Makalah Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dalam IHT-AAK MANGGALA 2013 Page 3 of 22
B. FILOSOFI DAN TEORI PENDIDIKAN DUNIA KERJA
Pendidikan dunia kerja adalah pendidikan yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan, kemampuankecakapan, pemahaman, sikap, kebiasaan-kebiasaan kerja, dan
apresiasi yang diperlukan oleh pekerja dalam mamasuki pekerjaan dan membuat kemajuan- kemajuan dalam pekerjaan penuh makna dan produktif Adhikary, P.K.,2005. Menurut Pavlova
2009 tradisi dari pendidikan dunia kerja adalah menyiapkan mahasiswa untuk bekerja. Pendidikan dunia kerja adalah pendidikan yang menyiapkan terbentuknya keterampilan,
kecakapan, pengertian, perilaku, sikap, kebiasaan kerja, dan apresiasi terhadap pekerjaan- pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia usahaindustri, diawasi oleh masyarakat dan
pemerintah atau dalam kontrak dengan lembaga serta berbasis produktif. Apresiasi terhadap pekerjaan sebagai akibat dari adanya kesadaran bahwa orang hidup butuh bekerja merupakan
bagian pokok dari pendidikan dunia kerja. Pendidikan dunia kerja menjadi tanpa makna jika masyarakat dan peserta didik kurang memiliki apresiasi terhadap pekerjaan-pekerjaan dan
kurang memiliki perhatian terhadap cara bekerja yang benar dan produktif sebagai kebiasaan. Pengembangan pendidikan dunia kerja membutuhkan kebijakan terbentuknya kerjasama,
dukungan dan partisipasi penuh dari organisasi-organisasi pemerintah dan non pemerintah baca dunia usaha dan dunia industri, terbentuk konsensus diantara stakeholder Heinz,
W.R.,2009; Hiniker, L.A, Putnam, R.A., 2009, proaktif dan tanggap terhadap perubahan- perubahan yang terjadi, dan mengadopsi strategi jangka panjang, tanggap terhadap perubahan
lingkungan ekonomi global, perubahan sistem ekonomi dan politik, dan membumikan budaya masyarakat setempat Gleeson,1998:47; Rau, 1998:78; Bailey, Hughes, More, 2004;100;
Clarke Winch, 2007:130; Raelin, 2008:46. Pendapat Jobert, Mary, Tanguy dan Rainbird 1997 dikutip oleh Clarke dan Winch 2007:4 menyatakan perlunya interkoneksi antara
pendidikan dan pekerjaan Billet, S., 2009. Pendidikan dunia kerja membutuhkan partisipasi penuh dunia usaha dan dunia industri termasuk masyarakat pengguna pendidikan dunia kerja.
Dalam perspektif sosial ekonomi pendidikan dunia kerja adalah pendidikan ekonomi sebab diturunkan dari kebutuhan pasar kerja, memberi urunan terhadap kekuatan ekonomi
Singh, M., 2009; Ahadzie. W., 2009; Hawley, J.D., 2009; Pavlova, M., 2009. Pendidikan dunia kerja adalah pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja
Hansen, R., 2009; Billet, S., 2009; Hiniker, L.A., and Putnam, R.A., 2009. Pendidikan dunia kerja harus selalu dekat dengan dunia kerja Wardiman, 1998:35; Hiniker, L.A., and Putnam,
R.A., 2009. Menurut Wardiman 1998:32 pendidikan dunia kerja dikembangkan melihat
adanya kebutuhan masyarakat akan pekerjaan. Peserta didik membutuhkan program yang dapat memberikan keterampilan, pengetahuan, sikap kerja, pengalaman, wawasan, dan
jaringan yang dapat membantu mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pilihan kariernya Tessaring, M., 2009; Billet, S., 2009; Hiniker, L. and Putnam, R.A., 2009.
Makalah Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dalam IHT-AAK MANGGALA 2013 Page 4 of 22
Pendidikan dunia kerja melayani tujuan sistem ekonomi, peka terhadap dinamika kontemporer masyarakat Singh, M., 2009; Pavlova, M., 2009. Pendidikan dunia kerja juga
harus adaptif terhadap perubahan-perubahan dan difusi teknologi, mempunyai kemanfaatan sosial yang luas Pavlova, M., 2009; Boutin,F., Chinien, C., Moratis, L., and Baalen, P.V.,
2009. Sebagai pendidikan yang diturunkan dari kebutuhan ekonomi pendidikan dunia kerja jelas lebih mengarah pada education for earning a living Finch Crunkilton,1999; Singh, M.,
2009; Pavlova, M., 2009. Pendidikan dunia kerja berfungsi sebagai penyesuai diri ”akulturasi” dan pembawa perubahan ”enkulturasi”. Pendidikan dunia kerja mendorong adanya perubahan
demi perbaikan dalam upaya proaktif melakukan penyesuaian diri dengan perubahan dan mampu mengadopsi strategi jangka panjang. Hampir semua negara di dunia melakukan
reformasi pendidikan dunia kerja agar pendidikan dunia kerja relevan dengan kebutuhan dan tuntutan perubahan Hiniker, L. and Putnam, R.A., 2009.
