UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA HANG STLYE MELALUI ALAT BANTU MODIFIKASI SIMPAI KESET DAN BOL PADA SISWA KELAS X1 DI SMA NEGERI 1

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR LOMPAT
JAUH GAYA HANG STLYE MELALUI ALAT BANTU MODIFIKASI
SIMPAI KESET DAN BOL PADA SISWA KELAS X1 DI SMA NEGERI 1
TRIMURJO
Oleh
Eka Yuniawati
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran gerak
dasar lompat jauh gaya hang stlye melalui alat bantu pada siswa kelas X1 di SMA
Negeri 1 Trimurjo.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas (Class room Action Reserch), dengan tiga siklus, dimana pada setiap siklus
menggunakan tindakkan yang berbeda-beda. Siklus pertama menggunakan simpai
dimana siswa harus melakukan awalan dengan benar, siklus kedua menggunakan
keset sebagai papan tolakan untuk pada saat siswa melakukan tolakan, dan siklus
ketiga menggunakan bola yang digantung pada tiang bambu sebagai latihan pada saat
melayang diudara.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Trimurjo kelas X1 yang
berjumlah 32 siswa. Pengumpulan data diambil dari tes berupa pengamatan
keterampilan gerak dasar yang meliputi posisi awal, posisi persiapan, posisi akhir.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan gerak dasar
lompat jauh gaya menggantung melalui latihan drill penggunaan alat tes
holahop,keset,dan tiang bambu pada setiap siklusnya, adapun peningkatan pada setiap
siklus adalah sebagai berikut siklus pertama sebesar 50%, siklus kedua sebesar 63%,
dan siklus ketiga sebesar 91%.
Proses pembelajaran dengan alat bantu holahop, keset, tiang bambun yang di
gantungi bola dapat memberikan peningkatan hasil belajar gerak dasar lompat jauh
gaya menggantung siswa kelas x1 SMA N 1 Trimurjo. Dan pada setiap siklus
tindakan yang diberikan memberikan pengaruh yang berarti terhadap peningkatan
prosentase keberhasilan gerak dasar lompat jauh gaya hang stlye.
Kata kunci : hang stlye alat bantu

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ...............................................................................................
ii
MOTTO ...................................................................................................
viii
PERSEMBAHAN ....................................................................................

ix
SANWANCANA .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Identifikasi Masalah ................................................................................

1
5

C. Rumusan Masalah .........................................................................
D. Tujuan Penelitian ...........................................................................

E. Manfaat Penelitian .........................................................................

5
6
7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Hakikat Pembeajaran ...................................................................
1. Pembelajaran motorik .................................................... ...........
2. Pengertian Atletik .................................................... ..................
3. Nomor-nomor atletik .................................................................
4.Tahapan lompat, melayang dan mendarat ....................................
B. Hakikat Strategi pembelajaran ........................................................
C.Latihan Drill .....................................................................................
D.Kerangka Berpikir ............................................................................
E. Hipotesis .........................................................................................

8
9
14

16
18
22
28
29
30

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian .........................................................................
B. Subyek Penelitian ..........................................................................
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ......................................................
D. Rancangan Penelitian .....................................................................
E. Instrumen Penelitian ......................................................................
F. Teknik Analisis Data .....................................................................

31
33
34
34
38

38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................
B. Pembahasan ...................................................................................
C. Hipotesis ........................................................................................

40
52
57

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran ................................................................................................

58
59

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................


60
62

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai
perseorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan
jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan,
kecerdasan dan pembentukan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani
yang dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta didik, tingkat
kematangan, kemampuan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses

pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan
Jasmani adalah sangat penting dalam memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas
jasmani yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu
diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif
sepanjang hayat.

2

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan yang diajarkan di
sekolah. Pendidikan jasmani adalah sutau bagian dari pendidikan secara
keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani, pembinaan hidup sehat untuk
pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang
serasi, selaras, dan seimbang. Dalam pendidikan jasmani sudah termasuk proses
internal dalam pendidikan sebab pendidikan jasmani mengandung ranah-ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif yang dikembangkan dalam
pendidikan jasmani yaitu siswa diberikan suatu materi-materi ilmu pengetahuan
sebagai pendukung dalam aktivitas kegiatan jasmani. Ranah afektif yang
dikembang kemudian dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yaitu
siswa dilatih pengalaman sebagai pemimpin, dilatih disiplin dan menerapakan

nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani yaitu menjujung
sporitvitas dan fair play dalam bermain. Ranah psikomotor merupakan
pengalaman mempraktikkan keterampilan gerak dasar dalam berbagai
permainan dalam olahraga.
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Trimurjo adalah sekolah yang merujuk
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan memberikan
kesempatan kepada guru untuk berinovasi dalam metode pembelajaran. Salah
satu materi pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani adalah mempraktikkan
teknik dasar lompat jauh gaya (Hang Stlye). Tujuan pembelajaran lompat jauh
adalah siswa dapat mengetahui dan melakukan konsep gerak dasar awalan,
menolak, gaya yang digunakan pada saat melayang dan mendarat dengan baik
dan benar, serta mempraktikkan nilai-nilai disiplin, percaya diri, semangat,
sportivitas dan kejujuran.

