PENGARUH EKSTRAK ALANG-ALANG, BABADOTAN DAN TEKI TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG KULTIVAR CAVENDISH
Intan Zahara Arie
ABSTRAK
PENGARUH EKSTRAK ALANG-ALANG, BABADOTAN DAN TEKI TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG
KULTIVARCAVENDISH
Oleh
Intan Zahara Arie
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica),teki (Cyperus rotundus),dan babadotan(Ageratum conyzoides) terhadap pertumbuhan dan sporulasiColletotrichum musae. Penelitian juga bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak alang-alang, teki dan babadotan terhadap keparahan penyakit antraknosa secarain vivo. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung, dari bulan Juni sampai dengan September 2014. Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 (lima) perlakuan dan 6 (enam) ulangan. Lima perlakuan tersebut yaitu kontrol, iprodion 50%, esktrak teki, babadotan, dan alang-alang. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan kemudian dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak teki, babadotan dan alang-alang dapat menekan pertumbuhan, sporulasiC. musaesecarain-vitrodan keparahan
(2)
Intan Zahara Arie penyakit antraknosa pada buah pisang secarain-vivo. Ekstrak teki dan babadotan lebih efektif dalam menekan pertumbuhan, sporulasiC. musaedan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang. Ekstrak teki dan babadotan menunjukkan keefektifitasan yang sebanding dengan fungisida iprodion 50% dalam menekan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang.
Kata kunci: Penyakit antraknosa, EkstrakCyperus rotundus,Ageratum
conyzoides, danImperata cylindrica,Colletotrichum musaedan buah pisang.
(3)
PENGARUH EKSTRAK ALANG-ALANG, BABADOTAN DAN
TEKI TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH
PISANG KULTIVAR
CAVENDISH
Oleh
INTAN ZAHARA ARIE
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 20 Februari 1992. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Hariyanto Amir S.E dan Ibu Mariatini Akbar.
Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah Taman Kanak-kanak (TK) di TK PG. Bunga Mayang pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) di SD PG. Bunga Mayang pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP PG. Bunga Mayang pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 10 Bandar Lampung pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian sebagai Anggota Muda (2010-2011). Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) di Cianjur, Jawa Barat dan pada tahun 2014. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sriway Langsep, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung.
(8)
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur kupanjatkan kepada Allah SWT Kupersembahkan karya ilimiah ini untukmu
Bapak dan Ibu tersayang
Terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayang yang senantiasa tercurahkan untukku.
Kakak M. Reza A.A serta Adik-adik Varu Nisa A dan Muthi Fara Diba.A tersayang yang selalu memberikan doa,nasihat,semangat,kebersamaan serta
dorangan moril dan materil dalam pencapaian cita-cita.
(9)
“Apa yang kau lihat pada hari ini merupakan hasil perbuatan di masa lalu, apa yang akan kau harapan pada masa depan merupakan perbuatan hari ini .”
(Mawar)
“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is not to stop questioning .”
(Albert Einstein)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.”
(10)
SANWACANA
Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat, karunia, dan hidayah- Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Alang-alang, Babadotan dan Teki terhadap Penyakit Antaraknosa pada Buah Pisang KultivarCAVENDISH”adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M.P., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, ilmu pemgetahuan, motivasi dan saran dalam menyelesaian penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Efri, M.S., selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, ilmu pemgetahuan, motivasi dan saran dalam menyelesaian penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.S., selaku pembahas yang telah memberikan saran, nasehat, dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si., selaku pembimbing akademik. 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
(11)
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku ketua bidang Proteksi Tanaman. 7. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi Universitas Lampung.
8. Bapak Hariyanto Amir S.E dan Ibu Mariatini Akbar tercinta, Kakak M. Reza A.A serta Adik-adik Varu Nisa A dan Muthi Fara Diba.A tersayang yang selalu memberikan doa,nasihat,semangat,kebersamaan serta dorongan moril dan materil dalam pencapaian cita-cita.
9. Sahabat-sahabat penulis Ratna Melya Sari, S.E., Safira Maulidina, S.P., Lydia Mawar N, Senja Aklirinhua, S.P., Tiya Oviana, S.P., Nurul Aslichah, S.P., Arisha Azima, S.P., Tika Mutiasari, Wika Fitriyah, Widiana Eka Wati, Tri Purnama Sari, Sri Mulyani, Rendina Dea Putri, S.P., Tiara Puspa Yendi, S.P., dan teman- teman AGT D, AGT 2010 yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis.
10. Bapak Pariyadi, Mbak Uum dan Mas Jeni terima kasih telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis,
(12)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pengaruh beberapa ekstrak gulma terhadap rata-rata diameter (cm)
koloni jamurC.musaepada media PDA . ... 23 2. Pengaruh ekstrak gulma terhadap rata-rata jumlah kerapatan spora
koloni jamurC.musae. ... 24 3. Intensitas penyakit antraknosa pada buah pisang. ... 25 4. Diameter koloniC.musaepada pengamatan hari ke-2. ... 33 5. Hasil transformasi ( + 1)dari data asli diameter koloniC.musae
pada pengamatan hari ke-2. ... 33 6. Analisis ragam diameter koloniC.musaepada pengamatan hari ke-2 33 7. Hasil uji BNT dan hasil transformasi uji BNT diameter koloni
C.musaepada pengamatan hari ke-2. ... 34 8. Diameter koloniC.musaepada pengamatan hari ke-3. ... 34 9. Hasil transformasi + 1 dari data asli diameter koloniC.musae
pada pengamatan hari ke-3. ... 35 10. Analisis ragam diameter koloniC.musaepada pengamatan hari ke-3 35 11. Hasil uji BNT dan hasil transformasi uji BNT diameter koloni
C.musaepada pengamatan hari ke-3. ... 35 12. Diameter koloniC.musaepada pengamatan hari ke-4. ... 36 13. Hasil transformasi( + 1)dari data asli diameter koloniC.musae
pada pengamatan hari ke-4. ... 36 14. Analisis ragam diameter koloniC.musaepada pengamatan hari ke-4 37
(13)
xvii 15. Hasil uji BNT dan hasil transformasi uji BNT diameter koloni
C. musaepada pengamatan hari ke-4. ……… 37 16. Diameter koloniC. musaepada pengamatan hari ke-5. ... 38 17. Hasil transformasi ( + 1)dari data asli diameter koloniC. musae
pada pengamatan hari ke-5. ... 38 18. Analisis ragam diameter koloniC. musaepada pengamatan hari ke-5 38 19. Hasil uji BNT dan hasil transformasi uji BNT diameter koloni
C. musaepada pengamatan hari ke-5. ... 39 20. Diameter koloniC. musaepada pengamatan hari ke-6. ... 39 21. Hasil transformasi ( + 1)dari data asli diameter koloniC. musae
