perbuatan dalam mengamalkan ajaran agama yang diyakininya sebagai bentuk rasa patuh dan cintanya kepada Alloh SWT. Atau lebih jelasnya
perilaku ibadah merupakan aktivitas keagamaan yang nampak dan dapat dilihat dengan mata, misalnya, shalat, puasa, zakat, sedekah, membaca al-
quran, belajar ilmu agama, hormat kepada orang yang lebih tua, berkata jujur dan segala perbuatan yang diniatkan untuk mengabdikan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah SWT.
2. Tujuan Penanaman Perilaku Ibadah
Penanaman nilai ibadah adalah proses untuk menanamkan perbuatan atau konsep mengenai beberapa masalah pokok dalam kehidupan beragama
yang besifat suci, yang menjadi pedoman tingkah laku beragama. Penerapan nilai-nilai ibadah sangat erat sekali kaitannya dengan aspek akidah, syar
i’ah dan akhlak.
Adapun tujuan penanaman nilai ibadah kepada anak usia dini yang nantinya akan berguna untuk kehidupannya adalah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan beradat
kebiasaan yang baik. b.
Membiasakan diri berpegang teguh pada akhlak mulia. c.
Membiasakan bersikap ridho, optimis, percaya diri, menguasai emosi, tahun menderita dan sabar.
d. Membimbing kearah yang sehat yang dapat membantu mereka
berinteraksi sosial yang baik, suka menolong, sayang kepada yang lemah dan menghargai orang lain.
e. Membiasakan bersopan santun dalam berbicara dan bergaul dengan baik
disekolah maupun di luar sekolah. f.
Selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan bermu’amalah dengan baik.
29
Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya, terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Latihan-latihan yang menyangkut
ibadah seperti sembahyang, do’a, membaca Al Qur’an, sopan santun, dan lain sebagainya, semua itu harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama-
kelamaan akan tumbuh rasa senang dan terbiasa dengan aktivitas tersebut tanpa ada rasa terbebani sedikitpun
3. Metode Dalam Pembinaan Perilaku Ibadah
Terdapat beberapa metode pendidikan Islam yang dapat digunakan dalam pembinaan perilaku kegamaan. Adapun metode-metode itu adalah
sebagai berikut:
a. Metode pembiasaan
Yang dimaksud dengan pembiasaan adalah seorang pendidik harus melatih anak didiknya agar terbiasa untuk melakukan perbuatan
yang baik. Pendidik hendaknya membiasakan anak memegang teguh akidah dan bermoral sehingga anak akan terbiasa tumbuh dan
berkembang dengan akidah Islam yang kuat, dengan moral Al- Qur’an
yang tinggi. Malah lebih jauh, peserta didik akan dapat memberikan
29
http:id.shvoong.comlifestylefamily-and-relations2288682-tujuan-pembinaan- akhlakul-karimahixzz1vh3rpMFo, diakses-23-10-2016
keteladanan yang baik, perbuatan yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.
Metode pembiasaan sangat efektif jika penerapannya dilakukan kepada anak sedini mungkin, karena mereka memiliki rekaman ingatan
yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan mereka sehari-hari.
Oleh karena itu pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menerapkan nilai-nilai keagamaan ke dalam jiwa anak khususnya anak
usia dini. Nilai-nilai yang diterapkan dalam diri anak inilah yang kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia
mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa. Prof. Dr. Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa pembiasaan
agama itu akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Semakin banyak unsur agama yang didapatnya
melalui pembiasaan itu, akan semakin banyak unsur agama pada pribadi anak dan semakin mudah ia memahami ajaran agamanya.
30
Dengan demikian pembiasaan-pembiasaan dapat dilakukan untuk menerapkan nilai-nilai agama dengan membentuk unsur-unsur
perilaku anak. Pembiasaan merupakan salah satu sarana dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnya.
30
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,Jakarta: Bulan Bintang, 2003, hal. 109-110
b. Metode keteladanan uswah hasanah
Yang dimaksud dengan keteladanan adalah guru atau orang tua harus memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik
atau anak, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, maupun spiritual, karena keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya peserta
didik atau anak. Jika seseorang pendidik jujur, berakhlak mulia, dan tidak berbuat maksiat, maka kemungkinan besar anak akan tumbuh dan
berkembang dengan sifat-sifat mulia ini. Begitu juga sebaliknya, seorang pendidik yang melakukan sifat-sifat tercela maka peserta didik
atau anak pun tumbuh dan berkembang dengan sifat-sifat tercela maka santri didik atau anak pun tumbuh dan berkembang dengan sifat-sifat
tercela pula. Metode ini merupakan metode yang paling unggul dan paling
jitu dibandingkan metode-metode lainya. Melalui metode ini para pendidik memberi contoh atau teladan terhadap anakpeserta didiknya
bagaimana cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah, dan sebaginya. Melalui metode ini maka akan dapat
melihat, menyaksikan dan meyakini cara yang sebenarnya sehingga mereka dapat melaksanakannya dengan lebih baik dan lebih mudah.
c. Metode nasehat
Metode ini paling sering digunakan oleh para orang tua, pendidik terhadap santri dalam proses pendidikan. Agar nasehat dapat
terlaksana dengan
baik, maka
dalam pelaksanaannya
perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1. Gunakanlah kata dan bahasa yang baik, sopan serta mudah
difahami. 2.
Jangan menyinggung perasaan. 3.
Sesuaikan perkataan kita dengan umur sifatdan tingkat kemampuan santri atau orang yang kita nasehati.
4. Pilihlah waktu yang tepat ketika memberi nasehat.
5. Perhatikan keadaan sekitar ketika memberi nasehat.
6. Berikan penjelasan, sebab atau kegunaan mengapa kita memberi
nasehat. d.
Metode demonstrasi Metode demontrasi adalah suatu metode mengajar dimana
seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu
kaifiyah melakukan sesuatu.
31
Metode demontrasi merupakan metode interaksi edukatif yang sangat efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses
pelaksanaan sesuatu, apa unsur yang terkaandung didalamnya, dan cara yang paling tepat dan sesuai, melalui pengamatan induktif. Atau dengan
pengertian lain yang lebih sederhana adalah suatu metode mengajar dimana seorang ustadz atau orang lain yang sengaja diminta atau murid
31
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Islam, Malang: Universitas Negeri Malang,2004, hal. 67
sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu.
32
e. Metode cerita
Cerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita kepada santri secara lisan. Bila isi
cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak usia dini, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkan dengan
penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Kegiatan bercerita akan memberikan sejumlah pengetahuan sosial,
nilai-nilai moral, dan keagamaan. Kegiatan bercerita juga memberikan pengalaman
belajar untuk
berlatih mendengarkan.
Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam informasi tentang
pengetahuan, nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Penanaman Perilaku Ibadah Pada Anak Usia Dini