PENERAPAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT DENGAN PENDEKATAN PURCHASING POWER PARITY (PERIODE 2005:Q1-2014:Q4)

(1)

ABSTRACT

APPLICATION RUPIAH EXCHANGE RATE TO DOLLAR US WITH THE APPROACH PURCHASING POWER PARITY

(2005:Q1-2014:Q4 PERIOD)

By

Cella Oktaviany

The purposes of this study is to analysis factors that affect rupiah exchange rate with the independent variable; foreign exchange reserves, the price level in Indonesia, USA price level and money supply. Furthermore, this study aims to notice that the real exchange rate reflect the exchange rate according to the concept of purchasing power parity. This study use data time series 2005:Q1-2014:Q4 period. Analysis tools that used in this study is multiple regression with error correction model (ECM) method. The result of the study shows that the real exchange rate doesn’t reflect purchasing power parity exchange rates, furthermore variable domestic price level have positive effect, USA price level have negative effect and variable money supply have positive effect to rupiah exchange rate.

Keyword: rupiah exchange rate, purchasing power parity, appreciation, depreciation, money supply, consumer price index


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT DENGAN PENDEKATAN PURCHASING POWER PARITY

(PERIODE 2005:Q1-2014:Q4)

Oleh Cella Oktaviany

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilaitukar rupiah dengan variabel bebas; cadangan devisa, tingkat harga dalam Indonesia, tingkat harga Amerika Serikat dan jumlah uang beredar. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah nilai tukar sebenarnya

mencerminkan nilai tukar menurut konsep paritas daya beli.Penelitian ini menggunakan data time seriesperiode 2005:Q1-2014:Q4. Alat analisis yang digunakan adalah alat regresi berganda dengan metode Error Correction Model (ECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tukar sebenarnya tidak sama dengan nilai tukar paritas daya belinya, selain itu variabel harga dalam negeri berpengaruh positif , tingkat harga Amerika Serikat berpengaruh negatif, variabel cadangan devisa berpengaruh negatif dan variabel jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap nilaitukar rupiah.

Kata Kunci: nilaitukar rupiah,purchasing power parity, apresiasi, depresiasi, uang beredar, indeks harga konsumen.


(3)

PENDEKATAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP

DOLLAR AMERIKA SERIKAT DENGAN PENDEKATAN

PURCHASING POWER PARITY

PERIODE 2005:Q1

2014:Q4

Oleh Cella Oktaviany

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI

pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

KementrianPendidikandanKebudayaanNasional FakultasEkonomidanBisnisUniversitasLampung JL. Prof. Dr. SoemantriBrojonegoro No.1 GedungMeneng Bandar Lampung

PENDEKATAN NILAI TUKARRUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT DENGAN PENDEKATANPURCHASING POWER

PARITY

(PERIODE 2005.Q1–2014.Q4)

(DraftSkripsi)

DisusunOleh:

Nama

: Cella Oktaviany

NPM

: 1111021023

Konsentrasi

: Ekonomi Moneter

Pembimbing : Nurbetty Herlina S, S.E., M.Si.

JurusanEkonomiPembangunan

FakultasEkonomidanBisnis

UniversitasLampung

2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Nilai tukar rupiah terhadap USD periode triwulan 1 tahun 2005

sampai triwulan 4 tahun 2014 (dalam Rupiah) ... 4 2. Perkembangan IHK Indonesia danAmerikaSerikatPeriodetahun 2005

sampai triwulan 4 tahun 2014 (dalam indeks) ... 7 3. PerkembanganJumlah Uang Beredar Periodetahun 2005

sampai triwulan 4 tahun 2014 (dalam Milyar Rupiah) ... 9 4. Perkembangan jumlah cadangan devisa Periodetahun 2005

sampai triwulan 4 tahun 2014 (dalam Juta USD) ... 10 5. Skema kerangka pemikiran ... 14 6. Nilai tukar aktual dan nilai tukar Paritas... 43


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR LAMPIRAN... iv

I. PENDAHULUAN A. LatarBelakangdanMasalah... 1

B. RumusanMasalah ... 11

C. TujuanPenelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. KerangkaPemikiran... 12

F. Hipotesis... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA A. TeoriPurchasing Power Parity... 16

B. Indeks Harga Konsumen ... 17

C. Nilai Tukar ... 18


(7)

2. Faktor yang mempengaruhi nilai tukar ... 21

3. Teori penentuan nilai tukar ... 23

D. Uang Beredar ... 24

E. Devisa... 26

F. Penelitian Sebelumnya ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 33

B. Definisi Operasional Variabel... 34

C. Metode Analisis ... 35

D. Spesifikasi Model Ekonomi ... 36

E. Prosedur Analisis Data... 37

1. Uji Stasionary... 37

2. Uji Kointegrasi ... 38

3. Error Correction Model... 39

4. UjiHipotesis ... 40

4.1 Uji t ... 40

4.2 Uji F ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian ... 43

1. Hasil Perhitungan Nilai Tukar Paritas... 43

2. Hasil Uji Stasionaritas (Unit Root) ... 44

3. Hasil Uji Kointegrasi... 45


(8)

5. Hasil Uji Hipotesis ... 48

5.1 Uji t-statistik... 48

5.2 Uji f-statisik... 49

B. Pembahasan... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 54


(9)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1Data Penelitian ... L1 2NilaiTukarAktualdanNilaiTukarAktual ... L2

3Hasil Uji Unit Root ... L3 4Hasil Kointegrasi... L4

5HasilUji ECM ... L5 6TitikPersentaseDistribusi t ... L6 7 TitikPersentaseDistribusi F ... L7


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. RingkasanHasilPenelitian

Ivan Haryantodan Diana Wibisono... 27

2. RingkasanHasilPenelitian Grisvia Agustin ... 28

3. Ringkasan Hasil Penelitian M. Roza Aulia Lubis... 39

4. Ringkasan Hasil Penelitian T.K Jayaraman dan Chee-Koeng Choong ... 30

5. Ringkasan Hasil Penelitian Tegar Diwi Ananta... 31

6. Nama, Simbol, Satuan Pengukuran, dan Sumber Data... 34

7. Hasil Uji Unit Root pada level... 44

8. Hasil Uji Unit Root padafirst different... 45

9. Hasil Uji KointegrasiEngel-Granger(EG) ... 46

10. Hasil Estimasi ECM... 47

11. Hasil Uji t-statistik pada persamaan ECM... 48


(11)

(12)

(13)

(14)

MOTO

“tunjukanlah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepadanya; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan

mereka yang sesat.”

(Al-Fatihah 6-7)

“Bermimpilah, niscaya Tuhan akan menangkap mimpimu”.


(15)

PERSEMBAHAN

Dengan pujisyukur kepada Allah SWT dannabibesar Muhammad SAW, kupersembahkan karya yang sederhana ini dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati kepada:

Ayah dan Mamaku tercinta Abas Nurhen dan Siti Sarah yang telah

membesarkanku dengan penuh kasih sayang, yang selalumemberikansemangatdan dukungan, serta mendoakan keselamatan, kesehatan dankesuksesanku.

Kakak dan adikkuAngga Rainus Julian dan Tiara Shafa Kamila yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, doa yang memberikan warna dihidupku.

Sahabat-sahabatku dari Jurusan Ekonomi Pembangunan terima kasih atas kebersamaan kita selama ini di Fakultas Ekonomi.

Dan

Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Cella Oktaviany, penulis dilahirkan pada tanggal 22Oktober 1993 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anakkedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Abas Nurhen dan Siti Sarah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN II Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun 2005, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 4Bandar Lampung pada tahun 2008 dan sekolah menengah atas di SMANegeri 9Bandar Lampung pada tahun 2011.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas lampung jurusan ekonomi pembangunan melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tertulis. Padatahun 2013 penulismelakukan kuliah kunjungan lapangan (KKL) ke Bank Indonesia, Kementrian Koperasi dan Badan Kebijakan Fiskal. Pada Januari 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Gunung Sugih Besar, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Timur.


(17)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiyang berjudul “Penerapan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat dengan PendekatanPurchasing Power Parity(Periode 2005–2014)sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 4. Ibu Nurbetty Herlina S, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan perhatian, motivasi, semangat dan sumbangan pemikiran kepada penulis demi


(18)

terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Dr. Saimul, S.E., M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan saran, pengetahuan nasihat, motivasi dan semangat kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dr. Ida Budiarty, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing, memberikan perhatian dan semangat selama menjadi

mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

8. Ayah dan Mama tercinta, Abas Nurhen dan Siti Sarah. Terima Kasih atas Cinta dan Kasih sayang serta dukungan yang diberikan selama ini, kesabaran serta doa yang tidak pernah lelah demi yang terbaik untuk anak-anaknya. 9. Kakak dan adikku Angga Rainus Julian, dan Tiara Shafa Kamila. Terimakasih

atas dukungan, semangat dan motivasi untuk terus berjuang.

10. Seluruh Keluarga besar dari ayah dan mama yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

11. Sahabat-sahabat terbaik dan seperjuangan di waktu kuliah. Dewi, Putri, Yoga, Izzuddin, Masruhan, Nanang, Sofyan, Ayuni, Uci, Glady, Caca, Nurul, Devi, yang selalu memberikan semangat, doa, dukungan, membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat Konsentrasi Ekonomi Moneter. Ginov, Desi, Yessy, Yudha, Gela, Borju, Arga, Winda, Sunarmo, Ridel, Ika, Cahya, Iin, Ricad, Amri, Agam, Narmo, Ridel dll. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya.