pada pengamatan hari ke-6. ... 39 22. Analisis ragam diameter koloniC. musaepada pengamatan hari ke-6 40 23. Hasil uji BNT dan hasil transformasi uji BNT diameter koloni
C. musaepada pengamatan hari ke-6. ... 40 24. Diameter koloniC. musaepada pengamatan hari ke-7. ... 41 25. Hasil transformasi ( + 1)dari data asli diameter koloniC. musae
pada pengamatan hari ke-7. ... 41 26. Analisis ragam diameter koloniC. musaepada pengamatan hari ke-7 41 27. Hasil uji BNT dan hasil transformasi uji BNT diameter koloni
C. musaepada pengamatan hari ke-7. ... 42 28. Rata-rata jumlah kerapatan spora x10 . ... 42 29. Hasil transformasi (log + 1)dari rata-rata jumlah kerapatan spora 42 30. Analisis ragam rata-rata jumlah kerapatan spora. ... 43 31. Hasil uji BNT dan hasil transformasi dan data asli kerapatan spora 43 32. Persentase keparahan penyakit antraknosa buah pisang pada
pengamatan hari ke-6. ... 44 33. Hasil transformasi ( + 1)dari data asli persentase keparahan
(14)
xviii 34. Analisis ragam Persentase keparahan penyakit antraknosa buah
pisang pada pengamatan hari ke-6. ... 44 35. Persentase keparahan penyakit antraknosa buah pisang pada
pengamatan hari ke-7. ... 45 36. Hasil transformasi ( + 1)dari data asli Persentase keparahan
penyakit antraknosa buah pisang pada pengamatan hari ke-7. ... 45 37. Analisis ragam Persentase keparahan penyakit antraknosa buah
pisang pada pengamatan hari ke-7. ... 45 38. Persentase keparahan penyakit antraknosa buah pisang pada
pengamatan hari ke-8. ... 46 39. Hasil transformasi ( + 1)dari data asli Persentase keparahan
penyakit antraknosa buah pisang pada pengamatan hari ke-8. ... 46 40. Analisis ragam Persentase keparahan penyakit antraknosa buah
pisang pada pengamatan hari ke-8. ... 46 41. Persentase keparahan penyakit antraknosa buah pisang pada
pengamatan hari ke-9. ... 47 42. Hasil transformasi ( + 0,5)dari data asli Persentase keparahan
penyakit antraknosa buah pisang pada pengamatan hari ke-9. ... 47 43. Analisis ragam Persentase keparahan penyakit antraknosa buah
pisang pada pengamatan hari ke-9. ... 47 44. Hasil uji BNT dan hasil transformasi uji BNT persentase keparahan
penyakit antraknosa buah pisang pada pengamatan hari ke-9. ... 48 45. Persentase keparahan penyakit antraknosa buah pisang pada
pengamatan hari ke-10. ... 48 46. Hasil transformasi ( + 0,5)dari data asli Persentase keparahan
penyakit antraknosa buah pisang pada pengamatan hari ke-10. ... 49 47. Analisis ragam Persentase keparahan penyakit antraknosa buah
pisang pada pengamatan hari ke-10. ... 49 48. Hasil uji BNT dan hasil transformasi uji BNT persentase keparahan
penyakit antraknosa buah pisang pada pengamatan hari ke-10. ... 49 49. Persentase keparahan penyakit antraknosa buah pisang pada
(15)
xix 50. Hasil transformasi ( + 1)dari data asli Persentase keparahan
penyakit antraknosa buah pisang pada pengamatan hari ke-11. ... 50 51. Analisis ragam Persentase keparahan penyakit antraknosa buah
pisang pada pengamatan hari ke-11. ... 51 52. Hasil uji BNT dan hasil transformasi uji BNT Persentase keparahan
(16)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Perbedaan pertumbuhan jamurC.musaepada masing-masing
perlakuan pada hari ke-8. ...
52
2. Pengamatan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang hari ke-8. ...
(17)
xv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xx
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.3 Kerangka Pemikiran ... 3
1.4 Hipotesis ... 5
II. TINJAUN PUSTAKA ... 6
2.1 Tanaman Pisang ..………... 6
2.2 Colletotrichum musae …………... 8
2.2.1 Klasifikasi Colletotrichum musae ..……… 8
2.2.2 Penyakit Antraknosa ..……… 8
2.2.3 Penyebab Penyakit Antraknosa ..………... 9
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyakit .……….. 10
2.2.5 Pengendalian Penyakit Antraknosa………... 10
2.3 Fungisida Nabati ..………... 11
2.3.1 Alang-Alang ..………. 12
2.3.2 Teki .………... 13
2.3.3 Babadotan .………. 15
III. BAHAN DAN METODE ... 16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
(18)
xv
3.3 Metode Penelitian ... 17
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 17
3.4.1 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA) ..……… 17
3.4.2 Penyiapan Biakan Murni C.musae .………... 18
3.4.3 Pembuatan Ekstrak Alang-alang, Teki dan Babadotan … 18 3.5 Pengujian Ekstrak Tumbuhan .……… 18
3.5.1 Pengujian Secara In-vitro .……… 18
3.5.2 Pengujian Secara In-vivo ..……… 19
3.6 Pengamatan ………. 19
3.6.1 Pengamatan Uji In-vitro .……….. 19
3.6.2 Pengamatan Uji In-vivo .………... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
4.1 Hasil Penelitian .………... 22
4.1.1 Pengaruh Fungisida Nabati Terhadap Pertumbuhan dan Kerapatan Spora C. musae Secara In-vitro .………. 22 4.1.2 Keparahan Penyakit Antraknosa Pada Pisang .…………. 24
4.2 Pembahasan ………. 25
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
5.1 Kesimpulan ... 28
5.2 Saran ... 28
PUSTAKA ACUAN ... 29
(19)
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pisang juga merupakan jenis buah yang langsung dapat dimakan setelah buah pisang masak (Nuryani & Soedjono, 1999).
Penyebaran tanaman pisang hampir merata di seluruh dunia, yaitu meliputi daerah tropis dan subtropis (Suyanti & Supriyadi, 2008).
Pisang merupakan produk hortikultura yang mempunyai arti penting bagi peningkatan gizi masyarakat karena buahnya merupakan sumber vitamin (A, B1 dan C), mineral (kalium, natrium, chlor, magnesium, posfor) dan karbohidrat 25% yang mudah dicerna (Nuryani & Soedjono, 1999). Menurut Departemen
Pertanian (2004), permintaan buah pisang di Indonesia pada tahun 2005
mengalami peningkatan 32,5% atau dengan total konsumsi di Indonesia sekitar 10,3 juta ton.
Salah satu kendala utama dalam budidaya tanaman pisang adalah penyakit antraknosa. Penyakit antraknosa disebabkan olehColletotrichum musae (Semangun, 2000). Penyakit antraknosa merupakan penyakit terpenting pada buah pisang, karena patogen tersebut dapat menyerang buah pisang yang masih
(20)
2 muda maupun buah yang sudah matang. Gejala serangan patogen ini ada pada buah pisang yaitu berupa bintik-bintik kecil kehitaman, yang kemudian
berkembang kearah ujung buah. Gejala ini selanjutnya terus berkembang cepat membentuk noda dan menyatu dengan noda lainnya sehingga membentuk noda yang sangat besar sehingga buah pisang tersebut tidak menarik untuk dikomsumsi (Rumahlewang & Amanupunyo, 2012).
Perkembangan penyakit antraknosa pada buah pisang dapat diatasi dengan
menggunakan fungisida sintetis berbahan aktif iprodion 50%, namun penggunaan fungisida sintetis yang tidak bijaksana atau terus-menerus, dapat menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia, terhadap kualitas lingkungan dan berpengaruh pada resistensi patogen. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, maka diperlukan pengendalian penyakit yang ramah lingkungan, misalnya
menggunakan fungisida yang berasal dari tanaman yaitu fungisida nabati.
