Pengaruh Tetrasiklin terhadap Gambaran Darah Anjing (Eritrosit dan Hemoglobin)

Kupersembahkan untuk
Aldi, Nadia, Annur dan Inaya

PEHGARUH TETRASIKlfN TERHADAP GAMBARAN DARAH ANJING
(ERITROSIT DAN hemoglbエセjL@

Oleh

Gambira Dasawati Moran
B 2.0.1365

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1988

RINGKASAN

GAMBIRA DASAWATI MORAN.
Pengaruh Tetrasiklin Terhadap
Gambaran

Darah Anj ing
( Eri trosi t
dan
Hemoglobin)
dibawah bimbingan Drh. Sunarja Prawiradisastra.
Anjing merupakan salah satu hew an kesayangan yang
banyak

dipelihara

Oleh

orang.

karena

i tu

kesehatan
Untuk


hewan perlu diperhatikan agar senantiasa sehat.
menjaga kesehatan

hewan

dilakukan

pengobatan

sebagai

pencegahan terhadap penyakit.
Pengobatan mas a kini banyak menggunakan obat yang
mengandung

antibiotika.

antibiotika


yang

Tetrasiklin

digunakan

merupakan

aureofaciens

Dalam

hasil

(Ettinger,

penelitian

tetrasiklin.


adalah
fermentasi

1975).

ini

streptomyces

Tetrasiklin mempunyai

aktivi tas bakteriostatis dan berspektrum luas,

selain

itu potensi tetrasiklin cukup tinggi dalam menyembuhkan
penyakit infeksi (Goodman, 1975).
Sebagai
anjing


bahan

lokal

digunakan
ーセョ・ャゥエ。@

jantan

yang

berumur

enam

ekor
tahun.

3-6


Pemeriksaan darah dilakukan satu kali sebelum pemberian
obat dan lima kali sesudah pemberian obat yai tu pada
hari

ke

Tetrasiklin

tiga,

lima,

diberikan

tujuh,
dalam

sembilan
bentuk


dan

kapsul

11.

yang

diaplikasikan per oral.
Adapun tujuan peneli tian adalah untuk mengetahui
parameter
hemoglobin)

gambaran

darah

anjing

(eritrosit


sebelum dan sesudah pemberian

dan

dosis' tinggi,

karena darah mempunyai peranan penting

dalam sirkulasi obat.
Hasil yang diperoleh adalah jumlah eri trosi t
kadar

hemoglobin

antibiotika,

sebelum

tidak


sedangkan nilai
nyata.

sesudah

pemberian

yang menunjukkan nilai yang masih berada

dalam kisaran normal.
hemoglobin

dan

dan

Secara uji statistik nilai kadar

menunjukkan

eri trosi t

perbedaan

yang

nyata,

menunjukkan perbedaan

yang

PENGARUH TETRASIKLIN TERHADAP GAMBARAN DARAH ANJING
(ERITROSIT DAN HEMOGLOBIN)

oleh
Gambira Dasawati Moran

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Dokter Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 9 8 8

PENGARUH TETRASIKLlN TERHADAP GAMBARAN DARAH ANJING
(ERITROSIT DAN HEMOGLOBIN)

oleh
Gambira Dasawati Moran
B 20.1365

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Drh. Sunarya Prawiradisastra MV.Sc.
Pembimbing

ヲセ@
Tanggal Lulus

(I i u L, .

1988

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 25 April 1965, di
kota Pyong Yang,
en am bersaudara.

Korea Utara sebagai anak keenam dari
Ayah bernama Suffri Jusuf S. H.

dan

ibu bernama Garmini Soeriadanoeningrat.
Pada tahun 1971 mu1ai pendidikan formal di Sekolah
Dasar Indonesia Pnom Phen, Kamboja dan lulus tahun 1977
pada

SD

Iskandaria,

Jakarta.

Pada

tahun

yang

sarna

melanjutkan ke SMP Indonesia Bangkok,

Thailand sampai

tahun

Pangudi

1979

Jakarta

dan

tahun

1ulus

SMP

pada

Pada

1980.

SMP

tahun

1980

Luhur,

itu

juga

melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi yaitu

di

SMA Tarakanita, Jakarta hingga 1u1us tahun 1983.
Pada

tahun

Pertanian

Bogor

1983

penu1is

me1a1ui

Proyek

diterima
Perintis

di
I

tahun 1984 memi1ih Faku1tas Kedokteran Hewan.

Institut
dan

pada

Penu1is

lulus Sarjana Kedokteran Hewan pada tanggal 25 Agustus
1987.

KATA PENGANTAR
Segal a
Allah

puj i

S.W.T.,

syukur penulis panj atkan ke hadirat

sebab

hanya

dengan

karunia

Nya

maka

tulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tulisan

ini

merupakan

salah

satu

syarat

untuk

memperoleh gelar Dokter Hewan pada Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis

mengucapkan

terimakasih

yang

sebesar-

besarnya kepada:
1.

Bapak

Drh.

Sunarya

Prawiradisastra

MV.Sc.

atas segal a bimbingannya.
2.

Bapak dan
Klinik

Ibu

dan

pengelola

ruang

bedah

ruang

Laboratorium

Stasioner

Fakultas

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
3.

Pimpinan dan staf Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut

Pertanian

Bogor

at as

bekal

ilmu

serta fasi1itas yang te1ah diberikan.
4.

Papa,

mama

memberikan

dan

kakak-kakak

bantuan

serta

yang

te1ah

semangat

dalam

menyelesaikan karya tulis ini.
5.

Ir.

Iwan

serta

N.

yang

semangat

tulis ini.

telah

dalam

memberikan
menyelesaikan

bantuan
karya

6.

Ternan

sepenelitian,

yang

tidak

dapat

yang

telah

rnernbantu

Ida

disebut
dan

serta
kan

sernua

pihak

satu

persatu

rnendukung

penulis

dalarn rnenye1esaikan tu1isan ini.
Akhir

kata

agar

tu1isan

ini

berrnanfaat

bagi

pernbaca sekalian.
Bogor, Juni 1988
Penulis

DAFTAR lSI

iv

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

v

I.

PENDAHULUAN

1

II.

TINJAUAN PUS TAKA

3

2.1. Antibiotik

3

2.1.1.

Spektrum Antibakteri

4

2.1.2.

Sifat Fisik dan Kimia

7

2.1.3.

Struktur Kimia

7

2.1.4.

Mekanisme Kerja

8

2.1.5.

Farmakokinetik

9

2.1.5.1.

Absorbsi

9

2.1.5.2.

Distribusi

10

2.1.5.3.

Metabolisme

10

2.1.5.4.

Ekskresi

11

2.1.6.

Cara Pemberian dan Dosis

13

2.1.7.

Toksisitas dan Efek Samping

14

2.2. Darah

15

2.2.1.

Plasma Darah

17

2.2.2.

Eritrosit

18

2.2.2.1.

Hemoglobin

2.2.2.2.

Hematokrit (Packed Cell

23

Vo1ume/PCV)

25

Laju Endap Darah

26

2.2.3.

Leukosit (Se1 Darah Putih)

27

2.2.4.

Trombosit (Keping Darah)

29

2.2.2.3.

III. BAHAN DAN METODA
3.1-

Tempat dan Waktu

30
30

3.2. Bahan dan Alat

30

3.3. Metoda Penelitian

31

3.3.1-

Pengambilan Darah

31

3.3.2.

Pemeriksaan Darah

32

3.4. Pengolahan dan Analisa Data

33

HASIL DAN PEMBAHASAN

35

4.1- Eritrosit

35

4.2. Hemoglobin

43

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

50

VI.

DAFTAR PUS TAKA

52

LAMPIRAN

54

IV.

DAFTAR TABEL
Teks
2.1.

Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan

6

antibiotika tetrasiklin
2.2.

Dosis untuk anjing dan kucing

13

2.3.

Nilai normal darah anjing

22

2.4.

Angka Relatif Antisipasi ESR dari darah anjing
dalam satu jam untuk unit-unit pev 9-50%

4.1.

Nilai eritrosit sebelum dan sesudah pemberian
antibiotika tetrasiklin (juta/mm 3 )

4.2.