(19)

13. Sahabat-sahabat Ekonomi Pembangunan 2011, Butet, Asty, Zahara, Tria, Oci, Wiwid, Fadil, Panji, Thariq, Ikram, Indra, Defti, Mule, Genio, Edo, Devin, Nina, Nila, Faradina, Irma, Mega, Duwi serta seluruh teman-teman EP’11

yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan yang ada. Terimakasih atas segala dukungan dan semangatnya selama ini.

14. Keluarga KKN Tematik Desa Gunung Sugih Besar. Boing, Dhea, Defika, Clara, Dani, Beni, Budok, Eja.

15. Sahabat-sahabatku Hanny Hanafi, Dhiona Ayu, Ekky, Gita yang selalu memberikan keceriaan, semangat dan dukungan yang memotivasi. 16. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Ekonomi Pembangunan,

khususnya Ibu Hudaiyah, Mas Veri, Ibu Yati, Mas Usman,Mas Ma’ruf. 17. Kakak tingkat EP 2009 dan 2010 serta adik tingkat EP 2012, 2013, dan 2014. 18. Berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini

yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 17 Agustus 2015 Penulis,


(20)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi, mengingat suatu negara tidak dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri melainkan membutuhkan pertukaran dengan negara lain.Hal ini juga bisa dilihat dari berkurangnya hambatan perdagangan internasional

sehingga membuat volume yang terjadi di pasar dunia semakin meningkat.

Pada akhirnya globalisasi menciptakan ketergantungan yang membuat hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan meningkatkan volume

perdagangan barang dan jasa. Untuk melakukan suatu transaksi internasional dibutuhkan konversi antar mata uang suatu negara atau biasa disebut nilai tukar, untuk memudahkan lalu lintas pembayaran antar negara.

Dalam melakukan transaksi perdagangan internasional, masyarakat menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya atau disebut nilai tukar mata

uang.Nilai tukar dibagi menjadi 2 jenis yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil (Salvatore, 2007). Perbedaan antara nilai tukar nominal dan riil dilihat dari proksi penggunaannya, jika nilai tukar nominal digunakan untuk menukar satu


(21)

2

mata uang suatu negara dengan negara lain sedangkan nilai tukar riil digunakan untuk menukar barang dan jasa dari suatu negara lain (Mankiw, 2006). Artinya nilai tukar yang digunakan untuk bertransaksi di pasar internasional adalah nilai tukar riil.

Dalam menjalankan perannya didalam perdagangan internasional, Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sejak Agustus 1997 yaitu nilai mata uang ditentukan secara bebas oleh pasar. Dengan kata lain penentuan nilai tukar di pasar valuta asing akan dipengaruhi oleh setiap transaksi internasional.

Penerapan sistem mengambang bebas memiliki keunggulan antara lain yang pertama otonomi Bank Sentral yaitu Bank Sentral tidak harus mengintervensi pasar uang guna membakukan kurs, maka pemerintah akan memperoleh kembali kemampuannya untuk menggunakan kebijakan moneter untukmencapai sasaran akhir (Krugman, 2000).Kedua adalah simetri, yaitu dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, setiap negara memilikipeluang yang sama untuk mempengaruhi nilai tukar masing-masing terhadap mata uang negara lain. Terakhir stabilitator otomatis, yaitu nilai tukar berfungsi sebagai stabilitator yang bekerja secara otomatis. Meskipun kebijakan moneter tidak dilancarkan, proses penyesuaian terhadap kurs yangterbentuk olehkekuatan pasar akan membantu mempertahankan keseimbangan internal dan eksternal dalammenghadapi permintaan agregat.

Suatu sistem kurs yang berubah-ubah menghendaki lepasnya Bank Sentral dari campur tangan dalam pasar valuta asing menyebabkan ketidakstabilan di dalam


(22)

3

lalu lintas pembayaran internasional sehingga dapat mengurangi volume

perdagangan, terutama bagi negara yang sangat bergantung pada perdagangan luar negeri (Nopirin,2007).

Perubahan sistem nilai tukar dari mengambang terkendali menjadi mengambang bebas dipengaruhi oleh kondisi moneter yang berubah pada saat memasuki pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan semakin melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD. Hal ini merupakan dampak dari gejolak mata uang yang dialami beberapa negara di kawasan ASEAN yang memiliki karakteristik perekonomian seperti Indonesia.

Perkembangan selanjutnya dalam sistemfree-floating exchange rateyaitu menunjukkan pada Juni 1998 nilai tukar Rupiah terhadap USD mengalami

overshooting, yang membuat nilai tukar Rupiah terdepresiasi mencapai Rp14.900,00 / USD. Kondisi yang sama terjadi pada akhir tahun 2008 akibat krisissubprime mortagagedi AS yang membuat nilai tukar Rupiah terhadap USD terdepresiasi sehingga sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.

Gambar 1 menunjukkan pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap USD, dapat dilihat pada tahun 2005 Rupiah mengalami depresiasiyang merupakan dampak dari gejolak perekonomian Indonesia. Dampak lain yang dialami Indonesia pasca adanya gejolak ekonomi pada tahun 2005 adalah tingginya tingkat inflasi

mencapai 17% yang disebabkan naiknya harga minyak dunia . Hal yang sama terjadi pada triwulan pertama tahun 2009, krisissubprime mortagageberdampak pada nilai tukar yang mengalami depresiasi secara drastis dari Rp 9.163,00/USD menjadi Rp 12.224,00/USD.


(23)

4

Gambar1. Nilai TukarRupiah Terhadap USD Periode 2005:Q1-2014:Q4 Sumber : Bank Indonesia, 2015 (Data Diolah)

Pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi pada tahun 2005 merupakan dampak dari apa yang terjadi di Amerika Serikat yaitu tingginya tingkat inflasi AS sebesar 0,6%mtmpada bulan Maret 2005, akibatnya pasar berspekulasi bahwa Fed akan menaikkan suku bunga (The Fed Funds Rate). Hal ini membuat pasar

berspekulasi bahwa Dollar AS akan menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia termasuk Rupiah (Sadewa, Purbaya, 2005).

Selanjutnya nilai tukar Rupiahmengalami apresiasi mencapai Rp 8.508,00/USD pada triwulan kedua tahun 2011. Namun hal ini tidak berlangsung lama karena periode setelahnya yaitu pada Juni 2013 nilai tukar mencapai Rp 9.850,00/USD yang disebabkan oleh defisit perdagangan Indonesia mencapai US$1,62 milyar (BPS).

Sejak akhir 2013 nilai tukar Rupiah terus melemah hingga mencapai Rp 12.000,00/USD hal ini disebabkan oleh kondisi ketidakstabilan politik yang sedang dialami Indonesia yang selanjutnya membuat para investor asing menarik

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar US


(24)

5

kembali modalnya(capital flight).Ketidakpercayaan investor asing terhadap kondisi ini memberi dampak bagi nilai tukar Rupiah.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan permintaan terhadap Dollar meningkat sehingga nilai Rupiah terdepresiasi (Ritonga, 2004) yaitu :

1. Dengan naiknya nilai USD di beberapa negara tetangga, pengusaha domestik dalam waktu dekat akan membayar hutang luar negeri membutuhkan USD dalam jumlah yang cukup besar.

2. Dalam kondisi seperti diatas, para spekulan berusaha mencari keuntungan dengan cara membeli Dollar sebanyak-banyaknya yang mengakibatkan nilai Rupiah jatuh.

3. Sementara itu, banyak pula pemegang Rupiah yang berusaha

melindungiRupiah dari kemerosotan nilai dengan jalan membeli USD.

Hal yang paling menonjol akibat krisis ekonomi yang dialami Indonesia adalah depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap USD yang fluktuatif dan inflasi yang semakin sulit untuk dikendalikan oleh otoritas moneter maupun pemerintah (Agustin,2009). Oleh sebab itu, kestabilan nilai tukar Rupiah sangat diperlukan agar perekonomian dapat berjalan dengan baik sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Sentral yaitu untuk mendukung terwujudnya pembangunan nasional yang berkesinambungan dan sejalan dengan tantangan perkembangan serta pembangunan ekonomi yang semakin kompleks, sistem keuangan yang semakin maju serta perekonomian internasional yang semakin kompetitif dan terintegrasi. Maka kebijakan moneter harus dititikberatkan pada upaya untuk memelihara stabilitas nilai Rupiah.


(25)

6

Sementara itu jika tingkat inflasi domestik yang tinggi dibandingkan inflasi di luar negeri maka akan lebih menguntungkan apabila dilakukannya impor barang dari luar negeri karena harga yang lebih murah. Namun jika dilihat dari pendekatan moneter, inflasi yang tinggi akan diikuti dengan meningkatnya jumlah uang yang beredar karena diperlukannya lebih banyak uang untuk melakukan suatu transaksi. Jika hal ini terjadi terus-menerus maka yang dikhawatirkan adalah

ketidakseimbangan pasar yang akan membuat nilai tukar terdepresiasi.

Teori yang menjelaskan hubungan antara nilai tukar dan inflasi atau tingkat harga adalah teori paritas daya beli (Purchasing Power Parity).Teori paritas daya beli adalah suatu doktrin yang menyatakan harga barang yang dijual harus sama dengan harga di semua negara. Teori ini digunakan untuk menganalisa pengaruh tingkat harga di dua negara terhadap pembentukan nilai tukar. Jika suatu negara yang inflasinya relatif tinggi dibanding negara lain maka mata uangnya akan cenderung melemah dikarenakan harga-harga barang di dalam negeri menjadi lebih mahal yang membuat produk domestik kurang bersaing di pasar

internasional.