Fungisida nabati adalah senyawa pembunuh jamur yang bahan dasarnya dari tumbuhan. Penggunaan fungisida nabati dapat menghambat perkembangan penyakit, aman bagi konsumen, lingkungan karena mudah terurai dan juga tidak meninggalkan residu pada produk pertanian (Sudarmo, 2005). Fungisida nabati memiliki potensi menekan penyakit antraknosa pada buah pisang, karena fungisida nabati mengandung bahan aktif yang bisa menghambat pertumbuhan patogen. Senyawa-senyawa aktif tersebut mampu menekan pertumbuhan patogen. Menurut Sekarsari (2013), minyak atsiri dapat berperan sebagai antibakteri dan antifungi.
(21)
3 Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai fungisida nabati antara lain alang-alang (Imperata cylindrica),teki(Cyperus rotundus)dan babadotan(Ageratum
conyzoides). Tumbuhan ini mengandung senyawa seperti sineol, minyak atsiri dan alkaloid, yang berperan sebagai fungisida nabati. Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian tentang efektivitas ekstrak alang-alang, teki dan
babadotan untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada buah pisang ‘Cavendish’.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh ekstrak alang-alang, teki dan babadotan dalam menghambat pertumbuhan dan sporulasiC. musae.
2. Mengetahui pengaruh ekstrak alang-alang, teki dan babadotan terhadap keparahan penyakit antraknosa secarain-vivo.
1.3 Kerangka pemikiran
Dari hasil penelitian Gusmarini (2013) menunjukan bahwa kemampuan ekstrak babadotan, siam, alang-alang, dan teki dalam menekan keparahan penyakit antraknosa berbeda-beda, dan ekstrak siam, dan ekstrak teki lebih efektif dalam menekan keparahan penyakit antraknosa pada daun dan buah cabai merah di bandingkan dengan ekstrak babadotan,dan alang-alang. Ekstrak daun tersebut mengandung senyawa tertentu seperti minyak atsiri. Minyak atsiri dilaporkan dapat mengendalikan jamur patogen tanaman sepertiPhytophthora capsici, Rhizoctonia solani, Colletotrichum capsicidanColletotrichum musae(Bajpai & Kang, 2012).
(22)
4 Daun babadotan ternyata bermanfat sebagai fungisida nabati, karena babadotan mengandung saponin, minyak atsiri, polifenol dan flavanoid. Hasil penelitian Sianturi (2009) menunjukkan bahwa perlakuan yang paling efektif untuk
mengendalikanMaruca testulalisadalah dengan menggunakan ekstrak babadotan, karena babadotan mengandung saponin, minyak atsiri, polifenol dan flavanoid.
Hasil penelitian Watiet al. (2012) menunjukkan bahwa pemberian filtrat daun alang-alang pada konsentrasi 40% menunjukkan kemampuan senyawa metabolit sekunder polifenol dan flovanoid yang dapat menekan pertumbuhan miselium jamurTrichoderma sp.yang menjadi kontaminasi pada media tanam jamur tiram putih(Pleurotus ostreatus).
Iprodion 50% efektif untuk mengendalikan berbagai jenis patogen tanaman, diantaranyaColletotrichum graminicola, Pythium ultimum, Alternaria, Botrytis, Fusarium spp., Helmintosporium, Rhizoctonia solani, Sclerotinia homoeocarpa, Sclerotium, Septoria. Hasil penelitian Smiley & Craven (1979) secarain-vitro menunjukkan bahwa fungisida iprodion 50% efektif untuk menekan pertumbuhan fusarium bligth.
Hasil penelitian Szopinskaet al. (2010) menyatakan bahwa penggunaan fungisida iprodion dan biosept sebesar 0,5% memberikan hasil yang terbaik dalam
mengendalikan penyakit yang disebabkan olehAlternaria radicinapada tanaman wortel.
(23)
5 1.4 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.
1. Ekstrak alang-alang, teki dan babadotan efektif menekan pertumbuhan dan sporulasi C. musae secara in vitro.
2. Ekstrak alang-alang, teki dan babadotan efektif menekan keparahan penyakit antraknosa pada pisang kultivar Cavendish.
3. Ada perbedaan efektivitas antar fungisida nabati yang diuji.
4. Ekstrak alang-alang, teki dan babadotan memiliki efektivitas yang sama dengan iprodion 50% dalam menekan pertumbuhan dan keparahan penyakit antraknosa.
(24)
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pisang
Pisang merupakan tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Pisang merupakan jenis pisang buah yang langsung dapat dimakan setelah pisang masak (Nuryani & Soedjono, 1999). Pisang merupakan buah yang digemari oleh sebagian besar masyarakat, karena 45% dari total konsumsi buah di Indonesia adalah buah pisang (Departemen Pertanian, 2004). Pisang juga
merupakan buah yang menempati yang urutan pertama dalam produksi buah nasional pada tahun 2010, dan mengalahkan produksi jeruk yang menempati urutan yang kedua (Badan Pusat Statistik,2010 ).
Pisang juga digemari, karena buah pisang merupakan sumber vitamin A, vitamin C, vitamin B1, vitamin B2, karbohidrat protein, air dan lemak. Pada vitamin C dan vitamin A terkandung anti oksidan yang sangat bagus untuk mengurangi dampak radikal bebas dan mencegah terjadinya penyakit kanker (Direktorat pengolahan & pemasaran hasil hortikultura, 2005).
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2011 dan2012 ), produksi pisang pada tahun 2011 dan 2012 di Indonesia mencapai 6.189.052 ton.
(25)
7 Namun pada tahun 2013 mengalami penurunan produksi yaitu mencapai
5.359.126 ton (Badan Pusat Statistik,2013 ).
Klasifikasi ilmiah tanaman pisang : Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta Superdivision :Spermatophyta Division :Magnoliophyta Class :Liliopsida Subclass :Zingiberidae Order :Zingiberales Family :Musaceae Genus :Musa L
Spesies :Musa paradisiaca L(USDA,2015 ).
Menurut Priatman (2000),pisang dapat dibedakan menjadi 3 golongan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak. Misalnya pada pisang cavendish, pisang susu, pisang raja, pisang ambon, pisang barangan, dan pisang mas.
2. Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak. Misalnya pisang nangka, pisang tanduk, dan pisang kepok.
3. Pisang berbiji yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu atau pisang klutuk.
(26)
8 2.2 Colletotrichum musae
2.2.1 Klasifikasi dan morfologi Colletotrichum musae :
Kingdom :Fungi Phylum :Ascomycota Subphylum :Pezizomomycetes Class : Sordariomycetes Order :Glomerellales Family :Glomerellaceae Genus :Colletotrichum
Species :Colletotrichum musae (GBIF, 2015).
KonidiumC. musaeberbentuk jorong memanjang, berukuran 11-17 x 4-6 µm. Konidium pada ujung konidiofor yang panjangnya mencapai 30 µm dengan lebar 3-5 µm. Konidium dan konidiofor terbentuk dalam aservulus yang terletak pada permukaan tanaman yang terinfeksi. Aservulusnya berbentuk bulat dengan diameternya mencapai 400 µm, dan jarang mempunyai seta. Konidium ini dapat menular ke buah yang berasal dari daun yang sakit, dan sisa-sisa bunga yang telah mati. Konidium ini bisa terbentuk dengan suhu optimum yang mencapai 27-30 C (Basis data Hama & Penyakit Tanaman, 2014).
