Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI

SANITASI TOILET UMUM, PEMANTAUAN JENTIK NYAMUK Aedes spp. DAN ANALISA KANDUNGAN Candida albicans PADA AIR

BAK TOILET UMUM DIBEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN TAHUN 2016

No Variabel Pasar 1 Pasar 2 Pasar 3 Pasar 4

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 1. Pemisahan Toilet

d. Tersedia toilet yang terpisah antara pria dan wanita.

e. Jumlah toilet

mencukupi kebutuhan (1 toilet untuk 25 pedagang).

f. Toilet/kamar mandi dilengkapi

tanda/simbol yang jelas.

2. Bak dan Air Bersih f. Air bersih selalu

tersedia dalam jumlah yang cukup (minimal 40 liter per

pedagang). g. Air tidak berbau. h. Air tidak berwarna. i. Air bebas jentik.

j. Tersedia bak air di dalam kamar mandi. 3. Jamban

d. Tidak berbau. e. Tidak dapat dijamah

oleh serangga. f. Tersedia peturasan

pada toilet/kamar mandi pria. 4. Tempat Cuci


(8)

e. Tersedia tempat cuci tangan.

f. Tersedia Alat pengering g. Tersedia sabun. h. Tersedia tissue. 5. Air Limbah

c. Air limbah dibuang ke septick tank atau lubang peresapan. d. Jarak septick tank minimal 10 m dari sumber air bersih. 6. Lantai

e. Lantai kedap air. f. Tidak licin.

g. Mudah dibersihkan. h. Kemiringan yang

cukup. 7. Letak Toilet

b. Toilet berjarak

minimal 10 meter dari tempat penjualan makanan dan bahan pangan.

8. Ventilasi

c. Ventilasi minimal 20% dari luas lantai. d. Pencahayaan yang

baik(100 lux). 9. Tempat Sampah

b. Tersedia tempat sampah yang tertutup di dalam toilet/kamar mandi.


(9)

LEMBAR OBSERVASI

Toilet Umum Pasar Tradisional Berdasarkan Variabel yang Memenuhi Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat

No Variabel Pasar 1 Pasar 2 Pasar 3 Pasar 4

MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS 1. Pemisahan Toilet

2. Bak dan Air

Bersih 3. Jamban

4. Tempat Cuci

Tangan 5. Air Limbah 6. Lantai 7. Letak Toilet 8. Ventilasi

9. Tempat Sampah

Ket : MS = Memenuhi Syarat TMS = Tidak Memenuhi Syarat

Tabel 4.4. Tabel Data Umum Pengelolaan Toilet Tahun 2016

No Data Umum Pengelolaan Toilet Pasar Pusat Pasar Pasar Simpang Limun Pasar Melati Pasar Kampung Lalang 1 Ketersediaan Dana

Operasional

2 Sumber Dana

Operasional

Retribusi Pedagang Pengunjung Pasar

Retribusi Pedagang dan Pengunjung Pasar

3 Ketersediaan Petugas Toilet

4 Frekuensi

Membersihkan Toilet

Setiap hari

Lebih dari seminggu

5 Frekuensi Menguras Bak

1 kali dalam seminggu Lebih dari seminggu

6 Sumber Air Bersih

PDAM Sumur Bor


(10)

Tabel Pemeriksaan Jentik Nyamuk pada Air Bak Toilet Umum di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

Air Bak Toilet Keberadaan Jentik Nyamuk

Pusat Pasar - Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4 - Toilet 5 - Toilet 6 - Toilet 7 Pasar Simpang Limun

- Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4 Pasar Melati

- Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4 - Toilet 5 Pasar Kampung Lalang


(11)

Tabel Pemeriksaan Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

Toilet Keberadaan Candida

albicans/koloni Pusat Pasar

- Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4 - Toilet 5 - Toilet 6 - Toilet 7 Pasar Simpang Limun

- Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4 Pasar Melati - Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4 - Toilet 5 Pasar Kampung Lalang


(12)

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA 1. SDM/Man :

1) Nama bapak/ibu siapa? 2) Umur bapak/ibu berapa?

3) Sudah berapa lama bapak/ibu bekerja disini?

4) Ada berapa orang pekerja yang membersihkan toilet? Kalau dalam sehari?

5) Apakah ada pergantian pekerja untuk membersihkan kamar mandi? 6) Berapa kali dalam sehari adanya pergantian pekerja?

7) Apakah ada pemisahan pekerja saat membersihkan toilet pria dan wanita?

8) Apakah bapak/ibu pernah mengalami gangguan kesehatan selama bekerja disini?

2. Mengelola/Manage :

1) Darimana sumber air bersih?

2) Pernahkah air bersih dilakukan pengujian? Berapa kali dalam setahun? 3) Berapa kali bak dikuras dalam sehari?

4) Apakah tempat cuci tangan selalu dibersihkan?

5) Adakah alat pengering disini seperti handuk atau alat pengering lain? 6) Handuk selalu diganti atau tidak?

3. Metode/Methode :

1) Berapa kali sehari anda membersihkan toilet ini? 2) Kapan saja anda membersihkannya?

3) Dimana saluran limbah dibuang?

4) Apakah ada perlakuan sebelum dibuang ke badan air? 5) Kapan limbah tersebut dibuang ke badan air?

6) Jika terjadi saluran yang mampet (tidak berfungsi), bagaimana cara membersihkannya?


(13)

1) Apakah penghasilan bapak/ibu dari pengunjung atau pihak pengelola pasar?

2) Adakah bedanya penghasilan yang didapat dari pekerja pembersih toilet dengan yang mengutip uang pengunjung?

3) Biaya membeli peralatan atau bahan yang dipakai untuk membersihkan toilet didapat darimana?

5. Peralatan/Machine :

1) Apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk membersihkan toilet? 2) Berapa kali dalam seminggu sabun diganti?

3) Apakah peralatan yang digunakan juga dibersihkan setelah membersihkan toilet?

6. Cara kerja/Proses :

1) Bagaimana cara anda membersihkan toiletnya?

2) Apakah ada cara perbedaan membersihkan toilet pria atau wanita?

3) Apakah anda menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, masker, atau sepatu boot) saat membersihkan toilet?


(14)

Lampiran 3

Tabel 4.8 Tabel Karakteristik Informan Pada Toilet Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

No Informan Umur

Jenis Kelamin

(L/P)

Lama Bekerja

1 Bang Jodi 37 tahun L 12 tahun

2 Bang Adi 30 tahun L 8 tahun

3 Pak Akil 40 tahun L 10 tahun

4 Angga 19 tahun L 4 bulan

5 Bang Firman 29 tahun L 4 tahun

6 Bang Agus 30 tahun L 2 tahun

7 Bang Saiful 33 tahun L 2 tahun

8 Pak Pasaribu 45 tahun L 3 tahun

9 Kak Ida 24 tahun P 3 tahun

10 Ibu Usmaini 46 tahun P 1,5 bulan

11 Ibu Rosma 48 tahun P 10 tahun

12 Ibu Iting 60 tahun P Menetap

13 Pak Sinaga 50 tahun L 10 tahun

14 Ibu Leni 45 tahun P 1 tahun

15 Kak Erli 24 tahun P 3 minggu

16 Ibu Imah 51 tahun P 1 tahun

17 Ibu Asdah 54 tahun P 1 bulan

Dari tabel daiatas dapat diketahui petugas toilet yang berjenis kelamin laki-laki sebnayak 9 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang dengan lama bekerja >3 tahun tanpa ada keluhan kesehatan. Adanya pergantian pekerja jika pekerja yang tetap mempunyai kepentingan lain maka dapat digantikan ole orang yang dipercaya.

Matriks 1 Distribusi Cara Membersihkan Toilet

Informan Pernyataan

1

seperti biasa, disiram sabunnya digosok pake brush, wcnya ya disikat disiram pake air trus dipel, gak ada pake masker-masker

gitu dek.

2

ditabur rinsonya digosok pake brush, wcnya ya disikat disiram pake air trus di taruh pewangi bair wangi trus dipel, pake

dek karna pihak kantor yang minta. 3, 5

disiram sabunnya digosok pake brush, wcnya ya disikat disiram pake air trus


(15)

4, 15

digosok pake brush campur daianya, wcnya ya disikat pake air trus di taruh pewangi bair wangi trus dipel pake so klin lantai,

gak ada.

6

biasa lah, digosok lantainya pake brush tapi disiram dulu pake rinsonya, trus tarok pewanginya dipel kan wcnya di sikat aja pake sikat wc yang biasa itu. Gak ada pake

kek gitu risih kalo pake masker-masker gitu.

7

ditabur detergennya sama air digosok pake brush, wcnya ya disikat disiram pake air trus di taruh pewangi bair wangi trus dipel, terakhir pake pewangi ruangannya lah biar wangi, gak biasa dek tapi pihak kantor ada

ngasih kok. 8

dituang harpicnya disikat pake brush, disiram baru disiram lagi pakai wipol, gak ada pake apa apa udah biasa dek kalo kotor

disiram pake air kan hilang juga kotornya. 9

disikat ditambah sabunnya trus siram kalo wcnya digosok lah pake brush yang bulat

yang ada tangkainya trus ditarok pewanginya. Gak ada dek.

10, 11, 14, 16

disikat pake brush ditambah sabun trus disiram, wcnya digosok lah pake brush yang bulat yang ada tangkainya habis itu di

tarok pewanginya juga. Gak ada pake masker.

12,13

disikat pake sabun trus disiram, wcnya digosok lah pake brush yang bulat yang ada

tangkainya itu gitu aja, mana ada pake itu kan pake tongkat itu gak lah kotor dek. 17

palingan siram prostek dulu trus disikat trus disiram baru pake rinso biar wangi atau

biasa diganti pake wipol.

Dari keseluruhan informan cara membersihkan toilet dilakukan dengan membuang air bak, disikat baknya memakai brush lalu diberi sabun setelah itu wcnya disikat pakai sikat wc. Setelah itu lantai pada kamar mandi diberi pewangi lantai dan disiram sabun anti bakteri. Petugas toilet tidak memakai alat pelindung diri meskipun telah disediakan oleh pengelola pasar dan tidak membedakan cara membersihkan toilet pria dan wanita


(16)

Matriks 2 Distribusi Frekuensi Menguras Bak Air dan Membersihkan Toilet

Informan Pernyataan

1, 15 dikuras pagi dan sore hari, sekali aja tiap pagi hari.

2, 10, 11, 17 dikuras setiap hari dek, sekali aja tiap sore hari

3, 4 kalau baknya dua hari sekali dek, dua kali dalam sehari tiap pagi dan sore hari dek 5 dikuras tiga hari sekali, tiap pagi hari. 6, 8, 16

kalau lagi bersihkan toilet sekalian juga bersihkan embernya, tiap pagi sebelum banyak orang sama sore hari sebelum pulang kerja.

7

dikuras setiap hari, kalau tidak bakalan dimarahi pihak kantor, setiap saat, hah kek gini lah kalo lagi hujan kek gini trus rame orang liat lah pasti jorok kan kalo udah sedikit orangnya barulah aku bersihkan. 9

kalau baknya gak lah dek palingan airnya aja dikuras aja, kalo baknya dibersihkan sebulan sekali dek, toiletnya setiap hari dibersihkan, setiap sore kalo mau pulang. 12

itu palingan dibersihkan dua kali seminggu aja lah, ya sama, dua kali seminggu juga dek, siang lah jam jam 11 gitu.

