13
PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Per 31 Maret 2011 dan 2010 Dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham
Individual Assessment Evaluasi secara individual didasarkan pada:
Estimasi jumlah yang dapat diperoleh kembali Dalam melakukan evaluasi penilaian secara individual harus didukung dengan bukti-bukti obyektif yang memadai.
Metode yang digunakan dalam penilaian individual adalah: Discounted cash flows
Fair value of collateral Collective Assessment
Pada saat terdapat bukti obyektif terjadinya penurunan nilai kredit yang diukur berdasarkan biaya perolehan diamortisasi, maka: 1. Mengakui sebagai “Kerugian penurunan nilai kredit” pada laporan laba rugi dan sebagai “Cadangan kerugian penurunan nilai” pada neraca;
2.
3. Penerusan kredit channelling dinyatakan sebesar pokok kredit sesuai dengan porsi risiko yang ditanggung oleh Bank.
Restrukturisasi Kredit
i. Tagihan dan Kewajiban Akseptasi
Dalam kegiatan bisnis biasa, Bank memberikan jaminan keuangan, seperti letters of credit, bank garansi dan akseptasi.
j. Penyisihan Kerugian Aset Produktif dan Aset Non-Produktif
Dalam  menentukan  penurunan  nilai,  Bank  mengelompokan  kredit  diberikan  menjadi  2  dua  pendekatan  yaitu  individual  assessment  dan  collective assessment. Penurunan  nilai  secara  invidual  dilakukan  atas kredit  yang signifikan  dan  terdapat  bukti obyektif adanya  penurunan  nilai, sedangkan  untuk
kredit yang tidak signifikan dinilai secara kolektif collective berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No. 1133DPNP tanggal 8 Desember 2009 tentang “Penyesuaian Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia PAPI 2008”.
Estimasi jumlah yang dapat diperoleh kembali didasarkan pada identifikasi nilai kini arus kas masa datang dan arus kas masa datang dari pengambilalihan agunan.
Estimasi  arus  kas  masa  datang  mencakup  pembayaran  pokok  dan  bunga  yang  didiskonto  menggunakan  suku  bunga  efektif  yang  ditetapkan  oleh manajemen untuk kredit bersuku bunga tetap dan kredit bersuku bunga mengambang.
Dalam menentukan jumlah kredit yang dapat diperoleh kembali, Bank memperhitungkan diskonto arus kas masa datang dari market value jaminan penilai eksternal independen atau penilai internal.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 1133DPNP tanggal 8 Desember 2009 tentang “Perubahan atas Surat Edaran No. 114DPNP tanggal 27 Januari  2009  tentang  Pelaksanaan  Pedoman  Akuntansi  Perbankan  Indonesia”  dan  Lampiran  Surat  Edaran  Bank  Indonesia  No.1133DPNP  tanggal  8
Desember 2009 tentang “Penyesuaian Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia PAPI 2008”, bagi Bank yang belum dapat melakukan proses estimasi yang memadai dan belum memiliki data kerugian historis untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas kredit secara kolektif sesuai persyaratan dalam
PSAK 55 dan PAPI, maka pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN dapat menggunakan estimasi yang didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”. Acuan pada ketentuan Bank Indonesia dilakukan dengan pertimbangan bahwa
penyusunan ketentuan tersebut telah didasarkan pada analisis kondisi perbankan di Indonesia mengenai estimasi besarnya kebutuhan pencadangan yang didasarkan pada probability of default dan kerugian historis.
Membatalkan pendapatan bunga yang telah diakui dan belum diterima pembayarannya dengan melakukan jurnal balik untuk pendapatan bunga yang telah diakui dan belum diterima pembayarannya jika bukti obyektif penurunan kredit diperoleh pada periode berjalan atau setelah tanggal neraca tetapi
sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan - adjusting subsequent event; atau Membatalkan tagihan bunga dan mengakui kerugian penurunan nilai pada periode berjalan jika penurunan nilai terjadi pada periode berjalan dan bank
masih memiliki saldo tagihan bunga yang pendapatannya telah diakui pada periode sebelumnya.
