Latar Belakang PEMBUATAN MEMBRAN KOMPOSIT PERVAPORASI BERBASIS POLYETHER SULFONE-BIOPOLIMER UNTUK DEHIDRASI BIOETHANOL - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

I. ---PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber energi bagi suatu negara sangatlah strategis untuk mendukung pengembangan industri, transportasi dan energi listrik. Kenyataan bahwa cadangan minyak bumi yang semakin menipis dan status Indonesia sebagai negara net importer bahan bakar minyak BBM, maka perlu dilakukan upaya untuk memecahkan permasalahan ketergantungan terhadap BBM dalam pemenuhan kebutuhan energi. Polusi udara yang terjadi karena dipicu oleh penggunaan minyak bumi berkualitas rendah kandungan sulfur tinggi mendorong usaha pencarian sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, sehingga tidak menambah terjadinya polusi udara. Langkah ini diimplementasikan dengan keluarnya Peraturan Presiden Perpres tentang kebijakan energi nasional untuk pengembangan sumber energi alternatif pengganti BBM yang menargetkan penggunaan biofuel lebih dari 5 pada tahun 2025 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006, 2006. Lebih lanjut, pemerintah melalui Instruksi Presiden Inpres memberikan perhatian yang serius tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati biofuel sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006, 2006. Bioethanol merupakan salah satu biofuel yang telah dan terus dikembangkan oleh peneliti-peneliti di Indonesia. Alasan mendasar pengembangan tersebut karena ketersediaan biomassa sebagai bahan baku pembuatan bioethanol yang melimpah di Indonesia Prihandana dan Hendro, 2007. Selain itu bioethanol juga dikenal sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan. Sebelum dapat digunakan sebagai bahan bakar, proses pemisahan dan pemurnian bioethanol dehidrasi merupakan salah satu langkah penting yang harus dilalui, karena bioethanol hasil fermentasi hanya memiliki kemurnian kurang dari 10 Uragami, 2005, sementara bioethanol sebagai biofuel harus 1 memiliki kemurniannya minimal 99,5. Teknologi yang telah banyak digunakan pada tahap ini adalah distilasi konvensional, namun ethanol yang dihasilkan kemurniannya maksimal hanya mencapai 95 karena terbentuknya campuran azeotrop antara ethanol dan air Widodo dkk., 2004; Uragami, 2005. Beberapa metode telah diusulkan untuk pemisahan campuran azeotrop ethanol-air guna mendapatkan ethanol dengan kemurnian mendekati 100. Distilasi ekstraksi dan distilasi absorben merupakan metode yang banyak dikenal, kedua teknik tersebut telah terbukti mampu memisahkan campuran azeotrop, tetapi prosesnya kurang kompetitif karena sangat komplek dan memerlukan penambahan zat kimia Kozaric dkk., 1987. Sebagai contoh pada distilasi absorben, campuran azeotrop ethanol-air dipanaskan sampai 100 o C sehingga kedua komponen akan menguap. Uap yang dihasilkan dilewatkan pada suatu kolom atau pipa berisi zeolit sebagai penyerap air, sehingga kemurnian ethanol dapat ditingkatkan mendekati 100. Kelemahan cara ini adalah zeolit harus selalu diregenerasi dan prosesnya sangat komplek. Pervaporasi PV merupakan proses pemisahan menggunakan membran dengan gaya dorong perbedaan tekanan menawarkan pemecahan masalah pemurnian ethanol. Kemampuan PV dalam memisahkan campuran azeotrop dengan proses yang sederhana dan tanpa memerlukan penambahan zat kimia Aptel dkk., 1976; Feng dan Huang, 1997; Shao dan Huang, 2007 menjadikan teknologi ini aplikatif untuk dehidrasi ethanol, sehingga penelitian tentang pervaporasi untuk pemurnian bioethanol menjadi biofuel sangat menarik untuk dilakukan. Banyak penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja proses pervaporasi agar menghasilkan bioethanol fuelgrade. Secara umum pengembangannya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu i pengolahan awal pretreatment; ii sintetis membran berkinerja tinggi; dan iii optimasi kondisi proses pervaporasi Widodo dkk., 2004. Membran PV berkinerja tinggi merupakan salah satu parameter kunci keberhasilan proses pervaporasi campuran azeotrop bioethanol-air. Pada awalnya membran PV untuk dehidrasi bioethanol dibuat dari polimer-polimer alam seperti selulosa dan turunannya Neel, 1991; 2 Shao dan Huang, 2007, selanjutnya polimer sintetis seperti poly acrilonitrile PAN, poly sulfone PS, poly ethersulfone PES, poly vinyl alcohol PVA dikembangkan untuk meningkatkan selektifitas dan permeabilitas Aptel dkk., 1976; Huang dan Jarvis, 1970; Shao dan Huang, 2007. Namun demikian permeabilitas yang dihasilkan membran-membran PV tersebut relatif masih rendah. Penelitian tentang penggunaan membran alginat untuk dehidrasi bioethanol telah dilakukan sejak tahun 1980-an Shao dan Huang, 2007. Jika dibandingkan dengan membran kitosan, PVA, dan selulosa, membran alginat memiliki permeabilitas cukup tinggi meskipun juga mempunyai beberapa kelemahan. Alginat merupakan polimer ionik hidrofilik sehingga larut dalam air dan tidak stabil dalam larutan yang mengandung air Shi dkk., 1996. Sebagai membran, lapisan film alginat bersifat rapuh Keane dkk., 2007 dan mengalami penurunan fluks jika digunakan secara terus- menerus Yeom dkk., 1996. Penelitian tentang membran kitosan telah banyak dilakukan Masaru dkk., 1985; Matsuda dkk., 1988. Membran kitosan memiliki permeabilitas cukup tinggi, meskipun juga memiliki beberapa kelemahan. Sama seperti alginat, membran kitosan sangat hidrofilik dan dapat kehilangan kestabilan dalam larutan yang mengandung air atau bersifat asam Nawawi dan Hassan, 2003; Shao dan Huang, 2007 serta memiliki kekuatan mekanik yang rendah Chen dkk., 2004. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengatasi kelemahan tersebut antara lain dengan melakukan crosslinking dengan senyawa lain untuk mengurangi kelarutan membran dalam air dan penambahan plasticisers untuk menurunkan kerapuhan membran saat digunakan Tan dkk., 2002; Nawawi dan Hassan, 2003; Chen dkk., 2004, Bhat dan Aminabhavi, 2007; Keane dkk., 2007. Pengembangan berikutnya mendasarkan pada membran komposit yang mempunyai lapisan selektif tipis tidak berpori di atas permukaan lapisan penyokong support yang berpori biasanya membran ultrafiltrasi Caro dkk., 2000; Tsai dkk., 2006; Keane dkk., 2007; Shao dan Huang, 2007. Membran komposit menawarkan permeabilitas dan kekuatan mekanik yang tinggi sementara selektivitas ditentukan oleh lapisan tipis tak berpori. 3

1.2. Rumusan Masalah