Perhitungan indekspurchasing powerdapat dipakai untuk mengetahui berapa tingkat kurs yang seharusnya guna mencapai keseimbangan dalam neraca pembayaran (Nopirin, 2007).

Teori paritas daya beli dibagi menjadi dua yaitu versi absolut dan versi relatif. Pada konsep absolut, perbandingan nilai satu mata uang terhadap mata uang lain ditentukan oleh tingkat harga di masing masing negara. Sedangkan konsep relatif paritas daya beli merupakan penyempurnaan dari konsep absolut, yaitu presentase


(26)

7

perubahan nilai tukar adalah selisih antara presentase perubahan tingkat harga dalam negeri dengan perubahan tingkat harga luar negeri.Penyempurnaan konsep absolut menjadi relatif dikarenakan banyaknya kelemahan yang didasari asumsi bahwa tidak semua barang dan jasa dapat diperdagangkan secara internasional.

Konsep nilai tukar paritas daya beli ini selanjutnya akan diimplementasikan terhadap nilai tukar yang sebenarnya, dan dapat dilihat bahwa apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai tukar aktual dan nilai tukar berdasarkan konsep paritas daya belinya. Teori paritas daya beli akan lebih berlaku jika diuji pada periode jangka panjang (Taylor dan Taylor, 2004). Paritas daya beli versi relatif dapat mengukur apakah mata uang tersebutovervalueatauundervalue

(Eiteman dan Moffet, 2010).

Gambar2. Perkembangan Indeks Harga Konsumen Indonesia dan Amerika Serikat Periode 2005:Q1-2014:Q4

Sumber : Bank Indonesia, 2015 (Data Diolah) 0

50 100 150 200 250

IHK Indonesia IHK US


(27)

8

Secara umum pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa IHK Indonesia mengalami peningkatan selama tahun 2005 pada triwulan ketiga yaitu dari 124,33 menjadi 136,86 di triwulan 4. Peningkatan kembali terjadi hingga akhir tahun 2007 yang mencapai 155,5. Kemudian menurun kembali hingga mencapai 136,49 diawal tahun 2008 dikarenakan dampak krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan meningkat kembali sampai pada triwulan 4 tahun 2008.

Namun, keadaan yang sebaliknya terjadi pada IHK Amerika yang dicerminkan dari gambar yaitu terjadinya peningkatan IHK dari tahun ke tahun. Peningkatan IHK ini didorong oleh meningkatnya daya beli masyarakat Amerika sehingga indeks harganya meningkat.

Menurut Madura (2000) nilai mata uang asing mengalami perubahan disebabkan oleh banyak hal, yaitu perubahan tingkat inflasi, tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, serta peranan pemerintah dalam perekonomian. Selain tingkat harga, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya nilai tukar seperti jumlah uang beredar dan cadangan devisa. Faktor yang mempengaruhi nilai tukar adalah selisih tingkat bunga, jumlah uang beredar, cadangan devisa, total nilai impor dan total nilai ekspor (Agustin, 2009).

Ketika harga produk dalam negeri mengalami peningkatan maka yang terjadi adalah permintaan jumlah uang akan meningkat pula. Karena dalam melakukan transaksi diperlukan jumlah uang yang lebih besar dari biasanya. Berdasarkan teori kuantitas uang, jumlah uang beredar dalam suatu perekonomian menentukan nilai uang, sementara pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan dasar


(28)

9

Gambar 3. Perkembangan jumlah uang beredar (M2) di Indonesia Periode 2005:Q1-2014:Q4

Sumber : Bank Indonesia, 2015 (Data Diolah)

Dalam Gambar 3 menunjukkan bahwa perkembangan jumlah uang beredar terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dapat dilihat dari tahun 2005 sampai tahun 2014 jumlah uang beredar terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 Bank Indonesia cenderung mengendalikan jumlah uang beredar sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kelebihan likuiditas perbankan yang berpotensi mendorong melemahnya nilai tukar.

Pada tahun 2005 jumlah uang beredar yaitu dalam arti luas mengalami

pertumbuhan yang positif. Laju pertumbuhan rata-rata dalam satu tahun adalah 13,9%. Peningkatan M2 disebabkan oleh kondisi domestik, yaitu kebijakan pemberian kredit kepada bisnis dan rumah tangga dalam denominasiRupiah dan valuta asing yang digunakan untuk modal kerja dan konsumsi. Begitu juga tahun 2006 sampai dengan tahun 2014, jumlah uang beredar terus mengalami

pertumbuhan yang positif. 0

500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000

Uang Beredar


(29)

10

Gambar 4. Perkembangan jumlah cadangan devisa Indonesia Periode 2005:Q1-2014:Q4

Sumber : Bank Indonesia, 2015 (Data Diolah)

Pada akhir Juni 2013 Bank Indonesia mengumumkan cadangan devisa turun sebesar 7 juta USD menjadi 98,1 juta USD dari sebelumnya yaitu 105,1 juta USDpada akhir Mei. Penurunan cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh arus modal asing yang keluar dan untuk mengamankan cadangan devisa yang sempat mengalami penurunan, BI melakukan stabilisasi nilai tukar.

Jika pertumbuhan jumlah uang domestik lebih tinggi dari pertumbuhan uang luar negeri maka yang terjadi adalah depresiasi nilai tukar yang mengakibatkan cadangan devisa berkurang karena untuk melakukan impor dibutuhkan lebih banyak dana. 0.00 20,000.00 40,000.00 60,000.00 80,000.00 100,000.00 120,000.00 140,000.00 2 0 0 5 Q1 2 0 0 5 Q3 2 0 0 6 Q1 2 0 0 6 Q3 2 0 0 7 Q1 2 0 0 7 Q3 2 0 0 8 Q1 2 0 0 8 Q3 2 0 0 9 Q1 2 0 0 9 Q3 2 0 1 0 Q1 2 0 1 0 Q3 2 0 1 1 Q1 2 0 1 1 Q3 2 0 1 2 Q1 2 0 1 2 Q3 2 0 1 3 Q1 2 0 1 3 Q3 2 0 1 4 Q1 2 0 1 4 Q3

Cadangan Devisa

Cadangan Devisa


(30)

11

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan mengenai Analisis Paritas Daya Beli pada Kurs Rupiah Terhadap USD maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah nilai tukar yang berlaku sama atau tidak sama dengan nilai tukar paritas?

2. Bagaimanakah pengaruh tingkat harga dalam negeri terhadap nilai tukar? 3. Bagaimanakah pengaruh tingkat harga luar negeri terhadap nilai tukar? 4. Bagaimanakan pengaruh uang beredar terhadap nilai tukar?

5. Bagaimanakah pengaruh cadangan devisa terhadap nilai tukar?

C. Tujuan Penelitian

Dapat diketahui pada latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis nilai tukar yang berlaku sama dengan nilai tukar paritas. 2. Menganalisis pengaruh tingkat harga dalam negeri terhadap nilai tukar. 3. Menganalisis pengaruh tingkat harga luar negeri terhadap nilai tukar. 4. Menganalisi pengaruh uang beredar terhadap nilai tukar.


(31)

12

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dari penelitian ini didapatkan manfaat untuk pembaca maupun penulis sendiri. Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Memberikan dasar bagi penyusunan rencana dan strategi yang baik dan terarah untuk digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan masalah nilai tukar yang menggunakan konsep paritas daya beli secara lebih efektif dan efisien selanjutnya.

3. Bagi penulis diharapakan merupakan tambahan pengetahuan dan wawasan yang sangat berharga dan berguna dikemudian hari.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam perdagangan antara dua negara, dibutuhkan konversi mata uang yang disepakati yang dapat memudahkan melakukan suatu transaksi. Konsep penentuan nilai tukar menggunakan paritas daya beli dapat digunakan untuk menentukan besarnya nilai tukar yang seharusnya berlaku dengan cara melihat persentase perubahan tingkat harga dalam negeri dan tingkat harga luar negeri.

Pada penelitian ini, menganalisis penerapan konsep paritas daya beli nilai

tukarRupiah terhadap USD dengan cara membandingkan nilai tukar aktual dengan nilai tukar paritas daya belinya. Berdasarkan penggunaan konsep paritas daya beli


(32)

13

relatif ditemukan bahwa dalam jangka panjang, suatu nilai tukar aktual berkisar di sekitar nilai tukar paritas daya beli dan akan kembali mendekati nilai tukar paritas daya beli yang bervariasi di tiap-tiap negara (Haryanto dkk, 2000).

Tingkat harga dalam dan luar negeri merupakan faktor penentu utama dalam menentukan nilai tukar menurut teori paritas daya beli. Apabila harga dalam negeri meningkat maka nilai tukar akan mengalami peningkatan sehingga terjadi apresiasi terhadap mata uang asing. Dalam penelitian T.K Jayaraman dan Chee-Koeng Choong (2014) menyebutkan bahwa tingkat harga dalam dan luar negeri merupakan faktor krusial penentuan nilai tukar dalam jangka panjang.

Uang beredar dalam artian luas disebut M2 atau uang kuasi(quasy money).

Hubungannya dengan nilai tukar adalah jika uang beredar dalam suatu negara meningkat maka akan mengalami inflasi sehingga nilai uang menurun dan menyebabkan melemahnya nilai tukarRupiah terhadap USD. Sejalan dengan penelitian Agustin (2009) menyebutkan salah satu faktor fundamental yang dapat mempengaruhi nilai tukar adalah uang beredar. Penelitian tersebut sesuai dengan teori penawaran uang karena antara uang beredar dan nilai tukar mempunyai hubungan yang positif, bahwa kenaikan penawaran mata uang domestik mengakibatkan mata uang domestik mengalami depresiasi.