Seperti pemerintahan negara-negara lain di dunia, pemerintah Indonesia mengharapkan sistem pendidikan dunia kerja dapat mewujudkan prestasi yang tidak bisa dilakukan oleh
sistem pendidikan umum. Pemerintah akan meningkatkan pelatihan jika suplai tenaga kerja menunjukkan peningkatan yang cepat, pekerjaan tumbuh dengan pesat, atau jika
pengangguran meningkat secara signifikan. Pelatihan dilaksanakan oleh pemerintah untuk menyiapkan pekerja memiliki kompetensi yang berkaitan dengan pekerjaan Chinien, C. and
Singh, M., 2009; Rychen, D.S., 2009; Singh, M.,2009; Pavlova, M., Maclean, R., 2009. Sistem pendidikan dunia kerja membantu para pemuda penganggur dan pencari kerja mengurangi
beban pendidikan tinggi, menarik investasi luar negeri, meyakinkan penghasilan dan pekerjaan yang meningkat, menekan kesenjangan di antara kaum kaya dan kaum miskin Gill, Dar,
Fluitman, Ran, 2000: 1. Namun banyak catatan bahwa harapan-harapan ini masih sebagai impian dibandingkan sebagai kenyataan.
Temuan penelitian Bank Dunia Middleton, Ziderman, and Adams, 1993; World Bank 1991 menegaskan bahwa tujuan ganda kebijakan pendidikan dunia kerja adalah: 1 untuk
mendorong perbekalan pribadi dan pembiayaan; 2 meningkatkan efisiensi publik dalam penyediaan pendidikan dan latihan vokasi. Menurut Finlay 1998 pendidikan dunia kerja
mengembangkan tenaga kerja ”marketable” dengan kemanfaatan melebihi sebagai ”alat produksi”. Pendidikan dunia kerja tidak sekedar mencetak tenaga kerja sebagai robot, tukang,
atau budak. Pendidikan dunia kerja juga harus memanusiakan manusia untuk tumbuh secara alami dan demokratis Grubb, W.N. and Lazerson, M., 2009.
Pendidikan dunia kerja
didasarkan kebutuhan dunia kerja “demand-driven”.
Penekanannya terletak pada penguasaan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja di masyarakat lingkungannya Tessaring, 2009; Heinz, 2009; Billet, 2009; Wagner, 2008.
Kesuksesan peserta didik pada “hands-on” atau performa dunia kerja Chinien, C. and Singh,
Makalah Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dalam IHT-AAK MANGGALA 2013 Page 5 of 22
M., 2009. Hubungan erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan dunia kerja Heinz, W.R., 2009; Agrawal, P., 2009; Singh, M., 2009. Pendidikan dunia kerja harus
responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi Wardiman, 1998: 37. Kemakmuran dan kekuatan suatu negara terletak pada penguasaan dan pemanfaatan IPTEKS Tilaar, 2002:47.
Menurut Rojewski 2009:20-21 di Amerika Serikat pada awal tahun 1900-an telah terjadi perdebatan tentang pelatihan vokasi dalam pendidikan umum. Ada dua tokoh sejarah yang
bersilang pendapat satu sama lain yaitu Charles Prosser dan John Dewey. Prosser memandang pendidikan vokasi dari sudut efisiensi sosial yang menempatkan posisi sekolah
vokasi sebagai wahana pemenuhan kebutuhan ketenagakerjaan suatu Negara bukan untuk pemenuhan kebutuhan individu. Kubu efisiensi sosial menyiapkan pelatihan yang baik yang
sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Pendidikan vokasi diorganisir dengan urutan yang rigit dengan pemasrahan hand-on instruction oleh orang yang berpengalaman luas Rojewski, J.W.,
2009. Dalam pandangan yang berbeda John Dewey meyakini bahwa tujuan dasar pendidikan
adalah untuk mempertemukan kebutuhan individu untuk pemenuhan pribadinya dan persiapan menjalani hidup. Siswa pendidikan vokasi diajari bagaimana memecahkan masalah secara
berbeda-beda sesuai kondisi individu masing-masing. Dewey menolak gambaran mahasiswa sebagai individu yang pasif, dikendalikan oleh tekanan ekonomi pasar dan eksistensinya
dibatasi dalam mengembangkan kapasitas intelektualnya. Dewey memandang mahasiswa adalah aktif memburu dan mengkonstruksi pengetahuan Rojewski, J.W., 2009:21. Pemikiran
Dewey secara filosofi dikenal sebagai pragmatisme yang dalam tahun-tahun terakhir diidentifikasi sebagai filosofi pendidikan vokasi yang paling utama Rauner, F., 2009; Huisinga,
R., 2009. Pendidikan pragmatis mencoba menyiapkan siswa dapat memecahkan masalah- masalah nyata secara logis dan rasional, terbuka mencari dan menemukan alternative-alternatif
solusi serta siap melakukan eksperimen. Outcome yang diharapkan dari pendidikan pragmatis adalah masyarakat berpengetahuan yang secara vokasional mampu beradaptasi, mampu
mencukupi dirinya sendiri, berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi, dan berpandangan bahwa belajar dan beraksi adalah proses yang panjang Lerwick, 1979 dalam Rojewski, J.W.,
2009.
Filosofi lain dari pendidikan dunia kerja adalah ”Matching”: what job was needed and what was needed to do the job Thompson, 1973:150. Filosofi ini sejalan dengan filosofi
pragmatisme. Miller 1985 dikutip Strom 1996 menganjurkan bahwa filosofi pragmatisme adalah filosofi terefektif untuk pendidikan dunia kerja education-for-work. Dalam filosofi
pragmatisme tujuan dari TVET adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu seseorang dalam menyiapkan kehidupannya, menekankan pemecahan masalah, berpikir
dalam orde tinggi, pembelajarannya dikonstruksi pengetahuan sebelumnya Miller, 1985, 1996;