3

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Trimurjo, penulis
melihat ketika pembelajaran atletik sikap pada saat melakukan awalan sering
siswa melakukan memperpendek langkah,pada saat melakukan tolakan siswa
sering tidak tepat menolak pada papan tolakan ada yang melewati maupun

sebelum papan tolakan sehingga siswa tidak dapat menempatkan kaki tumpuan
yaitu kaki yang terkuat kanan atau kiri ,dan pada saat melayang diudara siswa
terlalu cepat sehingga untuk proses pendaratan juga tidak tepat ada terjatuh
kebelakang yang benar adalah jatuh kedepan,dan masih rendah dan sarana
pembelajaran yang kurang mendukung. Pembelajaran yang biasa digunakan oleh
guru adalah menjelaskan tentang materi lompat jauh, memberikan contoh satu
atau dua kali tentang kelangsungan gerak dasar lompat jauh dari awalan sampai
mendarat, kemudian siswa disuruh melakukan gerak dasar tersebut.
Kesalahan yang dilakukan dievaluasi dan diperbaiki, kemudian dilakukan
perbaikan dengan satu atau dua kali lompatan dan dilanjutkan dengan pengetesan
untuk mendapatkan nilai. Selain itu, ketergantungan guru Pendidikan Jasmani
pada sarana dan prasarana yang standar menyebabkan pola pembelajaran yang
kurang variatif dan cenderung membosankan siswa. Keterbatasan lahan yang
dimiliki sekolah membuat guru hanya memberikan materi sebatas pemberian
teknik dasar di bak pasir. Sehingga siswa harus menunggu giliran
mempraktikkan teknik dasar lompat jauh di bak pasir. Siswa menjadi bosan dan
jenuh karena sedikit melakukan tugas gerak dan lebih banyak diam.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas X-1 hasilnya masih rendah, hal ini
dapat dilihat pada data akhir penilaian guru. Dari data yang diperoleh, siswa
yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 65 hanya sebanyak 40%,


4

sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 sebanyak 60%. Sedangkan
siswa dinyatakan berhasil atau tuntas dalam mengikuti proses belajar mengajar
jika mendapat nilai 67.
Berdasarkan uraian di atas, jika guru ingin meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran yang lebih baik, maka guru perlu mengadakan perbaikan dalam hal
metode atau model pembelajaran, perbaikan terhadap kualitas penggunaan alat
bantu belajar dan juga perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi
yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa. Dengan upaya
tersebut diharapkan dapat mencapai efektivitas pembelajaran dan siswa akan
mempunyai pengalaman gerak yang banyak dan beragam.
Latihan Drill merupakan salah satu pembelajaran dengan konsep dasar
pengulangan gerakan yang telah dipelajari atau dimiliki sehingga akan menjadi
automatisasi gerakan bagi siswa. Dengan pengulangan gerakan lompat jauh gaya
menggantung secara berulang-ulang dengan alokasi waktu 4 jam atau setara
dengan 2 kali tatap muka diharapkan akan menjadi pembelajaran yang tepat dan
efektif.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan judul “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Hang Stlye Melalui
Metode Drill Pada Siswa Kelas X-1 SMAN Trimurjo”. Dengan harapan melalui
metode Drill akan tercapai keberhasilan pembelajaran sekaligus memberikan
pengalaman yang menyenangkan dalam pembelajaran atletik khususnya pada
nomor lompat jauh.

5

B. Identifikasi Masalah
1. Sebagian siswa kelas X-1 di SMA N 1 Trimurjo belum dapat melakukan
gerak awalan lompat jauh dengan benar pada saat berlari.
2. Sebagian siswa belum dapat melakukan tolakan dengan benar pada papan
tumpuan tolakan.
3. Sebagian siswa belum dapat melakukan sikap melayang diudara dan pada
saat mendarat dengan benar.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
1. Apakah dengan alat bantu simpai dapat meningkatkan kemampuan lompat
jauh gaya Hang Stlye pada siswa kelas X-1 di SMAN 1 Trimurjo?
2. Apakah dengan alat bantu keset dapat meningkatkan kemampuan lompat
jauh gaya Hang Stlye pada siswa kelas X-1 di SMAN 1 Trimurjo?
3. Apakah dengan alat bantu tiang bambu yang digantungi bola dapat
meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stye pada
siswa kelas X-1 di SMA N 1 Trimurjo ?

6

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Ingin meningkatkan pembelajaran lompat jauh gaya Hang Stlye pada siswa
kelas X-1 di SMA N 1 Trimurjo sehingga tercapai keberhasilan
pembelajaran.
2. Tujuan khusus
Memberikan metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan gerak
dasar lompat jauh gaya Hang Stlye pada siswa kelas X-1 SMA N 1
Trimurjo yaitu dengan menggunakan 3 siklus tindakan, yaitu :
a.

Siklus 1 : Pada siklus ini upaya untuk meningkatkan kemampuan gerak
dasar lompat jauh gaya Hang Stlye melalui alat bantu
modifikasi menggunakan simpai yang ditempatkan sebelum
papan tolakan, tujuannya supaya memudahkan siswa untuk
mengatur jarak langkah menuju papan tolakan.

b. Siklus 2 : Pada siklus ini upaya untuk meningkatkan kemampuan gerak
dasar lompat jauh gaya Hang Stlye melalui alat bantu
modifikasi menggunakan keset sebagai pengganti papan
tolakan yang sesungguhnya, tujuannya agar dapat
memudahkan siswa untuk melakukan tolakan pada keset yang
berbahan kain.
c. Siklus 3 : Pada siklus ini upaya untuk mningkatkan kemampuan gerak
dasar lompat jauh gaya Hang Stlye melalui alat bantu
modifikasi menggunakan tiang bambu yang digantungi bola

7

tujuannya agar dapat meningkatkan kemampuan gerakan
dasar lompat jauh dengan melompat meraih bopla setinggitingginya.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa
Upaya meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stlye
dengan metode yang tepat dan menyenangkan kemudian menunjang dalam
pencapaian kemampuan gerak spesialisasi (terampil) pada usia dewasa.

2.

Bagi guru
Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam usaha menciptakan
pembelajaran yang bermakna dan berkualitas, menentukan metode
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap kemampuannya dan
tercapailah keberhasilan pembelajaran.

3.

Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat jauh siswa. Dan juga
memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani di
masa yang akan datang.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang dirancang untuk mendukung
proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku individu yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Oemar Hamalik (2003),
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (2006), pembelajaran adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar
secara aktif. Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan
seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Di dalam
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional
menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Berdasarkan kutipan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang dan disusun agar

9

terjadi proses belajar pada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran pada
suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

1. Pembelajaran Motorik
Menurut Sujiono ( 1997 : 1.1 ) bahwa motorik adalah semua gerakan yang
mungkin dapatkan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat
disebut sebagai perkembangan dari unsur-unsur kematangan dan pengendalian
gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan
pusat motorik di otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak
sesederhana apa pun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks
dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Jadi, otaklah
yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol
semua aktivitas fisik dan mental seseorang.
Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak, secara simultan dan
berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang dia terima. Bersamaan
dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat
yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerakan anak. Dalam
kaitannya dengan perkembangan motorik anak, gerak merupakan unsur utama
dalam pengembangan motorik anak. Oleh sebab itu, perkembangan kemampuan
anak akan dapat terlihat jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat
mereka lakukan.
Jika anak banyak bergerak, maka akan semakin banyak manfaat yang dapat di
peroleh anak ketika ia makin terampil dan mampu menguasai gerakan
motoriknya. Selain kondisi badan juga semakin sehat karena anak banyak

10

bergerak, ia juga menjadi lebih percaya diri dan mandiri. Anak akan menjadi
semakin yakin dalam mengerjakan segala kegiatan karena ia tahu akan
kemampuan fisiknya. Anak-anak yang baik perkembangan motoriknya, biasanya
juga mempunyai keterampilan dan kemampuan sosial yang positif. Mereka akan
senang bermain bersama teman-temannya karena dapat mengimbangi gerak
teman-teman sebayanya, seperti melompat-lompat dan berlari-lari.
Perkembangan lain yang juga berhubungan dengan kemampuan motorik anak
adalah anak akan semakin cepat bereaksi, semakin baik koordinasi mata dan
tangannya, dan anak semakin tangkas dalam bergerak. Dengan semakin
meningkatnya rasa percaya diri anak, maka anak tersebut juga akan merasa
bangga jika ia dapat melakukan beberapa kegiatan.
Pengertian motorik dan gerak seringkali menjadi satu, hal ini di sebabkan
memang di antara kedua istilah tersebut sangat sulit di tarik suatu batasan yang
konkrit. Kedua istilah ini ( motorik dan gerak ), merupakan dua istilah yang saling
terkait yang tidak dapat di pisahkan, karena di antara kedua istilah tersebut
memang terdapat hubungan sebab akibat. Namun demikian diperlukan suatu
batasan yang minimal dapat memberikan penjelasan terhadap hubungan sebab
akibat yang di maksud.
Motorik dapat diartikan sebagai suatu rangkaian peristiwa laten yang tidak dapat
di amati dari luar. Pengertian umum ini belum dapat memberikan kejelasan yang
lebih tajam. Untuk itu diperlukan suatu defenisi yang lebih operasional. Motorik
adalah suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses-proses
pengendalian dan pengaturan fungsi-fungsi organ tubuh, baik secara fisiologis

11

maupu secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerakan ( Kiram,
1992:48 ). Peristiwa-peristiwa laten yang tidak dapat di amati tersebut meliputi
antara lain : penerimaan informasi/stimulus, pemberian makna terhadap
informasi, pengolahan informsi, proses pengambilan keputusan, dan dorongan
untuk melakukan berbagai bentuk aksi-aksi motorik ( keseluruhannya merupakan
peristiwa psikis ). Setelah itu di lanjutkan dengan peristiwa psiologis yang
meliputi pemberian, pengaturan, dan pengendalian impuls kepada organ-organ
tubuh yang terlibat dalam melaksanakan aksi-aksi motorik, sebagai hasil dari
kedua peristiwa laten tersebut adalah gerak yang dapat di amati.
Menurut Drowtzky ( dalam Sugianto, 1998:269 )” Belajar gerak (motorik) adalah
belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskuler yang di ekspresikan
dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh “. Proses belajar motorik meliputi
pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya; kemudian
menirukan dan mencoba melakukannya berulang kali ; untuk kemudian
menerapkan pola-pola gerak yang di kuasai di dalam kondisi-kondisi tertentu
yang di hadapi, dan akhirnya diharapkan siswa bisa menciptakan gerakan-gerakan
yang lebih efisien untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak tertentu. Domain
kemampuan yang paling intensif keterlibatannya adalah domain fisik dan domain
psikomotor, namun bukan berarti bahwa domain kognitif dan domain afektif tidak
terlibat. Domain kognitif dan domain afektif tetap terlibat, namun tidak
merupakan unsur sentral di dalamnya. Sedangkan mengenai hasil belajar di dalam
gerak adalah berupa peningkatan kualitas gerakan tubuh.

12

Jadi, dari defenisi di atas, dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa motorik (gerak)
merupakan :
a. suatu aksi yang direncanakan dan di atur secara sadar.
b. Motorik terjadi berdasarkan sistem pengaturan sensor motorik.
c. Proses motorik adalah proses yang terjadi secara fsiologis dan biokimia, yang
mempengaruhi kontraksi otot yang menimbulkan suatu bentuk gerakan.
d. Gerak adalah proses peralihan tempat atau kedudukan, baik hanya sekali
maupun berkali-kali (Poerwadarminta 1984). Sedangkan menurut Depdikbud
(1996), gerak manusia adalah aktifitas jasmani dan yang dilakukan secara
sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik,
mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif.
e. Berdasarkan kutipan pendapat di atas, maka peneliti simpulkan bahwa gerak
merupakan bagian dari keterampilan motorik yang terdiri atas gerak gerik
yang harus dilakukan dalam urutan tertentu yang mengacu pada
keterampilan motorik itu sendiri, koordinasi antara gerak gerik anggota
badan yang satu dengan yang lainnya, sedangkan belajar gerak adalah suatu
proses untuk menguasai berbagai keterampilan gerak.
f. Proses pembelajaran gerak dikatakan berhasil bila terjadi perubahan diri
siswa atau peserta didik berupa perubahan perilaku yang menyangkut
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran peserta
didik harus menunjukkan kegairahan tinggi, semangat yang besar, dan
percaya diri.
g. Berdasarkan proses pembelajaran gerak di atas, maka guru mempunyai peran
sangat besar untuk menciptakan dan mempertahankan keberlangsungan

13

proses pembelajaran, guna tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dapat
tercapai efektif dan efisien. Menurut Sugianto (1991), mengatakan ada tiga
tahapan keterampilan gerak, yaitu :

1. Tahap Kognitif
Siswa belajar keterampilan baru, harus mengetahui lebih dahulu
keterampilan apa yang akan dipelajari, urutan gerak gerik yang tepat dan
mengkoordiansikan keterampilan keterampilan gerak terhadap anggota
badan (penyesuaian).