26

35

Nilai hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian
antibiotika tetrasiklin (gram%)

43

Lampiran
1

Nilai t hi tung dan perhitungan statistik untuk
eritrosit

2

55

Nilai t hitung dan perhitungan statistik untuk
hemoglobin

56

DAFTAR GAMBAR

Teks
2.1.

Hubungan struktur formula tetrasiklin,
oksitetrasiklin dan klortetrasiklin

4

2.2.

Tetrasiklin

8

2.3.

Perkembangan berbagai bentuk elemen darah
dari sel-sel sumsum tulang

18

2.4.

Genesis sel darah merah

21

2.5.

Diagram yang mewakili hemoglobin, 4 rantai
polypeptida pada globin yang berlabel

dan

2.6.

Pembentukan hemoglobin

3.1.

Kamar hi tung hemocytometer, dengan·volume

23
25

kotak Q,lmm 3
4.1.

33

Nilai eritrosit sebe1um dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing I

4.2.

36

Nilai eritrosit sebelum dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing II

4.3.

36

Nilai eritrosit sebe1um dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing III

4.4.

37

Nilai eritrosit sebelum dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing IV

4.5.

Nilai eritrosit sebe1um dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing V

4.6.

38

Nilai eritrosit sebe1um dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing VI

4.7.

37

38

Nilai eritrosit sebelum dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing I-VI

39

4.8.

Nilai rata-rata eritrosit sebelum dan sesudah
pemberian antibiotik

4.9.

Nilai hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing I

4.10 .

46

Nilai hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing I-VI

4.16.

46

Nilai hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing VI

4.15.

45

Nilai hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing V

4.14.

45

Nilai hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing IV

4.13.

44

Nilai hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing III

4.12.

44

Nilai hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian
antibiotik pada anjing II

4.1l.

39

47

Nilai rata-rata hemoglobin sebelum dan sesudah
pemberian antibiotik

47

I. PENDAHULUAN

Seiring dengan meningkatnya taraf kehidupan, minat
masyarakat

untuk

meningkat.

Anj ing

kesayangan
sebagai

memelihara

yang

hewan

hew an

kesayangan

merupakan

banyak

salah

dipelihara

kesayangan

anjing

semakin

satu

hewan

orang.

juga

Selain

berguna

untuk

berburu, menjaga rumah ladang, dan kebun.
Oleh karen a itu kesehatan hewan perlu diperhatikan
agar

senantiasa

keturunan.
manusia

sehat,

Untuk

perlu

lincah

menjaga

dan

dapat

kelestarian

memperhatikan

pemeliharaan

melanjutkan
hewan,

maka

yang

baik,

dengan cara memberikan makanan yang cukup dan bergizi
serta memberikan

perhatian

terhadap kesehatan

hewan.

Salah satu cara untuk menj aga kesehatan hewan adalah
memberikan

dengan

pengobatan

sebagai

pencegahan

terhadap penyakit.
Seperti
penyakit,
infeksius.

hewan

baik

lainnya

yang

anjing

bersifat

tidak

infeksius

luput
maupun

dari
non

Apabila anjing sedang sakit, akan terlihat

adanya

perubahan

muntah,

dan lesu.

seperti

anjing

tidak

makan,

Dalam keadaan seperti ini pemilik

harus membawa

anj ing kesayangannya pada

agar

mendapat

anj ing

mau

pengobatan

dokter hewan

simptomatis

atau

kausalis.
Pentingnya peranan obat menyebabkan obat yang akan
diberikan pada hewan harus disesuaikan dosisnya dengan

kondisi,

umur,

Obat ini dapat

dan berat badan hewan.

diberikan pada hew an secara suntikan maupun peroral.
Bermacam

jenis

obat

dapat

salah

satu

digunakan

untuk

diantaranya

adalah

menyembuhkan

hewan,

antibiotika.

Pengobatan mas a kini banyak menggunakan
mengandung

yang

obat

antibiotika

sebagai

terapi

terhadap berbagai penyakit hewan, oleh karena itu perlu
diketahui

efek

pengobatan

dengan

antibiotika

dosis

tinggi terhadap hewan.
Dalam

peneli tian

ini

tetrasiklin,

adalah
aktivitas

antibiotika

karena

bakteriostatis

yang

disamping

dan

digunakan
mempunyai

berspektrum

luas,

tetrasiklin mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk
menyembuhkan penyaki t

infeksi dan efek sampingan yang

dapat ditimbulkan relatif sedikit.
Dalam

penelitian

ini

peneliti

ingin

melihat

gambaran darah, karena darah mempunyai peranan penting
dalam

sirkulasi

pengobatan

obat.

dengan

Oleh

antibiotika

karena
dosis

itu

sesudah

tinggi

perlu

dilakukan pemeriksaan darah untuk dibandingkan dengan
kontrol (sebelum pengobatan).
Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian
pada

anj ing

tujuan

lokal yang

penelitian

sehat

adalah

untuk

darah

Adapun

secara klinis.
mengetahui

(eritosit

dan

parameter

gambaran

hemoglobin)

sebelum dan sesudah pemberian antibiotika

dosis tinggi.

2

anjing

beberapa

II. TINJAUAN PUS TAKA

2.1. Antibiotik

Antibiotik merupakan salah satu obat dari golongan
antimikroba,

yang

bakterisida.
sangat

dapat

bakteriostatik

Pembagian antibiotika menurut kelompoknya

beragam.

berdasarkan

bersifat

Adapuri

at as

antibakteri,

sifat

daya

diproduksinya.

pembagian

dan

kerja
Setiap

struktur

dan

cara

jenis

kelompok
kimia,

ini

spektrum

didapatkan

antibiotik

at au

mempunyai

perbedaan yang spesifik dan manfaat yang berbeda satu
sarna lain.

Salah satu diantaranya adalah tetrasiklin

yang merupakan antibiotik berspektrum luas dan bersifat
bakteriostatik.
Jenis

antibiotik

yang

berhubungan

dengan

tetrasiklin dan mengandung napthacene skeleton adalah
klortetrasiklin dan oksitetrasiklin.

Kedua antibiotika

ini

(Jenkins,

diproduksi

Hubungan

oleh

ketiga

Actinomycetes

antibiotika

ini

dapat

1955).

dilihat

dari

struktur formulanya (Gambar 2.1.).
Tetrasiklin
Streptomyces

merupakan

aureofaciens.

hasil

fermentasi

Genus

Streptomyces

merupakan sumber antibiotik yang mengontrol

penyaki t-

penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri pada manusia dan
hewan

(Booth,

1977) .

proses fermentasi
alami.

Tetrasiklin diproduksi

melalui

atau transformasi kimia dari produk

Demedosiklin,

metasiklin,

doksisiklin

dan

termasuk

politetrasiklin
Tetrasiklin

merupakan

tetrasiklin.

dalam

produk

yang

semi

sintetik

dan

mempunyai ikatan amphoterik yang terbentuk dari garam
dengan asam at au basa.

Nama generiknya digunakan untuk

menguraikan seluruh kelompok (Booth, 1977).

5

II

OH

II

o

OH

II
o

R2 = H
Rl = Cl; R2 = H
Oksitetrasiklin Rl = H; R2 = OH
Tetrasiklin Rl

= H;

kャッイエ・。ウゥォセョ@

Gambar 2.1.

Hubungan struktur formula tetrasiklin
oksitetrasiklin dan klortetrasiklin.
Sumber: Goodman et a1, (1975)

2.1.1. Spektrum Antibakteri.

Tetrasiklin merupakan antibiotik berspektrum luas,
karena menunjukan aktivitas mikrobial dengan jarak yang
lebar terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.
(Goodman,

1975).

Tetrasiklin

mempunyai

aktivitas

melawan beberapa agen patogen yang tidak dapat dihambat
(tidak peka) oleh antibiotik lain, misalnya Rickettsia,
Mycoplasma,
venerum,

Chlamydia

psittacosis,

(agen

inclusion

trachom) dan amuba (Goodman,
menghambat

pertumbuhan

dari

conjunctivitis

1975).