Selanjutnya, semakin besar cadangan devisa yang diimiliki suatu negara maka kepercaayan luar negeri atas kemampuan negara untuk mengatasiexternal shock


(33)

14

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diduga nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat mencerminkan nilai tukar paritas daya beli.

2. Diduga harga dalam negeri berpengaruh positif terhadap nilai selama periode 2005.1-2014.4.

3. Diduga harga luar negeri berpengaruh negatif terhadap nilai tukar periode 2005.1-2014.4.

4. Diduga uang beredar berpengaruh positif terhadap nilai tukar selama periode 2005.1-2014.4.

5. Diduga cadangan devisa berpengaruh negatif terhadap nilai selama periode 2005.1-2014.4.

Cadangan Devisa (Agustin, 2009)

Uang Beredar (Agustin, 2009) Nilai Tukar Aktual

Nilai Tukar Paritas

Harga luar negeri (Haryanto dan

Diana, 2000) Harga dalam negeri

(Haryanto dan Diana, 2000)


(34)

15

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari:

Bab I. Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat, kerangka pemikiran, hipotesis, dan sistematika penulisan.

Bab II. Tinjauan pustaka. Berisikan teori-teori yang sesuai dengan faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah dan rujukan dari penelitian terdahulu. Bab III. Metodelogi penelitian. Berisikan tahapan-tahapan penelitian, data dan

sumber data, batasan variabel, alat analisis serta pengujian hipotesis. Bab IV. Hasil perhitungan dan pembahasan. Berisikan analisis hasil

perhitungan secara kuantitatif dan kualitatif. Bab V. Simpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TeoriPuchasing Power Parity

TeoriPurchasing Power Parityatau paritas daya beli dikemukakan oleh Gustav Cassel pada tahun 1920 yang menyatakan bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain ditentukan oleh tenaga beli uang tersebut di masing masing negara. Dasar teorinya adalah perbandingan nilai tukar menggunakan tingkat harga di masing-masing negara. Ada dua versi teori paritas daya beli yaitu versi absolut dan versi relatif.

Menurut versi absolut, perbandingan kurs ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing negara, atau dapat dirumuskan ssebgai berikut :

Rab= Pa/Pb Sumber: Eitman, Stonehill, dan Moffet (2010)

Dimana Rabmerupakan nilai tukar negara A terhadap negara B, Padan Pbadalah tingkat harga umum di negara A dan negara B. Dalam pendekatan absolut, diasumsikan bahwa : (1) semua barang dan jasa dapat diperdagangkan secara internasional tanpa dikenakan biaya transportasi (2) tidak ada biaya masuk, kuota, barrier ataupun hambatan lain dalam perdagangan internasional. Prinsip utama hukum ini adalah harga barang dan jasa akan menjadi sama di semua pasar dengan asumsi tidak adanya biaya transportasi.


(36)

17

Pendekatan absolut menjadi tidak tepatdalam menentukan nilai tukar, karena tidak semua barang dan jasa dapat diperdagangkan secara internasional sehingga

muncul konsep baru yaitu PPP relatif.

Sedangkan menurut versi relatif yang merupakan penyempurnaan dari konsep absolut, adalah sebagai berikut :

Rab1= ((Pa1/Pa0)/(Pb1/Pb0))*Rab0 Sumber: Eitman, Stonehill, dan Moffet (2010)

Dimana, Rab1danRab0 = kurs negara A terhadap negara B pada perode 1 dan 0 Pa1dan0= indeks harga konsumen pada negara A pada periode 1 dan 0 Pb1dan0= indeks harga konsumen negara B pada periode 1 dan 0

Contohnya apabila Indonesia mengalami inflasi lebih tinggi dari USA dan nilai kursnya tidak berubah maka akan menyebabkan harga ekspor barang dan jasa Indonesia menjadi relatif lebih mahal dan tidak mampu berkompetisi dengan barang dari luar negeri. Dalam hal ini, ekspor Indonesia akan cenderung menurun sedangkan impor dari negara lain cenderung meningkat. Dampaknya, Rupiah akan mengalami tekanan dan terdepresiasi atau USD akan mengalami apresiasi terhadap nilai Rupiah.

B. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen (IHK) merupakan indeks dari harga yang konsumen bayarkan untuk mendapatkan suatu barang atau jasa.IHK merupakan ukuran biaya


(37)

18

barang dan jasa keseluruhan yang dibeli oleh rata-rata konsumen (Mankiw, 2006). IHK dapat mencerminkan perkembangan tingkat harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dari waktu ke waktu, sehingga dapat digunakan sebagai indikator harga. Dengan kata lain IHK berhubungan dengan inflasi, yaitu jika harga suatu harga barang dan jasa mengalami peningkatan, dapat dikatakan terjadi inflasi.

C. Nilai Tukar(Exchange Rate)

Nilai tukar merupakan harga atau nilai dari mata uang suatu negara yang diukur dengan mata uang negara lain. Nilai tukar adalah harga dari mata uang satu negara dalam mata uang negara lainnya (Mishkin, 2007). Nilai tukar menjadi penting dalam transaksi luar negeri baik dalam hal perdagangan maupun investasi dan berperan dalam kebijakan moneter baik sebagai target atau instrumen. Dapat disimpulkan bahwa nilai tukar Rupiah adalah suatu perbandingan antara nilai mata uang Rupiah dengan mata uang negara lain.

Membagi nilai tukar menjadi dua jenis, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil (Mankiw, 2006). Kurs nominal merupakan harga relatif dari mata uang dua negara yang melakukan perdagangan internasional. Sedangkan kurs riil

merupakan harga relatif dari barang-barang di kedua negara yang melakukan pertukaran.


(38)

19

Secara garis besar, Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar sejak tahun 1970, antara lain :

a. Nilai Tukar Tetap(Fixed Exchange Rate)

Sistem nilai tukar ini ditahan secara tahap oleh pemerintah atau pemerintah secara ketat mengintervensi untuk memelihara nilai tukar Rupiah dalam batas-batas yang dikehendaki jika dirasa perubahan nilai tukar terlalu besar.

Indonesia menerapkan sistem nilai tukar tetap sejak tahun 1970-1978. Pada periode ini, pemerintah memiliki andil yang sangat besar dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Diberlakukannya sistem kontrol devisa yang mewajibkan para eksportir menjual hasil devisanya kepada bank devisa untuk selanjutnya dijual ke pemerintah (BI). Tugas BI selanjutnya adalah melakukan intervensi penuh di pasar valuta asing untuk menjaga kestabilan nilai tukarpada tingkat yang diharapkan.

b. Nilai Tukar Mengambang Terkendali(Managed Floating Exchange Rate)

Nilai tukar ditentukan oleh tekanan pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Pada sistem ini, pemerintah menetapkan kurs dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan tingkat tertentu. Jika nilai tukar bergejolak melebihi batas barulah pemerintah melakukan intervensi untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah. Sistem ini memiliki kesamaan dengan sistem nilai tukar tetap. Sistem nilai tukar mengambang terkendali diambangkan terhadap sekeranjang mata uang (basket of currencies) negara-negara mitra dagang utama


(39)

20

Menurut Krugman dan Maurice (2000),managed floating exchange rate

adalah sistem dimana pemerintah mengatur perubahan nilai tukar Rupiah tanpa bermaksud untuk membuat nilai tukar Rupiah dalam kondisi tetap. Sistem ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitumanaged floating I, managed floating II,dan

crawling band.Tahap pertama dalam sistem ini disebutmanaged floating, periode 1978-1986 dianggap sebagai tahap pertama, dimana kondisi tersebut dapat dilihat dari pergerakan nilai tukarnominal yang relatif tetap dan

perubahannya baru terjadi setelah tahun-tahun berikutnya.

Kebijakan ini diimplementasikan bersamaan dengan dilakukannya devaluasi Rupiah. Dalam menyesuaikan nilai tukar Rupiah dengan target yang

diinginkan, Bank Indonesia tidak mengalami kesulitan dikarenakan perekonomian yang relatif belum berkembang. Namun pada periode selanjutnya, perkembangan perekonomian semakin pesat ditandai dengan banyaknyacapital inflowyang masuk ke Indonesia serta diikuti oleh

perkembangan di sektor keuangan, maka pada periode selanjutnya (1987-1992)

managed floating IIditerapkan mengingat semakin terbukanya perekonomian nasional.

Tahap kedua dirasakan perlu karena semakin besarnya kekuatan pasar dan manajemen yang dominan akan membuat ketidaksejajaran pada nilai tukar Rupiah. Semakin berkembangnya pasar valuta asing dalam negeri membuat bank-bank konvensional mengurangi ketergantungannya terhadap Bank Indonesia dalam transaksi valas. Oleh karena itu diterapkan kebijakan nilai tukarcrawling bandsejak 1992 sampai Agustus 1997.


(40)

21

c. Nilai Tukar Mengambang Bebas(Free Floating Exchange Rate)

Nilai tukar Rupiah mengalami banyak tekanan yang menyebabkan semakin melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD sejak pertengahan Juli 1997. Tekanan nilai tukar berawal dari gejolak mata uang yang melanda Thailand dan menyebar ke negara ASEAN lainnya termasuk Indonesia yang memiliki karakteristik perekonomian yang sama. Bank Indonesia melakukan tindakan dengan cara mengintervensi yang sementara dapat menstabilkan nilai Rupiah. Namun tekanan yang dialami semakin parah hingga pada awal Agustus 1997 nilai tukar Rupiah terhadap USD mencapai Rp 2.650,00. Dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang, pemerintah mengubah sistem mengambang terkendali menjadi nilai tukar mengambang bebas.

