Proses Dan Kendala Dalam Menterjemahkan Komik "Yozakura Quartet" Jilid 2

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penterjemahan sangat diperlukan dalam era informasi dan komunikasi yang bergerak cepat seperti saat ini. Proses penterjemahan dan hasil-hasilnya dapat dilihat tersebar dalam segala bidang, mulai dari bidang pendidikan sampai hiburan. Buku, film dan berbagai media pembawa informasi lainnya yang dibuat tidak dalam bahasa asli memerlukan suatu proses penterjemahan. Penterjemahan sendiri merupakan suatu proses penyampaian informasi dari bahasa sumber ke dalam padanan yang sesuai pada bahasa sasaran.

Suatu hasil penterjemahan dapat dianggap berhasil apabila pesan, pikiran, gagasan, dan konsep yang ada dalam bahasa sumber dapat disampaikan ke dalam bahasa sasaran secara utuh. Hal ini akan sulit dilakukan karena adanya perbedaan pada sistem bahasa dan budaya antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Seorang penterjemah yang baik tidak hanya harus dapat mengatasi perbedaan sistem bahasa dan budaya, tetapi juga harus dapat menangkap pesan atau amanat yang ada di bahasa sumber dan menyampaikannya kembali ke dalam bahasa sasaran. Hal ini menjadi penting karena keutuhan suatu teks sedikit banyaknya dipengaruhi oleh adanya pesan atau makna yang terdapat didalamnya. Melalui terjemahan juga komunikasi antar bangsa dapat terjalin dengan baik.


(2)

2 Menterjemahan terdapat berbagai macam jenis, misalnya menterjemahan film, novel, buku, komik dan lain-lain. Akhir-akhir ini di Indonesia yang paling banyak penggemarnya adalah terjemahan komik Jepang yang biasa disebut Manga. Membaca manga dapat menarik minat pembaca kaum muda karena gambar, tokoh-tokoh, dan bahasanya disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga mudah dipahami oleh pembacanya. Adanya pendekatan visualisasi dengan membaca komik dapat memudahkan pembaca dalam memahami materi yang disampaikan.

Karena komik menggunakan kehidupan sehari-hari sebagai latarnya, sehingga bagi pelajar bahasa Jepang dapat sekaligus mempelajari kebiasaan dan kebudayaan tentang Jepang melalui komik tersebut. Agar pesan dari komik tersebut dapat diterima oleh pembaca, penterjemah harus bisa menyesuaikan terjemahan ke dalam bahasa yang dituju.

Dalam menterjemahkan komik bahasa Jepang, banyak sekali kendala-kendala yang dialami oleh penterjemah seperti, penggunaan dialek di Jepang yang salah satunya adalah dialek Osaka, penggunaan onomatope atau tiruan bunyi, wakamono kotoba dalam ragam lisan dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu penulis bermaksud untuk memaparkan proses, kendala-kendala dan solusi yang dialakukan selama proses penterjemahan tersebut seperti penggunaan dialek Osaka, onomatope dan wakamono kotoba.


(3)

3 1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam laporan penelitian ini, dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses penterjemahan komik “Yozakura Quartet” jilid 2 karya Yasuda Suzuhito?

2. Kendala apa yang dihadapi pada proses penterjemahan komik “Yozakura Quartet” jilid 2 karya Yasuda Suzuhito?

3. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi pada proses penterjemahan komik “Yozakura Quartet” jilid 2 karya Yasuda Suzuhito?

1.3Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada proses dan kendala yang dihadapi penulis ketika menterjemahkan komik Yozakura Quartet Jilid 2, dari segi penggunaan onomatope, Osaka-ben, dan wakamono kotoba.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberitahukan bagaimana proses penterjemahan, menggambarkan kesulitan penulis ketika menterjemahkan komik Jepang berjudul “Yozakura Quartet” Jilid 2 Karya Yasuda Suzuhito dan memberikan solusinya.


(4)

4 1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam menterjemahkan komik, menambah kosakata baru yang didapat selama menterjemahkan komik Yozakura Quartet jilid 2, dan juga dapat memahami kendala-kendala yang akan dihadapi ketika proses menterjemahkan komik Jepang seperti penggunaan onomatope, Osaka-ben, dan wakamono kotoba.

1.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:

1. Studi kepustakaan, yaitu dengan cara mencari buku-buku sumber, situs internet, maupun website untuk mempelajari dan menganalisa teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Studi ini berguna untuk memperoleh landasan tentang informasi yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap masalah yang menjadi objek penelitian. Penulis mengumpulkan, meneliti, dan menyeleksi bahan yang ada, lalu mencari keterangan secara langsung kepada pengajar yang berasal dari Jepang.


(5)

5 1.7 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi teori mengenai onomatope, Osaka-ben, dan wakamono kotoba.