Mycoplasma,

4

lymphogranuloma
dan

Tetrasiklin juga
Spirochetes

dan

Actynomycetes (Edberg,

Pada dosis yang tinggi

anti protozoa

aktivitas

beberapa

1986).

diobservasi

dapat

(Booth, 1977).
Tetrasiklin secara umum mempunyai potensi melawan
hampir seluruh bakteri gram positif dalam konsentrasi
rendah

(Goodman,

bakteri

gram

tapi

1975)

Bakteri

negatif.

terhadap tetrasiklin adalah
non

hemolitik

kurang

0

streptococci,

aktif

yang

terhadap

sangat

peka

hemoli tik streptococci,
Clostridia,

Brucella,

HemophiluS dan Klebsiella.
Bakteri
Pseudomonas,
faecalis.

yang

relatif

Aerobacter

resisten

aerogenes,

adalah
dan

Proteus,

Streptococcus

Tetrasikllin dapat digunakan sebagai

obat

pengganti untuk gonorhoea, sipilis dan infeksi tertentu
yang
1986).

disebabkan

oleh

bakteri

gram

negatif

(Edberg,

Tetrasiklin kurang efektif dibandingkan dengan

penicillin terhadap bakteri coccal tapi lebih efektif
dari streptomycin dan chloramphenicol (Tabel 2.1.).

5

Tabel 2.1.

Beberapa penyakit yang dapat diobati
dengan antibiotika tetrasiklin.

Etiologicagent

Disease

Actinobacillosis lignieresi
Actinomyces bovis

Actinobacillosis
Actinomyces

Aerobacter aerogenes
Anaplasma marginale
Bacillus anthracis

Mastitis
Anaplasmosis
Anthrax

Borrelia anserina
Brucella canis

Avian borreliosis
Canine brucellosis

Clostridium chauvoei
C.hemolyticum
C.novyi
C.perfringens B,C,D
C.septicum

Blackleg
Bacillary hemoglobinuria
Infectious necrotic hepatitis
Enterotoxemia
Malignant edema

C. tetani

Tetanus

Corynebacterium equi
C.pyogenes
C.renale

Foal pneumonia
Mastitis
Bovine pyelonephritis
Heartwater disease
Cutaneous streptothricosis
Erysipelas
Mastitis. colibacillosis

Cowdria ruminantium

Dermatophilus congolensis
Erysipelothrix insidiosa
Escherichia coli

Fusiformis necrophorus

Haemobartonella canis

HemophilUs spp

H.suis
Leptospira spp
Listeria monocytogenes
Moraxella bovis
Mycoplasma spp
M.hyopneumoniae
Nanophyetus salmi cola
Pasteurella anatipestifer
P.hemolytica
P.multocida

Oral and hepatic necrobacilloses. infectious pododermatitis
Canine bartonellosis (tetracycline used concurrently
with oxophenarsine)
Respiratory infections
Infectious polyarthritis
Leptospirosis
Listeriosis
Bovine infectious keratitis
Mastitis. serositisarthritis.
agalactia

Salmonella abortus-avis
Shigella equirulis
Staphylococcus aureus
S.hyicus

Porcine enzootic pneumonia
Canine rickettsiosis
Pasteurellosis in pheasants
Mastitis. Pasteurellosis
Pasteurellosis. fowl cholera.
hemorrhagic septicemia
Abortion
Shigellosis of foals
Mastitis. synovitis
Exudative epidermitis

S.hyos
Streptococcus agalactiae
S.dysgalactiae
S.equi
S.uberis
Vibrio fetus

Exudative epidermitis
Mastitis
Mastitis
Strangles
Mastitis
Ovine vibriosis

Sumber: Booth (1977)

6

2.1.2. Sifat Fisik dan Kimia
kristal

Basa
berwarna
1977).
dalam

kuning

dan

tidak

berbau

pahit

(Booth,

tetrasiklin

dari

rasanya

sedikit

Menurut Goodman (1975) tetrasiklin dapat larut
air

dengan

Basa

pH7.

dan

hydrochlorid

dari

tetrasiklin dapat bertahan dengan stabil dalam bentuk
bubuk kering.

Dalam bentuk

larutan,

agen ini

dapat

kehilangan aktivitasnya secara relatif cepat (Goodman,
1975).

Chelate

complexes

yang

metal seperti Ca, Mg dan Fe.

stabil

dibentuk

dari

Aktivitas antibakterial

kemungkinan mempunyai kemampuan untuk memindahkan ion
metalik essensial yang sangat diperlukan (Booth, 1977).
Akibat

sampingan

tetrasiklin

Che1.ate

dan

ion

yang

comp1.exes

metabolik

yai tu

stabil

dari

memperlambat

absorbsi dari traktus gastrointestinal.
Sifat-sifat

fisika

memungkinkan penggunaan
kapsul,

bolus,

bubuk,

dan

kimia

dari

antibiotika
feed

ini

additive,

tetrasiklin
dalam

salep

bentuk
ataupun

secara parental pada pengobatan hew an.
2.1.3. Struktur Kimia
Tetrasiklin

hydrochlorid,

USP

(Achromycin,

Panmycin, Polycycline, Tetracyn) secara kimia merupakan
yang paling stabil,

kristal basanya mempunyai formula

molekul C22H24N202.

7

mengandung

kedua

dari

ciri

tetrasiklin

kimia

struktur

esensial

Secara

oksitetrasiklin

dan

klortetrasiklin (Gambar 2.1.).
Larutan

1%

tetrasiklin,
mernpunyai
seperti

dalam

garam

spektrurn

kimia

pH + 2,5.

mempunyai

hydrochlorid

aktifi tas

bentuk

air

dan

fosfat

antibakterial

tetrasiklin

yang

Basa
komplek

yang

lain

sarna

(Gambar

2.2.) .

OH

0
CONH z

Gambar 2.2.

Tetrasiklin
Sumber: Booth (1977)

2.1.4. Mekanisme Kerja

Tetrasiklin mengharnbat pertumbuhan yang cepat dari
sintesa

protein

obat-obatan
(Goodman,

ini
1975).

bakteri

dan

terutama

reproduksi
bersifat

Tetrasiklin

sel

bakteri,

bakteriostatik

menghambat

protein dengan mencegah masuknya transfer RNA

sintesa
(t RNA)

aminoasil ke ribosom 30 s.
Resistensi bakteri terhadap obat dapat dihubungkan
dengan kelemahan penetrasi ke dalam sitoplasma (Edberg,
1986).

cbat menahan sintesa protein dengan mengikat

8

ribosom 50 s sub unit dari bakteri ribosom 70 s (Booth,
1977).
2.1.5. Farmakokinetik
2.1.5.1. Absorbsi
Semua tetrasiklin diabsorbsi secara adekuat dari
traktus

gastrointestina1is

besar absorbsi
usus

halus

dipercepat

terjadi

bagian

1986).

Sebagian

pada saluran pencernaan yai tu

muka

dan

absorbsi

dapat

lebih

jika saluran pence rna an itu dalam keadaan

kosong (Goodman, 1975).
secara

(Edberg,

bersamaan

Absorbsi dapat terganggu bila

diberikan

mengandung alumunium,

susu

atau

antasid

yang

kalsium at au magnesium (Edberg,

1986) .
Pemberian tetrasiklin secara oral akan di absorbsi
pada gastrointestinal dan secara cepat mengalami difusi
melalui cairan tubuh, termasuk didalamnya serum darah,
cairan, peritoneal dan juga saliva (air liur).

Tingkat

maksimum tetrasiklin dalam darah dapat tercapai dalam
waktu

kurang

1ebih

dua

jam

setelah

pemberian

obat

(Aronson, 1983).
Tetrasiklin dalam cairan spinal akan lebih tinggi
konsentrasinya dibandingkan jenis tetrasiklin lain, dan
tetrasiklin

ini

dapat

masuk

ke

da1am

blood

barrier secara per1ahan-1ahan (Aronson, 1983).

9

brain

2.1.5.2. Distribusi
Tetrasiklin

dikonsentrasikan

hati

dalam

diekskresikan melalui empedu dan diresorpsi dari usus.
Tetrasiklin dapat

menetap

dalam darah diikuti

dengan

absorbsi sedangkan antibiotik lain mudah tereliminasi
(Booth, 1977).

