerintah untuk mendampingi desa dalam penyelenggaraan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.

8. Tim Pemantau atau sebutan lainnya, adalah tim inti pemantauan berbasis masyarakat yang dibentuk dalam Musdes Pembentukan Tim (Musdes Sosialisasi – Musdes paling awal). Tim ini secara


(7)

struktural merupakan bagian dari Badan Permusyawaratan Desa BPD) dalam mewujudkan salah satu fungsi, Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa .

9. Tim Pemantau Lapangan, adalah tim yang dimobilisasi Tim Pemantau atau sebutan lainnya untuk membantu pemantauan di lapangan.

C. Dasar Hukum

1. Undang-Undang no 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

2. Undang-Undang no 6 tahun 2014 tentang desa.

3. Peraturan Pemerintah RI no 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. 4. Permendagri no 114 tahun 2014 tentang Pembangunan Desa. 5. Permendesa no 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan

Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa. 6. Permendesa no 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa.

D. Tujuan & Sasaran

Panduan ini bersifat transformasi sosial, sehingga diharapkan pemantauan berbasis masyarakat akan menjadi sebuah gerakan masyarakat dalam memantau pelaksanaan penyelenggaraan desa.

1) Tujuan

Sebagai acuan bagi masyarakat desa dalam memantau program pembangunan di desanya. Secara khusus panduan ini diharapkan dapat:

a. Meningkatkan pemahaman masyarakat desa mengenai konsep Pemantauan Berbasis Masyarakat.

b. Meningkatkan peranan masyarakat desa dalam proses pemantauan pembangunan desa dan secara bersamaan menata mekanisme yang efektif untuk penyediaan akses


(8)

informasi bagi masyarakat desa dan penyampaian umpan balik kepada pemerintah desa.

c. Menjelaskan langkah-langkah fasilitasi penggunaan instrumen pemantauan untuk dapat dimanfaatkan masyarakat dalam melakukan pemantauan.

2) Sasaran:

Masyarakat Desa. E. Ruang Lingkup

Pemantauan dilaksanakan pada saat proses kegiatan perencanaan dan pelaksanaan berlangsung, sehingga bisa dipastikan bahwa pemantauan ini tidak akan melihat ketercapaian indikator keluaran ataupun dampak, melainkan fokus pada bagaimana implementasi program yang sedang dijalankan.


(9)

BAB II PRINSIP-PRINSIP

Pelaksanaan pemantauan perlu didasarkan pada kejujuran, motivasi dan keinginan yang kuat dari para pelaku. Kegiatan ini harus dianggap sebagai alat yang penting untuk memperbaiki program. Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan pemantauan, sebagai berikut:

a. Transformasi Sosial

Yaitu, perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya; termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat; atau proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan ini terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. b. Obyektif dan Profesional

Pelaksanaan pemantauan, dilakukan secara profesional berdasarkan analisis data yang lengkap dan akurat agar menghasilkan penilaian secara obyektif dan masukan yang tepat terhadap pelaksanaan kebijakan. Pelaksana Kegiatan wajib melaporkan informasi seakurat mungkin. Informasi harus diuji silang dengan sumber lain untuk menjamin keakurasiannya. Informasi yang akurat dan berdasarkan fakta dari sumber terpercaya yang dapat membantu untuk memperbaiki program.

c. Transparan

Pemantauan, harus dilakukan di suatu lingkungan yang mendorong kebebasan berbicara yang bertanggung jawab. Hasil pemantauan dan evaluasi harus diketahui oleh banyak orang terutama pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini.


(10)

d. Partisipatif

Semua pelaku program, terutama masyarakat desa, harus bebas untuk berpartisipasi dan melaporkan berbagai masalah yang dihadapi serta memberikan kontribusinya untuk perbaikan program. e. Akuntabel

Pelaksanaan pemantauan, harus dapat dipertanggungjawabkan secara internal maupun eksternal.

f. Berorientasi Solusi

Pelaksanaan pemantauan, serta pembahasan hasil-hasilnya diorientasikan untuk menemukan solusi atas masalah yang terjadi dan karena itu dapat dimanfaatkan sebagai pijakan untuk peningkatan kinerja.

g. Terintegrasi

Kegiatan pemantauan berbasis masyarakat, yang dilakukan harus menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi dengan proses pembangunan desa secara keseluruhan. Tim pemantau dari masyarakat desa merupakan mitra kerja penyelenggara desa dalam melakukan pembangunan desa.

h. Berbasis Indikator Kinerja

Pelaksanaan pemantauan dilakukan berdasarkan kriteria atau indikator kinerja.


(11)

BAB III

PEMANTAUAN BERBASIS MASYARAKAT

Pemantauan Berbasis Masyarakat merupakan pemantauan proses kegiatan pembangunan di desa (perencanaan dan pelaksanaan) yang menyertakan masyarakat desa secara aktif. Masyarakat adalah pemilik proses dari suatu kegiatan pembangunan di desa, sehingga mereka berhak untuk memantau proses kegiatan. Kegiatan pemantauan adalah: Mencatat proses dan perkembangan kegiatan; Membuat analisa dan laporan.

Proses pemantauan yang baik akan meminimalisasi terjadinya penyimpangan pada kegiatan pembangunan desa. Pada saat pelaksanaan pembangunan desa, terdapat banyak peluang terjadinya penyimpangan, seperti ketaatan terhadap prosedur, ketaatan terhadap aturan, kelengkapan administrasi, alur pelaksanaan kegiatan, kesesuaian kualitas, ketercapaian indikator keluaran kegiatan, dan sebagainya. Pemantauan akan mencegah terjadinya kesalahan yang lebih besar, sebagai akibat penyimpangan pelaksanaan pembangunan desa.

Tidak adanya pemantauan akan menyebabkan tidak terpantaunya penyimpangan pelaksanaan pembangunan desa, yang berakibat penyimpangan tersebut baru diketahui setelah pelaksanaan selesai. Jika penyimpangan baru diketahui setelah kegiatan berakhir, maka tidak ada lagi peluang untuk memperbaikinya.

