Hukum acara

Nama

: Zulfaturrahmi

NIM

: 140104072

M.K

: Hukum Acara

Jurusan : HPI

KASUS KORUPSI ANGELINA SONDAKH DI KEMENTERIAN PENDIDIKAN
NASIONAL DAN KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
A. Kronologis Kasus Korupsi Angelina Sondakh
Angelina Sondakh atau Angie dalam kasus korupsi Kasus Wisma Atlet SEA Games
Palembang dan Kemendikbud berawal dari 'nyanyian' para tersangka 'pendahulunya' yang
ditangkap terlebih dulu oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Direktur PT Duta Graha Indah (DGI), Muhammad El Idrus dan seorang penghubung

bernama Mindo Rosalinda Manulang (Rosa). Menyerahkan uang suap dalam bentuk 3 lembar
cek senilai Rp3,2 miliar kepada Wafid Muharam, Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga
(Seskemenpora), yang juga langsung ikut ditangkap di kantornya.Suap tersebut merupakan uang
balas jasa dari PT DGI karena telah memenangi tender proyek Wisma Atlet SEA Games di
Palembang, Sumatera Selatan.
Kasus ini menyeret nama Muhammad Nazarudin, karena Rosa sebagai bawahan Nazar di
PT Anak Negeri, bahkan Rosa pernah menjabat Direktur Pemasaran perusahaan yang dibentuk
oleh mantan Bendahara Partai Demokrat itu. Nazarudin dan Rosa juga yang kemudian menyeret
nama Angie sebagai salah satu tersangka, lantaran disebut menerima sejumlah uang.Rosa juga
menyebut Angelina telah menerima uang darinya terkait proyek pembangunan wisma Atlet SEA
Games di Palembang. PT Anak Negeri mengeluarkan Rp10 miliar melalui Angie. Sebanyak Rp5
miliar untuk Angie, Rp5 miliar sisanya tidak diketahui, namun diduga digunakan sebagai 'pelicin'
ke Badan Anggaran DPR agar anggaran segera turun.
Angie dinilai aktif meminta dan menerima uang terkait proyek-proyek di Kementerian
Pendidikan Nasional serta Kementerian Pemuda dan Olahraga.Terdakwa aktif meminta imbalan
uang atau fee kepada Mindo Rosalina Manulang sebesar 7 persen dari nilai proyek. Disepakati 5

1

persen. Dan (fee) ini harus sudah harus diberikan kepada terdakwa 50 persen pada saat

pembahasan anggaran dan 50 persen (sisanya) ketika DIPA turun.
Terdakwa juga beberapa kali melakukan komunikasi dengan Mindo tentang tindak lanjut dan
perkembangan upaya penggiringan anggaran dan penyerahan imbalan uang atau fee. Terdakwa
lalu mendapat imbalan dari uang fee Rp 12,58 miliar dan 2,35 juta dollar AS,” ujarnya.
Ancaman hukuman sesuai Pasal 5 Ayat (2) atau Pasal 11 atau Pasal 12 huruf a Undangundang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Di antara 3 pasal alternatif tersebut, Pasal 12
huruf a memuat ancaman hukuman paling berat. Pasal 12 huruf a menyebutkan, pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya, dianggap
melakukan tindak pidana korupsi. Ancamannya, pidana penjara paling singkat empat tahun dan
paling lama 20 tahun ditambah denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1
miliar.Terhitung sejak Jumat, 27 April 2012, KPK telah menahan Angie di Rumah Tahanan
Salemba cabang KPK di Kuningan (Jakarta Selatan) selama 20 hari.
Untuk lebih jelasnya berikut ini kronologis kasus korupsi menjerat Angie yang diambil dari
Tribun News dan Kompas:
 Kamis, 21 April 2011
KPK menangkap Direktur PT Duta Graha Indah (DGI), Muhammad El Idrus dan seorang
penghubung bernama Mindo Rosalinda Manulang (Rosa). Mereka ditangkap usai menyerahkan
uang suap dalam bentuk 3 lembar cek senilai Rp3,2 miliar kepada Wafid Muharam, Sekretaris
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Seskemenpora), yang juga langsung ikut ditangkap di