13

jarang dek, sebulan sekali dibersihkan, ini kan wc daruratnya sebenarnya dek, tiga kali seminggu dek, toiletnya ini kalau pekan saja dibuka kalo gak ya gak datang bapak. Pekan kan tiga kali seminggu ya disitu saya bersihkan.

14

kalau baknya tiga kali seminggu lah, toiletnya setiap hari dibersihkan, setiap pagi aja.

Keseluruhan informan membersihkan toilet setiap hari namun menguras bak air ada yang seminggu sekali ada yang sebulan sekali. Jika musim hujan maka frekuensi membersihkan toilet lebih sering dari biasanya apabila biasanya Cuma pagi dan sore, maka pada musim hujan dibersihkan setiapn saat jika tidak ada pengunjung yang masuk.


(17)

Matriks 3 Distribusi Cara Mengatasi Saluran Mampet

Informan Pernyataan

1 pake soda api aja.

2, 4, 5, 6, 9, 10, 12, 13, 14, 17 belum pernah.

3, 7 pake kawat atau besi kecil yang bisa lah panjangnya itu trus ngalir dia.

8

soda api trus minyak lampu biar bisa kebawah dia dek ngalir tapi belum bagus juga.

11 pake soda api, trus di sedot pakai mesin gap yang khusus untuk toilet yang mampet dek. 15 Tidak tahu karena baru bekerja 3 minggu. 16

paralonnya pecah karna banyak kali sampah yang masuk. Jadi mengatasinya dengan memperbaiki pipanya.

Saluran mampet sering disebabkan oleh perilaku pengunjung toilet yang membuang sampah mereka kedalam saluran air, dan cara para informan mengatasinya biasanya menggunakan besi atau kawat kecil yang panjang dimasukkan kedalam saluran air limbah dan didorong kebawah agar aliran lancar.

Matriks 4 Distribusi Saluran Limbah Dibuang

Informan Pernyataan

1,2,3,4,5,6,7

kalau untuk wcnya dibuang ke septic tank, kalau airnya ke pipa besar dibawah ini dialirkan kemana gak tau juga dek ada yang bilang ke selokan tapi aja juga yang bilang kesungai tapi gak tau juga kemana dek.

8,9,10,11

tempatnya khusus dek, dibelakang bangunan pasar ini tempatnya biasanya dua minggu sekali dibersihkan, dikeringkan dulu dek tapi sebelumnya ditenda dulu biar gak bau kan trus disemprot pake obat. Kita kan menjaga kenyamanan tetangga juga jadi ditenda dulu sebelum dibersihkan

12,13,14,15,16 ditanah dek, dibelakang itu, wcnya dibuang ke septic tank.

17 ngalir aja ke parit itu, septic tank nya ada itu disamping.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada saluran limbah yang dibuang kepipa besar dalam tanah lalu mengalir tetapi tidak tahu sampai kemana aliran


(18)

tersebut dibuang, ada yang membuat tempat khusus dan sebelum dibuang kedalam badan air dilakukan perlakuan kimia terlebih dahulu lalu diangkut menggunakan bus khusus mengangakat air limbah.

Matriks 5 Distribusi penghasilan Informan

Informan Pernyataan

1,2,3,4,5,6,7 600rb/sebulan dari pengunjung 60rb/hari.

8,9,10,11 800.000 ribu

12,13,14,15,16 100-150 ribu itu kalo pekan.

17 Tidak diberi tahu

Keseluruhan informan mendapatkan penghsilan ±1,4 juta tidak bersih, namun ada petugas toilet dengan penghasilan 100.000/hari dibagi dua lagi dengan para pengelola pasar.

Matriks 5 Distribusi Pembuangan Sampah

Informan Pernyataan

1,2,3,4,5,6,7 tiap sore hari kalo mau pulang dan diangkut tukang sampah.

8,9,10,11 tiap hari, saya kumpulkan dulu baru nanti diangkat sama petugas dari PT. X tersebut. 12,13,14,15,16 setiap hari dipagi hari sama disore hari kalo

mau tutup.

17 siang hari diangkut tukang sampahnya

Sampah pada masing-masing toilet dibuang setiap hari pada saat sore hari dan diangkut tukang sampah.


(19)

Gambar Lampiran 1. Wawancara dengan Petugas Toilet


(20)

Gambar Lampiran 3. Tempat Penampungan Air Bersih


(21)

Gambar Lampiran 6. Kondisi Jamban Pasar Simpang Limun Gambar Lampiran 5. Bak Air Bersih


(22)

Gambar Lampiran 7. Kondisi Air Bersih Pasar Simpang Limun


(23)

Gambar Lampiran 9. Ventilasi Toilet Pasar Simpang Limun


(24)

Gambar Lampiran 11. Kondisi Toilet Pasar Melati


(25)

Gambar Lampiran 13. Kondisi Air Bersih Toilet Pasar Melati


(26)

Gambar Lampiran 15. Praktikan Meneliti Candida albicans


(27)

Gambar Lampiran 17. Alat dan Bahan Laboratorium


(28)

Gambar Lampiran 19. Candida albicans Pasar Pusat Pasar


(29)

Gambar Lampiran 21. Candida albicans Pasar Melati


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2012. Sanitasi Tempat-tempat Umum. http://sanitationhealth.blog-spot.com/2012/01/sanitasi-tempat-tempat-umum.html. Diakses pada tanggal 24 Mei 2012.

Adiwoso, N.S. Toilet Umum Indonesia Tergolong Buruk di Asia. http://travel.kompas.com/read/2011/10/14/04104558/Toilet.Umum.di.Indo nesia.Tergolong.Terburuk.di.Asia. Diakses pada tanggal 23 Maret 2012. Alamsyah, T.D. 2010. Uji pH Cuka Apel (apple cider venegar) dalam

Menghambat Pertumbuhan Candida albicans (C. albicans). Universitas Airlangga. Surabaya.

Anita. 2010. Analisis Rantai Pemasaran dan Harga Sembako di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Medan Tembakau Deli. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Aslam. 2012. Cara Menjaga Agar Tidak Ada Bau Tidak Sedap Pada Vagina. http:// crystalxbaru. blogetery.com/ archives/ category/ bau-vagina-tidak-sedap/. Diakses pada 3 April 2012.

Asosiasi Toilet Umum Indonesia. 2004. Toilet Umum Indonesia. Asosiasi Toilet Umum Indonesia. Jakarta.

Asosiasi Toilet Umum Indonesia. 2016. Toilet Umum Indonesia. Asosiasi Toilet Umum Indonesia. Jakarta.

Azwar, A. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Budimulya, U. 1989. Infestasi Jamur. Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Kota Medan Dalam Angka. Medan. Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Sumatera Utara Dalam Angka. Medan

Bondowoso, H. 2011. Blanko dan Form Pemeriksaan Sanitasi. haklibondowoso. blogspot.com/p/blangko-pemeriksaan-tpm.html. Diakses pada 16 Maret 2012.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


(31)

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau. 2010. Ayo ber-PHBS. Kepulauan Riau.

Dwipayanti, U. 2008. Ketersediaan dan Pengelolaan Toilet di tempat Wisata Pulau Bali. Universitas Udayana. Denpasar.

Flores, G.E., Bates, S.T., Knights, D., Lauber, C.L., Stombaugh, J., Knight, R. dan Fierer, N. 2011. Microbial biogeography of public restroom surfaces. PLoS ONE. 6:e28132.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2004. Membangun Toilet Umum dengan Mudah. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2004. Membersihkan dan Memelihara Toilet Umum. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2004. Standard Toilet Umum Indonesia. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 519 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat.

Kumala, W. 2009. Mikologi Dasar Kedokteran. Penerbit Universitas Trisakti. Jakarta.

Marlina, F. 2007. Pengaruh People, Process dan Physical Evidence Terhadap Proses Kebutuhan Pembelian Konsumen Pasar Tradisional. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Mukono. 2002. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlanggal University Press. Surabaya.

Mulyati., Retno W., Widiastuti dan Pudji K.S. Isolasi Species Candida dari Tinja Penderita Hiv/Aids. Universitas Indonesia. Jakarta.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisonal, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Perdana, A. 2011. WC Umum Lolos dari Perhatian Pemkot.

http://www.equator-news .com / menengok-kondisi-fasilitas-publik-di-kota-pontianak / wc-umum-lolos-dari-perhatian-pemkot. Diakses pada tanggal 13 Meret 2012.

Ramali, L.M dan Werdani, S. 2001. Kandidiasis Kutan dan Mukokuta. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty


(32)

S, editor. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta : Kelompok Studi Dermatomikosis Indonesia Balai Penerbit FKUI, 2001 : 55-65.

Rarasati, P.N. 2008. Kesesuaian Pemeriksaan Laboratorium Antara Lesi Utama dan Lesi Satelit pada Penderita Kandidosis Kutis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Riskillah, A.G. 2010. Candida albican. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Pekanbaru.

Roosheroe I.G., Sjamsuridjal W. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Simatupang, M.M. 2009. Candida albicans. Universitas Sumatera Utara. Medan. Siregar, R.S. 2005. Penyakit Jamur Kulit. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Jakarta.

Sugianitri, N.K. 2011. Ekstrak Biji Buah Pinang (Areca catechu I) Dapat Menghambat Pertumbuhan Koloni Candida albicans Secata In Vitro pada Resin Akrilik Heat Cured. Thesis. Universitas Udayana. Bali. Suprihatin, S.D. 1982. Candida dan Kandidiasis pada Manusia. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Susilo, J. 1995. Peran Jamur dalam Infeksi Nosokomial dan Penanggulangannya. Jakarta.

Syadias. 2010. Jenis-jenis Pasar dan Pengertian Pasar. Diakses pada tanggal 13 Mei 2012.

Tjampakasari, C.R. 2006. Karakteristik Candida albicans. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Widyati, R. 2002. Hygiene & Sanitasi Umum dan Perhotelan. Grasindo. Jakarta.

Wikipedia. 2012. Pasar. http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar. Diakses pada tanggal 23 Mei 2012.

Wikipedia. 2012. Candida albicans. http://id.wikipedia.org/wiki/Candida_albicans. Diakses pada tanggal 8 Maret 2012.


(33)

Zaafirah, T.H. 2011. Pelaksanaan Penyelenggaraan Sanitasi Dasar di Pasar Tradisional Pringgan Kota Medan Tahun 2011. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bersifat komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah masalah atau fenomena melalui metode wawancara dan telaah dokumen yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang kondisi sanitasi toilet umum pasar, mengatahui adanya jentik nyamuk dan mengetahui kandungan Candida albicans Tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat pasar tradisional Kota Medan yang memiliki jumlah pedagang yang cukup banyak diantara pasar-pasar lainnya, lokasi pasar yang luas, pasar telah mewakili beberapa kecamatan di Kota Medan dan Pasar yang memiliki toilet umum serta bak penampungan air di dalamnya. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di empat pasar tradisional yaitu :

1. Pusat Pasar Medan Kota.

2. Pasar Simpang Limun Medan Kota. 3. Pasar Melati Medan Tuntungan.


(35)

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Oktober tahun 2016.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sanitasi toilet umum pada pasar tradisional. Dalam penulisan ini juga dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk pada air bak dan pemeriksaan Candida albicans yang terdapat di pasar tradisional Kota Medan tahun 2016.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

1. Data primer diperoleh dari hasil observasi sanitasi toilet umum.

2. Dan hasil pemeriksan sampel di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara terhadap jamur Candida albicans pada air bak toilet umum.