Keluaran dari Pemantauan Berbasis Masyarakat akan menjadi pandangan lain terhadap hasil pemantauan yang dilakukan oleh internal pemerintah desa. Pandangan lain bisa berbeda atau sejalan dengan hasil pemantauan yang dilakukan pemerintah desa. Ketika terjadi perbedaan antara hasil Pemantauan Berbasis Masyarakat dengan hasil pemantauan pemerintah desa, paling tidak akan menjadi pertimbangan bagi penanggungjawab program/kegiatan tentang langkah-langkah yang akan diambil setelah mendapat laporan hasil pemantauan.


(12)

BAB IV

TAHAPAN PELAKSANAAN

A. Persiapan

Ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan sebelum Pemantauan Berbasis Masyarakat dilaksanakan:

1. Pengenalan dan Pelatihan Modul

Pengenalan dan pelatihan modul pemantauan berbasis masyarakat adalah langkah awal yang harus diberikan kepada kelompok masyarakat di desa (tim pemantau); kelembagaan desa seperti BPD (Badan Permusyawaratan Desa); Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi dan Kabupaten/Kota; serta Tenaga Pendamping Profesional (Fungsional).

Di dalam strategi pelaksanaan pemantauan berbasis masyarakat, keempat kelompok tersebut penting mendapatkan pengetahuan tentang pemantauan berbasis masyarakat dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah, merupakan organisasi struktural dari pemerintahan desa yang lebih tinggi, yang memerlukan laporan pemantauan seobyektif mungkin. Sehingga pemahaman tentang pemantauan berbasis masyarakat akan menjadikan keluaran dari pemantauan berbasis masyarakat menjadi sebuah pendapat lain, selain pemantauan internal pemerintah desa.

b. Pemerintah desa (UU no 6 tahun 2014), yang memiliki kewenangan dalam mengelola kegiatan dan anggaran. Sehingga pemahaman tentang pemantauan berbasis masyarakat akan memperjelas kedudukan tim pemantau sebagai mitra kerja dalam kegiatan pembangunan desa

c. Masyarakat desa selaku pelaku utama dalam kegiatan Pemantauan Berbasis Masyarakat.

d. Tenaga Pendamping Profesional (Permendesa no 3 TA 2015 tentang Pendampingan Desa) yang mempunyai tupoksi untuk


(13)

memfasilitasi dan mendampingi Desa dalam penyelenggaraan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa, termasuk mendampingi tim pemantau agar dapat berjalan dengan baik dan benar.

Dengan pemahaman yang sama tentang pemantauan berbasis masyarakat, akan dapat memacu kerja sama keempat kelompok tersebut sehingga sinergi positif dapat berjalan selama proses pemantauan.

2. Pembentukan Tim Pemantau atau sebutan lainnya

Karena sifat dari kegiatan pemantauan adalah memantau semua proses kegiatan pembangunan desa dari perencanaan hingga pelaksanaan, maka Tim Pemantau harus dibentuk pada saat tahap paling awal dari proses program, yaitu Musyawarah Desa Sosialisasi. Pembentukan tidak sekedar menentukan komposisi personal, tetapi juga menentukan tugas dan fungsi masing-masing personal di dalam tim.

Secara struktural Tim Pemantau harus merupakan bagian dari BPD (selaku Lembaga Pengawas Desa, hal ini sesuai dengan perwujudan salah satu fungsi BPD, Melakukan pengawasan

kinerja Kepala Desa .

Untuk mengakomodir pemangku kepentingan yang akan terlibat dalam pemantauan, berikut ini beberapa unsur yang dapat menjadi tim pemantau :

a. Kelembagaan Pemerintah Desa, yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan pelaksana pemantauan adalah pokja yang terkait dengan pemantauan masyarakat. b. Yang diperluas dengan keterlibatan kelompok masyarakat

yang sesuai dengan kegiatan atau program yang dipantau. Proses ini tidak sekedar langkah legitimasi partisipatif semata, tetapi juga sebagai langkah untuk memosisikan warga desa atau masyarakat luas sebagai pelaku utama pembangunan. Ada beberapa syarat untuk menjadi pemantau, antara lain:


(14)

i. Berjiwa relawan.

ii. Memiliki integritas kejujuran, keberanian, dan kecerdasan dan kecerdikan (bisa dilatih)

iii. Memiliki keterampilan mencari data yang akurat (bisa dilatih)

iv. Independen, netralitas dari kepentingan perorangan, politik, golongan, agama dsb.

Beberapa fungsi dari tim pemantau antara lain fungsi fasilitasi, fungsi pelaksana pemantauan di lapangan dan pengumpulan data pendukung seperti perencanaan desa, anggaran desa dan sebagainya. Dibutuhkan juga fungsi yang dapat menghimpun hasil-hasil kajian di lapangan serta data sekunder sampai dihasilkannya analisis dan pelaporan hasil pelaksanaan pemantauan berbasis masyarakat. Berikut ini beberapa fungsi dari tim pemantauan berbasis masyarakat.

a. Fungsi Transformasi Sosial

Yaitu, menularkan pengertian bahwa masyarakat adalah pemilik proses dari suatu kegiatan pembangunan di desa, dan berhak untuk memantau proses kegiatan. Menyebarluaskan pengetahuan tentang pemantauan berbasis masyarakat terhadap masyarakat.

b. Fungsi Fasilitasi

Yaitu, memfasilitasi koordinasi dengan penyelenggara pemerintah desa dan menggerakkan masyarakat desa melakukan proses pemantauan, juga menyampaikan hasil-hasil pemantauan.

c. Fungsi Pengumpul Data

Ada dua jenis data yang harus dikumpulkan, yaitu data pendukung seperti profil desa, gambaran umum wilayah, perencanaan desa, anggaran kegiatan, informasi pelaksanaan kegiatan atau proyek di desa, (misalnya dokumen perencanaan proyek, anggaran proyek, pelaksana kegiatan, dll). Dan data utama yaitu yang secara langsung memantau kemajuan proyek atau kegiatan di desa, dengan menggunakan


