URGENSI ADANYA LEMBAGA DPD

MATA KULIAH HUKUM TENTANG LEMBAGA-LEMBAGA
NEGARA
MAKALAH MENGENAI URGENSI ADANYA LEMBAGA DPD

Oleh :
Widitya Setiana 110110130290

Dosen Pembimbing :
Dr. Hernadi Affandi, S.H., LL.M.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung 40132
Tlp. (022) 2503271
Website: http://fh.unpad.ac.id

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya
saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul “Urgensi Adanya Lembaga DPD “.
Di dalam pembuatan makalah ini, saya berusaha menguraikan dan menjelaskan
tentang bagaimana pentingnya keberadaan lembaga DPD. Dalam kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati saya menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Hernadi Affandi,
S.H., LL.M. selaku dosen Hukum Tentang Lebaga-Lembaga Negara Fakultas Hukum. Yang
telah memberikan kami waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata saya menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan banyak kekurangannya, oleh karena itu saya mengharapkan saran, kritik dan petunjuk
dari berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.
Semoga makalah yang telah saya buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan
informasi pada masa yang akan datang, khususnya bagi Mahasiswa/I Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran. Terima kasih.

Bandung, 06 Juni 2015
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan, yang dimana penduduknya tersebar dari
sabang sampai merauke. Di era reformasi ini, demokrasi merupakan salah satu hal

yang sangat dijunjung. Ada banyak pengertian demokrasi yang harus kita ketahui
diantaranya :
Menurut International Commission for Jurist, demokrasi adalah suatu bentuk
pemerintahan dimana

hak untuk

membuat

keputusan-keputusan

politik di

selenggarakan oleh warga melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan
bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas.
Menurut C.F Strong, demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dalam
mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta dalam atas dasar
sistem perwakilam yang menjamin bahwa pemerintah akhirnya mempertanggung
jawabkan tindakan-tidakan kepada mayoritas itu.
Menurut Samuel Huntington, sistem politik sebagai demokratis sejauh para

pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu di pilih melalui
pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala dan di dalam sistem itu para calon
bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk dewasa berhak
memberikan suara.
Ada satu pengertian mengenai demokrasi yang di anggap paling populer diantara
pengertian yang ada. Pengertian tersebut dikemukakan pada tahun 1863 oleh
Abraham Lincoln yang mengatakan demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the
people).1
Dari banyak pengertian tentang demokrasi di atas, telah jelas bahwa peran rakyat
dalam demokrasi itu sangat penting. Jadi jika dilihat dari dari sisi geografis Indonesia
yang dimana termasuk ke dalam negara kepulauan, untuk memudahkan akses
informasi dan suara rakyat dari tiap daerah ke pusat dibutuhkan perwakilan untuk
Agung Kurniawan, Novi Karina Sari, Winda Pipit Alfiana Dewi, dan Ria Talpiah Latuconsina, DEMOKRA“I
UNTUK INDONE“IA , http://pemerintahan.umm.ac.id/files/file/Ria%20Talpiah%20Dkk.pdf, diakses 6 Juni,
2015, pada pukul 20.02

1

menyambungkan hal itu. Dari alasan-alasan itu maka lahirlah Dewan Perwakilan

Daerah (DPD). Untuk lebih jelasnya mengenai pentingnya dari adanya Lembaga
Dewan Perwakilan Daerah akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab selanjutnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah lahirnya Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPD) ?
2. Bagaimana kedudukan, fungsi dan wewenang dari Lembaga Dewan
Perwakilan Rakyat (DPD) ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya Lembaga Dewan Perwakilan
Rakyat (DPD).
2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan, fungsi dan wewenang dari
Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPD).