3.5 Defenisi Operasional

1. Sanitasi toilet pasar tradisional adalah pemeliharaan kebersihan toilet sesuai dengan ketentuan Kepmenkes No. 519 Tahun 2008.

2. Pemisahan toilet adalah tersedianya toilet khusus pria dan wanita.

3. Bak air adalah tempat penampungan air permanen yang terdapat di dalam toilet umum pasar tradisional.

4. Air bersih adalah air yang tersedia di dalam toilet umum pasar tradisional. 5. Jamban adalah tempat membuang kotoran/ tinja di dalam toilet umum


(36)

6. Tempat cuci tangan adalah sarana untuk membersihkan tangan dengan menggunakan air di dalam toilet.

7. SPAL adalah saluran pembuangan air limbah toilet umum. 8. Lantai adalah jenis lantai yang terdapat toilet umum.

9. Letak toilet adalah posisi dan jarak toilet dari tempat penjualan makanan dan bahan pangan.

10. Ventilasi adalah tempat masuknya cahaya serta tempat petukaran udara yang ada di toilet umum.

11. Tempat sampah adalah tempat penampungan sampah di dalam toilet umum.

12. Manajemen sanitasi toilet pasar tradisional adalah tindakan yang dilakukan pengelola toilet umum yang berkaitan dengan pemeliharaan sanitasi toilet umum di pasar tradisional.

13. Air bak toilet umum adalah air yang berada di dalam bak penampungan air yang ada di dalam toilet umum.

14. Koloni Candida albicans adalah jumlah koloni yang ditemukan pada sampel melalui pemeriksaan laboratorium dalam satuan koloni/g.

15. Jentik Nyamuk adalah tahap larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki perilaku mendekat atau "menggantung" pada permukaan air untuk bernapas.


(37)

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Sanitasi Toilet Pasar

Pada lembar observasi terdapat pertanyaan yang mengajukan dua kategori jawaban yaitu “Ya” (jika memenuhi syarat) dan “Tidak” (jika tidak memenuhi syarat).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor519/MENKES/SK/VI/2008 tentang penyelenggaraan pasar sehat, suatu pasar dikategorikan memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat sesuai ketentuan sebagai berikut :

1. Memenuhi syarat, jika semua opsi pertanyaan memiliki jawaban “Ya”.

2. Tidak memenuhi syarat, jika salah satu dari opsi pertanyaan terdapat jawaban “Tidak”.

3.6.2 Jentik Nyamuk

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor519/MENKES/SK/VI/2008 tentang penyelenggaraan pasar sehat, angka Container Indeks (CI) jentik nyamuk

Aedes aegypti tidak melebihi 5%. Untuk mendapatkan angka Container Index

(CI) dilakukan penghitungan dengan rumus :

CI = Σ Kontainer yang positif jentik

Σ kontainer yang diperiksa × 100% 3.7 Prosedur Kerja Pemeriksaan Candida albicans

3.7.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan jamur Candida albicans pada air bak toilet umum adalah:

a. Botol gelap 17 buah b. Cawan Patri 17 buah


(38)

c. Al. Foil 1 gulung d. Plastic Wrap 1 gulung e. Spritus 1 liter f. Alkohol 70% 1 liter g. Aquades 1 liter h. Erlenmeyer 250 ml i. Mancis dan Lap j. Micro pipet

Bahan-bahan yang digunakan dalam dalam pemeriksaan jamur Candida

albicans pada air bak toilet umum adalah:

a. Pepton 10 gr/L : 4 = 2,5 gr b. Glukos 40 gr/L : 4 = 10 gr c. Agar 15 gr/L : 4 = 3,75 gr 3.7.2 Prosedur Kerja

1. Pengambilan sampel

a. Sampel air bak toilet umum di ambil dengan menggunakan botol gelap yang steril memakai sarung tangan diambil kedalam bak air. b. Kemudian dimasukan ke dalam es box yang sudah disiapkan dan


(39)

2. Cara Kerja Pemeriksaan di Laboratorium Tes sabouraud dekstrose

1. Siapkan bahan dan alat yang dibutuhkan diatas meja, Cuci botol gelap, erlenmeyer, keringkan lalu mulut botol dibungkus menggunakan aluminium foil. Setelah itu direkatkan menggunakan plastic wrap.

2. Cawan Patri dibungkus menggunakan kertas yang berwarna putih dan dioven selama ±2 jam (harus berwarna putih karena jika dioven menggunakan kertas yang berwarna, warna tersebut akan menempel pada cawan patri).

3. Kemudian membuat media SDA dengan bahan pepton, glukos, dan agar lalu dicampur dengan aquades dimasukkan kedalam erlenmeyer. Media tersebut dimasak sambil diaduk terlebih dahulu agar merata dan cepat melarut selama ±15 menit (bahan agar jika tidak dipanaskan akan menggumpal diatas sementara bahan lainnya dibawah).

4. Kemudian botol dan media diautoclaf selama ±2 jam.

5. Air bak toilet yang telah diambil dari semua sampel kumpulkan. 6. Sterilkan bahan dan tangan dengan menggunakan alkohol 70% .

7. Bunsen dinyalakan dengan mancis semua kegiatan akan dilakukan didepan bunsen karena untuk meminimalkan pertumbuhan bakteri yang baru. 8. Ambil air menggunakan mikropipet sebanyak 10 ml masukkan kedalam

cawan patri yang telah dioven kemudian campur dengan media lalu disebarkan dengan cara diputar, pinggir patri dibakar dengan bunsen (lakukan hal itu sebanyak 17 kali).


(40)

9. Diamkan selama 5 menit agar beku, dibungkus dengan menggunakan kertas putih masukkan ke dalam inkubator, diamkan selama 1-2 hari dan lihat hasil yang telah didapat.

3.8 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara : 1. Editing

Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan, misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan, dan keseragaman data.

2. Koding

Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk memberikan simbol-simbol.

3. Tabulasi

Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.

3.9 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi sanitasi toilet pasar tradisional akan disesuaikan dengan Kepmenkes No. 519 Tahun 2008, kemudian dapat ditentukan apakah memenuhi syarat atau tidak. Sedangkan hasil pemeriksaan jamur Candida albicans dan Aedes spp pada air bak toilet umum akan dilihat ada atau tidaknya keberadaan jamur Candida albicans pada air toilet umum di beberapa pasar tradisional.


(41)

BAB IV HASIL

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265.10 km² atau sama dengan 3,6% dari total luas Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, timur dan barat. Kota ini terletak pada 30,27' - 30,47' Lintang Utara dan 980,35' - 980,44' Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dan merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Sebagian besar pasar tradisional di kota Medan dikelola oleh Pemerintah Daerah Pasar Kota Medan. Pasar tradisional yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Pasar Kota Medan dibagi menjadi 3 cabang, cabang I terdapat 15 pasar tradisonal, cabang II terdapat 11 pasar tradisional dan cabang III terdapat 13 pasar tradisional. Total keseluruhan pasar tradisional yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Pasar adalah 39 pasar tradisonal.

4.1.1 Gambaran Kependudukan

Pada tahun 2013 penduduk Kota Medan mencapai 2.135.516 jiwa dibanding hasil proyeksi penduduk 2013 terjadi pertambahan penduduk sebesar


(42)

12.712 jiwa (0,6%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 8.055 jiwa/km².

4.1.2 Gambaran Penyakit Terbesar

Gambaran 10 penyakit terbesar yang terdapat di kota Medan tahun 20015. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 10 penyakit terbesar berikut :

Tabel 4.1. Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Kota Medan Tahun 2015

NO Penyakit Jumlah

1. ISPA 164.517

2. Hipertensi 60.664

3. Penyakit pada otot dan jaringan pengikat 59.701 4. Penyakit lain pada saluran pernapasan bag. atas 28.977

5. Diare 22.952

6. Kulit Alergi 19.082

7. Penyakit Pulpa dan Jaringan Perapikal 17.254

8. Kulit Infeksi 16.027

9. Tonsilitis 14.992

10. Gingivitis dan Penyakit Periodental 14.608

Sumber : Dinas Kesehatan, 2015

4.2 Gambaran Lokasi Penelitian

Berikut akan digambarkan keadaan umum empat pasar tradisional yang merupakan sekaligus tempat pengambilan sampel penelitian.

4.2.1 Pasar Pusat Pasar Medan Kota

Pasar pusat pasar terletak di kecamatan Medan kota. Pasar pusat pasar memiliki luas ± 1 ha dengan jumlah 2.559 orang yang berdagang di dalamnya. Sebelah timur, barat dan selatan pasar pusat pasar berbatasan dengan jalan pasar pusat pasar, sedangkan sebelah selatan berbatasan langsung dengan Plaza Medan Mall. Pasar tradisonal ini menyediakan 8 toilet umum, untuk toilet pria disetiap toiletnya tersedia 2 unit dan toilet wanita tersedia 3 unit.


(43)

4.2.2 Pasar Simpang Limun Medan Kota

Pasar ini terletak di kecamatan Medan Kota tepatnya di persimpangan Jalan Sisingamangaraja dan Jalan Sakti Lubis. Pasar ini memiliki ± 110 kios. Pasar Simpang limun menyediakan 5 toilet umum dimana pada setiap toiletnya terdapat 4 unit untuk pria dan 6 unit untuk wanita.

4.2.3 Pasar Melati Medan Tuntungan

Pasar Melati berada di Simpang Melati Tanjung Anom Medan di kecamatan Medan Tuntungan tepatnya di persimpangan Jalan Flamboyan dan Jalan Seroja. Pasar ini memiliki ± 210 kios. Pasar Melati menyediakan 8 toilet umum dimana pada setiap toiletnya terdapat 2 unit untuk pria maupun wanita. 4.2.4 Pasar Kampung Lalang Medan Sunggal

Pasar Kampung Lalang terletak di kecamatan Medan Sunggal tepatnya di Jalan Pinang Baris dan Gatot Subroto luas tanah 5.505 m² dan memiliki ± 108 kios. Pasar Kampung Lalang 5 toilet masing-masing memiliki 5 unit untuk pria maupun wanita.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Hasil Observasi Toilet Umum

Hasil observasi toilet umum pada keempat pasar tradisional dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:


(44)

Tabel 4.2. Tabel Hasil Observasi Toilet Umum Pasar-pasar Tradisional Tahun 2016

No Variabel Pusat Pasar

Pasar Simpang

Limun Pasar Melati

Pasar Kamp. Lalang Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 1. Pemisahan Toilet

a. Tersedia toilet yang terpisah

antara pria dan wanita. + + + +

b. Jumlah toilet mencukupi

kebutuhan (1 toilet untuk 25 pedagang).

+ + + +

c. Toilet/kamar mandi dilengkapi

tanda/simbol yang jelas. + + + ˗

2. Bak dan Air Bersih

a. Air bersih selalu tersedia dalam jumlah yang cukup (minimal 40 liter per pedagang).