(15)

perangkat-perangkat pemantauan yang disepakati. Di pelaksanaan ini, tim pemantau menggunakan fungsi fasilitasi dan transformasi sosial dalam membentuk tim lapangan untuk membantu pengumpulan data dengan memobilisasi kelompok masyarakat yang sesuai dengan kegiatan atau program yang dipantau. Contoh tim pemantau lapangan sesuai dengan kegiatan :

i. Untuk memantau Perencanaan, tim pemantau lapangan yang sesuai adalah berasal dari kelompok campuran (berbagai kelompok yang ada di desa), dan proporsional dalam hal gender.

ii. Untuk memantau Pelaksanaan kegiatan yang berasal dari usulan kelompok perempuan, tim pemantau lapangan yang sesuai adalah berasal dari kelompok perempuan (pkk) iii. . . . dan sebagainya.

d. Fungsi Pendataan

Semua data yang terkumpul, baik data utama maupun data pendukung, harus didokumentasikan dengan rapi serta dikonversikan ke format pendataan yang telah disepakati, dan lebih baik lagi menggunakan media elektronik (komputer) dalam model spreadsheet atau database.

e. Fungsi Analisa Data Pemantauan

Fungsi ini sebaiknya dilaksanakan sebagai tim, dengan tetap mempertimbangkan tim lapangan sebagai bagian didalamnya, karena secara teknis tim lapangan dapat memberikan penilaian objektif hasil pelaksanaan pemantauan berbasis masyarakat di lapangan. Fungsi fasilitasi pada bagian ini menjadi penting untuk mengkonsolidasi tim untuk duduk bersama melakukan analisa.

f. Fungsi Penyusun laporan

Agar hasil pemantauan dapat disampaikan dengan baik, maka dibutuhkan penanggung jawab untuk menyusun laporan.

Namun hal yang harus diperhatikan dalam komposisi tim tersebut adalah harus melibatkan masyarakat desa seluas-luasnya


(16)

sebagai tim pemantau. Hal ini tidak sekedar menunjukkan proses partisipatif, melainkan sebagai langkah legitimasi demokrasi yang harus dicapai dalam pemantauan yang berbasis komunitas. 3. Pembekalan Tim

Setelah Tim terbentuk maka perlu diadakan proses Pembekalan oleh pihak yang telah mengikuti kegiatan pengenalan dan pelatihan Panduan dan Modul pemantauan berbasis masyarakat; seperti pada bagian (1) di atas; Koordinator dalam kegiatan pembekalan terhadap Tim Pemantau adalah tenaga pendamping profesional.

Pembekalan ini merupakan hal dasar yang penting dilakukan setelah tim terbentuk. Proses ini dapat berupa peningkatan kapasitas masing-masing fungsi seperti yang disebutkan di atas. Pada kegiatan ini, anggota tim dilatih tentang tahapan pembangunan desa (perencanaan, pelaksanaan, pelestarian, pemantauan, maupun pengawasan), metode-metode memfasilitasi, sosialisasi, pengumpulan data; baik data utama maupun data pendukung; serta administrasi pendataan yang baik. Anggota tim dapat dilatih mengenai kuesioner atau perangkat yang telah ada atau telah disepakati bersama.

Dilatih juga tentang metode analisa sederhana. Pada kegiatan ini, tim juga dapat diorientasi mengenai struktur-struktur pelaporan hasil pemantauan berbasis masyarakat yang baik dan objektif, sehingga seluruh anggota tim paham tentang tahapan pembangunan desa, paham mengenai tugas dan fungsi, pemantauan berbasis masyarakat, perangkat-perangkat yang akan digunakan, termasuk buku panduan dan modul pemantauan berbasis masyarakat.

Sesaat sebelum tim pemantau memulai pelaksanaan pemantauan berbasis masyarakat di lapangan perlu dilakukan Konsolidasi tim untuk melakukan pembagian tugas dan penjabaran-penjabaran rencana kerja pelaksanaan pemantauan.


(17)

Tahapan pembekalan juga harus dilakukan terhadap tim pemantau lapangan, dengan prioritas pengetahuan tentang latar belakang kegiatan yang akan dipantau.

B. Sosialisasi

Masyarakat desa adalah pemilik proses dari suatu kegiatan pembangunan desa, sehingga mereka berhak untuk memantau proses kegiatan program. Masyarakat harus mengetahui keberadaan pemantauan berbasis masyarakat dan mengerti cara pelaksanaan pemantauan berbasis masyarakat. Oleh karena itu, sosialisasi pemantauan berbasis masyarakat ke masyarakat desa harus dilaksanakan seluas-luasnya. Sosialisasi pemantauan berbasis masyarakat menjadi salah satu agenda utama Musyawarah Desa Sosialisasi.

C. Penyusunan Rencana Kerja

Perencanaan yang baik akan menghasilkan keluaran yang baik pula. Tim pemantau yang telah terbentuk dan dilatih harus mempersiapkan rencana kerja pelaksanaan pemantauan. Rencana kerja dapat berupa jadwal kegiatan, daftar kegiatan yang akan dilakukan, menentukan kegiatan mana yang akan dipantau, indikator apa saja yang harus ditetapkan, mapping pemangku kepentingan yang akan terlibat selama pemantauan, dan sebagainya. Berikut ini beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun rencana kerja pemantauan.