kantornya. Suap tersebut merupakan uang balas jasa dari PT DGI karena telah memenangi tender
proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan.
Turut disita dalam penangkapan itu, mobil Toyota Vellfire bernomor B-173-GD dan mobil
Honda CR-V bernomor B-2717-NT. Penyidik juga melakukan pengembangan dan mendapatkan
uang lainnya, masing-masing dalam bentuk rupiah sebesar Rp73.171.000, dalam bentuk dollar
sebesar US$128,148, dan dollar Australia sebesar 13.070, serta Euro sebesar 1.955.
Awalnya kasus ini menyeret nama Muhammad Nazarudin, karena Rosa sebagai bawahan
Nazar di PT Anak Negeri, bahkan Rosa pernah menjabat Direktur Pemasaran perusahaan yang
dibentuk oleh mantan Bendahara Partai Demokrat itu. Nazarudin dan Rosa juga yang kemudian
menyeret nama Angie sebagai salah satu tersangka, lantaran disebut menerima sejumlah uang.
2

Kecuali Angelina Sondakh semua tersangka telah divonis, masing-masing Rosa divonis 2,5
tahun dan denda Rp200 juta, Mohammad El Idris divonis dua tahun dan denda Rp200 juta,
Wafid Muharam dihukum tiga tahun dan denda Rp150 juta, serta Muhammad Nazarudin,
dijatuhi hukuman empat tahun 10 bulan penjara dan denda Rp200 juta.
Nazar dalam pengakuannya di persidangan mengungkapkan, bahwa Angie pernah
mengaku menerima sejumlah uang di depan Tim Pencari Fakta yang dibentuk Partai Demokrat.
Dalam rapat Tim Pencari Fakta yang dihadiri Benny K. Harman, Jafar Hafsah, Edi Sitanggang,
Max Sopacua, Ruhut Sitompul, M. Nasir, janda mendiang Adjie Massaid itu menerima uang Rp9

miliar dari Kemenpora (dalam hal ini Wafid Muharam), sebanyak Rp8 miliar diserahkan ke
Wakil Ketua Banggar DPR, Mirwan Amir. Namun hal itu dibantah oleh Angie.
Selain Nazarudin, Rosa juga menyebut Angelina telah menerima uang darinya terkait
proyek pembangunan wisma Atlet SEA Games di Palembang. PT Anak Negeri mengeluarkan
Rp10 miliar melalui Angie. Sebanyak Rp5 miliar untuk Angie, Rp5 miliar sisanya tidak
diketahui, namun diduga digunakan sebagai 'pelicin' ke Badan Anggaran DPR agar anggaran
segera turun. Sementara mantan anak buah Nazaruddin yang merupakan Wakil Direktur
Keuangan PT Permai Grup, Yulianis, juga membenarkan ucapan Rosa itu. Bahwa Angelina
Sondakh dan Wayan Koster mendapat Rp5 miliar.
 Rabu, 15 September 2011
Angelina Sondakh mendatangi Kantor KPK. Tepat pukul 09.40 WIB, Angie datang dengan
menaiki mobil Harier B 1230 SJD didampingi adik iparnya, Tjandra Mudji Condrodiningrat
(Mudji). Dia menjalani pemeriksaan kali pertama terkait kasus Korupsi Kemenegpora.
Saat itu Angie diperiksa selama delapan jam sebagai saksi dalam kasus pembangunan wisma
atlet SEA Games di Palembang yang melibatkan tersangka Muhammad Nazaruddin.
 Kamis, 15 Desember 2011
Salah satu penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia di Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Komisaris (Pol) Raden Brotoseno resmi ditarik kembali ke Markas Besar Polri. Dia
diduga memiliki skandal asmara dengan Angelina Sondakh.
Nama Brotoseno kemudian tercantum dalam daftar mutasi atau pergantian terhadap ratusan

anggota Perwira Menengah (Pamen) Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Dalam Surat
Telegram (ST) Kapolri Nomor ST/2431/XII/2011, ST/2432/XII/2011, dan ST/2433/XII/2011,
3

tertanggal 20 Desember 2011, namanya tertulis pada Bagian Penugasan Khusus Biro Pembinaan
Karir (PD Baggasus Robinkar) Polri.