2.2.2 Penyakit Antraknosa
Penyakit pasca panen merupakan salah satu penyakit penting pada buah pisang. Umumnya buah pisang yang terkena penyakit ini mempunyai daya simpan yang sangat rendah. Salah satu penyakit pasca panen pada buah pisang ini adalah penyakit antraknosa yang disebabkan olehC. musae (Semangun, 1991).
(27)
9 Menurut Sibarani (2008),Colletotrichumsp dapat menginfeksi ranting, cabang, maupun buah. Pada permukaan kulit buah tampak bercak-bercak berwarna cokelat. Bercak ini sedikit melengkung ke dalam, kemudian akan segera membesar dan daging buah akan menjadi busuk (Supriyadi & Suyanti, 1992).
Gejala awal penyakit antraknosa pada buah pisang ini ditandai dengan adanya perubahan warna pada bagian-bagian tertentu dari berwarna hijau menjadi berwarna kuning, kemudian menjadi berwarna cokelat tua atau menjadi hitam, yang kemudian akan terus berkembang kearah ujung buah. Gejala ini selanjutnya terus berkembang cepat membentuk noda dan menyatu dengan noda lainnya sehingga membentuk noda yang sangat besar. Serangan ini juga mengakibatkan buahnya menjadi mengkerut, membusuk dan kering (Rumahlewang &
Amanupunyo, 2012).
2.2.3 Penyebab Penyakit Antaknosa
Penyebab penyakit antraknosa pada pisang adalahC. musae. InfeksiC. musae pada daun dapat terjadi dengan secara langsung melalui mulut kulit ataupun luka-luka yang ada. C. musae juga dapat menginfeksi secara lansung pada buah pisang dengan melalui kutikula atau permukaan kulit buahnya maupun dengan luka-luka pada bagian sisir buah pisang tersebut, itu dapat terjadi karena pemotongan sisir dari tangkai tandan (Cahyono, 2009).
Daerah penyebaran penyakit antraknosa ini biasanya hampir di semua daerah yang penghasil pisang. Penyakit ini bisanya terjadi pada musim hujan. C. musae biasanya menimbulkan gejala yang khusus pada buah pisang yaitu dengan adanya
(28)
10 bercak cokelat. Apabila terjadi kondisi yang lembab, maka buah pisang yang masak akan timbul ataupun nampak massa konidiumnya yang berwana merah muda sampai berwarna merah karat (Supriyadi & Suyanti, 1992).
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyakit
Colletotrichummerupakan jamur yang bersifat kosmopolitan, sehingga dapat menimbulkan penyakit pada berbagai jenis tanaman. Perkecambahan spora Colletotrichumdapat terjadi pada kelembaban 90% dengan suhu 15–35 C. Colletotrichumbisa bertahan pada suhu di atas 35 C, sehingga kondisi tersebut dapat mendukung perkembangan penyakit pada berbagai jenis tanaman. Faktor lain yang mempengaruhi berkembangnyaC. musaeadalah drainase yang jelek dan keadaan yang basah pada musim hujan. Penyakit antraknosa ini juga bisa tersebar luas melalui angin maupun sisa tanaman yang sakit (Cahyono, 2009).
2.2.5 Pengendalian Penyakit Antraknosa
Perkembangan penyakit antraknosa pada buah pisang ini dapat diatasi dengan menggunakan fungisida sintetis berbahan aktif iprodion 50%, namun akibat penggunaan fungisida sintetis yang tidak bijaksana atau terus-menerus, dapat menimbulkan dampak buruk, yaitu fungisida sintetis berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia, fungisida sintetis berpengaruh buruk terhadap kualitas
lingkungan, fungisida sintetis berpengaruh negatif terhadap residu pada tanaman yang berbahaya bagi kesehatan, dan fungisida kimia sintetis berpengaruh pada resistensi patogen (Angkatet al., 2006). Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, maka diperlukan pengendalian penyakit yang ramah lingkungan,
(29)
11 misalnya menggunakan fungisida yang berasal dari tanaman yaitu fungisida nabati. Sehingga diperlukan alternatif pengendalian yaitu dengan menggunakan fungisida nabati.
2.3 Fungisida Nabati
Fungisida nabati merupakan senyawa antifungi yang bahan dasarnya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungisida nabati berfungsi sebagai zat pembunuh, zat penolak, zat pengikat dan zat penghambat pertumbuhan organisme pengganggu (Haryono, 2011). Penggunaan fungisida nabati dapat mengurangi pencemaran lingkungan, dan harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan fungisida sintetis. Fungisida nabati dapat dibuat secara sederhana berupa larutan hasil rendaman, ekstrak, dan rebusan bagian tumbuhan atau tanaman, yakni berupa akar, umbi, batang, daun, biji, dan buah. Menurut Sekarsari (2013), minyak atsiri dapat berperan sebagai antibakteri dan antifungi. Senyawa fenol, difenol dan polifenol dapat menjadi racun bagi jamur (Djafaruddin, 2004). Senyawa tanin, flavonoid dan fenol dapat menghambat pertumbuhan miselium dan
(30)
12 2.3.1 Alang-Alang
Klasifikasi alang-alang : Kingdom :Plantae Subkingdom :Tracheobionta Super division :Spermatophyta Division :Magnoliophyta Class :Liliopsida Subclass :Commelinidae Order :Cyperales Famili :Poaceae
Genus :Imperata Cirillo
Spesies :Imperata cylindrica L(USDA,2015 ).
Alang-alang termasuk tumbuhan yang berkeping satu (monokotil). Alang-alang dapat memperbanyak diri secara vegetatif melaluirhizomadan secara generatif melalui pembungaan dan biji. Alang-alang tersebar pada ketinggian 1-2700 m dari atas permukaan laut. Tumbuhnya tegak dengan tinggi mencapai 30-180 cm, dan bisa berkembang dengan cepat karena alang-alang memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi pada berbagai kondisi lingkungan. Daun alang-alang berbentuk tegak, pita dan mempunyai panjang 180 cm (Charisma, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian tentang tanaman ini menyebutkan bahwa alang-alang mengandung mannitol, glukosa, asam malat, asam sitrat, coixol, arundoin,
silindrin, fernerol, simiarenol, anemonin, esin, alkali, saponin, taninin, dan polifenol (Gusmarini, 2013).
Alang-alang mengandung polifenol dan flavonoid. Senyawa fenol, difenol dan polifenol dapat menjadi racun bagi cendawan (Djafaruddin, 2004). Senyawa tanin, flavonoid dan fenol dapat menghambat pertumbuhan miselium dan perkecambahan spora. Senyawa fenol merupakan golongan alkohol yang dapat
(31)
13 mengikat daerah hidrofobik membran sel sehingga mengganggu dan
mempengaruhi integritas membran sel yang menyebabkan terbentuknya lubang pada membran sel. Mekanisme senyawa fenol berfungsi sebagai antifungi yang dapat menghambat pembentukan komponen dinding sel sehingga pertumbuhan miselium terhambat dan pada kadar yang rendah akan mendenaturasi protein lalu pada kadar yang tinggi dapat menyebabkan koagulasi protein sehingga sel
menjadi lisis dan mati (Lidyawatiet al.,2013).
Dari kandungan kimia alang-alang tersebut, terdapat kandungan holoselulosa 59,62%,α-selulosa 40,22%, lignin 31,29%, dan hemiselulosa 18,40%.