1. Mapping Pemangku Kepentingan

Pemangku kepentingan disini tidak sekedar responden, melainkan pihak yang berkontribusi terhadap suksesnya kegiatan pemantauan. Peran pemerintah desa sebagai penyedia data dan informasi maupun sebagai Indikator langsung di lapangan Pelaksana proyek pembangunan di desa dapat juga sebagai pemangku kepentingan, sebagai pihak yang memiliki berbagai informasi teknis kegiatan tersebut. Kelompok-kelompok masyarakat di dalam sebuah komunitas desa juga sebagai pihak yang berkepentingan, misalnya kelompok wanita, kelompok


(18)

miskin, kelompok pemuda, dan sebagainya. Secara sederhana, pemangku kepentingan tersebut dapat dipetakan sebagai berikut:

No Pemangku

Kepentingan Informasi yang Dibutuhkan

Peran dalam Pemantauan

1 Pemerintah desa

 Lokasi dan kegiatan proyek

 Rencana anggaran kegiatan

Penyedia informasi dan pelaksana pemantauan 2 Pelaksana

Kegiatan

Informasi teknis tentang

kegiatan (nilai dan lokasi) Penyedia informasi

3

Kelompok-kelompok warga atau tokoh di dalam komunitas

Opini atau pendapat tentang keberadaan proyek yang sedang berjalan di desa Responden dan pelaksana pemantauan berbasis masyarakat 4 Media (jika memiliki hubungan dengan media)

- Menyebarluaskan

hasil pemantauan

2. Identifikasi Program atau Kegiatan

Agar dapat mengidentifikasi program atau kegiatan yang akan dilaksanakan, maka tim terlebih dahulu mengumpulkan data pendukung yang diperoleh dari pemerintah desa. Data pendukung yang penting adalah profil desa. Profil desa adalah serangkaian informasi tentang kondisi desa yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan kondisi desa. Informasi tersebut dapat disusun berdasarkan berbagai laporan pemerintah desa. Profil desa meliputi keadaan fisik geografis, keadaan aktivitas ekonomi atau kemiskinan daerah, situasi pendidikan, situasi ketimpangan gender, situasi kesehatan ibu dan anak serta penyakit menular, serta kondisi lingkungan hidup.

Gambaran keadaan ini pada akhirnya digunakan untuk mengidentifikasi dan menguraikan isu atau persoalan utama desa, potensi atau kekuatan serta peluang desa untuk tumbuh dan berkembang. Dalam konteks Pemantauan Berbasis Masyarakat, profil ini berguna untuk membantu Tim Pemantau dan Tenaga


(19)

Pendamping (selaku pembimbing Tim Pemantau) memahami wilayah yang akan dipantau serta informasi maupun indikator untuk memantau tahapan perencanaan. Data yang sangat penting untuk dikumpulkan dan dianalisis oleh pemantau adalah dokumen di tingkat desa antara lain RPJM Desa, RKP Desa, RKA Desa, APBdesa, Data Kegiatan, Rencana Kerja Kegiatan, dan sebagainya. Dari dokumen ini bisa didapat informasi yang akan dipergunakan sebagai identifikasi kegiatan serta indikator untuk memantau tahapan pelaksanaan kegiatan.

No Jenis Data

Pendukung Detail Data Sumber Data

1 Profil desa  Profil penduduk

 Wilayah administrasi desa

 Fasilitas umum dan sosial (pendidikan, kesehatan, sarana umum, dll)

 Kondisi pendidikan, kesehatan, ibu dan anak, gender, pertanian dan perikanan, dll

 Status infrastruktur dasar desa (jalan, air, sanitasi, dll)

 Data potensi desa

 Kantor desa/kepala desa  BPS Kabupaten/Ko ta (sumber dapat berupa angka atau data potensi desa) 2 RPJM Desa

dan RKP Desa

Daftar-daftar pembangunan desa dari berbagai sektor

Kantor

desa/kepala desa 3 RKA Desa

atau ABPDes

Anggaran-anggara kegiatan

pembangunan desa dari berbagai sektor

Kantor

desa/kepala desa 4 Data

pelaksanaa n kegiatan/ proyek

 Jenis kegiatan

 Waktu pelaksanaan dan jangka waktu pengerjaan

 Spesifikasi teknis proyek/kegiatan

 Anggaran proyek/kegiatan

 Kepala desa atau pejabat desa lainnya

 Pelaksana kegiatan

Berdasarkan dokumen pendukung yang terkumpul, dapat diidentifikasi kegiatan yang akan dilaksanakan, juga identifikasi indikator-indikator (parameter) pantauan.


(20)

3. Menentukan Kerangka Kerja dan Waktu

Menentukan kerangka kerja dan waktu berarti membuat daftar apa saja yang akan dilakukan selama proses pemantauan, misalnya memetakan pemangku kepentingan, melakukan pengumpulan data utama dan pedukung, melakukan konsolidasi data dan analisis, menentukan penyusunan laporan dan publikasi. Semua aktivitas tersebut harus memiliki kerangka waktu agar memiliki target yang jelas. Berikut ini beberapa hal yang dapat menjadi panduan dalam penyusunan kerangka kerja dan kerangka waktu dalam pemantauan (asumsi bahwa tim pemantau telah terbentuk).

No

Waktu Bulan 1 Bulan n

Kegiatan M

1 M 2 M 3 M 4 M 1 M 2 M 3 M n 1 Konsolidasi tim pemantau

2 Pemetaan pemangku kepentingan

3 Penentuan kegiatan (indikator) yang akan dipantau

4 Pelaksanaan pemantauan: 1) Pengumpulan data

sekunder

2) Pengumpulan data primer:

 FGD

 Observasi Langsung

 Wawancara

 Lainnya

5 Konsolidasi data (data entry) 6 Analisis data

7 Penyusunan laporan 8 Publikasi dan kegiatan

penyebarluasan hasil pemantauan lainnya 9 Lainnya


(21)

D. Pelaksanaan Kegiatan PBM 1. Pemantauan

Pelaksanaan perlu memperhatikan urutan langkah kegiatannya. Hal ini penting, karena dengan urutan kegiatan yang terstruktur dan runut, pemahaman tentang penggunaan dan cara kerja pemantauan yang partisipatif, pemantauan akan berjalan dengan baik dan lancar, dengan demikian akan mempermudah penggalian data, analisis temuan-temuan dan pemanfaatan untuk memberikan input perbaikan dalam pelaksanaan program ke depannya.

Pengumpulan data utama merupakan serangkaian aktivitas di lokasi kegiatan yang bertujuan untuk mengobservasi kegiatan pembangunan dan dilaksanakan oleh tim pemantau lapangan (kelompok masyarakat yang dibentuk oleh tim pemantau, bisa berasal dari PKK, Karang Taruna, dan sebagainya). Sebelum tim pemantau lapangan melaksanakan kegiatannya, tim pemantau (bersama pendamping desa, selaku pembina tim pemantau) melakukan pembekalan teknis tentang metode pelaksanaan, dan proses transformasi sosial terhadap tim pemantau lapangan (pemahaman sebagai pemilik proses pembangunan desa serta hak pemantauan tertanam).