Hal ini bertujuan agar dapat mengurangi dampak negatif yang timbul akibat kegiatan spekulatif terhadap mata uang Rupiah. Pada awal sistem ini, nilai Rupiah relatif stabil dan sempat mengalami apresiasi sebelum Juli 1997 yang mendorong meningkatnyacapital inflowke Indonesia.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Dalam jangka pendek perubahan dalam nilai tukar baik dalam keadaan depresiasi maupun apresiasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing (Krugman dan Maurice, 2000) adalah sebagai berikut :


(41)

22

Perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri

merupakan faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Sesuai dengan teori paritas daya beli. Contohnya pada kondisi Amerika sebagai mitra dagang Indonesia. Jika di dalam negeri mengalami inflasi yang cukup

tinggimaka harga barang Amerika Serikat juga tinggi yang menyebabkan permintaan barang relatif mengalami penurunan.

b. Tingkat pendapatan

Pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing dibandingkan dengan penawaran yang ada. Tingkat pertumbuhan ini diperkirakan akan melemahkan nilai kurs terhadap mata uang asing. c. Tingkat suku bunga relatif

Tingkat suku bunga dalam negeri merupakan pertimbangan bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya. Jika di suatu negara memiliki tingkat suku bunga yang relatif tinggi maka akan mengakibatkan banyaknya investor yang tertarik. Perbedaan tingkat suku bunga akan membuat kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.

d. Ekspektasi

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar valuta asing adalah ekspektasi atau nilai di masa depan. Sentimen di pasar valas terjadi sama dengan di pasar keuangan lain yang akan bereaksi jika ada berita yang memiliki dampak untuk masa depan. Sebagai contoh, berita mengenai ekspektasi inflasi di Amerika Serikat, akan memungkinkan bagi pelaku di pasar valas menjual dollar Amerika Serikat yang dimilikinya sebab memperkirakan nilai dollar akan menurun di masa depan


(42)

23

e. Uang beredar (M2)

Uang beredar merupakan keseluruhan jumlah yang dikeluarkan secara resmi oleh bank sentral. Uang beredar atau uang kuasi dapat mempengaruhi nilai tukar jika jumlah uang beredar bertambah banyak dan membuat nilai uang menurun yang akhirnya menyebabkan lemahnya nilai Rupiah.

3. Teori Penentuan Nilai Tukar

Ada empat pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tukar, yaitu: a. Pendekatan perdagangan atauelastisitas

Menurut pendekatan ini, nilai tukar mata uangt suatu negara terhadap mata uang negara lain ditentukan oleh kesimbangan jumlah ekspor dan impor negara tersebut. Jadi, pada pendekatan perdagangan nilai tukar hanya ditentukan oleh perdagangan barang dan jasa saja.

Contohnya jika jumlah ekspor Indonesia lebih besar dari jumlah impor atau mengalami surplus maka nilai tukar akan mengalami penurunan. Dalam hal ini mata uang Rupiah mengalami apresiasi. Pendekatan ini sangat tergantung elastisitas jumlah impor dan ekspor terhadap perubahan harga.

b. Pendekatan moneter

Jika pendekatan elastisitas menggunakan aliran dana dalam penentuan nilai tukar, beda halnya dengan pendekatan moneter. Pendekatan ini melihat bahwa nilai tukar ditentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang domestik pada tiap-tiap negara.

Diasumsikan penawaran uang di suatu negara ditentukan oleh otoritas moneter dan permintaan uang ditentukan oleh tingkat pendapatan riil, tingkat harga dan


(43)

24

suku bunga. Jika penawaran uang naik sementara pendapatan riil tetap, maka tingkat harga akan naik yang selanjutnya dapat melemahkan nilai tukar. c. Pendekatanpuchasing power parity(PPP)

Menurut pendekatan ini, digunakan untuk menganalisa pengaruh inflasi antara dua negara terhadap nilai tukarnya. Pendekatan ini dibagi menjadi dua yaitu

absolut purchasing power paritydanrelatif purchasing power parity.

d. Pendekatanportofolio-balance

Menurut pendekatan ini, nilai tukar ditentukan oleh proses keseimbanagn permintaan dan penawaran aset keuangan. Diasumsikan bahwa aset keuangan domestik dapat saling menggantikan dengan aset keuangan luar negeri. Pendekatan keseimbangan portofolio mengakui bahwa masyarakat mungkin ingin memegang kedua mata uang, walaupun mereka mungkin memiliki preferensi terhadap salah satu mata uang (Krugman dan Maurice, 2000). Permintaan aset keuangan luar negeri akan menyebabkan permintaan terhadap mata uang asing akan meingkat. Jika hal ini tidak diimbangi oleh pertambahan penawaran valas maka yang terjadi adalah semakin tingginya nilai tukar (depresiasi nilai tukar domestik).

D. Uang Beredar

Uang beredar (money supply) merupakan semua jenis uang baik uang kartal yang berada dalam peredaran di masyarakat maupun uang giral yang ada di bank umum. Secara sempit uang beredar terdiri dari uang kartal dan deposito yang


(44)

25

dapat digunakan sebagai alat tukar. Sedangkan dalam arti luas, uang beredar disebut juga uang kuasi (Miskhin, 2007).

Pemerintah melalui otoritas moneter berhak menentukan jumlah uang beredar di masyarakat. Berikut pengertian uang beredar dalam arti sempit(narrow moneydan uang beredar dalam arti luas(broad money).

a. Uang beredar dalm arti sempit (narrow money)

Yang termasuk dalam jumlah uang beredar adalah uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan bank sentral yang siap digunakan oleh masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Dalam arti sempit, jumlah uang beredar merupakan jumlah uang kartal (kertas dan logam) ditambah jumlah uang giral (giro/rekening koran).

b. Uang beredar dalam arti luas

Sedangkan uang beredar dalam arti luas adalah jumlah uang beredar

merupakan jumlah uang kartal ditambah uang giral ditambah saldo deposito berjangka dan jumlah tabungan masyarakat di bank.

Jika kenaikan uang beredar di dalam negeri lebih besar dari kenaikan uang

beredar di luar negeri maka mata uang negara tersebut akan mengalami depresiasi. Pertumbuhan jumlah uang beredar bisa disebabkan oleh kegiatan ekonomi

masyarakat yang semakin besar, terutama kegiatan konsumsi. Tingginya tingkat konsumsi ini mendorong kecepatan uang semakin tinggi karena perpindahan uang dari satu individu ke individu lainnya setiap waktu.


(45)

26

E. Devisa

Devisa merupakan alat pembayaran yang digunakan untuk transaksi di pasar internasional. Sedangkan cadangan devisa adalah aset simpanan yang disimpan oleh bank sentral sebagai otoritas moneter. Cadangan devisa dapat berupa mata uang asing, emas, dan surat berharga.

Dalam neraca lau lintas moneter, bisa dilihat apakah cadangan devisa bertambah atau berkurang, cadangan devisa biasanya diukur dengan kecukupannya untuk melakukaknya impor dalam beberapa bulan.

Cadangan devisa bersumber dari dalam maupun luar negeri, sumber dari dalam berupa hasil penjualan eksport barang dan jasa, laba dari penanaman modal luar negeri, dan hasil dari pariwisata. Sedangkan cadangan devisa yang bersumber dari luar didapat dari pinjaman luar negeri, lembaga keuangan internasional dan hadiah atau bantuan dari organisasi internasional. Adapun rumus cadangan devisa adalah sebagai berikut :

CDt= CDt1+ TB + TM

Sumber: Eitman, Stonehill, dan Moffet (2010)

Dimana, CDt1adalah cadangan devisa tahun sebelumnya, TB merupakan transaksi berjalan dan TM adalah transaksi modal.


(46)

27

F. Penelitian Sebelumnya

Penelitian-penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai bahan referensi peneliti untukmembandingkan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian. Berikut beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan judul penelitian:

Tabel 1: Ringkasan Penelitian Ivan Haryanto dan Diana Wibisono (2000) Judul Penerapan Konsep Paritas Daya Beli Dalam Menentukan

Nilai Tukar Mata Uang Asing Dari Tujuh Negara

Tujuan 1. Menyajikan nilai tukar ketujuh negara yang seharusnya berlaku berdasarkan konsep paritas daya beli

2. Melihat sensitivitas perubahan IHK terhadap perubahan nilai tukar mata uang terhadap Dolar Amerika

Variabel dan alat analisis

Dollar Kanada, Mark, Franc, Poundsterling, Lira,Yen, Krona, dan indeks harga konsumen ketujuh negara tersebut. ECM

Jenis data Sekunder dan data runtun waktuberupa data kuartal Kesimpulan 1. nilai tukar empat negara cenderung mengalami

undervalue terhadap dolar amerika dan tiga lainnya cenderung mengalami overvalue terhadap dolar amerika 2. hampir seluruh negara objek penelitian mengalami

perubahan positif atas nilai tukar aktualnya yang disebabkan perubahan indeks harga konsumen masing-masing.