+ + + +

b. Air tidak berbau. + ˗ ˗ +

c. Air tidak berwarna. + ˗ ˗ +

d. Air bebas jentik. + ˗ ˗ +

e. Tersedia bak air di dalam

kamar mandi. + + ˗ +

3. Jamban

a. Tidak berbau. ˗ ˗ ˗ +

b. Tidak dapat dijamah oleh

serangga. + + + +

c. Tersedia peturasan pada

toilet/kamar mandi pria. ˗ ˗ ˗ ˗

4. Tempat Cuci Tangan

a. Tersedia tempat cuci tangan. ˗ ˗ ˗ ˗

b. Tersedia Alat pengering ˗ ˗ ˗ ˗

c. Tersedia sabun. ˗ ˗ ˗ ˗

d. Tersedia tissue. ˗ ˗ ˗ ˗

5. Air Limbah

a. Air limbah dibuang ke septick

tank atau lubang peresapan. + + + +

b. Jarak septick tank minimal 10

m dari sumber air bersih. + + ˗ ˗

6. Lantai

a. Lantai kedap air. + + + +

b. Tidak licin. + ˗ ˗ +

c. Mudah dibersihkan. + ˗ ˗ +

d. Kemiringan yang cukup. + + + +

7. Letak Toilet

a. Toilet berjarak minimal 10

meter dari tempat penjualan makanan dan bahan pangan.

+ ˗ + ˗

8. Ventilasi

a. Ventilasi minimal 20% dari

luas lantai. + ˗ ˗ +

b. Pencahayaan yang baik(100

lux). + + ˗ +

9. Tempat Sampah

a. Tersedia tempat sampah yang

tertutup di dalam toilet/kamar mandi.

˗ ˗ ˗ ˗

Ket : + = iya ˗ = tidak


(45)

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pada Pusat Pasar terdapat beberapa kondisi toilet yang tidak memenuhi syarat, seperti pada jamban yang masih berbau dan tidak tersedia peturasan, tempat cuci tangan tidak tersedianya tempat cuci tangan, alat pengering, sabun dan tissue dalam toilet, tempat sampah dalam toilet tidak tertutup.

Pasar Simpang Limun terdapat beberapa kondisi toilet yang tidak memenuhi syarat, seperti pada bak dan air bersih, air bersih yang digunakan berwarna, berbau dan tidak bebas jentik, jamban dalam toilet berbau dan tidak adanya peturasan dalam toilet, tempat cuci tangan tidak tersedianya fasilitas cuci tangan, sabun dan tissue, lantai licin karna lantai tidak mudah dibersihkan, letak toilet pada pasar ini tidak jauh dari penjualan bahan makanan dan bahan pangan, ventilasi tidak memiliki ventilasi dan pencahayaan >100 lux dan tempat sampah tidak memiliki tempat sampah tertutup.

Pasar Melati terdapat beberapa kondisi toilet yang tidak memenuhi syarat seperti bak dan air bersih sama seperti pasar Simpang Limun air bersih yang digunakan berbau, berwarna dan tidak bebas jentik, jamban dalam toilet ini berbau dan tidak tersedia peturasan pada toilet pria, tempat cuci tangan tidak ada dalam toilet ini, air limbah tidak memenuhi syarat karena jarak dari septic tank dan sumber air bersih > 10m, lantai dalam toilet licin dan tidak mudah dibersihkan, ventilasi >10% dari luas lantai dan tidak memiliki lampu dan tempat sampah tidak ada dalam toilet.

Pasar Kampung Lalang terdapat beberapa kondisi toilet yang tidak memenuhi syarat, yaitu pada pemisahan toilet tidak memenuhi syarat karenatidak


(46)

memiliki simbol/tanda yang jelas, jamban berbau dan tidak tersedia peturasan, tidak memiliki tempat cuci tangan dalam toilet, air limbah septic tank jaraknya >10m dari sumber air bersih, letak toilet tepat didepan tempat penjualan makanan dan bahan pangan dan tempat sampah terletak diluar toilet dan tidak ada penutup. Tabel 4.3. Hasil Observasi Toilet Umum Pasar Tradisional Berdasarkan

Variabel yang Memenuhi Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat tahun 2016

No Variabel Pusat Pasar

Pasar Simpang Limun Pasar Melati Pasar Kamp. Lalang MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS

1. Pemisahan Toilet + + + ˗

2. Bak dan Air Bersih + ˗ ˗ +

3. Jamban ˗ ˗ ˗ ˗

4. Tempat Cuci Tangan ˗ ˗ ˗ ˗

5. Air Limbah + + ˗ ˗

6. Lantai + ˗ ˗ +

7. Letak Toilet + ˗ + ˗

8. Ventilasi + + ˗ ˗ +

9. Tempat Sampah ˗ ˗ ˗

Ket : MS = Memenuhi Syarat, + = Iya TMS = Tidak Memenuhi Syarat - = Tidak

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak seluruh pasar tradisional yang diobservasi memenuhi variabel persyaratan sanitasi toilet umum. Pusat Pasar memenuhi enam variabel yaitu pada variable pemisahan toilet, bak dan air bersih, air limbah, lantai, letak toilet, dan ventilasi. Pasar Simpang Limun memenuhi empat variabel yaitu pada pemisahan toilet, air limbah, ventilasi, dan tempat sampah. Pasar Melati hanya memenuhi dua variabel dari sembilan variabel yaitu pada pemisahan toilet dan letak toilet. Pasar Kampung Lalang hanya memenuhi tiga variabel yaitu pada bak dan air bersih, lantai dan ventilasi.


(47)

4.3.2 Data Umum Pengelolaan Toilet

Berikut adalah data umum pengelolaan toilet pada keempat pasar tradisional :

Tabel 4.4. Tabel Data Umum Pengelolaan Toilet Tahun 2016

No Data Umum

Pengelolaan Toilet Pasar Pusat Pasar Pasar Simpang Limun Pasar Melati Pasar Kampung Lalang 1 Ketersediaan Dana

Operasional + + + +

2 Sumber Dana

Operasional

Retribusi Pedagang ˗ ˗ ˗ ˗

Pengunjung Pasar ˗ ˗ + ˗

Retribusi Pedagang dan

Pengunjung Pasar + + ˗ +

3 Ketersediaan Petugas

Toilet + + + +

4 Frekuensi

Membersihkan Toilet

Setiap hari + + + +

Lebih dari seminggu ˗ ˗ ˗ ˗

5 Frekuensi Menguras Bak

1 kali dalam seminggu + ˗ ˗ +

Lebih dari seminggu ˗ + + ˗

6 Sumber Air Bersih

PDAM + ˗ ˗ +

Sumur Bor ˗ + + ˗

Ket : + = Iya ˗ = Tidak

Berdasarkan tabel diatas seluruh pasar (100%) memiliki dana operasional untuk menjaga kebersihan toilet umum, dengan sumber dana operasional yang berbeda. Untuk 3 pengelola (75%) yaitu pasar Pusat Pasar, pasar Simpang Limun dan pasar Melati bersumber dari retribusi pedagang dan pengunjung pasar, sementara 1 pasar tradisional (25%) yaitu pasar Melati dana operasionalnya bersumber dari pengunjung pasar.


(48)

Tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh Pengelola Pasar (100%) memiliki petugas kebersihan toilet dan membersihkan toilet setiap hari. Namun frekuensi menguras toeilet dari masing-masing pasar berbeda. Ada sebanyak 2 pengelola (50%) yaitu, Pusat Pasar dan Pasar Kampung Lalang bak toilet dikuras 1 kali dalam seminggu dan 2 pengelola lagi (50%) yaitu Pasar Simpang Limun dan Pasar Melati, bak toilet dikuras lebih dari seminggu. Sumber air yang digunakan juga berbeda yaitu sebanyak 2 pengelola (50%) yaitu pasar Pusat Pasar dan pasar Kampung Lalang menggunakan sumber air dari PDAM dan 2 pengelola (50%) yaitu pasar Simpang Limun dan Pasar Melati menggunakan sumber air bersih dari sumur bor.

4.3.3 Data Pemantauan Jentik Nyamuk

Tabel 4.5. Hasil Pemeriksaan Jentik Nyamuk pada Air Bak Toilet Umum di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

Air Bak Toilet Keberadaan Jentik Nyamuk

Pusat Pasar - Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4 - Toilet 5 - Toilet 6 - Toilet 7

+ ˗ + ˗ + ˗ ˗ Pasar Simpang Limun

- Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4

+ ˗ +

˗ Pasar Melati

- Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4 - Toilet 5

+ + ˗ ˗ + Pasar Kampung Lalang


(49)

Untuk nilai Container Index dari hasil pemantauan jentik nyamuk pada pasar Pusat Pasar dapat dilihat sebagai berikut :

CI = Σ Kontainer yang positif jentik

Σ kontainer yang diperiksa × 100%

CI = 3

7 × 100%

CI = 42,86%

Jadi, dapat disimpulkan bahwa angka container index pada Pusat Pasar dari hasil pemantauan jentik nyamuk adalah sebesar 42,86%. Angka ini menunjukkan bahwa angaka Container Index (CI) pada toilet di pasar Pusat Pasar tidak memenuhi syarat karena tidak sesuai standar WHO yaitu < 5 %.

Untuk nilai Container Index dari hasil pemantauan jentik nyamuk pada pasar Simpang Limun dapat dilihat sebagai berikut :

CI = Σ Kontainer yang positif jentik

Σ kontainer yang diperiksa × 100%

CI = 2

4 × 100%


(50)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa angka container index pada pasar Simpang Limun dari hasil pemantauan jentik nyamuk adalah sebesar 50%. Angka ini menunjukkan bahwa angaka Container Index (CI) pada toilet di pasar Pusat Pasar tidak memenuhi syarat karena tidak sesuai standar WHO yaitu < 5 %.

Untuk nilai Container Index dari hasil pemantauan jentik nyamuk pada pasar Melati dapat dilihat sebagai berikut :

CI = Σ Kontainer yang positif jentik

Σ kontainer yang diperiksa × 100%

CI = 3

5 × 100%

CI = 60%

Jadi, dapat disimpulkan bahwa angka container index pada pasar Melati dari hasil pemantauan jentik nyamuk adalah sebesar 60%. Angka ini menunjukkan bahwa angaka Container Index (CI) pada toilet di pasar Pusat Pasar tidak memenuhi syarat karena tidak sesuai standar WHO yaitu < 5 %.

Hasil pemantauan jentik nyamuk pada pasar Kampung Lalang tidak ada jentik nyamuk.


(51)

4.3.4 Data Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Jamur Candida albicans pada air bak toilet umum dilakukan di Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode tes Sabouraud dekstrose.

Hasil pemeriksaan Candida albicans pada air bak toilet umum dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.6. Hasil Pemeriksaan Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

Toilet Keberadaan Candida

albicans/koloni Pusat Pasar

- Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4 - Toilet 5 - Toilet 6 - Toilet 7

1 koloni 22 koloni 4 koloni 34 koloni 1 koloni - 11 koloni Pasar Simpang Limun

- Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4

-(difteri) 1 koloni 20 koloni 5 koloni Pasar Melati

- Toilet 1 - Toilet 2 - Toilet 3 - Toilet 4 - Toilet 5

13 koloni 32 koloni 2 koloni 9 koloni 12 koloni Pasar Kampung Lalang

- Toilet 1 38 koloni

Tabel 4.6. Menunjukkan bahwa 15 dari 17 positif mengandung jamur

Candida albicans, bahkan bukan hanya jamur Candida didalam beberapa air

mengandung jamur kapang dan bacillus penyebab difteri. Hal ini terjadi dikarenakan frekuensi menguras air baknya dilakukan hanya 2 kali dalam sebulan.