Dengan menggunakan metode dan perangkat pemantauan yang telah disepakati, pengumpulan data utama secara langsung memantau kemajuan proyek atau kegiatan. Berikut ini merupakan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan data utama di lapangan.

a. Wawancara

Wawancara bertujuan menggali lebih dalam tentang informasi program kegiatan yang dipantau. Hal ini dimungkinkan karena wawancara bersifat luwes, dan dapat berkembang sesuai improvisasi pewawancara, sehingga pewawancara dapat bertanya lebih banyak dan lebih jauh.


(22)

b. Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terfokus FGD bertujuan untuk menggali informasi secara terfokus kepada pelaksana program dan kegiatan atau penerima manfaat. FGD dilakukan untuk membahas topik tertentu secara rinci. Pesertanya terdiri dari orang-orang yang memiliki pengetahuan tertentu atau memiliki minat terhadap isu tersebut ataupun yang akan terkena dampak dari topik tersebut. Tim Pemantau mengidentifikasi narasumber/informan yang memenuhi kriteria FGD yang dimaksud.

c. Observasi Langsung

Observasi langsung merupakan kegiatan yang langsung memantau dan mengamati proses pengerjaan kegiatan atau proyek di desa. Misalnya di suatu desa sedang dilaksanakan pembangunan gedung serba guna desa. Maka tim pemantau melakukan observasi langsung dengan mendatangi lokasi kegiatan, melakukan pencatatan terhadap kualitas dan kuantitas pembangunan. Melakukan check-list dengan membandingkan desain perencanaan dan realisasi di lapangan. Tim pemantauan berbasis masyarakat juga dapat meminta bantuan para pelaksana kegiatan jika ada beberapa hal yang sangat teknis berkaitan dengan kegiatan konstruksi tersebut.

Kegunaan kunjungan lapangan adalah untuk : 1) membuktikan secara nyata laporan atau hasil diskusi oleh kelompok masyarakat dan pemanfaat kegiatan; 2) mengetahui kondisi secara langsung dalam waktu relatif singkat; 3) mencatat persoalan langsung dari para pelaku atau penerima manfaat; 4) memutakhirkan data laporan tertulis (dokumen, statistik) dan rekaman hasil diskusi.

2. Pembahasan Hasil

Paska dilaksanakannya pengumpulan data utama dan data pendukung, maka perlu dilakukan konsolidasi data hasil kegiatan


(23)

lapangan. Konsolidasi hasil pemantauan berbasis masyarakat dilakukan melalui :

a. Pendataan

Pendataan, baik data yang berasal dari pengumpulan data utama atau data pendukung sebaiknya disimpan didalam satu sistem dokumentasi yang dapat dengan mudah digunakan oleh semua pihak dan diakses. Bentuk data hasil pengumpulan di lapangan akan sangat bervariasi, tergantung dari metode pengumpulan data yang digunakan.

i. Tahap sebelum melakukan pendataan adalah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pemantauan berbasis masyarakat di lapangan. Tiap tim yang mengumpulkan data pendukung dan data utama dapat menyampaikan hasil dan berdiskusi tentang hasil-hasil awal dari pengumpulan data. ii. Data yang dihasilkan dari observasi lapangan merupakan

data check list atau dapat berupa data deskriptif. Tergantung dari perangkat observasi yang digunakan, terkadang perangkat observasi lapangan juga menyertakan lembar sketsa yang menunjukkan masalah, progress, dan temuan aktual di lapangan. Jika kondisinya seperti demikian, maka pendataan berupa sketsa gambar disimpan (arsip) sebagai bahan pelaporan, yang kemudian dapat dideskripsikan secara naratif.

iii. Data yang dihasilkan dari FGD dapat berupa data kualitatif yang dibiarkan menjadi narasi saja atau juga dapat berupa data kualitatif yang kemudian dapat dikuantifikasi. Artinya, ketika data kualitatif dikuantifikasi, maka tiap-tiap variabel akan diberikan nilai atau score untuk selanjutnya dapat diagregat sesuai dengan kebutuhan analisis. Hasil dari FGD ini dapat dientri dalam bentuk naratif ataupun score sesuai dengan tujuan dari pemantauan.

iv. Data yang dihasilkan dari wawancara mendalam juga dapat berupa data kualitatif atau data kualitatif yang terkuantifikasi berupa nilai-nilai yang disumpulkan oleh


(24)

pewawancara. Data tersebut dapat di entri berupa narasi atau nilai-nilai sesuai dengan kebutuhan.

v. Data yang bersumber dari data pendukung sebaiknya dientri dan disimpan berdasarkan jenis data, misalnya data kependudukan, data fasilitas, kondisi kesehatan dan pendidikan dan sebagainya. Sehingga, setelah data dientri dan disimpan, dapat dicari dengan mudah untuk keperluan analisis.

Apabila desa lokasi pemantauan memungkinkan beroperasinya komputer, sebaiknya sistem pendataan dilakukan dengan media komputer.

b. Analisis Data

Analisis data utama disesuaikan dengan maksud dan tujuan pemantauan. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Alat-alat analisis, baik kualitatif dan kuantitatif juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersesuaian tujuan pemantauan. Data yang bersumber dari data pendukung dapat dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yang dapat memberikan gambaran tentang, misalnya kondisi wilayah, kondisi kemiskinan daerah, kondisi pendidikan dan kesehatan daerah, hubungan antara masing-masing variabel, dan sebagainya.