2. Tahap Fiksasi
Masa latihan untuk memperkenalkan kegiatan menurut urutan gerak
gerik yang tepat mengkoordinasikan keterampilan gerak tersebut kepada
anggota badan.

3. Tahap Otomatisasi
Tahap ini harus sudah berjalan lancar tanpa perlu memikirkan lagi
urustan dan latihan sebagainya, namun kemajuan tetap memungkinkan
sehingga keluwesan dan keunggulan meningkatnya hasil gerak harus
diperhatikan.

Salah satu tujuan Pendidikan Jasmani di sekolah adalah mengembangkan
katerampilan gerak. Dalam pengembangannya melalui suatu pembinaan yang
sistematis dan teratur, proses pembelajran harus sejalan dengan kematangan siswa
dalam usia maupun fisik. Gerak adalah proses peralihan tempat atau kedudukan,
baik hanya sekali maupun berkali-kali (Poerwadarminta 1984). Sedangkan

14

menurut Depdikbud (1996), gerak manusia adalah aktifitas jasmani dan yang
dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan
motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang
aktif.
Gerak merupakan bagian dari keterampilan motorik yang terdiri atas gerak gerik
yang harus dilakukan dalam urutan tertentu yang mengacu pada keterampilan
motorik itu sendiri, koordinasi antara gerak gerik anggota badan yang satu dengan
yang lainnya, sedangkan belajar gerak adalah suatu proses untuk menguasai
berbagai keterampilan gerak.
Proses pembelajaran gerak dikatakan berhasil bila terjadi perubahan diri siswa
atau peserta didik berupa perubahan perilaku yang menyangkut pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran peserta didik harus
menunjukkan kegairahan tinggi, semangat yang besar, dan percaya diri.

2. Pengertian Atletik

Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat dilombakan, meliputi,
beberapa nomor-nomor lomba terpisah berdasarkan kemampuan gerak dasar
manusia seperti; berjalan, berlari, melompat dan melempar. Gerakan-gerakan
yang dilakukan dan terdapat pada semua cabang olahraga, pada intinya
merupakan dasar yang berasal dari gerakan olahraga atletik. Oleh karena itu,
tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa atletik merupakan ibu dari semua
cabang olahraga, (Aip Syaifudin, 1992: 2).

15

Menurut U.Jonath,E.Haag R. Krempel, dalam (Yudha, 2000: 5) Latihan atletik
merupakan sarana yang baik sekali dalam peningkatan kemampuan tubuh untuk
berprestasi secara umum. Latihan atletik dapat dikembangkan dengan baik serta
dapat disempurnakan peredaran darah dan sistem syaraf maupun sifat-sifat dasar
fisik seperti: tenaga, kecepatan, stamina, kemudahan gerak dan ketangkasan.
Atletik juga merupakan olahraga yang banyak pilihannya, yang meliputi banyak
even yang berlainan satu sama lain, baik metode pelaksanaannya maupun sifatsifat jasmaniah para pelakunya.
Perkembangan yang terjadi dalam kegiatan atletik, banyak orang yang
menggunakannya sebagai media untuk memulai kegiatan olahraga sebagai
permainan dan kegiatan olahraga inti, untuk membuktikan kemampuannya di
lapangan. Untuk itu muncul istilah Track And Field yang artinya perlombaan
yang dilakukan di lintasan dan di lapangan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diartikan bahwa atletik merupakan
salah satu induk olahraga atletik yang di dalamnya terdapat beberapa nomornomor lomba yaitu, berjalan, berlari, melompat dan melempar. Untuk mendukung
peningkatan kemampuan atlet berprestasi maka dibutuhkan sebuah latihan yang
teratur agar atlet mempunyai tenaga, kecepatan dan stamina yang tangguh.
Latihan tersebut hanyalah untuk membuktikan kemampuan atau prestasi yang
telah dicapai atlet dengan sebuah ajang lomba.

16

3. Nomor- Nomor Dalam Atletik
a. Nomor Lari (Running Event)
Nomor lari terdiri dari 11 event individual dan estafet 3 x 400 dan 4 x 400
m, dikelompokkan dalam beberapa grup sebagai berikut: sprint lari jarak
pendek 100, 200, 300dan 400 m. untuk lari jarak menengah 800 m, dan
1500 m. Lari jarak menengah jauh 5000 m. Lari jarak jauh 10000 m dan
maraton 42,195, lari gawang 110 dan 400 m, (Aip Syaifudin, 1992: 2).
b. Nomor lempar
Nomor lempar terdiri dari empat macam, yaitu: tolak peluru, lempar
lembing, lempar cakram dan lontar martil. Beberapa unsur-unsur dalam
nomor lempar yaitu: 1) kekuatan, 2) daya ledak, 3) kecepatan, 4)
kelenturan, 5) Kelincahan, 6) ketangkasan, 7) koordinasi, 8) balance, (Aip
Syaifudin, 1992: 8).
c. Nomor Lompat
Dalam nomor lompat sendiri terdiri dari lompat jauh, lompat jangkit, lompat
tinggi dan lompat galah. Sementara lompat jauh dalam pelaksanaannya
mempunyai tiga gaya yaitu: 1) Gaya Jongkok (Tuck Style), 2) Gaya
Menggantung (Hang Style), 3) Gaya Berjalan di Udara (Walking in the Air).
Olahraga lompat jauh sebagai salah satu nomor lompat dari cabang olahraga
atletik, maka seorang atlet akan dituntut untuk melakukan gerakan
melompat atau maju ke depan melalui tumpuan pada balok tolakan dengan