Kandungan selulosa yang lebih dari 40% ini berpotensi sebagai bahan baku untuk energi terbarukan, yaitu bioetanol (Kartikasariet al., 2013).
2.3.2 Teki
Klasifikasi teki :
Kingdom :Plantae Subkingdom :Tracheobionta Super division :Spermatophyta Division :Magnoliophyta Class :Liliopsida Subclass :Commelinidae Order :Cyperales Famili :Cyperaceae Genus :Cyperus L
Spesies :Cyperus rotundus L(USDA,2015 ).
Rumput Teki adalah Rumput palsu (batang segitiga) yang dapat hidup sepanjang tahun dengan ketinggian 10-75cm. Tanaman ini bunganya berwarna hijau kecoklatan dan biasanya tumbuh liar dikebun, ladang ataupun tempat lain dengan ketinggian 1000 m dari permukaan laut. Rumput teki memiliki bentuk batang
(32)
14 segitiga. Ciri khas pada teki ini terletak pada buahnya yang berbentuk kerucut pada pangkalnya, sedangkan pada daunnya berbentuk pita yang berwarna
mengkilat yang terdiri 4-10 helai. Selain itu rumput teki ini memiliki cabang yang khusus yang berupa geragih dan filotaksisnya berupa roset akar (Fikriet al., 2009).
Ekstrak atau tumbuhan teki ini mempunyai efek analgetik karena teki
mengandung flavonoid. Hal ini karena flavonoid yang berperan sebagai analgetik yang mekanisme kerjanya menghambat kerja enzim siklooksigenase (Pandeyet al., 2013). Studi fitokimia mengungkapkanC. rotundusmempunyai kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, minyak atsiri dan seskuiterpenoid (Fridiana, 2012).
Kandungan Kimia pada teki (Cyperus Rotundus) adalah alkaloid, flavonoid dan minyak terbang yang isinya bervariasi, seperti cyperol, cyperene I dan II, alfa– cyperone, Cyperotundone, dan cyperolone, Patcholulenone sineol, pinen, rotunal (Fikriet al., 2009).
(33)
15 2.3.3 Babadotan
Klasifikasi babadotan : Kingdom :Plantae Subkingdom :Tracheobionta Super division :Spermatophyta Division :Magnoliophyta Class :Magnoliopsida Subclass :Asteridae Order :Asterales
Famili :Asteraceae⁄ Compositae Genus :Ageratum L
Spesies :Ageratum conyzoides L(USDA,2015 ).
Babadotan tergolong sebagai tumbuhan semusim. Babadotan tumbuh tegak, tingginya sekitar 10–120 cm. Batang babadotan bulat, berambut dan panjang. Daun babadotan bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang. Bunga babadotan merupakan bunga majemuk yang berkumpul menjadi 3 atau lebih dengan bentuk malai rata. Panjang bonggol bunga babadotan sekitar 6–8 mm dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil (Setiawatiet al.,2008).
Kandungan senyawa tumbuhan babadotan ini adalah minyak atsiri, saponin, flovanoid, polifenol, HCN, alkaloid,dan kumarin (Setiawanet al.,2008). Herba babadotan ini mengandung asam amino, tanin, sulfur, dan friedelin dan potassium chorida (Sianturi, 2009). Selain itu daun babadotan ini berkhasiat sebagai obat deman maupun obat luka (Hasibuan & Nainggolan, 2007).
(34)
16
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2014 sampai dengan September 2014 di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri,
haemacytometer, bunsen, tabung reaksi, timbangan, gelas ukur, pipet tetes, pinset, korek api, LAF, mikroskop, oven,autoclave, rotamixer, labu erlenmeyer, nampan, alat tulis, jarum ose, blender, mikropipet, kaca preparat penggaris, alumunium foil, plastik cling wrap, pinset,dan label.
Bahan utama yang digunakan adalah buahpisang ‘Cavendish’, yang diperoleh dari PT. Nusantara Tropical Farm sedangkan pada bahan yang lain yang di gunakan adalah biakan murniC. musae, ekstrak alang-alang, teki, babadotan dan Fungisida Iprodion 50%, alkohol, aquades, media PDA, antibiotik, dan NaOCl 0,5%.
(35)
17 3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol (P0), ekstrak alang-alang (P1), babadotan (P2), teki (P3), dan fungisida sintetis Iprodion 50% (P4). Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap pengujian yaitu uji penghambatan ekstrak gulma dan fungisida iprodion 50% terhadap pertumbuhanC. musaesecarain-vitrodan uji pengaruh aplikasi ekstrak alang-alang, teki, babadotan dan fungisida Iprodion 50% terhadap penyakit antraknosa pada buah pisang secarain-vivo.
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, lalu dilanjutkan dengan membandingkan nilai tengah dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pembuatan MediaPotato Dextrose Agar(PDA)
Dalam pembuatan media PDA dibutuhkan air aquades sebanyak 1 liter, 20 g agar, 20 g gula pasir, dan 200 g kentang. Kentang dipotong kecil-kecil lalu direbus di dalam 1 liter air sambil diaduk-aduk, selajutnya rebusan bahan-bahan tersebut disaring ke dalam tabung erlenmeyer. Tabung erlenmeyer yang berisikan PDA diberi bahan lain dan disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C dan tekanan 1 atm selama ± 30 menit. Setelah itu proses sterilisasi selesai, media PDA didiamkan hingga dingin ataupun sampai hangat kuku kemudian ditambah 1,4 ml asam laktat.
(36)
18 3.4.2 Penyiapan biakan murniC. musae
Pada bagian buah pisang yang mempunyai gejala penyakit antraknosa diambil lalu diisolasikan. Isolasi dilakukan dengan cara bagian buah dipotong kecil-kecil ukuran 2 x 2 mm diantara bagian yang sehat dan sakit, kemudian direndam dalam larutan NaOCl 0,5% selama 1 menit, lalu ditiriskan atau dikering angin. Setelah kering, 3 atau 4 buah potongan dadu diletakkan dalam cawan yang berisikan media PDA. SelanjutnyaC. musae yang tumbuh dimurnikan kembali dalam media PDA yang lain.
3.4.3 Pembuatan Ekstrak Alang-alang, Teki, dan Babadotan.
Alang-alang, teki dan babadotan masing-masing dicuci dengan air mengalir lalu dikeringkan dengan suhu kamar. Bahan tersebut masing-masing ditimbang sebanyak 100 gr, setelah itu diblender dan dihomogenkan dalam 100 ml aquades. Komposisi bahan dan aquades yaitu 1 : 1, 100 gr bahan dan 100 ml aquades. Cairan yang diperoleh lalu disaring dengan empat lapis kain kasa steril. Semua ekstrak diuji dengan konsentrasi 10% (v/v) (Suryaningsih & Hadisoeganda, 2004). Selain fungisida nabati, digunakan juga fungisida sintetis yang berbahan aktif Iprodion 50% sebagai pembanding.
3.5 Pengujian Ekstrak Tanaman
3.5.1 Pengujian SecaraIn-vitro
Perlakuan pertama dilakukan secarain-vitrodengan menguji daya hambat ekstrak tumbuhan terhadap perkembanganC. musaepada media PDA. Media
(37)
19 didinginkan dan dituang kedalam cawan petri sebanyak 9 ml selanjutnya
ditambahkan ekstrak tanaman yang uji sebanyak 1 ml sehingga konsentrasinya 10% (v/v) dan menjadi homogen dalam satu media tersebut. Biakan murni diambil dengan bor gabus berdiameter 0,5 cm lalu diletakkan di tengah-tengah cawan petri, kemudian diinkubasi pada suhu kamar.