Hasil analisis data pendukung yang berhubungan dengan informasi proyek atau kegiatan di desa juga dapat dijabarkan secara naratif berupa jenis kegiatan, jangka waktu pelaksanaan, pelaksana kegiatan serta nilai kegiatan. Hasil analisis dari bagian data pendukung yang berhubungan dengan kegiatan menjadi sangat sentral dalam analisis karena dapat disandingkan dengan hasil-hasil yang telah diperoleh melalui pengumpulan data utama, yaitu observasi, wawancara dan FGD. Apabila terjadi Gap (deviasi) antara perencanaan dengan pelaksanaan yang


(25)

diatas batas toleransi, maka tim Pemantau bisa merekomendasikan upaya perbaikan kepada pemerintah desa. 3. Tindak Lanjut

Tindak lanjut dibedakan dalam 2 (dua) jenis, yaitu : a. Tindak lanjut saat proses pemantauan

Proses pemantauan yang baik akan meminimalisasi terjadinya penyimpangan pada kegiatan pembangunan desa. Tim Pemantau Lapangan dapat mengusulkan perbaikan pelaksanaan kegiatan kepada penanggung jawab pelaksanaan kegiatan, apabila dalam pelaksanaan terdapat penyimpangan terhadap aturan, prosedur, ataupun rencana kerja. Sifat dari usulan ini adalah Rekomendasi.

b. Tindak lanjut setelah proses pemantauan i. Laporan

Laporan harus memiliki struktur laporan yang sistematis. Hasil laporan yang telah disusun ke dalam bagian-bagian inilah yang kemudian menjadi bahan diskusi untuk disampaikan ke berbagai pihak yang berkaitan. Laporan harus menjelaskan latar belakang dan lingkup monitoring yang dilakukan. Ruang lingkup yang dimaksud dapat berupa ruang lingkup wilayah yang dipantau dan ruang lingkup program-program yang dipantau.

Laporan harus memuat metodologi pelaksanaan Pemantauan Berbasis Masyarakat supaya transparansi (teknis) pelaksanaan dapat tetap dijaga sehingga pembaca dapat dengan mudah menelusuri skema-skema kerja yang telah dilakukan selama proses Pemantauan Berbasis Masyarakat. Bagian utama laporan harus dapat memaparkan temuan-temuan hasil pemantauan. Hasil temuan harus dilaporkan secara objektif berdasarkan data-data yang dikumpulkan di lapangan. Bagian akhir laporan harus dapat menyimpulkan keseluruhan hasil temuan dan hasil analisis.


(26)

Dalam menyajikan laporan, sebaiknya menggunakan tabel dan grafik sebagai pendukung dan pelengkap narasi. Hal ini penting mengingat latar belakang pembaca yang akan bervariasi. Artinya, laporan harus dapat mengakomodasi berbagai jenis pembaca agar pesan yang ingin disampaikan oleh laporan, dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca.

Setelah diselesaikan penyusunan laporan seperti yang diuraikan diatas, maka sebaiknya tim pemantau kembali duduk bersama (termasuk tim pemantau lapangan) untuk membahas isi laporan. Hal ini sangat penting agar dipastikan berbagai informasi yang diperoleh telah terakomodir serta kemunginan kesalahan yang ada, dapat diperbaiki.

ii. Musdes penyampaian hasil.

Musyawarah Desa melibatkan BPD, aparat desa, pelaksana program, masyarakat penerima manfaat, tim pemantau, tim pemantau lapangan. Skema kegiatan hingga penyampaian hasil diskusi seperti terlihat pada Gambar berikut.


(27)

Laporan dari hasil pemantauan berbasis masyarakat yang sudah melalui diskusi tim pemantau untuk proses pelaksanaan, capaian hasil dan kendala yang dihadapi serta proses implementasi program/kegiatan, kemudian disampaikan kepada pengelola program di tingkat Desa, untuk memberikan masukan atau input perbaikan atau perubahan untuk program ke depan. Mengingat pelaku pemantauan program dan kegiatan ini umumnya berasal dari berbagai unsur dan beragam latar belakang, sudah tentu teknik penyampaian laporan dan metode komunikasi dengan pihak yang berkepentingan ini memegang peran yang vital. Metode yang digunakan untuk mengkomunikasikan hasil pemantauan ini adalah dengan Musyawarah Desa.

Selain menyampaikan proses dan temuan-temuan capaian program/kegiatan, juga akan disampaikan rekomendasi untuk penyelesaian dari masalah atau kendala yang di hadapi selama pelaksanaan program/kegiatan. Secara umum proses dialog hasil pemantauan ini mempunyai metode dan subtansi untuk memastikan bahwa data, hasil analisa dan laporan pelaksanaan pemantauan dapat terkomunikasikan secara baik kepada parapihak yang berkompenten. Dengan demikian tujuan pemantauan berbasis masyarakat untuk memastikan pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan rencana dan tujuan awal dapat terlaksana dengan baik.

Para pihak yang harus dilibatkan dalam musyawarah desa adalah:

 Pihak pemerintahan desa, dalam hal ini adalah kepala desa dan perangkat-perangkatnya terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan misalnya: Kaur Kesra dan Kaur Pembangunan.


(28)

 Lembaga BPD sebagai penguatan fungsi pemantauan di tingkat desa.

 Pihak pelaksana kegiatan di tingkat desa.

 Penerima manfaat, yakni masyarakat yang menerima manfaat langsung dari kegiatan yang dilaksanakan.  Tim Pemantauan tingkat desa, tim ini mutlak harus

terlibat dan hadir secara penuh karena pelaksanaan pemantauan secara keseluruhan merupakan tanggungjawab tim ini.

 Jika memungkinkan dapat dilibatkan juga anggota DPRD yang berasal dari dapil yang bersangkutan, sebagai penguatan proses pemantauan pembangunan dari tingkat desa.

 Jika memungkinkan dapat dilibatkan pula LSM yang bekerja di desa atau kecamatan yang bersangkutan, untuk lebih menguatkan tingkat partisipasi masyarakat.

Hasil-hasil yang diharapkan dari proses penyampaian hasil pemantauan tingkat desa adalah:

 Rekomendasi pelaksanaan kegiatan di lapangan yang berhubungan langsung dengan aspek-aspek detil kegiatan di lapangan.

 Kesepakatan perbaikan yang harus dilaksanakan di tingkat lapangan untuk memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana awal.