17

sekuat-kuatnya untuk mendarat sejauh mungkin dalam bak pasir, (Aip
Syarifuddin, 2002: 10).
d. Lompat Jauh
Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan yang merupakan rangkaian
urutan gerak yang dilakukan untuk mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya
dari kombinasi hasil kecepatan horizontal dari awalan, dengan daya vertical
yang dihasilkan oleh daya tolak. Selanjutnya menurut Balletores (1979: 38)
“lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal dari awalan sewaktu
daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki menolak”. Hasil dari kedua
gaya menentukan parabola titik gravitasi yaitu meraih kecepatan awalan
yang setinggi-tingginya Sambil tetap mampu melaksanakan tolakan yang
kuat ke atas dengan satu kaki untuk meraih ketinggian saat melayang yang
memadai sehingga dapat menghasilkan jauhnya jarak lompatan.
Sedangkan menurut Jonath dkk (1987: 68) mengemukakan hasil
penelitianya bahwa dua pertiga prestasi lompat jauh tergantung dari
ancang-ancang, dan hanya sepertiga bergantung pada power lompatan.
Pelompat yang jauh dan baik harus secepat pelari, mempunyai power
pelompat tinggi, dan iramanya seperti pelari gawang.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lompat jauh
merupakan gerakan melompat sejauh- jauhnya dengan memindahkan
seluruh tubuh dari titik awalan hingga ketitik akhir yaitu pendaratan, yaitu
degan cara berlari secepat-cepatnya kemudian menolak, melayang di udara
dan mendarat.

18

4. Tahapan Dalam Lompat Jauh Gaya Hang Stlye

Adapun pelaksanaan lompat jauh gaya Hang Stlye adalah sebagai berikut :
1) Tahap Lari Awalan
Tujuan dari lari awalan adalah guna mencapai kecepatan maksimum yang
terkontrol. Pada saat melakukan awalan pelompat harus memperkirakan langkah
lari sepanjang lintasan awalan lompat jauh. Karena jika pelompat tidak
memperkirakan langkah dan ragu-ragu dalam melakukan sprint maka akan
menimbulkan langkah akhir yang tidak teratur, dan kemungkinan besar
mengalami kerugian dalam melakukan tolakan, seperti jarak menjadi lebih
pendek atau pun melewatkan papan tolakan yang membuat gagal dalam suatu
lompatan.
Dan dari keempat unsur teknik dalam lompat jauh, kecepatan awalan dan
bertumpu memberikan korelasi yang lebih besar terhadap hasil lompatan
dibandingkan sikap di udara dan mendarat, seperti yang dijelaskan oleh IAAF
(2001); Karakteristik teknik :
a. Panjang lari awalan bervariasi antara 10 langkah (untuk pemula) dan lebih
dari 20 langkah (untuk atlet kelas unggulan)
b. Teknik lari sama dengan lari sprint
c. Kecepatan meningkat terus menerus sampai mencapai balok tumpuan

Gambar 1 : Teknik awalan lompat jauh diadaptasi dari IAAF, 2000.

19

2) Tahap Bertolak/Bertumpu
Tujuan tolakan dalam lompat jauh adalah untuk memaksimalkan kecepatan
vertikal dan guna memperkecil hilangnya kecepatan horizontol. Padalompat
jauh, tolakan dilakukan menggunakan kaki yang terkuat sehingga menimbulkan
gerakan ke atas depan sebagai akibat reaksi. Saat menolak kaki tolak menginjak
di papan tolak dengan sekuat mungkin. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan mengemukakan bahwa ”Sudut tumpuan tidak terlalu besar
sehingga arah lompatan ke atas seperti pada lompat tinggi, seharusnya ke depan
tetapi cukup tinggi”. Dengan membentuk sudut lompatan sebesar 450 akan
menghasilkan gerakan parabola yang sempurna dan jarak horizontalnya pun
akan lebih jauh. Karakteristik teknik :
-

Penancapan kaki adalah aktif dan cepat dengan suatu gerakan “ke bawah dan
ke belakang”. (Gerakan mengkais) (1)
a.

Waktu bertolak adalah dipersingkat, pembengkokkan minimum dari kaki
penumpu.

b. Paha kaki bebas dodorong ke posisi horizontal. (2)
c.

Sendi-sendi mata kaki, lutut, dan pinggang diluruskan penuh.

Gambar 2 : Teknik tolakan dalam lompat jauh
diadaptasi dari IAAF (2000)

20

3) Tahap Melayang Gaya Hang Stlye
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengemukakan :
”Yang penting pada saat melayang di udara ini bukan cara melayangnya
yang diutamakan tetapi tetap terpeliharanya keseimbangan badan dan
mengusahakan melayang diudara selama mungkin dan menyiapkan letak
kaki dalam posisi yang menguntungkan pada waktu mendarat ialah
dengan kaki yang diacungkan ke depan lemas-lemas.”
(www. depdiknas. go . id)
Saat pelompat telah lepas dari papan tolakan, badan pelompat dipengaruhi oleh gaya
tarik bumi. Dan upaya untuk mengatasi gaya tarik bumi tersebut si pelompat harus
dapat melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dan
kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan
yang dilakukan oleh si pelompat, maka akan semakin dapat membawa titik berat
badan melayang di udara. Sangat penting gerakan tangan dan kaki dalam hal
menjaga keseimbangan dan persiapan untuk mendarat.
Karakteristik gerak dasar :
1. Tungkai ayun dipertahankan pada posisi tolak
2. Tungkai tolak mengikuti selama waktu melayang
3. Tungkai tolak ditekuk, ditarik ke depan dan ke atas mendekati akhir gerak
melayang
4. Kedua tungkai diluruskan ke depan untuk mendarat

Gambar 3 : Teknik melayang gaya menggantung
diadaptasi dari IAAF (2000)

21

4) Tahap Pendaratan
Rangkaian akhir dari lompat jauh adalah pendaratan. Tujuan dari mendarat
adalah untuk memperkecil hilangnya jarak lompatan. Pendaratan yang baik
adalah ketika mendarat/jatuhnya dengan kedua kaki dan tangan ke depan jadi
bila jatuhnya ke depan tidak akan merugikan.