(52)

Dari ke-7 toilet yang berada di Pusat Pasar hanya ada satu toilet yang tidak mengandung jamur Candida albicans yaitu toilet ke-6, yang paling banyak mengandung C. albicans adalah toilet ke-4 yaitu 34 koloni. Pada pasar Simpang Limun dari ke-4 toilet yang diperiksa satu toilet tidak mengandung C. albicans yaitu toilet pertama namun pada toilet ini mengandung bakteri Bacillus penyebab difteri dan yang paling banyak mengandung C. albicans adalah toilet ke-3 yaitu 20 koloni. Pada Pasar Melati dari ke-5 toilet yang diperiksa seluruh toilet mengandung C. albicans, namun yang paling banyak mengandung C. albicans adalah toilet ke-2 sebanyak 32 koloni. Pasar Kampung Lalang yang diperiksa hanya satu toilet dikarenakan para pedagang lebih menyukai menggunakan toilet tersebut. Pada toilet ini kandungan Candida albicans sebanyak 38 koloni. Ini berarti keseluruhan sampel air di empat toilet umum pasar yang diteliti tidak aman dari pencemaran jamur Candida albicans.

4.4 Hasil Wawancara

Dari hasil wawancara didapatkan karakteristik informan, berikut adalah karakteristik masing-masing informan penelitian yang dapat dilihat pada tabel berikut :


(53)

Tabel 4.7 Tabel Karakteristik Informan Pada Toilet Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

No Informan Umur

Jenis Kelamin (L/P)

Lama Bekerja

1 Bang Jodi 37 tahun L 12 tahun

2 Bang Adi 30 tahun L 8 tahun

3 Pak Akil 40 tahun L 10 tahun

4 Angga 19 tahun L 4 bulan

5 Bang Firman 29 tahun L 4 tahun

6 Bang Agus 30 tahun L 2 tahun

7 Bang Saiful 33 tahun L 2 tahun

8 Pak Pasaribu 45 tahun L 3 tahun

9 Kak Ida 24 tahun P 3 tahun

10 Ibu Usmaini 46 tahun P 1,5 bulan

11 Ibu Rosma 48 tahun P 10 tahun

12 Ibu Iting 60 tahun P Menetap

13 Pak Sinaga 50 tahun L 10 tahun

14 Ibu Leni 45 tahun P 1 tahun

15 Kak Erli 24 tahun P 3 minggu

16 Ibu Imah 51 tahun P 1 tahun

17 Ibu Asdah 54 tahun P 1 bulan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa keseluruhan informan mempunyai umur ˃ 30 tahun dan bekerja bertahun-tahun tanpa adanya keluhan kesehatan selama bekerja di toilet pasar. Dan keseluruhan informan merupakan laki-laki yang bekerja untuk keluarga dengan gaji yang tidak tetap.


(54)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Sanitasi dan Pengelolaan Toilet Pasar Tradisional Kota Medan 5.1.1 Sanitasi Toilet

Pengelola pasar merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas segala sesuatunya di pasar, termasuk kebersihannya. Pengelola pasar memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan sanitasi toilet di pasar tradisional. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kondisi sanitasi toilet umum di pasar tradisional, maka dapat dijelaskan ke dalam beberapa aspek berikut:

a. Pemisahan Toilet

Wanita pada umumnya menggunakan air bersih lebih banyak dibandingkan pria. Untuk keamanan dan kebutuhan yang berbeda maka dilakukan pemisahan toilet antara pria dan wanita. Menurut ATI (2016), pemisahan toilet dilakukan karena waktu yang dibutuhkan Wanita menggunakan toilet 3 kali lebih lama dari pria. Setidaknya harus disediakan toilet wanita 2 kali lebih banyak dibanding toilet pria. Hal ini dilakukan untuk menghindari antrian yang panjang dan kenyamanan dalam toilet umum.

Berdasarkan hasil observasi dari empat pasar tradisional yang diteliti, tiga pasar traidisional yakni pasar Pusat Pasar, pasar Simpang Limun, pasar Melati memisahkan toilet pria dan wanita, hal itu didukung dengan pemberian tanda/ simbol yang jelas antara pria dan wanita. Selain itu ketersediaan jumlah toilet cukup memenuhi kebutuhan pedagang dan pengunjung. Pada pasar Kampung Lalang tidak diberi tanda/simbol yang jelas untuk membedakannya. Hal ini berarti


(55)

tiga pasar tradisional saja yang sudah memenuhi pemisahan toilet, dan satu pasar belum memenuhi syarat.

b. Bak dan Air Bersih

Dari keempat toilet pasar tradisional yang diteliti yakni pasar Pusat Pasar, pasar Simpang Limun, pasar Melati dan pasar Kampung Lalang, tiga toilet tersedia bak penampung air, dan satu toilet menggunakan ember untuk tempat penampungannya akan tetapi kondisi air pada masing-masing toilet diantara keempat pasar tersebut berbeda. Pusat Pasar dan Pasar Kampung Lalang, kondisi air cukup baik, yakni tidak berbau, tidak berwarna dan bebas jentik. Untuk Pasar Simpang Limun dan Pasar Melati kondisi air terasa berbau dan berwarna keruh. Bahkan, untuk Pasar Melati tidak tersedia bak, tetapi menggunakan ember untuk penampungan air. Pasar yang tidak memenuhi syarat dalam hal ini yaitu pasar Simpang Limun dan pasar Melati.

Baik bak maupun air bersih itu sendiri turut mempengaruhi kondisi sanitasi toilet. Bak yang kotor, terlihat berjamur dan jarang dibersihkan akan menjadi tempat perindukan bakteri maupun nyamuk. Demikian juga dengan air yang kualitasnya buruk dapat menjadi water borne disesase bagi pengguna toilet (ATI, 2004).

Menurut Kepmenkes 1429 tahun 2006, pengurasan bak penampung air dilakukan paling lama 1 kali seminggu. Bila bak air tidak digunakan dalam jangka waktu lama maka bak air harus dikosongkan. Air bersih yang baik yaitu air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum, persyaratan dari segi


(56)

kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Permenkes 416, 1990).

c. Jamban

Kondisi jamban yang baik dan bersih, dari sisi estetika akan membuat pengguna terasa nyaman, dari sisi kesehatan, jamban tersebut tidak akan menjadi tempat perindukan bakteri maupun serangga.

Syarat-syarat jamban sehat yaitu tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air bersih, tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus, cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman penggunaannya, dilengkapi dinding dan atap pelindungan dinding kedap air dan berwarna, cukup penerangan, lantai kedap air, ventilasi cukup baik, tersedia air dan alat pembersih (Depkes RI, 2004).

Keempat toilet yang telah diobservasi tidak ada yang memiliki peturasan pada toilet prianya. Kondisi jamban, pada Pusat Pasar, Pasar Simpang Limun dan pasar Melati terasa berbau sedangkan pasar Kampung Lalang tidak. Seluruh pasar yang diobservasi tidak memenuhi syarat.

d. Tempat Cuci Tangan

Pasar-pasar tradisional yang telah diteliti tidak memiliki tempat cuci tangan dan perlengkapannya seperti alat pengering, sabun dan tissue di dalam toilet umum. Hal ini menunjukkan bahwa keempat pasar tradisional tidak memenuhi syarat dalam hal ketersediaan tempat cuci tangan.


(57)

Ketersediaan tempat cuci tangan diperlukan di dalam toilet umum salah satunya untuk menghindari tercemarnya air di dalam bak ketika saat mencuci tangan. Fasilitas cuci tangan ditempatkan di lokasi yg mudah dijangkau, fasilitas cuci tangan dilengakpi dengan sabun dan air yg mengalir dan limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yg tertutup (Kepmenkes 519, 2008).

Menurut ATI (2016) Kelengkapan ruang toilet salah satunya harus memiliki tempat cuci tangan karena 50% pria meninggalkan toilet tanpa mencuci tangan 25% wanita meninggalkan toilet tanpa mencuci tangan. Tempat cuci tangan dilengkapi dengan cermin, sabun, tempat sampah, handuk, tissue atau alat pengering serta penerangan yang baik.

e. Air Limbah

Air limbah dari toilet merupakan air yang telah dipakai oleh pengguna dimana air tersebut biasanya banyak mengandung bakteri dan pencemar lainnya sehingga membutuhkan tempat pembuangan yang khusus, yakni septic tank. Jarak

septic tank juga perlu diperhatikan agar tidak merembes dan mencemari sumber

air bersih disekitarnya (Hendlyana, 2012).

Limbah cair dan tinja tidak dibuang ke saluran air hujan, sungai dan danau secara langsung. Limbah cair dan tinja sebaiknya disalurkan pada tangki septic secara komunal yang dilengkapi dengan saluran resapan atau bak resapan (ATI, 2004)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519 tahun 2008 Jarak yang aman adalah lebih dari 10 meter dari sumber air bersih. Seluruh toilet pasar yang diteliti memiliki septic tank. Hanya pasar Pusat Pasar dan Pasar Simpang


(58)

Limun memiliki jarak septic tank lebih dari 10 meter dari sumber air bersih, pasar Melati, dan pasar Kampung Lalang yang memiliki jarak septic tank kurang dari 10 meter dari sumber air bersih. Pasar Melati dan pasar Kampung Lalang yang tidak memenuhi syarat pada variabel air limbah.

f. Lantai

Salah satu hal yang terpenting di dalam toilet adalah kondisi lantai toilet itu sendiri. Toilet yang kotor dan licin akan membahayakan pengguna toilet. Untuk menilai kondisi toilet, kemiringan lantai perlu mendapat perhatian karena lantai yang kemiringannya tidak cukup akan mengakibatkan air mengalir lambat ke lubang pembuangan bahkan bisa sampai tergenang.

Lantai yang baik yaitu lantai yang tidak licin, kuat serta mudah dibersihkan. Kemiringan lantai minimal 5 derajat ke arah lubang pembuangan (Prasetiyo, 2008). Lantai juga harus terbuat dari bahan yg kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak retak dan mudah dibersihkan lantai yg selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya harus mempunyai kemiringan ke arah saluran dan pembuangan air sesuai ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi genangan air (Kepmenkes 519, 2008).

Pasar yang diteliti memiliki lantai yang kedap air dan kemiringan yang cukup. Sementara itu, pasar Simpang Limun dan Pasar Melati, lantai pada kedua pasar tersebut terasa licin dan sulit dibersihkan. Terdapat 2 pasar yang tidak memenuhi syarat yaitu pasar Simpang Limun dan pasar Melati. Dua pasar tersebut permukaan lantainya cukup licin dan berlumut dapat dipengaruhi oleh cara petugas membersihkan toilet yang tidak tepat.