Bab III Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi data atau profil dari perusahaan Acolyte Publishing Co. Bab IV Data Penelitian

Bab ini mengungkapkan tentang kendala-kendala dalam menterjemahkan komik “Yozakura Quartet” jilid 2

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran untuk penelitian yang telah dilakukan.

1.8 Lokasi dan Waktu KKL

Lokasi kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini dilaksanakan di PT.Acolyte , Jl.Dr. Rajiman No.23 Bandung. Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini dilaksanakan mulai tanggal 23 Juni 2010 sampai 23 Juli 2010.


(6)

(7)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1Definisi Penterjemahan

Penterjemahan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerimaan barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut makna dan kedua menyangkut gayanya.

Menurut Dick Hartoko kebutuhan menterjemahkan buku bukanlah tanda keterbelakangan justru sebaliknya tanpa keterbukaan, tanda kegiatan hendak ikut serta dalam tukar menukar informasi.

Dalam menterjemahkan suatu bahasa kedalam bahasa yang dituju hal pertama yang harus dilakukan adalah kita harus tahu bahan yang akan kita terjemahkan, kita harus memahami pula bahasa yang digunakan oleh pengarang agar kita dapat membayangkan pilihan kata dan kalimat yang selaras.

2.2 Onomatope

Onomatope adalah adverbia yang menggambarkan bunyi atau suara dan terdapat juga adverbia yang menyatakan suatu keadaan. Dalam bahasa Jepang sendiri onomatope dibagi menjadi empat yaitu Giseigo, Giongo, Gijougo dan Gitaigo.


(8)

7  Giseigo adalah bahasa yang meniru suara manusia dan hewan. Misalnya;

Suara manusia

パチパチ pachi-pachi prok-prok(suara tepuk tangan) ずる zuru sruut (suara menyeruput mie)

リ リ gari-gari krauk-krauk (suara makan es) Suara hewan

ワンワン wan-wan gog-gog (suara anjing) ニャニャ nya-nya meong-meong (suara kucing) ブウブウ buu-buu ngok-ngok (suara babi)

Giongo adalah bahasa yang meniru bunyi dari benda, alam dan lainnya. Misalnya

ジュウジュウ jyuu-jyuu suara ketika sedang memanggang sesuatu

ロン ロン goron-goron suara batu yang sedang menggelinding

そよそよ Soyo-soyo suara angin sepoi-sepoi Gijougo adalah bahasa yang menggambarkan kondisi hati manusia.

Misalnya;

ズ ンズ ン zukin-zukin menggambarkan seseorang sedang sakit gigi


(9)

8 ド ド doki-doki menggambarkan seseorang sedang

berdebar jantungnya

ワクワク waku-waku menggambarkan seseorang sedang berharap sesuatu

Gitaigo adalah bahasa yang menirukan bunyi dari sesuatu yang tidak berbunyi (Iwabuchi, 1989:73-74).

Misalnya;

ロ ロ goro-goro menggambarkan seseorang sedang --- ---bermalas-malasan

ペ ペ peko-peko menggambarkan seseorang sedang lapar

リ リ kiri-kiri menggambarkan seseorang sedang kesakitan.

2.3 Dialek Osaka

Sama halnya dengan di Indonesia, di Jepang juga terdapat berbagai macam dialek daerah. Dialek daerah di Jepang dibedakan berdasarkan daerah tempatnya.

Namun yang biasa digunakan dalam komik adalah dialek Osaka. Pada dialek Osaka banyak terdapat perbedaan dengan bahasa Jepang asli. Perbedaannya dapat dilihat pada akhir kalimat, dan ada pula kata-kata yang berubah pelafalannya namun artinya sama.


(10)

9 Dialek Osaka masih termasuk dalam Keluarga dialek Kansai. Orang-orang sering tertukar-tukar dalam menggunakan dialek Kansai dengan dialek Osaka. Karakter dialek Osaka terdengar lebih kasar dan memiliki ciri khasnya sendiri apabila dibandingkan dengan bahasa Jepang standar yang selama ini depelajari.

Di dalam dialek Osaka, aksen adalah penting. Hal ini terlihat misalnya pada: “おおきに” dan “まいど”. Kedua kata itu merupakan kata dalam dialek Osaka yang artinya “terima kasih”. Tapi kata-kata itu bisa menjadi bukan dialek Osaka bila pengucapannya menggunakan aksen pada Bahasa Jepang Standar. Dalam hal ini, aksen Bahasa Jepang Standar identik dengan aksen orang Tokyo. Dengan kata lain, jika suatu frase Bahasa Jepang Standar diucapkan dengan aksen dialek Osaka, berarti frase tersebut adalah dialek Osaka. Untuk mengucapkan dialek Osaka dengan benar, terlebih dahulu pembicara harus tahu apakah suku kata pertama dari suatu suku kata dimulai dengan nada tinggi atau rendah.