Karakteristik gerak dasar :
1. Kedua kaki hampir sepenuhnya diluruskan
2. Badan dibengkokkan ke depan
3. Kedua lengan ditarik ke depan
4. Pinggul didorong ke depan menuju titik pendaratan

Gambar 4 : Teknik mendarat lompat jauh diadaptasi dari IAAF (2000)
B. Hakikat Strategi Pembelajaran
Lutan, (1997 : ii) strategi dapat diartikan juga sebagai gaya. Kemudian Lutan,
(1997:5.14) menjelaskan strategi belajar-mengajar serupa dengan strategi dalam
sebuah pertandingan, akan tetapi berbeda dalam konteks, sedangkan letak
persamaannya adalah strategi itu sendiri terdiri atas rencana kegiatan yang
dalam pelaksanaannya fleksibel. Maksudnya adalah pelaksanaannya bergantung
pada situasi. Bila strategi tidak berjalan atau kurang berhasil untuk mencapai

22

tujuan, maka strategi itu harus diubah, diganti dengan yang lain. Jadi, dalam
perencanaan dan penerapannya memerlukan kemampuan untuk membuat
keputusan.
Selanjutnya Sudjana, (2000:6) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber
belajar, pengelompokkan peserta didik untuk mewujudkan interaksi edukasi antara
pendidik dan peserta didik, antar peserta didik dan antara peserta didik dengan
lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses, hasil dan/atau dampak
kegiatan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran gerak juga dibutuhkan strategi pembelajaran. Namun
agar strategi pembelajaran tersebut dapat mewujudkan efisiensi dan efektivitas
dalam pembelajaran gerak. Terlebih dahulu harus diketahui apa yang dimaksud
dengan pembelajaran gerak. Ratumanan, (2002:3) mengartikan pembelajaran sebagai
suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar. Menurut
Degeng, (1989:4) pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa.
Secara eksplisit terlihat bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih,
menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Selain itu istilah pembelajaran tepat digunakan dalam menggambarkan upaya untuk
membangkitkan inisiatif dan peran siswa dalam belajar. Pembelajaran lebih
menekankan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong dan memfasilitasi siswa
belajar, bukan pada apa yang dipelajari siswa. Istilah pembelajaran lebih
menggambarkan bahwa siswa lebih banyak berperan dalam mengkonstruksikan

23

pengetahuan bagi dirinya, dan bahwa pengetahuan itu bukan hasil proses
transformasi guru.
Gerak termasuk dalam domain psikomotor yang dinyatakan oleh Bloom, (dalam
Prasetya, 1992:13). Domain psikomotor adalah salah satu domain tujuan pendidikan
yang berkenaan dengan gerakan dan kontrol gerakan tubuh. Gerakan dan kontrol
gerakan tubuh merupakan aktivitas yang bersifat psikomotor. Aktivitas psikomotor
terutama berorientasi pada gerak tubuh dan menekankan pada respon-respom fisik
yang dapat dilihat atau perilaku gerak tubuh.
Domain psikomotor atau domain motor oleh Anita J. Harrow (dalam Sugiyanto,
2000:7.14) diklasifikasikan menjadi 6 (enam) level, yaitu: 1) gerak refleks, 2) gerak
dasar fundamental, 3) kemampuan perseptual, 4) kemampuan fisik, 5) gerak
keterampilan, 6) komunikasi non-diskursif.
Gerak refleks adalah respon gerak atau aksi yang terjadi tanpa kemauan sadar, yang
ditimbulkan oleh suatu stimulus. Stimulus adalah rangsangan yang menimbulkan
respons atau tanggapan. Gerak refleks bersifat prerekuisif terhadap perkembangan
gerak pada level-level berikutnya. Bersifat prerekuisif adalah bahwa gerak refleks ini
harus dimiliki oleh individu agar kemampuan-kemampuan gerak lainnya bisa
berkembang. Gerak refleks bisa dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: a) refleks
segmental adalah refleks yang gerakannya hanya melibatkan satu segmen atau
bagian tubuh, b) refleks intersegmental adalah refleks yangmelibatkan beberapa atau
lebih dari satu bagian tubuh, dan c) refleks suprasegmental adalah gerakan refleks
yang melibatkan hampir semua atau semua bagian tubuh.

24

Gerak dasar fundamental adalah gerakan-gerakan dasar yang berkembangnya sejalan
dengan pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada anak-anak. Gerakan ini
pada dasarnya berkembang menyertai gerakan refleks yang sudah dimiliki sejak
lahir. Gerak dasar fundamental mula-mula bisa dilakukan pada masa bayi dan kanakkanak, dan disempurnakan melalui proses berlatih yaitu dalam bentuk melakukan
berulang-ulang. Gerak dasar fundamental dapat diklasifikasikan menjadi tiga
macam, yaitu: a) gerak lokomotor adalah gerak berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain, b) gerak non-lokomotor adalah gerak yang melibatkan tangan atau kaki
dan togok. Gerakan ini berupa gerakan yang berporos pada suatu sumbu di bagian
tubuh tertentu, dan c) gerak manipulatif adalah gerak memanipulasi atau memainkan
objek tertentu dengan menggunakan tangan, kaki atau bagian tubuh yang lain. Gerak
manipulatif memerlukan koordinasi bagian tubuh yang digunakan untuk
memanipulasi objek dengan indera penglihatan peraba.
Kemampuan perseptual adalah kemampuan menginterprestasi stimulus yang masuk
melalui organ indera. Kemampuan perseptual yang berhubungan dengan gerakan
tubuh bisa dikategorikan menjadi empat macam, yaitu: a) diskriminasi kinestetik
adalah kemampuan untuk menginterprestasikan perbedaan stimulus yang masuk
melalui indera kinestetik, b) diskriminasi visual adalah kemampuan
menginterprestasi perbedaan stimulus yang masuk melalui indera penglihat, c)
kemampuan koordinasi adalah kemampuan perseptual dalam memadukan persepsi
yang diperoleh dari beberapa macam kemampuan perseptual dalam suatu pola
gerakan tertentu, d) kemampuan fisik adalah kemampuan memfungsikan sistem
organ-organ tubuh di dalam melakukan aktivitas fisik.