Tabel 1. merupakan ringkasan hasil penelitian yang dilakukan olehIvan Haryanto dan Diana Wibisonoyang berjudul “Penentuan Nilai Tukar Mata Uang Asing dengan Menerapkan Konsep Paritas Daya Beli”. Penelitianinimenggunakannilai


(47)

28

tukardan indeks harga konsumen ketujuh negara untuk menjadi variabel yang diteliti. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ketujuh nilai tukar negara tersebut sesuai dengan nilai tukar menggunakan konsep paritas daya beli.Metodeanalisis yang digunakansamayaitumetodeError Correction Model

(ECM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang nilai tukar aktual akan bergerak kembali mendekati nilai tukar paritas daya belinya. Namun nilai tukar aktual tidak dapat mencerminkan niali tukar paritas daya belinya.

Tabel 2 : Ringkasan Penelitian Grisvia Agustin (2009)

Judul Anlaisis Paritas Daya Beli pada kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Periode September 1997- Desember 2007 Tujuan Menganalisis pengaruh rasio tingkat harga, selisih tingkat

bunga, uang beredar, cadangan devisa dan net ekspor terhadap nilai tukar Rupiah

Variabel dan alat analisis

Variabel seperti nilai tukar, rasio tingkat harga, selisih tingkat bunga, cadangan devisa, uang beredar, dan net ekspor menggunakan metode ECM

Jenis data Sekunder yang merupakan data runtun waktu. Kesimpulan 1. Pengaruh tingkat harga antara Indonesia dan

Amerika memiliki hubungan positif.

2. Selisih tingkat bunga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar

3. Cadangan devisa, jumlah impor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar. Sedangkan jumlah ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar.

Tabel 2. merupakan ringkasan hasil penelitian yang dilakukan olehGrisvia Agustinyang berjudul “Analisis Paritas Daya Bel Pada Kurs Rupiah Terhadap


(48)

29

Dollar Amerika Serikat”. Penelitianinimenggunakannilai tukar, rasio tingkat harga, selisih tingkat bunga, cadangan devisa, uang beredar dan net ekspor. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah teori paritas daya beli berlaku untuk kasus nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dan dalam jangka pendek, variabel yang memiliki pengaruh terbesar terhadap nilai tukar adalah rasio tingkat harga antara Indonesia dan Amerika Serikat.Metodeanalisis yang

digunakansamayaitumetodeError Correction Model(ECM). Hasil penelitian didapat bahwa terdapat keberlakuan teori paritas daya beli dalam jangka pendek.

Tabel 3 : Ringkasan Penelitian M. Roza Aulia Lubis (2007)

Judul Analisi Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity pada Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar Amerika

Tujuan 1. Menganalisis pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga, penawaran uang terhadap penerapan

purchasing power parity

Variabel dan alat analisis

Variabel seperti nilai tukar, inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah penawaran uang menggunakan metode ECM Jenis data Sekunder yang merupakan data runtun waktu.

Kesimpulan 1. Pengaruh inflasi, uang kuasi dan tingkat susku bunga dapa menjelaskan variasi nilai kurs Rupiah dalam penerapan PPP terhadap USD sebesar 98,6%

2. Dari hasil uji Engel Granger Error Corection Models menunjukkan variabel independen mempengaruhi nilai kurs dan berlakunya penerapan PPP pada mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika

Tabel 3. merupakan ringkasan hasil penelitian yang dilakukan olehM. Roza Aulia Lubisyang berjudul “Analisi Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity pada Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar Amerika”. Penelitianinimenggunakannilai


(49)

30

tukar, inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah penawaran uang untukmenjadi variabel yang diteliti.Metodeanalisis yang digunakansamayaitumetodeError Correction Model(ECM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas dapat menjelaskan variasi nilai kurs Rupiah dalam penerapan

purchasing power parityterhadap Dollar AS sebesar 98,6%.

Tabel 4 : Ringkasan Penelitian T.K Jayaraman dan Chee-Koeng Choong (2014)

Judul Purchasing Power Parity Theory and its Validity in Pacific Island Countries(PIC’s)

Tujuan Untuk menganalisa validitas paritas daya beli di Negara Kepulauan Pasifik

Variabel dan alat analisis

Nilai tukar nominal, tingkat harga US, tingkat harga dalam negeri. Alat analisis menggunakan dynamic error correlation model (DECM).

Jenis data Sekunder yang merupakan data runtun waktu.

Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga dalam negeri dan harga luar negeri merupakan faktor penting yang

memSpengaruhi nilai tukar dalam jangka panjang di Negara Kepuauan Pasifik

Tabel 4. merupakan ringkasan hasil penelitian yang dilakukan olehT.KJayaraman dan Chee-Koeng Choongberjudul “Purchasing Power Parity Theory and its Validity in Pacific Island Countries (PIC’s)”. Penelitianinimenggunakannilai tukar beberapa negara di kepulauan pasifik dan tingkat harga di tiap-tiap negara untuk menjadi variabel yang diteliti. Metodeanalisis yang digunakanyaitumetode


(50)

31

bahwa harga domestik dan harga luar negeri merupakan faktor krusial dari nilai tukar dalam jangka panjang di seluruh negara yang diteliti.

Tabel 5 : Ringkasan Penelitian Tegar Diwi Ananta (2013)

Judul Pengaruh Paritas Daya Beli Pada Kurs Dollar Amerika, Dollar Singapura, Yen terhadap Rupiah Periode Tahun 2005-2012

Tujuan Menganalisis keberlakuan teori paritas daya beli pada nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, Dollar Singapura dan Yen Jepang jangka pendek maupun jangka panjang.

Variabel dan alat analisis

Nilai tukarRupiah, inflasi, tingkat suku bunga JIBOR, US Prime, SIBOR, JAPAN prime, tingkat pertumbuhan

ekonomi dan jumlah penawaran uang menggunakan metode ECM

Jenis data Sekunder yang merupakan data runtun waktu.

Kesimpulan 1. Dalam jangka pendek teori paritas daya beli di Indonesia terhadap Amerika dan Jepang berlaku. 2. Pengaruh tingkat harga terhadap nilai tukar

berlangsung cukup cepat/ tingkat harga cenderung bersifat fleksibel.

3. Tingkat bunga Indonesia terhadap Amerika dan Singapura tidak mempengaruhi valuta asing pada jangka pendek maupun jangka panjang

4. Pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi kurs baik jangka pendek maupun jangka panjang

5. Pertumbuhan jumlah uang beredar berlaku baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk Indonesia terhadap Amerika, Singapura dan Jepang. Tabel 4. merupakan ringkasan hasil penelitian yang dilakukan olehTegar Dwi Ananta yangberjudul“Pengaruh Paritas Daya Beli Pada Kurs Dollar Amerika,


(51)

32

Dollar Singapura, Yen terhadap Rupiah Periode Tahun 2005-2012”.

Penelitianinimenganalisis keberlakuan teori paritas daya beli pada nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, Dollar Singapura, dan Yen Jepang baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Metodeanalisis yang

digunakanyaitumetode Error Correction Model Engel Granger dengan menggunakan data sekunder.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek teori paritas daya beli di Indonesia terhadap Amerika dan Jepang berlaku.


(52)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik

(www.bps.go.id). Selain itu digunakan juga buku-buku yang berkaitan sebagai referensi yang dapat menunjang penelitian ini. Data yang digunakan merupakan datatime series yang dimulai dari 2005.1-2014.4.

a. Jenis Data menurut sifatnya

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu berupa data perbulan yang berbentuk angka dan dapat diukur/dihitung. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai nilai tukar, tingkat harga dalam negeri, tingkat harga luar negeri, uang beredar dan cadangan devisa selama periode 2005.1-2014.4.

b. Jenis Data menurut sumbernya

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang sudah jadi dikumpulkan oleh pihak lain. Data dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan, yaitu Bank Indonesia,International Financial Statisticdan berbagai literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian


(53)

34

ini adalah metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengambil dari berbagai dokumentasi atau publikasi dari berbagai instansi terkait.

Penelitian ini dilakukan dengan observasi pada kurun waktu tersebut, karena pada kondisi tersebut Dollar AS mengalami penguatan terhadap hampir seluruh mata uang dunia trermasuk Rupiah. Hal ini tentunya membuat nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi sebesar 3,24% dari akhir tahun 2004 sampai dengan April 2005.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, indeks harga konsumen Indonesia, indeks harga konsumen AS, jumlah uang beredar dan cadangan devisa. Secara rinci variabel yang digunakan dalam penelitian, disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Nama, Simbol, Satuan Pengukuran, dan Sumber Data

Nama Variabel Simbol

Variabel Satuan Pengukuran Sumber Data

Nilai tukar E Rupiah/$ BI

IHK Indonesia IHKI Indeks BI

IHK Amerika IHKUS Indeks IFS

Uang beredar M2 Milyar Rupiah BI

Cadangan devisa CDV Juta USD BI

B. Definisi Operasional Variabel

Batasan atau definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain, sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yaitu


(54)

35

besarnya nilai rupiah untuk satu dollar AS. Data yang digunakan adalah data triwulan periode 2005.1–2014.4, satuannya dinyatakan dalam rupiah.

2. Harga dalam negeri (IHKI) yaitu menggunakan IHK atas dasar harga konstan Indonesia yang mencerminkan tingkat harga di Indonesia. Data yang digunakan adalah IHK konstan periode 2005.Q1–2014.Q4, satuannya dinyatakan dalam indeks.

3. Harga luar negeri (IHKUS) yaitu menggunakan IHK atas dasar harga Amerika Serikat yang mencerminkan tingkat harga. Data yang digunakan adalah IHK Amerika periode 2005.Q1–2014.Q4, satuannya dinyatakan dalam indeks.