Jumat, 3 Februari 2012

Angelina Sondakh dicegah untuk tidak bepergian ke luar negeri hingga 3 Februari 2013.
Pencekalan ini terkait penyebutan nama keduanya oleh para tersangka dan terdakwa kasus suap
Kementrian Pemuda dan Olahraga. Bahkan rencana umroh Angie juga batal. Sebelumnya, dalam
persidangan terdakwa kasus suap wisma atlet, mantan Bendahara Partai Demokrat Muhammad
Nazaruddin menyebutkan Angie menerima uang Rp 2 miliar. KPK juga menetapkan Angie
sebagai tersangka, menjerat dengan Pasal 5, Pasal 10 dan Pasal 11 Undang-Undang Tindak
Pidana Korupsi. Pasal tersebut berisi ancaman pidana 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun serta denda
maksimal Rp.250.000.000. Setelah resmi menjadi tersangka, dia diberhentikan dari jabatan
sebagai Wakil Sekjen Partai Demokrat (PD).
 Rabu, 15 Februari 2012

Saksi Angelina Sondakh bersikeras membantah bahwa dirinya tidak pernah memiliki
BlackBerry, apalagi menggunakan untuk percakapan dengan tersangka lain, Mindo Rosalina
Manulang. Angie mengaku baru menggunakan BlackBerry pada akhir 2010, sementara
berdasarkan BAP, tercatat kalau Angie berkomunikasi BBM dengan Rosa pada 15 Mei 2010.
 Jumat, 27 April 2012
Angie ditahan KPK dan dijebloskan dalam penjara setelah menjalani pemeriksaan perdana
sebagai tersangka. KPK menahan Angie di Rumah Tahanan Salemba Cabang KPK di Kuningan
(Jakarta Selatan) untuk masa 20 hari setelah surat dikeluarkan. Alasan penahanan Angie juga
didasari adanya keterlibatan dalam dugaan suap dalam pengurusan anggaran di Kementerian
Pemuda dan Olahraga serta di Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan) 2010/2011.


Selasa, 1 Mei 2012

Sekitar pukul 14.18 WIB Angie dibawa ke rumah sakit didampingi oleh dua pengawal tahanan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), karena sinusitis yang dideritanya sejak kecil mendadak
kambuh.



Kamis, 3 Mei 2012
4

Angelina Sondakh menjalani pemeriksaan untuk kedua kalinya di gedung KPK. Kurang lebih 5
jam diperiksa terkait kasus korupsi Wisma Atlet dan kasus suap di Kemendikbud.


Jumat 11 Mei 2012

Teuku Nasrullah, pengacara Angelina Sondakh mengungkapkan kalau kliennya sakit cedera bahu
yang membutuhkan operasi, untuk memulihkan kembali kondisinya. Cidera berawal dari patah
tulang yang pernah dialami beberapa waktu lalu, dan membutuhkan perawatan lanjutan.


Selasa, 15 Mei 2012

KPK memperpanjang masa penahanan terhadap Angie selama 40 hari ke depan. Sebelumnya
KPK melakukan penahanan terhadap politikus Partai Demokrat itu selama 20 hari. Penahanan
sudah dilakukan sejak Jumat (27/4) dan berakhir pada Rabu (16/5). Karena itu KPK memutuskan
memperpanjang masa penahanan terhadap Angie untuk 40 hari dimulai pada Kamis (17/5)

hingga Minggu (25/6).


Selasa, 29 Mei 2012

Angie diperiksa sejak pukul 10.00 WIB dan keluar pukul 13.35 WIB, dengan menerima kurang
lebih 21 pertanyaan. (kpl/dar).


Kamis 6 September 2012

Angie menitikkan air mata seusai mendengarkan surat dakwaan perkaranya yang dibacakan
dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta.
Ia didakwa menerima pemberian atau janji berupa uang yang totalnya Rp 12 miliar, dan 2 juta
350 ribu dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 21 miliar, sehingga total Rp 33 miliar. Uang
tersebut diberikan Grup Permai seperti yang sebelumnya sudah dijanjikan mantan anak buah
Muhammad Nazaruddin, Mindo Rosalina Manulang kepada Angie.


Kamis, 20 Desember 2012


Terdakwa kasus korupsi kasus wisma atlet dan anggaran Kemendiknas Angelina Sondakh
dituntut 12 tahun penjara dan sebesar Rp 500 juta. Angelina dituntut 12 tahun penjara dan
diminta membayar uang pengganti sebesar Rp 12,58 miliar dan USD 2,35 juta. Apabila tidak
sanggup membayar maka diganti dengan pidana penjara selama dua tahun.