2.4 Wakamono kotoba

Dalam Bahasa Jepang, terdapat berbagai macam bahasa, seperti bahasa daerah dan bahasa informal. Bahasa informal di Jepang biasanya digunakan oleh anak muda di Jepang. Bahasa ini lahir dari kumpulan-kumpulan pemuda yang kadang kala hanya dimengerti oleh anggota kumpulan saja.

Bahasa informal adalah bahasa baku yang mengalami perubahan baik dari segi ejaan, peristilahan, maupun tata bahasa . Penggunaanya sudah tidak sesuai lagi


(11)

10 dengan ejaan atau penggunaan berbahasa yang baik dan benar seperti yang telah ditetapkan. Anak muda biasanya lebih suka menggunakan bahasa yang mereka anggap keren, santai dan lebih nyaman bagi mereka, sehingga lebih sering menggunakan bahasa non baku. Selain itu anak muda juga kerap kali membuat istilah dan kosa kata baru dalam pergaulan mereka yang dikenal juga sebagai bahasa gaul (wakamono kotoba).

Wakamono kotoba seperti halnya dengan bahasa gaul Indonesia, salah satu pembentukkannya adalah dengan menyingkat kata seperti pada jenis kata sifat satu „kimoi‟ yaitu singkatan dari kata kimochi warui yang berarti suasana hati sangat buruk. Selain itu banyak juga kata serapan dari bahasa asing seperti makudonarudo yaitu serapan dari bahasa Inggris McDonald atau biasa disingkat menjadi makudo. Selain contoh di atas masih banyak lagi wakamono kotoba lainnya.

Wakamono kotoba sering digunakan dalam beberapa media cetak Jepang, seperti majalah cetak Jepang untuk remaja dan manga (komik), dalam audio seperti lagu-lagu modern, dan audio visual seperti dalam film, dorama (drama) dan anime yang kebanyakan mengisahkan tentang anak muda.

Berikut ini adalah macam-macam wakamono kotoba yang penulis dapatkan di beberapa sumber. Penulis menuliskan macam-macam wakamono kotoba tersebut dapat menjadi penguat analisis yang akan penulis bahas pada bab selanjutnya.


(12)

11 1. Getto Suru

Kata ini diambil dari dalam bahasa Inggris “get”. Kosa kata ini dalam bahasa Jepang mengungkapkan “mendapatkan sesuatu yang diinginkan”. Kata ini juga mengungkapkan keberhasilan seseorang dalam mendapatkan lawan jenis.

2. Bari-bari

Berasal dari kata bahasa Inggris “very”, mengalami pengulangan menjadi bari-bari yang mempunyai makna orang yang luar biasa hebat.

3. Yabai

Digunakan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang benar-benar menari, bagus, atau keren. Tapi kata ini juga bisa digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang bermakna payah atau gawat, sama dengan arti dari kata mazui.

4. Shikuyoro

Shikuyoro adalah wakamono kotoba yang berasal dari kata “よ ろしく”. Meskipun dibalik-balikkan, tetapi lawan bicara masih dapat memahaminya. Contoh lain dari kata yang dibalik-balikkan adalah kata “ごめん” menjadi “めんご.


(13)

12

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Profil Umum Perusahaan

Acolyte Publishing Co. adalah perusahaan penerbitan komik yang terdapat di Bandung sejak tahun 2001. Perusahaan ini merupakan Comicon dan anak perusahaan perusahaan Acolyte Inc, yaitu perusahaan berlisensi Jepang yang menjalin hubungan dengan Kodansha sebagai partner utamanya. Acolyte Inc. sendiri memiliki anak perusahaan lain, yaitu Illustration Factory yang merupakan agensi ilustrasi dengan jaringan hingga ke China dan Australia.

Karya yang diterbitkan oleh Acolyte Publishing Co. selalu dicetak berdasarkan format aslinya, termasuk dengan double cover, halaman warna maupun bonusnya. Karena karya yang diterbitkan tersebut tidak diubah formatnya, para pembaca akan mendapatkan cerita yang diharapkan serta tidak akan merasa kecewa.

1.2Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang ada di Acolyte Publishing Co ini adalah sebagai berikut:

a. Komisaris : 1. Mr.Willy Senjaya 2. Mr. A Ming


(14)

13 4. Mr. Tan Yue Er

b. President Direktur : Mr. Tan Yue Er c. Manajemen Pemasaran : Handi S. Gunawan

3.3 Aktivitas Perusahaan

Perusahaan ini tidak hanya berjalan dalam bidang terjemahan saja, tapi menerima juga kursus untuk pelatihan seni karya dan gambar komik.