(59)

g. Letak Toilet

Letak toilet adalah jaraknya dari tempat penjualan makanan dan bahan pangan. Jarak yang kurang dari 10 m beresiko terkontaminasi bakteri maupun serangga yang ada di toilet. Sesuai dengan ketentuan Kepmenkes No. 519 tahun 2008 tentang pasar sehat, jarak toilet yang aman adalah ≥ 10 m dari tempat penjualan makanan dan bahan pangan. Kondisi toilet dari hasil observasi yang dilakukan, terlihat bahwa pada pasar Simpang Limun dan Pasar Kampung Lalang memiliki jarak < 10 m dari tempat penjualan makanan dan bahan pangan. Hal ini berarti terdapat 2 pasar yang diteliti tidak memenuhi syarat dalam jarak toilet.

h. Ventilasi

Ventilasi berfungsi sebagai sirkulasi udara dari dalam toilet dengan udara luar. Selain itu, ventilasi juga membantu menyeimbangkan kelembaban dan pencahayaan dalam toilet. Pertukaran udara juga dapat berasal dari pintu masuk toilet. Menurut ATI (2016) standar minimal untuk ventilasi di toilet umum adalah ventilasi menggunakan kawat kasa, toilet umum harus memiliki sistem ventilasi yang baik, karena sebagai tempat berkembang biakanya bakteri dan jamur, apabila posisi ruangan tidak memungkinkan untuk dibuat bukaan ventilasi, penggunaan

exhaust fan dapat digunakan sebagai alternatif, sebaiknya disediakan sebuah alat

pengering lantai di bawah wastafel untuk memaksimalkan usaha menjaga lantai tetap kering setiap saat. Standar minimal pencahayaan adalah 200 lux dan memiliki ventilasi yang baik dikarenakan Indonesia adalah negara yang tropis yang lembab serta menjaga kelembaban ruangan 45-55%.


(60)

Dari hasil observasi, toilet umum Pusat Pasar dan pasar Kampung Lalang yang memiliki ventilasi. Sementara untuk pencahayaan, seluruh toilet menggunakan bola lampu listrik yang cukup jelas menerangi kondisi dalam toilet. Hanya dua toilet yang memenuhi syarat dalam ventilasi.

i. Tempat Sampah

Syarat tempat sampah yang baik ialah tersedianya tempat sampah yang tertutup di dalam toilet/kamar mandi, dimana hal tersebut disamping menjaga kenyamanan pengguna toilet karena bau tidak sedap, juga berfungsi sebagai pencegahan serangga berkembang biak. Baik pada pasar Pusat Pasar, pasar Simpang Limun, pasar Melati dan pasar Kampung Lalalng toilet pada masing-masing pasar tersebut tidak menyediakan tempat sampah yang tertutup di dalam toilet.

Menurut ATI (2004) standar minimal untuk tempat sampah pada toilet umum adalah tempat sampah disediakan dekat dengan tempat cuci tangan dan terbuat dari bahan kedap air serta mudah dibersihkan, mempunyai penutup yang mudah dibuka tanpa mengotori tangan dan tempat sampah tidak menjadi sarang/tempat berkembang biaknya serangga ataupun binatang penular penyakit (vektor) dan pengangkutan sampah minimal setiap hari.

Keempat pasar tradisional tidak memenuhi persyaratan dalam hal penyediaan tempat sampah. Pasar tersebut memang menyediakan tempat sampah, tapi tidak mempunyai penutup.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519 tahun 2008 dan disesuaikan dengan kriteria penilaian sanitasi toilet, maka kondisi sanitasi toilet


(61)

pada masing-masing pasar dapat ditentukan melalui variabel-variabel yang diteliti. Secara umum, tidak satu pun toilet pasar tradisonal yang diteliti memenuhi persyaratan untuk keseluruhan variabel. Untuk pembahasan variabel mana saja yang tidak memenuhi persyaratan tersebut akan dibahas sebagai berikut.

Pada pasar Pusat Pasar atau yang lebih dikenal Pajak sentral, variabel sanitasi toilet yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah jamban, tempat cuci tangan, dan tempat sampah. Opsi dari variabel jamban adalah kondisi jamban yang berbau dan ketersediaan peturasan, yang tidak terdapat pada toilet ini. Peturasan berguna sebagai tempat pembuangan urine bagi pria agar tidak perlu repot masuk kedalam ruangan toilet dan kondisi jamban yang berbau akan mengganggu kenyamanan penggunaan toilet. Untuk opsi pada variabel cuci tangan tidak satu pun terpenuhi dikarenakan memang tidak tersedianya fasilitas cuci tangan di dalam toilet ini. Padahal salah satu prinsip higiene personal yang sangat dianjurkan pemerintah adalah CTPS (cuci tangan pakai sabun) setelah dari kamar mandi, baik itu setelah buang air besar maupun kecil. Pada variabel tempat sampah, toilet di pasar ini memang menyediakan tempat sampah yang terbuat dari plastik namun tidak tertutup hanya beralas plastik asoy.

Pasar Simpang Limun memiliki beberapa variabel yang tidak memenuhi syarat. Hanya memenuhi empat variabel yaitu pada pemisahan toilet, air limbah, ventilasi, dan tempat sampah. Variabel bak dan air bersih tidak memenuhi syarat karena air bersih yang digunakan berwarna, berbau dan mengandung jentik. Jamban dalam toilet di pasar ini juga tidak memenuhi syarat karena berbau dan


(62)

tidak memiliki perturasan pada toilet pria. Sama halnya dengan pasar pusat pasar, pasar simpang limun juga tidak menyediakan fasilitas tempat cuci tangan beserta perlengkapannya. Lantai toilet memang kedap air dan mempunyai kemiringan yang cukup, tetapi lantai toilet ini licin dan tidak mudah dibersihkan mungkin disebabkan karena jarang disikat. Sama seperti pasar Pusat Pasar toilet pasar Simpang Limun menyediakan tempat sampah yang terbuat dari plastik dan tidak mempunyai penutup.

Pasar Melati hanya memiliki 2 variabel yang memenuhi syarat yaitu pemisahan toilet dan letak toilet. Variabel bak dan air bersih tidak memenuhi syarat karena air berwarna, berbau, mengandung jentik nyamuk dan tidak memakai bak namun menggunakan ember. Jamban toilet pasar Melati berbau, dan tidak tersedia peturasan dalam toilet pria. Toilet di pasar Melati juga tidak menyediakan fasilitas tempat cuci tangan dan perlengkapannya. Air limbah dibuang kedalam septic tank tetapi jarak dari septic tank ke toilet <10m. Walaupun lantai pada toilet ini kedap air dan mempunyai kemiringan yang cukup namun lantai di pasar Melati ini licin mungkin karena jarang disikat oleh petugas toiletnya dan tidak mudah dibersihkan. Variabel ventilasi dalam toilet ini tidak memenuhi syarat karna hanya menggunakan pencahayaan dari pintu toilet dan tidak memakai lampu didalam toilet. Pada toilet ini memiliki tempat sampah namun tidak ada penutup.

Pasar Kampung Lalang sama halnya seperti pasar simpang limun, terdapat banyak variabel yang tidak memenuhi syarat seperti pada variabel yaitu pemisahan toilet, jamban, tempat cuci tangan, air limbah, letak toilet dan tempat


(63)

sampah. Variabel pemisahan toilet tidak memenuhi syarat karena tidak memiliki simbol/tanda untuk pria maupun wanita. Jamban dalam toilet di pasar ini juga tidak memenuhi syarat karena tidak memiliki perturasan pada toilet pria. Sama seperti pasar lainnya, pasar Kampung Lalang tidak menyediakan fasilitas tempat cuci tangan serta perlengkapannya, jarak septic tank <10m, jarak toilet <10 m dari tempat pejualan bahan pangan dan makanan. Toilet memiliki tempat sampah yang terbuat dari bahan plastik namun tidak memiliki penutup dan terletak diluar toilet. 5.1.2 Pengelolaan Sanitasi Toilet

a. Ketersediaan dana operasional

Ketersediaan dana operasional perlu diketahui karena ada kaitannya dengan kebersihan toilet di pasar tradisional. Tanpa adanya dana operasional, kebersihan toilet akan sulit terjaga kebersihannya karena untuk membersihkan toilet juga diperlukan tenaga kebersihan. Contoh fasilitas toilet yang memerlukan dana misalnya penyediaan fasilitas cuci tangan dan perlengkapannya (sabun, tissue dan lain), alat-alat sanitasi (tempat sampah, alat pembersih dan lain-lain). Seluruh pasar tradisional yang telah diteliti memiliki dana operasional khusus untuk menjaga kebersihan toilet.

b. Sumber Dana Operasional

Seluruh toilet di pasar tradisional yang diteliti memiliki dana operasional, namun dengan sumber yang berbeda. Sebagian besar pengelola menetapkan sumber dana yang berasal dari retribusi pedagang dan pengunjung pasar yang menggunakan toilet, seperti Pasar Pusar Pasar, Pasar Simpang Limun dan Pasar


(64)

Kampung Lalang. Sumber dana toilet Pasar Melati hanya berasal dari pengunjung pasar yang menggunakan toilet.

c. Ketersediaan Petugas Kebersihan Toilet

Pengelola di masing-masing pasar menempatkan petugas kebersihan khusus yang bertanggung jawab terhadap kondisi toilet. Di samping menjalankan peran menjaga sanitasi toilet, petugas kebersihan juga biasanya sebagai orang yang mengutip retribusi bagi yang menggunakan toilet.

d. Frekuensi Membersihkan Toilet

Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh pasar tradisional membersihkan toilet umum setiap hari. Frekuensi pembersihan yang baik adalah pembersihan harian karena toilet sering dipakai, beresiko terkontaminasi organisme mikro berbahaya serta rentan rusak akibat pemakaian terus menerus. Frekuensi yang didasarkan pada prosedur yang digunakan, hasil akhir yang diinginkan, serta kondisi dan level penggunaan toilet umum. Sekali sehari keseluruhan harus dibersihkan dan setelah beberapa kali pemakaian dibersihkan. (ATI, 2016)

Melakukan perawatan rutin pada toilet umum secara keseluruhan sangat dianjurkan agar toilet tersebut tetap kering dan bersih. Nilai kebersihan ini memberikan pengaruh yang sangat tinggi ke faktor-faktor lainnya, misalnya apabila di sebuah pasar mempunyai toilet umum yang sangat bersih dan kering ini akan mencerminkan kesuksesan manajemen pasar tersebut, sehingga pengunjung akan merasa nyaman berbelanja di pasar tersebut.


(65)

e. Frekuensi Menguras Bak

Menguras bak air minimal dilakukan seminggu sekali karena mengingat siklus pekembangbiakan nyamuk yaitu perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari (Wikipedia, 2012). Jika lewat dari batas tersebut, maka bak dapat menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk. Dari hasil wawancara diketahui bahwa pasar yang menguras bak lebih dari seminggu yaitu pasar simpang limun dan pasar melati, sedangkan pasar lainnya menguras bak 1 kali dalam seminggu.

f. Sumber Air Bersih

Sumber air bersih yang baik adalah yang terlindung dari pencemaran kimia maupun bakteri. Sumber air bersih juga perlu diperhatikan kualitas dan kesinambungannya agar tetap aman dan bisa digunakan. Sumber air bersih dapat dikatakan memenuhi syarat jika air tersebut terhindar dari pencemaran kimia, biologi dan baik secara fisik.