Sejumlah kecil obat yang menetap dalam

darah adalah akibat dari resorpsi enterohepatik.
Penurunan fungsi hati atau obstruksi dari saluran
empedu

menyebabkan

reduksi

dari

ekskresi

empedu

sehingga terdapat dalam darah secara persisten.
Penetrasi dari obat ini pada hampir seluruh cairan
dan jaringan sangat baik.
sel

retikuloendothelial

Tetrasiklin tersimpan dalam
dari

hati,

limpa

dan

sumsum

tulang, tulang dan email gigi (Goodman, 1975).
Tetrasiklin
sirkulasi

melalui

fetal

tetrasiklin

dan

pada

plasenta

cairan

masuk

ke

amniotic.

umbilical,

ukuran

dalam

Konsentrasi
plasma

dapat

mencapai 60% dan pada cairan amniotik adalah 20% dari
sirkulasi
obat

ini

pada

induk.

relatif

Konsentrasi

dapat

yang

ditemukan

tinggi

dalam

air

dari
susu

(Goodman, 1975).
2.1.5.3 Metabolisme
Menurut Booth (1977) tetrasiklin mengalami beragam
tingkat

metabolisme.

Substansi

yang

teridentifikasi adalah urine, feces dan jaringan.

sering

Tiga

puluh persen tetrasiklin yang terekskresi dalam feces
tidak berubah.

Tetrasiklin keluar dari darah melalui

10

hati

dan

mencapai

parenkim

dan

konsentrasi

empedu

yang

konsentrasi

tertinggi

dalam

tetrasiklin

dalam

empedu dapat mencapai 30 kali dari konsentrasi di dalam
darah;

meskipun

demikian

sirkulasi

dari

balik

enterohepatik membatasi sekresi empedu.
2.1.5.4. Ekskresi
Semua tetrasiklin diekskresikan melalui urine dan
feses,

j alan

1977).

Ekskresi obat ini secara signifikan diakibatkan

oleh

utamanya

kerja

ginjal

glomerulus.

adalah

dan

Pemberian

melalui

ginj al

dilakukan

tetrasiklin

(Booth,

oleh

filtrasi

secara

intravena

dapat diekskresikan melalui urine sebanyak 20 sampai
60% selama 24 jam pertama.
oral,

konsentrasi

urine

Setelah pemberian secara

tertinggi

adalah

antara

dua

sampai delapan jam.
Ekskresi

dalam

dapat mencapai
salah

satu

tetrasiklin,

feses

10% dari

j alan

yang

karena

melalui pemberian per oral
dosis.

Usus

juga merupakan

penting utuk mengekskresikan

agen

ini

belum

sepenuhnya

terabsorbsi dari pencernaan bila diberikan per oral.
Menurut
intestinal

Goodman
dapat

(1975)

juga

ekskresi

diketemukan

melalui

traktus

meskipun

obat

diberikan secara parenteral, hal ini diakibatkan karena
ekskresi dari empedu.
Aronson
dapat

(1983)

terekskresikan

mengemukakan
melalui

11

air

bahwa
susu.

tetrasiklin
Adanya

tetrasiklin dalam susu dapat dideteksi dalam waktu 48
jam setelah pemberian obat.
2.1.6. Cara Pemberian dan Dosis

Menurut

Goodman

(1975)

pada

umumnya

tetrasik1in dilakukan me1a1ui oral,
diberikan

secara

intravena

pemberian

tetapi dapat juga
Pemberian

(iv).

secara

topikal harus dihindari karena akan memberikan resiko
sensi tif .

Kecuali

pula

pemberian

pada

untuk

pemberian pada mata

intra

tekal

dapat

begi tu

membahayakan

pasien.
Menurut
diberikan

Booth

pada

(1977)

pasien

pemberian

dimana

intratekal

pasien

tersebut

dapat
sangat

membutuhkan konsentrasi cairan cerebrospinal yang tidak
dapat

dilakukan

secara

intravena

untuk

agen

anti

bakterial.
Pengobatan

dengan

tetrasiklin

bervariasi

untuk

setiap hewan,

hal ini tergantung dari macam infeksi,

respon

pengobatan

dari

disebabkan
oral

oleh

dan

bakteri.

biasanya diberikan

susceptibilitas

Pemberian

yang

tetrasiklin

dalam bentuk kapsul,

per

tablet,

bubuk atau bahkan sirup.
Menurut Goodman (1975)

dosis yang diberikan pada

hewan dewasa berkisar antara satu sampai dua gram per
hari,

pada hew an muda empat sampai

dengan interval 12 jam.

lima mg per hari

Tetapi menurut Edberg (1986)

berkisar antara 200 sampai 500mg/kg per hari dan Booth
(1977)

hewan

keci1

33

sampai

12

110mg/kg

per

hari.

Aronson

(1983)

mengatakan

dosis

untuk

anjing

atau

kucing 2Smg/kg berat badan dengan interval en am jam.
Sedangkan menurut Ettinger (197S) pemberian dosis
untuk anjing dan kucing dapat dilihat dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2.

Dosis untuk anjing dan kucing.

obat

dosis

rute

dosis pengulangan

Tetrasiklin

8mg/lb
3mg/1b

oral
iv, im

8 jam
12 jam

Pemberian

secara

Intravena

dan

intramusku1ar

dilakukan jika pemberian secara oral dapat menyebabkan
gangguan

pada

digesti

atau

j ika

pasien

tidak

dapat

diberikan secara per oral; pada beberapa penyakit akut
yang

memerlukan

konsentrasi

efektifitas yang cepat.

Dosis yang diberikan secara

injeksi adalah 4,4 sampai Ilmg/kg per hari.
dosis

tersebut

dengan

terapetik

dapat di tingkatkan menj adi

Seringak1i
dua

sampai

tiga kali pada suatu kasus penyakit (Booth, 1977).
Pemberian secara loka1 dilakukan dengan memasukkan
obat
1977) .

intra

mamary

Salep

tetrasiklin
conjunctivitis.

untuk

mata
dapat

pengobatan

yang

mengandung

digunakan

mastitis

(Booth,

satu

mi1igram

pada

membran

Konsentrasi Tetrasik1in yang biasanya

digunakan untuk salep mata adalah O,S sampai 1%.

13

2.1.7. Toksisitas dan Efek Samping
Rata-rata

antibiotik

Tetrasiklin

tidak

toksis,

tetapi pemberian tetrasiklin dapat juga memberikan efek
toksisitas antara lain :
1.

Iritasi gastrointestinal is lazim terjadi dan
berhubungan

dengan

dosis

(biasanya

terjadi

ditemukan

dengan

pada pemberian per oral).
2.

Fotosensitivitas

telah

seluruh tetrasiklin.
3.

Demam obat atau Rash jarang terjadi.

4.

Kadang-kadang

dijumpai

moniliasis

atau

aspergilosis lingual.
5.

Supresi sumsum tUlang terjadi pada penggunaan
yang lama.

6.

Hepatotoksisitas
dapat

terjadi

intravena,
kehamilan

yang
dengan

terutama
dan

pada

kadang-kadang
dosis

tinggi

bulan-bulan
pasien

fatal,
atau

terakhir

insufisiensi

ginjal.
7.

Terlihat perpanjang waktu prothrombin.

8.

Penimbunan dapat terjadi di dalam tulang dan
gigi yang dapat menghasilkan perubahan warna
pada gigi tetap dan pertumbuhan tulang yang
abnormal yang telah terpapar pada waktu fetus
atau anak-anak.

9.

Kerusakan

Tubulus

ginjal

dapat

mengikuti

pemberian tetrasiklin yang kadaluwarsa.

14

Disfungsi vestibular 1azim pada pasien yang

10.

mendapatkan
Kuschinsky,

minosik1in
1970;

(Goodman,

Edberg,

1975;
Aronson,

1986;

1983; Booth, 1977).
2.2. Darah

Darah

ia1ah

jaringan pengikat

dengan

se1-se1nya

terendam da1am cairan matrik yang terdiri dari senyawa
organik

dan

anorganik

(Girinda,

Menurut

1984) .