25

Gerakan keterampilan adalah gerakan yang memerlukan koordinasi dan kontrol
gerak yang cukup kompleks. Untuk menguasainya diperlukan proses belajar gerak.
Gerakan terampil menunjukkan sifat efisien di dalam pelaksanaanya. Untuk menilai
tingkat efisiensi pelaksanaan gerak keterampilan bila didasarkan pada dua sudut
pandangan bedasarkan derajat kesukaran gerakan dan berdasarkan tingkat
penguasaan keterampilan yang dicapai oleh siswa.
Komunikasi non-diskursif dapat diartikan sebagai perilaku yang berbentuk
komunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Gerakan yang bersifat komunikatif bisa
dibedakan menjadi dua macam, yakni: 1) gerak ekspresif meliputi gerakan-gerakan
yang bisa digunakan untuk mengkomunikasikan maksud tertentu yang digunakan
dalam kehidupan mengangguk-anggukan kepala tanda setuju, 2) gerak interpretif
adalah gerakan yang diciptakan berdasarkan penafsiran nilai estetik dan berdasarkan
makna yang dimaksudkan didalamnya. Gerakan yang mengandung nila-nilai estetik
disebut gerakan estetik, sedangkan gerakan yang diciptakan untuk menympaikan
pesan melalui makna yang tersembunyai di dalam gerakan disebut gerakan kreatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran gerak dapat didefinisikan
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa agar siswa menguasai berbagai
keterampilan gerak dan mengembangkannya agar keterampilan gerak yang dikuasai
bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk mencapai sasaran
tertentu.
Proses pembelajaran gerak merupakan sebagian dari proses pembelajaran secara
umum, Sugiyanto, (2000:9.1). Lutan (1997:5.18-20) terdapat 5 (lima) macam
strategi pembelajaran yang selalu dapat diterapkan, yakni:

26

1) Gaya mengajar komando
Gaya ini menunjukkan ciri berupa dominasi guru dalam proses pengajaran.
Siswa sepenuhnya bergantung pada gurunya tentang apa tugas gerak yang akan
dikerjakan. Contoh yang paling ekstrim dan nyata, misalnya dalam pelaksanaan
pemanasan, seperti melakukan gerakan peregangan yang sering dipandu dengan
komando berupa hitungan oleh guru. Demikian pula dalam tugas gerak lain,
misalnya pelaksanaan teknik dasar dalam pencaksilat.
2) Strategi dua kawan berpasangan
Strategi ini menunjukkan ciri yaitu tugas gerak dilaksanakan secara berkawan.
Dalam situasi ini dapat dilaksanakan pembagian tugas. Ketika seorang siswa
melakukan tugas gerak, misalnya guling ke depan, temannya dapat berfungsi
sebagai pembantu, pengamat dan sekaligus temannya memperoleh giliran untuk
melaksanakan tugas seperti kegiatan awal itu tadi. Strategi ini sangat efektif
untuk meningkatkan partisipasi yang maksimal dan pengembangan dampak
pengiring lainnya.
3) Strategi tugas perorangan
Untuk meningkatkan partisipasi semua siswa, strategi tugas perorangan termasuk
dalam konteks kelompok dapat juga diterapkan. Pelaksanaannya semakin intensif
jika tugas-tugas itu dibagi menjadi beberapa pos. Siswa yang sudah melakukan
tugas pada pos 1, segera bergerak ke pos 2 dan seterusnya ke pos 3. Begitu
seterusnya dan siklus kegiatan itu dapat diulangi beberapa kali dengan
memperhatikan variasi. Pembagian tugas itu memerlukan pengaturan yang tertib.

27

4) Strategi pemecahan masalah beruntun
Strategi ini mulai menunjukkan dominasi guru yang semakin kurang dan
semakin besar pemberian peranan kepada siswa dalam menentukan pilihan untuk
mencapai tujuan. Dalam penerapannya, guru tetap memiliki peranan dengan
porsi khusus, terutama dalam menetapkan apa tugas gerak yang akan dikerjakan,
namun tidak menunjukkan bagaimana tugas gerak itu dikerjakan. Para siswalah
yang menentukannya dalam kaitannya dengan pemecahan masalah yang muncul
dalam proses pelaksanaannya.
5) Strategi inkuiri
Jika dilukiskan dalam sebuah kutub, maka strategi inkuiri merupakan salah satu
kutub paling ujung, sementaras strategi komando pada kutub lainnya.
Maksudnya adalah strategi inkuiri mengandung ciri pengajaran terbuka yang
berpusat pada siswa. Karena itu, ciri utama yang mudah ditangkap dari
penerapan strategi ini adalah bahwa; tidak ada ungkapan gerak yang benar atau
salah, semua penampilan siswa diterima, dan para siswa mencoba menemukan
sendiri penampilan gerak yang sesuai untuk mencapai tujuan. Pendekatan inkuiri
mirip kegiatan spontan. Namun perbedaannya adalah bahwa memang ada satu
persoalan yang menjadi tema tugas yang harus dilaksanakan oleh para siswa.

C. Latihan Drill
Adapun metode drill (latihan siap) itu sendiri menurut beberapa pendapat
memiliki arti sebagai berikut;
a. Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa
melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan atau

28

keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. (Roestiyah N.K,
1985:125).
b. Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anakanak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. (Zuhairini, dkk,
1983:106).
c. Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan
sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau
menyempumakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.
(Shalahuddin, dkk, 1987: 100). Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa metode drill (latihan siap) adalah suatu cara menyajikan
bahan pelajaran dengan Jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan
terampil. Dari segi pelaksanaannya siswa teriebih dahulu telah dibekali
dengan pengetahuan secara teori secukupnya. Kemudian dengan tetap
dibimbing oleh guru, siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi
mahir dan terampil.
Tehnik latihan atau drill yaitu suatu tehnik yang dapat di artikan sebagai suatu cara
mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa
memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah di
pelajari.
Dalam menerapkan latihan drill ini harus di perhatikan pula antara lain :
1.