Berdasarkan Permenkes Nomor 416 tahun 1990 syarat kualitas air bersih yaitu kualitas fisik yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya semata-mata dengan pertimbangan dari segi kesehatan saja akan tetapi juga menyangkut keamanan dan dapat diterima oleh masyarakat pengguna air dan mungkin pula menyangkut segi estetika. Kandungan unsur kimia di dalam air harus mempunyai kadar dan tingkat konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau mahluk hidup lainnya, pertumbuhan tanaman, atau tidak membahayakan kesehatan pada penggunaannya dalam industri serta tidak minumbulkan kerusakan-kerusakan pada instalasi sistem penyediaan air


(66)

minumnya sendiri serta bakteri yang ada di dalam air tidak melebihi ambang batas.

Berdasarkan hasil wawancara keempat pasar tradisional yang diteliti, dua pasar diantaranya menggunakan sumber air bersih yang berasal dari PDAM, dan dua lainnya dari sumur bor. Perbedaan sumber air ini dapat mempengaruhi kondisi air di dalam toilet, seperti yang terlihat pada pasar Simpang Limun dan pasar Melati, dimana pengelola pasar ini menggunakan air sumur bor. Air yang tertampung pada bak toilet terlihat keruh dan sedikit berbau. Sedangkan toilet yang menggunakan sumber air bersih PDAM sedikit lebih bersih, jernih dan tidak berbau.

5.2 Manajemen Sanitasi Pasar Tradisional

Seluruh Pasar Tradisional memiliki petugas kebersihan toilet, dana, dan perlengkapan lainnya yang menunjang terjaganya kebersihan toilet tersebut. Hanya ada satu pasar yang kebersihannya cukup baik yaitu pasar Pusar Pasar, pasar ini rutin dalam membersihkan toilet dan menguras bak mandi serta memiliki petugas kebersihan yang terampil dalam membersihkan toilet. Pada pasar Simpang Limun, pasar Melati dan pasar Kampung Lalang kebalikan dari kedua pasar tersebut, mereka memiliki dana dan petugas kebersihan toilet juga, hanya saja petugas kebersihan toilet tersebut tidak terampil dan tidak memahami bagaimana cara membersihkan toilet yang benar, misalnya untuk cara membersihkan toilet, pada bak air hanya sekedar dikuras airnya namun tidak disikat dinding-dinding baknnya dan dinding toilet toilet tersebut.


(67)

Selain petugas kebersihan toilet, ada faktor lain juga yang mempengaruhi terjaganya kebersihan toilet umum di pasar tradisional yaitu prilaku pengguna toilet itu sendiri. Jika petugas toilet memang sudah terampil tetapi prilaku para pengguna toilet yang tidak bisa menjaga kebersihan, maka ada dampaknya juga terhapan buruknya sanitasi toilet tersebut, misalnya ada pengunjung toilet yang mencelupkan tangannya kedalam air bak toilet atau pun kedalam ember ada juga pengunjung yang mengambil air memakai ember diletakkan diatas lantai lalu diambil lagi airnya kedalam bak air.

5.3 Pemantauan Jentik Nyamuk

Hasil pemantauan jentik nyamuk pada toilet umum di pasar-pasar tradisional Kota Medan tahun 2016 menyatakan bahwa ada 8 bak air yang terdapat jentik nyamuk dari 17 buah toilet.

5.4 Perhitungan Container Index

Dalam siklus hidupnya, Aedes aegypti mengalami empat stadium yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air tawar yang jernih serta tenang. Genangan air yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah genangan air yang terdapat di dalam suatu wadah atau container dan tidak beralaskan tanah, bukan genangan air di tanah. Tempat-tempat perindukan yang paling potensial adalah tempat penampungan air (TPA) yang digunakan untuk keperluan sehari-hari : drum, bak mandi, bak WC, gentong/tempayan, ember-ember dan lain-lain (Soegijanto, 2006).

Pemantauan jentik nyamuk yang dilakukan pada bak air toilet umum pasar tradisional menemukan bahwa angka Container Index (CI) di toilet umum pasar


(68)

Pusat Pasar sebesar 42,86%, pasar Simpang Limun sebesar 50%, pasar Melati sebesar 60%. Menurut Kantachuvessiri (2002) angka CI di atas 10% sangat potensial bagi penyebaran penyakit DBD. Berarti, pasar tradisional di Kota Medan rawan menjadi sumber terjadinya DBD. Menurut WHO, angka CI > 5% mempunyai resiko penularan DBD yang tinggi. Berarti, pasar tradisional di Kota Medan mempunyai potensi untuk penularan DBD.

Adanya jentik nyamuk pada bak air toilet umum dikarenakan pada hasil wawancara para petugas toilet tidak terampil dalam membersihkan toilet, para petugas hanya membersihkan toilet dengan cara menyikat lantai terlebih dahulu, menyikat jamban toilet, lalu membersihkan bak/container air. Cara membersihkan bak, air bak dibuang dan langsung diisi airnya tanpa disikat terlebih dahulu. Umur jentik menjadi kempompong berkisar 8 – 14 hari, jika bak air dikuras sebulan sekali bahkan sampai menguras tiga bulan sekali hal ini dapat menjadi penyebab adanya jentik nyamuk pada bak air.

Menurut Azwar (2006), sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sanitasi perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu keadaan yang tidak diinginkan, khususnya sanitasi tempat-tempat umum yang termasuk didalamnya adalah pasar.

Kesehatan lingkungan adalah hubungan interaktif antara kelompok masyarakat dan segala macam perubahan komponen lingkungan hidup seperti berbagai spesies kehidupan, bahan, zat, yang menimbulkan ancaman, atau berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, serta upaya


(69)

pencegahannya sehingga dapat mencapai keadaan sehat (Sumantri, 2010). Dari hasil sanitasi toilet, dapat diketahui bahwa masih rendahnya sanitasi toilet di pasar tradisional Kota Medan, hal ini disebabkan karena tidak terampilnya petugas toilet dalam membersihkan toilet dan perilaku pengunjung toilet yang tidak bisa menjaga kebersihan. Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan suatu cara, seperti menyikat bak toilet satu kali dalam seminggu serta menyediakan gayung pada sisi bak air.

5.5 Candida albicans pada Air Bak Toilet

Pada keadaan normal, jamur candida dapat ditemukan dalam jumlah sedikit di vagina, mulut rahim dan saluran pencernaan. Jamur ini dapat tumbuh dengan variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH 4,5 - 6,5 dengan suhu ruangan 27°C namun akan mati pada suhu 60°C. Jamur candida pada tubuh manusia merupakan jamur yang bersifat oportunis, yaitu dapat hidup sebagai saprofit atau saproba tanpa menimbulkan suatu kelainan apapun tapi kemudian dapat berubah menjadi patogen dan menimbulkan penyakit kandidiasis bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang menimbulkan perubahan pada lingkungan vagina (Idriatmi, 2012).

Kandidiasis pada dasarnya adalah istilah yang digunakan untuk infeksi kulit dan selaput mukosa yang disebabkan oleh jamur seperti ragi dari genus

Candida, dan infeksi yang paling sering disebabkan oleh spesies Candida albicans. Kandidiasis dimulai dengan peningkatan jumlah Candida sp. lokal

akibat infeksi disertai dengan kerusakan epitel pada seseorang dengan faktor resiko (AIDS, kehamilan, diabetes, konsumsi kortikosteroid atau antibiotik, dan


(70)

trauma) yang memungkinkan invasi lokal oleh ragi dan pseudohifa. Invasi ragi ke mukosa vagina akan menyebabkan vaginitis (Jawetz et al, 2008).

Kontaminasi Candida sp. pada air bak toilet dapat berasal dari telapak tangan dan kuku jari pengguna toilet yang mencuci tangan setelah melakukan defekasi. Seseorang yang mencuci tangan tanpa melakukan defekasi juga dapat menyebabkan kontaminasi karena gagang pintu toilet umum mengandung 10% jamur Candida dari seluruh organisme yang berada pada gagang pintu tersebut. Selain itu higiene dan sanitasi toilet umum yang tidak dijaga dengan baik merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan jumlah Candida sp. pada air bak toilet. Salah satu parameter kebersihan toilet yang paling utama dapat dilihat dari frekuensi menguras atau pembersihan bak air. Sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan air bak toilet ditumbuhi oleh Candida sp. (Prahatamaputra 2009, Maori et al 2013).

Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium, dari 17 sampel yang diteliti 15 sampel ditemukan jamur Candida albicans pada air bak toilet umum di pasar tradisional. Adanya keberadaan jamur Candida albicans pada air bak toilet umum bisa saja terjadi diduga karena memang ada resiko kontaminasi jamur baik dari sumber air, pengunjung maupun kondisi bak toilet. Keadaan fisik yang buruk dari air juga bisa mengandung jamur spesies Candida albicans, bukan hanya jamur spesies Candida albicans namun parameter mikrobiologi lain terkandung di dalamnya seperti bakteri Basilus subtilis dan jamur kapang.

Toilet umum pasar tradisonal yang banyak mengandung C. albicans adalah toilet ke-4 pada pasar Pusat Pasar atau lebih dikenal pasar Sentral


(71)

sebanyak 34 koloni. Hal ini terjadi karena erat kaitannya dengan sanitasi toilet umum di pasar tradisional. Dari hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa toilet ke-4 dari pasar Pusat Pasar menguras bak air dua hari sekali, namun kandungan Candida albicans tinggi, hal ini dapat terjadi dikarenakan kontaminasi dari pengunjung toilet yang mencuci tangannya langsung kedalam bak dan meletakkan gayung diatas lantai pinggir wc. Jika gayung yang digunakan masuk kembali kedalam bak air maka akan terjadi peningkatan koloni Candida pada air bak toilet.

Pada pasar Simpang Limun toliet ke-3 mengandung Candida albicans sebanyak 20 koloni, adanya Candida albicans disebabkan karena bak air dikuras dua bulan sekali, hanya ada satu bak pada toilet tersebut, sumber air dari sumur bor dan jika mengambil air harus menggunakan ember kecil dicelupkan kedalam air lalu diletakkan di pinggir wc tersebut dan hal ini terjadi secara terus menerus oleh pengunjung terkadang ada juga pengunjung yang mencelupkan tangannya kedalam air bak tersebut.

Toilet ke-2 Pasar Melati mengandung sebanyak 32 koloni Candida

albicans, pada toilet ini tidak menggunakan bak air namun ember besar dengan

kondisi toilet yang kotor, bau dan air dari container tersebut keruh karena dari sumur bor namun dari hasil wawancara yang dilakukan container tersebut setiap hari dibersihkan oleh penjaga toilet. Toilet pasar Kampung Lalang mengandung Candida albicans terbanyak yaitu 38 koloni, hal ini dapar terjadi dari perilaku pengunjung toilet yang kurang menjaga kebersihan dalam toilet mencuci tangannya langsung kedalam bak air dan didukung air pada bak yang sedikit.