4. Jumlah uang beredar yang digunakan M2 atau jumlah uang beredar dalam arti luas dan satuannya miliaran rupiah periode 2005.Q1–2014.Q4. 5. Cadangan Devisa merupakan aset simpanan yang disimpan oleh bank

sentral sebagai otoritas moneter dan satuannya Juta USD rupiah periode 2005.Q1–2014.Q4.

C. Metode Analisis

1. Perhitungan nilai tukar paritas daya beli, menggunakan formula :

Rab1= ((Pa1/Pa0)/(Pb1/Pb0))*Rab0 Sumber: Eitman, Stonehill, dan Moffet (2010)

Dimana, Rab1dan Rab0 = kurs negara A terhadap negara B pada periode 1 dan 0


(55)

36

Pa1dan0= indeks harga konsumen pada negara A pada periode 1 dan 0 Pb1dan0= indeks harga konsumen negara B pada periode 1 dan 0 2. Model regresi dalam penelitian, sebagai berikut :

lnNTt = f (lnIHKIt , lnIHKUSt, lnJUBt, lnCDVt)

Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode analisis kuantitatif dengan menggunakan modelError Corection Model(ECM). Model ini biasanya digunakan untuk menyeimbangkan perilaku ekonomi yang sering

menunjukkan ketidakseimbangan, sehingga perlu suatu model yang memasukkan variabel penyesuaian untuk melakukan koreksi untuk kondisi ketidakseimbangan tersebut (Widarjono, 2005).Engel dan Granger (1991) telah menegembangkan model koreksi kesalahn yang digunakan untuk mengoreksi persamaan regresi antar variabel-variabel yang secara individual tidak stasioner agar dapat kembali ke nilai keseimbangan pada jangka panjang, dengan syarat terdapat hubungan kointegrasi antar varibel-variabel dalam suatu persamaan.

D. Spesifikasi Model Ekonomi

Secara ekonomi, model yang diamati sebagai berikut :

lnNTt = f (lnIHKIt , lnIHKUSt, lnJUBt, lnCDVt)

Dengan uraian sebagai berikut :

lnNTt = Logaritma Natural Nilai Tukar lnIHKIt = Logaritma Natural IHK Indonesia lnIHKUSt = Logaritma Natural IHK US


(56)

37

lnJUBt = Logaritma Natural JUB

lnCDVt = Logaritma Natural Cadangan Devisa

Pada penelitian ini untuk semua variabel ditambahkan ln atau logaritma natural karena untuk menentukan suatu persamaan regresi itu bisa digunakan atau tidak untuk melakukan estimasi, harus memenuhi syarat, salah satunya yaitu linier. Untuk membuat persamaan menjadi linear adalah dengan menambahkan ln dalam variabel yang akan diteliti yang mempunyai satuan bukan presentasi. Tujuannya adalah untuk menemukanstandart erroryang lebih kecil. Bila fungsi asli kita memiliki standart error yang tinggi, maka fungsi atau persamaan harus diubah menjadi persamaan yang linear sehingga hasil estimasi yang kita lakukan bisa mendekati kenyataan.

E. Prosedur Analisis Data

1. UjiStasionary

Analisis diawali dengan pengujian ketidakstasioneran masing-masing variabel dengan menggunakan uji yang dikembangkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Uji ini diawali dengan melakukan orde I(0), jika suatu data tidak stasioner pada orde itu maka dilakukan melalui orde berikutnya I(1) atausecond difference

atau I(2), dan seterusnya. Hipotesis untuk pengujian ini adalah :

H0 : δ = 0 (terdapat unit root, tidak stasioner) H1 : δ ≠ 0 (tidak terdapat unit root, stasioner)

Dalam model ekonometrika, data stasioner merupakan data yang memiliki mean, varians, dan autovarians yang sama pada waktu kapan data tersebut dibentuk.


(57)

38

Selain itu, salah satu syarat model dalam data runrun waktu adalah data yang stasioner.

Data yang digunakan dalam regresi dilakukan uji akar unit dengan berpatokan pada nilai batas kritis ADF. Hasil uji akar unit dengan membandingkan hasil t-hitung dengan nilai kritis McKinnon. Jika hasil uji menolak hipotesis adanya unit root untuk semua variabel, berarti semua adalah stasionary atau dengan kata lain, variabel-variabel terkointegrasi pada I (0), sehingga estimasi akan dilakukan dengan menggunakan regresi linier biasa (OLS).

Jika hasil uji unit root terhadap level dari variabel-variabel menerimahipotesis adanya unit root, berarti semua data adalah tidak stasionary atau semua data terintegrasi pada orde I (1). Jika semua variabel adalah tidak stasionary, estimasi terhadap model dapat dilakukan dengan teknik kointegrasi.

2. Uji Kointegrasi

Setelah melakukan Uji Stasioner pada datatime series, selanjutnya dilakukan uji kointegrasi yaitu untuk menguji apakah residual mengandung masalah akar unit. Tujuan dari melakukan uji ini adalah untuk mengetahui kemungkinan

keseimbangan jangka panjang antar variebel yang diamati.Apabila variabel terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya jika tidak terdapat kointegrasi antar variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan dalam jangka panjang. Istilah kointegrasi dikenal juga dengan istilaherror, karena deviasi terhadapekuilibriumjangka panjang


(58)

39

dikoreksi secara bertahap melalui series parsial penyesuaian jangka pendek. Ada beberapa macam uji kointegrasi, antara lain :

1) Uji Kointegrrasi Engel-Granger(EG). Hipotesis :

Ho = Tidak ada kointegrasi Ha = Ada kointegrasi

Ho diterima apabila nilai t kritis< Augmanted Dickey Fuller(ADF). Sedangkan, apabila nilai t kritis > Augmanted Dickey Fuller maka Ho ditolak dan Ha diterima.

2) Uji Kointegrasi Johansen

3. Error Correction Model(ECM)

Setelah sebelumnya dilakukan uji unit root dan uji kointegrasi yang menghasilkan data yang terkointegrasi maka tahapan selanjutnya adalah dengan melakukan uji

Error Corection Model(ECM). Uji ini dilakukan untuk megkoreksi error pada persamaan jangka pendek menuju keseimbangan pada jangka panjang.

Model fungsional pada penelitian ini adalah :

lnNTt = f (lnIHKIt , lnIHKUSt, lnJUBt, lnCDVt)

Model struktural dengan menggunakan Metode ECM adalah sebagai berikut:

ln_NTt= 0+ 1(ln_IHKI)t- 2(ln_IHKUS)t+ 3(ln_JUB)t- 4 (ln_CDV)t + 5ECT-1+ t


(59)

40

Dengan uraian sebagai berikut :

Ln_NTt = Logaritma Natural Nilai Tukar Ln_IHKIt = Logaritma Natural IHK Indonesia Ln_IHKUSt = Logaritma Natural IHK US Ln_JUBt = Logaritma Natural JUB

Ln_CDVt = Logaritma Natural Cadangan Devisa αi, = Parameter

εt =Error Term

ECT-1 =Error Correction Term

4. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis adalah komponen utama yang diperlukan untuk dapat menarik kesimpulan dari suatu penelitian, uji hipotesis juga digunakan untuk mengetahui keakuratan data.Parameter-paremeter yang diestimasi dapat dilihat melalui dua kriteria. Pertama adalah statistik, yang meliputi uji signifikansi parameter secara individual (Uji -t) dan uji parameter secara bersama-sama (Uji-F).

1. Uji t statistik (Uji Parsial)

Uji t statistik untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel

bebasnya terhadap variabel terikatnya. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung atau t statistik dengan t tabel. Pengujian Hipotesis yang digunakan dalam Uji t statistik adalah :

Menetukan Ho dan Ha ;


(60)

41

pendek.

Ha : 1>0 , variabel IHKI Berpengaruh positif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

H0 : 1>0 , variabel IHKUS Berpengaruh positif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

Ha : 1<0 , variabel IHKUS Berpengaruh negatif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

H0 : 1<0 , variabel JUB Berpengaruh negatif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

Ha : 1>0 , variabel JUB Berpengaruh positif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

H0 : 1>0 , variabel CADEV Berpengaruh positif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

Ha : 1<0 , variabel CADEV Berpengaruh negatif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

Menentukan tingkat keyakinan dan daerah kritis ( = n–k–1 )

Menentukan nilai t tabel kemudian membandingkan nilai t tabel dan nilai t statistik.

Kriteria pengambilan keputusan :

a. Hoditerima apabila memenuhi syarat t-hitung< t-tabel ; t-hitung> t-tabel, artinya variabel terikat tidak dipengaruhi oleh variabel bebas.

b. Ho ditolak apabila memenuhi syarat t-hitung> t-tabel ; t-hitung< t-tabel, artinya variabel terikat dipengaruhi oleh variabel bebas.


(61)

42

2. Uji F statistik

Uji F dikenal dengan Uji serentak atau Uji model/uji Anova yaitu uji yang digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk menguji apakah model regresi yang ada signifikan atau tidak signifikan. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Kriteria pengambilan kesimpulan :

a. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima.

Ini berarti bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

b. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak.

Ini berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.


(62)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai tukar Rupiah terhadap USD tidak mencerminkan nilai tukar paritas daya beli. Dilihat dari selisih yang didapat dari nilai tukar aktual dan nilai tukar paritas yang masih cukup besar, sedangkan nilai tukar aktual yang

mencerminkan nilai tukar paritas adalah yang memiliki selisih sebesar nol. 2. Penggunaan variabel IHKI berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

tukar Rupiah/USD. Kenaikan harga dalam negeri menyebabkan nilai tukar Rupiah/USD terdepresiasi, sesuai dengan teori paritas daya beli yaitu kenaikan harga dalam negeri yang dicerminkan oleh tingginya inflasi akan membuat depresiasi mata uang Rupiah.