3.5.2 Pengujian SecaraIn-vivo
Perlakuan kedua merupakan uji pengaruh aplikasi ekstrak alang-alang, teki dan babadotan terhadap penyakit antraknosa pada buah pisang‘Cavendish’. Buah pisang yang sehat pertama-tama disterikan dengan menggunakan alkohol 70% setelah itu buah pisang, dilukai dengan jarum sebanyak 50 sayatan lalu
diaplikasikan dengan ekstrak tanaman uji konsentrasi 10% (v/v) pada buah pisang. Kemudian diinokulasikan denganC. musaedi kulit pisang yang sudah di lukai dengan cara di semprotkan denganC. musae. Selanjutnya buah pisang tersebut diinkubasi pada suhu kamar.
3.6 Pengamatan
3.6.1 Pengamatan Uji In-vitro
Pengamatan ujiin-vitrodilakukan pada pertumbuhan koloniC. musaeyang tumbuh pada media tersebut. Pengamatan ini dilakukan setiap hari. Pengamatan dapat dihentikan apabila perkembangan salah satu koloni jamur ini telah mencapai pinggiran petri.
(38)
20 Variabel yang akan diamati adalah diameter pertumbuhan koloniC. musaepada media PDA dengan rumusan sebagai berikut :
Keterangan D : Diameter koloni (cm)
D1 : DiameterC. musaearah ke atas (cm) D2 : DiameterC. musaearah ke samping (cm)
Sedangkan penghitungan kerapatan spora dilakukan dengan cara isolat diencerkan dengan aquades sampai pengenceran mencapai10 , lalu larutan tersebut
diteteskan pada kotak hitung haemocytometer setelah itu ditutup dengan
menggunakan kaca objek. Kemudian diamati dan dihitung jumlah spora yang ada pada kotak hitung sedang dibawah mikroskop.
Kerapatan spora dapat dihitung dengan menggunakanhaemacytometer:
Keterangan : K : Kerapatan spora per ml larutan
0,25 : Faktor koreksi penggunaan kotak sampai skala kecil pada haemacytometer
3.6.2 Pengamatan Ujiin vivo
Parameter yang diamati dalam percobaan ini adalah menggunakan persentase keparahan penyakit. Pengamatan dilakukan setiap hari setelah aplikasi dengan cara mengamati gejala pada buah pisang dengan menggunakan plastic wrap. Buah pisang yang bergejala dibungkus dengan menggunakan plastic wrap dengan menggunakan spidol di atasnya, lalu plastik wrap yang sudah digambar luas gejalanya dihitung menggunakan millimeter blok.
D = D1+D2 2
(39)
21 Variabel yang diamati adalah keparahan penyakit (%) dihitung dengan rumus :
KP = Luas daerah yang bergejala
(40)
28
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak teki, babadotan dan alang-alang dapat menekan pertumbuhan dan sporulasiC. musaesecarain-vitro.
2. Ekstrak teki, babadotan dan alang-alang dapat menekan keparahan penyakit antraknosa (C. musae)pada buah pisang.
3. Ekstrak teki dan babadotan lebih efektif dalam menekan pertumbuhan, sporulasiC. musaedan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang. 4. Ekstrak teki dan babadotan menunjukkan keefektifitasan yang sebanding
dengan fungisida iprodion 50% dalam menekan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka masih perlu dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai senyawa-senyawa aktif ekstrak teki dan babadotan terhadap pertumbuhanC.musaedan keparahan penyakit antraknosa.
(41)
29
PUSTAKA ACUAN
Angkat, E. S., L. Soesanto., dan E. Pramono. 2006. Pengaruh Macam dan Waktu Aplikasi Fungisida Nabati terhadap Perkembangan Penyakit Antraknosa pada Pisang Lepas Panen.Jurnal Pembangunan Pedesaan, 6(1): 32-42. Badan Pusat Statistik.2010 . Produksi Buah-Buahan Menurut Provinsi (Ton).
http.//www.bps.go.id. Diaskes pada tanggal 09 januari 2015.
Badan Pusat Statistik.2011 . Produksi Buah-Buahan Menurut Provinsi (Ton).
http.//www.bps.go.id. Diaskes pada tanggal 09 januari 2015. Badan Pusat Statistik.2012 . Produksi Buah-Buahan Menurut Provinsi
(Ton). http.//www.bps.go.id. Diaskes pada tanggal 09 januari 2015. Badan Pusat Statistik.2013 . Produksi Buah-Buahan Menurut Provinsi (Ton).
http.//www.bps.go.id. Diaskes pada tanggal 09 januari 2015.
Bajpai, V.K & S.C. Kang. 2012.In VitroandVivoInhibition of Plan Patogenic Fungi byEssential Oil and Extracts of Magnolia lilifloraDesr.Journal Agricultural Science and Technology, 14: 845-856.
Basis Data Hama & Penyakit Tanaman. 2014. Antraknosa.
http://www.opete.info/detail2.php?idp=668. Diakses pada tanggal 09 januari 2015.
Charisma, A.R. 2006. Pengaruh Penambahan Bahan Aktif EM4 dan Kotoran Ayam pada Kompos Alang-Alang terhadap Pertumbuhan Semai. Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Cahyono, B. 2009.Pisang. Penerbit Kanisius. Jogyakarta. Hlm 78. Departemen Pertanian. 2004. Pascapanen Pisang dan Pengolahannya.
http://www.deptan.go.id. Diakses 09 januari 2015.
Direktorat pengolahan & pemasaran hasil hortikultura, 2005. Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pisang.
http://pphp.deptan.go.id/xplore/files/PROFIL-ORGANISASI/RENCANA-STRATEGIS/LAMPIRAN-ROADMAP/Road%20map%20pisang.pdf. Diakses 07 Maret 2015.
(42)
30 Djafarudin. 2004.Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Bumi Aksara :
Jakarta.
Fikri, W., K. Zahro., dan F. L. Umami. 2009. Air Rebusan Rumput Teki(Cyperus Rotundus)Sebagai Alternatif Penyembuhan Sariawan.
www.haarrr.Wordpress.com. Diakses pada tanggal 09 januari 2015. Fridiana, D. 2012. Uji Antiinflamasi Ekstrak Umbi Rumput Teki (Cyperus
rotundusL.) pada Kaki Tikus Wistar Jantan yang Diinduksi Karagen. Skripsi Universitas Jember.
Gusmarini, M. 2013. Pengaruh Beberapa Jenis Ekstrak Tumbuhan terhadap Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai Besar di Lapangan. Skripsi Universitas Lampung.
Global Biodiversity Information Facility (GBIF). 2015. Taxonomy Levels for Colletotrichum musae. http://gbif.org/species/106690455/classification. Diakses pada tanggal 09 januari 2015.
Hasibuan, Z & M. Nainggolan. 2007. Penentuan Sifat Kimia Fisika Senyawa Alkaloid Hasil Isolasi dari Daun Babadotan.Jurnal Penelitian MIPA, 1(1) : 20-22.
Haryono. 2011. Konsep dan Strategi Penelitian dan Pengembangan Pestisida Nabati.Semnas Pesnab IV Jakarta. Hlm 1-8.