(72)

Dari semua toilet yang mengandung banyak Candida albicans dapat ditarik kesimpulan bahwa frekuensi menguras bak air, kondisi toilet, kontaminasi dari pengunjung dan sumber air menjadi penyebab adanya Candida albicans pada air bak toilet. Toilet yang diteliti adalah toilet wanita karena wanita lebih rentan terkena kandidiasis, karena jamur ini merupakan flora normal pada vagina dalam jumlah yang sedikit. Apabila air yang digunakan mengandung Candida albicans dan dipakai secara terus menerus akan menyebabkan kandungan Candida

albicans pada pengunjung meningkat dan jika menurunnya sistem imun pada

pengunjung akan merubah sifat Candida dari saprofit menjadi patogen yang akan menyebabkan gatal pada alat kelamin, keputihan semakin parah pada wanita, dan kondisi terburuknya dapat menjadi kandidiasis pada alat kelamin.

Bersama dengan jamur candida pada keadaan normal di vagina juga didapatkan basil Doderlein Lactobasilus(lactobasilus) yang hidup sebagai komensal. Keduanya mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di dalam vagina. Doderlein berfungsi mengubah glikogen menjadi asam laktat yang berguna untuk mempertahankan pH vagina dalam suasana asam (pH 4 -5). Pada semua kelainan yang mengganggu flora normal vagina dapat menjadikan vagina sebagai tempat yang sesuai bagi Candida untuk berkembang biak. Masih belum dapat dipastikan apakah Candida menekan pertumbuhan basil doderlein atau pada keadaan basil Doderlein mengalami gangguan lalu diikuti dengan infeksi dari jamur candida. Kenyataannya pada keadaan infeksi ini dijumpai hanya sedikit koloni doderlein (Idriatmi,2009).


(73)

5.5.1 Cara Mengatasi Candida albicans

Usaha pencegahan terhadap timbulnya kandidiasis vaginalis meliputi penanggulangan faktor predisposisi dan penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi misalnya tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak menggunakan pakaian ketat, mengganti kontrasepsi pil atau AKDR dengan kontrasepsi lain yang sesuai, memperhatikan higiene. Penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan mencari dan mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam tubuhnya sendiri atau di luarnya.

Selain usaha pencegahan, pengobatan kandidiasis vaginalis dapat dilakukan secara topikal maupun sistemik. Obat anti jamur tersedia dalam berbagai bentuk yaitu: gel, krim, losion, tablet vagina, suppositoria dan tablet oral.

Struktur kemaluan wanita bersifat khas. Saluran vagina senantiasa terbuka dengan dunia luar sehingga selalu memiliki risiko terkena infeksi dari luar. Akan tetapi suasana asam yang terbentuk di mulut saluran vagina dan posisi saluran vagina yang selalu dalam kondisi terkatup menyebabkan tidak seluruh bibit penyakit berhasil memasukinya. Suasana asam tersebut terbentuk dengan kehadiran kuman Doderlein yang hidup dalam harmoni dengan tubuh. Suasana asam ini tidak boleh dihilangkan, keasaman vagina akan dapat hilang dengan kebiasaan rajin menyabuni vagina secara berlebihan, memakai obat semprot pewangi vagina (douching), atau pemakaian bahan kimia lainnya. Selain itu, cara membilas vagina yang tidak benar, juga membiarkan kondisi vagina lembab setelah dibilas juga memicu terjadinya penyakit pada alat reproduksi wanita seperti kandidiasis vaginalis (Samini, 2010). Cara membilas vagina yang tidak


(74)

benar, juga membiarkan kondisi vagina lembab setelah dibilas juga memicu terjadinya penyakit pada alat reproduksi wanita seperti kandidiasis vaginalis (Samini, 2010).

Selain itu, faktor lainnya yang merupakan faktor risiko terjadinya kandidiasis vaginalis adalah selalu memakai pakaian yang ketat, penggunaan pakaian dalam nilon dan pakaian yang terlalu sesak juga merangsang terjadinya infeksi yeast (kandidiasis), ditambah lagi dengan mengganti celana dalam kurang dari 2x sehari, atau memakai handuk atau lap yang sama dengan yang dipakai penderita kandidiasis. Iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat terutama pada lipatan-lipatan kulit seperti daerah kemaluan sehingga menyebabkan kulit maserasi dan ini mempermudah invasi candida (Siregar, 2005) 5.6 Wawancara Informan

Para petugas toilet yang bekerja hanya 1 orang untuk masing-masing toilet dengan penghasilan yang berbeda pada setiap pasar, dan lama bekerja lebih dari 3 tahun tanpa adanya keluhan kesehatan.

Pasar Pusat Pasar mempunyai 8 toilet umum dengan 8 orang yang bekerja namun yang diperiksa hanya 7 toilet karena satu toilet menolak untuk diwawancara, para petugas toilet yang bekerja bertahun-tahun dengan penghasilan ± 1,5 juta per bulan. Adanya pergantian pekerja jika pekerja tetap tidak dapat hadir maka akan digantikan oleh orang yang dipercaya. Lamanya bekerja para petugas toilet selama lebih dari 3 tahun dan tidak mengalami keluhan kesehatan. Alat dan bahan yang digunakan untuk membersihkan toilet adalah sikat wc, brush,


(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRAC ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. LatarBelakang... 1

1.2. RumusanMasalah ... 6

1.3. TujuanPenelitian ... 6

1.3.1. TujuanUmum ... 6

1.3.2. TujuanKhusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Tempat-Tempat Umum ... 8

2.2. Pasar ... 9

2.2.1. Klasifikasi Pasar ... 10

2.2.1.1 Berdasarkan Manajemen Pengelolaan ... 10

2.2.1.2 Berdasarkan Manajemen Pelayanan ... 11

2.2.1.3 Berdasarkan Jumlah Barang yang Dijual ... 12

2.3. Sanitasi ... 12

2.3.1 Sanitasi Tempat-Tempat Umum... 13

2.4. Sanitasi Pasar ... 14

2.5. Toilet... 18

2.5.1. Peruntukan dan Kegunaan Toilet ... 18

2.5.2. Standar Minimal Hygiene Sanitasi ... 19

2.5.2.1 Ventilasi dan Sirkulasi ... 19

2.5.2.2 Tempat Sampah ... 20

2.5.2.3 Penyediaan Air ... 20

2.5.2.4 Pencahayaan ... 20

2.5.2.5 Pembuangan Limbah Cair dan Tinja ... 20

2.5.3. Pengelolaan Toilet ... 20

2.5.3.1. Kebersihan Toilet ... 21

2.5.3.2. Sistem Pemakaian Air ... 22

2.5.3.3 Sistem Limbah ... 22

2.5.3.4. Pemelihaan Toilet ... 23


(2)

2.6.1Nyamuk Aedes Aegypti ... 24

2.6.1.1 Taksonomi dan Morfologi ... 25

2.6.1.2 Ekologi dan Bionomic ... 26

2.5.1.3 Siklus Hidup ... 27

2.7. Candida albicans ... 31

2.7.1 Karakteristik dan Morfologi ... 32

2.7.2 Epidemiologi... 34

2.7.3 Penyakit yang Disebabkan Candida albicans ... 34

2.8. Tes Sabouraud Dekstrose ... 37

2.9. KerangkaKonsep ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

3.1. JenisPenelitian ... 40

3.2. Lokasi danWaktuPenelitian ... 40

3.2.1. LokasiPenelitian ... 40

3.2.2. WaktuPenelitian... 41

3.3. Objek Penelitian ... 41

3.4. MetodePengumpulan Data ... 41

3.4.1. Data Primer ... 41

3.5. Defenisi Operasional ... 41

3.6. Aspek Pengukuran ... 43

3.6.1. Sanitasi Toilet Pasar ... 43

3.6.2. Jentik Nyamuk ... 43

3.7. Prosedur Kerja Pemeriksaan Candida albicans ... 43

3.7.1. Alat dan Bahan ... 43

4.7.2. Prosedur Kerja ... 44

3.8. Teknik Pengolahan Data... 46

3.9. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL ... 47

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 47

4.1.1 Gambaran Kependudukan ... 47

4.1.2 Gambaran Penyakit Terbesar ... 48

4.2 Gambaran Lokasi Penelitian ... 48

4.2.1 Pasar Pusat Pasar Medan Kota ... 48

4.2.2 Pasar Simpang Limun Medan Kota ... 49

4.2.3 Pasar Melati Medan Tuntungan... 49

4.2.4 Pasar Kampung Lalang Medan Sunggal ... 49

4.3 Hasil Penelitian ... 49

4.3.1 Hasil Observasi Toilet Umum ... 48

4.3.2 Data Umum Pengelolaan Toilet ... 52

4.3.3 Data Pemantauan Jentik Nyamuk ... 54

4.3.4 Data Pemeriksaan Laboratorium ... 56

4.4 Hasil Wawancara ... 58


(3)

BAB V PEMBAHASAN ... 60

5.1 Sanitasi dan Pengelolaan Toilet Pasar Tradisional ... 60

5.1.1 Sanitasi Toilet ... 60

5.1.2 Pengelolaan Sanitasi Toilet ... 69

5.2 Manajemen Sanitasi Pasar Tradisional ... 72

5.3 Pemantauan Jentik Nyamuk ... 73

5.4 Perhitungan Container Index ... 73

5.5 Candida albicans Pada Air Bak Toilet Umum ... 75

5.6 Wawancara Informan ... 80

BAB VI KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan ... 86

6.2 Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN


(4)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Gambar 1 Kerangka Konsep ... 39


(5)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Tabel 2.1 Proporsi Jumlah Toilet yang Harus Tersedia di Pasar ... 15

2. Tabel 2.2 Proporsi Jumlah Toilet yang Harus Tersedia di Pasar ... 23

3. Tabel 4.1 Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Kota Medan ... 48

4. Tabel 4.2 Hasil Observasi Toilet Umum Pasar-pasar Tradisional Tahun 2016 ... 50

5. Tabel 4.3 Hasil Observasi Toilet Umum Berdasarkan Variabel Memenuhi Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat Tahun 2016 ... 52

6. Tabel 4.4 Data Umum Pengelolaan Toilet Tahun 2016 ... 53

7. Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Jentik Nyamuk ... 54

8. Tabel 4.6 Hasil Laboratorium Candida albicans ... 57


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Lampiran 1 Lembar Observasi ... 92

2. Lampiran 2 Pedoman Wawancara ... 97

3. Lampiran 3 Hasil Wawancara ... 99

4. Lampiran 4 Kepmenkes 519 tahun 2006 ... 104

5. Lampiran 5 Lampiran Gambar Penelitian ... 135


Dokumen yang terkait

Sanitasi dan Pemantauan Jentik Nyamuk pada Toilet Sekolah Dasar Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

1 56 118

Hubungan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti Dan Pelaksanaan 3m Plus Dengan Kejadian Penyakit Dbd Di Lingkungan XVIII KELURAHAN BINJAI KOTA MEDAN TAHUN 2012

4 98 88

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 1 17

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

1 2 2

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 7

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

1 10 33

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 4

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 29

IDENTIFIKASI CEMARAN JAMUR Candida albicans PADA AIR BAK TOILET DI RUANG BERSALIN (Studi di RSUD Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 64

ANALISIS KANDUNGAN JAMUR CANDIDA ALBICANS TERHADAP SANITASI TOILET UMUM DI PASAR KOTA BOJONEGORO Juwita Esthi Utami (Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Surabaya) Rusmiati (Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Surabaya) Fitri Rokh

1 2 7