Kamis, 10 Januari 2013
5

Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menjatuhkan vonis berupa hukuman
empat tahun enam bulan penjara ditambah denda Rp 250 juta subsider kurungan enam bulan
kepada Angelina Sondakh.
Hakim menilai, Angie terbukti melakukan tindak pidana korupsi secara berlanjut dengan
menerima pemberian berupa uang senilai total Rp 2,5 miliar dan 1.200.000 dollar Amerika dari
Grup Permai.


Rabu, 20 November 2013


Mahkamah Agung memperberat hukuman Angie terkait kasus korupsi Kementerian Pendidikan
Nasional serta Kementerian Pemuda dan Olahraga. Puteri Indonesia tahun 2001 itu divonis 12
tahun penjara, dan hukuman denda Rp 500 juta. Vonis ini lebih berat dari hukuman sebelumnya,
penjara 4 tahun 6 bulan. Majelis kasasi juga menjatuhkan pidana tambahan berupa pembayaran
uang pengganti senilai Rp 12,58 miliar dan 2,35 juta dollar AS (sekitar Rp 27,4 miliar, asumsi
kurs 1 dolar AS = Rp 11.650). Total dana yang harus dikembalikan adalah Rp 39,98 miliar.
Seperti yang di lansir dalam sebuah berita yaitu Tribunnews.com, Jakarta — Mahkamah Agung
memperberat hukuman mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Demokrat,
Angelina Sondakh alias Angie, terkait kasus korupsi Kementerian Pendidikan Nasional serta
Kementerian Pemuda dan Olahraga. Mantan Puteri Indonesia itu divonis 12 tahun penjara dan
hukuman denda Rp 500 juta dari vonis sebelumnya 4 tahun 6 bulan.
Selain itu, seperti dikutip Harian Kompas, Kamis (21/11/2013), majelis kasasi juga menjatuhkan
pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti senilai Rp 12,58 miliar dan 2,35 juta dollar
AS (sekitar Rp 27,4 miliar). Sebelumnya, baik Pengadilan Tindak Pidana Korupsi maupun
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, tidak menjatuhkan pidana uang pengganti. Putusan tersebut
diberikan oleh majelis kasasi yang dipimpin Ketua Kamar Pidana MA Artidjo Alkostar dengan
hakim anggota MS Lumme dan Mohammad Askin, Rabu (20/11/2013). Angie dijerat Pasal 12 a
Undang-Undang Pemberantasan Tipikor. MA membatalkan putusan Pengadilan Tipikor dan
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang menyatakan Angie melanggar Pasal 11 UU itu. Menurut
majelis kasasi, Angie dinilai aktif meminta dan menerima uang terkait proyek-proyek di

Kementerian Pendidikan Nasional serta Kementerian Pemuda dan Olahraga.
”Terdakwa aktif meminta imbalan uang atau fee kepada Mindo Rosalina Manulang sebesar 7
persen dari nilai proyek. Disepakati 5 persen. Dan (fee) ini harus sudah harus diberikan kepada
terdakwa 50 persen pada saat pembahasan anggaran dan 50 persen (sisanya) ketika DIPA turun.
6

Itu aktifnya dia (terdakwa) untuk membedakan antara Pasal 11 dan Pasal 12 a," ungkap Artidjo
kepada Kompas.
Menurut Artidjo, majelis kasasi juga mempertimbangkan peran Angie aktif memprakarsai
pertemuan dan memperkenalkan Mindo dengan Haris Iskandar, sekretaris pada Direktorat
Jenderal

Pendidikan Tinggi

Kementerian

Pendidikan

Nasional

untuk

mempermudah

penggiringan anggaran Kemendiknas.
”Terdakwa juga beberapa kali melakukan komunikasi dengan Mindo tentang tindak lanjut dan
perkembangan upaya penggiringan anggaran dan penyerahan imbalan uang atau fee. Terdakwa
lalu mendapat imbalan dari uang fee Rp 12,58 miliar dan 2,35 juta dollar AS,” ujarnya.
B. Prosedurnya
Semua prosedurnya telah benar atau tuntas karena sudah ada aturan atau undang-undang
yang telah di tetapkan dalam kasus ini, terkait dengan berapa jatuh hukuman yang telah
ditentukan kapada pelaku tindak pidana korupsi tersebut juga telah ditentukan selama 12 tahun
penjara yaitu sesuai dengan apa yang telah ditegaskan dalam UU .

7