Usahakan agar latihan tersebut jangan sampai membosankan anak didik, karena
waktu yang di pergunakan cukup singkat.

29

2.

Latihan betul-betul di atur sedemikian rupa sehingga betul-betul menarik
perhatian anak didik, dalam hal ini guru harus berusaha menumbuhkan motif
untuk berpikir.

3.

Agar anak didik tidak ragu maka anak didik terlebih dahulu di berikan
pengertian dasar tentang materi yang akan di berikan.

Jadi latihan drill berfungsi untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang telah
merupakan kenyataan serta usaha untuk memperoleh ketangkasan, ketetapan dan
keterampilan latihan tentang sesuatu yang di pelajari

D. Kerangka Pikir
Kemampuan gerak dasar secara efisien adalah awal yang perlu dilakukan untuk
penampilan yang terampil. Penampilan gerak dasar adalah hasil dari kerja otot
yang sangat terkoordinasi untuk menghasilkan gerakan yang diharapkan.
Keberhasilan dalam belajar gerak dasar tergantung kekhususan unsur kondisi
fisik yang dominan, yang merupakan peningkatan dari komponen-komponen
fisik dasar seperti daya tahan, kekuatan, kelentukan dan koordinasi yang baik.
Menurut Soekamto (1984 : 24) : ”Kerangka pikir adalah Konsep yang
memerlukan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada
dasarnya berdimensi qsial yang dianggap relevan dengan peneliti.

E. Hipotesis Tindakan
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 07) : ”Hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap suatu masalah penelitian, oleh karena itu suatu hipotesis perlu di uji

30

guna mengetahui apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang
menunjukkan sebenarnya atau tidak”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa hipotesis adalah suatu konsep yang berfungsi sebagai jawaban
sementara terhadap masalah penelitian.
Pada penlitian ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
 H.1 :

Jika menggunakan holahop yang ditempatkan sebelum papan
tolakan dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat jauh
gaya Hang Stlye melalui metode drill pada siswa kelas X-1 di
SMA Negeri 1 Trimurjo.

 H.2 : Jika papan tolakan diganti dengan kesetdapat meningkatkan
kemampuan tolakan kaki yang paling kuat saat melakukan gerak
dasar lompat jauh gaya Hang Stlye melalui metode drill pada siswa
kelas X-1 di SMA Negeri 1 Trimurjo.
 H.3 : Jika menggunakan tiang bambu yang digantungi bola dapat
meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat jauh gaya Hang
Stlye melalui metode drill pada siswa kelas X-1 di SMA Negeri 1
Trimurjo.

31

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Menurut Suhardjomo (2007: 58) Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Tujuan PTK adalah untuk
perbaikan dan peningkatan professional pendidik dalam menangani proses
belajar mengajar, sehingga peserta didik dapat mencapai criteria ketuntasan
materi ajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan
alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran. Dalam PTK
bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan
dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil
perlakuan.

Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencaaan tindakan
(planning), penerapan tindakan (action), observasi dan mengevaluasi proses dan
hasil tindakan, melakukan refleksi dan seterusnya sampai perbaikan atau
peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Berikut ini merupakan alur dan langkah kerja pada proses kegiatan penelitian :

32

-

Ciri Penelitian Tindakan Kelas
a. Praktisi dan langsung relevan untuk situasi actual
b. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah
dan perkembangan-perkembangan yang lebih baik.
c. Dilakukan melalui putaran-putaran yang berspiral.

-

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut :
a. Tujuan pertama adalah : Agar guru dapat melakukan perbaikan dan
peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses
pembelajaran.
b. Tujuan kedua adalah : Agar guru dapat melakukan pengembangan
keterampilan yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi
berbagai persoalan actual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran.
c. Tujuan ketiga adalah : Agar guru dapat memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya karena memang sasaran PTK adalah Perbaikan
Pembelajaran.
d. Tujuan keempat adalah : Agar guru dapat lebih dipercaya diri dan PTK
mampu membuat guru berkembang sebagai pekerja profsional.
e. Tujuan kelima adalah : Agar guru mampu melakukan analisis terhadap
kinerjanya sendiri didalam kelas sehingga menemukan kekuatan dan
kelemahan kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi
kelemahannya.
f. Tujuan keenam adalah : Agar guru dapat berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.

33

Gambar 8 : Riset Aksi Model John Elliot

B. Subjek Penelitian

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1998 :108) menjelaskan bahwa populasi
adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Populasi yang digunakan dalam
pnelitian ini adalahiswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Trimurjo.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Suharsimi Arikunto
(1998 : 109), sedangkan menurut Sudjana (1996 :184) Sampel adalah sebagian
dari populasi yang memeliki sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul
dapat mewakili populasi. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X-1 SMA Negeri 1 Trimurjo yang berjumlah 32 anak yang terdiri dari

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN METODE PEMBELAJARAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 2 BANYUMAS PRENGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 3 45

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN METODE PEMBELAJARAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 GADINGREJO PRENGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 43

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN METODE PEMBELAJARAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 GADINGREJOPRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 29 36

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT SISWA KELAS V SDN 2 LUGUSARI PRINGSEWU

0 9 25

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT SISWA KELAS V SDN 2 LUGUSARI PRINGSEWU

3 10 35

Upaya Meningkatkan Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Stradale Menggunakan Modifikasi Alat pada Siswa Kelas V SDN 6 Bagelan Gedongtataan Pesawaran

0 7 41

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADALE MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT SISWA KELAS V SDN 6 BAGELAN GEDONGTATAAN PESAWARAN

2 7 35

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN METODE PEMBELAJARAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 2 BANYUMAS PRENGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 45

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DI UDARA MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS X MIPA 1 SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 17

UPAYA PENINGKATAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 04 BEJEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012.

1 7 16