 Langkah-langkah pencegahan dan penanganan permasalahan program/kegiatan

iii. Publikasi

Tahap akhir dari pelaksanaan kegiatan Pemantauan Berbasis Masyarakat adalah publikasi hasil Musyawarah Desa Penyampaian Hasil kepada publik/masyarakat desa. Publikasi bisa menggunakan media papan informasi, buletin, ataupun website/blog.


(29)

BAB V PEMBINAAN

Pembinaan berjenjang dari pusat sampai pemerintah Kabupaten/Kota dan desa.

A. Pemerintah Pusat

1. Supervisi dan monitoring terhadap dukungan pemerintah daerah provinsi, kabupaten dalam mengoptimalkan kegiatan Pemantauan Berbasis Masyarakat.

2. Memberikan saran/masukan strategis kepada pemerintah daerah provinsi, kabupaten dalam mengembangkan kegiatan Pemantauan Berbasis Masyarakat.

B. Pemerintah Provinsi

1. Supervisi dan monitoring terhadap dukungan pemerintah daerah kabupaten dalam mengoptimalkan kegiatan Pemantauan Berbasis Masyarakat.

2. Memberikan saran/masukan strategis kepada pemerintah daerah kabupaten dalam mengembangkan kegiatan Pemantauan Berbasis Masyarakat.

C. Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota)

1. Melakukan supervisi dan monitoring terhadap kegiatan Pemantauan Berbasis Masyarakat yang dilakukan di desa dan kecamatan.

2. Mengembangkan modul-modul pelatihan dalam mengembangkan kegiatan Pemantauan Berbasis Masyarakat. 3. Men-support pelaksanaan pelatihan Pemantauan Berbasis

Masyarakat di desa dan kecamatan. D. Kecamatan.

1. Fasilitasi lintas pelaku dan pelaksanaan sosialisasi Pemantauan Berbasis Masyarakat di Kecamatan.


(30)

2. Pemantauan dan evaluasi kinerja Tim Desa terhadap pelaksanaan Pemantauan Berbasis Masyarakat.

3. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Desa terhadap pelaksanaan Pemantauan Berbasis Masyarakat. E. Desa

1. Pelaksanaan sosialisasi Pemantauan Berbasis Masyarakat ke masyarakat.

2. Penerimaan pengaduan dan keluhan terhadap kegiatan pembangunan desa.

3. Pemantauan dan evaluasi kinerja Tim Pemantau terhadap pelaksanaan Pemantauan Berbasis Masyarakat.

4. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Pemantau terhadap pelaksanaan Pemantauan Berbasis Masyarakat.


(31)

BAB VI PEMBIAYAAN

Pembiayaan untuk pelaksanaan Pemantauan Berbasis Masyarakat bisa berasal dari APBN, APBD, APBDesa, atau pun pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat. Hanya saja, hingga saat ini belum ada jaminan ketersediaan anggaran dari pemerintah, pemerintah daerah maupun pemerintah desa untuk pelaksanaan Pemantauan Berbasis Masyarakat.

Pembiayaan untuk pelaksanaan Pemantauan Berbasis Masyarakat diusulkan dalam musyawarah desa, bersamaan dengan pembentukan Tim Pemantau.


(32)

BAB VII PENUTUP

Proses Penyadaran bahwa masyarakat adalah pemilik proses dari suatu kegiatan pembangunan desa dan mempunyai hak untuk memantau proses kegiatan memang membutuhkan waktu. Setiap konsep, pasti memerlukan waktu untuk dipahami, memerlukan waktu untuk disosialisasikan dan memerlukan waktu pula untuk diimplementasikan. demikian pula halnya dengan Pemantauan Berbasis Masyarakat. Selama ini, masyarakat dilibatkan dalam perencanaan namun tidak selalu dilibatkan dalam pemantauan. Pemantauan Berbasis Masyarakat memposisikan masyarakat bukan cuma dilibatkan, melainkan juga menjadi pemantau.

Pemantauan Berbasis Masyarakat dikembangkan untuk lebih memperkuat keterlibatan masyarakat desa didalam pelaksanaan pembangunan desa, tidak hanya dari aspek perencanaan dan pelaksanaan, tetapi juga adalah keterlibatan dalam pemantauan. Dengan Pemantauan Berbasis Masyarakat, penyelenggara pembangunan desa tentu akan mendapatkan informasi dan masukan untuk perbaikan pelaksanaan program/kegiatan yang berasal dari masyarakat, dan sekaligus memperkuat hasil pemantauan internal yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa.

Manfaat lebih jauh dari pelibatan masyarakat dalam pemantauan adalah rasa kepemilikan terhadap suatu program, adanya rasa kepemilikian ini memungkinkan semua berjalan secara berkelanjutan walau tidak ada dukungan anggaran.

Semua kembali kepada masyarakat, mendorong pemantauan yang berbasis partisipasi masyarakat berarti akan meminimalisir penyimpangan, atau tanpa ada pengawasan/ pemantauan dari masyarakat yang memberikan peluang lebih besar untuk terjadinya penyimpangan. Semua ada konsekuensinya dan masyarakat sendiri yang akan merasakan manfaat atau dampaknya. Semakin terorganisir Masyarakat Pemantau, maka akan semakin kuat dan semakin


(33)

diperhitungkan oleh masyarakat (internal) maupun oleh pihak-pihak di luar (eksternal).

Panduan ini disusun atas dasar proses pembelajaran dari berbagai pihak/lembaga maupun hasil observasi dan ujicoba di lapangan, sehingga perlu senantiasa dikaji dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan yang ada.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Kemendagri, Penjelasan VII: Petunjuk Teknis Operasional Pnpm

Mandiri Perdesaan Tentang Pemantauan,

Pengawasan, Evaluasi, dan Pelaporan, Jakarta: Ditjen PMD, 2014

Kemendagri, Petunjuk Teknis Operasional Pnpm Mandiri Perdesaan, Jakarta: Ditjen PMD, 2014

Kementerian PPN/BAPPENAS, Panduan Monitoring Berbasis Masyarakat, Jakarta

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Panduan Pemantauan Program Penanggulangan Kemiskinan: Buku Pegangan TKPK Daerah, Jakarta: TNP2K, 2012 .