Kartikasari, D. S., S. Nurhatika., dan A. Muhibuddin. 2013. Potensi Alang-alang (Imperata cylindrica(L.) Beauv) dalam Produksi Etanol Menggunakan BakteriZymomonas mobilis. Jurnal Sains dan Seni Pomits,2(2): 127-131. Kumalasari, E & N. Sulistyani. 2011.Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Batang
Binahong (Anredera cordifolia(Tenore) Steen.) terhadapCandida
albicansSerta Skrining Fitokimia.Jurnal Ilmiah Kefarmasian,1(2):
51-62.
Lidyawati, R., Sudarsono dan Harsini. 2013. Daya Antifungi Rebusan Kulit Batang Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)terhadapC. Albicans pada Resin Akrilik.Traditional Medicine Journal,18(1): 46-52. Monika, I. 2014. Uji Aktivitas Ekstrak Kencur terhadap Pengendalian
PertumbuhanFusarium oxysporumdan Implementasinya dalam PembuatanFlipbook.Skripsi Universitas Tanjungpura Pontianak. Nuryani & Soedjono. 1999.Budidaya Pisang.Dahara Prize. Semarang.
Pandey,V.P., W. Bodhi., dan Yudistira. 2013. Uji Efek Analgetik Ekstrak Rumput Teki (Cyperus Rotundus L.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Novergius).Jurnal Ilmiah Farmasi–UNSRAT, 2(02): 44-48.
(43)
31 Prihatman. K. 2000. Pisang (Musaspp). Kemal Prihatman. Sistim Informasi
Manajemen Pembangunan di Pedesaan.
Rahayu, T & T. Rahayu. 2009. Uji Antijamur Kombucha Coffee terhadap Candida albicansdanTricophyton mentagrophytes.Jurnal Penelitian Sains & Teknologi,10(1): 10-17.
Ridawati, B. S., L. Diuwati., W. Sjamsuridzal. 2012. Aktivitas Antifungal Minyak Atsiri Jinten Putih terhadapCandida parapsilosisSS25,C. orthopsilosis NN14,C. metapsilosisMP27, danC. etchellsiiMP18.Makara,Sains 15(1): 58-62.
Rumahlewang, W & H.R.D. Amanupunyo. 2012. PatogenisitasColletotrichum musaePenyebab Penyakit Antraknosa Pada Beberapa Varietas Buah Pisang.Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman, 1(1): 77-81.
Smiley, R.W & M. M. Craven. 1979.In VitroEffects ofFusariumBlight Controlling Fungicides On Pathoges ofPoa Pratensi. Soil Biol. Biochem, 11: 365-370.
Semangun, H. 1991.Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Holtikultura. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Semangun, H. 2000.Ilmu Penyakit Tumbuhan.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sekarsari, A. R. 2013. Pengaruh Beberapa Fungisida Nabati Terhadap Keterjadian Penyakit Bulai pada Jagung Manis (Zea mays saccharata).Jurnal Agrotek Tropika,1(1): 98-101 .
Setiawati, S., R. Murtiningsih., N. Gunaeni., dan T. Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Oraganisme Penggangu Tumbuhan (OPT).Prima Tani Balitsa. Hlm 16-17. Sianturi, S. E. 2009. Uji Efektifitas Beberapa Insektisida Nabati pada Tanaman
Kacang Hijau dan Daun Kacang Panjang terhadap HamaMaruca testulalis Geyer ( Lepidoptera: Pyriladae).Skripsi Universitas Sumatera Utara. Sibarani, M. F. 2008. Uji Efektivitas Beberapa Pestisida Nabati untuk
Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai di Lapangan. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Soetan, K., M. A. Oyekunie., O. Aiyelaagbe., MA. Fafunso. 2006. Evaluation of the Antimicrobial Activity of Saponins Extract ofShorgum bicolor L. Moench.African Journal of Biotechnology, 5(23): 2405-2407.
Sudarmo, S. 2005.Pestisida Nabati Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius : Yogyakarta. Hlm 4-5.
(44)
32 Supryadi, A., dan Suyanti.1992. Pisang, Budidaya, Pengolahan,dan Prospek
Pasar. Penerbit Swadaya. Jakarta. Hlm 80.
Suryaningsih, E & dan Hadisoeganda. 2004.Pestisida Botani Untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Bandung.
Suyanti & Supriyadi, A. 2008.Pisang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Szopinska, D., B. Jensen dan I. M. B. Knudsen. 2010. Non-Chemical Methods for Controlling Seedborne Fungi In Carrot With Special ReferenceAlternaria radicina.Journal of Plant Protection Research,50(2): 184-192.
USDA.2015 . Plants Profile forMusa paradisiacaL. (pro sp.) French plantain .
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=MUPA3. Diakses pada tanggal 09 januari 2015.
USDA.2015 . Plants Profile forImperata cylindrica(L.) P. Beauv. cogongrass.
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=IMCY. Diakses pada tanggal 09 januari 2015
.
USDA.2015 . Plants Profile forCyperus rotundus L. nutgrass.
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CYRO. Diakses pada tanggal 09 januari 2015.
USDA.2015 . Plants Profile forAgeratum conyzoidesL. tropical whiteweed .
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=AGCO. Diakses pada tanggal 09 januari 2015.
Wati, K. D., Yuliani., dan L.S. Budipramana. 2012. Pengaruh Pemberian Filtrat Daun Alang-Alang (Imperata cylindrica L.)terhadap Pertumbuhan Miselium JamurTrichoderma Sp. yang Hidup pada Media Tanam Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).Lentera Bio, 1(2): 93-98.
(1)
(2)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak teki, babadotan dan alang-alang dapat menekan pertumbuhan dan sporulasiC. musaesecarain-vitro.
2. Ekstrak teki, babadotan dan alang-alang dapat menekan keparahan penyakit antraknosa (C. musae)pada buah pisang.
3. Ekstrak teki dan babadotan lebih efektif dalam menekan pertumbuhan, sporulasiC. musaedan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang. 4. Ekstrak teki dan babadotan menunjukkan keefektifitasan yang sebanding
dengan fungisida iprodion 50% dalam menekan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka masih perlu dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai senyawa-senyawa aktif ekstrak teki dan babadotan terhadap pertumbuhanC.musaedan keparahan penyakit antraknosa.
(3)
PUSTAKA ACUAN
Angkat, E. S., L. Soesanto., dan E. Pramono. 2006. Pengaruh Macam dan Waktu Aplikasi Fungisida Nabati terhadap Perkembangan Penyakit Antraknosa pada Pisang Lepas Panen.Jurnal Pembangunan Pedesaan, 6(1): 32-42. Badan Pusat Statistik.2010 . Produksi Buah-Buahan Menurut Provinsi (Ton).
http.//www.bps.go.id. Diaskes pada tanggal 09 januari 2015.
Badan Pusat Statistik.2011 . Produksi Buah-Buahan Menurut Provinsi (Ton). http.//www.bps.go.id. Diaskes pada tanggal 09 januari 2015.
Badan Pusat Statistik.2012 . Produksi Buah-Buahan Menurut Provinsi (Ton). http.//www.bps.go.id. Diaskes pada tanggal 09 januari 2015. Badan Pusat Statistik.2013 . Produksi Buah-Buahan Menurut Provinsi (Ton).
http.//www.bps.go.id. Diaskes pada tanggal 09 januari 2015.