Materi-materi tersebut diajarkan oleh Mr. Nobuyuki Oku, Mr. Denny A. Djoenaid dan Mr. Yue Sheng Shi.

Berikut ini adalah contoh kegiatan lain yang juga ada di perusahaan Acolyte: a. Profesional Illustrator

b. Profesional Comic Artist c. Manga Doujinshi Course d. Comic 4 Kid

e. Profesional Animator f. Japanese for Manga

g. Japanes for Nouryokushiken h. Standart Japanese

3.3.1 Progam Pelatihan Bahasa Jepang khusus untuk Manga

Progam pelatihan bahasa Jepang bagi yang ingin berkarir sebagai penerjemah komik Jepang. Ragam bahasa yang digunakan adalah bahasa Jepang sehari-hari yang


(15)

14 kaya akan dialek dan sangat berbeda dengan bahasa resmi yang sering digunakan di kursus-kursus pada umumnya dan materinya pun disusun oleh Mr. Nobuyuki Oku.

3.3.2 Progam Pelatihan Bahasa Jepang khusus untuk Nouryokushiken

Progam pelatihan bahasa Jepang bagi yang ingin mengambil ujian Japanese Proficiency Test (Nouryokushiken) yang dikeluarkan Japan Foundation, serta materi yang disusun oleh Mr. Nobuyuki Oku.

Acolyte bekerja sama dengan penerbit dari Jepang yang bernama Penguin Shobo Inc. pada September 2004, dan komik pertama yang diterbitkannya adalah Fuku-fuku, pada bulan Okober 2004. Acolyte juga bekerja sama dengan Kodansha Ltd. Pada November 2004. Acolyte adalah partner Indonesia yang ketiga yang telah bekerja sama dengan Kodansha Ltd. Dari sinilah, akhirnya Acolyte membuat perjanjian dengan CLAMP, salah satu mangaka yang sangat terkenal di Jepang, untuk menerbitkan salah satu master piece karya mereka yaitu Chobits yang sangat digemari di Jepang pada saat itu, di wilayah Indonesia.

Acolyte juga tengah menerbitkan beberapa buku yang berhubungan dengan seni animasi dan budaya, terutama dalam hal seni membuat komik dan berbagai penjelesannya, termasuk mitologi, kebudayaannya, seni arsitektur dan industri-industri yang berhubungan dengan seni. Buku-buku ini juga akan didistribusikan lewat dua penerbit utama yang ada di Amerika dan Singapura yaitu Diamond Books dan Chuang Yi Publishing sesuai dengan yang sudah direncanakan. Proyek ini juga


(16)

15 telah didukung sepenuhnya oleh Japan Foundation sebagai kontributor dan promotor utama.

Judul-judul buku tersebut antara lain: The Illustrated Encyclopedia of Japanese Ghost & Monster, The Illustrated Encyclopedia of European Mythical Creatures, Japanes for Manga, The Figure Drawing for Ilustratis & Comic Artist, How to Draw Fighting and Martial Arts Movements.

3.4 Kerjasama antar Perusahaan

1. Kontrak kerjasama (Permanen) :

a. Acolyte Illustration Factory,Inc.- www.acolytecomics.com/illustration b. Acolyte Publishing,Inc.- www.acolytecomics.com/publishing

c. Deny Animation-www.ainaki.org

d. Megindo Tunggal Sejahtera, PT.- www.megindo.net e. Industrial Support Service Indonesia, PT.

f. Citra Sastra Media, PT. – www.komikwarna.web.id 2. Kontrak Kerjasama (Non Permanen)

a. Lyto GameOn – Lyto Datarindo Fortuna ( Ragnarok Online, Seal Online ) b. 24 Internet Center – PlayOn Interactive ( Tantra Online )


(17)

16

BAB IV

Proses dan kendala dalam Menterjemahkan Komik

“Yozakura

Quartet” Jili

d 2 Karya Yasuda Suzuhito

4.1Proses Penterjemahan Komik “Yozakura Quartet” Jilid 2 Karya Yasuda Suzuhito

Dalam proses penterjemahan, penulis melakukan beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Pertama-tama penulis menginstal komik Yozakura Quartet Jilid 2 yang dalam bentuk data, ke komputer. Kemudian penulis membaca isi komik Yozakura Quartet Jilid 2 secara keseluruhan, dan memakan waktu selama dua hari. Jumlah halaman yang penulis terjemahkan ada 200 halaman, sehingga penulis membacanya dua kali. Pada tahap ini pula penulis menandai kata-kata dan kanji yang tidak penulis pahami. Kata-kata dan kanji-kanji tersebut penulis kategorikan kedalam dua file yang diberi nama file “goi” dan file “kanji”.