Breazi11e (1971) darah ada1ah jaringan konektif khusus
yang paling penting.
darah

ada1ah

Harper

jaringan

(1980)

yang

mengatakan bahwa

beredar

da1am

sistem

pembu1uh darah yang tertutup.
Fungsi

darah

yang

penting

di

da1am

sirku1asi

sebagai berikut;
1.

Mengangkut oksigen dari paru-paru kejaringan

2.

dan CO 2 dari jaringan ke paru-paru.
Mensup1ai zat-zat yang diserap dari

sa1uran

pencernaan.
3.

Mengangkut
ginja1,

sisa-sisa

paru-paru,

metabo1isme
ku1it

dan

ke

da1am

usus

untuk

kemudian diekskresikan.
4.

Mempertahankan

keseimbangan

asam

dan

bas a

dalam tubuh.
5.

Mengatur suhu tubuh dengan distribusi panas
tUbuh.

6.

Mendistribusikan hormon pengatur metabo1isme
dan pengangkutan metabo1ik.

15

7.

Mempertahankan tubuh terhadap infeksi

dalam

sel darah putih dan antibodi yang beredar.
8.

Mengatur

keseimbangan

air

melalui

pengaruh

darah terhadap pertukaran air antara cairan
yang beredar dan cairan jaringan (Breazille,
1971;

Swenson,

1976;

Fulton, 1946).

Komponen

darah

1970;

terdiri

Archer,

dari

1977;

se1-se1

Guyton,

darah

dan

plasma yang merupakan media cair darah (Gambar 2.3.).
Menurut
(1970)
yai tu

Fulton
sel

sel

(1946),

Breazille

(1971)

darah dikelompokkan ke
darah

merah

dan

Swenson

dalam tiga

( eri trosi t) ,

bagian

se1

darah

55%

dari

putih

(leukosit) dan platelet (trombosit).
Eritrosit

merupakan

35

sampai

volume

darah, leukosit 1% sedangkan trombosit 1,5% dari volume
darah (Breazille, 1971).
darah

disusun

pada

Total prosentase dari volume

Elemen

Packet

Cell

(PCV)

atau

disebut juga hematokrit.
Volume
tergantung

darah

total

yang

beredar

jenis hewan dan be rat

dalam

badannya.

tubuh
Swenson

(1970) mengatakan volume darah dalam tubuh bervariasi
jumlahnya tergantung pada ukuran tubuh,

umur,

deraj at

aktivitas tubuh, keadaan kesehatan dan makanan, laktasi
dan lingkungan.

Pada umumnya volume darah pada hewan

berkisar antara 6 sampai 8% dari berat badan (Fulton,
1946).

Mitruka

(1977)

mengatakan bahwa volume darah

pada anjing berkisar antara 9,5-1,7ml/100g berat badan.

16

Volume
dipengaruhi
metabolisme,

darah
oleh

tergantung
pemasukan

pengurangan

oleh
air,

air

berat

badan

dan

air

dan

produksi

yang

kontinyu

melalui

kulit, ginjal, kelenjar mamaria dan ratusan pencernaan
(Schalm, 1965).
2.2.1. Plasma darah
Plasma

darah

adalah

cairan

jernih

dan

tidak

berwarna sampai kelabu at au kekuningan (Archer, 1977).
Pada anjing plasma tidak berwarna sampai kelabu atau
kekuningan dan mempunyai jumlah yang cukup banyak.
Plasma

mengandung

jumlahnya kira-kira
(Breazille,

45

1971).

elemen

pembentuk

sampai

Menurut

65%

dari

Swenson

volume
(1970)

plasma 60 sampai 70% dari volume darah.
fraksi ekstra seluler mengandung
protein

7%,

dan

sisanya

darah

yang
darah

volume

Plasma at au

air 91 sampai 92%,

adalah

elektroli t,

glukosa,

enzim dan hormon.
Adapun fungsi plasma darah adalah:
1.

Menjaga tekanan osmotik koloid.

2,.

Menjaga keseimbangan tekanan normal darah.

3.

Stabilitas suspensi dari eritrosit.

4.

Regulasi

keseimbangn

asam

dan

bas a

dari

darah.
5.

Menghasilkan antibodi (

6.

Mempengaruhi

セ@

solubilitas

dan protein.

17

globulin).
karbohidrat,

lemak

UNCOMMITTED
STEM CELL

COMMITIED
STEM CELL

COMMITTED
STEM CELL

Oセ@

8)

セ@

(0
セ@

Mielobhst

Monoblast

I
t$

1

ttJt

Proaielosit.

セ@

BasoHl

Netrofil

Proeri troblas t

I

I

セ@

Megahrio'bhst

Proliafosit .orooblai' auda

r- Hi.losit -"I
セヲa@

A
セ@



U.foblast

Il

セ@

\®J

I

C{)MMITIED
STEM CELL

COMMITTED
STEM CELL

セ@

セ@

Noraobl,st

Eosinofil

.nt.r.

fV

Noriobbst tua

セ@

I

Retikulosit

I

fI§

セ@

I

Eritrosit

·"ono.sit

I

Makrohg
jaringan

Gambar 2.3.

Perkembangan berbagai bentuk elemen
darah dari sel-sel sums urn tulang.
Sumber: Ganong (1979)

2.2.2. Eritrosit
Swenson (1970) mengatakan bahwa eritrosit adalah
sel

yang

(inti) .

tidak

bergerak

Eritrosit

pada

dan

tidak

anjing

18

mempunyai
biasanya

nukleus

berbentuk

bikonkaf

dan

tebalnya,
Bentuk

mempunyai

tergantung

bikonkaf

variasi
dari

pada

pada

diameter

spesies

anjing

dan

maupun

nutrisinya.

memberikan

penyerapan

terbanyak dari beberapa substansi antara sitoplasma dan
plasma darah.
Fungsi utama eri trosi t

adalah untuk mentransport

hemoglobin yang selanjutnya membawa oksigen dari paruparu

ke

jaringan

eri trosi t

(Wintrobe,

mengandung

anhidrase

besar yang mengkatalisis
Hemoglobin dalam
yang baik,

1974) .

sel

Selain

karbonat

reaksi

antara

dalam
CO

sehingga eri trosi t

jumlah

dan

H 0.
2

asam

bas a

2

juga merupakan dapar

itu

bertanggung j awab kira-

kira 70% dari semua daya dapar seluruh darah.
Diameter

eritrosit

pada

anjing

berkisar

antara

en am sampai delapan mikron dengan rata-rata diameter
tujuh mikron
diameter
antara

(Schalm,

eritrosit
6,6

1965).
anjing

sampai

Menurut Mitruka
umumnya
mikron

7,7

besar,
dan

(1977)

berkisar

menunjukkan

anisositosis.
Jumlah

adalah
anjing
dew as a
berkisar lima sampai delapan juta/mm 3 darah (Mitruka,
1977).

pada

Menurut Schalm (1965) dan Swenson (1970) jumlah
anjing

eritrosit
juta/mm
Pada

eritrosit

3

berkisar

dengan rata-rata

pada

usia

6,8

sampai
eritrosit adalah 5,3 juta/mm3 .
darah

anjing

antara

anjing

dua

akan

sampai

8,5

3

(Tabel

2.3.).

delapan

bulan

jumlah

juta/mm

Jumlah eritrosit dalam

bertambah

19

5,5

sejalan

dengan

bertambahnya usia hewan, tetapi diameter selnya secara
individual akan menurun atau mengecil (Mitruka, 1977).
Menurut

Swenson

(1970)

faktor

yang

lain

mempengaruhi jumlah eritrosit adalah aktifitas, kondisi
tubuh (stress), lingkungan, laktasi, kebuntingan, iklim
dan jenis kelamin.
Komposisi eritrosit pada hewan dewasa terdiri dari
62 sampai 72% air dan 33% hemoglobin, serta 5% terdiri
dari bahan organik dan anorganik (Swenson, 1970).
Pada
kantong
limpa,

fetus
kuning

hati

sumsum

eritrosit
telur

dan

tulang

primitif

kemudian

kelenjar

limfa.

mengambil

alih

dihasilkan

dibentuk

juga

Setelah
tugas

dalam
dalam

kelahiran

pembentukan

eritrosit (Guyton, 1976; Fulton, 1946).
Eri trosi t
hemositoblast

berasal
yang

dari

dapat

sel yang dikenal

dilihat

dalam

sebagai

Gambar

2.4.