3. Penggunaan variabel IHKUS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap terhadap nilai tukar Rupiah/USD. Kenaikan harga di Amerika Serikat dapat direspon baik oleh para eksportir sehingga dapat mengoptimalkan volume ekspor dan membuat nilai tukar Rupiah/USD terapresiasi.

4. Penggunaan variabel JUB berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar Rupiah/USD.


(63)

55

5. Penggunaan variabel cadangan devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah/USD. Semakin besar jumlah cadangan devisa yang dimiliki suatu negara maka kepercayaan luar negeri atas kemampuan dalam negeri untuk mengatasi eksternal shock akan meningkat sehingga dapat mengapresiasi mata uang domestik.

B. Saran

1. Pembuat kebijakan harus lebih efektif dalam membuat kebijakan yang tepat dalam memperbaiki kondisi nilai tukar yang cenderung terdepresiasi untuk beberapa periode terakhir dengan cara menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri salah satunya dengan tingkat inflasi yang terkendali. Jika dilihat faktor dari luar negeri yang mempengaruhi nilai tukar, tingkat harga yang tinggi di luar negeri dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk

memaksimalkan ekspor ke negara tersebut, dengan demikian nilai tukar Rupiah akan menguat.

2. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa masih ada variabel bebas lain yang mempengaruhi variabel terikat sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain seperti tingkat suku bunga, tingkat pendapatan riil, dan ekspektasi.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Grisvia. 2009.Anlaisis Paritas Daya Beli pada kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Periode September 1997- Desember 2007.

Ananta, Tegar Diwi. 2013.Pengaruh Paritas Daya Beli Pada Kurs Dollar Amerika, Dollar Singapura, Yen terhadap Rupiah Periode Tahun 2005-2012.

Eitman, David K. Stonehill, Arthur I. Moffet, Michael H. 2010. Manajemen Keuangan Multinasional. Terjemahan. Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga. Haryanto, Ivan dan Diana Wibisono. 2000.Penerapan Konsep Paritas Daya Beli

Dalam Menentukan Nilai Tukar Mata Uang Asing Dari Tujuh Negara.

Jayaraman, T.K, dam Chee-Koeng Choong. 2014.Purchasing Power Parity Theory and its Validity in Pacific Island Countries (PIC’s).

Kartikaningtyas, Nisita, dan Suhadak. 2013.Pengujian teori paritas daya beli nilai tukar empat mata uang utama terhadap rupiah Indonesia (studi pada BI periode 2003. I- 2013.II)

Krugman, Paul R dan Maurice Obstfeld. 2000.Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Lubis, M. Reza Aulia. 2007.Analisis Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity pada Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar Amerika.

Mankiw, N. Gregory. 2006.Makroekonomi. Terjemahan. Edisi keenam. Erlangga, Jakarta.

Mishkin, F.S.2007.The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. Seventh Edition. Pearson Education.

Nopirin. 2007.Ekonomi Moneter.BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Ritonga, John Tafbu. 2004. Krisis Moneter dan reformasi Pembangunan Ekonomi Indonesia.


(65)

Salvatore, Dominic. 2007. Ekonomi Internasional. Edisi kelima. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2003.Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi ketiga. Rajawali Pers, Jakarta.

Taylor, Alan M. Mark P. Taylor. 2004.The Purchasing Power Parity Debate. Journal of Economic Prespective, Volume 18 Number 4 135-158.

Widarjono, A. 2005.Ekonometrika Teori dan Aplikasinya. Edisi pertama. Yogyakarta: Ekonosia.

http://www.bps.go.id//pengumuman// www.imf.org


(1)

pendek.

Ha : 1>0 , variabel IHKI Berpengaruh positif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

H0 : 1>0 , variabel IHKUS Berpengaruh positif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

Ha : 1<0 , variabel IHKUS Berpengaruh negatif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

H0 : 1<0 , variabel JUB Berpengaruh negatif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

Ha : 1>0 , variabel JUB Berpengaruh positif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

H0 : 1>0 , variabel CADEV Berpengaruh positif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

Ha : 1<0 , variabel CADEV Berpengaruh negatif terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

Menentukan tingkat keyakinan dan daerah kritis ( = n–k–1 )

Menentukan nilai t tabel kemudian membandingkan nilai t tabel dan nilai t statistik.

Kriteria pengambilan keputusan :

a. Hoditerima apabila memenuhi syarat t-hitung< t-tabel ; t-hitung> t-tabel, artinya variabel terikat tidak dipengaruhi oleh variabel bebas.

b. Ho ditolak apabila memenuhi syarat t-hitung> t-tabel ; t-hitung< t-tabel, artinya variabel terikat dipengaruhi oleh variabel bebas.


(2)

42

2. Uji F statistik

Uji F dikenal dengan Uji serentak atau Uji model/uji Anova yaitu uji yang digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk menguji apakah model regresi yang ada signifikan atau tidak signifikan. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Kriteria pengambilan kesimpulan :

a. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima.

Ini berarti bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

b. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak.

Ini berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai tukar Rupiah terhadap USD tidak mencerminkan nilai tukar paritas daya beli. Dilihat dari selisih yang didapat dari nilai tukar aktual dan nilai tukar paritas yang masih cukup besar, sedangkan nilai tukar aktual yang

mencerminkan nilai tukar paritas adalah yang memiliki selisih sebesar nol. 2. Penggunaan variabel IHKI berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

tukar Rupiah/USD. Kenaikan harga dalam negeri menyebabkan nilai tukar Rupiah/USD terdepresiasi, sesuai dengan teori paritas daya beli yaitu kenaikan harga dalam negeri yang dicerminkan oleh tingginya inflasi akan membuat depresiasi mata uang Rupiah.

3. Penggunaan variabel IHKUS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap terhadap nilai tukar Rupiah/USD. Kenaikan harga di Amerika Serikat dapat direspon baik oleh para eksportir sehingga dapat mengoptimalkan volume ekspor dan membuat nilai tukar Rupiah/USD terapresiasi.

4. Penggunaan variabel JUB berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar Rupiah/USD.


(4)

55

5. Penggunaan variabel cadangan devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah/USD. Semakin besar jumlah cadangan devisa yang dimiliki suatu negara maka kepercayaan luar negeri atas kemampuan dalam negeri untuk mengatasi eksternal shock akan meningkat sehingga dapat mengapresiasi mata uang domestik.

B. Saran

1. Pembuat kebijakan harus lebih efektif dalam membuat kebijakan yang tepat dalam memperbaiki kondisi nilai tukar yang cenderung terdepresiasi untuk beberapa periode terakhir dengan cara menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri salah satunya dengan tingkat inflasi yang terkendali. Jika dilihat faktor dari luar negeri yang mempengaruhi nilai tukar, tingkat harga yang tinggi di luar negeri dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk

memaksimalkan ekspor ke negara tersebut, dengan demikian nilai tukar Rupiah akan menguat.

2. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa masih ada variabel bebas lain yang mempengaruhi variabel terikat sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain seperti tingkat suku bunga, tingkat pendapatan riil, dan ekspektasi.


(5)

Agustin, Grisvia. 2009.Anlaisis Paritas Daya Beli pada kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Periode September 1997- Desember 2007.

Ananta, Tegar Diwi. 2013.Pengaruh Paritas Daya Beli Pada Kurs Dollar Amerika, Dollar Singapura, Yen terhadap Rupiah Periode Tahun 2005-2012. Eitman, David K. Stonehill, Arthur I. Moffet, Michael H. 2010. Manajemen

Keuangan Multinasional. Terjemahan. Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga. Haryanto, Ivan dan Diana Wibisono. 2000.Penerapan Konsep Paritas Daya Beli

Dalam Menentukan Nilai Tukar Mata Uang Asing Dari Tujuh Negara. Jayaraman, T.K, dam Chee-Koeng Choong. 2014.Purchasing Power Parity

Theory and its Validity in Pacific Island Countries (PIC’s).

Kartikaningtyas, Nisita, dan Suhadak. 2013.Pengujian teori paritas daya beli nilai tukar empat mata uang utama terhadap rupiah Indonesia (studi pada BI periode 2003. I- 2013.II)

Krugman, Paul R dan Maurice Obstfeld. 2000.Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Lubis, M. Reza Aulia. 2007.Analisis Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity pada Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar Amerika.

Mankiw, N. Gregory. 2006.Makroekonomi. Terjemahan. Edisi keenam. Erlangga, Jakarta.

Mishkin, F.S.2007.The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. Seventh Edition. Pearson Education.

Nopirin. 2007.Ekonomi Moneter.BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Ritonga, John Tafbu. 2004. Krisis Moneter dan reformasi Pembangunan Ekonomi Indonesia.


(6)

Salvatore, Dominic. 2007. Ekonomi Internasional. Edisi kelima. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2003.Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi ketiga. Rajawali Pers, Jakarta.

Taylor, Alan M. Mark P. Taylor. 2004.The Purchasing Power Parity Debate. Journal of Economic Prespective, Volume 18 Number 4 135-158. Widarjono, A. 2005.Ekonometrika Teori dan Aplikasinya. Edisi pertama.

Yogyakarta: Ekonosia.

http://www.bps.go.id//pengumuman// www.imf.org