2. Tahap selanjutnya penulis mencari arti dari kata-kata yang ada dalam file “goi”, yang penulis tidak ketahui artinya. Saat mencari kata-kata yang tidak penulis ketahui artinya, alat bantu yang digunakan adalah, kamus Jepang-Indonesia, JlookUp dan Suiteki. JlookUp adalah kamus elektronik yang berisi


(18)

17 kanji-kanji gabungan yang diartikan kedalam bahasa Inggris. Sedangkan Suiteki adalah aplikasi kamus bahasa Jepang yang dilengkapi dengan hiragana, katakana, dan kanji, yang diartikan juga kedalam bahasa Inggris. Karena kedua kamus elektronik tersebut artinya kedalam bahasa Inggris maka penulis juga menggunakan kamus elektronik Inggris-Indonesia, untuk mengartikan kata-kata yang dipahami penulis. Selain itu penulis juga menanyakan kata-kata yang tidak ada pada kedua kamus tersebut kepada pengajar yang berasal dari Jepang. Karena dalam komik Yozakura Quartet Jilid 2 ini banyak menggunakan dialek Osaka, maka kata-kata yang digunakan pada dialek Osaka tidak ada pada kamus.

3. Tahap selanjutnya, setelah mencari kata-kata yang tidak dipahami penulis mencari kanji-kanji yang tidak diketahui artinya. Penulis kembali menggunakan JlookUp sebagai media pembantu dalam proses penterjemahan komik Yozakura Quartet Jilid 2.

4. Ini merupakan tahap inti, yaitu penulis mulai menterjemahkan komik Yozakura Quartet Jilid 2 dengan menggunakan Adobe Photoshop CS2 untuk mengedit hasil terjemahan. Data asli yang awalnya bahasa Jepang diubah menjadi bahasa Indonesia, dengan menggunakan huruf Comic Sans, dengan ukuran 16pts, dan ditulisnya dengan huruf kapital.

5. Proses selanjutnya penulis menterjemahkan kata-kata yang ada di luar balon kata pada komik Yozakura Quartet Jilid 2, seperti kata-kata onomatope, dan kata-kata yang berasal dari dalam hati. Dalam


(19)

18 menterjemahkan onomatope ini penulis menggunakan media e-onomatope karya Cucu W. Apabila ada onomatope yang tidak tersedia pada media tersebut penulis onomatope tersebut kepada pengajar yang asli orang Jepang. Kemudian penulis mencari arti yang sepadan dalam bahasa Indonesia. 6. Proses penterjemahan ini memakan waktu selama 25 hari. Penulis

mentargetkan dalam satu hari penulis harus menterjemahkan komik Yozakura Quartet Jilid 2 sebanyak delapan halaman. Pada hari selanjutnya penulis membaca kembali hasil terjemahan yang telah penulis kerjakan. Apabila ada kesalahan atau penggunaan bahasa yang kurang tepat maka penulis memperbaikinya kembali.

4.2 Kendala dalam Proses Penterjemahan Yozakura Quartet Jilid 2 Karya Yasuda Suzuhito

4.2.1Penggunaan Onomatope

Onomatope yang terdapat pada komik “Yozakura Quartet” jilid 2 lebih dari 100 onomatope. Dari mulai yang giseigo, giongo, gijougo sampai giteigo dapat ditemukan pada komik ini. Adapun contohnya sebagai berikut:

1. Giseigo

ジ ジ Gajigaji Grauk-grauk (menggigit)


(20)

19

ぱくぱく Pakupaku Nyam-nyam (makan)

2. Giongo

ザザ Zaza Bunyi Hujan

こ こ Noko nook Bunyi Langkah Sepatu

ドンドン Dondon Bunyi klason

3. Gijougo

い い Icha Icha Perasaan Jatuh Cinta

わくわく Waku Waku Mengharapkan sesuatu

ド ド Doki Doki Berdebar-debar

4. Gitaigo

Tsuya Tsuya Wajah berseri - seri

ゴロゴロ Goro Goro Berleha-leha

べろんべろん Beron Beron Sedang mabuk

Ketika menterjemahkan onomatope gitaigo penulis mengalami beberapa kendala, karena di dalam bahasa Indonesia tidak ada tiruan bunyi yang dimaksud, hal ini menjadi kesulitan bagi penulis untuk mencari kata yang sepadan dalam bahasa Indonesia. Seperti contoh berikut ini:


(21)

20 a.

gambar 4.2.1

Pada gambar 4.2.1 Hime yang sedang mabuk yang dijelaskan dengan tiruan bunyi “べ ろ ん べ ろ ん”. Karena di Indonesia tidak ada tiruan bunyi untuk menggambarkan hal tersebut hal ini sulit untuk disampaikan dalam bahasa Indonesia.

b.

gambar 4.2.2

Onomatope pada gambar 4.2.2 menunjukan seseorang yang sedang berputar. Untuk tiruan bunyi seperti ini juga tidak ada tiruan yang sepadan dalam Bahasa Indonesia menjadi kesulitan penulis untuk menterjemahkan onomatope tersebut.