Hemosi tob1ast yang baru secara kontinyu dibentuk dari
stem

sel

tulang.
basofil

primordial

yang

terdapat

di

seluruh

sumsum

Hemositoblast mula-mula membentuk eritroblast
yang

menjadi

mulai

mensintesis

eritrob1ast

hemoglobin,

polikromatofilik,

kemudian
dinamakan

demikian karena mengandung campuran zat basofilik dan
hemoglobin.

Inti sel menyusut, sel menjadi normoblast.

Sel terus menerus membelah,

sehingga makin lama jumlah

sel

banyak.

yang

dibentuk

semakin

Akhirnya

sitoplasma normoblast terisi hemoglobin,
sangat kecil dan dibuang.

setelah

inti menjadi

Oleh karena i tu sel yang

20

terakhir dibentuk, eritrosit, bila keluar dengan proses
diapedesis tidak mengandung inti (Guyton, 1976).

Hemocytoblast

Basophil
Erythroblast

セ@

Polychromatophil
Erythroblast

\i
セ@

Normablast
Reticulocyte

€I

cPo

Erythrocytes

Gambar 2.4.

セ@

Genesis sel darah merah.
Sumber: Guyton (1976)

Sebagian dari eritrosit yang masuk ke dalam aliran
darah

mengandung

kecil,

retikulum

endoplasma

yang

hemoglobulin.
sel

dikenal

retikulum
ini

basofilik

merupakan

menghasilkan

dalam

sisa-sisa

bagian

jumlah

retikulum

globulin

dari

Pada sel yang muda.

Pada stadium ini

sebagai

(Guyton,

retikulosit

1976) .

Menurut Schalm (1965) retikulosit adalah eritrosit muda
yang dilepas oleh sumsum tulang.

Jumlah retikulosi t

berkisar antara 0,4 sampai 0,6% dari total eritrosit.
Mitruka (1977) menyatakan jumlah rekulosit adalah 0,2
sampai

0,9%

pada

anjing

dewasa.

21

Sedangkan

menurut

Archer (1977)

jum1ah retiku10si t

berkisar antara satu

sampai 1,5% dari sirku1asi eritrosit.
Tabe1 2.3.

Nilai normal darah anjing
Jantan (18 animals)

Betina (10 animal)

Satuan

Test

Eritrosit
(RaC)
Hemoglobin

(xlO6/mm3)

(g/dl)

MCV
MHC
MCHC
Hematokrit
(PCV)

Rata

so

6,98

0,60

5.78-8,18

6.69

0,50

5,69-7,69

17,10

0.09

15.3-18,9

16,80

1.00

14.8-18,8

Rentang

Rata

SD

Rentang

(u3)

77.20

2.25

72.3-81.3

79,40

3,50

72,4-86.4

(uug)

24,50

1.00

22,5-26,5

25,10

1.42

22,3-27,9

(%)

31,70

1,50

28,7-34.7

31.60

1,00

29,6-33.6

(rom3 )

53,90

2,70

48,5-59.3

53,20

3,10

47,0-59.4

1,00

3.20

Sedimentasi
rate

(mm/hI')

(xlO3/mm3) 400.00 105.00

Platelet

0,07-7.40

190-610

0.70 2.00
380.00 90,00

0,00-4.7

200-560

Leukosit

(Wac)

(xlO3/mm3)

12.90

12.10

2.40

7.35-16.9

7,90

2.40
1,45

B,10-17,7

Neutrophils (xlO3/mm3)

5,00-10.8

7.57

1.49

4.59-10.6

61.20

14.70

31.8-90,6

0.60

0.12

0,37-0,84

(%)

Eosinphils
Basophils

(xlO3/mm3)

0.60

29.6-95.6

0.12

0.36-0,83

(%)

4.60

2.70

0.00-10.8

4.92

2.88

0,00-11.5

HクャPSOュセI@

0.04

0.01

0,20-0.05

0.04

0.01

0.02-0.05

(%)

0.30

0.10

0,10-0.05

0.30

0.10

0.10-0.05

3.83

0.72

2,40-5,26

3,50

0,69

2,12-4,88

29,70

6,20

17,3-42.1

28,90

9,06-38,7
0,18-0.42
2.17-2.77

Lymphocytes (xlO3/rnm3)
(%)

Monocytes

62.60 16.50

(x103/mm3)

0,30

0,06

0,19-0,05

0,30

7.41
0,06

(%)

2,32

0.10

2,12-2.52

2.47

0,15

Sumber: Mitruka et aI, (1977)
Retiku10sit

pada

anjing

biasanya

mengandung

agregat defini tif dari retiku1um pada keadaan normal.
Waktu yang dibutuhkan retikulosit untuk menjadi matang
adalah 31 hari (Archer, 1977).
Menurut Swenson (1983) siklus hidup eritrosit pada
anjing oerkisar antara 90 sampai 140 hari dengan ratarata 120 hari,

dan menurut.Archer (1977)

adalah 115 hari.

22

rata-ratanya

2.2.2.1. Hemoglobin

Hemoglobin
(Wintrobe,
berikatan

merupakan

1974).
dengan

kompleks

protein

Menurut Mitruka
empat

pigmen

(1977)

heme

dan

globulin
Hemoglobin

juga

mampu

mengikat empat molekul 02 untuk membentuk oxyhemoglobin
( Gambar 2. 5. ) .

SYlenson

dalam darah berkai tan

(1977)

mengatakan Hemoglobin

dengan kemampuan darah membaYla

Oksigen dan Ylarna merah darah.

Gambar 2.5.

Diagram yang meYlakili hemoglobin, 4
rantai polypeptida pada globin yang
berlabel
dan
Sumber: Wintrobe et al, (1974)

Hemoglobin

merupakan

konyugasi

protein,

sederhana (SYleson,

besi

yang

mengandung

terbentuk dari pigmen dan protein
1977).

Sembilan puluh persen dari

hemoglobin adalah protein at au globin,

sisanya adalah

heme, yaitu kompleks zat besi dengan protofirin.

Zat

besi didalam hemoglobin lebih kurang 0,004 sampai 0,05%
dari darah (Wintrobe, 1974).

23

Menurut

Guyton

(1976)

sintesis

Hemoglobin mulai

dalam eritroblast dan terus berlangsung sampai tingkat
normoblast.

Meskipun retikulosi t

meninggalkan sumsum

tulang dan masuk ke dalam aliran darah,

mereka terus

membentuk hemoglobin dalam jumlah kecil.
Gambar

2.6.

hemoglobin.

memberi

Bagian

langkah-langkah

heme

dari

pembentukan

hemoglobin

disintesis dari asam asetat dan glisin.

terutama

Asam asetat

diubah menj adi asam alfaketoglutarat dan kemudian dua
molekul

as am

alfaketoglutarat

berikatan

molekul glisin membentuk senyawa pirol.

dengan

Empat senyawa

pirol bersatu membentuk senyawa profolin.
salah

satu

senyawa

protofirin

satu

Selanjutnya

(Protofirin

III)

Akhirnya

berikatan dengan besi membentuk molekul hem.

empat molekul hem berikatan dengan satu molekul globin
membentuk Hemoglobin (Guyton, 1976).
Hewan mamalia mempunyai hemoglobin berkisar antara
13

sampai

15gr/ml

(Sweson,

1977;

Schalm,

1965)

dan

berat molekul hemoglobin bervariasi pada tiap spesies
yaitu berkisar antara 66.000 sampai 69.000.
Hemoglobin
darah

dari

sebagai

berfungsi

sistem

buffer

pigmen

interistik

respirasi

dalam

darah.

Hemoglobin menyerap oksigen dari udara dan dalam paruparu

membentuk

memiliki

Oksihemoglobin.

kemampuan

mengikat

gas

Hemoglobin
karbon

juga

monoksida

sehingga dihasilkan karboksi hemoglobin (Swenson, 1977;
Mitruka, 1977).

24

H
C

f

ch]セ@

CHI

CHI

CHI

CHI

I

I

COIOH

.

" '.