(35)

Lampiran

1. Contoh Instrumen

Kegiatan : Fisik/Jembatan Tanggal : Lokasi :

Pertanyaan Jumlah Keterangan

total Pekerja 48

Laki laki Pekerja 33

Perempuan Pekerja 15

Rumah Tangga Miskin

Pekerja 10

Upah per Hari 30,000

Apakah tersedia informasi

tentang kegiatan ? Ya Apakah Kegiatan berasal

dari RPJM Desa ? Ya

Apakah Kegiatan berasal

dari RKP Desa ? Ya

Apakah sudah ada

Perdesnya ? Ya

Apakah Terjadi Review RAB

? Tidak Alasan ...

Apakah Pencairan tepat

waktu ? Ya Jika tidak : ... Apakah Implementasi kegiatan sesuai

dengan rencana? Tidak

sebutkan ketidak sesuaiannya : ………

Apakah sasaran kegiatan sudah tepat


(36)

Kegiatan : Musrenbang Desa Tanggal : Lokasi :

Pertanyaan Jumlah (Ya/Tidak) Keterangan

Total Hadir 67 Aktif ?

Laki laki Hadir 23 Ya

Perempuan Hadir 44 Ya

Rumah Tangga Miskin Hadir 5 Tidak

Apakah tersedia informasi

tentang kegiatan ? Ya

Apakah ada usulan Kelompok

Perempuan ? Ya

Apakah Implementasi kegiatan sesuai dengan rencana?

Tidak

Sebutkan ketidak sesuaiannya : ……… Apakah sasaran kegiatan sudah tepat seperti

yang direncanakan? Ya

Jika Tidak sebutkan :………

Apakah ada mekanisme

pelaporan kegiatan Ya

Melalui papan informasi Apakah ditemukan hambatan dalam

implementasi kegiatan ? Ya

Jika Ya sebutkan : ………

Dapatkah hambatan

tersebut dapat teratasi? Ya Cara nya : ……. Apakah ada Berita Acara

? Ya

Apakah rekomendasi perbaikan untuk

implementasi ke depan? ……….


(37)

Apakah ada mekanisme pelaporan

kegiatan Ya melalui papan informasi

Apakah ditemukan hambatan dalam

implementasi kegiatan ? Ya jika Ya sebutka : ……… Dapatkah hambatan tersebut dapat

teratasi? Ya Cara ya : …….

Apakah rekomendasi perbaikan untuk

implementasi ke depan? ……….


(38)

Alur Kegiatan


(1)

diperhitungkan oleh masyarakat (internal) maupun oleh pihak-pihak di

luar (eksternal).

Panduan ini disusun atas dasar proses pembelajaran dari berbagai

pihak/lembaga maupun hasil observasi dan ujicoba di lapangan, sehingga

perlu senantiasa dikaji dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan

yang ada.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Kemendagri,

Penjelasan VII: Petunjuk Teknis Operasional Pnpm

Mandiri

Perdesaan

Tentang

Pemantauan,

Pengawasan, Evaluasi, dan Pelaporan,

Jakarta: Ditjen

PMD, 2014

Kemendagri,

Petunjuk Teknis Operasional Pnpm Mandiri

Perdesaan

, Jakarta: Ditjen PMD, 2014

Kementerian PPN/BAPPENAS,

Panduan Monitoring Berbasis

Masyarakat

, Jakarta

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,

Panduan

Pemantauan Program Penanggulangan Kemiskinan:

Buku Pegangan TKPK Daerah

, Jakarta: TNP2K, 2012

.


(3)

Lampiran

1. Contoh Instrumen

Kegiatan : Fisik/Jembatan Tanggal : Lokasi :

Pertanyaan Jumlah Keterangan

total Pekerja 48

Laki laki Pekerja 33

Perempuan Pekerja 15

Rumah Tangga Miskin

Pekerja 10

Upah per Hari 30,000

Apakah tersedia informasi

tentang kegiatan ? Ya Apakah Kegiatan berasal

dari RPJM Desa ? Ya

Apakah Kegiatan berasal

dari RKP Desa ? Ya

Apakah sudah ada

Perdesnya ? Ya

Apakah Terjadi Review RAB

? Tidak Alasan ...

Apakah Pencairan tepat

waktu ? Ya Jika tidak : ... Apakah Implementasi kegiatan sesuai

dengan rencana? Tidak

sebutkan ketidak sesuaiannya :

………

Apakah sasaran kegiatan sudah tepat


(4)

Kegiatan : Musrenbang Desa Tanggal : Lokasi : Pertanyaan Jumlah (Ya/Tidak) Keterangan

Total Hadir 67 Aktif ?

Laki laki Hadir 23 Ya

Perempuan Hadir 44 Ya

Rumah Tangga Miskin Hadir 5 Tidak

Apakah tersedia informasi

tentang kegiatan ? Ya

Apakah ada usulan Kelompok

Perempuan ? Ya

Apakah Implementasi kegiatan sesuai dengan rencana?

Tidak

Sebutkan ketidak sesuaiannya :

………

Apakah sasaran kegiatan sudah tepat seperti

yang direncanakan? Ya

Jika Tidak sebutkan

:………

Apakah ada mekanisme

pelaporan kegiatan Ya

Melalui papan informasi Apakah ditemukan hambatan dalam

implementasi kegiatan ? Ya

Jika Ya sebutkan :

………

Dapatkah hambatan

tersebut dapat teratasi? Ya Cara nya : ……. Apakah ada Berita Acara

? Ya

Apakah rekomendasi perbaikan untuk

implementasi ke depan? ……….


(5)

Apakah ada mekanisme pelaporan

kegiatan Ya melalui papan informasi

Apakah ditemukan hambatan dalam

implementasi kegiatan ? Ya jika Ya sebutka : ……… Dapatkah hambatan tersebut dapat

teratasi? Ya Cara ya : …….

Apakah rekomendasi perbaikan untuk

implementasi ke depan? ……….


(6)

Alur Kegiatan