(22)

21 4.3 Osaka-ben

Osaka ben adalah istilah untuk bahasa yang digunakan di daerah Osaka, dan bahasa ini sering digunakan dalam komik-komik di Jepang. Bahasa daerah di Jepang tidaklah diajarkan di perguruan tinggi sehingga dalam proses penterjemahan terdapat banyak kesulitan. Terdapat kosakata yang sangat berbeda dengan bahasa Jepang yang biasa dipelajari di perguruan tinggi, sehingga penulis harus mempelajari kembali bahasa daerah di Jepang terutama bahasa daerah Osaka.

Sebagai contohnya ada beberapa dialog yang menggunakan bahasa daerah Osaka dalam komik “Yozakura Quartet” jilid 2:

a.

gambar 4.3.1

Pada gambar 4.3.1 diatas Touka mengucapkan kata 毎 度 yang secara harfiahnya diartikan setiap kali atau sering. Namun dalam dialek Osaka 毎度 sering


(23)

22 kali digunakan sepagai ucapan salam ketika bertemu dengan seseorang. 毎度dapat diartikan “hai!”, atau “selamat pagi”, “selamat siang”,” selamat malam”.

b.

gambar 4.3.2

Pada gambar 4.3.2 tokoh yang bernama Kana mengucapkan kata yang berakhiran ~ い . Dalam dialek Osaka akhiran ~ い digunakan sebagai pengganti ~ dalam kalimat tanya bahasa Jepang standar.

c.

gambar 4.3.3

Pada gambar 4.3.3 tokoh bernama Mina mengucapkan kata yang berakhiran ~ . Dalam dialek Osaka ~ digunakan pada akhir kalimat sebagai pengganti


(24)

23 akhiran ~です dalam bahasa Jepang standar. Dalam contoh kalimat diatas ~ juga bisa digunakan untuk kalimat tanya dengan intonasi yang berbeda. Fungsinya sama dengan kata tanya “何 ?” yang jika diubah ke dialek Osaka menjadi “何 ?.

d.

gambar 4.3.4

Pada gambar 4.3.4 diatas tokoh bernama Mina mengucapkan kata yang berakhiran “~ ん”. Dalam dialek Osaka “~ ん” adalah partikel untuk akhiran kalimat yang netral. Kalau dalam bahasa Jepang standar sama dengan ~です.

4.4Wakamono Kotoba

Wakamono Kotoba adalah ragam bahasa anak muda di Jepang yang umumnya dipakai dalam percakapan sehari-hari dalam situasi yang informal dan santai. Memiliki bentuk bahasa yang cenderung lebih singkat daripada ragam bahasa


(25)

24 standart Jepang, dipakai untuk mengekspresikan perasaan dan emosi, untuk mengakrabkan situasi diantara teman-teman.

a.

Dalam gambar diatas ketika seseorang yang sedang kesal dengan temannya lalu memukul temannya sambil mengatakan “馬鹿野郎” yang berarti sialan. Kalu dilihat secara harfiah kata 馬鹿野郎 berarti laki-laki yang bodoh. Namun kata ini biasa diartikan sialan oleh anak muda di Jepang.


(26)

25 Kata” ー す” biasa digunakan untuk menyapa seseorang. Bisa juga

sebagai pengganti salam seperti selamat pagi.

4.5 Solusi dalam Proses Penterjemahan Yozakura Quartet Jilid 2 Karya Yasuda Suzuhito

4.5.1 Penggunaan Onomatope

Untuk mengatasi masalah penterjemahan ketika mengartikan kata-kata onomatope dalam komik “Yozakura Quartet” jilid 2, penulis menanyakannya kepada pengajar yang asli orang Jepang dan mencari arti yang sepadan dalam bahasa Indonesia. Apabila ada kata-kata yang tidak ada arti yang sepadan dengan bahasa Indonesia maka penulis membuat catatan kaki pada ujung bawah halaman.

4.5.2 Penggunaan Dialek Osaka

Dalam menterjemahkan komik “Yozakura Quartet” jilid 2 penulis mengalami kesulitan dalam mengartikan dialog yang menggunakan bahasa daerah, yaitu daerah Osaka. Untuk mengatasi masalah ini penulis meminta bantuan pada pengajar yang asli orang Jepang, karena beliau juga orang Osaka maka dia dapat mengerti maksud kata-kata yang digunakan dalam komik “Yozakura Quartet” jilid 2.