Restrukturisasi kredit meliputi adanya perpanjangan jangka waktu pembayaran dan ketentuan kredit yang baru. Sejak 1 Januari 2010, setelah syarat dan ketentuan telah dinegosiasi ulang, penurunan nilai yang ada sebelumnya akan diukur dengan menggunakan suku bunga efektif awal sebelum ketentuan
kredit dimodifikasi dan kredit tersebut tidak lagi dalam kategori ’past-due’. Manajemen akan melakukan kaji ulang pada kredit yang direstrukturisasi secara berkelanjutan  untuk memastikan bahwa  seluruh syarat terpenuhi dan  pembayaran di  masa datang akan terjadi.  Kredit  tersebut  akan  dimasukkan  dalam
perhitungan  penurunan  nilai  secara  individual  atau  kolektif,  yang  dihitung  dengan  menggunakan  suku  bunga  efektif  awal,  dan  mengikuti  perlakuan  atas perhitungan penurunan nilai kreditnya.
Sejak  1  Januari  2010,  tagihan  akseptasi  diukur  pada  biaya  perolehan  diamortisasi  menggunakan  metode  suku  bunga  efektif,  dikurangi  oleh  penyisihan penurunan nilai. Kewajiban akseptasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif.
Penyisihan  kerugian  penurunan  nilai  dilakukan  bila  terdapat  indikasi  penurunan  nilai  dengan  menggunakan  metodologi  penurunan  nilai  sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 2k.
Sebelum 1 Januari 2010, Bank membentuk penyisihan kerugian atas aset produktif dan aset non-produktif berdasarkan penelaahan manajemen terhadap kualitas aset produktif dan aset non-produktif tersebut pada tiap akhir tahun, evaluasi manajemen atas prospek usaha, kinerja keuangan dan kemampuan
membayar  setiap  debitur.  Serta  mempertimbangkan  juga  hal-hal  lain  seperti  klasifikasi  berdasarkan  hasil  pemeriksaan  Bank  Indonesia,  klasifikasi  yang ditetapkan oleh bank umum lainnya atas aset produktif yang diberikan oleh lebih dari satu bank BI Checking dan ketersediaan laporan keuangan debitur
yang telah diaudit.
Dalam  menentukan  penyisihan  kerugian  dan  peringkat  kualitas  aset,  Bank  menerapkan  Peraturan  Bank  Indonesia  PBI  No.  72PBI2005  tanggal  20 Januari 2005, sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 82PBI2006 tanggal 30 Januari 2006, PBI No. 96PBI2007 tanggal 30 Maret 2007 dan PBI No.
112PBI2009 tanggal 29 Januari 2009. Aset  produktif  terdiri  dari  giro  pada  bank  lain,  penempatan  pada  Bank  Indonesia  dan  bank  lain,  efek-efek,  obligasi  rekapitalisasi  pemerintah,  tagihan
derivatif, kredit yang diberikan, tagihan akseptasi, penyertaan saham serta komitmen and kontinjensi dengan risiko kredit.
14
PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Per 31 Maret 2011 dan 2010 Dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham
Penyisihan kerugian minimum atas aset produktif adalah sebagai berikut :
Klasifikasi
Lancar 1
Dalam perhatian khusus 5
Kurang lancar 15
Diragukan 50
Macet 100
Klasifikasi
Lancar Kurang lancar
15 Diragukan
50 Macet
100 Penyisihan kerugian untuk rekening antar kantor dikelompokkan dalam 2 dua kategori dengan besarnya minimum persentase sebagai berikut:
Klasifikasi
Lancar Macet
100 Tidak ada perubahan kebijakan untuk penyisihan kerugian atas aset non-produktif setelah tanggal 1 Januari 2010.
k. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Persentase Minimum