I ,/'

bOOH

Globin"

Gambar 2.6.

Pembentukan Hemoglobin.
Sumber: Guyton (1976)

2.2.2.2. Hematokrit (Packed Cell Volume/PCV)
Hematokrit
darah

dan

dipergunakan

untuk

Sebab hemotokri t

mengukur

untuk

menghitung

jumlah

sel

merah,

proporsi

darah

dapat mengukur konsentrasi eri trosi t

(Mitruka, 1977).
Menurut Schalm (1965) hematokrit dipengaruhi oleh
ukuran

dan

jumlah

eritrosit.Terdapat

korelasi

negatif

antara ukuran dan jumlah eritrosit,

yang

sehingga

nilai hematokrit tetap stabil.
Mi truka
menurun
keadaan

pada

(1977)

mengatakan nilai

waktu

hidremia,

anemia,
kelebihan

Sedangkan nilai hematokri t

selain

hematokri t
itu

cairan,

juga

akan
dalam

kebuntingan.

meningkat pada polisetemia

atau akibat epineprin.

25

Nilai

normal

hematokrit

pada

adalah

anjing

berkisar antara 37 sampai 55%.

Menurut Schalm,

dengan

37

nilai

hematokri t

antara

sampai

49%

1965
dapat

diantipasi adanya sedikit sedimentasi eritrosit (Tabel
2.4.).
Tabel 2.4.

Angka Relatif Antisipasi ESR dari
darah anJlng dalam satu jam untuk
unit-unit pev 9-50%.

pev

ESR

pev

ESR

uv

ESR

9
10

82
79
76
73
70
67
64
61
58
55
52
49
46
43

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14

37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

13
12

11

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

11

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Sumber: Schalm (1965).
2.2.2.3. Laju Endap Darah
Wirasmono

(1977)

mengatakan

sedimentasi

adalah

suatu reaksi non spesifik yang dipakai dalam diagnosa
untuk memperoleh
sebagai

ukuran

deraj at

dari

suatu

kesan umum dan dapat

mengenai

perj alanan

adanya
penyaki t

suatu

dipakai

penyakit

tersebut.

dan

Tingkat

ukuran milimeter sampai dimana puncak kolom eri trosi t
i tu

j atuh selama waktu satu

jam tepat

telah dicatat

sebagai tingkat sedimentasi eritrosit (Schalm, 1965).

26

Menurut Mitruka (1977) nilai-nilai ESR dipengaruhi
ukuran

oleh

eri trosi t,

dan

eritrosit,

bentuk

komposisi

plasma

darah,

tabung penguji seperti posisi,

konsentrasi

sifat-sifat

fisik

tinggi dan lebar,

anti

koagulan yang dipakai dan suhu.
akan

ESR
menyebabkan

bila

meningkat

ESR

penggumpalan.

antara 7,5 sampai 26mm/j am,
(Wintrobe,

1974).

ada
pada

faktor
anj ing

yang

berkisar

dengan rata-rata l8mm/j am

Menurut Wirasmono (1977) nilai ESR

normal pada anjing adalah 5 sampai 25mm/jam (Tabel 4.)
2.3. Leukosit (8e1 darah putih)

Leukosit adalah sel yang memiliki inti, bentuknya
bervariasi,

memiliki

lebih sediki t

gerakan

amuboid

dari eri trosi t.

dan

jumlahnya

Jumlah leukosi t

darah

anj ing dewasa berkisar antara 6. 000 sampai 18. 000 per
mm3

dan pada anjing muda

(dua sampai delapan bulan)

jumlah leukosit l2.l68/mm 3 .
Menurut Swenson (1983)
kelompok.

Yaitu

kelompok

leukosit dibagi dalam dua
agranulosit

(terdiri

dari

limfosit dan monosit) dan kelompok granulosit (terdiri
dari eosinofil, neutrofil dan basofil).
Limfosit merupakan leukosit yang tidak bergranula,
berdiameter
sampai

25%

dibentuk

delapan
dari

dalam

leukosi t
sumsum

dibentuk dalam limpa,
Adapun

sampai

fungsinya

15 mikron,

(Swenson,

tulang,

merupakan

1983).

tetapi

20

Limfosit

sebagian

besar

limfoglandula dan peyer patches.

adalah

untuk

27

pembentukan

protein

plasma terutama gamma dan beta globulin,

juga berperan

dalam immunitas (Breazille, 1971).
Monosi t

merupakan sel yang terbesar dalam darah,

berdiameter 15 sampai 20 mikron, jumlahnya 3 sampai 9%
dari jumlah leukosit (Breazille, 1971).
(1965)

monosi t

rata 16 mikron.
1eukosit

berinti

dengan diameter

rata-

Kenaikan jum1ah monosit pada sirku1asi

dihubungkan

neutrofilis.

tunggal

Menurut Schalm

1imfositosis

atau

adalah mengawasi

daerah

dengan

Fungsi monosi t

infeksi dan memfagositose bakteri, benda asing dan sel
yang mati (Breazille, 1971).
Eosinofil
total

1eukosit

eosinofil
(Breazille,

merupakan
dan

2,5

sampai

berdiameter

memfogositose

10

komplek

1971).

Eosinofil

(1977)

mengatakan

10%

dari

sampai

12

antigen

dibentuk

jum1ah
mikron

antibodi

dalam

sumsum

kenaikan

jumlah

tulang.
Archer
eosinofi1

dihubungkan

dengan

bahwa

infeksi

parasit

dan

kondisi penyakit kronis.
Neutrofi1 berinti dua sampai lima lobus tergantung
umur sel dan merupakan 25 sampai 75% dari jumlah total
leukosit (Breazille, 1971).

Fungsinya adalah membunuh

dan mencernakan bakteri, benda asing dan se1 yang mati
dan merupakan pertahanan tubuh pertama terhadap infeksi
bakteri (Guyton, 1976).

Bi1a bakteri menyerang tubuh,

sumsum tu1ang dirangsang untuk' menghasilkan neutrofi1
dalam jumlah besar.

28

Basofil memiliki granul berwarna biru tua sampai
ungu,

merupakan

0,5

sampai

1,5%

dari

jumlah

Basofil

leukosit dan berdiameter 10 sampai 12 mikron.
j arang di temukan pada anj ing
basofil

berhubungan

basofil

dengan

berdegranulasi

(Schalm,

1965).

jaringan

maka

sel

histamin

total

Fungsi

mast,
dan

jika

heparin

dilepas (Archer, 1977).
2.2.4. Trombosit (keping darah)
Trombosit

berbentuk

sampai empat mikron.
terbesar

mirip

dengan

dengan

Trombosi t

biasanya kecil,

eri trosi t.

yang

Adapun

fungsinya

darah

(Swenson,

19'10).

Trombosit berasal dari giant cell yang disebut

paru-paru

pada

dibentuk

hewan

pembekuan

dua

penting

dan

hal

diameter

adalah

megakariotik

dalam

oval

dalam

dewasa.

sumsum

tulang

Sedangkan

pada

atau
fetus

trombosit dibentuk dalam hati, limpa dan sum sum tulang.
Pembentukan

trombosit

diatur

oleh

suatu

zat

yang

dinamakan trombopoi tin at au trombopoietic stimulating
factor.

Siklus hidup trombosit berkisar antara delapan

sampai 11 hari.

29

III. BAHAN DAN METODA

3.1. Tempat dan Waktu
Peneli tian ini
Hewan,
darah

dilakukan

di

Fakul tas

Insti tut Pertanian Bogor.
dilakukan

di

ruang

Kedokteran

Pengambilan sampel

stasioner

dan

darah dilakukan di laboratorium klinik.

pemeriksaan

Penelitian ini

memerlukan waktu kurang lebih satu setengah bulan yaitu
mulai dari tanggal 10 Maret 1987 sampai dengan 29 April
1987.
3.2. Bahan dan Alat
Sebagai
anjing
tahun.

bahan

lokal

penelitian

jantan

yang

digunakan

berumur

tiga

enam

ekor

sampai

enam

Bahan yang diperlukan untuk pengambilan darah

adalah larutan Na citrat 3% dan alkohol, sedangkan qlat
yang dibutuhkan adalah spuit, gunting, kapas dan tabung
reaksi.