(27)

26 4.5.3 Penggunaan wakamono kotoba

Selain itu yang menjadi kendala lainnya adalah penggunaan wakamono kotoba. Untuk mengatasi masalah penggunaan wakamono kotoba ini penulis mencari buku sumber yang membahas tentang wakamono kotoba. Selain itu penulis juga mencari referensi lainnya dari website, skripsi yang membahas tentang wakamono kotoba ini, dan juga bertanya pada pengajar yang asli orang Jepang.


(28)

27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Menterjemahan ternyata bukanlah hal yang mudah, karena kita harus dapat memahami dengan jelas maksud dari penulis. Jika terjadi salah pengertian maka maksud yang disampaikan pun akan berubah.

Pada penulisan laporan penterjemahan “Yozakura Quartet” jilid 2 ini, penulis memaparkan proses penterjemahan, kendala dan solusi saat menterjemahkan komik tersebut. Adapun proses tersebut adalah membaca komik asli yang masih berbahasa Jepang, secara keseluruhan. Lalu ,mencari kata-kata dan kanji-kanji yang sulit dan mengelompokkannya, mencari arti dari kata-kata dan kanji-kanji yang telah dikelompokkan tersebut. Kemudian, memulai proses penterjemahan dengan menggunakan alat bantu adobe photoshop cs2. Menterjemahkan kata-kata yang ada di luar balon kata pada komik, seperti kata-kata onomatope, dan kata-kata yang keluar dari dalam hati tokoh. Mengulang kembali hasil terjemahan dan memperbaiki terjemahan yang masih rancu.

Dalam menterjemahkan komik “Yozakura Quartet” jilid 2 penulis pun mengalami beberapa kendala. Kendala-kendala yang dialami oleh penulis pun berbeda-beda, dari mulai penggunaan bahasa terjemahan, sampai dengan tata bahasa yang digunakan. Terutama dalam menterjemahkan komik bahasa Jepang terdapat


(29)

28 banyak kendala, seperti onomatope, dialek daerah yang digunakan, dan wakamono kotoba yang digunakan.

Penulis mengalami kesulitan ketika menterjemahkan onomatope karena dalam bahasa ibu penulis jarang ditemukan tiruan bunyi seperti yang biasa digunakan di komik bahasa Jepang. Seperti “べろんべろん” yang menggambarkan orang sedang mabuk karena terlalu banyak minum. Hal ini menjadi kendala dalam proses penterjemahan.

Selain itu ada juga dialek daerah yang digunakan pada komik bahasa Jepang. Pada komik yang penterjemah terjemahkan banyak sekali menggunakan dialek Osaka. Karena dialek daerah tidak diajarkan oleh pengajar maka penulis harus mempelajari dialek tersebut secara otodidak.

Lalu bahasa informal atau wakamono kotoba juga sering kali digunakan pada komik-komik di Jepang. Karena, bahasa yang digunakan di komik adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh anak muda di Jepang. Mengingat yang membaca komik tersebut adalah anak muda maka wakamono kotoba-lah yang digunakan oleh penulis. Dalam mempelajari bahasa Jepang di perguruan tinggi bahasa informal tidaklah diajarkan, sehingga dalam proses penulisan mengalami kendala dalam menterjemahkan bahasa informal tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut penulis berusaha untuk mempelajari hal-hal tersebut secara otodidak dan juga bertanya langsung pada pengajar yang berasal dari Jepang. Untuk mencari kanji-kanji yang tidak penulis ketahui artinya, penulis


(30)

29 menggunakan kamus elektronik JlookUp untuk mencari artinya. Sedangkan kata-kata onomatope dan dialek Osaka yang tidak penulis ketahui maknanya penulis tanyakan pada pengajar yang asli dari Jepang.

5.2 Saran

Dalam proses penterjemahan para penerjemah akan banyak sekali mengalami hambatan, diluar kemampuan yang dimiliki oleh setiap penterjemah. Untuk dapat menterjemahkan suatu komik dengan baik, kita harus dapat memahami maksud dan isi dari komik tersebut. Agar apa yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat disampaikan dengan baik dan benar.

Karena itu, penulis menyarankan kepada pembaca yang berminat untuk melakukan penterjemahan supaya tidak terjadi kerancuan dalam proses penterjemahan, alangkah baiknya terlebih dahulu mengetahui bagaimana bahasa yang digunakan dalam komik biasanya. Dengan cara membaca komik terjemahan lainnya terlebih dahulu, agar dapat gambaran bagaimanakan bahasa yang sebaiknya digunakan.

Selain itu, kita juga harus mencari buku-buku sumber yang membahas tentang onomatope, karena dalam menterjemahkan komik berbahasa Jepang, kita akan menemui onomatope atau tiruan bunyi yang beragam dan sangat sulit diartikan dalam bahasa Indonesia. Karena di Indonesia tidak terlalu banyak menggunakan kata-kata untuk menggambarkan tiruan bunyi.