BAB II
ISI

A. SEJARAH LAHIRNYA LEMBAGA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
(DPD)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) lahir pada tanggal 1 Oktober 2004, ketika 128

anggota DPD yang terpilih untuk pertama kalinya dilantik dan diambil sumpahnya.2
Ada berbagai gagasan dibalik kelahiran DPD. Pertama, gagasan mengubah sistem
perwakilan menjadi sistem dua kamar (bicameral). DPD dan DPR digambarakan
serupa dengan sistem perwakilan seperti di Amerika Serikat yang terdiri dari Senate
sebagai perwakilan negara bagian (DPD), dan House of Representatives sebagai
perwakilan seluruh rakyat (DPR). Di Amerika Serikat, kedua unsur perwakilan
tersebut dinamakan Kongres (Congress). Pasal 1 ayat (1) UUD Amerika Serikat
(1787) menyebutkan: All legislative powers herein granted shall be vested in a
Congress of the United States, which shall consist of a Senate and House of
Representatives.
Kedua: gagasan untuk meningkatkan keikutsertaan daerah terhadap jalannya
politik dan pengelolaan negara. DPD merupakan badan sehari-hari yang turut serta
menetukan dan mengawasi jalannya politik dan pengelolaan negara. Dengan
demikian, DPD dapat pula dipandang sebagai koreksi atau penyempurnaan sistem
Utusan Daerah di MPR menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 sebelum
perubahan. Keikutsertaan daerah dalam Utusan Daerah di MPR sangat terbatas yaitu
pada saat sidang-sidang MPR (selama Orde Baru, hanya dua kali dalam lima tahun).3

B. KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN WEWENANG DARI LEMBAGA DEWAN
PERWAKILAN DAERAH (DPD)

Ketentuan-ketentuan mengenai kedudukan, fungsi, dan wewenang dari Lembaga
Dewan Perwakilan Daerah diatur dalam ketentuan-ketentuan berikut :
1. Pasal 22 C ayat (1): Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap
provinsi melalui pemilikihan umum (Perubahan Ketiga, tahun 2001)

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia ,
http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Daerah_Republik_Indonesia, diakses 6 Juni, 2015, pada pukul
20.23
3
Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru. Yogyakarta: FH-UII Press, 2003, hlm 59.

2

Sesuai dengan namanya sebagai Badan Perwakilan Daerah, sebutan provinsi
dalam pasal ini menunjukkan anggota DPD mewakili (rakyat) daerah provinsi,
seperti halnya anggota Senat (Senator) di Amerika Serikat yang mewakili negara
bagian. Anggota DPD dipilih langsung oleh rakyat provinsi yang bersangkutan.
Hal ini membawa konsekuensi hanya penduduk yang berdomisili (bukan resident
apalagi pendatang sementara) yang dapat menjadi calon dan dipilih menjadi
anggota DPD. Selanjutnya hak memilih hanya berlaku dalam wilayah provinsi

yang bersangkutan.

2. Pasal 2 C ayat (2): Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi
jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak
lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Perubahan Ketiga,
2001)
Rumusan ketentuan ini dapat lebih disederhanakan sehingga mencerminkan bahasa
hukum yang baik (singkat, sederhana, jelas) dengan memecah menjadi dua ayat : (1)
Jumlah Anggota DPD sama dari setiap provinsi. (2) Seluruh jumlah anggota DPD
tidak lebih dari sepertiga anggota DPR. Kalau dalam satu kalimat: Jumlah anggota
DPD sama dari setiap provinsi, dan seluruh jumlahnya tidak melebihi sepertiga
anggota DPR.
Ketentuan Pasal 22 ayat (2) sangat jelas menunjukkan pendekatan politik dan
bukan pendekatan hukum. Jumlah anggota DPD akan bergeser-geser sesuai dengan
pergeseran anggota DPR (ukuran minimal sepertiga). Dengan jumlah yang bergesergeser itu, partai politik dapat melaksanakan bargaining setiap kali pemilihan untuk
kemungkinan menggeser jumlah anggota DPR dan sekaligus menggeser jumlah
anggota DPD. Tarik menarik yang timbul dati ketidakpastian tersebut akan
mempengaruhi kecepatan penyelesaian undang-undang yang bersangkutan.