Dalam

diperlukan
dibutuhkan

pemeriksaan

adalah
adalah

larutan
pipet

eritrosit
Hayem,

pengencer

dan

bahan

yang

alat

yang

eritrosit

garis batas 101 diatas bola beserta pipa karet,

dengan
gel as

objek dan gelas penutup; mikroskop dan counter.
Untuk pemeriksaan Hemoglobin bahan yang dibutuhkan
adalah

aquadest

dan

larutan

Hel

O,lN.

Alat

yang

digunakan adalah hemoglobinometer, pipet hemoglobin dan
pipa karet.

3.3. Metoda Penelitian
Sebelum

penelitian

kesehatannya

dan

anjing

dua

sehat

dinyatakan

diperiksa

secara

klinis.

obat cacing Combantrin 250mg

Anj ing percobaan diberi
sebanyak

percobaan

tablet

penelitian

dimulai.

Selama

dikandangkan

dan

makan

diberi

ekor

sebelum

penelitian

anjing

setiap

untuk

dua

kali

sehari

satu

kali

yai tu

pada pagi dan sore hari.
Pemerikasaan
pemberian obat
antibiotika

darah

dan

yaitu

lima

kali

pada

hari

sembilan

dan

adalah

tetrasiklin

Tetrasiklin

dilakukan

11.

Obat

diberikan

sebelum

sesudah pemberian obat
ketiga,

lima,

antibiotika

dengan
dalam

yang

tujuh,

diberikan

dosis

1000mg/hari.

bentuk

kapsul

dan

diaplikasikan per oral.
3.3.1. Pengarnbilan Darah
Anjing

percobaan

diletakkan

diatas

meja

dan

keempat kakinya dipegang agar tidak melakukan gerakan
yang mengganggu.
antibrachii

Darah

atau,

vena

diambil

dari

saphena.

vena

cephalica

Sebelumnya bulu

di

seki tar vena i tu dicukur untuk memudahkan pengambilan
darah

dan

alkohol.
darah

didesinfeksi

dengan

kapas

yang

diberikan

Dengan menggunakan jarum suntik yang steril

diambil;

kemudian

dimasukkan

ke

dalam

tabung

reaksi yang berisi antikoagulan (Na Citrat 3%) dengan
perbandingan empat dibanding satu.

31

Darah

dialirkan

perlahan-lahan

kedalam

untuk

tabung

menghindari

reaksi

terj adinya

secara

hemolisis

dan selanjutnya dihomogenkan.
3.3.2. Pemeriksaan Darah
Perhitungan

jumlah
Darah

hemocytometer.
kedalam

pipet

pengencer

erittrosit
yang

akan

eri trosi t

memakai
diperiksa

sampai

metoda
dihisap

angka

0,5;

kemudian dilarutkan dalam pengencer Hayem sampai angka
101.

Dengan

demikian

diperoleh

pengenceran

1:200,

selanjutnya pipet dihomogenkan dengan membentuk

angka

delapan.

Isi pipet dibuang sepertiga dan dibersihkan

ujungnya

dari

ditempelkan
sampai

pada

larutan

Perhi tung an

larutan

tetesan
tepi

mengisi

eri trosi t

gelas

penutup

seluruh

bagian

dibawah

dengan menentukan

terlebih

lima

25

kotak

dari

dan

kotak

hemocytometer
kamar

mikroskop

dahulu
kecil

daerah
di

pipet

ujung

hi tung.

dilakukan
hitung

daerah

pada

tengah.

Setiap kotak kecil (R) dibagikan ke dalam 16 kotak yang
lebih kecil, sehingga seluruhnya ada 80 kotak.
Jadi jumlah sel eritrosit adalah jumlah sel yang
dihi tung

(x)

(dalam 0,1)

dikali

200

sarna dengan

(faktor pengencer)

dikali

jumlah sel yang dihitung

10
(x)

dikali 10.000 per mm 3 .
Untuk

penentuan

kadar

acid hematin tipe Sahli.
larutan

Hcl

O,lN

sampai

hemoglobin

dipakai

metoda

Hemoglobinometer diisi dengan
pada

batas

garis

terbawah.

Darah dihisap ke dalam pipet Hemoglobin sampai dengan

32

garis

batas

dan

hemoglobinometer.

dimasukkan

kedalam

Tabung hemoglobinometer ditempatkan

ke dalam standarnya dengan skala menghadap kesamping.
Kemudian

diencerkan

terbentuk

dengan

disesuaikan

aquadest

dengan warna

dan

warna

standar.

yang

Tinggi

larutan dibaca pada skala.

,

,

."

I'

"Iv

..

,, ,,

,

I-

I •

I-

.
keterangan :
Gambar 3.1.

R
W

= daerah
=

Eritrosit
daerah Leukosit

Kamar hitung ィ・ュッ」セエイL@
volume kotak O,lrnrn •
Sumber: Coles, (1980)

dengan

3.4. Pengo1ahan dan Analisa Data
Hasil

pemeriksaan

gambaran

darah

anjing

lokal

jantan umur tiga sampai en am tahun sebe1um da,n pada
hari

ketiga,

pemberian

lima,

tujuh,

antibiotika

sembilan

tetrasiklin

33

dan

11

dihitung

sete1ah
rata-

ratanya.

Untuk mengetahui sampai berapa jauh perbedaan

gambaran

darah

sebelum

sesudah

dan

pemberian

antibiotika tetrasiklin dilakukan analisa perbandingan
kesamaan

rata-rata

berpasangan.

dengan

Penguj ian

hipotesa

student digunakan untuk menguj i
gambaran

darah

sebelum

secara

membandingkan
menggunakan

uj i

t-

keberhasilan terhadap

dan

sesudah

pemberian

antibiotika.
Perbedaan nyata yang diharapkan akan membandingkan
hasil

pengamatan

yang

diperoleh

antara

sebelum

pemberian antibiotika dengan hari ketiga, lima, tujuh,
sembilan dan 11 sesudah pemberian antibiotika.
nilai

hi tung

yang

diperoleh

berada

diantara

Bila
harga

mutlak t tabel pada uji dua pihak dengan derajat bebas
(n-l),

maka

nilai

tersebut

dianggap

tidak

berbeda

nyata.

Bila t hitung lebih besar atau lebih kecil dari

t tabel maka dianggap berbeda nyata dengan taraf nyata
95% dan sangat berbeda nyata dengan taraf nyata 99%.

34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Eri trosi t
Gambaran ni1ai eritrosit pada anjing loka1 jantan
yang

berumur

tiga

sampai

enam

tahun,

sebe1um

dan

sesudah pemberian antibiotika dicantumkan da1am tabe1
4.1.
Tabe1 4.1.

Ni1ai eritrosit sebe1um dan sesudah
pemberia§
antibiotika
tetrasik1in
(Juta/mm ).

Sebe1um
Anjing
I
II
III
IV
V
VI

K

4,6625
4,2708
4,0375
3,9167
3,8750
4,0333

Sesudah hari ke
----------------------------------3
11
5
7
9

6,1750
5,4500
6,5500
6,5625
6,2250
6,7250

7,1125
5,5125
7,6875
8,4625
7,4000
7,0375

6,3000
8,4875
6,1500
6,8000
7,2750
6,6875

6,2375
5,8000
6,3875
6,2125
6,1375
6,2250

7,0750
5,4625
5,6000
5,6125
5,6125
6,0750

------------------------------------------------x
4,1326 6,2813 7,2021 6,9500 6,1667 5,9063
SD

0,2939 0,2119 0,9750 0,8513 0,1973 0,6096

Keterangan:

K

Dari

pemeriksaan

hasi1

=

Kontro1 (hari pertama)
yang

di1akukan

terhadap

eritrosit dipero1eh rata-rata sebe1um pengobatan
ェオセャ。ィ@

ada1ah

4.132.600/mm 3 ,

sedangkan

rata-rata

sesudah

pengobatan dapat di1ihat pada tabe1 4.1.
Ni1ai eritrosit darah pada anjing I, II, III, IV,
V, VI dan ni1ai rata-rata eritrosit sebe1um dan sesudah
pemberian

antibiotik

dapat

di1ihat

sa