(31)

30 Sedangkan untuk menterjemahkan komik yang menggunakan dialek daerah, penulis menyarankan kepada pembaca untuk mencari buku-buku referensi, maupun orang Jepang asli yang berasal dari Jepang.


(32)

PROSES DAN KENDALA DALAM MENTERJEMAHKAN

KOMIK

YOZAKURA QUARTET

JILID 2

Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah KKL Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

Fitriyah 63807012

JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2010


(33)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR LAMPIRAN v

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Pembatasan Masalah 2

1.3 Tujuan dan Manfaat 3

1.3.1 Tujuan 3

1.3.2 Manfaat 3

1.4 Metode Penelitian 3

1.5 Sistematika Penulisan 4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Penterjemahan 6

2.2 Onomatope 6

2.3 Dialek Osaka 8

2.4 Wakamono kotoba 9

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Profil Perusahaan 12


(34)

iv

3.2 Aktivitas Perusahaan 13

3.2.1 Progam Pelatihan bahasa Jepang khusus untuk Manga 13

3.2.2 Progam Pelatihan Bahasa Jepang khusus untuk Nouryokushiken 13

3.4 Kerjasama antar Perusahaan 15

BAB IV PRO“E“ DAN KENDALA DALAM KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID 2 KARYA

YASUDA SUZUHITO 16

4.1 Proses Penterjemahan 16

4.2 Onomatope 17

4.3 Dialek Osaka 21

4.4 Wakamono Kotoba 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 27

5.1 Kesimpulan 27

5.2 Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 31


(35)

26

DAFTAR PUSTAKA

http://tadotsugakuen.blogspot.com/2007/11/mengenal-dialek-kansaiben-dan-osakaben.html (diuduh tanggal 23 Juli 2010)

Drs Sudjianti, M.Hum dan Drs Dahidi, Ahmd, M.A. (2004) Pengantar Linguistik Bahasa


(36)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Fitriyah

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Mei 1990 3. Nomor Induk Mahasiswa : 63807012

4. Jurusan : Sastra Jepang

5. Jenis Kelamin : Wanita 6. Kewarganegaraan : Indonesia

7. Agama : Islam

8. Alamat : Perum Asabri Blok e No 1 RT 02/05 Kec.Jonggol Kab. Bogor

9. Berat Badan : 41 Kg

10. Tinggi Badan : 158 Cm

11. Status : Belum menikah

12. Orang Tua

1. Nama Ayah : Said Abubakar Aghlag

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Perum Asabri Blok E No 1 RT 02/05 Kec.Jonggol Kab. Bogor

2. Nama Ibu : Thurayah Abdurahman

Pekerjaan : Bidan

Alamat : Perum Asabri Blok e No 1 RT 02/05 Kec.Jonggol Kab. Bogor


(37)

Pendidikan Formal

SD Negeri Kebon Melati II Cirebon : 1995-1998

SD Negeri Jonggol II : 1998-2001

SMP Negeri 1 Jonggol : 2001-2004

SMA Negeri 1 Jonggol : 2004-2007

Universitas Komputer Indonesia : 2007-

Pengalaman Organisasi

Anggota HIMA Sastra Jepang UNIKOM Bendahara


(38)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas segala petunjuk, bimbingan dan rahmatNya telah memberikan kelancaran dalam pembuatan laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini.

Penulisan laporan KKL ini adalah guna memenuhi syarat kelulusan mata kuliah KKL, Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Sastra, Universitas Komputer Indonesia.

Laporan KKL ini diberi judul “Proses dan Kendala dalam

Menterjemahkan Komik “Yozakura Quartet” Jilid 2 Karya Yasuda Suzuhito”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun.

Besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini. yaitu :

1. Dekan Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia, Prof.Dr. Moh Tadjuddin, MA

2. Ketua jurusan, Soni Mulyawan Setiana M.Pd,. untuk dukungan selama perkembangan KKL

3. Dosen pembimbing, Fenny Febrianty SS, M,Pd. untuk masukan-masukan dan saran selama bimbingan berlangsung.


(39)

iii 4. Pembimbing di perusahaan Acolyte Pubishing Co., Bapak Hardianto

Rahardjo, S.Pd yang telah membantu selama KKL ini berlangsung.

5. Saori Sensei, yang telah memberikan masukan dan banyak membantu selama KKL ini berlangsung.

6. Keluarga yang selalu memberikan semangat agar penulis dapat mengerjakan laporan KKL ini sebaik-baiknya.

7. Teman-teman yang banyak membantu penulis dalam pelaksanaan KKL. 8. Serta semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian laporan KKL

ini.

Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan penulis sendiri.

Bandung, 18 September 2010


(40)

(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)