3. Pasal 22 C ayat (3): Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam

setahun (Perubahan Ketiga, tahun 2001)
4. Pasal 22 C ayat (4): Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur
dengan undang-undang (Perubahan Ketiga, tahun 2001)
Secara tersirat kedudukan DPD telah diatur dalam UUD yaitu sebagai salah
satu badan pembuat undang-undang (badan legislatif) tingkat pusat, walaupun
tidak sepenuh kedudukan DPR.

5. Pasal 22 D ayat (1): Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yanng berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah
(Perubahan Ketiga, Tahun 2001):

6. Pasal 22 D ayat (2): Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan
daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, seperti perimbangan
keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan

belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama (Perubahan Ketiga, tahun 2001)
7. Pasal 22 D ayat (3): Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan

undang-undang

mengenai:

otonomi

daerah,

pembentukan,

pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta
menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti (Perubahan Ketiga, tahun 2001)

8. Pasal 22 D ayat (4): Anggota Dewan Perwakilan daerah dapat diberhentikan dari
jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang
(Perubahan Ketiga, tahun 2011)
Anggota DPD tidak dapat diberhentikan kecuali dipenuhi syarat dan tata cara yang
diatur dalam undang-undang. Kalau dipenuhi syarat, bukan lagi dapat tetapi harus
diberhentikan.4

4

Ibid.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian penjelasan di atas telah jelas bahwa adanya Lembaga DPD itu
sangatlah penting dikarenakan dari lahirnya DPD itu juga telah dilatar belakangi oleh
dua gagasan. Diantaranya Pertama, gagasan mengubah sistem perwakilan menjadi
sistem dua kamar (bicameral). DPD dan DPR digambarakan serupa dengan sistem
perwakilan seperti di Amerika Serikat yang terdiri dari Senate sebagai perwakilan

negara bagian (DPD), dan House of Representatives sebagai perwakilan seluruh
rakyat (DPR). Di Amerika Serikat, kedua unsur perwakilan tersebut dinamakan
Kongres (Congress). Pasal 1 ayat (1) UUD Amerika Serikat (1787) menyebutkan: All
legislative powers herein granted shall be vested in a Congress of the United States,
which shall consist of a Senate and House of Representatives.
Kedua: gagasan untuk meningkatkan keikutsertaan daerah terhadap jalannya politik
dan pengelolaan negara. DPD merupakan badan sehari-hari yang turut serta
menetukan dan mengawasi jalannya politik dan pengelolaan negara. Dengan
demikian, DPD dapat pula dipandang sebagai koreksi atau penyempurnaan sistem
Utusan Daerah di MPR menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 sebelum
perubahan. Keikutsertaan daerah dalam Utusan Daerah di MPR sangat terbatas yaitu
pada saat sidang-sidang MPR (selama Orde Baru, hanya dua kali dalam lima tahun).
Mengenai ketentuan-ketentuan kedudukan, fungsi, dan wewenang dari Lembaga
Dewan Perwakilan Daerah diatur dalam Pasal 22 C ayat (1), Pasal 2 C ayat (2), Pasal
22 C ayat (3), Pasal 22 C ayat (4), Pasal 22 D ayat (1), Pasal 22 D ayat (2), Pasal 22 D
ayat (3), dan Pasal 22 D ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945.

B. SARAN
Saran yang dapat saya berikan untuk hal ini yaitu, sebaiknya keberadaan dari
Lembaga Dewan Perwakilan Daerah ini tetap dipertahankan. Mengingat masi banyak
fungsi dan wewenang yang dimiliki oleh DPD dan dapat dijalankan DPD dengan baik
selama Undang-Undang mengaturnya.

DAFTAR ISI

Manan, Bagir. 2003. DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 baru. Yogyakarta:
FH-UII Press
Agung Kurniawan, Novi Karina Sari, Winda Pipit Alfiana Dewi, dan Ria Talpiah
Latuconsina, “DEMOKRASI UNTUK INDONESIA”,
http://pemerintahan.umm.ac.id/files/file/Ria%20Talpiah%20Dkk.pdf, diakses 6 Juni, 2015,
pada pukul 20.02
“Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia”,
http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Daerah_Republik_Indonesia, diakses 6 Juni,
2015, pada pukul 20.23