Bajpai, V.K & S.C. Kang. 2012.In VitroandVivoInhibition of Plan Patogenic Fungi byEssential Oil and Extracts of Magnolia lilifloraDesr.Journal Agricultural Science and Technology, 14: 845-856.
Basis Data Hama & Penyakit Tanaman. 2014. Antraknosa.
http://www.opete.info/detail2.php?idp=668. Diakses pada tanggal 09 januari 2015.
Charisma, A.R. 2006. Pengaruh Penambahan Bahan Aktif EM4 dan Kotoran Ayam pada Kompos Alang-Alang terhadap Pertumbuhan Semai. Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Cahyono, B. 2009.Pisang. Penerbit Kanisius. Jogyakarta. Hlm 78. Departemen Pertanian. 2004. Pascapanen Pisang dan Pengolahannya.
http://www.deptan.go.id. Diakses 09 januari 2015.
Direktorat pengolahan & pemasaran hasil hortikultura, 2005. Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pisang.
http://pphp.deptan.go.id/xplore/files/PROFIL-ORGANISASI/RENCANA-STRATEGIS/LAMPIRAN-ROADMAP/Road%20map%20pisang.pdf. Diakses 07 Maret 2015.
(4)
Fikri, W., K. Zahro., dan F. L. Umami. 2009. Air Rebusan Rumput Teki(Cyperus Rotundus)Sebagai Alternatif Penyembuhan Sariawan.
www.haarrr.Wordpress.com. Diakses pada tanggal 09 januari 2015. Fridiana, D. 2012. Uji Antiinflamasi Ekstrak Umbi Rumput Teki (Cyperus
rotundusL.) pada Kaki Tikus Wistar Jantan yang Diinduksi Karagen. Skripsi Universitas Jember.
Gusmarini, M. 2013. Pengaruh Beberapa Jenis Ekstrak Tumbuhan terhadap Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai Besar di Lapangan. Skripsi Universitas Lampung.
Global Biodiversity Information Facility (GBIF). 2015. Taxonomy Levels for Colletotrichum musae. http://gbif.org/species/106690455/classification. Diakses pada tanggal 09 januari 2015.
Hasibuan, Z & M. Nainggolan. 2007. Penentuan Sifat Kimia Fisika Senyawa Alkaloid Hasil Isolasi dari Daun Babadotan.Jurnal Penelitian MIPA, 1(1) : 20-22.
Haryono. 2011. Konsep dan Strategi Penelitian dan Pengembangan Pestisida Nabati.Semnas Pesnab IV Jakarta. Hlm 1-8.
Kartikasari, D. S., S. Nurhatika., dan A. Muhibuddin. 2013. Potensi Alang-alang (Imperata cylindrica(L.) Beauv) dalam Produksi Etanol Menggunakan BakteriZymomonas mobilis. Jurnal Sains dan Seni Pomits,2(2): 127-131. Kumalasari, E & N. Sulistyani. 2011.Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Batang
Binahong (Anredera cordifolia(Tenore) Steen.) terhadapCandida
albicansSerta Skrining Fitokimia.Jurnal Ilmiah Kefarmasian,1(2):
51-62.
Lidyawati, R., Sudarsono dan Harsini. 2013. Daya Antifungi Rebusan Kulit Batang Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)terhadapC. Albicans pada Resin Akrilik.Traditional Medicine Journal,18(1): 46-52. Monika, I. 2014. Uji Aktivitas Ekstrak Kencur terhadap Pengendalian
PertumbuhanFusarium oxysporumdan Implementasinya dalam PembuatanFlipbook.Skripsi Universitas Tanjungpura Pontianak. Nuryani & Soedjono. 1999.Budidaya Pisang.Dahara Prize. Semarang.
Pandey,V.P., W. Bodhi., dan Yudistira. 2013. Uji Efek Analgetik Ekstrak Rumput Teki (Cyperus Rotundus L.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Novergius).Jurnal Ilmiah Farmasi–UNSRAT, 2(02): 44-48.
(5)
Ridawati, B. S., L. Diuwati., W. Sjamsuridzal. 2012. Aktivitas Antifungal Minyak Atsiri Jinten Putih terhadapCandida parapsilosisSS25,C. orthopsilosis NN14,C. metapsilosisMP27, danC. etchellsiiMP18.Makara,Sains 15(1): 58-62.
Rumahlewang, W & H.R.D. Amanupunyo. 2012. PatogenisitasColletotrichum musaePenyebab Penyakit Antraknosa Pada Beberapa Varietas Buah Pisang.Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman, 1(1): 77-81.
Smiley, R.W & M. M. Craven. 1979.In VitroEffects ofFusariumBlight Controlling Fungicides On Pathoges ofPoa Pratensi. Soil Biol. Biochem, 11: 365-370.
Semangun, H. 1991.Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Holtikultura. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Semangun, H. 2000.Ilmu Penyakit Tumbuhan.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sekarsari, A. R. 2013. Pengaruh Beberapa Fungisida Nabati Terhadap Keterjadian Penyakit Bulai pada Jagung Manis (Zea mays saccharata).Jurnal Agrotek Tropika,1(1): 98-101 .
Setiawati, S., R. Murtiningsih., N. Gunaeni., dan T. Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Oraganisme Penggangu Tumbuhan (OPT).Prima Tani Balitsa. Hlm 16-17. Sianturi, S. E. 2009. Uji Efektifitas Beberapa Insektisida Nabati pada Tanaman
Kacang Hijau dan Daun Kacang Panjang terhadap HamaMaruca testulalis Geyer ( Lepidoptera: Pyriladae).Skripsi Universitas Sumatera Utara. Sibarani, M. F. 2008. Uji Efektivitas Beberapa Pestisida Nabati untuk
Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai di Lapangan. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Soetan, K., M. A. Oyekunie., O. Aiyelaagbe., MA. Fafunso. 2006. Evaluation of the Antimicrobial Activity of Saponins Extract ofShorgum bicolor L. Moench.African Journal of Biotechnology, 5(23): 2405-2407.
Sudarmo, S. 2005.Pestisida Nabati Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius : Yogyakarta. Hlm 4-5.
(6)
Suryaningsih, E & dan Hadisoeganda. 2004.Pestisida Botani Untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Bandung.
Suyanti & Supriyadi, A. 2008.Pisang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Szopinska, D., B. Jensen dan I. M. B. Knudsen. 2010. Non-Chemical Methods for Controlling Seedborne Fungi In Carrot With Special ReferenceAlternaria radicina.Journal of Plant Protection Research,50(2): 184-192.
USDA.2015 . Plants Profile forMusa paradisiacaL. (pro sp.) French plantain . http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=MUPA3. Diakses pada tanggal 09 januari 2015.
USDA.2015 . Plants Profile forImperata cylindrica(L.) P. Beauv. cogongrass. http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=IMCY. Diakses pada tanggal 09 januari 2015
.
USDA.2015 . Plants Profile forCyperus rotundus L. nutgrass.
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CYRO. Diakses pada tanggal 09 januari 2015.
USDA.2015 . Plants Profile forAgeratum conyzoidesL. tropical whiteweed . http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=AGCO. Diakses pada tanggal 09 januari 2015.
Wati, K. D., Yuliani., dan L.S. Budipramana. 2012. Pengaruh Pemberian Filtrat Daun Alang-Alang (Imperata cylindrica L.)terhadap Pertumbuhan Miselium JamurTrichoderma Sp. yang Hidup pada Media Tanam Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).Lentera Bio, 1(2): 93-98.